PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transportasi dapat diartikan sebagai pemindahan barang atau manusia dari suatu
tempat ke tempat lain yang menjadi tujuan. Pemindahan barang atau manusia ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara ini dapat kita sebut sebagai
sebuah system, dimana system transportasi merupakan cara-cara yang dapat
dilakukan untuk melakukan transportasi untuk tujuan tertentu. Dalam suatu
system transportasi dibutuhkan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung
jalannya suatu transportasi. Sarana ini berupa kendaraan yang memindahkan
barang atau manusia. Prasarana berupa media yang dapat mendukung terjadinya
suatu transportasi yaitu jalan raya, rel, terminal, sungai dan udara. Sarana dan
prasarana transportasi ini terus mengalami perkembangan seiring berkembangnya
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Perkembangan system transportasi didukung oleh penemuan pada bergabagai
bidang ilmu sains. Fisika sebagai salah satu bagian dari ilmu sains slalu
menyumbangkan karya-karya inovatifnya dalam system transportasi. Mobil,
motor, kereta api, sepeda, kapal laut, kapal selam, perahu, pesawat, helikopter dan
roket merupakan beberapa alat transortasi yang merupakan hasil penemuan
inovatif dalam bidang fisika.
Fisika merupakan ilmu untuk memahami bagaimana alam semesta bekerja. Ilmu
fisika juga terjadi pada diri kita, ketika sedang duduk, berjalan, bekerja dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang sebenernya tidak terlepas dari konsep fisika.
Namun, terkadang manusia kurang menyadari bahwa peristiwa fisika selalu
mengiringi kehidupannya, sehingga dianggap sebagai peristiwa yang lumrah
terjadi. Hal tersebut baru diketahui maknanya setelah mengenal dan mempelajari
ilmu fisika.
System transportasi diharapkan mampu menyediakan transportasi yang aman dan
nyaman bagi penggunanya, namun saat ini perkembangan system transportasi di
Indonesia sangat jauh dari harapan. Berbagai masalah di bidang transportasi
sangat banyak kita temui, seperti kemacetan yang terjadi di kota-kota besar yang
padat penduduk. Kemacetan terjadi karena pertambahan jumlah kendaraan yang
tidak sebanding dengan pertambahan jalur lalu lintas. Di Indonesia pertambahan
jumlah kendaraan berkisar antara 8%-12% per-tahun, sedangkan pertambahan
jalur lalu lintas hanya berkisar 2%-5% per-tahun dengan rata-rata jalur lalu lintas
di Indonesia kurang dari 4% dari total wilayah kota. Masyarakat masa kini yang
memiliki tingkat kesibukan yang tinggi menuntut suatu system transportasi yang
lancar tanpa macet, cepat dan aman, sehingga mereka tidak menghabiskan waktu
berjam-jam dalam kemacetan dan perjalanan serta tidak selalu cemas akan
keamanan mereka dalam melakukan perjalanan.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka tujuan dari
makalah ini antara lain untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan Maglev
train dan mengetahui bagaimanakah prinsip kerja dari Maglev train.
B. Rumusan Masalah
Kereta api merupakan angkutan yang efisien untuk jumlah penumpang yang
tinggi dan angkutan barang dalam jumlah yang besar. Karena sifatnya sebagai
angkutan massal efektif, beberapa Negara berusaha memanfaatkannya secara
maksimal sebagai alat transportasi utama angkutan darat baik dalam kota,
antarkota, maupun antarnegara.
Secara sederhana, kereta maglev adalah kereta tanpa roda yang menggunakan
tenaga magnet untuk melayang, mengerakkaan dan mengontrol jalannya
kereta. Kereta api terbang yang dikenal sebagai Magnetically Levitated Train
(Maglev Train) ini hanya akan melayang setinggi beberapa sentimeter di atas
rel kereta. Hanya beberapa sentimeter
tetapi kereta itu benar-benar terbang karena sama sekali tidak bersentuhan
dengan rel kereta. Kereta ini juga tidak akan memiliki sayap seperti pesawat
terbang (dalam aerodinamika, sayap merupakan bagian paling penting untuk
terbang). Dan selain bisa terbang, kereta ini juga bisa meluncur dengan
kecepatan sangat tinggi.
