Anda di halaman 1dari 20

Laporan Akhir Praktikum

Fisika Material 1I
Modul 2.3
PENGUKURAN SUSCEPTIBILITAS DAN PERMEABILITAS BAHAN
MAGNET

Semester Genap
Tahun Ajaran 2015-2016

Kelompok Praktikum : K-8


Nama

: Faried Latief

NPM

: 140310130006

Partner

: Sheila Sakkyananda, Melany P Razita

NPM

: 140310130024, 140310130029

Jadwal Praktikum

: Selasa, 29 Maret 2016 /13.00 WIB


: Selasa, 5 April 2016 /13.00 WIB

Asisten

: Ahdan Salman Santika

Hari/ Tanggal laporan : Selasa, 12 April 2016

Laboratorium Fisika Material


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Padjadjaran
2016

I.

Tujuan
1. Memahami prinsip pengukuran melalui rangkaian RLC.
2. Menentukan nilai susceptibilitas dan permeabilitas bahan-bahan magnet.

II.

Teori Dasar
2.1 Magnetisme
Magnetisme telah diamati manusia beberapa abad sebelum masehi.
Tahun 1269, de Maricourt melakukan studi tentang magnet dan mengamati
adanya sepasang kutub pada benda magnetik. Kutub-kutub ini kemudian
dinamakan dengan kutub utara dan kutub selatan. Jika kutub yang
sama didekatkan maka akan saling menolak, dan sebaliknya jika kutub
yang berlainan didekatkan akan saling menarik.

Gambar 2.1 Gaya saling-tolak dan saling-tarik pada magnet, serupa dengan
gaya Coulomb dalam Elektrostatik

Gaya saling menolak dan saling menarik menyerupai fenomena


listrik statis (gaya Coulomb) yang telah kita pelajarai pada awal kuliah
semester ini. Meskipun begitu ada perbedaan cukup penting antara sumber
dari gaya (medan) magnet dengan gaya (medan) listrik, yaitu pada magnet
kutub utara dan selatan tidak bisa terpisahkan dan selalu berpasangan,
berbeda halnya dengan gaya listrik (Coulomb) yang masing-masing
muatan (positif dan negatif) bisa terpisah, pada magnet kutub positif selalu
muncul berpasangan, bahkan jika sebuah bahan (batang) magnetik
dipotong sedemikian rupa,selalu saja muncul sepasang kutub

Gambar 2.2 Dalam Magnet Tidak Terdapat Unipolar (Satu Kutub


Terpisah) Seperti Dalam Listrik

Pasangan kutub ini dikenal dengan istilah dipole magnet (di = dua,
pole

kutub). Dalam magnet tidak (belum) ditemukan kutub tunggal

(monopol) berbeda dengan listrik yang memiliki monopol. Sebagaimana


pada muatan listrik, sebuah dipol magnet (yang merupakan satuan terkecil
magnet) memiliki medan magnet yang arahnya dari kutub utara menuju
kutub selatan selatan, Hal ini mirip seperti pada muatan listrik positif,
medan listrik mengarah keluar menjauhi muatan, dan pada muatan negatif
sebaliknya.

Gambar 2.3 Gaya saling-tolak dan saling-tarik pada magnet, serupa dengan
gaya Coulomb dalam Elektrostatik

Medan magnet dapat dihasilkan dari suatu muatan listrik q yang


bergerak dengan kecepatan v. Medan magnet yang dihasilkan pada jarak r
dari muatan bergerak q adalah sebesar :

di mana o adalah kostanta permeabilitas udara yang besarnya


4x10-7 N/A2. r merupakan jarak dari muatan terhadap titik di mana medan

magnet diukur dan r vektor satuan dengan arah tegak lurus permukaan
yang dibentuk perkalian vektor v dan r.

