Anda di halaman 1dari 17

Laporan Akhir

Praktikum Fisika Lanjutan

ANP4 – Nuclear Magnetic Resonance

Nama : Michida Budi Darmawan


Rekan Kerja : Imron F.
Hari/Tanggal : Jum’at/10 April 2020

Departemen Fisika
Universitas Indonesia
2020
IV. Teori Tambahan

Nuclear Magnetic Resonance (NMR) adalah salah satu metode analisis yang paling
mudah digunakan pada kimia modern. NMR digunakan untuk menentukan struktur dari
komponen alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari komponen, dan arah reaksi kimia
sebagaimana hubungan komponen dalam larutan yang dapat mengalami reaksi kimia.
Meskipun banyak jenis nuclei yang berbeda akan menghasilkan spektrum, nuclei hidrogen
(H) secara histori adalah salah satu yang paling sering diamati. Spektrokopi NMR
khususnya digunakan pada studi molekul organik karena biasanya membentuk atom
hidrogen dengan jumlah yang sangat besar.

Pada spektrum hidrogen NMR menghadirkan beberapa resonansi yang menjelaskan


pertama bahwa molekul yang dipelajari mengandung hidrogen. Kedua, jumlah pita dalam
spektrum menunjukkan bagaimana beberapa posisi yang berbeda pada molekul dimana
hidrogen melekat/menempel. Frekuensi dari beberapa resonansi utama pada spektrum
NMR menunjukkan perubahan kimia. Ini sangat penting untuk menduga bagian dari
spektrum NMR yang mengandung informasi tentang lingkungan masing-masing atom
hidrogen dan struktur dari komponen yang dipelajari. Informasi ketiga bahwa sebuah
spektrum NMR menentukan perbandingan luas/daerah pita yang berbeda, ini menjelaskan
jumlah atom hidrogen yang relatif yang keluar pada masing-masing posisi pada molekul
yang diperoleh.

Spektrofotometri NMR adalah salah satu teknik utama yang digunakan untuk
mendapatkan informasi fisik, kimia, elektronik dan tentang struktur molekul.
Spektrofotometri NMR pada dasarnya merupakan spektrofotometri absorbsi,
sebagaimana spektrofotometri infra merah maupun spektrofotometer ultraviolet.
Pada kondisi yang sesuai, suatu sampel dapat mengabsorpsi radiasi elektromagnetik
daerah frekuensi radio, pada frekuensi yang tergantung dari sifat - sifat sampel. Suatu plot
dari frekuensi puncak-puncak absorbsi versus intensitas puncak memberikan suatu
spektrum NMR.
Tes Pendahuluan
1. Jelaskan fenomena fisika yang terjadi pada percobaan NMR?
= Berdasarkan penilitian, diketahui bahwa di setiap inti atom terdapat momen
magnetik yang menyebabkan inti tersebut dapat dipengaruhi oleh medan magnet.
Dengan menaruh sampel atom pada suatu medan magnet, maka akan terjadi
penyerapan gelombang elektromagnetik jika diberikan radiasi gelombang EM pada
sampel tersebut. Penyerapan ini menyebabkan pergeseran tingkat energi atom. Lalu,
saat inti atom kembali ke keadaan awal, inti akan memancarkan frekuensi yang sama
dengan gelombang yang diserapnya.

2. Berapa frekuensi yang harus diberikan untuk menghasilkan resonansi apabila sampel
diberi medan magnet B0?
= sekitar 18,5 MHz karena merupakan batas minimum untuk menghasilkan resonansi.

3. Apa makna fisis dari FWHM dari sinyal NMR?


= makna fisisnya adalah FWHM merupakan ukuran waktu relaksasi. Selain itu,
FWHM digunakan untuk menghasilkan informasi karakteristik kimia dan fisika dari
sampel.

Data Pengamatan
• Sampel I: Gliserin

v1 = 18,4563 MHz
v2 = 18,4668 MHz
• Sampel II : Polistiren
v1 = 18,5102 MHz
v2 = 18,5103 MHz
• Sampel III: Teflon

v1 = 18,5105 MHz
v2 = 18,5106 MHz
Pengolahan Data Gnoplot & Grafik
• Gliserin

• Polisteri
• Teflon
Analisis
• Analisis Percobaan
Pada praktikum ANP4 – Nuclear Magnetic Resonance yang bertujuan untuk mengamati
resonansi magnetic nuklir pada proton dan fluorin dalam bentuk cair dan padat, menentukan
lebar garis pada resonansi fluorine dan menentukan factor-g dari proton dan fluorin. Pada
dasarnya percobaan ini mengamati grafik pada osiloskop resonansi yang terjadi akibat
pengaruh medan magnet terhadap proton dan fluorin. Dari pengamatan tersebut dapat
ditentukan lebar garis FWHN dan faktor-g.
Inti hidrogen(proton) dan inti fluorin memiliki spin I=1/2 sehingga hanya memiliki dua
kemungkinan orientasi jika diberikan pengaruh medan magnet dari luar.Untuk mengamati
resonansi yang terjadi, Pertama tama praktikan menghubungkan osiloskop yang telah diatur
menjadi mode xy ke modulasi NMR. Modulasi NMR di atur ke sapuan cepat agar
memudahkan melihat perbedaan garis resonansinya. Amplitudo ditingkatkan untuk
memperjelas peak-peak resonansi. Lalu secara perlahan meningkatkan amplitude HF hingga
lampu LED menyala dan frekuensi menunjukan nilai kurang lebih 19MHz. Setelah itu
turunkan frekuensi hingga 18,5 MHz(batas terendah lampu LED menyala). Kemudian
masukkan tabung sampel gliserin secara perlahan ke pusat ruang pengukuran. Selanjutnya
meningkatkan arus pada kumparan hingga 10 A agar sinyal NMR dapat terlihat pada
osiloskop. Untuk mendapat sinyal NMR yang optimal, praktikan hanya perlu mengatur
amplitude HF hingga tampilan pada layer osiloskop jelas. Geser sinyal NMR ke tengah layer
osiloskop agar dapat mengukur frekuensinya dan praktikan mencatat tegangan dan arus
sebagai inputnya, frkuensi sebagai outputnya. Praktikan mendapatkan nilai v1 dan v2 dengan
cara menghitung nilai frekuensi saat peak resonansi digeser 1 kotak kekiri untuk v1 dan
digeser 1 kotak kekanan untuk v2. Variasi dilakukan dengan mengganti sampel gliserin
menjadi sampel polisterin dan teflon.
• Analisis Hasil
Data yang didapat pada percobaan ini adalah nilai dari frekuensi, tegangan, dan arus.
Ketiga nilai tersebut digunakan untuk menghitung waktu relasi, B0, dan factor-g. praktikan
juga menghitung kesalahan relative dan literatur untuk melihat keakuratan data tersebut.
Pertama untuk nilai waktu relasi didapat dengan mencari perubahan v dengan rumus v2-v1
lalu tinggal memangkatkan hasilnya dengan -1 untuk mendapat nilai waktu relasi. Hasilnya
adalah 0,000095 s untuk gliserin dan 0,01 s untuk polisterin dan teflon. Hasil ini dipengaruhi
dari nilai v1 dan v2 yang di dapat sebelumnya. Nilai B0 dapat dihitung dengan persamaan
B=(4,177 V + 8,2684)mT dimana V adalah nilai tegangan pada percobaan. Dapat
disimpulkan nilai B hanya dipengaruhi oleh tegangan pada kumparan.
Terakhir adalah menentukan factor-g. Dengan mendapatkan persamaan linear dari grafik
𝑚. ℎ
frekuensi(v) terhadap medan magnet(B0), diperoleh persamaan g sebagai g= dimana h
µ𝑛
adalah konstanta planck dan µ𝑛 adalah momen magnet. Hasil factor-g yang didapat adalah
6,7939 untuk gliserin, 4,20045 untuk polisterin, dan 4,87866 untuk teflon. Dapat dikatakan
bahwa factor-g dipengaruhi oleh perubahan frekuensi dan perubahan medan magnet. Dengan
nilai literatur factor-g adalah 5,5857 kesalahan literatur pun dapat diperoleh yaitu
gliserin:21,63%; polisterin=24,79%; dan Teflon=12,66%. Dapa dikatakan jika nilai faktor-g
yang di dapat masih belum akurat dikarenakan presentase kesalahan yang masih besar.
Untuk grafik, dapat dilihat ketiga grafik memiliki kenaikan yang hampir mirip karena
nilai m yang berdekatan. Dari grafik ini dapat di tentukan nilai kesalahan relatifnya dengan
membagi §m dengan m sehhingga diperoleh nilai kesalahan relative gliserin=14,75%;
polisterin=12,38%; dan Teflon =16,79%. Dengan kesalahan relative yang cukup besar,
disimpulkan data yang di diperoleh kurang akurat yang disebabkan kekurang telitian
praktikan dalam mengelola data.

Kesimpulan
• Resonansi pada inti proton dan inti fluorin terjadi karena pengaruh dari medan magnet
homogen sehingga nilai dan ditribusi frekuensinya dapat diamati.
• Lebar garis pada resonansi ditentukan melalui perubahan frekuensi v1 dan v2.
• Faktor-g dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi pada frekuensi dan medan magnet.
• Medan magnet berbanding lurus dengan frekuensi.

Referensi
• Modul fisika lanjutan ANP4 – NMR.
• https://www.academia.edu/21356344/Spektroskopi_Nuclear_Magnetic_Resonance_
NMR_ (diakses pada 9 april 2020)
• http://hmk.mipa.ub.ac.id/pengertian-dan-prinsip-nmr/ (diakses pada 9 april 2020)
• https://bisakimia.com/2017/10/06/spektroskopi-resonansi-magnetik-inti-nmr/
(diakses pada 9 april 2020)

Anda mungkin juga menyukai