Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FISIKA ZAT PADAT

ELEKTRON BEBAS KLASIK

Dosen Pengampu : H. Wahyu Alamsyah, MS

Disusun Oleh:

Faried Latief
Dadan H Mubarok

(140310130006)
(140310130042)

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN

2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan rahmatNya Penulis dapat
menyelesaikan makalah fisika zat padat ini sampai pada waktunya.
Tujuan penyusunan makalah fisika zat padat ini adalah untuk memberikan
gambaran secara lebih terperinci mengenai salah satu materi pada zat padat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan sehingga perlu pembenahan. Oleh karena itu segala kritik, saran dan
himbauan yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
mendatang.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh mahasiswa
fisika dan semua pembaca.

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

Pada umumnya setiap zat padat tersusun dari atom-atom yang


mengandung elektron-elektron. Elektron tersebut ada yang terikat pada atom dan
ada juga yang berupa elektron bebas. Elektron dikatakan bebas jika elektron
tersebut bergerak karena adanya pengaruh (misalnya adanya medan listrik) secara
bebas dari suatu titik ke titik lainnya. Sedangkan elektron terikat merupakan
elektron yang tidak bisa bergerak bebas karena terikat dalam atom maupun ikatan
antar atom.
Struktur ikatan pada bahan logam memungkinkan bahan ini mempunyai
elektron bebas. Sedangkan pada bahan yang bukan logam, yaitu bahan-bahan
yang mempunyai ikatan kovalen atau ionik tidak memiliki elektron bebas. Dengan
adanya elektron bebas ini logam mempunyai sifat-sifat yang khas yaitu
merupakan penghantar listrik dan penghantar panas yang baik.
Sifat elektrik dan magnetik dari suatu zat padat dapat dituntukan dari sifatsifat elektron yang terdapat dalam bahan tersebut. Terutama pada level energi
elektronnya. Untuk menentukan level energi elekron tersebut haruslah dibuat
model- model yang sesederhana mungkin.

BAB II
ELEKTRON DALAM LOGAM
(MODEL ELEKTRON BEBAS)
2.1 Elektron Bebas.
Logam memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, misalnya
besi dalam produksi otomobil, tembaga untuk penghantar listrik dan lain-lain.
Umumnya, logam memiliki sifat kekuatan fisik tinggi, kerapatan tinggi,
konduktivitas listrik dan termal baik, dan daya refleksi tinggi. Sifat ini berkaitan
dengan struktur mikroskopis bahan, yang dapat diasumsikan bahwa suatu logam
mengandung elektron bebas, dengan konsentrasi besar, yang dapat bergerak dalam
keseluruhan volume kristal.
Saat atom bebas membentuk logam, semua elektron valensi menjadi
elektron konduksi dalam logam. Elektron konduksi bergerak bebas di antara ion,
sehingga keadaannnya berubah tajam. Berbeda dengan elektron cores yang
tetap terlokalisasi sehingga karakternya relatif tidak berubah. Dengan demikian,
gambaran sederhana tentang kristal logam adalah suatu kisi ion teratur dalam
ruang, dan elektron bebas bergerak di antara ion tersebut. Gambaran lebih
lengkapnya, bahwa ion bergetar secara termal di sekitar titik setimbang, dan
demikian pula elektron bebas bergerak termal di antara ion kristal dan merubah
arah geraknya setiap kali menumbuk ion (kemungkinan besar) atau elektron lain
(kemungkinan kecil).
Sifat elektrik dan sifat magnetik suatu bahan ditentukan terutama dari
sifat-sifat elektron dalam bahan tersebut. Secara umum level energi elektron
menjadi penentu dari sifat suatu bahan.
Pada tahun 1928 Sommerfeld menemukan suatu model yang dinamakan
Model Elektron Bebas pada model ini ditemukan beberapa penyelesaian untuk
kasus satu dimensi dalam bentuk berikut :

h2k 2
E = 2m
h2 n2
2
= 8m L
Jika kita membayangkan kubus dengan sisi L yang mengandung elektron,
maka kita memperoleh energi dengan cara yang sama
h2
E = 2m (k2x + k2y + k2z)
h2
2
= 8mL (n2x + n2y + n2z)
dimana nx, ny, nz adalah integer.

Dalam model elektron bebas elektron mengalami tumbukan dengan fonon


dan ketidakmurnian. Hal ini menghasilkan ungkapan hukum Matthiessen. Selain
itu, elektron dapat melepaskan diri dari permukaan logam sehingga terjadi emisi
thermionik.

2.2 Model Elektron Bebas Klasik


Drude (1900) mengandaikan bahwa dalam logam terdapat elektron bebas,
yang membentuk sistem gas elektron klasik, yang bergerak acak dalam kristal
dengan kecepatan random vo karena energi termal dan berubah arah geraknya
setelah bertumbukan dengan ion logam. Karena massanya yang jauh lebih besar,
maka ion logam tidak terpengaruh dalam tumbukan ini.
Kehadiran medan listrik dalam logam hanya mempengaruhi gerak
keseluruhan electron karena ion-ion tertata berjajar dan bervibrasi di sekitar titik
kisi sehingga tidak memiliki neto gerak translasi. Misalnya, terdapat medan listrik
dalam arah sumbu - X. Percepatan elektron yang timbul

dengan e dan m*, masing-masing adalah muatan dan massa efektif elektron. Jika
waktu rata-rata antara dua tumbukan elektron dan ion adalah

, maka

kecepatan hanyut dalam selang waktu tersebut

Oleh karena itu rapat arus yang terjadi

dimana penjumlahan dilakukan terhadap semua elektron bebas setiap


satuan volume. Elektron bergerak secara acak, sehingga v o=0. Oleh sebab itu
menjadi

Karena hubungan Jx=, maka konduktivitas listrik menjadi

Pengukuran menunjukkan bahwa nilai rata-rata logam sekitar 5.107(m)1

dengan menganggap masa efektif m* sama dengan massa bebas m o=9,1.10-31kg,

maka didapatkan nilai

berorde 10-14 s. Contoh analisa lain adalah

konduktivitas termal. Misalnya, sepanjang sumbu- X terdapat gradien suhu T/x,


maka akan terjadi aliran energi persatuan luas perdetik (arus kalor) Qe.
Berdasarkan eksperimen arus kalor Qe tersebut sebanding dengan gradien suhu
T/x
Qe = -K T/x
dengan K adalah konduktivitas termal. Dalam isolator, panas dialirkan
sepenuhnya

oleh fonon. Sedangkan dalam logam dialirkan oleh fonon dan

elektron. Tetapi karena konsentrasi elektron dalam logam sangat besar, maka

konduktivitas termal fonon jauh lebih kecil daripada elektron, yakni K fonon 10-2K
elektron,

sehingga konduktivitas fonon diabaikan.


Dari pendekatan teori kinetik gas diperoleh ungkapan konduktivitas termal

dimana CV, v dan

masing-masing adalah kapasitas panas elektron persatuan

volume, kecepatan partikel rata-rata dan lintas bebas rata-rata partikel. Karena C V
=(3/2)nk, (1/2)mv2=(3/2)kT dan l =v , maka konduktivitas menjadi

Perbandingan konduktivitas termal dan listrik adalah

Hal ini sesuai dengan penemuan empirik oleh Wiedemann-Frans (1853).


Kadang-kadang perbandingan di atas dinyatakan sebagai bilangan Lorentz

Ternyata, hukum Wiedemann-Frans sesuai dengan pengamatan untuk suhu


tinggi (termasuk suhu kamar) dan suhu sangat rendah (beberapa K). Tetapi, untuk
suhu intermediate, K/T bergantung pada suhu. Dalam teori drude, lintas bebas
rata-rata elektron bebas,

l = v , tidak bergantung suhu. Namun, karena


o

vo~T1/2, maka keadaan mengharuskan


Hal ini didukung fakta eksperimen bahwa ~T-1, sehingga dari ungkapan
konduktivitas listrik didapatkan

Ungkapan terakhir ini menunjukkan bahwa bila T naik, maka n menurun. Hal ini
tidak sesuai dengan fakta, dan menyebabkan teori Drude tidak memadai.

Model elektron bebasa klasik tentang logam diibaratkan berikut.


a. Kristal digambarkan sebagai superposisi dari jajaran gugus ion positif
(yang membentuk kisi kristal) dan elektron yang bebas bergerak dalam
volume kristal.
b. Elektron bebas tersebut diperlakukan sebagai gas, yang masing-masing
bergerak secara acak dengan kecepatan termal (seperti molekul dalam gas
ideal tidak ada tumbukan, kecuali terhadap permukaan batas).
c. Pengaruh medan potensial ion diabaikan, karena energi kinetik elektron
bebas sangat besar.
d. Elektron hanya bergerak dalam kristal karena adanya penghalang
potensial di permukaan batas.
Misalnya, setiap atom memberikan ZV elektron bebas, maka jumlah total elektron
tersebut perkilomol

Bila elektron berperilaku seperti dalam gas ideal, maka energi kinetik totalnya

sehingga kapasitas panas sumbangan elektron bebas

Kapasitas panas total dalam logam, termasuk sumbangan oleh fonon, adalah

Jadi, setidaknya kapasitas panas logam harus 50% lebih tinggi daripada
isolator. Tetapi, eksperimen menunjukkan bahwa untuk semua bahan padatan
(logam dan isolator) nilai CV mendekati 3R pada suhu tinggi. Pengukuran yang
akurat menunjukkan bahwa sumbangan elektron bebas terhadap kapasitas panas
total adalah reduksi harga klasik (3/2)R oleh factor 10 -2. Oleh karena itu model
elektron bebas klasik tidak memberikan hasil ramalan Cv yang memadai.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam logam terdapat elektron bebas, yang membentuk sistem gas
elektron klasik, yang bergerak acak dalam kristal dengan kecepatan
random vo karena energi termal dan berubah arah geraknya setelah
bertumbukan dengan ion logam. Karena massanya yang jauh lebih besar,
maka ion logam tidak terpengaruh dalam tumbukan ini.
Hukum Wiedemann-Frans sesuai dengan pengamatan untuk suhu
tinggi (termasuk suhu kamar) dan suhu sangat rendah (beberapa K).
Tetapi, untuk suhu intermediate, K/T bergantung pada suhu.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas maka diharapkan para pembaca lebih
mengetahui apa itu elektron dalam logam, elektron bebas klasik dan
hukum wiedemann. Namun wacana ini hanya sebagian kecil dari materi
zat padat. Jadi untuk lebih mengetahui dengan lanjut tentang materi fisika
zat padat, hendaknya membaca berbagai referensi agar lebih memahami.

DAFTAR PUSTAKA
- Kittle, Charles.2008. Introduction to Solid State Physics.New York: John Wiley
& Sons.
-http:/www.google.com/hokum wiedemann-frans/elektronbebas klasik

-Makalah fisika zat padat.pdf Drs. Parno Suwitra, Nyoman. 1989. Pengantar
fisika zat padat, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai