Anda di halaman 1dari 30

PEMETAAN NILAI

SUSEPTIBILITAS MAGNETIK
TANAH LAPISAN ATAS DI
KODYA SURAKARTA
MENGGUNAKAN
BARTINGTON MS2 SEBAGAI
INDIKATOR PENDEKATAN
SEBARAN LOGAM

AGNES LAURENCIA ILHAM AJI G.


140710150003 140710150022
JODI APRILIAWARDHANI M. RIZKI FAUZI
140710150010 140710150010
OUTLINE

I II III IV

PENDAHULUAN
DAN METODOLOGI HASIL DAN
KESIMPULAN
RUMUSAN PENELITIAN PEMBAHASAN
MASALAH
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Metode yang Digunakan :
Metode Kemagnetan Batuan
Sumber dengan alat Bartington MS2
bergerak sensor D dan W
Emisi gas
buangan Hasil :
Kesadaran Peta Persebaran Nilai
Sumber Suseptibilitas dan
Masyarakat stasioner dibandingkan dengan variasi
temperatur yang di dapatkan
Penyebab
lain
Kesimpulan :
Sebaran paparan logam
akibat emisi gas buangan
kendraaan
Rumusan Masalah
Bagaimana nilai suseptibilitas magnetic pada daerah yang dilakukan
1 penelitian dilihat dari peta pesebaran nilai suseptibilitas magnetik

Bagaimana temperatur pada daerah penelitian yang di dteeksi


2 mengalami pencemaran
TEORI DASAR
SIFAT KEMAGNETAN PADA BAHAN (DIAMAGNETIK)

Gambar 1. Bentuk magnetisasi bahan diamagnetik (Jiles, 2005) Gambar 2. Kurva histeresis untuk bahan diamagne
tik (Jiles, 1996)

mineral alam yang tidak


mempunyai momen mag
DIAMAGNETIK netik, sehingga kemagne
tannya sangat lemah.
SIFAT KEMAGNETAN PADA BAHAN (PARAMAGNETIK)

terdapat dalam suatu bahan yang


memiliki kulit elektron terluar yang
belum penuh yakni ada elektron
Gambar 3. Bentk magnetisasi pada bahan paramagnetik yang spinnya tidak berpasangan,
PARAMAGNETIK sehingga jika terdapat medan luar,
spin tersebut akan berputar dan
(Jiles, 2005) menghasilkan medanmagnet yang
mengarah searah medan magnet
luar.

Gambar 4. Kurva histeresis untuk bahan paramagnetik (Jiles, 1996)


SIFAT KEMAGNETAN PADA BAHAN (PARAMAGNETIK)

Gambar 5. Bentuk magnetisasi pada bahan ferromagnetik (Jiles, Gambar 6. Kurva histeresis untuk bahan ferromagnetik
2005) (Jiles, 1996)

FERROMAGNETIK
Pada bahan ferromagnetik terdapat banyak kulit elektron yang hanya
diisi oleh satu elektron sehingga mudah terinduksi oleh medan luar.
Suseptibilitas Magnetik
Sifat Kemagne
SUSEPTIBILITAS MAGNETIK Tipe Mineral
tan
Volume (x 10-6
SI)
Massa (x 10-8
m3/kg)
Mineral Magne
1.000.000 – 5.7 20.000 – 110.0
tik Magnetite ( Ferrimagnetik
00.000 00
Fe2O4)
Suseptibiltas magnetik adalah salah satu p Hematite (Fe2 Antiferromagne
500 – 40.000 10 – 760
arameter magnetik yang merupakan ukura O 3) tik
Magheemite ( 2.000.000 – 2.5 40.000 – 50.00
n mudah tidaknya suatu bahan untuk terma Fe2O3)
Ferrimagnetik
00.000 0
gnetisasi jika bahan tersebut dikenakan me Ilemenite (𝛼Fe Antiferromagne 2.200.000 – 3.8
46 – 80.000
dan magnetik luar. TiO3) tik 00.000
Pyrite (FeS2) Ferrimagnetik 35 – 5.000 1 – 100
Pyrhotite (Fe7
Ferrimagnetik 3.200.000 69.000
S8)
𝑀 = χ𝐻 Goethite (𝛼Fe Antiferromagne
1.100 – 12.000 26 – 280
Dalam satuan internasional (SI), 𝑀 dan 𝐻 OOh) tik
Mineral Non M -(13 – 1
mempunyai satuan A/m sehingga χ merupa Kuarsa (SiO2)
agnetik 7)
-(0.5 – 0.6)
kan besaran yang tidak berdimensi. Kalsit (CaCO3)
Mineral Non M
-(7.5 – 39) -(0.3 – 1.4)
agnetik
Mineral Non M
Halite (NaCl) -(10 – 16) -(0.48 – 0.75)
agnetik
Mineral Non M
Galena (PbS) -33 -0.44
agnetik
Tabel 1. Suseptibilitas Magnetik dari berbagai
mineral (Bijaksana, 2002)
SUSEPTIBILITAS MAGNETIK

• Suseptibilitas magnetik pada dasarnya bergantung dari konsentrasi mine


ral magnetik, komposisi mineral magnetik, ukuran dan bentuk bulir (grain
), serta domain (Dearing, 1999).
• Berdasarkan ukuran bulirnya, sifat magnetik suatu bahan dibagi dalam e
mpat kategori, yaitu domain jamak atau multidomain (MD), single domai
n (SD), pseudo single domain (PSD) dan superparamagnetic (SP).
• Perubahan perbandingan bulir SP diantara bulir yang lain pada batuan, t
anah ataupun sedimen di duga merupakan gambaran dari perubahan ya
ng terjadi pada lingkungan.
• Perbedaan suseptibilitas magnetik dalam satu decade perbedaaan freku
ensi dikenal dengan parameter frequency-dependent susceptibility (FDS
).
• FDS dapat dipresentasikan suseptibilitas magnetik per satuan massa (χF
D), dimana χFD = χLF – χHF atau dalam bentuk χFD(%) = (χLF – χHF) / χLF x 1
00%.
SISTEM BARTINGTON MS2 SUSEPTIBILITAS METER
BARTINGTON MS2 SENSOR D

Gambar 7. Surveying in the mountain tundra region of northern Sweden using


the MS2D by Barington Instruments. (Andreas Viberg, 2012)
SISTEM BARTINGTON MS2 SUSEPTIBILITAS METER
BARTINGTON MS2 SENSOR W

Gambar 8. Suseptibilitas meter dengan tipe Bartington MS2 sensor W


METODOLOGI
PENELITIAN
Mulai

Pengukuran

Permukaan Tanah Sampel tanah pada kedala


man 0.1 m

DIAGRAM PENELITIAN Nilai Suseptibilitas Magn


etik

Peta Kontur Suseptibilitas Nilai Suseptibilitas Magne


Magnetik tik

Analisis

Kesimpulan
Gambar 9. Prosedur Peneliti
Selesai an
PEMETAAN MAGNETIK

• Pemetaan ini dilakukan untuk mengetahui nilai suseptibilitas magnetik ta


nah lapisan atas.
• Nilai suseptibilitas magnetik yang tinggi disebabkan oleh mineral logam
yang tersebar di Kodya Surakarta.
PENCUPLIKAN TANAH

• Sampel tanah diambil berdasarkan nilai suseptibilitas magnetik (tinggi, s


edang, rendah).
• Sampel tanah diuji di laboratorium untuk melihat karakteristik hubungan
suseptibilitas magnetik dengan temperature sampel.
• Grafik tersebut kemudian digunakan sebagai bahan dasar analisis samp
el (paramagnetik atau feromagnetik)

Gambar 10. Bartington Suscepbility Temperature System


HASIL DAN
PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Tujuan : memetakan nilai suseptibilitas m
agnetik tanah lapisan atas dengan kedala
man tertentu sebagai bahan analisis seba
ran logam di Kodya Surakarta.
• Luas area : 44.04
• Hasil : peta kontur isosuseptibilitas.
• Pengukuran secara in – situ menunjukkan
nilai suseptibilitas magnetik tanah lapisan
atas di Kodya Surakarta berada pada rent
ang (9.6 - 974.7) x 10-5, yang berarti term
asuk dalam rentang nilai mineral ferromag
netik.
– Suseptibilitas tinggi ditunjukkan pada
rentang 900 x 10-5 – 950 x 10-5. Gambar 11. Peta kontur nilai suseptibilitas magnetik dari are
a survei di Kodya Surakarta
– Suseptibilitas rendah mempunyai ren
tang 0 – 50 x 10-5.
– Suseptibilitas sedang mempunyai ren
tang 450 x 10-5 – 500 x 10-5.
Koordinat Χ(10-5)
HASIL DAN PEMBAHASAN (2,3) 808.6
(3,3) 947.2
• Terdapat 3 titik yang mempunyai nilai relat (4,3) 872.3
if rendah disebabkan terdapatnya vegetas (5,3) 737.3
i tanaman. Cara pengeliminasian logam ol (6,3) 333.8
eh tanaman : (7,3) 246.3
– Fitostabilisasi (8,3) 712.9
– Fitostimulasi (9,3) 744.8
– Fitodegradasi (10,3) 595.0

– Fito ekstrasi (11,3) 904.1


(12,3) 958.1
– Fitovolatilisasi
(13,3) 901.1
– Rhizofiltrasi
• 9 titik lainnya diukur langsung berdekatan Tabel 2. Pemetaan Nilai Suseptibilitas Magnetik di Jala
dengan jalan raya dan jalan utama. n Slamet Riyadi
• Hal tersebut menguatkan bahwa gas bua
ngan kendaraan bermotor menjadi salah s
atu sumber polutan logam.
HASIL DAN PEMBAHASAN

• Penelitian terdahulu yang dilakukan Endang Purwanti (2002) terkait pem


etaan nilai suseptibilitas magnetik di daerah Ngoresan, Jebres, Surakart
a menyarankan adanya penelitian tambahan dengan metode pencuplika
n tanah untuk dilakukan penelitian suseptibilitas magnetik tanah di labor
atorium dengan menggunakan variasi temperatur.

• Sampel yang diperoleh dilakukan uji menggunakan Bartington Susceptib


ility Temperatur System yang diolah dengan software Geolabsoft v2.2 se
hingga diperoleh grafik hubungan antara suseptibilitas magnetik (χ) dan t
emperatur (T).

• Kategori sampel :
• Kategori jalan utama
• Kategori jalan raya
• Kategori pemukiman
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kategori Jalan Utama

Sampel 1 (Pertigaan Sampel 5 (Jln. Slamet Riy


Taman Ganesha, Jln. adi ; Pertigaan depan Pa
Tentara Pelajar) brik Jamu Air Mancur)

Sampel 6 (Jln. Sutan S Sampel 7 (Jln. Sam


yahrir) anhudi)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kategori Jalan Raya

Sampel 2 (Depan A
UB, Jln. Martawalan Sampel 7 (Jln. Saman
da Maramis) hudi)

Sampel 8 (Jln. Kebangkitan Nasional)


HASIL DAN PEMBAHASAN
Kategori Pemukiman

Sampel 3 (Jln. Madukoro) Sampel 4 (Jln. Blewah Raya I)


HASIL DAN PEMBAHASAN

• Hubungan antara kenaikan suhu dengan n


ilai suseptibilitas adalah linier, dimana naik
nya variasi suhu maka suseptibilitas magn
etik juga mengalami kenaikan.
• Pemanasan yang terus dilakukan diatas s
uhu Curie menyebabkan grafik yang diper
oleh adalah penurunan nilai suseptibilitas
magnetik pada variasi kenaikan suhu yang
diberikan.
• Penurunan ini disebabkan karena pada su
hu di atas suhu Curie bahan ferromagnetik
berubah menjadi paramagnetik. Gambar 13. Grafik χ vs T untuk sampel nikel (Agus Sugianto,
• Dari penelitian ini diperoleh suseptibilitas 2005)
magnetik sampel tanah sebelum mencapai
suhu Curie berkisar antara 35 – 600.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Suhu Curie (°C)

1 300

2 270

• Suhu Curie sampel tanah yang diperoleh dari 3 200


penelitian berkisar antara 200° C sampai 300°
4 260
C.
5 275

6 270

7 250

8 265

9 250

Tabel 5. Suhu Curie Sampel Tanah Hasil Penelitian


KESIMPULAN DAN
SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
• Pengukuran suseptibiitas magnetik dapat digunakan sebagai metode dal
am mendeteksi sebaran logam.
• Pengukuran di dekat jalan utama mempunyai nilai suseptibilitas magneti
k lebih tinggi daripada yang jauh dari jalan utama (pemukiman) menunju
kkan kandungan logam yang tinggi sebagai indikasi bahwa sumber utam
a polusi tanah adalah efek gas buangan kendaraan bermotor.
• Temperature Curie logam yang diperoleh dalam penelitian antara 200° C
sampai 300° C.

Saran
Saran yang dapat diberikan adalah memperbanyak pengambilan sampel tan
ah dari beberapa area yang berbeda dalam satu titik sampel untuk mempero
leh data yang lebih mewakili karakteristik titik yang diteliti tersebut. Hal ini di
sebabkan adanya kemungkinan intensitas logam berat yang berbeda – beda
dalam satu titik yang mencakup satu luasan daerah tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

• Alonso, M., Finn, E. J., 1992 : Physics, Addison – Wesley.


• Anonim, 2006 : Proposal Peningkatan Pelayan Angkutan Umum di Kody
a Suarakarta, Pemkot Surakarta.
• Endang Purwanti, 2002 : Analisis Suseptibilitas Magnetik pada Tanah M
enggunakan Bartington MS2 Meter di Ngoresan Jebres Surakarta, Skrip
si, Fisika, FMIPA UNS, Surakarta.
• Hoffman, V., Knab, M., Appel, E., 1999 : Magnetic Susceptibility Mapping
of Roadside Pollution, Hournal of Geochemical Exploration, Vol. 66, Hal.
313 – 326.
• Jiles, 1996, Introduction to Magnetism and Magnetite Material, New York
, USA : Chapman and Hall.
• Satria Bijaksana, 2002 : Analisa Mineral Magnetik dalam Masalah Lingku
ngan, Jurnal Geofisika, Edisi 2002, No. 1, Hal 19 – 27.
Thank you
ANY QUESTION???

Anda mungkin juga menyukai