Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi dapat diartikan sebagai pemindahan barang atau manusia dari suatu
tempat ke tempat lain yang menjadi tujuan. Pemindahan barang atau manusia ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara ini dapat kita sebut sebagai
sebuah system, dimana system transportasi merupakan cara-cara yang dapat
dilakukan untuk melakukan transportasi untuk tujuan tertentu. Dalam suatu
system transportasi dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung
jalannya suatu transportasi. Sarana ini berupa kendaraan yang memindahkan
barang atau manusia. Prasarana berupa media yang dapat mendukung terjadinya
suatu transportasi yaitu jalan raya, rel, terminal, sungai dan udara. Sarana dan
prasarana transportasi ini terus mengalami perkembangan seiring berkembangnya
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Perkembangan system transportasi didukung oleh penemuan pada bergabagai
bidang ilmu sains. Fisika sebagai salah satu bagian dari ilmu sains slalu
menyumbangkan karya-karya inovatifnya dalam system transportasi. Mobil,
motor, kereta api, sepeda, kapal laut, kapal selam, perahu, pesawat, helikopter dan
roket merupakan beberapa alat transortasi yang merupakan hasil penemuan
inovatif dalam bidang fisika.

Fisika merupakan ilmu untuk memahami bagaimana alam semesta bekerja. Ilmu
fisika juga terjadi pada diri kita, ketika sedang duduk, berjalan, bekerja dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang sebenernya tidak terlepas dari konsep fisika.
Namun, terkadang manusia kurang menyadari bahwa peristiwa fisika selalu
mengiringi kehidupannya, sehingga dianggap sebagai peristiwa yang lumrah
terjadi. Hal tersebut baru diketahui maknanya setelah mengenal dan mempelajari
ilmu fisika.
System transportasi diharapkan mampu menyediakan transportasi yang aman dan
nyaman bagi penggunanya, namun saat ini perkembangan system transportasi di
Indonesia sangat jauh dari harapan. Berbagai masalah di bidang transportasi
sangat banyak kita temui, seperti kemacetan yang terjadi di kota-kota besar yang
padat penduduk. Kemacetan terjadi karena pertambahan jumlah kendaraan yang
tidak sebanding dengan pertambahan jalur lalu lintas. Di Indonesia pertambahan
jumlah kendaraan berkisar antara 8%-12% per-tahun, sedangkan pertambahan
jalur lalu lintas hanya berkisar 2%-5% per-tahun dengan rata-rata jalur lalu lintas
di Indonesia kurang dari 4% dari total wilayah kota. Masyarakat masa kini yang
memiliki tingkat kesibukan yang tinggi menuntut suatu system transportasi yang
lancar tanpa macet, cepat dan aman, sehingga mereka tidak menghabiskan waktu
berjam-jam dalam kemacetan dan perjalanan serta tidak selalu cemas akan
keamanan mereka dalam melakukan perjalanan.

Untuk menjawab kebutuhan masyarakat masa kini, dikembangkan suatu alat


transportasi yang dapat melaju dengan sangat cepat, dengan lintasan tanpa
hambatan dan memiliki tingkat keamanan perjalanan yang cukup tinggi. Bidang
transportasi merupakan salah satu penerapan ilmu fisika yaitu teknologi
elektromanget. Magnet yang dipadukan dengan berbagai teknologi lain seperti
superkonduktor maupun elektromagnet mampu membuat suatu benda melayang,
fenomena ini disebut Magnetic Levitation atau maglev. Salah satu terobosan dari
penerapan teknologi maglev saat ini adalah digunakan sebagai inovasi sarana
transportasi darat, dalam hal ini adalah kereta api (train). Sebutan untuk kereta api
yang telah menggunakan teknologi ini adalah kereta terbang atau Maglev train
(Magnetically Levitated Train).

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka tujuan dari
makalah ini antara lain untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan Maglev
train dan mengetahui bagaimanakah prinsip kerja dari Maglev train.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah yang dimaksud dengan Maglev train?

2. Bagaimanakah prinsip kerja dari Maglev train?


C. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui apakah yang dimaksud dengan Maglev train.

2. Mengetahui bagaimanakah prinsip kerja dari Maglev train.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Maglev Train

Kereta api merupakan angkutan yang efisien untuk jumlah penumpang yang
tinggi dan angkutan barang dalam jumlah yang besar. Karena sifatnya sebagai
angkutan massal efektif, beberapa Negara berusaha memanfaatkannya secara
maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik dalam kota,
antarkota, maupun antarnegara.