Magnetic leviatation merupakan sebuah metode yang digunakan untuk
membuat sebuah objek melayang di udara tanpa bantuan selain medan magnet.
Medan ini digunakan untuk menolak atau meniadakan gaya tarik gravitasi.
Jepang merupakan negara pertama yang mengembangkan jaringan kereta
Maglev yang pertama kali diluncurkan pada tahun 1964. Mengingat Jepang
merupakan salah satu Negara industry di Asia, dengan mobilitas yang sangat
tinggi, maka diperlukan alat transportasi darat yang mendukung seluruh
aktifitas penduduk Jepang. Hanya Jepang dan Jerman saja yang siap memasuki
dunia Maglev, bila dilihat dari teknologi Maglev yang telah terbukti
mencapai kecepatan yang mencengangkan hasil dari kedua Negara tersebut.
Ada dua cara kerja kereta maglev ini, yang biasa membuat mengambang yang
pertama adalah EMS (electromagnetic supension). Menggunakan tenaga magnet
listrik biasa dari rel, agar kereta dapat terangkat 10 milimeter. Namun, cara ini
tidak stabil. Akibatnya, jarak mengambang harus selalu dikontrol. Ketika daya
magnet berkurang, kereta bisa turun dan menabrak rel. Cara ini pertama kali
dikembangkan di jerman.
Cara yang kedua adalah EDS (electrondynamic supension). Menggunakan tenaga
magnet superkonduktor. Tenaga ini mampu mengangkat kereta sejauh 100 hingga
150 milimeter. Cara ini jauh lebih stabil ketimbang cara yang pertama. Daya
angkat yang dihasilkan tidak hanya melalui guideway saja, tetapi juga dari kereta
itu sendiri. Magnet superkonduktor ini harus selalu didinginkan dengan alat
pendingin pada kereta maglev agar tidak mudah rusak.
Komponen penting yang lain dalam sistem kereta maglev adalah jalurnya (rel
keretanya). Sepanjang jalur kereta Maglev dilengkapi dengan logam
yang termagnetisasi yang disebut guideway. Guideway ini berfungsi untuk
membuat kereta Maglev yang ada diatasnya mengapung dengan cara memberikan
gaya magnet yang cukup besar pada badan kereta yang telah dilengkapi dengan
elektromagnet yang memungkinkan kereta untuk naik antara 0,39 sampai 3,93
inci (1 sampai 10 cm) di atas guideway tersebut. Karena kereta maglev
mengapung diatas relnya (tidak menyentuh rel), maka tidak ada gaya gesekan
antara kereta dengan rel yang dapat menghambat pergerakan kereta, sehingga
kereta maglev dapat bergerak dengan sangat cepat yaitu bisa mencapai lebih dari
310 mil/jam atau sekitar 500 km/jam (138,8 m/s). Sebagai perbandingan, pesawat
Boeing-777 yang digunakan sebagai pesawat komersial untuk penerbangan jarak
jauh dapat mencapai kecepatan tertinggi sekitar 562 mil/jam atau sekitar 905
km/jam (251,3 m/s).
Pada akhir perang dunia II teknologi Maglev train ini terlupakan selama
beberapa tahun, sementara itu arus penumpang dan barang meningkat secara
konstan pada jalur utama Tokaido yang masih menggunakan kereta api
kovensional, dimanapada saat itu Jepang sedang mengalami perbaikan pada
bidang ekonomi dan industry pasca perang dunia II. Pada pertengahan tahun
1950an jalur Tokaido mulai beroperasi, pada tahun 1957 Odakyu Electric
Railway memperkenalkan kereta “Romancecar” seri 3000, yang memecahkan
rekor dunia dengan kecepatan 145 km/jam (90mil/jam). Hal ini memberi para
designer keyakinan bahwa mereka dapat dengan aman membangun jaringan
kereta dengan kecepatan tinggi pada waktu yang relative singkat. Sehingga
hadirlah Shinkansen (Bullet Train) untuk pertama kalinya.
Walaupun pada era 1950an keberadaan kereta api sebagai alat transportasi
tidak lagi diminati di seluruh penjuru dunia (terutama Eropa dan Amerika)
karena digantikan oleh kemunculan pesawat terbang. Namun pemerintah
Jepang tetap kukuh untuk mengembangkan teknologi Maglev ini.
Pengembangan terhadap jaringan kereta magnet (jalur Tokaido) ini terus
dilakukan dari tahun ke tahun. Seperti jalur barat, yaitu Hiroshima dan
Fukuoka (Sanyo Shinkasen), jalur Tohoku Shinkansen, dan Jalur Joetsu
Shinkansen serta Chuo Shinkansen yang merupakan jalur yang
menghubungkan kota Tokyo dan Osaka.Dengan keberadaan jaringan kereta
ini memberikan keuntungan yang besar terhadap negara dengan mobilitas
tinggi ini. Selain diterapkan di Jepang, Shinkansen (teknologi Maglev Jepang)
juga diadaptasi oleh beberapa negara seperti berikut antara lain, Taiwan,
China, Brasil, UK (United Kingdom), Vietnam, Amerika (US), dan Kanada.
ICE (Intercity Express) Jerman
Pada awal tahun 1990an German meresmikan kereta expressnya, dengan jalur
Hannover, Wurzburg, Mannheim, dan Stuttgart. Kereta ini bergerak di atas
monorel dengan kekuatan gaya tolak magnet (Maglev), kecepatan yang
dibangun oleh Siemens dapat mencapai kecepatan 280 km/jam. Seperti halnya
dengan jaringan Shinkansen, ICE juga terus mengalami perkembangan,
dimana ICE ini dikembangkan berdasarkan lintasan (rel) kereta api
konvensional, sehingga pada awal tahun 2000an Jerman resmi membuka jalur
transrapidnya yang memiliki kecepatan menyaingi kecepatan 550 km/jam
jaringan kereta Shinkasen milik Jepang. Teknologi Maglev Jerman terus
dikembangkan dan diadopsi oleh beberapa negara yang tertarik untuk
memasang jaringan kereta berkecepatan tinggi ini seperti China, Iran, Amerika
(US), Spanyol dan Korea Selatan.
Dalam membuat kereta api ini komponen yang terpenting adalah jalur kereta
maglev. Sepanjang jalur kereta Maglev dilengkapi dengan logam
yang termagnetisasi yang disebut guideway. Guideway ini berfungsi untuk
membuat kereta Maglev yang ada diatasnya mengapung dengan cara memberikan
gaya magnet yang cukup besar pada badan kereta yang telah dilengkapi dengan
elektromagnet yang memungkinkan kereta untuk naik antara 0,39 sampai 3,93
inci (1 sampai 10 cm) di atas guideway tersebut.
Pada umumnya prinsip kerja dari Maglev train adalah dengan memanfaatkan
daya tolak-menolak dan gaya tarik-menarik antara medan magnet yang berada
pada rel (railway) dengan kereta itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa
untuk membuat kereta ini terangkat dari lintasannya dibutuhkan medan magnet
yang sangat kuat. Tentu saja untuk mendapat medan magnet yang kuat
dibutuhkan magnet batang dengan jumlah yang sangat banyak, namun
permasalahan tersebut dapat dipecahkan dengan penerapan hukum Lenz. Dalam
hukum Lenz disebutkan bahwa, “Arus imbas akan muncul dalam arah yang
sedimikan rupa sehingga arah tersebut menentang perubahan yang
menghasilkannya”.
P B2
mag=
2 μ0
Saat ini terdapat tiga jenis teknologi Maglev, yaitu Electromagnetic Suspension
(EMS), Electrodynamic Suspension (EDS), dan Inductrack.
2.2.1 Electromagnetic Suspension (EMS)
Pada sistem kereta Maglev, terdapat tiga komponen utama, yaitu sumber
daya listrik yang besar, kumparan logam yang melingkupi sebuah jalur pemandu
(guideway) serta magnet pemandu besar yang dipasang di bagian bawah
kereta api. Pada teknologi EMS, kereta terangkat diatas lintasan baja karena
adanya medan magnet yang dihasilkan oleh electromagnet (rel mendorong
kereta ke atas). Medan magnet dibentuk oleh kumparan yang dialiri listrik di
sepanjang dinding jalur pemandu pada keretadan pada rel yang dikombinasikan
untuk menggerakkan kereta api. Kumparan bermagnet sepanjang rel, yang
disebut jalur pemandu, akan menolak magnet yang terletak di bawah gerbong
kereta. Hal ini akan membuat kereta mengambang (levitate) antara 0,39-
3,93 inch (1-10 sentimeter) di atas jalur pemandu.
Pada saat kereta terangkat, daya listrik diberikan ke kumparan di dalam
dinding jalur pemandu untuk membentuk medan magnet yang menarik dan
mendorong kereta sepanjang jalur pemandu. Arus listrik yang diberikan ke
kumparan pada dinding jalur pemandu secara berganti-ganti mengubah polaritas
kumparan magnet. Perubahan polaritas ini menyebabkan medan magnetik di
depan kereta menarik kereta ke depan, sementara medan magnet di belakang
kereta menambahkan gaya dorong ke depan.
Pada sistem EDS, baik pada lintasan (rel) dan kereta terdapat medan magnet,
kereta terangkat oleh gaya tolak antara kedua gaya magnet tersebut. Medan
magnet pada kereta dihasilkan oleh elektomagnet atau oleh magnet permanen.
Gaya tolak pada lintasan dihasilkan oleh induksi medan magnet pada kumparan
yang terdapat pada dinding lintasan. Keuntungan utama dari sistem gaya tolak
Maglev adalah tingkat kestabilannya, yang membatasi jarak antara lintasan dan
kereta magnet yang menghasilkan gaya yang kuat sehingga dapat
mengembalikan kereta ke posisi semula.
Hamid (2012) menyatakan: pada bagian rel kereta terdapat beam sebagai dinding
pemandu, levitation and guidance coil (kumparan penuntun kereta), propulsion
coil (kumparan penggerak kereta) dan wheel support path (bagian rel pendukung).
Pada saat diam kereta magnet ini tidak melayang di atas rel melainkan diam
berdiri di atas rel nya. Saat akan bergerak magnet superkonduktor dinyalakan,
kemudian kereta mulai mengambang sekitar 100 mm di atas rel. Magnet
superkonduktor mengatur posisi kereta agar tepat berada di tengah jalur
giudeaway nya kemudian computer pada sisitem control mengunci posisi kereta
dan mengstabilkan magnet superkonduktor agar posisi kereta tidak berubah.
Kemudian daya listrik diberikan ke kumparan dalam dinding-dinding jalur
pemandu yang menciptakan medan magnet yang dapat menarik dan mendorong
kereta sepanjang jalur pemandu.
EDS juga mempunyai kekurangan, pada kecepatan rendah arus listrik yang
dihasilkan oleh kumparan pada guidewaydan resultan fluks magnetic tidak
cukup besar untuk menopang berat kereta. Sebab itu, kereta harus
mempunyai roda karet untuk menopang kereta sampai mencapai kecepatan
dimana kereta dapat melayang di atas lintasan. Karena kereta dapat berhenti
dimana saja bila terjadi kesalahan teknis, maka seluruh lintasan harus dapat
menopang pengoperasian kereta baik pada kecepatan tinggi maupun rendah.
Fungsi lain dari roda adalah menopang kereta supaya tetap bisa meluncur bila
listrik mendadak mati atau alirannya mengalami gangguan. Selain itu kelemahan
lain dari sistem ini adalah sistem gaya tolak ini secara alami akan menghasilkan
medan di bagian depan dan belakang kereta yang akan memberikan perlawanan
pada lintasan sehingga akan terbentuk hambatan. Namun secara umum hal
tersebut hanya terjadi pada kecepatan rendah, pada kecepatan tinggi hal tersebut
tidak berdampak pada laju dari kereta itu sendiri.
Arus listrik yang diberikan ke kumparan pada dinding jalur pemandu secara
berganti-ganti mengubah polaritas kumparan magnet. Perubahan polaritas ini
menyebabkan medan magnetik di depan kereta menarik kereta ke depan,
sementara medan magnet di belakang kereta menambahkan gaya dorong ke
depan.
Polaritas kumparan yang berubah menghasilkan gaya megnet yang saling tarik
menarik dan saling tolak menolak, seperti pada gambar A di atas interaksi antara
magnet pada rel dengan kereta menghasilkan gaya tarik oleh magnet tidak sejenis
di bagian depan terhadap gerbong yang menarik kereta ka arah depan
(ditunjukkan oleh garis hijau) dan magnet di bagian belakang menghasilkan gaya
tolak terhadap megnet sejenis pada gerbong yang menjadi gaya dorong dalam
pergerakan kereta (ditunjukkan oleh garis biru). Pada gambar B ditunjukkan
system yang membuat kereta tetap melayang di atas rel nya dengan gaya tolak
yang dihasikan oleh magnet superkonduktor dari bagian badan kereta terhadap
guideway nya, magnet pada sisi jalur pemandu menjaga agar kereta tetap
melayang, apabila posisi kereta turun maka magnet berlawan pada sisi dinding
pemadu bagian atas dengan magnet pada sisi gerbong akan menarik gerbong ke
atas (ditunjukkan oleh garis hijau) dan magnet bagian bawah dinding pemandu
yang sejenis dengan magnet pada sisi gerbong akan menolaknya (ditunjukkan
oleh garis biru) sehingga posisi gerbong akan tetap terangkat atau melayang di
atas rel nya. Selain itu dinding jalur pemandu ini juga berfungsi mempertahankan
posisi kereta di jalur guideway nya, saat kereta oleng ke kiri maka dinding
pemandu sebelah kiri akan memiliki sifat magnet yang akan menolak kereta dan
sifat magnet pada dinding sebelah kanan akan menarik kereta, sehingga posisi
kereta selalu dipertahankan. System ini lebih stabil karena daya angkat pada
system tidak hanya dihasilkan dari rel atau guideway nya saja tetapi juga
dihasilkan dari gerbong kereta itu sendiri.
Kecepatan kereta Maglev ini dari awal bergerak hingga akhir memiliki kecepatan
yang bervariasi. Variasi kecepatan ini diatur dengan mengatur frekuensi dari arus
bolak-balikyang melalui kumparan.
Cara penghentian dari kedua system kereta maglev ini sama seperti dengan cara ia
bergerak yaitu menggunakan induksi magnetic pada kumparan dengan
memberikan tolakan antara kutub yang sama. Pada saat akan berhenti medan
magnet dari kumparan ini dirubah atau dibalik, sehingga akan menimbulkan efek
pengereman dan kereta akan berhenti. Maglev train memiliki system control
(control room) yang terhubung dengan control pusat melalui system transmisi
radio yang berfungsi menjaga keselamatan kereta, mengatur perpindahan jalur
rel. Kereta maglev ini memiliki system rem dinamis, dengan bantalan rem untuk
berhenti, untuk kebutuhan darurat setiap gerbong dilengkapi dengan empat
cakram per sebagai rodanya, dan bantalan rem cadangan. Struktur atau bentuk dari
bagian depan kereta ini dirancang seperti mulut lumba-lumba yang ramping untuk
mengurangi hambatan udara (drag udara), sehingga maglev train dapat meluncur
seperti peluru.
2.2.3 Inductrack
Inductrack merupakan jenis baru dari EDS yang menggunakan magnet permanen
pada suhu kamar untuk menghasilkan medan magnet dari pada menggunakan
electromagnet atau elektromagnet superkonduksi yang dingin. Inductrack
menggunakan sumber daya untuk mepercepat laju kereta hanya sampai pada saat
kereta mulai terangkat. Bila pasokan daya terputus atau mengalami gangguan
maka kereta akan melambat secara perlahan dan berhenti dengan roda karet
sebagai penopangnya. Lintasan untuk sistem ini berupa sirkuit elektrik pendek
yang terdiri atas kabel yang terisolasi, sirkuit ini seperti anak tangga.
Ketika kereta bergerak, medan magnet akan menolak magnet pada kereta
sehingga kereta dapat terangkat dari lintasan.
Terdapat dua jenis design Inductrack yaitu Inductrack I dan Inductrack II.
Dimana Inductrack I dibuat untuk kecepatan tinggi sedangkan Inductrack II
dibuat untuk kecepatan rendah. Inductrack dapat melayang lebih tinggi (~2,54
cm) dan memiliki tingkat kestabilan yang lebih baik. Karena jarak yang
cukup jauh dari lintasan hal ini berarti kereta dengan sistem ini tidak
membutuhkan sistem yang rumit untuk menjaga kereta agar tetap stabil.
Sebelumnya magnet permanen tidak digunakan karena para ilmuan menduga
bahwa magnet ini tidak akan dapat menghasilkan daya angkat yang cukup.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA