Anda di halaman 1dari 23

PENGUKURAN SUSCEPTIBILITAS DAN PERMEABILITAS BAHAN

MAGNET

LAPORAN AWAL

HANIFAH NUR AZIZAH

140310180014

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI FISIKA

2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2

2.1 Bahan Magnet 2

2.2 Susceptibilitas Magnet 5

2.3 Permeabilitas 5

2.4 Hubungan Susceptibilitas dengan Permeabilitas 6

2.5 Medan Magnet dan Induksi Magnetik 6

2.6 Resonansi RLC 9

BAB 3 METODE PENELITIAN 12

3.1 Rencana Perancangan Algoritma Penelitian 12

3.2 Alat-alat Percobaan 12

3.3 Prosedur Percobaan 13

BAB 4 TUGAS PENDAHULUAN 14

DAFTAR PUSTAKA 20

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan-bahan yang ada di alam semesta masing-masing memiliki sifat-sifat yang


khas (karekteristik) yang dapat dimanfaatkan untuk proses industri. Perkembangan,
Penemuan dan pemilihan bahan-bahan sangat menentukan proses dan hasil suatu
industri, karena bahan-bahan memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda
dimana sifat dan karakteristik bahan ditentukan oleh struktur internal penyusun bahan
tersebut. Salah satu jenis bahan di alam yang banyak digunakan untuk proses industri
adalah jenis bahan magnetik. Bahan magnet memiliki suseptibilitas dan permeabilitas
yang dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran susceptibilitas dan
permeabilitas bahan magnet ini dilakukan dengan menggunakan rangkaian RLC.

Berdasarkan uraian di atas, percobaan ini dilakukan untuk memahami prinsip


pengukuran melalui rangkaian RLC dan menentukan nilai susceptibiltas dan
permeabilitas bahan-bahan magnet.

1.2 Tujuan

1. Memahami prinsip pengukuran melalui rangkaian RLC.


2. Menentukan nilai susceptibiltas dan permeabilitas bahan-bahan magnet.

1
2

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Magnet

Bahan magnetik adalah bahan-bahan yang dapat ditarik atau ditolak ketika
ditempatkan pada suatu medan magnet eksternal dan dapat dimagnetisasi sendiri.
Suatu bahan akan bersifat magnet jika momen magnetnya memiliki arah yang sama
(tersusun teratur) dan suatu bahan yang bukan magnet, momen magnetnya
mempunyai arah sembarang (tidak teratur) sehingga efeknya akan saling meniadakan
yang mengakibatkan tidak ada kutub-kutub magnet pada ujung-ujung logam. Kutub
magnet adalah daerah yang berada di ujung-ujung magnet dan akan memiliki
kekuatan magnet yang paling besar (Rusdi, 2010).

Menurut sifat bahannya, bahan magnet ini terbagi menjadi 5 jenis, yaitu:

2.1.1 Bahan Diamagnetik


Terdiri dari atom-atom atau moluekul-molekul yang tidak memiliki dipol
magnet permanen. Permeabilitasnya < 1 dan tidak mempunyai 2 kutub
permanen. Karakteristik bahan diamagnetik, diantaranya adalah ditolak dengan
lemah oleh medan magnetik dan sukar dan bahkan tidak dapat ditembus oleh
medan magnetik. Contohnya adalah tembaga (Cu), emas (Au), bismuth (Bi), air
raksa (Rusdi, 2010).

Gambar 2.1 Arah momen magnetik bahan diamagnetik (Sumber: (Rusdi, 2010))

2,1,2 Bahan Paramagnetik


2

Bahan paramagnetik ini adalah bahan yang resultan medan magnet


masing-masing atom/molekulnya tidak 0, tapi resultan medan magnet total
seluruh atom/molekul dalam bahan adalah 0. Hal ini disebabkan karena Gerakan
atom/molekulnya acak sehingga resultan medan magnet masing-masing atom
saling meniadakan. Medan magnet pada material ini hanya ada jika
termagnetisasi oleh medan magnet dari luar. Jika pengaruh ini hilang maka
medan magnet pada material ini pun akan ikut menghilang. Sifat-sifat dari bahan
ini adalah dapat ditarik dengan lemah oleh medan magnetik dan dapat ditembus
oleh medan magnetik. useptibilitas magnet dari bahan paramagnetik adalah
positif dalam rentang 10-5 sampai 10-3m3/kg, sedangkan permeabilitasnya adalah
µ>µ0 (Yelfianhar, 2016).

Akibat adanya pengaruh termal gerakan momen dipolenya menjadi acak


dan nilai induksi magnetnya kecil. Hal tersebut terjadi karena jumlah elektronnya
ganjil dan hanya sebagian kecil spin yang dapat berpasangan. Contohnya adalah
alumunium (Al), magnesium (mg), natrium (Na) (Rusdi, 2010).
2.1.3 Bahan Ferromagnetik
Bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan
atomis besar. Hal ini disebabkan karena momen magnetik spin elektron yang
tidak berpasangan. Masing-masing spin yang tidak berpasangan ini akan
memberikan medan magnetik, sehingga total medan magnetik yang dihasilkan
oleh suatu atom lebih besar. Sifat-sifat dari bahan ini adalah ditarik sangat kuat
oleh medan magnetik dan mudah ditembus oleh medan magnetik. Arah momen
magnetik pada bahanferromagnetik tanpa ada pengaruh dari medan luar. Pada
bahan Ferromagnetik ada kemungkinan terjadi magnetisasi permanen. Artinya
walaupun tak ada medan luar (tak ada magnetisasi), bahan tersebut bersifat
magnetik. Untuk bahan ferromagnetik, permeabilitas magnet m, tidak lagi
konstan tetapimerupakan fungsi dari intensitas magnet. Contohnya adalah besi,
baja, nikel, dan kobalt (Yelfianhar, 2016).
2

2.1.4 Bahan Antiferromagnetik


Bahan fantierromagnetik dapat digambarkan oleh struktur kristal dengan
kisi-kisi yang diisi oleh dua jenis atom dengan momen magnet yang berlawanan
arah (anti-paralel). Jika taka da medan luar, besarnya momen magnet yang anti-
paralel seimbang sehingga magnetisasi total M=0. Contoh bahan ini adalah MnO,
MnF2 (Yelfianhar, 2016).
Pada bahan antiferomagnetik arah domainnya berlawanan arah
danmemiliki ukuran yang sama. Bahan antiferomagnetik mempunyai
suseptibilitas magnet positif kecil. Tak ada magnetisasi bila tidak ada medan luar
yang bekerja. Misalkan pada unsur chromium tipe ini memiliki arah domian ynag
menuju duaarah dan saling berkebalikan. Jenis ini memiliki temperature curie
yang rendahsekitar 37oc untuk menjadi bahan paramagnetik (Rusdi, 2010).

Gambar 2.2 Arah domain dari bahan antiferromagnetik (Sumber: (Yelfianhar,


2016))

2.1.5 Bahan Ferrimagnetik


Dalam bahan ini, momen magnet masing-masing atom tidak sama,
sehingga memiliki magnetisasi spontan M, walaupun tanpa adanya medan
magnet luar serta mempunyai suseptibilitas magnetik yang sangat besardan
bergantung pada suhu. Domain-domain magnetik dalam material ini terbagi-bagi
dalam keadaan daerah yang menyearah saling berlawanan (memiliki arah momen
dan ukuran yang berbeda) tetapi momen magnetik totalnya tidak nol jika medan
luarnya 0 sehingga semua mineral magnetik adalah ferrimagnetik. Contoh dari
2

bahan ini hanya ditemukan pada campuran dua unsur antara paramagnetik dan
ferromagnetik seperti Fe3Oa (Yelfianhar, 2016).

2.2 Susceptibilitas Magnet

Suseptibilitas magnet adalah kemampuan suatu bahan magnet untuk


dimagnetisasi yang ditentukan oleh nilai suseptibilitas magnet yang ditunjukkan oleh
persamaan:

M

M = χ m⃗
H atau χ m = (1)

H
Keterangan:
χ m = Suseptibilitas magnet bahan

M = intensitas magnet (A/m)

H = kuat medan magnet (A/m)
Nilai k adalah parameter dasar yang digunakan dalam metode magnet. Nilai
suseptibilitas batuan semakin besar jika dalam batuan tersebut dijumpai banyak
mineral yang bersifat magnet. Litologi (karakteristik) dan kandungan mineral batuan
adalah faktor yang mempengaruhi harga suseptibilitas suatu bahan (Sunaryo &
Widyawidura, 2010).
Ada 3 kelompok bahan menurut nilai suseptibilitas magnetnya: (Yelfianhar,
2016)
1. χ m < 0: bahan diamagnetik
2. χ m > 0, namum χ m << 1: bahan paramagnetik
3. χ m > 0 dan χ m >> 1: bahan ferromagnetik

2.3 Permeabilitas

Permeabilitas menyatakan derajat magnetisasi suatu bahan yang merespon secara


linier pengaruh medan magnet luar. Permeabilitas dapat didefinisikan sebagai
2

konstanta pembanding antara rapat fluks magnetik (B) dengan kuat medan magnet
(H) yang dihasilkan magnet, dan dapat ditulis:

B
=μ o (2)
H

μ=μ o . μr (3)

B=μ o . μr . H (4)

Keterangan:

μ = permeabilitas bahan yang merupakan hasil perkalian permeabilitas absolut (


μo ) dengan permeabilitas relatif ( μr ¿.

Untuk udara dan bahan non-magnetik, permeabilitas dinyatakan sebagai


permeabilitas ruang kosong ( μo = 4π x 10-7 H/m) (Yelfianhar, 2016).

2.4 Hubungan Suseptibilitas dengan Permeabilitas

Jika magnetisasi linier terhadap intensitas magnet pada persamaan (1). Maka
induksi magnet juga linier terhadap intensitas magnet:


B=μ o ⃗
H + μo ⃗
M


B=μ o ⃗
H + μo χm ⃗
H


B=μ o (1+ χ m ) ⃗
H


B=μ ⃗
H (5)

2.5 Medan Magnet dan Induksi Magnetik

Medan magnet adalah ruangan di sekitar kutub magnet, yang gaya tarik/tolaknya
masih dirasakan oleh magnet lain. Kuat medan magnet di suatu titik di dalam medan
magnet ialah besar gaya pada suatu satuan kuat kutub di titik itu di dalam medan
2

magnet m adalah kuat kutub yang menimbulkan medan magnet dalam Ampere-meter.
Kuat medan titik itu dalam : N/Am atau Weber/m2 (Monter, t.thn.).

Jika suatu logam diletakan di dekat magnet, maka logam tersebut akan
mendapatkan gaya magnet berupa gaya tarik. Semakin jauh logam tersebut dari
magnet, maka semakin kecil gaya tarik yang ia alami. Gejala tersebut menunjukan
bahwa gaya di sekitar magnet terdapat medan magnet. Garis gaya adalah lintasan
kutub utara dalam medan magnet atau garis yang bentuknya demikian hingga kuat
medan di tiap titik dinyatakan oleh garis singgungnya. Sejalan dengan faham ini,
garis-garis gaya keluar dari kutub-kutub dan masuk ke dalam kutub Selatan. Untuk
membuat pola garis-garis gaya dapat dengan jalan menaburkan serbuk besi disekitar
sebuah magnet. Rapat garis-garis gaya (flux density) = B adalah jumlah garis gaya
tiap satuan luas yang tegak lurus kuat medan.

φ
B= (6)
A

Pada tahun 1820, Hans Christian Oersted menemukan bahwa ketika jarum
kompas diletakkan di dekat kawat berarus listrik, jarum mengalami penyimpangan.
Apa yang ditemukan Oersted adalah bahwa arus listrik menghasilkan medan magnet.
Jika perubahan medan magnetik dapat menghasilkan medan listrik, maka sebaliknya
perubahan medan listrik dapat menghasilkan medan magnet. Medan magnet yang
ditimbulkan oleh arus listrik disebut medan magnet induksi. Peristiwa timbulnya
medan magnet yang disebabkan oleh adanya arus listrik disebut induksi magnet
(Ardiansyah, et al., 2019).

Induksi Magnet (B) sering disebut rapat fluks magnet, kuat medan magnet atau
intensitas medan magnet. Induksi magnet merupakan respon dari bahan ketika pada
bahan tersebut terdapat medan magnet (H) yang ditimbulkan oleh arus listrik. Induksi
magnet merupakan besaran Vektor yang memiliki nilaidan arah.

Medan magnetik dapat ditimbulkan oleh magnet permanen ataupun oleh


2

elektromagnetik. Elektromagnetik adalah magnet yang timbul disekitar kawat


berarus. Hal ini didasarkan dari percobaan Oersted, yaitu:

1. Disekitar kawat berarus listrik terdapat medan magnetik.

2. Arah medan magnetik tergantung pada arah arus listrik yang melalui kawat.

Untuk memudahkan menentukan garis-garis gaya magnetik disekitar kawat lurus


berarus digunakan aturan putaran tangan kanan, yaitu jika tangan kanan
menggenggam kawat lurus berarus, maka ibu jari menunjukkan arah arus listrik dan
putaran keempat jari yang dirapatkan menunjukkan putaran garis-garis gaya
magnetik.

