TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian Magnet
Magnet adalah suatu materi yang mempunyai suatu medan magnet. Magnet juga
merupakan material maju yang sangat penting untuk beragam aplikasi teknologi
canggih, berfungsi sebagai komponen pengubah energi gerak menjadi listrik dan
sebaliknya, seperti: otomotif, elektronik dan energy (Collocott, S.J.,2007).
Peningkatan efisiensi energi seperti pada sistem generator listrik, sistem
penggerak listrik/motor listrik, otomatisasi industri dan lainnya sangat ditentukan
oleh sifat material magnet tersebut (Sardjono, 2012).
Kata magnet berasal dari bahasa Yunani, magnitis lithos yang berarti batu
Magnesian. Magnesia adalah nama sebuah wilayah Yunani pada masa lalu,
dimana terdapat batu magnet yang ditemukan sejak zaman dulu di wilayah
tersebut. Magnet selalu memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan selatan.
Walaupun magnet itu dipotong-potong sampai kecil, potongan tersebut akan tetap
memiliki dua kutub (Vlack, 2014).
Fenomena magnetisme (kemagnetan) sebenarnya telah diamati manusia
sejak beberapa abad sebelum masehi. Pada masa lampau magnet dikenal sebagai
sebuah material berwarna hitam yang disebut lodestone dan dapat menarik besi
serta benda benda logam lainnya. Batu magnet ditemukan pertama kali di
Magnesia, Asia kecil dan penggunaannya dalam praktek yang pertama
dipertunjukkan oleh bangsa Cina pada tahun 2637 sebalum Masehi, berupa
kompas kutub (kompas penunjuk kutub bumi (Julia, 2011). Magnet dapat dibuat
dari bahan besi, baja, dan campuran logam. Sebuah magnet terdiri atas magnetmagnet kecil yang memiliki arah yang sama (tersusun teratur), magnet-magnet
kecil ini disebut magnet elementer. Pada logam yang bukan magnet, magnet
elementernya mempunyai arah sembarangan (tidak teratur) sehingga efeknya
saling meniadakan, yang mengakibatkan tidak adanya kutub-kutub magnet pada
ujung logam.
Kutub magnet adalah daerah yang berada pada ujung-ujung magnet
dengan kekuatan magnet yang paling besar berada pada kutub-kutubnya. Magnet
dapat menarik benda lain, bahkan ada yang tertarik lebih kuat dari benda lainnya,
yaitu bahan logam. Namun tidak semua logam mempunyai daya tarik yang sama
terhadap magnet. Besi dan baja adalah dua contoh materi yang mempunyai daya
tarik magnet yang tinggi. Sedangkan oksigen cair adalah contoh materi yang
mempunyai daya tarik magnet rendah (Julia, 2011).
(b)
(a)
Gambar 2.1. Arah Partikel Pada Magnet, (a) Arah partikel acak (Isotropi).
(b) Arah partikel searah (Anisotropi) (Masno G, 2006)
Magnet permanen isotropi merupakan magnet dimana arah domain magnet
partikel-partikelnya
masih
acak.
Sedangkan
magnet
anisotropi
pada
materials.
Penggolongan
ini
berdasarkan
kekuatan
medan
tetapi mengikuti hubungan B H yang melonjak ke level yang lebih tinggi, dan
kemudian bertahan mendekati konstan di dalam medan magnetik yang tetap lebih
kuat. Kurva histerisis dari suatu magnet permanen memperlihatkan perbedaan
yang sangat mencolok. Ketika medan magnetik dihilangkan, sebagian besar
induksi dipertahankan agar menghasilkan induksi remanen (Br). Medan terbalik,
disebut medan koersifitas (-Hc), diperlukan sebelum induksi turun menjadi nol.
Sama dengan loop lengkap dari suatu magnet lunak, loop lengkap suatu magnet
permanen mempunyai simetri 180.
Hasil-kali antara medan magnetik (A/m) dan induksi (V.s/m2) adalah
energi persatuan volume, daerah terintegrasi di dalam loop histerisis adalah energi
yang diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus magnetisasi dari 0 ke (+H), ke
(H) dan kembali ke 0. Energi yang diperlukan magnet lunak sangat kecil,
sedangkan magnet keras memerlukan energi yang cukup besar dan pada kondisi
ruang demagnetisasi tidak akan terjadi. Magnetisasinya adalah magnetisasi yang
permanen. Untuk itu, magnet keras (hard magnetic) dapat juga disebut sebagai
magnet permanen. Beberapa sifat dari magnet permanen dapat dilihat pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1. Sifat Beberapa Magnet Keras (Hilda Ayu, 2013)
Medan
Hasil Kali
Remanensi
Koersifitas
Demagnetisasi
Br
-Hc
Maksimum
(V.s/m2)
(kA/m)
BHmaks (kJ/m3)
Baja karbon-biasa
1,0
Alnico V
1,2
55
34
Feroxdur (BaFe12O19)
0,4
150
20
RE Co *
1,0
700
200
Material Magnetik
Nd2Fe14B
1600
* Tanah jarang kobalt, khususnya samarium
BHmaks merupakan satu ukuran yang lebih baik, karena hasil-kali ini
menunjukkan hambatan energi kritis yang harus dilampaui agar demagnetisasi
bisa terjadi (Manaf, 2013).
(2.1)
dengan:
Ms
1 B
= 9,273 x 10-24J.T-1
(2.2)
dengan:
o
Js
dapat dicapai pada aplikasi medan magnet yang relatip tinggi. Oleh karena itu,
untuk menimbulkan sifat anisotropi, magnet dibuat agar memiliki arah yang
disukai tersebut (preferred direction). Pada keadaan stabil, arah momen magnet
atau magnetisasi kristal adalah sama dengan arah sumbu mudah. Pada konfigurasi
keaadan stabil ini energi total dalam magnet adalah minimum. Sumbu kristal yang
lain disebut sumbu keras, dimana kemagnetan pada arah ini meningkatkan energi
kristal. Oleh karena itu diperlukan suatu energi untuk mengubah arah vektor
magnetisasi yang tadinya searah dengan sumbu mudah. Energi yang diperlukan
untuk mengarahkan arah momen magnet menjauhi sumbu mudahnya disebut
magnetocrystalline energy atau anisotropy energy (Manaf, 2013).
Gambar 2.3. Penentuan Nilai (BH)max dari Kuadran ke-II Loop Histerisis
(Manaf, 2013)
Sejak ditemukan fasa magnetik ReFeB pada tahun 1983, telah banyak penelitian
yang dilakukan untuk mencapai nilai (BH)max tertinggi. Berbagai usahateknik
preparasi telah dikembangkan dan disain mikrostruktur dioptimalkan. Namun,
nilai (BH)max dari magnet permanen Nd-Fe-B tertinggi yang pernah dicapai pada
skala laboraturium baru mencapai ~ 400 kJ.m-3, yaitu kira-kira 78% dari nilai
intrinsiknya (Manaf, 2013). Jelaslah, penelitian tentang magnet Re-Fe-B masih
terus berlanjut meskipun pada saat ini magnet permanen kelas ini telah diproduksi
secara komersial (Manaf, 2013).
dapat memberikan medan yang konstan tanpa mengeluarkan daya yang terus
menerus.
Bahan keramik yang bersifat magnetik umumnya merupakan golongan
ferit, merupakan oksida yang disusun oleh hematit (-Fe2O3) sebagai komponen
utama. Bahan ini menunjukkan induksi magnetik spontan meskipun medan
magnet luar yang diberikan dihilangkan. Material ferit dikenal sebagai magnet
keramik, bahan itu tidak lain adalah oksida besi yang disebut ferit besi (ferrous
ferrite) dengan rumus kimia MO.(Fe2O3)6, dimana M adalah Ba, Sr atau Pb.
6Fe2O3 + BaCO3 BaO.6Fe2O3+ CO2
Pada umumnya ferit dibagi menjadi tiga kelas:
1. Ferit lunak, ferit ini mempunyai formula MFe2O4, dimana M = Cu, Zn, Ni, Co,
Fe, Mn, dan Mg dengan struktur kristal seperti mineral spinel. Sifat bahan ini
mempunyai permeabilitas dan hambatan jenis yang tinggi, serta koersivitas
yang rendah.
2. Ferit keras, ferit jenis ini adalah turunan dari struktur magneto plumbit yang
dapat ditulis sebagai MFe12O19, dimana M = Ba, Sr, Pb. Bahan ini mempunyai
gaya koersivitas dan remanen yang tinggi dan mempunyai struktur kristal
heksagonal dengan momen-momen magnetik yang sejajar dengan sumbu c.
3. Ferit berstruktur Garnet, magnet ini mempunyai magnetisasi spontan yang
bergantung pada temperatur secara khas. Strukturnya sangat rumit, berbentuk
kubik dengan sel satuan disusun tidak kurang dari 160 atom.
Magnet keramik yang merupakan magnet permanen mempunyai struktur
hexagonal close-pakced (HCP). Dalam hal ini bahan yang sering digunakan
adalah Barrium Ferrite (BaO.6Fe2O3), dapat juga barium digantikan bahan yang
menyerupai
(segolongan)
dengannya,
yaitu
seperti
Strontium.
Material
pada penyusunan FeB juga terdiri dari beberapa unsur pemadu yaitu Fe dan B.
Paduan Ferro terdiri dari Besi (Fe) dan Boron dengan kandungan Boron (B)
antara 17 % - 20 % , memiliki stuktur orthorhombic dengan titik lelehnya
berkisar antara 1450 o C 1550 o C ,dan parameter kisi a = 4,0530 Angstrom ,b =
5,4950 dan c = 2,9460 Angstrom (Martin, 2006).
Penggunaan Ferro Boron meliputi:
1. Peningkatan kekerasan paduan baja rendah.
2. Perawatan permukaan baja borat.
3. Pengurangan nitrogen.
4. Pembuatan NdFeB magnet permanen.
5. Pembuatan logam kaca (Sariyer, 2015).
Besi adalah logam transisi yang paling banyak dipakai karena relatif melimpah di
alam dan mudah diolah. Biji besi biasanya mengandung hematite (Fe2O3) yang
dikotori oleh pasir (SiO2) sekitar 10 %, serta sedikit senyawa sulfur, posfor,
aluminium dan mangan.
Besi juga diketahui sebagai unsur yang paling banyak di permukaan bumi,
yaitu kira-kira 4,7 - 5 % pada kerak bumi. Kebanyakan besi terdapat dalam batuan
dan tanah sebagai oksida besi, seperti oksida besi magnetit (Fe3O4) mengandung
besi 65%, hematite (Fe2O3) mengandung 6075 % besi, limonet (Fe2O3.H2O)
mengandung besi 20 % dan siderit (Fe2CO3). Dari mineral mineral bijih besi,
magnetit adalah mineral dengan kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat dalam
jumlah kecil (Nurul Anwar, 2011 ). Sementara hematite merupakan mineral bijih
utama yang dibutuhkan dalam industri besi. Dalam kehidupan, besi merupakan
logam paling umum digunakan dari pada logam-logam yang lain. Hal ini
disebabkan karena harga yang murah dan kekuatannya yang baik serta
penggunaannya yang luas (Abhijit P. Jadhav, 2014). Beberapa jenis genesa dan
endapan yang memungkinkan besi bernilai ekonomis (Nurul Anwar, 2011):
1. Magnetik: magnetite dan titani ferrous magnetite
2. Metasomatik kontak: magnetite dan specularite
3. Pergantian/replacement: magnetite dan hematite
Besi
Simbol
Fe
Nomor Atom
26
Massa Atom
55,845 g/mol
Titik Didih
3134 K
Titik Lebur
1811 K
Struktur Kristal
Warna
Perak keabu-abuan
Konfigurasi elektron
[Ar]3d64s2
Boron
Simbol
Nomor Atom
Massa Atom
10,811 g/mol
Titik Didih
4200 K
Titik Lebur
2349 K
Struktur Kristal
Rhombohedral (Trigonal)
Warna
Hitam
Konfigurasi electron
[Ar]2s22p1
2.8.2 Annealing
Proses annealing didefenisikan sebagai pengerjaan bijih pada temperatur tinggi
tetapi masih di bawah titik leleh tanpa disertai penambahan reagen dengan
maksud untuk mengubah bentuk senyawa dalam konsentrat. Annealing juga
merupakan proses perlakuan panas yang dilakukan terhadap bijih agar terjadi
dekomposisi dari senyawa yang berikatan secara kimia dengan bijih, yaitu karbon
dioksida dan air, yang bertujuan mengubah suatu senyawa karbon menjadi
senyawa oksida yang sesuai dengan keperluan pada proses selanjutnya. Proses
tersebut
dengan
suhu
annealing
1000oC
didapatkan
bahwa
2.9Karakterisasi Hasil
2.9.1 Pengujian Densitas
Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material atau sering
didefinisikan sebagai perbandingan antara massa (m) terhadap volume (v), dalam
hubungannya dapat dituliskan sebagai berikut (M. Ristic, 1997).
=
(2.3)
dengan :
= Densitas (gram/cm3)
Ada dua macam densitas yaitu: true density dan bulk density (metode
Archemedes). True density adalah kerapatan dari serbuk yang diukur dengan
menggunakan piknometer. Densitas serbuk dapat dihitung dengan rumus:
= (
)
)(
air
(2.4)
dengan:
m1
m2
m3
m4
diketahui apakah terjadi perbesaran butiran atau grain growth, sejauh mana poripori sisa yang terbentuk didalam badan keramik.Adapun perbedaan antara SEM
dan OM adalah terletak pada perbesaran obyek (resolusi) yang lebih tinggi
daripada mikroskop optik.Sebenarnya, dalam fungsi perbesaran obyek, SEM juga
menggunakan lensa, namun bukan berasal dari jenis gelas sebagaimana pada
mikroskop optik, tetapi dari jenis magnet. Sifat medan magnet ini bisa mengontrol
dan mempengaruhi elektron yang melaluinya, sehingga bisa berfungsi
menggantikan sifat lensa pada mikroskop optik (Tabitaria, 2015).
Secara umum prinsip kerja XRD ditunujkkan oleh gambar 2.7 berikut:
1.Generator tegangan tinggi (A) berfungsi sebagai catu daya, sumber sinar-X (B)
2. Sampel berbentuk pellet (C) diletakkan diatas tatakan (D) yang dapat diatur.
3. Berkas sinar-X didifraksikan oleh sampel dan difokuskan melewati celah (E),
kemudian masuk ke alat pencacah berputar sebesar
4. Intensitas difraksi sinar-X direkam dalam bentuk kurva terhadap jarak antara
bidang d.
Untuk mengetahui fasa dan struktur material yang diamati dapat dilakukan dengan
cara sederhana, yaitu dengan cara membandingkan nilai d yang terukur dengan
nilai d pada data standart. Data standart dapat diperoleh melalui Joint Comitte of
Powder Difraction Standard (JCPDS) atau dengan metode hanawalt (Ningsih,
2015)
Prinsip dasar penentuan struktur adalah dengan teknik difraksi sinar x
karakteristik, dimana berlaku hukum Bragg:
2 d sin
=n
(2.5)
dengan d adalah jarak antar bidang atom-atom dalam kristal (bidang dengan
indeks Miller tertentu), q adalah sudut difraksi dan l adalah panjang gelombang
sinar X yang dipergunakan. Bila diambil bidang-bidang dengan indeks Miller
berbeda maka dengan menggunakan metode analitik, dapat ditentukan sistem dan
parameter kisi kristal.Teknik perhitungan parameter kisi tergantung pada struktur
kristal bahan.