PROGRAM MAGISTER
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS ILMU ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2018
i
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
1. X-RAY DIFRACTOMETER (XRD).......................................................................2
A. Pembangkit Sinar –X..........................................................................................2
B. Hukum Bragg......................................................................................................4
C. Komponen XRD..................................................................................................6
D. Tujuan Penggunaan XRD...................................................................................8
E. Contoh Data Pengukuran Mengggunakan XRD.................................................9
2. X-RAY FLUORESCENCE SPECTROMETRY (XRF)..........................................10
A. Prinsip Kerja XRF...............................................................................................10
B. Jenis-Jenis XRF...................................................................................................11
C. Kelebihan dan Kekurangan XRF........................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Sinar-X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895.
Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut sinar-X. Sinar-X digunakan untuk
tujuan pemeriksaan yang tidak merusak pada material maupun manusia.
Disamping itu, sinar-X dapat juga digunakan untuk menghasilkan pola difraksi tertentu yang
dapat digunakan dalam analisis kualitatif dan kuantitatif material. Pada waktu suatu material
dikenai sinar-X, maka intensitas sinar yang ditransmisikan lebih rendah dari intensitas sinar
datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh material dan juga penghamburan oleh
atom-atom dalam material tersebut. Berkas sinar-X yang dihamburkan tersebut ada yang
saling menghilangkan karena fasanya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena
fasanya sama. Berkas sinar -X yang saling menguatkan itulah yang disebut sebagai berkas
difraksi. Hukum Bragg merupakan perumusan matematika tentang persyaratan yang harus
dipenuhi agar berkas sinar-X yang dihamburkan tersebut merupakan berkas difraksi. Sinar-X
dihasilkan dari tumbukan antara elektron kecepatan tinggi dengan logam target.
Dari prinsip dasar ini, maka dibuatlah berbagai jenis alat yang memanfaatkan prinsip
dari Hukum Bragg ini. XRD merupakan salah satu alat yang memanfaatkan prinsip tersebut
dengan menggunakan metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering
digunakan hingga sekarang. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam
material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran
partikel. Bahan yang dianalisa adalah tanah halus, homogenized, dan rata-rata komposisi
massal ditentukan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
K
A
Ketika sinar-X melewati medium material, maka sebagian sinar-X tersebut diserap
oleh material. Intensitas dari sinar akan berkurang sesuai dengan formula:
dengan Io adalah intensitas awal pada permukaan medium, x jarak lintasan sinar dan α
merupakan koefisien serapan. Berkurangnya intensitas dalam persamaan diatas disebabkan
karena peristiwa hamburan dan serapan sinar oleh atom medium.
3
B. Hukum Bragg
Ketika sinar-X monokromatik datang pada permukaan Kristal, sinar tersebut akan
dipantulkan. Akan tetapi pemantulan terjadi hanya ketika sudut datang mempunyai harga
tertentu. Besarnya sudut datang tersebut bergantung dari panjang gelombang dan konstanta
kisi Kristal. Sehingga peristiwa tersebut dapat digunakan sebagai salah satu model untuk
menjelaskan pemantulan dan interferensi. Model tersebut ditunjukkan dalam gambar 3.
Kristal digambarkan sebagai bidang parallel sesuai dengan bidang orientasi atomnya. Sinar
datang dipantulkan sebagian pada masing-masing bidangnya, dimana bidang tersebut
berfungsi seolah-olah sebagai cermin, dan pantulan sinar-sinar kemudian terkumpul pada
detektor. Karena kumpulan pantulan sinar-sinar tersebut merupakan sinar-sinar yang koheren
dan ada selisih lintasan dari masing-masing pantulan bidang Kristal maka akan terjadi
peristiwa interferensi ketika diterima oleh detektor. Interferensi konstruktif terjadi jika selisih
antar dua sunar berturutan merupakan kelipatan dari panjang gelombang (λ).
4
Sinar
E 1 pantul
Sinar
datang
2
θ θ
A C D
d
3
dengan d merupakn jarak anatara 2 bidang pantul yang berdekatan dan θ sudut antar sinar
datang dan sinar pantul. Dari kedua persamaan diatas dapat disubstitusikan sehingga
diperoleh persamaan
dengan n = 1,2,3, … berturut-turut menunjukkan orde pertama, kedua, ketiga, dst. Persamaan
diatas pada umumnya disebut sebagai Hukum Bragg.
Jika panjang gelombang sinar-X (λ) dapat ditentukan dari macam target tabung
generator sinar-X dan θ dapat diukur dari percobaan (sudut θ merupakan setengah sudut
antara sinar datang dan difraksi). Menurut persamaan bragg, peristiwa difraksi terjadi apabila
λ<2d, sehingga untuk gelombang optik tidak dapat digunakan.
5
C. Komponen XRD
Komponen XRD ada 2 macam yaitu:
- Slit dan film
- Monokromator
Sinar-X dihasilkan di suatu tabung sinar katode dengan pemanasan kawat pijar untuk
menghasilkan elektron-elektron, kemudian electron-elektron tersebut dipercepat terhadap
suatu target dengan memberikan suatu voltase, dan menembak target dengan elektron.
Ketika elektron-elektron mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron-
elektron dalam target, karakteristik spektrum sinar-X dihasilkan. Spektrum ini terdiri atas
beberapa komponen-komponen, yang paling umum adalah Kα dan Kβ. Kα berisi, pada
sebagian, dari Kα1 dan Kα2. Kα1 mempunyai panjang gelombang sedikit lebih pendek dan
dua kali lebih besar intensitasnya dari Kα2. Panjang gelombang yang spesifik merupakan
karakteristik dari bahan target (Cu, Fe, Mo, Cr). Tembaga (Cu) adalah bahan sasaran yang
paling umum untuk difraksi kristal tunggal, dengan radiasi Cu, Kα = 05418Å. Sinar-X ini
bersifat collimated dan mengarahkan ke sampel. Saat sampel dan detektor diputar,
intensitas sinar-X pantul itu direkam. Ketika geometri dari peristiwa sinar-X tersebut
memenuhi persamaan Bragg, interferens konstruktif terjadi dan suatu puncak di dalam
intensitas terjadi. Detektor akan merekam dan memproses isyarat penyinaran ini dan
mengkonversi isyarat itu menjadi suatu arus yang akan dikeluarkan pada printer atau layar
komputer.
6
(a) (b) (c)
(d)
Gambar 4. Seperangkat alat XRD (a) komputer (b) tabung XRD (c) cooler
(d) difractometer XRD
(a) (b)
Gambar 5. (a), (b) Difractometer sinar-X model lama
7
D. Tujuan Penggunaan XRD
Spektroskopi difraksi sinar-X (X-ray difraction/XRD) merupakan salah satu metoda
karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan hingga sekarang. Teknik
ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material dengan cara menentukan
parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel. Kegunaan dan aplikasi :
a. Kristal Tunggal:
Keuntungan : Kita dapat mempelajari struktur kristal tersebut.
Kerugian : Sangat sulit mendapatkan senyawa dalam bentuk kristalnya
b. Bubuk:
Keuntungan : Lebih mudah memperoleh senyawa dalam bentuk bubuk
Kerugian : Sulit untuk menentukan strukturnya
E. Contoh Data Pengukuran Menggunakan XRD
Apabila terjadi eksitasi sinar-X primer yang berasal dari tabung X ray atau
sumber radioaktif mengenai sampel, sinar-X dapat diabsorpsi atau dihamburkan oleh
material. Proses dimana sinar-X diabsorpsi oleh atom dengan mentransfer energinya pada
elektron yang terdapat pada kulit yang lebih dalam disebut efek fotolistrik. Selama proses ini,
bila sinar-X primer memiliki cukup energi, elektron pindah dari kulit yang di dalam
menimbulkan kekosongan. Kekosongan ini menghasilkan keadaan atom yang tidak stabil.
Apabila atom kembali pada keadaan stabil, elektron dari kulit luar pindah ke kulit yang lebih
dalam dan proses ini menghasilkan energi sinar-X yang tertentu dan berbeda antara dua
energi ikatan pada kulit tersebut. Emisi sinar-X dihasilkan dari proses yang disebut X Ray
Fluorescence (XRF). Proses deteksi dan analisa emisi sinar-X disebut analisa XRF. Pada
umumnya kulit K dan L terlibat pada deteksi XRF. Sehingga sering terdapat istilah Kα dan
Kβ serta Lα dan Lβ pada XRF. Jenis spektrum X ray dari sampel yang diradiasi akan
menggambarkan puncak-puncak pada intensitas yang berbeda.
Berikut gambar yang menjelaskan nomenclature yang terdapat pada XRF :
B. Jenis-jenis XRF
Jenis XRF yang pertama adalah WDXRF (Wavelength-dispersive X-ray
Fluorescence) dimana dispersi sinar-X didapat dari difraksi dengan
menggunakan analyzer yang berupa cristal yang berperan sebagai grid. Kisi kristal yang
spesifik memilih panjang gelombang yang sesuai dengan hukum bragg (PANalytical, 2009).
Dengan menggunakan WDXRF spektrometer:
Kondisi pengukuran yang optimal dari tiap – tiap elemen dapat diprogram.
Analisa yang sangat bagus untuk elemen berat.
Sensitivitas yang sangat tinggi dan limit deteksi yang sangat rendah
Sampel yang terkena radiasi sinar-X akan mengemisikan radiasi ke segala arah.
Radiasi dengan dengan arah yang spesifik yang dapat mencapai colimator. Sehingga refleksi
sinar radiasi dari kristal kedetektor akan memberikan sudut θ. Sudut ini akan terbentuk jika,
panjang gelombang yang diradiasikan sesuai dengan sudut θ dan sudut 2θ dari kisi kristal.
Maka hanya panjang gelombang yang sesuai akan terukur oleh detektor. Karena sudut
refleksi spesifik bergantung panjang gelombang, maka untuk pengukuran elemen yang
berbeda, perlu dilakukan pengaturan posisi colimator, kristal serta detektor.
F., Astuti, D.W., Fatimah, Luthfiana, N.H., Maharani, R., Maestuti, N., dan
Widhyastuti, Y . 2009. X-Ray Difractometer (XRD). Jurusan Teknik Kimia UNS:
Surakarta.
Gosseau,D., 2009,Introduction to XRF Spectroscopy, (Online), http://users.skynet.be/,
diakses tanggal 14 Maret 2018.
Handono, A., Harjana. 2004. Fisika Zat Padat I. Jurusan Fisika UNS: Surakarta.
Viklund, A.,2008, Teknik Pemeriksaan Material Menggunakan XRF, XRD dan SEM-
EDS, (Online), http://labinfo.wordpress.com/, diakses tanggal 14 Maret 2018.
http://ardiannisworld.blogspot.com/2008/01/difraksi-neutron_31.htm
http://www.chem-is-try.org/
http://labinfo.files.wordpress.com
http://serc.carleton.edu/