Besar induksi magnetik di satu titik di sekitar elemen arus, sebanding dengan
panjang elemen arus, besar kuat arus, sinus sudut yang diapit arah arus dengan
jaraknya sampai titik tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.

I . ∆l . sinθ
∆ B=k (7)
r2

μo −7 weber
Dimana: k = =10
4π A.m
μo I . ∆ l sinθ
Maka: dB= (8)
4π r
2

Apabila sebuah kumparan dialiri arus, di dalam kumparan tersebut akan timbul
medan magnetik. Selanjutnya, apabila arus yang mengalir besarnya berubah-ubah
terhadap waktu akan menghasilkan fluks magnetik yang berubah terhadap waktu.
Perubahan fluks magnetik ini dapat menginduksi rangkaian itu sendiri, sehingga di
dalamnya timbul ggl induksi. Saat terjadi induksi pada kumparan maka ggl induksi ε
sebanding dengan laju  perubahan arus yang dirumuskan
∆L
ε =−L (9)
∆t
2

Solenoide adalah gulungan kawat yang di gulung seperti spiral. Bila kedalam
solenoide dialirkan arus listrik, di dalam selenoide terjadi medan magnet dapat
ditentukan dengan tangan (Monter, t.thn.).

Gambar 2.3 Selenoid (Sumber: (Monter, t.thn.))

Induktansi diri L sebuah solenoida dapat ditentukan dengan menggunakan


persamaan dibawah. Medan magnet di dalam solenoida adalah sebagai berikut:
(Monter, t.thn.)
B=μ . n . I (10)
N
Dengan: n =   
L
Sehingga diperoleh:

ε =−N ( ∆∆ΦBt )=−L ( ∆∆tI ) (11)

μ 0 NA ∆ I
Karena   Bϕ=BA=
l
Sehingga
∆ ΦB μ N2 A
L=N dan L= 0 (12)
∆I l

Keterangan:
L = Induksi diri solenoida atau toroida (H)
μ0 = Permeabilitas udara (4 π × 10-7 Wb/Am)
N = Jumlah lilitan
A = Luas penampang (m2)
l = Panjang solenoida atau toroida (m)
2

2.6 Resonansi RLC

Medan Resonansi adalah proses bergetarnya suatubenda ketika ada pengaruh


getaran benda lain, hal ini terjadi karena kedua benda tersebut memiliki frekuensi
yang sama. Resonansi RLC merupakan suatu gejala yang terjadi pada rangkaian arus
AC yang terdiri dari resistor (𝑅), induktor (𝐿) dan kapasitor (𝐶). Resonansi dalam
rangkaian seri yaitu resonansi seri, sedangkan resonansi dalam rangkaian paralel yaitu
resonansi paralel (anti resonansi). Resonansi pada rangkaian RLC terjadi ketika
reaktansi kapasitif (𝑋𝐶) sama dengan reaktansi induktif (𝑋𝐿) dan amplitudo tegangan
𝑉𝐿 = 𝐼𝑋𝐿 dan 𝑉𝐶 = 𝐼𝑋𝐶 adalah sama. Pada frekuensi resonansi RLC impedansi
mencapai nilai minimumnya dan arus mencapai nilai maksimumnya (R. & R., 2018).

Rangkaian ini dianalogikan seperti susunan massa-pegas, maka rangkaian ini


dianggap memiliki frekuensi alami dari osilasi dan bekerja suatu pengaruh luar.
Besaran yang diperoleh dari rangkaian ini adalah frekuensi resonansi baik sebelum
kehadiran bahan magnetik (udara) Maupun dalam bahan magnetik (yang dimasukkan
ke dalam induktor). L sebagai induktansi induckor dan C sebagai kapasitansi
kapasitor.

Solusi dari rangkaian RLC dapat diselesaikan dengan menggunakan hukum


Kirchoff II yang mengatakan bahwa jumlah tegangan dalam suatu rangkaian tertutup
= 0. Secara sistematis dapat ditulis:

ΣV =0 (13)

V C +V L=0 (14)
−Q dl
Dimana V C = dan V L=−L
C dt
Sehingga, hukum kirchoff II untuk rangkaian dibawah ini adalah:
−Q dl
−L =0 (15)
C dt
2

dQ
Dengan I¿− (16)
dt
−Q
C
−L
d dQ
dt dt
=0 ( )
d2 Q Q
L + =0
dt 2 LC
(17)
2 1
Dengan ω = , maka: (18)
Lc
2
d Q 2
L 2 + ω Q=0
dt
( D 2 +ω 2 ) Q=0 (19)
D=±Q (20)
Sehingga solusi dari rangkaian ini adalah:
Q= A e−iωt + B eiωt (21)
Nilai tegangan pada masing-masing komponen pada rangkaian ini:
V L=I m Rsinωt (21)

( 1
)
V L=I m ω L sin ωt− π
2
(22)

V =I ω sin ( ωt+ π )
1
C m C (23)
2
2 1
Karena nilai ω = , maka:
LC

ω=
√ 1
LC
(24)

Dengan persamaan ini dapat ditentukan nilai induktansinya, yaitu:

2 πf =
√ 1
LC
(25)

1
L= 2 2 (26)
4π C fr
2

L. I
μm = (27)
N2 A
μm
χ= −1 (28)
μo

Dengan:

f r= Frekuensi resonansi rangkaian (Hz)


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Rencana Perancangan Algoritma Penelitian

Mulai A

Memeriksa input sinyal Menganalisa fakta resonansi


yang dihasilkan

Memeriksa output sinyal


Menentukan frekuensi
resonansi sebelum bahan
magnet dimasukkan
Memeriksa output sinyal jika
resonansi tidak terjadi

Menentukan frekuensi
resonansi sesudah bahan
Mengulangi langkah- magnet dimasukkan
langkah di atas dengan
masing-masing bahan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan

3.2 Alat-alat Percobaan

1. Perangkat sinyal function generator dan osiloskop digital sebagai media


pengamatan sinyal input dan output.
2. Perangkat rangkaian RLC, (R=1k, C=68 nF dan L) sebagai rangkaian RLC yang
digunakan pada percobaan.
3. Bahan padat besi, tembaga, aluminium dan teflon sebagai bahan-bahan yang akan
diuji suseptibilitas dan permeabilitasnya pada percobaan.

12
13

3.3 Prosedur Percobaan

1. Dalam kondisi Tanpa Beban:


a. Memeriksa Input Sinyal: menghubungkan rangkaian RLC dengan Sinyal
function generator (SFG) dan osciloskop (OSC), memilih salah satu
frekuensi (SFG) lalu crosscek frekuensi dan amplitudonya pada OSC.
b. Memeriksa Output Sinyal: menghubungkan rangkaian RLC dengan Sinyal
function generator (SFG) dan osciloskop (OSC), mengamati apakah ada
perubahan pada frekuensi dan atau amplitudonya pada OSC? atau apakah
terjadi resonansi? Jika tidak melakukan analisa.
c. Memeriksa lagi Output Sinyal jika resonansi tidak terjadi: menghubungkan
rangkaian RLC, rangkaian OP-AMP (perbesaran 10 kali) dengan Sinyal
function generator (SFG) dan osciloskop (OSC). Mengatur SFG untuk
menemukan frekuensi resonansi (amati perubahan amplitudo sinyal pada
OSC dengan memutar ke kiri atau ke kanan (amplitudo SFG) hingga terjadi
perubahan amplitudo (minimum dan maksimum) di OSC, lalu tentukan
frekuensi resonanya.
2. Dalam kondisi Dengan Beban:
a. Mengulangi langkah A.3 di atas dengan memasukkan masing-masing bahan
(besi, tembaga, aluminium atau teflon) ke dalam induktor, lalu menentukan
frekuensi resonansinya.
3. Berdasarkan pengamatan pada prosedur di atas lakukan kegiatan di bawah ini:
a. Menganalisa secara umum dari fakta resonansi yang dihasilkan termasuk
penggunaan penguat.
b. Menentukan frekuensi resonansi sebelum bahan magnet dimasukkan
BAB 4
TUGAS PENDAHULUAN

1. Uraian tentang susceptibilitas dan permeabilitas bahan magnet!

Jawab: Suseptibilitas merupakan kemampuan suatu bahan magnet untuk


dimagnetisasi yang ditentukan oleh nilai suseptibilitas magnet. Atau dapat
didefinisikan pula bahwa suseptibilitas merupakan kecenderungan suatu material
untuk menjadi bahan magnet dalam pengaruh medan magnet luar.

Permeabilitas menyatakan derajat magnetisasi suatu bahan yang


merespon secara linier pengaruh medan magnet luar. Permeabilitas dapat
didefinisikan sebagai konstanta pembanding antara rapat fluks magnetik (B)
dengan kuat medan magnet (H) yang dihasilkan magnet.

2. Turunkan persamaan medan magnetik di dalam solenoida dan persamaan


induktansi solenoid (L) hubungannya dengan permitivitas bahan!
Jawab: Nilai besarnya medan magnet di titik pusat yang dihasilkan sebuah kawat

()
μ0 a 3
melingkar adalah : B=
2a r
Persamaan tersebut diintegralkan dengan panjang dl:

()
μ0 3
a ¿ a
B= ∫ dl sin β=
2a r l r
rdβ rdβ B=μ 0∈ ¿ ∫ sin β dβ ¿
sin β= maka dl= 2l
dl sin β
μ0 ∈¿ 90 °
() ∫ sin β dβ ¿
2
a dβ B=
B=μ 0∈ ¿ ∫ ¿ 2l β
2l r sin β

2l |
B=μ 0∈ ¿ (−cos β ) 90° ¿
β

Maka besar medan magnet di pusat solenoida akibat pengaruh setengah panjang
solenoida adalah:
μ0 ∈¿
B= cos β ¿
2l

14
15

B=μ 0∈ ¿ ( cos β+ cos γ ) ¿


2l
Pada solenoida yang jari-jarinya sangat kecil maka sudut ɣ dan β akan mendekati
nol, maka :
B=μ 0∈ ¿ ( cos 0+cos 0 ) ¿
2l
B=μ 0∈ ¿ ¿
l
3. Dari rangkaian RLC (R seri terhadap LC paralel) dan dengan menggunakan
loop Kirchoff turunkan dan selesaikan persamaan diferensial muatan (Q)
dan tuliskan persamaan Q(t), I(t) dan Io!
Jawab: Hukum Kirchoff II mengatakan bahwa jumlah tegangan dalam suatu
rangkaian tertutup sama dengan 0, dan secara matematis dapat dituliskan sebagai:
∑ V =0
V c +V L=0
−Q dl
Dimana V c = dan V L=−L
c dt
Sehingga, hukum kirchoff II untuk rangkaian dibawah ini adalah:
−Q dl
−L =0
c dt
dQ
Dengan I¿−
dt
−Q
c
−L
d dQ
dt dt
=0( )
2
d Q Q
L 2
+ =0
dt Lc
2 1
Dengan ω = , maka:
Lc
2
d Q
L 2
+ ω2 Q=0
dt
( D 2 +ω 2 ) Q=0
D=±Q
16

Sehingga solusi dari rangkaian ini adalah:


Q= A e−iωt + B eiωt
Atau
Q ( t ) =A cos ωt + Bsin ωt
dI −1
c ∫
Jika V L=−L dan V c = I dt , maka;
dt
V C +V L=0
dI 1
L + ∫ I dt =0
dt c
d2 I 1
L + I =0
dt 2 c
2
d I 1 2 1
2
+ I =0 ; ω =
dt Lc LC
d2 I 2
2
+ ω I =0
dt
Maka:
I ( t )= A cos ωt+ B sin ωt
I 0=I ( 0 )= A cos ω ( 0 )+ B sin ω ( 0 )
Sehingga: I 0= A
4. Turunkan persamaan untuk VR(t), VL(t) dan VC(t) dan Vo
Jawab:
- Untuk VR: V =V m sin ( ωt )
Dengan Hukum Kirchoff loop:
V −IR=0; V m=I m R
V m sin ( ωt )−IR=0 ; I=I m sin(ωt )
Vm
I= sin ( ωt )
R
V R=IR ; V R=V m sin ( ωt )
V R=I m R sin ωt
17

dI
- Untuk VL: V L=L
dt
dI
Loop Kirchoff : V −V L =0 ; L =V m sin ( ωt )
dt
V L=V

dI V m
V L=V m sin ( ωt ) ; = sin ( ωt )
dt L
Vm
∫ dI
dt
dt=∫
L
sin ( ωt ) dt

−V m
I= cos ( ωt )+C
L
1
Nilai I=0 saat ω= π dan C=0
2
−V m
I= cos ( ωt )
L

( )
1 Vm
I =I m sin ωt− π ; I m=
2 ωL
V L=I × L

(1
V L=I m sin ωt− π ωL
2 )
1
V L=I m ω L sin( ωt− ¿ π )¿
2
- Untuk VC:
1
V C =I m ωC sin(ωt− ¿ π )¿
2
- Untuk V0:
V 0=V ( 0 )=V m sin ω ( 0 )
V C =0
5. Tunkan persamaan untuk Daya dan Faktor Kualitas!
Jawab: P ( t ) =I 2 ( t ) R
Daya rata-rata dalam 1 periode:
18

( )
T T T
1 1 1
P= ∫ P (t ) dt = ∫ R I 2 ( t ) dt=R ∫ I 2 ( t ) dt

T 0 T 0 T 0


T
Arus rata-rata kuadrat: I rms = 1 ∫ I 2 tdt
T 0

Untuk tegangan sinusoidalV ( t ) =V p (t ) ( ωt +ϕ 0 )


Vp
V rms = =0,0707 V p
√2
1
Diperoleh daya rata-rata: ⃗
P=I rms 2 R= I p2 R
2
Jika arus searah I melalui R, P=I 2 R
Faktor Kualitas merupakan perbandingan daya relatif induktor atau kapasitor
terhadap rata-rata tahanan pada saat resonansi atau perbandingan frekuensi
resonansi dengan lebar pita.

ω0 ω0
1
LC 1 √ 1 L
f
Q= 0 =
2π f0 L
=

1
=
1 L


Q= = = = = atau ∆t R RC R C
2
∆ ω 2s R R √ LC R C
L
L
6. Dari persamaan di atas tuliskan persamaan impedansi dan frekuensi
resonansinya!
Jawab :

LC paralel 
1
=
1

1
=
1
ZLC J X L J X c ωL
−ωC
1
J [ ]
[ ]
1 J (1−ωLωC)
ZLC=J =
1 ωL dan Z=√ R 2+(X L −X c )2
−ωC
ωL
Impedansi Z=R+ ZLC
J ( 1−ωLωC )
Z=R+
ωC

1 1
Frekuensi resonansi ω 0= dan f r=
√ LC 2 π √ (LC )
19

7. Tentukan frekuensi resonansi!


1 1
Jawab: ω 0= atau f r=
√ LC 2 π √ (LC )

8. Tentukan Induktansi (L) termasuk analisa terhadap efek bahan magnetik


dalam Induktor (L) !
Jawab:
1 2 1
ω= atau ω =
√ LC LC
1 1 1
L= 2
= 2
= 2 2
ω C ( 2 πf ) C 4 π Cf
 saat arus mulai mengalir, dihasilkan medan magnet yang mencoba
menghentikan arus mengalir dengann cara mengalirkan arus kedua yang
berlawanan.]
9. Tentukan Faktor Kualitas, Permeabilitas dan Susceptibilitas bahan magnet
Jawab:

Factor Kualitas: Q=
ω0 1 L
=
∆ω R C √

M
Suseptibilitas: χ m =

H
B
Permeabilitas: magnetik: μ0 =
H
B
dan non-magnetik: μ0 μr =
H
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, A. A., Resti & Nana, 2019. Medan Magnet. Ilmu Fisika.

Monter, R., t.thn. Medan Magnet. [Online]


Available at: https://www.academia.edu/8502451/MEDAN_MAGNET_PDF
[Diakses 24 Maret 2021].

Rusdi, P. A., 2010. Bahan-bahan Magnet. Bali: Universitas Udayana.

R., F. & R., E., 2018. Rancang Bangun Alat Percobaan Resonansi Rangkaian RLC
Menggunakan Sistem Digital. Inovasi Fisika Indonesia, Volume VII, pp. 54-
56.

Sunaryo & Widyawidura, W., 2010. Metode Pembelajaran Bahan Magnet dan
Identifikasi Kandungan Senyawa Pasir Alam Menggunakan Prinsip Dasar
Fisika. Cakrawala Pendidikan, XXIX(1), pp. 68-70.

Yelfianhar, I., 2016. Bahan Magnetik. [Online]


Available at: https://iwan78.files.wordpress.com/2010/11/12_13_bahan-
magnet.pdf
[Diakses 24 Maret 2021].

20

Anda mungkin juga menyukai