Akhir-akhir ini kereta api seperti kehilangan “pamor”. Dimulai dengan


tinnginya intensitas keterlambatan perjalanan kereta api, buruknya sistem
perawatan kereta yang terlihat dari gerbong-gerbong kereta yang sudah usang
serta tingginya angka kecelakaan akibat adanya bantalan rel yang hilang dicuri
sehingga mengakibatkan kereta tergelincir keluar dari jalurnya. Tidak hanya
itu saja, keterlambatan kereta rel listrik juga sering terjadi, bahkan sempat ada
wacana mengenai kereta rel listrik yang kekurangan pasokan daya listrik.
Sungguh sangat disayangkan.

Seiring dengan perkembangan tekhnologi maka para ilmuwan menciptakan


berbagai macam inovasi untuk mengurangi berbagai macam problem yang
sering dialami, sehingga terciptalah kereta Maglev yang menggunakan aplikasi
magnet. Kereta Maglev adalah singkatan dari Magnetically Levitated (levitasi
magnetik), yang berarti bahwa kereta ini akan mengapung/mengambang di atas
relnya (tidak menyentuh rel) dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar
kemagnetan. Jika ada dua buah magnet apabila didekatkan akan terjadi
interaksi pada keduanya (masing-masing mendapatkan gaya magnet), kutub
magnet yang berbeda jika didekatkan akan tarik menarik dan kutub magnet
yang sejenis akan tolak menolak, konsep inilah yang merupakan prinsip dasar
di balik mengapung dan bergeraknya kereta Maglev. Magnet yang digunakan
pada proses kerja kereta Maglev ialah elektromagnet sehingga sifat
kemagnetan, polarisasi kemagnetan dan medan magnet yang dihasilkannya
dapat diatur sesuai dengan keinginan. Ada tiga komponen yang dibutuhkan
untuk sistem kereta seperti ini, yaitu: 1). Sumber daya listrik yang besar, 2).
Kumparan logam pada lintasan rel, dan 3). Elektromagnet yang cukup kuat
pada bagian bawah kereta. Masing-masing komponen ini memiliki nilai yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan.

Secara sederhana, kereta maglev adalah kereta tanpa roda yang menggunakan
tenaga magnet untuk melayang, mengerakkaan dan mengontrol jalannya
kereta. Kereta api terbang yang dikenal sebagai Magnetically Levitated Train
(Maglev Train) ini hanya akan melayang setinggi beberapa sentimeter di atas
rel kereta. Hanya beberapa sentimeter
tetapi kereta itu benar-benar terbang karena sama sekali tidak bersentuhan
dengan rel kereta. Kereta ini juga tidak akan memiliki sayap seperti pesawat
terbang (dalam aerodinamika, sayap merupakan bagian paling penting untuk
terbang). Dan selain bisa terbang, kereta ini juga bisa meluncur dengan
kecepatan sangat tinggi.
Magnetic leviatation merupakan sebuah metode yang digunakan untuk
membuat sebuah objek melayang di udara tanpa bantuan selain medan magnet.
Medan ini digunakan untuk menolak atau meniadakan gaya tarik gravitasi.
Jepang merupakan negara pertama yang mengembangkan jaringan kereta
Maglev yang pertama kali diluncurkan pada tahun 1964. Mengingat Jepang
merupakan salah satu Negara industry di Asia, dengan mobilitas yang sangat
tinggi, maka diperlukan alat transportasi darat yang mendukung seluruh
aktifitas penduduk Jepang. Hanya Jepang dan Jerman saja yang siap memasuki
dunia Maglev, bila dilihat dari teknologi Maglev yang telah terbukti
mencapai kecepatan yang mencengangkan hasil dari kedua Negara tersebut.

Ada dua cara kerja kereta maglev ini, yang biasa membuat mengambang yang
pertama adalah EMS (electromagnetic supension). Menggunakan tenaga magnet
listrik biasa dari rel, agar kereta dapat terangkat 10 milimeter. Namun, cara ini
tidak stabil. Akibatnya, jarak mengambang harus selalu dikontrol. Ketika daya
magnet berkurang, kereta bisa turun dan menabrak rel. Cara ini pertama kali
dikembangkan di jerman.
Cara yang kedua adalah EDS (electrondynamic supension). Menggunakan tenaga
magnet superkonduktor. Tenaga ini mampu mengangkat kereta sejauh 100 hingga
150 milimeter. Cara ini jauh lebih stabil ketimbang cara yang pertama. Daya
angkat yang dihasilkan tidak hanya melalui guideway saja, tetapi juga dari kereta
itu sendiri. Magnet superkonduktor ini harus selalu didinginkan dengan alat
pendingin pada kereta maglev agar tidak mudah rusak.

Komponen penting yang lain dalam sistem kereta maglev adalah jalurnya (rel
keretanya).  Sepanjang jalur kereta Maglev dilengkapi dengan logam
yang termagnetisasi yang disebut guideway. Guideway ini berfungsi untuk
membuat kereta Maglev yang ada diatasnya mengapung dengan cara memberikan
gaya magnet yang cukup besar pada badan kereta yang telah dilengkapi dengan
elektromagnet yang memungkinkan kereta untuk naik antara 0,39 sampai 3,93
inci (1 sampai 10 cm) di atas guideway tersebut. Karena kereta maglev
mengapung diatas relnya (tidak menyentuh rel), maka tidak ada gaya gesekan
antara kereta dengan rel yang dapat menghambat pergerakan kereta, sehingga
kereta maglev dapat bergerak dengan sangat cepat yaitu bisa mencapai lebih dari
310 mil/jam atau sekitar 500 km/jam (138,8 m/s). Sebagai perbandingan, pesawat
Boeing-777 yang digunakan sebagai pesawat komersial untuk penerbangan jarak
jauh dapat mencapai kecepatan tertinggi sekitar 562 mil/jam atau sekitar 905
km/jam (251,3 m/s).

2.1.1 Shinkansen (Bullet Train) Jepang


Shinkansen atau yang dikenal juga dengan nama Bullet Train, merupakan
jaringan rel kereta api dengan kecepatan tinggi yang dioperasikan oleh empat
perusahaan pengembangan jaringan kereta api di Jepang. Kereta supercepat ini
memiliki kecepatan 210 km/jam (130 mil/jam) pada tahun 1964 (pada jalur
Tokaido Shinkansen), kini jaringan kereta dengan panjang 2459 km (1528 mil)
telah dikembangkan untuk menghubungkan kota-kota besar pada pulau utama
di Jepang yaitu pulau Honshu dan Kyushu dengan kecepatan yang mencapai
300 km/jam (186 mil/jam). Pada uji coba yang dilaksanakan pada tahun 1996,
kecepatan yang berhasil dicapai kereta ini adalah 443 km/jam (275 mil/jam)
untuk rel konvensional, dan menorehkan prestasi karena dinobatkan sebagai
kereta tercepat di dunia dengan kecepatan 581 km/jam (361mil/jam) pada
tahun 2003.

Pada akhir perang dunia II teknologi Maglev train ini terlupakan selama
beberapa tahun, sementara itu arus penumpang dan barang meningkat secara
konstan pada jalur utama Tokaido yang masih menggunakan kereta api
kovensional, dimanapada saat itu Jepang sedang mengalami perbaikan pada
bidang ekonomi dan industry pasca perang dunia II. Pada pertengahan tahun
1950an jalur Tokaido mulai beroperasi, pada tahun 1957 Odakyu Electric
Railway memperkenalkan kereta “Romancecar” seri 3000, yang memecahkan
rekor dunia dengan kecepatan 145 km/jam (90mil/jam). Hal ini memberi para
designer keyakinan bahwa mereka dapat dengan aman membangun jaringan
kereta dengan kecepatan tinggi pada waktu yang relative singkat. Sehingga
hadirlah Shinkansen (Bullet Train) untuk pertama kalinya.

Walaupun pada era 1950an keberadaan kereta api sebagai alat transportasi
tidak lagi diminati di seluruh penjuru dunia (terutama Eropa dan Amerika)
karena digantikan oleh kemunculan pesawat terbang. Namun pemerintah
Jepang tetap kukuh untuk mengembangkan teknologi Maglev ini.
Pengembangan terhadap jaringan kereta magnet (jalur Tokaido) ini terus
dilakukan dari tahun ke tahun. Seperti jalur barat, yaitu Hiroshima dan
Fukuoka (Sanyo Shinkasen), jalur Tohoku Shinkansen, dan Jalur Joetsu
Shinkansen serta Chuo Shinkansen yang merupakan jalur yang
menghubungkan kota Tokyo dan Osaka.Dengan keberadaan jaringan kereta
ini memberikan keuntungan yang besar terhadap negara dengan mobilitas
tinggi ini. Selain diterapkan di Jepang, Shinkansen (teknologi Maglev Jepang)
juga diadaptasi oleh beberapa negara seperti berikut antara lain, Taiwan,
China, Brasil, UK (United Kingdom), Vietnam, Amerika (US), dan Kanada.
ICE (Intercity Express) Jerman

Pada awal tahun 1990an German meresmikan kereta expressnya, dengan jalur
Hannover, Wurzburg, Mannheim, dan Stuttgart. Kereta ini bergerak di atas
monorel dengan kekuatan gaya tolak magnet (Maglev), kecepatan yang
dibangun oleh Siemens dapat mencapai kecepatan 280 km/jam. Seperti halnya
dengan jaringan Shinkansen, ICE juga terus mengalami perkembangan,
dimana ICE ini dikembangkan berdasarkan lintasan (rel) kereta api
konvensional, sehingga pada awal tahun 2000an Jerman resmi membuka jalur
transrapidnya yang memiliki kecepatan menyaingi kecepatan 550 km/jam
jaringan kereta Shinkasen milik Jepang. Teknologi Maglev Jerman terus
dikembangkan dan diadopsi oleh beberapa negara yang tertarik untuk
memasang jaringan kereta berkecepatan tinggi ini seperti China, Iran, Amerika
(US), Spanyol dan Korea Selatan.

Dalam membuat kereta api ini komponen yang terpenting adalah jalur kereta
maglev.  Sepanjang jalur kereta Maglev dilengkapi dengan logam
yang termagnetisasi yang disebut guideway. Guideway ini berfungsi untuk
membuat kereta Maglev yang ada diatasnya mengapung dengan cara memberikan
gaya magnet yang cukup besar pada badan kereta yang telah dilengkapi dengan
elektromagnet yang memungkinkan kereta untuk naik antara 0,39 sampai 3,93
inci (1 sampai 10 cm) di atas guideway tersebut.

Gambar 2.1 Guideway pada Kereta Maglev Yamanashi di Jepang


Kecepatan kereta Maglev yang sangat besar ini didukung oleh sistem penggerak
yang cukup unik, tidak seperti kereta lain yang memanfaatkan motor listrik atau
pambakaran bahan bakar, kereta Maglev memanfaatkan medan magnet yang
diciptakan oleh kumparan listrik (elektromagnet) di dinding guideway untuk
menggerakan kereta. Ketika kereta mengapung, listrik dipasok ke kumparan pada
dinding guideway untuk menciptakan sebuah sistem medan magnet yang unik
yang dapat menarik dan mendorong kereta sepanjang guideway.

2.1.2 Shanghai-Hangzhou Maglev China

Pada bulan maret 2000 China menyetujui pembangunan Maglevdengan


menggunakan teknologi Jerman. Berdasarkan persetujuanini, China akan
membangun jaringan kereta komersial terpanjang di dunia. Pembangunan
teknologi Maglev ini direncanakan mencapai kecepatan 430 km/jam (270
mil/jam) dan akan menjadi jaringan kereta Maglevterpanjang di dunia. China
menggunakan German Transrapid sistem dengan rute bandara internasional
Pudong, Shanghai-Longyang, melalui 2 jalur metro (subway/jalur bawah
tanah) yang ditempuh dalam waktu delapan menit. Dengan adopsi teknologi
Jerman, China mengembangkan jalur baru dengan rute Shanghai-Hangzhou
yang beroperasi tahun 2010.

2.1.3 Prinsip Kerja Magnetically Levitated Train (Maglev train)


Sistem kereta api Maglev memiliki tiga kompenen utama yaitu:
1. Sumber daya listrik
2. Kumparan logam
3. Guideway

System kerja Magnetic Levitation Train memanfaatkan 2 prinsip magnet yaitu


gaya tarik magnet dan gaya tolak magnet. Ada dua buah system kerja dari maglev
train ini sehingga ia dapat mengambang atau melayang di atas rel nya yaitu:
Electromagnetic Suspension (EMS) yang dikembangkan di Negara Jerman dan
Electrodinamic Suspension (EDS) yang dikembangkankan di Negara Jepang.
Pada saat sekarang ini ada sebuah system baru yang sedang dikembangkan yaitu
system Inductrack, yaitu menggunakan magnet tetap, namun cara ini belum
diterapkan.

Pada umumnya prinsip kerja dari Maglev train adalah dengan memanfaatkan
daya tolak-menolak dan gaya tarik-menarik antara medan magnet yang berada
pada rel (railway) dengan kereta itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa
untuk membuat kereta ini terangkat dari lintasannya dibutuhkan medan magnet
yang sangat kuat. Tentu saja untuk mendapat medan magnet yang kuat
dibutuhkan magnet batang dengan jumlah yang sangat banyak, namun
permasalahan tersebut dapat dipecahkan dengan penerapan hukum Lenz. Dalam
hukum Lenz disebutkan bahwa, “Arus imbas akan muncul dalam arah yang
sedimikan rupa sehingga arah tersebut menentang perubahan yang
menghasilkannya”.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hukum


Lenz ini hanya berlaku pada rangkaian penghantar ruangan tertutup. Sehingga
bila terdapat perubahan fluks magnet dalam ruang yang dikelilingi sistem
kawat yang membentuk kumparan tertutup(rangkaian sistem tertutup), maka
akan mengakibatkan terciptanya medan magnet yang melawan perubahan
fluks magnet dalam sitem itu. Daya angkat magnet dapat dilihat berdasarkan
material magnet dan system yang dapat menarik atau menekan bagian
masing-masing (antara kereta dengan dinding lintasan) secara bersama-sama
dengan gaya yang bergantung pada medan magnet dan area dari magnet itu
sendiri, sehingga tekanan oleh magnet (magnetic pressure) dapat diketahui.
Tekanan magnetic dari magnet dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut.

P B2
mag=
2 μ0

Dimana Pmag merupakan tekanan magnetic persatuan luas (Pacal/Pa), B adalah


medan magnet (Tesla), dan 𝜇0 = 4𝜋 × 10 − 7 −7
𝑁 · 𝐴−2 adalah permeabilitas
vakum
Biasanya design dari Maglev train ini dibuat streamline (langsing) atau
aerodinamis yang bertujuan untuk mengurangi gesekan terhadap udara,
sehingga kereta ini dapat bergerak dengan cepat mengingat tidak terdapat
gesekan antara kereta dengan rel (lintasannya).

2.2 Teknologi Maglev Train

Saat ini terdapat tiga jenis teknologi Maglev, yaitu Electromagnetic Suspension
(EMS), Electrodynamic Suspension (EDS), dan Inductrack.
2.2.1 Electromagnetic Suspension (EMS)

System kerja dari Electromagnetic Suspension (EMS) memanfaatkan gaya tarik


magnet. Dimana bagian-bagian pada rel kereta yaitu beam (balok rel) dan
levitations rails yang merupakan bagian rel penuntun. Bagian-bagian pada
gerbong kereta yaitu support magnet (magnet pendukung), guidance magnets
(magnet penuntun),dan vehicle ( gerbong kereta). Antara rel dengan gerbong
terdapat air gap vertical dan air gap horizontal.

Gambar 2.2 Schematic diagram of EMS Maglev system


Sumber: Yaghoubi, Hamid.2012. Practical Aplications Of Magnetic Levitation
Tecnologi. Iran: IMT.
Pada Electromagnetic suspension (EMS) magnet berada pada badan kereta.
Electromagnet pada badan kereta berintekasi dan menarik levitation rails pada

guideway (jalur pemandu), hal ini mempertahankan posisi kereta secara


horizontal. Electromagnet pada bagian bawah kereta dipasang mengarah langsung
ke jalur pemandu, yang mengambangkan kereta sekitar 1 cm di atas jalur
pemandu dan menjaga kereta agar tetap mengambang bahkan di saat kereta tidak
bergerak. Saat bergerak dorongan kedepan didapatkan melalui interaksi antara rel
magnetic dengan mesin induksi. Namun cara ini kurang stabil sehingga jarak
antara rel dengan gerbong harus selalu di control kerena ketika daya magnet
berkurang gerbong dapat turun dan menabrak rel.

Gambar 2.3 ICE Jerman dengan system EMS

Pada sistem kereta Maglev, terdapat tiga komponen utama, yaitu sumber
daya listrik yang besar, kumparan logam yang melingkupi sebuah jalur pemandu
(guideway) serta magnet pemandu besar yang dipasang di bagian bawah
kereta api. Pada teknologi EMS, kereta terangkat diatas lintasan baja karena
adanya medan magnet yang dihasilkan oleh electromagnet (rel mendorong
kereta ke atas). Medan magnet dibentuk oleh kumparan yang dialiri listrik di
sepanjang dinding jalur pemandu pada keretadan pada rel yang dikombinasikan
untuk menggerakkan kereta api. Kumparan bermagnet sepanjang rel, yang
disebut jalur pemandu, akan menolak magnet yang terletak di bawah gerbong
kereta. Hal ini akan membuat kereta mengambang (levitate) antara 0,39-
3,93 inch (1-10 sentimeter) di atas jalur pemandu.
Pada saat kereta terangkat, daya listrik diberikan ke kumparan di dalam
dinding jalur pemandu untuk membentuk medan magnet yang menarik dan
mendorong kereta sepanjang jalur pemandu. Arus listrik yang diberikan ke
kumparan pada dinding jalur pemandu secara berganti-ganti mengubah polaritas
kumparan magnet. Perubahan polaritas ini menyebabkan medan magnetik di
depan kereta menarik kereta ke depan, sementara medan magnet di belakang
kereta menambahkan gaya dorong ke depan.

Gambar 2.4 Lintasan (railway) Maglev train system EMS

Gambar 2.5 JR MLX01 Shinkansen

2.2.2 Electrodynamic Suspension (EDS)

EDS (electrodinamik suspension) memanfaatkan gaya tolak magnet. System ini


menggunakan magnet superkonduktor. Superkonduktor memiliki sifat yang
menarik yaitu sifat Efek Meissner, yaitu efek pada bahan superkonduktor yang
berada dibawah suhu kritisnya(Tc). Bahan superkonduktor menjadi bagian pada
badan kereta sedangkan magnet terdapat pada relnya. Sistem EDS ini
menggunakan nitrogen cair yang digunakan untuk mendinginkan bahan
superkonduktor sehingga bahan superkonduktor mencapai suhu di bawah suhu
kritis (Tc). Pada saat suhu bahan superkonduktor berada dibawah suhu kritisnya,
maka bahan superkonduktor akan memiliki resistansi nol (0) dan akan menolak
medan magnet disekitarnya

Pada sistem EDS, baik pada lintasan (rel) dan kereta terdapat medan magnet,
kereta terangkat oleh gaya tolak antara kedua gaya magnet tersebut. Medan
magnet pada kereta dihasilkan oleh elektomagnet atau oleh magnet permanen.
Gaya tolak pada lintasan dihasilkan oleh induksi medan magnet pada kumparan
yang terdapat pada dinding lintasan. Keuntungan utama dari sistem gaya tolak
Maglev adalah tingkat kestabilannya, yang membatasi jarak antara lintasan dan
kereta magnet yang menghasilkan gaya yang kuat sehingga dapat
mengembalikan kereta ke posisi semula.

Hamid (2012) menyatakan: pada bagian rel kereta terdapat beam sebagai dinding
pemandu, levitation and guidance coil (kumparan penuntun kereta), propulsion
coil (kumparan penggerak kereta) dan wheel support path (bagian rel pendukung).

Gambar 2.6 Schematic diagram of EDS Maglev system


Yaghoubi, Hamid.2012. Practical Aplications Of Magnetic Levitation Tecnologi.
Iran: IMT.

Pada saat diam kereta magnet ini tidak melayang di atas rel melainkan diam
berdiri di atas rel nya. Saat akan bergerak magnet superkonduktor dinyalakan,
kemudian kereta mulai mengambang sekitar 100 mm di atas rel. Magnet
superkonduktor mengatur posisi kereta agar tepat berada di tengah jalur
giudeaway nya kemudian computer pada sisitem control mengunci posisi kereta
dan mengstabilkan magnet superkonduktor agar posisi kereta tidak berubah.
Kemudian daya listrik diberikan ke kumparan dalam dinding-dinding jalur
pemandu yang menciptakan medan magnet yang dapat menarik dan mendorong
kereta sepanjang jalur pemandu.

EDS juga mempunyai kekurangan, pada kecepatan rendah arus listrik yang
dihasilkan oleh kumparan pada guidewaydan resultan fluks magnetic tidak
cukup besar untuk menopang berat kereta. Sebab itu, kereta harus
mempunyai roda karet untuk menopang kereta sampai mencapai kecepatan
dimana kereta dapat melayang di atas lintasan. Karena kereta dapat berhenti
dimana saja bila terjadi kesalahan teknis, maka seluruh lintasan harus dapat
menopang pengoperasian kereta baik pada kecepatan tinggi maupun rendah.
Fungsi lain dari roda adalah menopang kereta supaya tetap bisa meluncur bila
listrik mendadak mati atau alirannya mengalami gangguan. Selain itu kelemahan
lain dari sistem ini adalah sistem gaya tolak ini secara alami akan menghasilkan
medan di bagian depan dan belakang kereta yang akan memberikan perlawanan
pada lintasan sehingga akan terbentuk hambatan. Namun secara umum hal
tersebut hanya terjadi pada kecepatan rendah, pada kecepatan tinggi hal tersebut
tidak berdampak pada laju dari kereta itu sendiri.

Pada sistem yang menggunakan elektromagnet superkonduksi, ekstra dingin ini


listrik akan tetap mengalir meskipun sumber daya utamanya sudah dimatikan.
Pada sistem EMS, yang menggunakan elektromagnet standar, kumparan hanya
dapat menyalurkan listrik bila terdapat pasokan dari power supply. Dengan
mendinginkan kumparan pada suhu beku, sistem milik Jepang ini lebih unggul
karena hemat energi. Sehingga pada ICE/Trasrapid Jerman dilengkapi dengan
sumber daya (baterai) cadangan bila pasokan daya terputus.
Gambar 2.7 Lintasan (railway) Maglev train sistem EDS

Arus listrik yang diberikan ke kumparan pada dinding jalur pemandu secara
berganti-ganti mengubah polaritas kumparan magnet. Perubahan polaritas ini
menyebabkan medan magnetik di depan kereta menarik kereta ke depan,
sementara medan magnet di belakang kereta menambahkan gaya dorong ke
depan.

Polaritas kumparan yang berubah menghasilkan gaya megnet yang saling tarik
menarik dan saling tolak menolak, seperti pada gambar A di atas interaksi antara
magnet pada rel dengan kereta menghasilkan gaya tarik oleh magnet tidak sejenis
di bagian depan terhadap gerbong yang menarik kereta ka arah depan
(ditunjukkan oleh garis hijau) dan magnet di bagian belakang menghasilkan gaya
tolak terhadap megnet sejenis pada gerbong yang menjadi gaya dorong dalam
pergerakan kereta (ditunjukkan oleh garis biru). Pada gambar B ditunjukkan
system yang membuat kereta tetap melayang di atas rel nya dengan gaya tolak
yang dihasikan oleh magnet superkonduktor dari bagian badan kereta terhadap
guideway nya, magnet pada sisi jalur pemandu menjaga agar kereta tetap
melayang, apabila posisi kereta turun maka magnet berlawan pada sisi dinding
pemadu bagian atas dengan magnet pada sisi gerbong akan menarik gerbong ke
atas (ditunjukkan oleh garis hijau) dan magnet bagian bawah dinding pemandu
yang sejenis dengan magnet pada sisi gerbong akan menolaknya (ditunjukkan
oleh garis biru) sehingga posisi gerbong akan tetap terangkat atau melayang di
atas rel nya. Selain itu dinding jalur pemandu ini juga berfungsi mempertahankan
posisi kereta di jalur guideway nya, saat kereta oleng ke kiri maka dinding
pemandu sebelah kiri akan memiliki sifat magnet yang akan menolak kereta dan
sifat magnet pada dinding sebelah kanan akan menarik kereta, sehingga posisi
kereta selalu dipertahankan. System ini lebih stabil karena daya angkat pada
system tidak hanya dihasilkan dari rel atau guideway nya saja tetapi juga
dihasilkan dari gerbong kereta itu sendiri.

Kecepatan kereta Maglev ini dari awal bergerak hingga akhir memiliki kecepatan
yang bervariasi. Variasi kecepatan ini diatur dengan mengatur frekuensi dari arus
bolak-balikyang melalui kumparan.

Gambar 2.8. Maglev Train dengan EDS system saat bergerak


Sumber: http://prisnsipkereta.webatu.com

Cara penghentian dari kedua system kereta maglev ini sama seperti dengan cara ia
bergerak yaitu menggunakan induksi magnetic pada kumparan dengan
memberikan tolakan antara kutub yang sama. Pada saat akan berhenti medan
magnet dari kumparan ini dirubah atau dibalik, sehingga akan menimbulkan efek
pengereman dan kereta akan berhenti. Maglev train memiliki system control
(control room) yang terhubung dengan control pusat melalui system transmisi
radio yang berfungsi menjaga keselamatan kereta, mengatur perpindahan jalur
rel. Kereta maglev ini memiliki system rem dinamis, dengan bantalan rem untuk
berhenti, untuk kebutuhan darurat setiap gerbong dilengkapi dengan empat
cakram per sebagai rodanya, dan bantalan rem cadangan. Struktur atau bentuk dari
bagian depan kereta ini dirancang seperti mulut lumba-lumba yang ramping untuk
mengurangi hambatan udara (drag udara), sehingga maglev train dapat meluncur
seperti peluru.
2.2.3 Inductrack

Gambar 2.5 Inductrack

Inductrack merupakan jenis baru dari EDS yang menggunakan magnet permanen
pada suhu kamar untuk menghasilkan medan magnet dari pada menggunakan
electromagnet atau elektromagnet superkonduksi yang dingin. Inductrack
menggunakan sumber daya untuk mepercepat laju kereta hanya sampai pada saat
kereta mulai terangkat. Bila pasokan daya terputus atau mengalami gangguan
maka kereta akan melambat secara perlahan dan berhenti dengan roda karet
sebagai penopangnya. Lintasan untuk sistem ini berupa sirkuit elektrik pendek
yang terdiri atas kabel yang terisolasi, sirkuit ini seperti anak tangga.
Ketika kereta bergerak, medan magnet akan menolak magnet pada kereta
sehingga kereta dapat terangkat dari lintasan.
Terdapat dua jenis design Inductrack yaitu Inductrack I dan Inductrack II.
Dimana Inductrack I dibuat untuk kecepatan tinggi sedangkan Inductrack II
dibuat untuk kecepatan rendah. Inductrack dapat melayang lebih tinggi (~2,54
cm) dan memiliki tingkat kestabilan yang lebih baik. Karena jarak yang
cukup jauh dari lintasan hal ini berarti kereta dengan sistem ini tidak
membutuhkan sistem yang rumit untuk menjaga kereta agar tetap stabil.
Sebelumnya magnet permanen tidak digunakan karena para ilmuan menduga
bahwa magnet ini tidak akan dapat menghasilkan daya angkat yang cukup.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat


disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Magnetically Levitated Train merupakan kereta dengan kecepatan tinggi
yang dengan menggunakan tenaga listrik untuk menginduksi magnet
sehingga menghasilkan gaya yang cukup untuk mengangkat kereta dari
lintasannya.
2. Maglev train dapat terangkat dan bergerak dengan memanfaatkan prinsip dari
Hukum Lenz, dimana bila terjadi perubahan fluks magnet dalam ruang
yang dikelilingi sistem kawat yang membentuk kumparan tertutup(rangkaian
sistem tertutup), maka akan mengakibatkan terciptanya medan magnet yang
melawan perubahan fluks magnet dalamsitem itu. Gaya tolak ini terjadi antara
kereta dengan guideway sehingga kereta dapat terangkat beberapa cm dari
lintasan.

DAFTAR PUSTAKA

Bonsor, Kevin. 2010. Electrodynamic Suspension (EDS)

L. Consolidation, Pengertian Medan Magnet dan Karakteristik Medan Magnet.

Kristanti, Desita R. 2018. Revolusi Perkembangan Magnet pada Sarana


Transportasi Kereta Api dengan menggunakan Teknologi Maglev
(Magnetic Levitation). Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 1, No. 2, Hal.
1 21.
Irham. 2013. Fisika Terapan: Kereta Maglev. Diakses
dari http://irhamdoank.blogspot.com/2013/02/fisika-terapan-
kereta- maglev_7.html?m=1 pada 04 November 2020 pukul 11.48 WIB.

Anda mungkin juga menyukai