Gambar 2.3 Arah medan magnet yang dihasilkan dari sebuah muatan
listrik yang bergerak
2.2 Medan Magnet Di Sekitar Kawat Berarus Listrik

Karena medan magnet dapat timbul pada muatan yang bergerak,


maka dapat dipastikan bahwa kawat berarus listrik akan menimbulkan
medan magnet, sebab arus merupakan muatan listrik yang bergerak. Hal
ini pertama kali diamati oleh HC. Oersted pada tahun 1820. Arah dari
medan magnet dapat dilihat melalui aturan tangan kanan dengan ibu jari
menunjuk arah arus lisrik dan keempat jari lain yang mengepal
menunjukkan arah medan megnet. Besarnya medan magnet bergantung
dari bentuk kawat berarus dan dapat dihitung dengan hukum Biot-Savart.
Untuk kawat berarus, kita hanya menggantikan qv pada persamaan (1) di
atas dengan elemen arus Idl, karena keduanya identik, sehingga diperoleh :

(2)
r adalah jarak suau titik dengan kawat berarus. Persamaan (2) ini dikenal
sebagai hukum Biot-Savart.

Gambar 2.4 Kawat lurus berarus menimbulkan medan B yang arahnya


melingkar menurut aturan tangan kanan

Pada gambar dl x r akan menghasilkan dl sin atau dl cos dan l


= z tan sehingga :

karena itu medan magnet sejauh z adalah :

(3)
Jika dianggap panjang kawat tak-berhingga dibanding z, maka 1 =
/2 dan 2 = +/2. karenanya :

(4)
2.3 Solenoida
Solenoida adalah induktor yang terdiri gulungan kawat yang
kadang di dalamnya dimasukkan sebuah batang besi berbentuk silinder
sebagai dengan tujuan memperkuat medan magnet yang dihasilkannya
seperti terlihat dalam gambar di samping. Solenoida digunakan dalam
banyak perangkat elektronika seperti bel pintu atau pengeras suara. Secara

skematik bentuk dari solenoida dapat dilihat pada gambar 2.5 di mana
solenoida terdiri dari n buah lilitan kawat berarus listrik I, medan magnet
yang dihasilkan memiliki arah seperti pada gambar, di mana kutub utara
magnet mengikuti aturan tangan kanan 1

Gambar 2.5 solenoida dengan banyaknya lilitan N

Besarnya kuat medan magnet yang dihasilkan pada sebuah titik P


pada sumbu di dalam solenida dapat difikirkan sebagai jumlah dari medan
magnet yang dihasilkan sebuah kawat berbentuk lingkaran yang telah kita
hitung sebelumnya, dengan x yang berubah, sehingga dari persamaan (5) :

Gambar 2.6 Medan magnet dalam suatu solenoida

jika solenoida memiliki panjang L yang terdiri dari N buah lilitan,


maka jumlah lilitan persatuan panjang sebut saja n adalah n=N/L. Maka
jika kita jumlahkan seluruh lilitan sebanyak ndx, kita harus melakukan
integrasi untuk seluruh dx dari x1 ke x2 :

hasil dari bentuk integral ini dapat dilihat pada tabel-tabel integral baku
pada buku kalkulus anda, di mana berlaku :

Sehingga :

Sehingga medan magnet di tengah sumbu solenoida adalah :

(7)

Jika jari jari solenoida R kita anggap jauh lebih kecil dari x1 dan
x2, maka suku pertama dalam kurung pada persamaan terakhir dapat
didekati :

begitu juga suku kedua, sehingga :

dengan demikian kita peroleh kuat medan magnet untuk solenoida dengan
jumlah lilitan persatuan panjang n adalah :

(8)
2.4 Sifat Kemagnetan Bahan
Semua bahan tersusun semata dari atom. Setiap atom terdiri dari
inti dan elektron yang bergerak mengelilingi inti. Di samping mengorbit
inti, elektron melakukan gerakan spin pada sumbunya. Akibat gerakan
elektron ini, maka dalam atom timbul medan magnet
Medan magnet akibat orbit dan spin elektron ini dapat dipadu
seperti perpaduan vektor. Dan hasil perpaduannya disebut resultan medan
magnet atomis. Berdasarkan sifat medan magnet atomis bahan dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu:
A. Bahan diamagnetik
Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet
atomis masing-masing atom atau molekulnya nol, tetapi orbit dan
spinnya tidak nol (Halliday & Resnick, 1989:427). Bahan diamagnetik
tidak mempunyai momen dipol magnet permanen. Jika bahan
diamagnetik diberi medan magnet luar, maka elektron-elektron dalam
atom akan berubah gerakannya sedemikian hingga menghasilkan
resultan medan magnet atomis yang arahnya berlawanan dengan medan
magnet luar tersebut. Akibatnya, jika bahan ini dimasukkan dalam
kumparan toroida akan menyebabkan fluks induksi magnet ()
menjadi lebih kecil, sehingga induksi magnet (B) yang ditimbukan juga
lebih kecil.
Material diamagnetik ini mempunyai nilai suseptibilitas magnetik
xm negatif dan sangat kecil, beberapa material yang termasuk golongan
ini adalah Timah, Tembaga, Intan, Emas, Air raksa, Perak,Hidrogen (1
atm) dan Nitrogen (Tipler,1996). Medan magnet luar yang diberikan
pada material diamagnetik akan menyebabkan elektron-elektron dalam

atom akan mengubah geraknya menjadi sedemikian rupa sehingga


menghasilkan resultan medan magnet atomis yang arahnya berlawanan
dengan medan magnet luar tersebut (Young dan Freedman, 2002).
Keadaan inilah yang menyebabkan medan magnet totalnya menjadi
kecil.
B. Bahan paramagnetik
Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet
atomis masing-masing atom/molekulnya tidak nol, tetapi resultan
medan magnet atomis total seluruh atom/molekul dalam bahan nol
(Halliday & Resnick, 1989). Hal ini disebabkan karena gerakan
atom/molekul acak, sehingga resultan medan magnet atomis masingmasing atom saling meniadakan.
Jika bahan ini diberi medan magnet luar, maka elektronelektronnya akan berusaha sedemikian rupa sehingga resultan medan
magnet atomisnya searah dengan medan magnet luar. Sifat
paramagnetik ditimbulkan oleh momen magnetik spin yang menjadi
terarah oleh medan magnet luar. Pada bahan ini efek diamagnetik (efek
timbulnya medan magnet yang melawan medan magnet penyebabnya)
dapat timbul, tetapi pengaruhnya sangat kecil.
Oleh karena itu jika bahan ini dimasukkan dalam kumparan toroida
akan menyebabkan induksi magnet B bertambah besar. Dalam bahan
paramagnetik hanya sedikit spin elektron yang tidak berpasangan,
sehingga bahan ini sedikit menarik garis gaya magnet. Permeabilitas
bahan: 0>, dengan suseptibilitas magnetik bahan : . m >0 Contoh
bahan paramagnetik antara lain : alumunium, magnesium dan wolfram.
Material paramagnetik adalah material yang memiliki suseptibilitas
magnetik Xm yang positif dan sangat kecil (Tipler, 1996). Apabila tidak
terdapat medan magnetik luar momen magnetik ini tersusun secara
acak, tetapi jika diberi medan magnet luar momen magnetik ini akan

cendrung menyearahkan sejajar dengan medannya. Kecendrungan


momen magnetik untuk sejajar dengan medannya ini dilawan oleh
kecendrungan momen untuk bergerak secara acak akibat gerakan
termalnya sehingga suseptibilitas paramagnetik semakin berkurang
dengan semakin bertambahnya suhu.
Bahan diamagnetik dan paramagnetik mempunyai sifat kemagnetan
yang lemah. Perubahan induksi magnet dengan adanya bahan tersebut
tidaklah besar apabila digunakan sebagai pengisi kumparan toroida.
C. Bahan ferromagnetik
Material feromagnetik merupakan material yang memiliki banyak
spin elektron yang tidak berpasangan dan masing-masing spin elektron
yang tidak berpasangan ini akan menimbulkan medan magnetik,
sehingga medan magnet total yang dihasilkan oleh satu atom menjadi
lebih besar. Material yang masuk pada golongan feromagnetik adalah
besi

murni,

kobalt

dan

nikel

serta

gabungannya.

Material

ferromagnetik ini terdiri dari daerah-daerah kecil yang disebut domain,


yang berprilaku seperti magnet kecil dengan kutub utara dan
selatanMedan magnet luar yang diberikan pada material ini akan
membuat domain dengan momen magnet paralel terhadap medan
eksternal akan mengembang sementara yang lain mengerut.
Bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan
medan atomis besar. Hal ini terutama disebabkan oleh momen
magnetik spin elektron. Pada bahan ferromagnetik banyak spin
elektron yang tidak berpasangan, misalnya pada atom besi terdapat
empat buah spin elektron yang tidak berpasangan. Masing-masing spin
elektron yang tidak berpasangan ini akan memberikan medan
magnetik, sehingga total medan magnetik yang dihasilkan oleh suatu
atom lebih besar. Medan magnet dari masing-masing atom dalam
bahan ferromagnetik sangat kuat, sehingga interaksi diantara atomatom

tetangganya

menyebabkan

sebagian

besar

atom

akan

mensejajarkan diri membentuk kelompok-kelompok. Kelompok atom


yang mensejajarkan dirinya dalam suatu daerah dinamakan domain.
Bahan feromagnetik sebelum diberi medan magnet luar mempunyai
domain yang momen magnetiknya kuat.
Momen magnetik ini mempunyai arah yang berbeda-beda dari satu
domain ke domain yang lain, sehingga medan magnet yang dihasilkan
tiap domain saling meniadakan.Jika bahan ini diberi medan magnet
dari luar, maka domain-domain ini akan mensejajarkan diri searah
dengan medan magnet dari luar tersebut. Semakin kuat medan
magnetnya semakin banyak domain-domain yang mensejajarkan
dirinya. Setelah seluruh domain terarahkan, penambahan medan
magnet luar tidak memberi pengaruh apa-apa karena tidak ada lagi
domain yang disearahkan. Keadaan ini dinamakan keadaan saturasi
(jenuh).
Berbeda dengan bahan paramagnetik, bahan ferromagnetik ini
tetap bersifat magnet (memiliki medan magnet) meskipun pengaruh
magnet dari luar dihilangkan. Karena itu bahan ini sangat baik sebagai
sumber magnet permanen. Jika toroida diisi bahan ferromagnetik,
maka induksi bahan magnetik yang dihasilkan oleh toroida bertambah
besar sampai ribuan kali. Permeabilitas bahan: >>>0, dengan
suseptibilitas bahan : m >>> 0. Contoh bahan ferromagnetik antara
lain: besi, baja dan besi silikon. Sifat kemagnetan bahan ferromagnetik
ini akan hilang pada temperatur yang disebut Temperatur Currie.
0
Temperatur Curie untuk besi lemah adalah 770 C, dan untuk baja
0
adalah 1043 C.
2.5 Rangkaian RL dan RC
Rangkaian RL
N jj

Sesaat setelah saklar ditutup pada rangkaian tidak mengalir arus


(karena sifat induktor yang tidak bisa berubah dengan seketika) maka
sesaat setelah penutupan saklar arus pada rangkaian adalah nol.
Misalkan I adalah arus pada waktu t sesaat setelah saklar ditutup maka
laju perubahan arus pada waktu tersebut adalah sebesar di/dt, sehingga
besarnya tegangan yang melalui resistor pada waktu tersebut adalah
VR = IR
sedangkan tegangan yang melalui induktor adalah
VL = L di/dt
Hukum Kirchhoff yang berlaku untuk rangkaian RL ini adalah
IR L di/dt = 0
Solusi persamaan arus transier untuk persamaan diatas adalah
I(t) = /R (1 e Rt/L)
dimana:
VR = Tegangan resistor (Volt)
VL = Tegangan induktor (Volt)
I = Arus (Ampere)
R = Resistansi ()
L = Induktansi (Henry)
di/dt= Laju perubahan arus
Induktor juga sering disebut dengan solenoida atau kumparan
adalah sebuah koil yang terdiri dari banyak lilitan dalam bentuk struktur
silindris dengan jari-jari R dan panjang . Fungsi utama dari induktor
dalam rangkaian sederhana RL ini adalah sebagai penyimpan energi,

dimana energi yang disimpan ini adalah dalam bentuk medan magnetik
internal dengan garis-garis gaya magnet merupakan gabungan dari
garis-garis gaya magnet dari kawat melingkar. Besarnya medan magnet
B yang dihasilkan induktor dengan jumlah lilitan persatuan panjang n
adalah :
B = 0 . n . I
Induktor yang diberi tambahan inti apabila dialiri arus listrik dapat
menghasilkan medan magnet yang lebih besar dibanding induktor yang
hanya memiliki inti udara. Hal ini disebabkan medan magnet induktor
akan membuat magnet-magnet elementer (dipoldipol magnet) material
inti tersebut searah dan termagnetisasi. Sebagai hasilnya, medan magnet
yang terjadi merupakan gabungan dari medan magnet selenoida (B0)
dan medan magnet material inti (Binti), secara matematis ditulis dengan
:
BT = B0 + Binti
Besarnya medan magnet yang ditimbulkan material inti adalah :
Binti = 0 . M
M menyatakan magnetisasi, untuk bahan paramagnetik dan
feromagnetik magnetisasi mempunyai arah yang sama dengan B0.
Sehingga magnetisasi berbanding lurus dengan medan magnetik
solenoida yang dikerahkan untuk menyearahkan dipol magnetik pada
material inti tersebut. Dengan demikian dapat ditulis :
M = m (B0/0)
m adalah suseptibilitas magnetik, yang nilainya berbeda-beda
untuk masing-masing material.

III. Metodologi
A. Alat dan Bahan
1. Perangkat sinyal function generator dan osiloskop digital.

Sebagai piranti elektronik penghasil gelombang dan display hasil


percobaan.
2. Perangkat rangkaian RLC (R1= 67 x 104 , R2=67 x 105 , R3=33 x
102, C= 220 uF, dan L)
Sebagai rangkaian untuk menguji suscepsibilitas dan permaebilitas
3. Bahan padat besi, alumunium, tembaga, dan teflon
Sebagai bahan yang diuji.
B. Prosedur
1. Mempersiapkan rangkaian RLC, kabel- kabel dan peralatan
elektronik yang akan dipakai.
2. Mengkalibrasi alat(Osiloskop) untuk menghitung nilai
masing-masing komponen.
3. Marangkai alat untuk rangkaian RLC.
4. Mengambil data hasil pengamatan pada induktansi udara,
dengan variabel data yaitu: Vin, Vout, fin, dan fout. Dengan
variasi frekuensi yang diberikan (sesuai literatur).
5. Mencatat data hasil percobaan.
6. Melakukan hal yang sama untuk bahan ferrit, alumunium,
dan magnet.
7. Membereskan alat-alat dan bahan percobaan.

IV.

Pengolahan data
IV.1.
Data hasil eksperimen
Pada bahan udara

Pada bahan Ferit

Bahan Alumunium

Bahan Magnet

4.2 Menentukan Induktansi (L), permaebilitas, dan suscepsibilitas bahan.


a. Induktansi
Nilai induktansi L dapat dihitung dengan persamaan :
L=

1
2
4 fr C
2

220 x 106
4 (3,14 )42,722
1
L=

L= 0,06309 H

b. Permaebilitas
Nilai permaebilitas dapat dihitung dengan persamaan :

L .l
2
AN

(3,95 x 102)(1,51 x 102 )


5002 (1,24 x 103 )
=3,164 x 106

c. Suscepsibilitas
Nilai suscepsibilitas dapat dicari dengan menggunakan persamaan :
bahan
0

m =

3,164 x 106
1
1,26 x 106
m=1,5113

dengan : N = 500, d = 2,54 x 10-2 m, l = 1,51 x 10-2 m, dan A = 0,001024 m2 maka


didapat

c. Grafik frekuensi resonansi

V.

Analisa Data

Pada percobaan ini kita menggunakan rangkaian RLC, dimana rangkaian


tersebut kita set pada frekuensi resonansinya dan memvariasikan nilai frekuensi
nya. Dari frekuensi resonansi tersebut kita akan mendapatkan fin, fout, Vin, dan
Vout dari tiap-tiap variasi frekuensi. Pada masing-masing bahan akan terdapat

tegangan puncaknya yang terjadi pada frekuensi resonansinya. Tegangan puncak


tersebut dapat kita lihat dari hasil frekuensi resonansi pada grafik. Dari data
tersebut dan juga dengan mengetahui nilai pada masing-masing komponen yang
kita gunakan pada rangkaian RLC ini, kita dapat menentukan nilai dari Induktansi
yang dihasilkan oleh tiap-tiap bahan, nilai permaebilitas() dan juga nilai dari
Suscepsibilitas() dari bahan yang kita uji yaitu alumunium, ferit, dan juga bahan
magnet.
Pada percobaan ini juga, dilakukan variasi pemberian beban pada suatu
kumparan solenoida dimana pengaruh beban ini sebetulnya dapat diandaikan
sebagai inti dari solenoida ini, yang secara teoritis sebetulnya keberadaan beban
atau inti solenoida ini akan mempengaruhi mekanisme fluks magnetik yang terjadi
diantara kumparan solenoida tersebut dan ketika solenoida tersebut dimasukan
bahan magnet.
Ketika solenoida belum diberi beban (udara), seharusnya suscepsibilitas ini
sebanding dengan suscepsibilitas pada ruang vakum. Namun nilai suscepsibilitas
yang kami dapat adalah sebesar 1,5114. Suscepsibilitas ini seharusnya dapat
dijadikan acuan awal untuk dibandingan dengan suscepsibilitas ketika diberi
beban.
Pada bahan Ferit didapat hasil suscepsibilitas yang cukup besar yaitu, 36,3010
hasil ini menunjukan bahwa bahan ini memberikan respon gaya yang cukup besar
dan berdasarkan teori bahan yang mempunyai suscepsibilitas yang besar
merupakan bahan feromagnetik. Sedangkan pada bahan Alumunium hasil
suscepsibilitas yang didapat adalah sebesar 4,8389 yang artinya lebih kecil dari
Ferit. Hasil ini sesuai dengan teori mengenai bahan paramagnetik. Dimana bahan
ini memberikan respon terhadap magnet namun, tarikannya lemah. Dan terakhir
yaitu bahan magnet. Hasil suscepsibilitas yang didapat dari bahan magnet ini
adalah sebesar 0,5204. Hal ini terjadi mungkin diakibatkan oleh arah dari medan
magnetnya sendiri sehingga nilai suscepsibilitasnya menjadi kecil.

VI.

Kesimpulan

Berdasarkan tujuan pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :


1. Rangkaian RLC dapat digunakan untuk menentukan suscepsibilitas
dan permaebilitas dari suatu bahan berdasarkan prinsip resonansinya.
2. Didapat nilai permaebilitas dan suscepsibilitas dari masing- masing
bahan yaitu :

Daftar Pustaka

Halliday & Resnick. 2010. Fisika Dasar Jilid 3 Edisi 7. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Reitz, J.R., Milford, F.J., Christy, R.W. 1992. Foundation of Electromagnetic
Theory. New York: Addison-wesley publishing company, Inc.
Tipler, P.A. 1996, Fisika Untuk Saint dan Teknik Jilid 2, Edisi ketiga. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Young & Freedman. 2008. Fisika Universitas. Jakarta: Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai