Anda di halaman 1dari 18

SIFAT MAGNETIK PADA ZAT PADAT

Disusun Oleh:
Kelompok : 2 ( Dua )
Aknes Febriani (1910209008)
Rindi Utari (1910209010)
Yunita Hapriza (1910209012)
Tenti Fadillah (1920209016)

Dosen Pengampu:
Nurhamidah S,Pd ,M.SI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, Tuhan semesta alam, atas ridha dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah FISIKA ZAT PADAT dengan baik. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. selaku
Rasulullah di akhir zaman.
Sebagaimana kita ketahui bahwa penyusunan makalah ini agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang FISIKA ZAT PADAT, yang kami sajikan dalam
beebagai sumber. Tersusunnya makalah ini berkat usaha yang maksimal penulis
dan bantuan berbagai pihak yang telah membantu baik berupa dorongan semangat
maupun materil.
Demikianlah penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya
kepada pihak yang telah membantu kami semua dengan baik, serta meminta maaf
apabila ada bebera kesalahan yang kami lakukan secara sengaja maupun tidak
disengaja.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan dapat menjadi amal soleh
yang senantiasa mendapatkan ridho Allah SWT dan di berikan balasan yang
berlipat ganda kepada semuannya. Untuk itu semoga makalah FISIKA ZAT
PADAT ini kelak bermanfaat di kemudian hari. Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Palembang, Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Solid-state fisika, cabang terbesar Fisika benda terkondensasi, adalah
studi tentang materi yang kaku, atau zat padat, melalui metode seperti
mekanika kuantum, kristalografi, elektromagnetisme dan metalurgi. Solid-
state physics considers how the large-scale properties of solid materials
result from their atomic-scale properties. Solid-state fisika
mempertimbangkan bagaimana sifat skala besar bahan padat hasil dari
mereka atom skala-sifat. Solid-state physics thus forms the theoretical
basis of materials science. as well as having direct applications, for
example in the technology of transistors and semiconductors. Fisika solid-
state sehingga membentuk teori dasar ilmu material, serta memiliki
aplikasi langsung, misalnya dalam teknologi transistor dan semikonduktor.
Bahan padat yang dibentuk dari atom padat-penuh, dengan pasukan
persentuhan yang intens diantara mereka. These interactions are
responsible for the mechanical (eghardness and elasticity), thermal,
electrical, magnetic and optical properties of solids. Interaksi ini
bertanggung jawab atas mekanik (misalnya kekerasan dan elastisitas),
termal, listrik, magnetik dan optik sifat benda padat. Depending on the
material involved and the conditions in which it was formed, the atoms
may be arranged in a regular, geometric pattern (crystalline solids, which
include metals and ordinary water ice) or irregularly (an amorphous solid
such as common window glass). Tergantung pada bahan yang terlibat dan
kondisi di mana ia terbentuk, atom dapat diatur dalam biasa, pola
geometris (padatan kristal, yang termasuk logam dan biasa air es) atau
tidak teratur (sebuah amorf solid seperti biasa jendela kaca).

iv
B. Rumusan Masalah
Adapun rumsan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana menjelaskan dipol magnetik bahan diamagnetik.
2. Bagaimana menjelaskan dipol magnetik bahan paramagnetik.
3. Bagaimana menjelaskan dipol magnetik bahan ferromagnetik.
4. Bagaimana menjelaskan dipol magnetik bahan antiferomagnetik.

C. Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini adalah:
1. Menjelaskan dipol magnetik bahan diamagnetik.
2. Menjelaskan dipol magnetik bahan paramagnetik.
3. Menjelaskan dipol magnetik bahan ferromagnetik.
4. Menjelaskan dipol magnetik bahan antiferomagnetik.

v
BAB II
PEMBAHASAAN

A. SIFAT MAGNETIK PADA ZAT PADAT


Sifat magnet dari suatu zat dapat ditunjukkan dan diukur dengan
neraca. Zat yang bersifat diamagnetik akan menunjukkan berat kurang,
sedangkan yang bersifat paramagnetik menunjukkan berat lebih. Sifat
magnet zat berkaitan dengan konfigurasi elektronnya. Zat yang bersifat
paramagnetik mempunyai setidaknya satu elektron tak berpasangan.
Semakin banyak elektron tak berpasangan, semakin bersifat paramagnetik.
Pengukuran sifat magnet dapat digunakan untuk menentukan jumlah
elektron tak berpasangan.
Kemagnetan tidak dapat dipisahkan dari mekanika kuantum, lebih
tepatnya sistem klasik dalam setimbang termal dapat menunjukkan tidak
adanya momen magnet pada saat di medan magnet. Momen dipol magnet
pada sebuah atom bebas berasal dari 3 sumber utama, yaitu:
1. Spin Elektron (dari elektron yang disubsidi)
2. Orbital elektron
3. Perubahan momen magnet orbit yang diinduksi oleh medan magnet
luar.
Sumber 1 dan 2 memberikan pengaruh terhadap kontribusi
paramagnetik untuk pemagnetisasian, dan sumber ketiga memberikan
kontribusi diamagnetik. Magnetisasi (M) didefinisikan sebagai momen
dipol magnet (  ) per satuan volume (V) dan secara matematis dapat
ditulis sebagai berikut:
1. Dipol Magnetik Bahan Diagmetik
Bahan diamagnetisme merupakan bahan yang memiliki nilai
suseptibilitas magnetik Xm negatif dan sangat kecil. Sifat diamagnet
ditemukan oleh Faraday pada tahun 1846 ketika ia mengetahui bahwa
sekeping bismuth ditolak oleh kedua kutub magnet, yang
memperlihatkan bahwa medan luar dari magnet tersebut
menginduksikan suatu momen magnetik pada bismuth dalam arah

vi
yang berlawanan dengan medan tersebut. Kita dapat memahami
pengaruh ini secara kualitatif dengan menggunakan hukum Lenz.
Atom dengan struktur elektron kulit tertutup memiliki momentum
sudut total sama dengan nol dan dengan demikian tidak ada momen
magnetik permanen totalnya. Bahan-bahan yang memiliki atom yang
demikian-bismut, misalnya-merupakan bahan diamagnetik.
Sebagaimana yang akan kita lihat kemudian, momen magnetik
induksi yang menyebabkan diamagnetisme memiliki besar orde 10-
5
 magneton Bohr. Karena nilai ini jauh lebih rendah daripada momen
magnetik permanen atom-atom bahan paramagnetik dan
feromagnetik, yang tidak memiliki struktur kulit tertutup, pengaruh
diamagnetik pada atom-atom ditutupi oleh penyearahan momen
magnetik permanen. Akan tetapi, karena penyebarisan ini menurun
terhadap temperatur, semua bahan secara teoritis bersifat diamgnetik
pada temperatur yang cukup tinggi.
Superkonduktor merupakan diamagnetik yang sempurna, artinya
superkonduktor ini memiliki suseptibilitas magnetik -1. apabila
superkonduktor ini ditempatkan dalam medan magnetik luar, arus
listrik akan diinduksikan pada permukaannnya sehingga medan
magnetik total dalam superkonduktor tersebut menjadi nol. Perhatikan
batang superkonduktor di dalam solenoida dengan n lilitan per
panjang satuan. Apabila solenoidanya dihubungkan dengan sumber
ggl sehingga menyalurkan arus I, medan magnetik akibat
solenoidanya akan sama dengan . Arus permukaan sebesar –nI per
panjang satuan yang diinduksikan pada batang superkonduktor akan
meniadakan medan akibat solenoida sehingga medan total di dalam
superkonduktor sama dengan nol.
Pada elektromagnetik, kita telah mengenal Hukum lenz: Saat fluks
magnetik pada rangkaian listrik berubah, arus imbas induksi akan
muncul dalam arah sedemikian rupa sehingga arah tersebut
menentang perubahan yang menghasilkannya. Pada superkonduktor
atau pada orbit elektron dalam atom, arus induksi sepanjang

vii
medannya ada. Medan magnet arus induksi berlawanan arah dengan
medan magnet luar dan momen medan magnet yang dihubungkan
dengan arus adalah momen diamagnetik. Pada logam normal ada
kontribusi diamagnetik dari konduksi elektron dan diamagnetisnya
tidak dirusak oleh benturan elektron. Perlakuan diamagnetik atom dan
ion adalah dengan menggunakan Teorema Larmor, yaitu : Dalam
sebuah medan magnet, gerak elektron di sekitar inti adalah sama
dengan gerak tanpa medan magnet, kecuali untuk superposisi dari
sebuah presisi elektron dengan frekuensi sudut :

dimana luas loop yang berjari-jari ρ adalah πρ2. Sehingga


persamaan momen magnetiknya adalah:

viii
Dimana:

Suseptibilitas per satuan volume untuk N = jumlah atom per satuan


volume dan M= jumlah momen dipol per volume adalah:

ix
Contoh soal hukum lenz:
Sebuah penghantar lurus panjang yang dialiri oleh arus listrik
sebesar 1.5 A. Suatu elektron bisa bergerak dengan kecepatan 5x 104
m/s searah arus di dalam pengantar dengan jarak 0,1 m dari penghantar
tersebut. Jika muatan elektron sebesar -1,6 x 10-19 C, maka berapakah
besar gaya pada elektron oleh arus di dalam penghantar itu?
Penyelesaian:
Diketahui:
I = 1,5 Av = 5 x 104 m/sa = 0,1 me = -1,6 x 10-19 C
Jawaban:
Kuat dari medan magnet:
⇒ B = μo.I2πa
⇒ B = (4π x 10-7)(1,5)2π(0,1)
⇒ B = 6 x 10-70,2
⇒ B = 3 x 10-6 Wb/m2
Gaya yang terdapat pada elektron:
⇒ F=e.v.B
⇒ F=(1,6 x 10-19)(5 x 104)(3 x 10-6)
⇒ F=24 x 10-21
⇒ F=2,4 x 10-20 N

x
Jadi, besar gaya pada elektron dari arus di dalam penghantar adalah
sebesar 2,4 x 10-20 N.

Contoh 2:
Terdapat sebuah kumparan dengan memiliki jumlah lilitan 100
dengan waktu 0,01 detik. bisa menimbulkan perubahan fluks magnet
sebesar 10-4 Wb. Maka berapakah GGL (Gaya Gerak Listrik) induksi
yang akan muncul di ujung kumparan tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui:
N = 100 Lilitan
dΦ/dt=10-4Wb per 0.01 sekon = 10-2 Wb/s.
Jawaban:
ε = -N (dΦ / dt)
ε = – 100 (10-2)
ε = -1 Volt
(Bentuk tanda negatif tersebut hanya menunjukkan arah dari arus
induksinya).Maka, totoal dari gaya gerak listrik induksi elektromagnet
yang didapatkan dari ujung kumparan tersebut adalah sebesar 1 Volt.
2. Dipol Magnetik Bahan Paragmetik
Bahan paramagnetik ialah bahan-bahan yang memiliki suseptibiltas
magnetic Xm yang positif, dan sangat kecil. Paramagnetisme muncul
dalam bahan yang atom-atomnya memiliki momen magnetik
permanen yang berinteraksi satu sama lain secara sangat lemah.
Apabila tidak terdapat medan magnetik luar, momen magnetik ini akan
berorientasi acak. Dengan daya medan magnetik luar, momen
magnetik ini cenderung menyearahkan sejajar dengan medannya,
tetapi ini dilawan oleh kecenderungan momen untuk berorientasi acak
akibat gerakan termalnya. Perbandingan momen yang menyearahkan
dengan medan ini bergantung pada kekuatan medan dan pada
temperaturnya. Pada medan magnetik luar yang kuat pada temperatur
yang sangat rendah, hampir seluruh momen akan diserahkan dengan

xi
medannya. Dalam keadaan ini kontribusi pada medan magnetik total
akibat bahan ini sangat besar, seperti yang diperlihatkan dalam taksiran
numerik. Akan tetapi, sekalipun dengan medan magnetik terkuat yang
dapat diperoleh di laboratorium, temperatur haruslah serendah
beberapa Kelvin untuk memperoleh derajat penyearahan yang tinggi.
Energi potensial listrik dengan momen p dalam medan listrik E
pada persamaan:

Energi potensial dari suatu dipol magnetik dengan momen m di


dalam medan magnetik luar B diberikan oleh persamaan yang sama:

Energi potensial apabila momennya sejajar dengan medan (θ = 0)


dengan demikian lebih rendah dibandingkan apabila momennya sejajar
dan berlawanan arah (θ = 180o) sebesar 2mB. Untuk momen magnetik
1 magneton Bohr dan medan magnetik sekuat 1 T, perbedaan energi
potensialnya adalah:

Pada temperature normal T=300K, energi termal kT ialah:

yang kira-kira 200 kali lebih besar dari 2mBB. Dengan demikian,
sekalipun dalam medan magnetik yang kuatnya 1 T, sebagian besar
momen magnetik tersebut akan berorientasi acak karena gerak
termalnya.
Pada hukum Curie,

Perhatikan bahwa merupakan rasio antara energi maksimum

xii
dipol dalam medan magnetik dengan energi termal karakteristiknya
dan dengan demikian akan berupa bilangan tanpa dimensi. Hasil
bahwa pemagnetan ini terbalik dengan temperatur mutlak ditemukan
secara percobaan oleh Pierre Curie dan dikenal hukum Curie.
3. Dipol Magnetik Bahan Ferromagnetik
Bahan feromagnetisme merupakan bahan yang memiliki nilai
suseptibilitas magnetik Xm positif, yang sangat tinggi.
Feromagnetisme muncul pada besi murni, kobalt, dan nikel serta
paduan dari logam-logam ini. Sifat ini juga dimiliki oleh gadolinium,
disprosium, dan beberapa senyawa lain. Dalam bahan-bahan ini
sejumlah kecil medan magnetik luar dapat menyebabkan derajat
penyearahan yang tinggi pada momen dipol magnetik atomnya. Dalam
beberapa kasus, penyearahan ini dapat bertahan sekalipun medan
pemagnetannya telah hilang. Ini terjadi karena momen dipol magnetik
atom dari bahan-bahan ini mengerahkan gaya-gaya yang kuat pada
atom tetangganya sehingga dalam daerah ruang yang sempit, momen
ini disearahkan satu sama lain sekalipun medan luarnya tidak ada lagi.
Daerah ruang tempat momen dipol megnetik disearahkan ini disebut
daerah magnetik. Ukuran suatu ranah biasanya bersifat mikroskopik.
Dalam daerah ini, semua momen magnetik disearahkan, tetapi arah
penyearahannya beragam dari daerah ke daerah sehingga momen
magnetik total dari kepingan mikroskopik bahan feromagnetik ini
adalah nol dalam keadaan normal.
Apabila medan magnetik luar dikerahkan, batas-batas daerah
tersebut dapat bergeser atau arah penyearahan dalam suatu daerah
dapat berubah sehingga terdapat momen magnetik mikroskopik total
dalam arah medan yang dikerahkan tersebut. Karena derajat
penyearahan itu terlalu besar bahkan untuk medan luar yang lemah,
medan magnetik yang dihasilkan dalam bahan ersebut oleh dipol-dipol
seringkali jauh lebih besar daripada medan luarnya.
Sebuah ferrromagnetik memiliki momen magnetik yang spontan,
meski berada didaerah yang tidak terdapat medan magnetik.

xiii
Temperatur Curie (TC) adalah temperatur yang membedakan
magnetisasi spontan, ini memisahkan paramagnetik pada daerah T >
TC dan ferromagnetik pada daerah T < TC.

Suseptibilitas untuk bahan feromagnetik, adalah:

c = Konstanta Curie
Tc = Suhu Curie; “suhu yang memisahkan antara Ferromagnetik
dengan non Ferromagnetik”.

Suseptibilitas memiliki kesingularan pada T  C. , Pada


temperatur ini (dan dibawahnya) terdapat magnetisasi spontan, karena
jika  infinit kita akan dapatkan finit M untuk Ba sama dengan nol. Dari
persamaan di atas, kita dapatkan hukum Curie-Weiss.

xiv
4. Dipol Magnetik Bahan Antiferomagnetik
Pada bahan yang bersifat dipol yang berdekatan memiliki arah
yang berlawanan tetapi momen magnetiknya tidak sama besar. Bahan
ferrimagnetik memiliki nilai susepbilitas tinggi tetapi lebih rendah dari
bahan ferromagnetik, beberapa contoh dari bahan ferrimagnetik adalah
ferrite dan magnetite (Mujiman, 2004).

Gambar 2.2 Momen Magnetik Dari Sifat Ferrimagnetik

xv
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sifat logam, semua unsur transisi tergolong logam dengan titik cair
dan titik didih yang relatif tinggi. Bersifat paramagnetik (sedikit tertarik ke
dalam medan magnet). Sifat paramagnetik suatu atom merupakan sifat
yang disebabkan karena adanya elektron yang tidak berpasangan (elektron
tunggal), sedang sifat feromagnetik ditentukan oleh banyaknya elektron
tunggal, semakin banyak elektron tunggalnya maka akan makin bersifat
feromagnetik. Sifat-sifat khas unsur transisi berkaitan dengan adanya

xvi
subkulit d yang terisi tidak penuh. Semua unsur transisi periode keempat
memenuhi definisi ini, kecuali zink.

B. Saran
Kami merasa pada makalah kami banyak kekurangan, karena
kurangnya reerensi dan pengetahuan pada saat pembuatan makalah ini,
kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
pada pembaca agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Makalah ini kami buat untuk menambah pengetahuan dan
informasi yang benar, guna mendapatkan apresiasi yang bisa digunakan
untuk perbaikan demi kepentingan bersama, sekian dan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Edi Istiyono. (2000). Fisika Zat Padat I. Diktat Kuliah. Yogyakarta. Universitas
Negeri Yogyakarta.

Darminto. 2002. Fisika Zat Padat II. Institut Teknologi Sepuluh November.
Surabaya.

http://fisikaunlam06.blogspot.com/2010/06/sifat-magnetik-zat-padat-
pendahuluan_05.html?m=0 diakses pada tanggal 18 Mei 2022 pukul 18:30 WIB

xvii
Mujiman. 2004. Sintesis Dan Karekterisasi Keramik Alumina (Al2O3) Terhadap
Aditif Titania (TiO2) Heksaferit (Studi kasus di Lembaga Ilmu penelitian
Indonesia, Jakarta). [Skripsi]. Lampung: Universitas Lampung Bandar
Lampung, Program Sarjana S-1.

Nyoman Suwitra. (1989). Pengantar Fisika Zat Padat. Jakarta: Depdikbud.

xviii

Anda mungkin juga menyukai