Tujuan Instruksional :
1. Memahami konsep entropi dan
ketakteraturan.
2. Menghitung harga entropi gas ideal.
3. Menganalisis perubahan entropi terkait
proses reversibel dan irreversibel.
4. Menganalisis hubungan antara entropi dan
probabilitas.
Quotes
“Pengalaman adalah sisir yang diberikan oleh alam pada kita ketika
kita botak”
(Peribahasa Belgia)
∫
Dimana adalah kalor atau panas yang harus ditambahkan ke
dalam sistem untuk mengubah sistem dari keadaan awal ke keadaan
akhir dalam suatu proses reversibel. Jika panas diambil dari sistem,
bernilai negatif dan perubahan entropi juga akan bernilai
negatif. Pada Persamaan (8.8.1) bukan berarti bahwa harus terjadi
transfer kalor atau panas reversibel agar entropi sistem berubah.
Berdasarkan hukum pertama Termodinamika, dQ dapat ditentukan
melalui penjumlahan antara perubahan energi dalam dU dan usaha
yang dilakukan dW = PdV. Sehingga, persamaan matematis yang
terbentuk adalah:
dan
| | ∫ ∫
Dan panas yang diserap oleh satu mol gas yang sama pada
temperatur yang lebih rendah pada bagian yang lain dari wadah
adalah:
Atau
Entropi ∫ ∫ ∫
∫ ( * ( *
∫ ( )
* +
∫ ( )
Atau
[ ]
( )
Quotes
“Jangan membanggakan apa yang telah engkau lakukan hari ini,
sebab engkau tidak akan tahu apa yang akan diberikan hari esok.”
(Pythagoras)
9.1 Entalpi
Setelah melalui beberapa proses pengembangan, hukum
termodinamika telah dinyatakan dapat diterapkan pada sistem
dengan jumlah koordinat berapa saja. Bila dapat tiga atau lebih
koordinat bebas, kita dapat membicarakan permukaan isoterm dan
permukaan isentrop (akibat proses reversibel). Sistem yang paling
penting yang mempunyai dua koordinat bebas ialah sistem
hidrostatik yang terdiri dari atas zat murni tunggal dengan massa
tetap. Sekali persamaan termodinamik berhasil dikembangkan untuk
sistem ini, kita akan melihat betapa sederhana menuliskan
persamaan yang serupa itu untuk sistem dua koordinat lainnya.
Dalam pembahasan beberapa sifat gas, ternyata sangat berguna
mendefinisikan fungsi H, yang disebut entalpi, menurut hubungan
dalam Persamaan (9.1.1)
dan
Jadi,
Dengan membagi kedua ruas persamaan itu dengan dT, maka kita
dapatkan
9.2 Persamaan T dS
Fungsi dari entropi zat murni adalah fungsi dari T dan V, perhatikan
Persamaan 9.2.1.
( * ( *
Jika ruas kanan dan kiri dari persamaan di atas di kalikan dengan T,
maka kita akan memperoleh persamaan.
( * ( *
Karena dalam proses reversibel , maka:
( *
Dan dari hubungan Maxwell yang ketiga, maka:
( * ( *
Sehinngga kita akan memperoleh persamaaan akhir, yaitu:
( *
Persamaan (9.2.5) adalah persamaan TdS yang pertama.
Contoh Aplikasi Persamaan TdS pertama:
Satu mol gas van Waals mengalami proses ekspansi isotermik
secara reversibel dari volum Vi ke volum Vf. Berapa jumlah kalor
yang dipindahkan?
Penyelesaian:
Untuk 1 mol zat maka persamaan yang digunakan tetap seperti
( *
Untuk melanjutkan persamaan di atas, kita membutuhkan bantuan
dari Persamaan Van der Waals, yaitu:
( *
Jadi,
Jika entropi zat murni dipandang sebagai fungsi dari T dan P, maka:
( * ( *
Jika ruas kanan dan kiri dari persamaan di atas di kalikan dengan T,
maka kita akan memperoleh persamaan.
( * ( *
Karena dalam proses reversibel , maka:
( *
Dan dari hubungan Maxwell yang keempat, maka:
( * ( *
Sehinngga kita akan memperoleh persamaaan akhir:
( *
Dan
∫( *
Persamaaan di atas tentu mengingatkan pada persamaan
koefisien muai volume, yaitu:
( *
Dengan mensubstitusikan Persamaan (iii) ke dalam Persamaan
(ii), maka kita akan memperoleh:
∫
Persamaan (iv) dapat diintegrasi apabila fungsi V dan β yang
bergantung pada V diketahui.
Misalnya, air raksa pada suhu 0oC diketahui terjadi penambahan
tekanan dari 0 ke 1000 atm dan volume 1 mol air raksa juga
mengalami perubahan dari 14,72 ke 14,67 cm3 (perubahan hanya
1/3%). Koefisien muai volume juga diketahui berubah dari 181 x
10-6 K-1 menjadi 174 x 10-6 K-1 (perubahan hanya 4%). Seluruh zat
padat dan zat cair rata-rata memiliki volum dan koefisien muai
panjang yang memiliki perilaku sama seperti yang telah
dijelaskan tersebut, oleh karena itu harga V dan β akan diubah
menjadi harga V dan β rata-rata yang disimbolkan dengan ̅ dan
̅ . Sehingga Persamaan (iv) yang akan kita gunakan akan
menjadi:
Atau,
̅̅
Hasil tersebut memperlihatkan bahwa ketika tekanan naik
secara isotermik, kalor akan terbuang keluar jika ̅ positif.
Begitupun sebaliknya, kalor akan diserap jika ̅ berharga
negatif.
Kita akan melakukan perhitungan secara matematis, misal
tekanan pada cm3 air raksa pada 0oC dinaikkan secara isotermik
reversibel dari 0 atm hingga 1000 atm. Maka perpindahan
kalornya adalah:
̅̅
Dengan T = 0 + 273 = 273 K, ̅ , ̅
, , dan . Jadi,
∫( *
Untuk menyelesaikan Persamaan (vi), kita harus mengingat
kembali persamaan koefisien kompresibilitas, yaitu:
( *
Sehingga dengan mensubstitusikan Persamaan (vii) ke dalam
Persamaan (vi), kita akan memperoleh:
Jadi, dapat kita lihat bahwa jika tekanan pada 15 cm 3 air raksa
pada 0oC bertambah dari nol menjadi 1000 atm, maka kalor
sebanyak 73,8 Joule dibebaskan, tetapi hanya 2,95 Joule kerja
yang dilakukan. Kalor tambahannya tentu saja bersumber dari
energi dalam yang tersimpan yang mengalami perubahan
sebesar:
( *
Atau,
( *
( * ( *
( *
( *
( * ( * ( *
( * ( *
Dengan memfokuskan pada variabel dT, maka kita peroleh:
( ) ( )
Karena,
( * ( *
Maka,
( )
( *
Dan
( )
( *
( * ( *
Kita harus kembali mengingat pembahasan pada bab selanjutnya
yang menerangkan bahwa:
( * ( * ( *
Sehingga,
( * ( *
Contoh:
Hitunglah kapasitas kalor molar air raksa pada volume tetap
bertemperatur 0oC dan bertekanan 1 atm. Berdasarkan percobaan
sudah diketahui beberapa harga dari besaran yang dibutuhkan yaitu:
Penyelesaian:
Merujuk pada beberapa data yang telah diperoleh dari percobaan,
maka kapasitas kalor dapat dihitung melalui cara sebagai berikut.
Akhirnya,
( *
( *
Dan pada S tetap,
( *
( *
Dengan membagi Persamaan (9.4.11) dan (9.4.12), maka diperoleh:
( )
* +( *
( )
( )
( )
Ketermampatan atau kompresi secara adiabatik didefinisikan
sebagai:
( *
Dan kita juga sudah mengetahui bahwa:
( *
Sehingga, diperoleh persamaan akhir yaitu: