Anda di halaman 1dari 36

Serial Termodinamika 183

Tujuan Instruksional :
1. Memahami konsep entropi dan
ketakteraturan.
2. Menghitung harga entropi gas ideal.
3. Menganalisis perubahan entropi terkait
proses reversibel dan irreversibel.
4. Menganalisis hubungan antara entropi dan
probabilitas.

Quotes
“Pengalaman adalah sisir yang diberikan oleh alam pada kita ketika
kita botak”
(Peribahasa Belgia)

8.1 Konsep Entropi dan Ketakteraturan


Semua keadaan yang dapat dicapai dari suatu sistem dengan
sejumlah koordinat termodinamik yang bervariasi dari keadaan awal
yang dimiliki melalui proses reversibel, akan terletak pada suatu
permukaan yang sama. Hukum kedua termodinamika yang telah
dibahas sebelumnya telah memaparkan kepada kita bahwa secara
garis besar beberapa proses yang terjadi di kehidupan ini
berlangsung dalam satu arah saja (irreversibel). Namun, tidak semua
proses irreversibel yang tidak mudah digambarkan dengan rumusan
hukum kedua termodinamika untuk mesin panas dan refrigerator.
Sebagai contohnya, ekspansi bebas gas atau gelas yang jatuh dari
meja kemudian pecah berantakan ketika menumbuk lantai.

184 Serial Termodinamika


Kaitannya dengan ketidakteraturan, semua proses irreversibel
mempunyai satu kesamaan, dimana sistem dan lingkungannya
bergerak ke arah keadaan yang lebih tak teratur. Kita dapat
mengambil contoh yang sederhana untuk menggambarkan
mengenai keadaan tersebut, misalnya terdapat kotak yang berisi gas
dan bermassa M pada temperatur T yang bergerak sepanjang meja
yang licin dengan kecepatan V seperti pada Gambar 8.1.1.

Gambar 8.1.1. Sebuah Kotak Gas yang Bergerak ke Kanan dengan


Kelajuan V

Pada peristiwa dalam Gambar 8.1.1, ada dua komponen energi


kinetik total gas. Energi yang pertama adalah energi kinetik yang
berhubungan dengan gerakan pusat massa gas, ½ mV2. Energi
kinetik tersebut adalah energi mekanik yang teratur dan dapat
secara langsung diubah menjadi usaha. Sementara, energi kinetik
kedua adalah energi gerakan molekul-molekul relatif terhadap pusat
massanya, dimana energi tersebut bersifat tidak teratur dan tidak
dapat diubah secara langsung menjadi usaha. Energi yang kedua ini
disebut dengan energi termal dalam gas.
Jika seandainya sekarang kotak gas bergerak ke kanan dengan
kecepatan V dan menumbuk dinding yang diam, maka akan terjadi
tumbukan tidak lenting sama sekali. Proses tersebut adalah proses
yang irreversibel. Setelah menumbuk dinding tersebut, sistem dalam
kotak akan mempunyai energi total yang sama seperti sebelumnya,
tetapi sekarang semuanya tidak teratur, dimana molekul-molekul
bergerak secara acak terhadap pusat massa yang sekarang diam. Hal
ini terjadi karena semua energi mekanik gas yang teratur telah

Serial Termodinamika 185


diubah menjadi energi dalam acak, yang menyebabkan termperatur
gas naik.
Terkait dengan ketidakteraturan sistem, maka kita dapat berbicara
mengenai entropi. Entropi (S) didefinisikan sebagai derajat atau
ukuran ketidakteraturan sistem. Entropi adalah sebuah fungsi
keadaan sistem seperti layaknya tekanan P, volume V, dan
temperatur T, dan energi dalam U. Seperti halnya energi dalam, hal
yang penting untuk diamati adalah perubahan entropi itu sendiri.
Perubahan entropi (ΔS) sebuah sistem yang berubah dari satu
keadaan ke keadaan lain didefinisikan sebagai:


Dimana adalah kalor atau panas yang harus ditambahkan ke
dalam sistem untuk mengubah sistem dari keadaan awal ke keadaan
akhir dalam suatu proses reversibel. Jika panas diambil dari sistem,
bernilai negatif dan perubahan entropi juga akan bernilai
negatif. Pada Persamaan (8.8.1) bukan berarti bahwa harus terjadi
transfer kalor atau panas reversibel agar entropi sistem berubah.
Berdasarkan hukum pertama Termodinamika, dQ dapat ditentukan
melalui penjumlahan antara perubahan energi dalam dU dan usaha
yang dilakukan dW = PdV. Sehingga, persamaan matematis yang
terbentuk adalah:

Berdasarkan pembahasan gas ideal yang sudah dibahas sebelumnya,


apakah kita masih ingat persamaan matematis di bawah ini?

dan

Sehingga dengan mensubstitusikan persamaan (8.8.3) dan (8.8.4) ke


dalam persamaan (8.8.2) , maka kita akan peroleh:

186 Serial Termodinamika


Untuk menghitung kalor yang diserap sistem, kita harus mengetahui
lintasan sistem pada diagram PV, karena W dan Q bukan
merupakan fungsi keadaan. Usaha yang dilakukan dan kalor yang
diserap oleh sistem tidak bisa ditentukan secara konstan, melainkan
bergantung pada proses berlangsung perubahan keadaan sistem.

Untuk mengetahui nilai dari Q, tentu kita harus mengintegrasikan


kedua ruas pada Persamaan (8.8.5). Untuk mengintegrasikan suku
pertama di ruas kanan memang tidak sulit, karena hanya merupakan
fungsi temperatur saja. Namun, yang menjadi masalah ketika kita
akan megintegrasikan suku kedua di ruas kanan, karena pada suku
tersebut terdapat fungsi kebergantungan T terhadap V. Untuk
memudahkan pemahaman, maka kita bagi tiap suku pada Persamaan
(8.8.5) dengan T, sehingga kita akan dapatkan:

Bila kedua ruas pada persamaan (8.8.6) sekarang diintegrasikan,


maka kita akan memperoleh:

Entropi juga merupakan fungsi keadaan seperti energi dalam. 0leh


karena itu, perubahan entropi sistem hanya bergantung pada
keadaan awal dan akhir sistem, tidak pada proses terjadinya
perubahan itu.
Namun, untuk menghitung perubahan entropi dari proses yang
irreversibel, mula-mula kita harus menemukan proses reversibel
yang menghubungkan keadaan awal dan akhir itu. Kemudian, kita
juga harus kalor atau panas yang ditambahkan atau dibuang selama
proses reversibel tersebut. Setelah itu, barulah kita dapat
menggunakan Persamaan (8.8.1).
Apabila suatu sistem memiliki tekanan yang konstan, maka kita
dapat menghitung jumlah panas atau kalor dQ yang diserap oleh zat
melalui hubungan perubahan temperaturnya dengan persamaan:

Serial Termodinamika 187


Perlu ditekankan kembali pada pembahasan ini, bahwa transfer
panas atau kalor antara dua sistem yang mempunyai beda
temperatur tertentu cenderung berlangsung secara irreversibel.
Untuk memperoleh keadaan yang reversibel, kita harus membuat
kondisi atau keadaan dimana temperatur awal (T1) dan temperatur
akhir (T2) akhir hanya memiliki perbedaan yang sangat kecil. Artinya,
T2 hanya sedikit lebih besar dibanding T1. Apabila keadaan tersebut
terpenuhi, maka sistem akan memiliki keadaan isotermal, sehingga
proses dalam sistem akan mendekati reversibel. Sehingga,
perubahan entropi yang terjadi ketika kalor diserap secara
reversibel dapat ditentukan oleh persamaan:

Apabila kita mengintegrasikan nilai T1 sampai T2, kita akan


memperoleh perubahan entropi zat pada tekanan tersebut melalui
persamaan.

Jadi, seluruh persamaan yang dijabarkan di atas, sebenarnya dapat


digunakan baik untuk proses reversibel maupun irreversibel. Kita
hanya perlu memperhatikan keadaan seperti apa yang dipenuhi oleh
sistem yang kita akan hitung perubahan entropinya.

8.2 Entropi Gas Ideal


Jika suatu sistem menyerap sejumlah kalor selama proses reversibel
dengan harga , maka perubahan entropi sistem dapat
ditentukan dengan menggunakan Persamaan (8.8.1). Pada gas ideal,
dapat ditentukan dengan Persamaan 8.8.7.

Apabila kita membagi Persamaan 8.8.7 dengan T, maka kita akan


memperoleh:

Atau dapat dikatakan:

188 Serial Termodinamika


Selain Persamaan (8.8.9), ada beberapa persamaan lain yang dapat
digunakan untuk menentukan perubahan entropi suatu sistem
berdasarkan beberapa keadaan sistem, yaitu:

Apabila kita mengintegrasikan Persamaan (8.2.3), maka kita akan


memperoleh:

Untuk menyederhanakan proses pengintegrasian dari Persamaan


(8.2.3), maka kita dapat menggunakan pendekatan integral tak tentu
dan mengasumsikan bahwa nilai CP adalah tetap. Hasil yang akan
diperoleh adalah:

Dengan So adalah tetapan integrasi.


Selanjutnya, apabila kita mengintegrasikan Persamaan (8.2.7), maka
kita akan memperoleh:

Untuk menyederhanakan proses pengintegrasian dari Persamaan


(8.2.7), maka kita dapat menggunakan pendekatan integral tak tentu
dan mengasumsikan bahwa nilai CV adalah tetap. Hasil yang akan
diperoleh adalah:

Dengan So adalah tetapan integrasi.

Serial Termodinamika 189


8.3 Perubahan Entropi dan Proses Reversibel
Sekarang, kita akan membahas mengenai proses eskpansi isotermal
reversibel gas ideal, karena proses isotermal maka temperatur gas
sudah pasti konstan yaitu T dari volume awal V1 sampai volume akhir
V2. Kita sudah mempelajari pada bab-bab sebelumnya bahwa usaha
W dilakukan oleh gas dan panas Q = W diserap dari tandon pada
temperatur T. Perubahan entropi gas dapat ditentukan melalui
perhitungan dengan menggunakan Persamaan (8.3.1).

Perubahan entropi gas pasti bernilai positif karena gas mengalami


ekspansi dimana V2 pasti lebih besar dibanding V1. Dalam proses ini,
sejumlah harga Q (kalor atau panas) akan meninggalkan tandon dan
memasuki gas. Karena gas mengalami proses isotermal, maka jumlah
kalor tersebut sama dengan usaha yang dilakukan oleh gas. Harga
dari jumlah kalor tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan
Persamaan (8.3.2).

| | ∫ ∫

Perubahan entropi gas adalah +|Q|/T, sedangkan perubahan entropi


tandon adalah -|Q|/T karena jumlah kalor yang meninggalkan
tandon adalah sama. Perubahan entropi gas dan tandon adalah nol.
Sekarang seandainya kita meninjau perubahan entropi sistem dan
lingkungan yang ditimbulkan oleh proses reversibel. Pada umumnya,
proses ini akan disertai aliran kalor atau panas antara sistem dan
sekumpulan tandon yang temperaturnya antara T1 dan T2. Selama
berlangsungnya bagian infinitesimal dari proses, yang mana pun,
sejumlah kalor dQR dipindahkan antara sistem dan salah satu tandon
yang bertemperatur T. Misalkan dQR bilangan positif. Jika dQR
diserap oleh sistem, maka:

190 Serial Termodinamika


Dan perubahan entropi sistem dan lingkungan ∑ adalah nol. Jika
dibuang oleh sistem, jelaslah bahwa:3

Dan perubahan entropi ∑ juga nol. Jika nol, baik sistem


maupun tandon tidak mengalami perubahan entropi, dan perubahan
entropi sistem dan lingkungan tetap nol. Karena hal ini berlaku
infinitensimal proses terbalikkan yang mana pun, tentulah juga
berlaku untuk semua bagian seperti itu.
Oleh karena itu, berdasarkan deskripsi tersebut dapat diperoleh
kesimpulan yaitu:

“Pada proses reversibel, entropi dari sistem dan lingkungannya tidak


berubah, sehingga perubahan entropi dari sistem
dan lingkungannya akan bernilai nol.”

8.4 Perubahan Entropi dan Proses Irreversibel


Selanjutnya, kita akan membahas mengenai proses irreversibel dari
ekspansi bebas gas ideal, dimana gas akan berekspansi atau
mengembang dari volume awal V1 yang lebih kecil ke volume akhir
V2 yang lebih besar pada temperatur T. Perlu kita ketahui bahwa,
keadaan awal dan akhir gas pada proses ekspansi bebas sama
dengan keadaan awal dan akhir gas pada proses ekspansi isotermal
dalam konteks keadaan setimbang. Berdasarkan landasan tersebut
dan berdasarkan pada pernyataan sebelumnya bahwa perubahan
entropi sistem hanya bergantung pada keadaan awal dan akhir,
maka cara untuk menentukan perubahan entropi untuk ekspansi
bebas sama dengan perubahan entropi untuk ekspansi isotermal
dengan asumsi keadaan gas pada awal dan akhir adalah keadaan
setimbang (gunakan Persamaan 8.8.7). Apabila keadaan awal dan
akhir gas pada ekspansi bebas bukan merupakan keadaan yang

Serial Termodinamika 191


setimbang, maka perubahan entropi dapat ditentukan dengan
menggunakan metode khusus.
Pada proses ekspansi bebas dari sebuah gas ideal, perubahan
entropi akan bernilai positif apabila V2 lebih besar dibanding V1. Hal
itu berarti bahwa perubahan entropi dari sistem dan lingkungannya
akan selalu naik dan bertambah. Kita memperoleh kesimpulan
bahwa:

“Pada proses irreversibel, perubahan entropi dari sistem


dan lingkungannya akan selalu naik atau bertambah”

Pertanyaannya adalah apakah memungkinkan bagi kita untuk


memperoleh harga perubahan entropi yang bernilai negatif pada
proses ekspansi bebas? Tentu jawabannya tidak. Karena, gas tidak
mungkin secara bebas menyusut dengan sendirinya menjadi volume
yang lebih kecil. Meskipun memang ada keadaan dimana gas dapat
menyusut (yang biasa disebut dengan proses kompresi), pasti gas
tersebut akan mengalami suatu keadaan yang memungkinkan bagi
gas untuk menyusut. Penjelasan ini dapat menuntun kita pada suatu
kesimpulan baru bahwa:

“Untuk sembarang proses, perubahan entropi dari sistem


dan lingkungannya tidak akan pernah turun atau berkurang”

Pernyataan tersebut sangat relevan dengan rumusan yang telah kita


bahas untuk mesin panas dan pendingin (refrigerator) pada bab
sebelumnya. Ada beberapa jenis penyebab terjadinya perubahan
entropi, antara lain keadaan mekanis eksternal, mekanis internal,
termal eksternal, kimiawi, dan proses alamiah. Untuk proses alamiah
(tanpa ada bantuan dari sistem dan lingkungan luar), maka
perubahan entropi sistem dan lingkungan dapat ditentukan dengan
melihat Tabel 8.4.1.

192 Serial Termodinamika


Tabel 8.4.1. Perubahan entropi sistem dan lingkungannya akibat
proses alamiah
Jenis Proses Perubahan Perubahan Perubahan
Irreversibel Irreversibel entropi entropi entropi
sistem lingkungan sistem dan
lokal lingkungan

Lesapan isoterm
dari kerja melalui
sistem menjadi 0
Irreversibel energi internal
mekanis sebuah tandon
eksternal Lesapan akibat
dari kerja
0
menjadi energi
internal sistem
Irreversibel
Ekspansi bebas
mekanisme 0
gas ideal
internal
Pemindahan
kalor melalui
Irreversibel
medium dari
termal 0
tandon panas ke
eksternal
tandon lebih
dingin
Difusi dua
macam gas ideal
Irreversibel yang lembam
0
kimia (cenderung
mempertahankan
keadaan awal)

8.5 Entropi dan Probabilitas


Entropi adalah ukuran ketakteraturan sistem. Jika kita memandang
suatu sistem dan lingkungannya dengan entropi tertentu, maka kita
akan menemukan bahwa entropi sistem akan berkurang selama
proses reversibel. Namun, walaupun entropi sistem berkurang,
entropi dari sistem dan lingkungannya akan selalu positif (naik). Jadi,
apabila kita mempertimbangkan mengenai penurunan entropi

Serial Termodinamika 193


sistem pada suatu proses irreversibel, sebenarnya sistem dan
lingkungan selalu bergerak ke arah keadaan yang keteraturannya
berkurang.
Kaitannya dengan probabilitas (kemungkinan sesuatu dapat terjadi),
ada beberapa hal yang perlu kita pahami sebagai asumsi dasar, yaitu:
a. Probabilitas yang tinggi berarti menunjukkan suatu keadaan
dengan keteraturan yang rendah.
b. Probabilitas yang rendah berarti menunjukkan suatu
keadaan dengan keteraturan yang tinggi.

Misalnya gas sedang mengalami proses ekspansi bebas dengan


memuai dari volume awal V1 ke volume akhir V2 = 2V1, maka
perubahan entropi dapat ditentukan dengan menggunakan
Persamaan (8.3.1).

Seperti telah dijelaskan, sebenarnya proses tersebut dapat


digunakan untuk menyerap kalor Q dari sebuah tandon dan
mengubah seluruhnya menjadi usaha W. Namun, setelah ekspansi
bebas, sistem tidak lagi dapat mencapai keadaan tersebut karena gas
ada pada volume yang lebih besar dan tekanan yang lebih rendah.
Mengapa proses ini irreversibel? Mengapa gas tidak dapat
berkompresi dengan sendirinya kembali ke volume awalnya? Karena
tidak ada perubahan energi yang terlibat, kompresi tidak akan
melanggar hukum pertama Termodinamika. Jadi, memang tidaklah
mungkin jika gas akan berkompresi tanpa adanya bantuan yang
terlibat.
Untuk memahami hal tersebut dan kaitannya dengan probabilitas,
marilah kita ambil contoh dengan mengasumsikan bahwa gas hanya
terdiri dari 10 molekul, dan bahwa mula-mula, molekul-molekul ini
menempat seluruh volume wadahnya. Jika kita asumsikan bahwa
tiap molekul bergerak dalam volume total wadah secara acak, maka
ada peluang yang sama molekul tertentu berada di sebelah kiri atau
sebelah kanan wadah. Itu berarti, peluang bahwa satu molekul
tertentu sembarang berada di sebelah kiri wadah pada sembarang
waktu adalah ½. Peluang bahwa dua molekul tertentu keduanya

194 Serial Termodinamika


berada di sebelah kiri adalah ½ x ½ = ¼. Maka peluang dengan nilai
1/8 tentu akan dimiliki oleh peluang tiga molekul. Sehingga jika kita
memiliki 10 molekul, maka peluang ke sepuluh molekul tersebut
untuk keseluruhannya berada di sebelah kiri adalah (1/2) 10 = 1/1024.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ada satu peluang dari 1024
kejadian bahwa 10 molekul seluruhnya ada di sebelah kiri wadah
pada waktu sembarang. Walaupun keadaan tersebut hanya memiliki
peluang yang sangat kecil, tetapi kita tentu tidak akan heran lagi jika
hal tersebut terjadi.
Sebagai contoh yang lain, jika kita mengamati gas 1x tiap detik, kita
dapat berharap untuk melihat hal itu terjadi satu kali tiap 1024
sekon, yang kurang lebih sekali tiap 17 menit. Jika kita memulai
dengan 10 molekul yang terdistribusi secara acak dan kemudian
menemukan semuanya berada di sebelah kiri volume semula, maka
entropi semesta telah berkurang sebesar nR ln 2. Namun,
penurunan ini sangat kecil, karena jumlah mol n yang berhubungan
dengan 10 molekul hanyalah sekitar 10-23. Tetapi, hal ini melanggar
rumusan entropi tentang hukum kedua termodinamika, yang
menyatakan bahwa untuk tiap proses, entropi sistem dan
lingkungan tak akan pernah berkurang. Oleh karena itu, kita harus
memandang hukum kedua sebagai pernyataan probabilitas.
Jadi berdasarkan ilustrasi tersebut, maka kita dapat memahami
bahwa proses irreversibel dapat terjadi pada sistem dengan jumlah
molekul yang sangat sedikit. Namun, termodinamika sendiri hanya
berlaku pada sistem makroskopis, artinya untuk sistem yang
mempunyai jumlah molekul yang sangat banyak. Perhatikan
misalnya, upaya untuk mengukur tekanan gas yang hanya terdiri
dari 10 molekul. Tekanan akan berubah secara tidak terkontrol
bergantung pada apakah tidak ada atau ada satu atau dua molekul
bertumbukan dengan dinding wadah pada saat pengukuran.
Jika kita naikkan jumlah molekul dalam suatu sistem, peluang suatu
proses irreversibel terjadi berkurang secara menakjubkan. Sebagai
contoh, jika kita mempunyai 50 molekul dalam suatu wadah, maka
peluang bahwa semua berkumpul di sebelah kiri volumenya adalah
(1/2)50≈1015. Jadi, kita mengamati gas itu sekali tiap detik, kita dapat
mengharapkan melihat ke 50 molekul seluruhnya di sebelah kiri

Serial Termodinamika 195


volume itu sekitar 1 kali tiap 1015 detik, menakjubkan! Jadi, untuk
sistem makroskopis, probabilitas suatu proses menghasilkan
pengurangan entropi sistem dan lingkungan yang demikian kecilnya.

196 Serial Termodinamika


Latihan Pendalaman Materi Bab VIII dan Penyelesaiannya
Dua wadah homogen dan identik terisolasi secara termal oleh
sebuah tabung berkatup. Setiap wadah berisi satu mol gas ideal.
Suhu pada wadah pertama adalah T1 dan suhu pada wadah yang
lainnya adalah T2. Pada volume konstan, kapasitas kalor yang dimiliki
sistem berharga Cv. Keadaan gas kemudian mencapai
kesetimbangan yang baru ketika katup dibuka. Tentukan kenaikan
entropi ΔS dari gas tersebut. Buktikanlah bahwa ΔS > 0.
Penyelesaian
Gas berubah ke keadaan kesetimbangan yang baru ketika katup
terbuka. Misalkan harga temperatur pada keadaan setimbang
disimbolkan dengan T. Maka kalor atau panas yang diberikan pada
temperatur tinggi T1 adalah:

Dan panas yang diserap oleh satu mol gas yang sama pada
temperatur yang lebih rendah pada bagian yang lain dari wadah
adalah:

Menurut prinsip dari asas Black, maka:

Atau

Entropi ∫ ∫ ∫

∫ ( * ( *

∫ ( )

* +
∫ ( )

Atau
[ ]
( )

Serial Termodinamika 197


Soal Evaluasi Bab VIII
1. Dua mol gas ideal dengan T=400 K berekspansi secara
kuasistatk dan isotermik dari volume awal 40 L ke volume
akhir 80 L.
(a) Carilah perubahan entropi gas.
(b) Berapakah perubahan entropi sistem dan lingkungannya
(semesta) untuk proses ini?

2. Sebuah sistem menyerap panas 200 J secara reversibel dari


tandon 300 K dan membuang 100 J ke tandon 200 K ketika
berubah dari keadaan A ke keadaan B. Selama proses ini,
sistem melakukan usaha 50 Joule.
(a) Berapakah perubahan energi dalam sistem?
(b) Berapakah perubahan entropi sistem dan lingkungannya
(semesta)?

3. Dua mol gas ideal yang mula-mula mempunyai T=400 K dan


V=40 L mengalami ekspansi bebas sampai dua kali volume
awalnya.
(a) Berapakah perubahan entropi gas?
(b) Berapakah perubahan entropi sistem dan lingkungannya
(semesta)?

4. Jika 500 J panas dihantarkan dari sebuah tandon pada 400 K


ke tandon 300 K, berapakah perubahan entropi sistem dan
lingkungannya (semesta)?

5. Berapakah perubahan entropi 1,0 kg air bila air tersebut


berubah menjadi uap pada 100 oC dan tekanan 1 atm?

198 Serial Termodinamika


Serial Termodinamika 199
Tujuan Instruksional :
1. Memahami konsep dan prinsip entalpi
dalam suatu sistem termodinamika.
2. Memformulasikan persamaan T dS untuk
kasus zat murni.
3. Menganalisis persamaan energi untuk
kasus zat murni.
4. Memformulasikan persamaan kapasitas
kalor untuk kasus zat murni.

Quotes
“Jangan membanggakan apa yang telah engkau lakukan hari ini,
sebab engkau tidak akan tahu apa yang akan diberikan hari esok.”
(Pythagoras)

9.1 Entalpi
Setelah melalui beberapa proses pengembangan, hukum
termodinamika telah dinyatakan dapat diterapkan pada sistem
dengan jumlah koordinat berapa saja. Bila dapat tiga atau lebih
koordinat bebas, kita dapat membicarakan permukaan isoterm dan
permukaan isentrop (akibat proses reversibel). Sistem yang paling
penting yang mempunyai dua koordinat bebas ialah sistem
hidrostatik yang terdiri dari atas zat murni tunggal dengan massa
tetap. Sekali persamaan termodinamik berhasil dikembangkan untuk
sistem ini, kita akan melihat betapa sederhana menuliskan
persamaan yang serupa itu untuk sistem dua koordinat lainnya.
Dalam pembahasan beberapa sifat gas, ternyata sangat berguna
mendefinisikan fungsi H, yang disebut entalpi, menurut hubungan
dalam Persamaan (9.1.1)

200 Serial Termodinamika


Perubahan entalpi yang terjadi jika sistem mengalami proses
infinitesimal dari keadaan setimbang awal ke keadaan setimbang
akhir adalah sesuatu yang harus kita pahami. Kita dapat memulainya
dari Persamaan (9.1.2).

dan

Jadi,

Dengan membagi kedua ruas persamaan itu dengan dT, maka kita
dapatkan

Dan pada P tetap,


( ) ( )

Karena , perubahan entalpi selama proses isobar


sama dengan kalor yang dipindahkan. Dalam pembahasan yang
terkait dengan entalpi, kita harus mengenal yang disebut sebagai
kalor laten. Perubahan entalpi adalah kalor laten yang diukur ketika
terjadi pergantian fase pada tekanan tetap (yaitu peleburan,
pendidihan, sublimasi). Berdasarkan definisi tersebut dan jika
mengasumsikan keadaan awal sebagai i dan keadaan akhir sebagai f,
maka persamaan matematis yang dapat dibentuk adalah sebagai
berikut.

Persamaan (9.1.7) dan (9.1.8) menunjukkan bahwa proses yang


sedang dialami sistem adalah proses isobarik. Karena proses isobar
jauh lebih penting dalam bidang teknik dan kimia dari pada proses
isovolum, entalpi lebih banyak dipakai dalam bidang tersebut.

Serial Termodinamika 201


Dalam zat murni yang mengalami proses terbalikkan infinitesimal,
persamaan boleh ditulis sebagai berikut :

Yang menunjukkan bahwa ( ) dan ( )


Hubungan yang ditunjukkan dalam persamaan 9.1.9 memberi
petunjuk bahwa sifat zat murni dapat ditampilkan secara diagram H
sebagai fungsi dari S dan P. Grafik tiga dimensi ini merupakan
permukaan, dan T serta V pada titik ditunjukkan oleh dua garis
kemiringan pembentuk bidang yang menyinggung permukaan pada
titik itu.

9.2 Persamaan T dS
Fungsi dari entropi zat murni adalah fungsi dari T dan V, perhatikan
Persamaan 9.2.1.

( * ( *
Jika ruas kanan dan kiri dari persamaan di atas di kalikan dengan T,
maka kita akan memperoleh persamaan.

( * ( *
Karena dalam proses reversibel , maka:

( *
Dan dari hubungan Maxwell yang ketiga, maka:

( * ( *
Sehinngga kita akan memperoleh persamaaan akhir, yaitu:

( *
Persamaan (9.2.5) adalah persamaan TdS yang pertama.
Contoh Aplikasi Persamaan TdS pertama:
Satu mol gas van Waals mengalami proses ekspansi isotermik
secara reversibel dari volum Vi ke volum Vf. Berapa jumlah kalor
yang dipindahkan?
Penyelesaian:
Untuk 1 mol zat maka persamaan yang digunakan tetap seperti

202 Serial Termodinamika


persamaan aslinya, yaitu:

( *
Untuk melanjutkan persamaan di atas, kita membutuhkan bantuan
dari Persamaan Van der Waals, yaitu:

Dan apabila kita lakukan diferensiasi secara parsial terhadap T


dengan nilai V yang konstan, maka persamaan di atas akan menjadi:

( *
Jadi,

Karena T tetap, , dan merupakan proses reversibel, maka


∫ . Sehingga,

Dan akhirnya, kita akan memperoleh harga dari kalor yang


dipindahkan sebesar:

Jika entropi zat murni dipandang sebagai fungsi dari T dan P, maka:

( * ( *
Jika ruas kanan dan kiri dari persamaan di atas di kalikan dengan T,
maka kita akan memperoleh persamaan.

( * ( *
Karena dalam proses reversibel , maka:

( *
Dan dari hubungan Maxwell yang keempat, maka:

( * ( *
Sehinngga kita akan memperoleh persamaaan akhir:

Serial Termodinamika 203


( *
Persamaan (9.2.10) adalah persamaan TdS yang kedua.
Kedua persamaan TdS tersebutlah yang dibahas pada bab ini. Dua
pemakaian penting dari persamaan TdS yang kedua adalah sebagai
berikut.
1. Pada proses perubahan tekanan secara isotermik reversibel.
Karena merupakan proses isotermik, maka T akan berharga
tetap pada sepanjang proses yang berlangsung. Bila T tetap,
maka:

( *
Dan

∫( *
Persamaaan di atas tentu mengingatkan pada persamaan
koefisien muai volume, yaitu:

( *
Dengan mensubstitusikan Persamaan (iii) ke dalam Persamaan
(ii), maka kita akan memperoleh:

Persamaan (iv) dapat diintegrasi apabila fungsi V dan β yang
bergantung pada V diketahui.
Misalnya, air raksa pada suhu 0oC diketahui terjadi penambahan
tekanan dari 0 ke 1000 atm dan volume 1 mol air raksa juga
mengalami perubahan dari 14,72 ke 14,67 cm3 (perubahan hanya
1/3%). Koefisien muai volume juga diketahui berubah dari 181 x
10-6 K-1 menjadi 174 x 10-6 K-1 (perubahan hanya 4%). Seluruh zat
padat dan zat cair rata-rata memiliki volum dan koefisien muai
panjang yang memiliki perilaku sama seperti yang telah
dijelaskan tersebut, oleh karena itu harga V dan β akan diubah
menjadi harga V dan β rata-rata yang disimbolkan dengan ̅ dan
̅ . Sehingga Persamaan (iv) yang akan kita gunakan akan
menjadi:

204 Serial Termodinamika


̅̅ ∫

Atau,
̅̅
Hasil tersebut memperlihatkan bahwa ketika tekanan naik
secara isotermik, kalor akan terbuang keluar jika ̅ positif.
Begitupun sebaliknya, kalor akan diserap jika ̅ berharga
negatif.
Kita akan melakukan perhitungan secara matematis, misal
tekanan pada cm3 air raksa pada 0oC dinaikkan secara isotermik
reversibel dari 0 atm hingga 1000 atm. Maka perpindahan
kalornya adalah:
̅̅
Dengan T = 0 + 273 = 273 K, ̅ , ̅
, , dan . Jadi,

Sekarang, kita akan menghitung kerja yang dilakukan selama


kompresi yang terjadi, dengan tujuan untuk membandingkan
hasilnya dengan harga kalor yang dibuang atau dibebaskan.
Untuk memulainya, maka kita harus mengingat kembali
Persamaan yaitu:

Jika kita memandang proses yang terjadi pada sistem berada
pada keadaan isotermik (temperatur tetap), maka:

∫( *
Untuk menyelesaikan Persamaan (vi), kita harus mengingat
kembali persamaan koefisien kompresibilitas, yaitu:

( *
Sehingga dengan mensubstitusikan Persamaan (vii) ke dalam
Persamaan (vi), kita akan memperoleh:

Serial Termodinamika 205


Proses kompresi isotermik tidak akan berpengaruh terhadap


perubahan tekanan. Bridgeman menunjukkan bahwa kompresi
air raksa pada 0oC berubah dari 3,92 x 10-6 menjadi 3,83 x 10-6
atm-1 (perubahan 2%) ketika tekanan bertambah dari nol
menjadi 1000 atm. Jadi, kita dapat mengganti V dan dengan
harga rata-rata dan akhirnya diperoleh:
̅̅̅̅
( )
Dengan mensubstitusikan harga
, maka kita akan memperoleh:

Jadi, dapat kita lihat bahwa jika tekanan pada 15 cm 3 air raksa
pada 0oC bertambah dari nol menjadi 1000 atm, maka kalor
sebanyak 73,8 Joule dibebaskan, tetapi hanya 2,95 Joule kerja
yang dilakukan. Kalor tambahannya tentu saja bersumber dari
energi dalam yang tersimpan yang mengalami perubahan
sebesar:

Hasil tersebut berlaku untuk keadaan dimana zat memiliki


koefisien muai yang positif. Untuk harga koefisien muai yang
negatif, maka kalor akan diserap dan energi dalamnya akan
bertambah.

2. Pada proses perubahan tekanan secara adiabatik reversibel.

( *
Atau,

( *

206 Serial Termodinamika


Pada kasus zat padat dan zat cair, pertambahan tekanan sebesar
1000 atm hanya menimbulkan perubahan temperatur yang
kecil. Percobaan juga menunjukkan bahwa hampir tidak
berubah meskipun pertambahan tekanannya mencapai 10.000
atm. Persamaan (xi) jika diaplikasikan untuk zat padat dan zat
cair maka dapat dituliskan sebagai berikut.

Jelaslah bahwa dari pembahasan tersebut bahwa pertambahan


tekanan secara adiabatik akan menimbulkan peningkatan
temperatur pada benda yang memiliki koefisien muai positif dan
penurunan temperatur pada benda yang koefisien muainya
negatif. Jika tekanan pada 15 cm3 air raksa dengan ̅̅̅
pada suhu 0oC ditambah secara isentropis dari nol menjadi 1000
atm, maka perubahan temperaturnya ialah:

9.3 Persamaan Energi


Jika zat murni mengalami proses reversibel infinitesimal antara dua
kesetimbangan termal, perubahan energi dalamnya adalah:

Dengan membagi kedua ruas dengan dV, maka diperoleh:

Dimana U, S, dan P dianggap sebagai fungsi T dan V. Bila T dibuat


konstan, maka turunan parsial dari Persamaan (9.3.2) adalah:

( * ( *

Dengan menerapkan hubungan ketiga Maxwell, ( ) ( ), maka


kita peroleh:

Serial Termodinamika 207


( * ( *

Persamaan (9.3.4) merupakan persamaan pertama energi.

Penerapan Persamaan Pertama Energi


(1) Gas Ideal

( *

( *

Jadi, harga U (energi dalam) tidak bergantung pada V, tetapi hanya


merupakan fungsi dari T saja.
Untuk membahas persamaan kedua energi, kita dapat memulainya
dari persamaan:

Dengan membagi kedua ruas dari Persamaan (9.3.6) dengan dP,


maka kita peroleh:

Dimana U, S, dan V merupakan fungsi dari T dan P. Jika T dibuat


tetap, maka turunan itu menjadi turunan parsial dan,

( * ( * ( *

Dengan menggunakan hubungan keempat Maxwell, ( ) ( ) ,


kita peroleh:

208 Serial Termodinamika


( * ( * ( *

Persamaan (9.3.9) merupakan persamaan kedua energi.

9.4 Persamaan Kapasitas Kalor


Samakan persamaan pertama dan kedua T dS, maka:

( * ( *
Dengan memfokuskan pada variabel dT, maka kita peroleh:
( ) ( )

Karena,

( * ( *
Maka,
( )
( *

Dan
( )
( *

Persamaan (9.4.4) dan (9.4.5) menghasilkan persamaan baru yaitu:

( * ( *
Kita harus kembali mengingat pembahasan pada bab selanjutnya
yang menerangkan bahwa:

( * ( * ( *
Sehingga,

( * ( *

Persamaan tersebut merupakan salah satu yang terpenting dalam


Termodinamika dan menunjukkan bahwa:

Serial Termodinamika 209


 Karena ( ) selalu negatif untuk semua zat dan ( ) harus
positif, maka tidak pernah negatif atau tidak
pernah lebih kecil daripada .
 Ketika T → 0, → , atau pada temperatur nol mutlak,
maka kedua kapasitas kalor itu sama.
 bila ( ) . Misalnya pada 4oC, ketika kerapatan
air maksimum, .
Pengukuran kapasitas kalor zat padat dan cair di laboratorium
biasanya berlangsung pada tekanan tetap, sehingga menghasilkan
. Sedangkan untuk mengukur harga merupakan hal yang cukup
sulit, karena sangat sulit untuk menentukan harga secara cermat
dan tepat baik untuk zat padat maupun zat cair. Namun, harga
perlu diketahui untuk perbandingan dengan teori. Persamaan yang
menunjukkan perbedaan kapasitas kalor ini sangat berguna untuk
menghitung yang dinyatakan dalam serta kuantitas terukur
lainnya. Dengan mengingat bahwa:
( ) dan ( )
Kita dapat menuliskan persamaan dalam bentuk:
[ ( ) ]
– ( )

Contoh:
Hitunglah kapasitas kalor molar air raksa pada volume tetap
bertemperatur 0oC dan bertekanan 1 atm. Berdasarkan percobaan
sudah diketahui beberapa harga dari besaran yang dibutuhkan yaitu:

Penyelesaian:
Merujuk pada beberapa data yang telah diperoleh dari percobaan,
maka kapasitas kalor dapat dihitung melalui cara sebagai berikut.

210 Serial Termodinamika


Dan,

Akhirnya,

Sekarang, kita kembali ke kedua persamaan TdS, yaitu:

( *

( *
Dan pada S tetap,

( *

( *
Dengan membagi Persamaan (9.4.11) dan (9.4.12), maka diperoleh:
( )
* +( *
( )

Kuantitas dalam tanda kurung siku sama dengan ( ) . Jadi,

( )
( )
Ketermampatan atau kompresi secara adiabatik didefinisikan
sebagai:

( *
Dan kita juga sudah mengetahui bahwa:

( *
Sehingga, diperoleh persamaan akhir yaitu:

Serial Termodinamika 211


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. (2004). Buku Ajar Termodinamika. Lampung:


Universitas Lampung.
Darmawan, B. (1991). Termodinamika. Bandung: ITB.
Sears, & Salinger. (1994). Thermodynamics, Kinetics Theory, and
Statistical Thermodynamics. Addison Wesley.
Surya, Y. (2010). Suhu dan Termodinamika. Tangerang: PT Kandel.
Surya, Y. (2010). Termodinamika. Jakarta: PT Trisula Adisakti.
Tipler, P. A. (1991). Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 1 (Terjemahan).
Jakarta: Erlangga.
Zemansky, M. W., & Dittman, R. H. (1982). Heat and Thermodyamics,
sixth edition. McGraw Hill.

212 Serial Termodinamika


GLOSARIUM

Dinding adiabat adalah dinding benda hitam (black body)


yang mengakibatkan kedua pada temperatur yang sama.
zat mencapai suhu yang Ini adalah ukuran dari
sama dalam waktu yang kemampuan suatu benda
lama (lambat). untuk meradiasikan energi
Dinding diaterm adalah dinding yang diserapnya.
yang memungkinkan kedua Energi internal adalah
zat mencapai suhu yang pengukuran makroskopik
sama dalam waktu yang dari energi molekuler,
singkat (cepat). atomik, dan subatomik,
Efisiensi mesin adalah yang semuanya mengikuti
perbandingan antara besar kaidah konservasi
usaha yang dilakukan sistem mikroskopik tertentu.
terhadap energi kalor yang Entalpi adalah kuantitas
diserapnya. termodinamika yang
Ekspansi adalah proses yang menunjukkan jumlah kalor
menyebabkan volume yang dimiliki oleh sebuah
menjadi besar dan zat.
menimbukan perubahan Entropi adalah ukuran
suhu dan tekanan yang ketidakteraturan suatu
semakin kecil. sistem.
Ekspansi adiabatik adalah Hukum Dalton merupakan
apabila tidak ada panas yang hukum kelipatan
melewati sistem dan kerja perbandingan yang
yang diterima oleh sistem berbunyi:
digunakan seluruhnya untuk
“Jika dua jenis unsur
mengubah energi di dalam
sistem. bergabung membentuk lebih
Emisivitas adalah rasio energi dari satu senyawa, dan
yang diradiasikan oleh jika, massa salah satu unsur
material tertentu dengan dalam senyawa tersebut
energi yang dirasikan oleh sama, sedangkan

Serial Termodinamika 213


massa unsur lainnya menjelaskan bahwa energi
berbeda, maka perbandingan tidak dapat diciptakan
massa unsur lainnya ataupun dimusnahkan,
dalam senyawa tersebut melainkan hanya bisa
merupakan bilangan bulat diubah bentuknya saja.
sederhana.” Hukum Stefan-Boltzmann
Hukum ke Nol Termodinamika merupakan hukum yang
merupakan hukum menjelaskan bahwa jumlah
termodinamika yang energi yang dipancarkan
menjelaskan bahwa jika dua per satuan permukaan
benda berada dalam sebuah benda hitam dalam
kesetimbangan termal satuan waktu akan
dengan benda ketiga, maka berbanding lurus dengan
ketiga benda tersebut pangkat empat temperatur
berada dalam termodinamikanya.
kesetimbangan termal satu Ireversibel adalah keadaan
sama lain. dimana terjadi penambahan
Hukum Kedua Termodinamika substansi disertai
bahwa adalah tidak mungkin perubahan bentuk atau
untuk membuat sebuah struktur sel dan perubahan
mesin kalor yang bekerja susunan kimia, sehingga
dalam suatu siklus yang terjadi pertumbuhan searah
semata-mata mengubah dan tidak dapat kembai ke
energi panas yang diperoleh bentuk asal.
dari suatu reservoir pada Isobarik adalah keadaan proses
suhu tertentu seluruhnya termodinamika dimana
menjadi usaha mekanik. tekanan sistem konstan
Hukum Pergeseran Wien atau tetap.
menjelaskan bahwa makin Isotermik adalah keadaan
tinggi suhu suatu benda proses termodinamika
hitam, makin pendek dimana temperatur sistem
panjang gelombang tempat konstan atau tetap
pancaran maksimum itu Isovolumik adalah keadaan
terjadi. proses termodinamika
Hukum Pertama dimana volume sistem
Termodinamika merupakan konstan atau tetap
hukum termodinamika yang

214 Serial Termodinamika


Kalor adalah suatu bentuk dan produk sama dan
energi yang dapat konsentrasi keduanya tetap.
berpindah atau mengalir Kesetimbangan mekanis terjadi
dari benda yang memiliki apabila tidak ada gaya yang
temperatur lebih tinggi takberimbang di bagian
menuju benda yang dalam sistem, dan juga
memiliki temperatur lebih antara sistem dan
rendah. lingkungannya.
Kalor jenis adalah banyaknya Kesetimbangan termal adalah
kalor yang diserap atau keadaan dimana semua
diperlukan oleh 1 gram zat bagian sistem
untuk menaikkan suhu bertemperatur sama, dan
sebesar 1⁰C. sistem juga memiliki suhu
Kalor laten adalah panas yang yang sama dengan
diserap oleh suatu badan lingkungannya.
atau sistem termodinamika Kesetimbangan termodinamik
selama proses dengan suhu adalah keadaan dimana
konstan. sistem berada dalam
Kalorik adalah alat yang keadaan setimbang
digunakan untuk mekanis, setimbang termal
mengetahui kandungan dan setimbang secara kimia.
kalor yang terkandung di Koefisien kinerja adalah
dalam setiap benda. koefisien unjuk kerja dari
Kalorimetri adalah ilmu dalam siklus refrigerator atau
pengukuran panas dan mesin pendingin yang
reaksi kimia atau perubahan menunjukan kualitas unjuk
fisik. kerja suatu sistem tersebut
Kelembaban relatif adalah dan dinyatakan
istilah yang digunakan dengan suatu angka hasil
untuk menggambarkan perbandingan antara energi
jumlah uap air yang yang diserap dari udara
terkandung di dalam ruang dan energi yang
campuran air-udara dalam digunakan untuk
fase gas. mengkompresi gas di
Kesetimbangan kimia adalah kompresor.
keadaan reaksi bolak-balik Konduksi adalah perpindahan
dimana laju reaksi reaktan kalor melalui zat

Serial Termodinamika 215


penghantar tanpa disertai Reversibel adalah reaksi dua
perpindahan bagian-bagian arah dimana sistem dapat
zat itu. kembali ke keadaan semula
Konduktivitas termis adalah setelah mengalami
kemampuan suatu benda perubahan.
untuk memindahkan kalor Titik Kritis adalah sebuah titik
melalui benda tersebut. suhu di mana fase cairan
Konveksi adalah perpindahan dan uap tidak bisa
kalor melalui zat dibedakan.
penghantar yang disertai Titik Tripel adalah temperatur
dengan perpindahan dan tekanan di mana ketiga-
bagian-bagian zat itu. tiga fase (gas, cair, dan
Kuasistatik adalah suatu padat) zat tersebut berada
pengidealan yang dapat dalam keadaan
diterapkan untuk segala kesetimbangan
system termodinamik, termodinamika.
termasuk system listrik dan Viskositas adalah pengukuran
magnet. dari ketahanan fluida yang
Modulus bulk adalah diubah baik dengan tekanan
perbandingan antara maupun tegangan.
perubahan tekanan yang Zat Murni adalah zat yang tidak
bekerja pada suatu benda dapat diuraikan lagi menjadi
dengan perubahan zat zat lain yang lebih
fraktional volum. sederhana dengan reaksi
Pemuaian termal adalah kimia biasa.
pemuaian zat padat, cair,
ataupun gas ... terkit dengan
kenaikan dan penurunan
suhu disebut sifat termal
zat.
Radiasi adalah setiap proses di
mana energi bergerak
melalui media atau melalui
ruang, dan akhirnya diserap
oleh benda lain tanpa
melalui perantara.

216 Serial Termodinamika


INDEKS

Adiabat, 10, 81 Hukum Pertama


Termodinamika, 81, 83, 86,
D 89, 214
Daur stirling, 149 Hukum Stefan-Boltzmann, 214
Diferensial eksak, 15
I
Diferensial tak eksak, 16
Dinding adiabat, 213 Ireversibel, 139, 214
Dinding diaterm, 10, 213 Isobarik, 75, 132, 214
Isokhorik, 132
E Isoterm, 12, 43, 44, 47
Ekspansi adiabatik, 213 Isoterm kritis, 47
Eksperimen Joule, 85 Isovolumik, 214
Emisivitas, 103, 213
K
Energi internal, 82, 213
Kalor, 78, 79, 80, 89, 92, 93, 94,
G 95, 96, 97, 98, 121, 122, 136,
Gas ideal, 121 139, 140, 141, 142, 144, 145,
Gaya tak berimbang, 65 154, 157, 161, 172, 206, 209,
215
H Kalor jenis, 89, 94, 121, 215
Kalor laten, 97, 215
Hukum Dalton, 48, 213
Kalorimetri, 215
Hukum Ke Nol
Kelembaban relatif, 49, 215
Termodinamika, 11
Kesetimbangan kimia, 64, 215
Hukum Kedua
Kesetimbangan mekanis, 64,
Termodinamika, 144, 145,
215
157, 214
Kesetimbangan termal, 13, 40,
Hukum Pergeseran Wien, 104,
64, 215
214

Serial Termodinamika 217


Kesetimbangan R
termodinamik, 215
Radiasi, 102, 103, 172, 216
Koefisien kompresibilitas, 161,
Reservoar kalor, 80
162, 178, 215
Reservoar panas, 140
Koefisien muai linear, 36
Reversibel, 139, 170, 190, 216
Koefisien muai volume, 37,
204 S
Konduksi, 100, 172, 215
Konduktivitas termis, 216 Siklus Carnot, 144, 173, 174, 175,
Konsep temperatur, 13 176
Konveksi, 100, 102, 216 Siklus Diesel, 144
Koordinat termodinamik, 4, Siklus Otto, 146
50 Siklus Stirling, 144
Kuantitas, 5, 6, 7, 8, 90, 91, 211 Sistem hidrostatik, 43
Kuasistatik, 64, 66, 79, 111, 216
T
M Temperatur sistem, 13
Makroskopik, 2 Titik kritis, 47
Mesin Carnot, 180 Titik tripel, 46
Mesin kalor, 157
V
Mikroskopik, 2
Variabel ekstensif, 7
P Viskositas, 170, 216
Pemuaian termal, 216
Z
Persamaan Energi, 207
Persamaan keadaan, 42 Zat kerja, 140, 146, 155
Persamaan TdS, 202 Zat murni, 43
Perumusan Kelvin-Planck, 159
Probabilitas, 193, 194

218 Serial Termodinamika

Anda mungkin juga menyukai