Anda di halaman 1dari 23

BAB VI

STATISTIK BOSE-EINSTEIN

6.1. Pendahuluan

Pada bagian ini akan dibahas statistik Bose-Einstein atau distribusi Bose-
Einstein. Statistik Bose-Einstein juga termask statistik kuantum, seperti halnya
dengan statistik Fermi-Dirac. Tetapi berbeda dengan statistik Fermi-Dirac,
statistik Bose-Einstein tidak tunduk pada asas Pauli, artinya tidak ada
pembatasan jumlah paretikel yang dapat menduduki suatu status, dengan kata
lain suatu status dapat berisi partikel berapa saja. Partikel yang memenuhi Bose-
Einstein dinamai boson. Semua partikel yang bulat bilangan spinnya yaitu yang
fungsi gelombangnya adalah fungsi simetrik (misalnya: foton, fonom, inti
helium) memenuhi statistik Bose-Einstein.

Pada bab ini akan diuraikan dasar statistik Bose-Einstein perhitungan


distribusinya, ungkapan bentuk akhirnya, dan contoh penerapannya.
Pemahaman bab ini memerlukan pengetahuan tentang fisika atom, beberapa
konsep fisika kuantum, dan teori kebolehjadian serta statistik.

Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat menghitung distribusi


populasi untuk kumpulan partikel boson, menurunkan hukum Stefan-Boltzmann
dari statistik Bose-Einstein dan menerangkan sifat-sifat gas fonon.

6.2. Perhitungan Jumlah Keadaan Mikro Dalam Suatu Keadaan Makro

Berdasarkan spesifikasi yang berbeda, jumlah keadaan mikro dalam suatu


keadaan makro pada statistik Bose-Einstein akan berbeda dari yang dijumpai
ada statistik Fermi-Dirac maupun pada statistik Maxwell-Boltzmann.
Dalam bagian ini akan dibahas perhitungan jumlah keadaan mikro tersebut. Kita
mulai dengan meninjau jumlah cara mengisikan Ni boson kedalam g i buah
status, pada suatu tingkat energi.
Contoh 1:
Pada suatu tingkat energi tertentu terdapar tiga buah status, dan empat buah
boson. Berapakah cara yang mungkin mengisikan boson kedalam status-status
itu?

Penyelesaian:
Lukiskan status dengan kotak dan boson dengan titik. Berdasarkan spesifikasi
yang telah diberikan sebuah kotak dapat berisi satu, dua, tiga, empat titik, atau
kosong. Maka pengisian dapat dilakukan sebagai berikut.

● ● ●● ● ●●● ●●●●

● ●● ● ● ●●● ●●●●

●● ● ● ●●● ● ●●●●

●●● ● ●●● ● ● ●●●

●● ●● ●● ●● ●● ●●

Nampak bahwa ada 15 cara yang mungkin


Cara yang digunakan dalam contoh tersebut dapat diterapkan jika bilangan-
bilangan yang bersangkutan itu kecil. Dalam hal bilangan-bilangan besar yang
tersangkut, hasilnya bilangan yang amat besar pula, tidak mungkin kita
menghitung satu-satu, apalagi menggambarkannya. Oleh karena itu kita harus
mencari cara yang berlaku umum.
Kotak-kotak yang dijajarkan tersebut sebenarnya cukup masing-masing
dilukiskan oleh sebuah garis yang menyatukan dinding kirinya sebagai berikut

Gambar diatas melukiskan lima buah kotak berjajar. Boson tetap diwakili oleh
titik dilukiskan dikanan garis yang mewakili kotak yang berisikan titik tersebut
sebagai berikut

● ● ●●● ●●●● ●

Gambar diatas melukiskan, dari kiri ke kanan, kotak yang pertama berisi dua
buah titik, yang kedua berisi tiga titik, yang ketiga kosong, yang keempat berisi
empat titik, yang terakhir satu titik. Jelaslah bahwa dikiri garis pertama itu tidak
boleh ada titik,sebab jika demikian halnya seperti terlukis seperti ini.

●● ● ● ● ● ● ● ● ● ●

Dua buah titik diujung kiri tersebut tidak tertampung dimana-mana. Hal ini
berarti bahwa dari gi buah garis itu harus diambil sebuah dan diletakkan diujung
kiri.
Kalau garis-garis itu berbeda, maka ada g i cara mengambil sebuah dari gi buah
garis tersebut. Setelah garis yang diambil itu diletakkan diujung kiri, maka ada
(gi-1) buah garis dan Ni buah titik yang harus diatur dikanan garis pertama tadi.
Kalau selain (gi – 1) buah garis itu berbeda-beda, Ni buah titik itupun berbeda-
beda pula, maka ada (Ni + gi – 1)! cara menderetkannya. Dengan demikian ada
(Ni + gi – 1) ! cara menderetkan g i buah garis dan Ni buah titik tersebut, dengan
syarat bahwa deret itu diawali (diujung kiri) oleh sebuah garis.

Contoh 2:
Berapakah cara yang mungkin mengisikan empat buah boson kedalam tiga buah
status?

Penyelesaian :
Dalam hal ini gi = 3, Ni=4. Maka jumlah cara yang mungkin:

( N i +g i−1 ) ! [ ( 4+ 3 )−1 ] ! 6!
Wi = = = 2! 4 ! = 15
( gi−1 ) ! N i ! ( 3−1 ) ! 4 !

Berikutnya kita meninjau beberapa tingkat energi, dengan energi masing-


masing E1, E2. E3, ……, En; jumlah status g1, g2, g3, ….., gn; berisikan N1, N2, N3, .., Nn
buah boson. Hal ini menggambarkan suatu keadaan makro. Permasalahan yang
harus dipecahkan adalah mencari jumlah cara pengisian yang mungkin, dimana
tiap hasil pengisian disebut keadaan mikro. Jadi permasalahannya adalah
mencari jumlah keadaan mikro yang mungkin dalam keadaan makro yang
dipandang.
Contoh 3:
Suatu sistem mempunyai dua tingkat energi, yang pertama dengan energi E 1
mempunyai 3 buah status, yang kedua dengan energi E 2 mempunyai 2 buah
status. Dalam suatu keadaan makro, tingkat pertama berisi dua buah boson,
tingkat kedua berisi empat buah boson. Bagaimanakah keadaan mikro yang
mungkin?
Penyelesaian :
4!
Dalam hal ini: g1 = 3, N1 = 2 → W1 = =6
2! 2 !
5!
g2 = 2, N2 = 4 → W2 = =5
1! 4 !
maka pengisian dapat dilakukan demikian:

●● ● ● ● ●
E1
● ● ●● ●●

●●●● ●●● ● ●● ●● ● ●●● ●●●● E2

a) Kemudian keadaan mikro yang mungkin adalah:

●● ●● ●●
E1 ●● ●●
E2 ●● ●● ● ●●● ●●●
●●●● ●●● ●

E1 ● ● ● ● ● ● ● ●
● ●
E2 ●●●● ●●● ● ●● ●● ● ●●●
●●●

E1 ● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
E2 ●●● ●● ● ●● ●● ● ●●● ●●●
● ● ●
E1 ● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
E2 ●●● ●● ●● ●● ● ●●● ●●●●
● ●

E1 ●● ●● ●● ●● ●●
E2 ●●● ●● ●● ●● ● ●●● ●●●
● ● ●
E1 Nampak●●bahwa ada 30 buah
●● keadaan mikro.●● ●●
Contoh 3 menunjukkan bahwa tiap ●●
E2 ●●● ●● ●● ●● ● ●●● ●●●●
● cara mengisi ●tingkat pertama dapat digabungkan dengan lima cara mengisi
tingkat kedua, dengan demikian cara pengisian ada tiga puluh jumlahnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa jika ada n tingkat energi E1, E2. E3, ……, En yang
telah disebutkan itu, maka jumlah keadaan mikro yang mungkin dalam keadaan
makro {N1, N2, …..Nn}adalah

( N i +g 1−1 ) !
W = W1 W2 W3 ….Wn = Π n1 (6.1)
( gi−1 ) ! N i !

Contoh 4 :
Sistem terdiri atas empat buah boson mempunyai tiga tingkat energi, dengan
satu status ditingkat pertama dengan energi E 1, dua status ditingkat kedua
dengan energi E2 = 2E, dan tiga status ditingkat kc tiga dengan energi E3 = 3E.
a. Tuliskan semua keadaan makro yang mungkin dimiliki sistem ini.
b. Hitunglah jumlah. keadaan rnikro yang rnungkin. pada masing-masing
keadaan makro. Keadaan makro yang menakah yang mempunyai jumlah
terbesar keadaan mikro dalam hal ini 7
c. Jika energi dalam sistem itu U = 8E, keadaan makro yang manakah yang
mempunyai jumlah terbesar keadaan mikro?

Penyelesaian
a. Keadaan makro dinyatakan oleh N1, N2, N3 yang mungkin adalah :
{4,0,0}, {O, 4, 0}, {O, O, 4},
{3, 1,0 },(3,0, 1} , {O, 3,1}, {O, 1, 3}, {1,3,0}, {1,0,3},
{2,2,0}, {2, 0, 2}, {O, 2, 2},
{2, 1, 1}, {1,2,1}, {l,1,1},
Nampak bahwa ada 15 keadaan makro yang mungkin.
b)
Keadaan Makro Jumlah keadaan mikro
4!
(4,0,0) W= =1
0! 4!
3! 2!
(3,1,0) W= . =2
0 !3 ! 1 !1!
3! 3!
(3,0,1) W= . =3
0 ! 3 ! 2 ! 1!
2! 3!
(2,2,0) W= . =3
0 ! 2 ! 1! 2!
2! 2 ! 3 !
(2,1,1) W= =6
0 ! 2 ! 1 ! 1! 2! 1 !
2! 4!
(2,0,2) W= . =6
0 ! 2 ! 2 ! 2!
1! 4!
(1,3,0) W= . =4
0 ! 1 ! 1! 3 !
1! 3 ! 3 !
(1,2,1) W= =9
0 ! 1 ! 1 ! 2! 2! 1 !
1! 2 ! 4 !
(1,1,2) W= =12
0 !1 ! 1 ! 1! 2 ! 2 !
1! 5!
(1,0,3) W= . =10
0 ! 1 ! 2! 3 !
5!
(0,4,0) W= =5
1!4 !
4! 3!
(0,3,1) W= . =12
1 ! 3 ! 2! 1 !
3! 4!
(0,2,2) W= . =18
1 ! 2 ! 2! 2 !
2! 5!
(0,1,3) W= . =20
1 ! 1! 2 !3 !
6!
(0,0,4) W= =15
2!4 !
Nampak bahwa keadaan makro {O, 1, 3} mempunyai keadaan mikro yang
terbesar jumlahnya, yaitu 20 buah.
c) Keadaan makro yang menghasilkan energi dalam U === 8E ada tiga buah
yaitu {2, 0, 2), {1, 2,1} dan {0, 4, 0}. Diantara ketiga buah ini, {l, 2, 1}
mempunyai keadaan mikro yang terbesar jumlahnya, yaitu sembilan
buah

6.3. Keadaan Makro yang Memiliki Jumlah Terbesar Keadaan Mikro

Dalam pembahasan awal diperoleh hasil bahwa untuk sistem boson dengan
tingkat energi E1, E2, ……En dengan jumlah status masing-masing g1, g2,……. gn dan
keadaan makro yang diperikan demikian: N1 buah boson ditingkat energi E1, N2
buah boson ditingkat energi E2, ……Nn di En, maka keadaan mikronya berjumlah

n ( N i + gi−1 ) !
W = Π i=1
( gi −1 ) ! N i !

Sama halnya dengan statistik Maxwell-Boltzmann maupun statistik Fermi-Dirac,


maka harus dicari perangkat {N1, N2, ….Nn} yang membuat W maksimum. Dalam
hal statistik Bose-Einstein inipun kita mencari ln W maksimum dengan syarat

∑ N i=N dan ∑ N i Ei=U . Kemudian kita menggunakan pendekatan Stirling


berdasarkan anggapan bahwa N i dan gi itu masing-masing bilangan besar, dan
akhimya kita menggunakan metode Laguange.

∑ N i=N ( jumlah boson tetap) (6.2)


i=1

∑ N i Ei=U (Energi dalam sistem tetap) (6.3)


i=1
Kita mulai dengan mengambil bentuk ln W dari persamaan (6.1)

ln W =ln
[ ∏
i =1
( N i+ g i−1 ) !
( g i−1 ) ! N i ! ] (6.4)

Kemudian dengan menggunakan sifat pembagian dan perkaliannya maka


persamaan (6.4) dapat dituliskan kembali menjadi

ln W =∑ [ ln ( N i + gi −1 ) !−ln ( g i−1 ) !−ln N i ! ]


i

Selanjutnya dengan menggunakan pendekatan Stirling diperoleh

lnW =∑ [ ( N i+ g i−1 ) ln ( N i + gi−1 ) !−( N i + gi−1 ) ]


i

−∑ [ ( g i−1 ) ln ( g i−1 ) −( g i−1 ) ] −¿


i [∑ ( N ln N −N )] ¿
i
i i i (6.5)

Dengan melakukan beberapa pennyederhanaan kita dapat mengambil bentuk


Berikut,
∂ lnW ≅ ∑ [ ln ( N i + gi ) −ln N i ] ∂ N i (6.6)
i

Kemudian dengan menggunakan metode Lagrange kita dapat menambahkan


∂ ∑ N i=∑ ∂ N i, yang digambarkan sebagai α dan ∂ ∑ N i Ei=∑ E i ∂ N i yang
digambarkan sebagai. β sehingga,

∑ [ ln
N i + gi
Ni
−α−β Ei ∂ N i=0
] (6.7)

Untuk suku ke l tertentu, N l memenuhi ungkapan berikut ini agar diperoleh


keadaan makro dengan jumlah terbesar keadaan mikro,

N l+ g l α +βE
=e (6.8)
Nl

Dengan melakukan beberapa penyederhanaan dan mendefinisikan A ≅ e α


diperoleh
gl
N l= βE (6.9)
A e −1

Sama halnya dengan dua statistik yang lain, dalam ungkapan inipun β=1/kT , .
Dalam hal yang umum A sangat sulit ditentukan, waiaupun pada dasarnya dapat
dicari dari syarat ,
∑ N i=N
i

6.4. Penggunaan Statistik Bose-Einstein

Pada bagian ini akan ditinjau beberapa buah contoh. Walaupun pada
pembahasan sebelumnya dijelaskan distribusi Bose-Einstein dalam bentuk
distribusi diskrit, dalam contoh yang dibahas dalam bagian ini masalah yang
ditinjau itu dapat dianggap mempunyai distribusi kontinu. Peralihan dari
distribusi diskrit ke distribusi kontinu dapat diperoleh dengan cara yang sama
sebagaimana yang digunakan oleh kedua buah statistik sebelumnya.

Kita akan mulai dengan pengguanan statistik Bose-Einstein yang pertama yaitu
pada gas boson. Gas yang terdiri atas molekul dengan spin bulat merupakan
sistem boson. Pada gas ini dapatlah diterapkan statistik Bose-Einstein. Untuk gas
dalam ruang yang bebas dari medan, jumlah status dalam selang energi antara E
dan E + dE dapat dituliskan,
3/2
V 2 π (2 m)
g ( E ) dE= E 1/ 2 dE (6.10)
h3

Jumlah molekul yang mempunyai energi antara E dan E + dE

3 /2 1/ 2
V 2 π ( 2m ) E dE
dN ( E ) = 3 E /kT (6.11)
h A e −1
Dalam banyak hal A e E / kT ≫ 1, maka dapat digunakan pendekatan,

3 /2 −E / kT 1 /2
V 2 π ( 2m ) e E dE
dN ( E ) = (6.12)
h3 A

Hal ini mengingatkan kita pada statistik Maxwell-Boltzmann.

Dengan menggunakan syarat,

∫ dN ( E ) =N (6.13)
E=0

Diperoleh ,

1 N h3
= (6.14)
A V ( 2 mkT )3 /2

Dalam pembahasan ini dianggap A eE/kT >> 1. Untuk melihat apakah anggapan ini
benar maka perlu ditinjau hal berikut. Dalam pembahasan tadi senantiasa eE/kT
>> 1. Sekarang kita tinggal meninjau nilai A yang telah diungkapkan tersebut.
Dengan meninjau gas 4He, dimana 4He ini mempunyai spin bulat pada tekanan 1
atmosfir. Maka dapat dihitung bahwa pada

1 6 5
T =300 K → ≅3 x 10 → A ≅ 3 x 10
A
1
T =4 K → ≅ 0,15→ A ≅ 7
A

Nampak bahwa sampai dengan T = 4 K masih dapat kita menggunakan


pendekatan tadi tanpa kesalahan yang besar.

Penggunaan statistik Bose-Einstein yang kedua adalah pada radiasi benda hitam.
Andaikan sebuah kotak tertutup rapat, tetapi salah sebuah dindingnya
berlubang kecil. Lewat lubang ini sebuah sinar cahaya masuk ke dalam kotak itu,
dan dipantulkan berulangkali oleh dinding.

Maka dapat dikatakan bahwa kemungkinan sinar ini keluar lagi sangatlah kecil..
Lubang inilah yang dinamakan benda hitam, karena cahaya yang tiba padanya
tidak dipantulkannya kembali.

Gambar-6.1. Model radiasi benda hitam

Dalam kotak itu foton tidak tetap jumlahnya sebab ada saatnya foton diserap
oleh dinding, pada saat yang lain foton dipancarkan oleh dinding. Dengan
demikian syarat ∑ N i=N (konstan) tidak berlaku lagi, sehingga koefisien itu
nol. Dengan demikian,
α
A=e =1 (6.15)

dan fungsi distribusi Bose-Einstein menjadi,


1
f= E / kT (6.16)
e −1
Karena dalam permasalahan ini fungsi-fungsi yang bersangkutan tldak
mengandung variabel x, y, dan z seperti pada pembahasan sebelumnya, maka
dapat dibuat integrasi berikut

∭ dx dy dz=V (6.17)

Mengingat adanya 2 arah polarisasi foton maka dapat dituliskan,


2 d Px d Py d Pz
g ( Px , P y , P z ) d P x d P y d P z= 3 (6.18)
h

V 2
atau g ( P ) dP= 3
8 π P dP (6.19)
h
h
Dengan menggunakan hubungan λ= , maka
p

h
dP= dλ (6.20)
λ2

Sehingga diperoleh,

8 πV
g ( λ ) dλ= dλ (6.21)
λ4

dan

8 πV 1
dN ( λ )=¿ 4 hc / λkT
dλ (6.22)
λ e −1

Energi foton yang mempunyai panjang gelombang antara λ dan λ +dλ dalam tiap
satuan volume dalam kotak itu,
hc 8 π 1
E ( λ ) dλ=¿ dλ
λ λ e
4 hc/ λkT
−1

8 πhc dλ
¿ (6.23)
( λ e hc / λkT −1 )
5

Inilah ungkapan hukum radiasi menurut Planck. Dari ungkapan ini dapat
diperoleh hasil berikut ini :
1. Untuk A yang panjang, maka ungkapan Planck dapat dituliskan

8 π kT
E ( λ ) dλ=¿ 4
dλ (6.24)
λ

Hasil ini sesuai dengan hasil yang di dapat secara klasik oleh Rayleigh, dan
Jeans, dan dikenal dengan persamaan Rayleigh-Jeans. Telah diketahui bahwa
hasil Rayleigh-Jeans ini tidak sesuai dengan hasil eksperimen untuk A
pendek.
2. Untuk λ yang pendek diperoleh,
8 π hc −hc /kT
E ( λ ) dλ= 5
e dλ (6.25)
λ

Ungkapan ini mula-mula. dikemukakan oleh Wien dan didapatkan secara


empiris, sesuai dengan data eksperimen pada λ kecil. Untuk λ panjang
ungkapan yang dikenal dengan nama rumus distribusi Wien ini tidak tepat
lagi.
3. Dari lubang di dinding itu keluar juga foton, inilah sebenamya radiasi benda
hitam. Dari teori kinetik diketahui bahwa banyaknya partikel gas yang
menumbuk dinding tiap satuan waktu tiap satuan luas dinding dituliskan,

dN 1
¿ nv (6.26)
df dA 4
dengan v adalah laju rata-rata partikel gas dan n = N/V adalah rapat partikel.

Untuk foton maka v=c rapat foton yang mempunyai panjang gelombang antara
λ dan λ +dλ

dN (λ) 8 πV 1
=¿ 4 hc/ λkT
dλ (6.27)
V λ e −1

Jadi energi yang dipancarkan tiap satuan waktu, tiap satuan luas itu

2 πh c 2 dλ
Erad ( λ ) dλ=¿ (6.28)
λ (e −1 )
5 hc / λkT

Integrasi ungkapan terakhir ini menghasilkan,

5 4
2π k 4
Erad =¿ 3 2
T (6.29)
15 h c

Dengan melakukan peningkatan rotasi

5 4
2π k
σ =¿ 3 2
15 h c
(6.30)

Diperoleh

4
Erad =σ T (6.31)

yang dikenal sebagai ungkapan hukum Stefan-Boltzmann.

Penggunaan statistik Bose-Einstein yang ketiga adalah pada kapasitas termal zat
padat. Dari eksperimen, Dulong dan Petit memperoleh hasil bahwa kapasitas
termal molar zat padat dapat dituliskan,
C v =3 R=3 N A K (6.32)

dengan NA adalah bilangan Avogadro dan ungkapan itu disebut hukum Dulong-
Petit. Dengan menggunakan cara klasik hukmn ini dapat diperoleh. Ternyata
bahwa hukum Dulong-Petit tidak berlaku pada tempartur rendah, dimana
apabila temperatur menuju nol maka cara CV juga menuju nol (tidak konstan).
Ada beberapa cara untuk memperbaiki permasalahan ini :
1. Yang pertama adalah cara Einstein. Persoalan ini dipikirkan oleh Einstein
dengan menggangap bahwa zat padat terdiri atas osilator harmonik,
masing-masing bergetar bebas tetapi pada frekuensi yang sama dan energi
osilator itu terkuantisasi sebagai :

E=nhυ (6.33)

dengan n adalah bilangan bulat

Kemudian dengan menghitung energi rata-rata osilator

∑ nhυ e−nhυ / kT
n =1

E=¿

∑ e−nhυ/kT
n =1

∑ n e−nhυ/ kT
n =1 (6.34)
E=hυ

∑ e−nhυ /kT
n =1

−hυ
dan memisahkan , =x, maka
kT

∑ n enx
n =1

E=hυ (6.35)

∑ enx
n =1

Dengan melakukan beberapa penyederhanaan diperoleh,

d
ln ∑ e
nx
E=hυ
dx

d 1
¿ hυ ln
dx 1−e x

1
¿ hυ −x (6.36)
e −1


Jadi , E ¿ hυ /kT (6.37)
e −1

Dengan menganggap 1 mol zat padat sebagai kumpulan 3 NA buah osilator,


maka energi dalam zat padat itu tiap mol adalah

3 N A hυ
U= (6.38)
e hυ/kT −1
dan kapasitas termal molarnya menjadi,

( ) ( ) (e
2 hυ/ kT
∂U hυ e
Cv = =3 N A K 2 (6.39)
∂T v kT hυ/kT
−1 )

Dengan melakukan aproksimasi untuk T—-> 0

Cv = 3 N A K ( )
hυ 2 −hυ/kT
kT
e

Hasil ini menunjukkan kecenderungan CV --> O apabila T --> 0, tetapi


kesesuaiannya dengan data eksperimen kurang tepat.

2. Yang kedua adalah cara Debye. Debye menggunakan anggapan osilator-


osilator itu bergetar tidak dengan fiekuensi yang sama semua, tetapi ada
frekuensi maksimum vm dimana,

g ( v ) dv=B v 2 dv untuk v ≤ v m (6.40)

g ( v ) dv=0 untuk v >v m (6.41)

Konstanta B dapat ditentukan dari hubungan

∞ vm

3 N A =∫ g (v ) dv=∫ B v 2 dv (3.42)
0 0

Dengan melakukan integrasi diperoleh,


1 3
3 N A= B vm (3.43)
3

Sehingga,

3
B=9 N A / v m (3.44)

Dengan demikian

(3.45)

dan kapasitas termal molarnya menjadi,

(3.46)

hv
Dengan memisalkan x= dan θ D=h v m /k dimana θ D adalah temperatur
kT
karakteristik Debye, maka

(3.47)

Pada temperatur rendah diperoleh,

(3.48)
Hasil ini lebih baik kesesuaiannya. dengan eksperimen dari pada hasil Einstein.

6.5. Rangkuman

Statistik Bose-Einstein adalah stafistik kuantum, tetapi tidak tunduk pada asas
Pauli. Karena sifat ini maka jika pada suatu tingkat energi E 1 terdapat g; status
dan berisi Ni buah partikel (disebut boson), maka diperoleh jumlah cara
pengisian berbagai status itu sebagai,
( N i +g i−1 ) !
( gi−1 ) ! N i !
Dengan demikian keadaan makro dengan N1 boson ditingkat energi E1, N2
ditingkat energi E2, dan seterusnya akan mempunyai keadaan mikro sebanyak

n ( N i + gi−1 ) !
W = Π i=1
( gi −1 ) ! N i !

Distribusi yang diperkirakan ditemui diungkapkan oleh,

gl
N l= βE
A e −1

Koefisien A tersebut sulit diungkapkan secara umum, dan harus ditinjau


penggunaannya kasus demi kasus. Karena sifatnya yang telah disebutkan itu,
maka statistik Bose-Einstein berlaku bagi partikel yang mempunyai bilangan
spin bilangan bulat.

6.6. Latihan Soal--soal


1. Sebuah sistem terdiri atas banyak sekali partikel, mempunyai energi dalam
U(tertentu, tetap) dengan tingkat-tingkat energi E 1, E2, E3,. . .En. Jumlah
status pada tingkat-tingkat energi itu masing-masing g1, g2, . .. gn (g1 bilangan
besar). Carilah distribusi yang bagi sistem im menyatakan keadaan makro
dengan keadaan mikro terbanyak.
2. Dalam hal bagaimanakah distribusi Bose-Einstein mendekati distribusi
Maxwell-Boltzmann.
3. Tunjukkan bahwa benolak dan‘ persama/an (6.45), U dapat diungkapkan
dalam bentuk :

3 θD
U = 9 NA kT
T
θD ( ) x3
∫ e x −1 dx
0

Kemudian untuk T kecil buktikan bahwa,

( )
3 π + N A kT T 3
U=
5 θD

Dari hasil tersebut tunjukkan bahwa untuk T kecil


12 π 4
( )
3
T
C v= NAk
5 θD

Gunakan petunjuk berikut :



1
Jabarkan x =∑ e
−nx
lalu integrasikan dan akirnya substitusikan
e −1 n=1
∞ 4
∑ n14 = 90
π
n =1

4. Bertolak dari persamaan (6.23), susunlah langkahdangkah menuju ke


persamaan (6.24).
5. Susunlah langkah-langkah menuju kc persamagn (6.25)

6. Hukum pergeseran Wien dapat diungkapkan oleh,


λ m . T =konstan
dengan λ m adalah panjang gelombang pada puncak lengkungan
E( λ)❑, artinya untuk T tertentu maka E( λ) mencapai maksimum apabila
λ=λ m. Dari hukum radiasi Planck, carilah nilai konstanta tersebut.

7. Tunjukkanlah bahwa dari teori Einstein akan diperoleh kembali hukum


Dulong-Petit, jika kita. meninjaunya pada temperatur tinggi.

8. Tunjukkanlah bahwa dari teori Debye akan diperoleh kembali hukum Dulong-
Petit, jika kita meninjaunya pada temperatur tinggi.

6.7. Daftar Pustaka


1. Beiser, Concepts of Modern Physics, M.c. Graw-Hill, 1981.
2. A.J. Pointon, Introduction to Statistical Physics, Longman, 1967.
3. E.E. Anderson, Introduction to Mcderm Physics, Holt-Saunders, 1982.
4. F.W. Sears, Introduction to Thermoafynamics, The K inetic Theory of Gases,

and Statistical Mechanics, Addison-Wesley, 1953.

5. F.W. Scars and L. Salinger, Introduction to Thermcdinamics, The Kinetic

Theory of Gases, and Statistical Mechanics, Addison-Wesley, 1974.

Anda mungkin juga menyukai