Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum

Fisika Lanjutan
Modul Praktikum
SSP3 - HYSTERISIS

Nama : Adelia Indah Cahyani


NPM : 1806136321
Rekan Kerja : Lucky Darmawan
Kelompok : 04
Hari : Jumat pagi
Tanggal : 10 April 2020
Modul ke :5

Laboratorium Fisika Lanjutan – Departemen Fisika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
2020

Universitas Indonesia, 2020


SSP 3 – HYSTERISIS

I. TUJUAN
Merekam kurva magnetasi awal dan kurva hysteresis fermagnet

II. TEORI DASAR

Dalam inti transformator atau ferromagnet memiliki medan magnet


𝑁1
𝐻= 𝐼
𝐿

Universitas Indonesia, 2020


𝑁1
Sebanding dengan arus kawat I dan kerapatan lilitan efektif 𝐿
dari kawat primer. Namun
menimbulkan kerapatan flux magnet atau induksi magnetik.
𝑩 = 𝝁𝒓 ⋅ 𝝁𝟎 ⋅ 𝑯 (dimana 𝝁𝟎 = 𝟒𝝅 ⋅ 𝟏𝟎−𝟕 𝒗𝒔 /𝑨𝒎)
Yang tidak sebanding dengan H. Sebaliknya ketika medan magnet H meningkat maka akan
mencapai nilai saturasi B. Permeabilitas relative 𝝁𝒓 dari ferromagnet bergantung pada
kuatnya medan magnet H dan juga perlakuan pada ferromagnet sebelumnya. Pada
ferromagnet yang mengalami demagnetisasi, kuat medan magnetnya adalah B = 0
Tesla pada H = 0 A/m. Namun normalnya ferromagnet masih mempertahankan
kerapatan fluks magnetic residual B tidak sama dengan 0 Tesla ketika H= 0 A/m.

Dengan demikian, adalah umum untuk merepresentasikan induksi magnetic B


dalam bentuk kurva histeris sebagai fungsi dari kekuatan medan H naik dan turun.
Kurva histerisis berbeda dengan kurva magnetisasi yang dimulai pada titik awal
system korrdinatnya dan hanya dapat diukur untuk material yang mengalami
kerusakan magnetic sepenuhnya (H = 0A/m , B = 0 T).

Misalnya H dan B tidak diukur secara langsung; jumlah yang sebanding dengan
𝐿
ini, yaitu arus primer (𝐼 = 𝑁 ⋅ 𝐻) dan fluks magnetic 𝜙 = 𝑁2 ⋅ 𝐴𝐵 melalui kawat
𝑖
sekunder yang digunakan (N2 : Jumlah lilitan pada kawat sekunder; A : Luas
penampang ferromagnet). Flux magnet 𝜙 dihitung sebagai integral dari tegangan U
yang diinduksi dalam kawat sekunder.

TEORI TAMBAHAN

Pada kebanyakan material feromagnetik, hubungan magnetisasi dengan medan


magnetic luar bila medan luar semakin bertambah akan berbeda dengan bila medan
luar semakin berkurang. Bila material tersebut dimagnetisasi hingga jenuh dan
kemudian medan luar direduksi hingga nol, sedikit magnetisasi teteap tersisa.
Perilaku ini merupakan ciri khas dari magnet permanen, yang menahan sebagian
besar dari magnetisasi kejenuhannya bila medan yang memagnetkan itu
dihilangkan. Untuk mereduksi magnetisasi itu ke nol, maka akan memerlukan
sebuah medan magnetic dalam arah berlawanan.

Material feromagnetik sangat banyak digunakan dalam electromagnet inti


transformator, motor, dan generator, ketika diinginkan untuk mempunyai sebuah
medan magnetic yang sebesar mungkin untuk arus yang diberikan. Karena histerisis
mendisipasikan energi, maka material yang digunakan dalam pemakaian ini biasanya
harus mempunyai suatu simpal hysteresis sesempit mungkin. Besi lunak seringkali
digunakan; besi lunak seringkali digunakan; besi lunak mempunyai permeabilitas
tinggi tanpa histerisis yang memadai. Untuk magnet permanen suatu simpal

Universitas Indonesia, 2020


histerisis yang lebar biasanya diinginkan. Dengan magnetisasi medan nol yang besar
dan dengan medan balik yang besar yang diperlukan untuk menghilangkan magnet.
Banyak macam baja dan campuran logam, seperti Ainier, lazimnya digunakan untuk
magnet permanen. Medan magnetic yang tersisa dalam material seperti itu, setelah
material itu dimagnetkan mendekati kejenuhan. Umumnya berorde sebesar 1 T,
yang bersesuaian dengan magnetisasi yang tersisa M=B/𝝁𝟎 Sebesar kira-kira
800.000 A/m.

Perhatikan hubungan B dan H


didalam bahan-bahan feromagnetik.
Kita dapat berasumsi bahwa kita
sedang berusaha mengetahui bentuk
kurva B versus H untuk bahan-bahan
feromagnetik yang sepenuhnya telah di
netralkan dari segala kemagnetan
(demagnetisasi), dalam keadaan ini, B
dan H bernilai nol di dalam bahan. Saat
Gambar.2. Kurva magnetisasi untuk sebuah kita mulai memberikan gaya gerak
sampel lembaran baja silikon
magnet ke rangkaian, kerapatan fluks
akan naik, namun tidak secara linear,
sebagaimana diperlihatkan oleh data
eksperimental dalam Gambar.2 pada
daerah disekitar titik nol. Setelah H
mencapai nilai sekitar 100A.t/m,
kerapatn fluks akan naik lebih lambat ,
dan mulai memasuki kondisi jenuh
(saturasi) pada nilai beberapa ratus
A.t/m. Dengan bahan feromagnetik
yang mencapai keadaan jenuh parsial
ini . Pada gambar.3 dimana kita
melanjutkan eksperimen di titik X dengan
Gambar.3. Kurva loop hysteresis untuk basa
silicon. Gaya koersif He dan Kerapatan fluks
memperkecil nilai H. ketika kita melakukan
sisa B, diindikasikan dalam gambar ini hal ini, efek histerisis akan memainkan
peranannya, dan akibatnya kurva balik yang
menunjukan penurunan kerapatan fluks tidak sama dengan kurva naiknya. Bahkan
setelah H bernilai nol sekalipun, B= Br yang berarti kerapatan fluks masih tersisa
didalam bahan. Kemudian, kita menaikkankembali nilai H dan menurunkannya lagi
hingga mencapai nol, dan mengulangi siklus ini sebanyak beberapa kali, sehingga
terbentuklah kurva loop histerisis yang ditampilkan dalam Gambar 3. Gaya gerak
magnet yang dibutuhkan untuk mengembalikan

Universitas Indonesia, 2020


kerapatan fluks magnet di dalam bahan menjadi nol dikenal sebagai gaya koersif
atau H. untuk nilai-nilai H maksimum yang
lebih kecil. Llop=loop histerisis yang lebih kecil juga akan terbentuk, dengan lokasi
kedua titik ujungnya yang kurang-lebih sama seperti pada kurva magnetisasi dalam
Gambar.2.
Dari percobaan Biot dan savart menemukan sesuatu persamaan metmatika yang
memberikan nilai medan magnet pada suatu titik dalam ruang dengan bentuk arus
yang menghasilkan medan tersebut. Persamaan tersebut didasarkan pada
pengamatan percobaan berikut untuk medan magnet dB di titik P pada elemen
Panjang dS seutas kawat yang berarus tetap I :

1. Vector ⅆ𝐵 ⃗ tegak lurus dengan ⅆ𝑆 (yang mengarah pada arah arus) dan vector
satuan 𝑟̂ yang mengarah dari ⅆ𝑆 ke P.
2. Besar nilai ⅆ𝐵⃗ berbanding terbalik dengan r2 , dimana r adalah jarak dari ⅆ𝑆 ke P.
3. Besar nilai ⅆ𝐵⃗ sebanding dengan arus dan besar nilai ⅆ𝑆 dari elemen Panjang ⅆ𝑆.
4. Besar nilai ⅆ𝐵⃗ sebanding dengan nilai sin 𝜃, dimana 𝜃 adalah sudut antara vector
ⅆ𝑆 dan P.

Dapat disimpulkan dalam persamaan matematika yang sekarang dikenal


sebagai hokum Biot-Savart
𝜇 ⋅ 𝐼 ⅆ𝑠 ⋅ 𝑟̂
⃗ = 0
ⅆ𝐵
4𝜋 𝑟 2

III. ALAT ( dengan Power - CASSY)


1. 1 Power-CASSY
2. 1 Sensor-CASSY
3. 1 CASSY Lab 2
4. 1 U-core dengan kuk
5. 1 Perangkat penjepit dengan klip pegas
6. 2 Coils dengan 500 putaran
7. 4 Sambungan penghubung, 100 cm, hitam
8. 1 PC dengan Windows XP / Vista / 7/8

IV. ALAT (tanpa Power - CASSY)


1. 1 Sensor-CASSY
2. 1 CASSY Lab 2
3. 1 U-core dengan kuk
4. 1 Perangkat penjepit dengan klip pegas
5. 2 Coils dengan 500 putaran
6. 1 Generator fungsi

Universitas Indonesia, 2020


7. 1 STE resistor 1 Ω, 2 W
8. 1 papan soket bagian
9. 1 Sambungan penghubung, 50 cm, hitam
10. 7 Sambungan penghubung, 100 cm, hitam
11. 1 PC dengan Windows XP / Vista / 7/8

V. PENGATURAN PERCOBAAN (lihat gambar)

Power-CASSY memasok arus untuk koil utama transformator. Fluks magnetik Φ dihitung dari tegangan
induksi U dari kumparan sekunder, yang diukur pada input Sensor-CASSY B. Atau, melakukan percobaan
tanpa Power-CASSY, menggunakan generator fungsi S12. Peralatan ini harus diatur ke sinyal gigi gergaji,
frekuensi sekitar 0,1 Hz dan amplitudo sekitar 2 V. Rekaman kurva magnetisasi dipicu pada I = 0 A. Untuk
mengenai titik ini dengan tepat, arus didorong melewati transformator oleh relai dan mengalir melalui
resistor 1 prior sebelum merekam kurva.

VI. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Melakukan pengaturan percobaan sesuai dengan gambar
2. mengkoreksi offset jika perlu: membuka Pengaturan UB, memilih Benar, menetapkan nilai
target pertama 0 V dan meng-klik pada Offset Benar.
3. Melakukan Demagnetisasi inti transformator, dengan memukul muka kuk pada permukaan
ujung inti-U beberapa kali.
4. Memulai pengukuran dengan
5. menghentikan pengukuran dengan setelah satu periode kurva histeresis atau pada Φ = 0 Vs
(dalam hal ini inti melakukan tidak harus didemagnetisasi lagi).
6. jika kurva histeresis terletak di kuadran kedua dan keempat, membalikkan koneksi pada salah
satu dari dua kumparan.
7. Jika instrumen tampilan UB kewalahan selama pengukuran (tampilan berkedip), memperluas
rentang pengukuran pengaturan UB.

Universitas Indonesia, 2020


VII. GRAFIK

Medan Magnet(VS-1)

Arus (IA1/A)
Medan Magnet(VS-1)

Arus (IA1/A)

Universitas Indonesia, 2020


Medan Magnet(VS-1)

Arus (IA1/A)
Medan Magnet(VS-1)

Arus (IA1/A)

Universitas Indonesia, 2020


Medan Magnet(VS-1)

Arus (IA1/A)

GABUNGAN GRAFIK -GRAFIK DIATAS


Medan Magnet(VS-1)

Arus (IA1/A)

Universitas Indonesia, 2020


VIII. ANALISIS

Grafik hysteresis yang dihasilkan melalui percobaan dihasikan daru observasi


material feromagnetik. Grafik yang dihasilkan tersebut merupakan grafik dengan
Medan magnet dan Arus. Yang berasal dari variasi tegangan (V) dan Frekuensi (F)
yang diberikan pada lilitan yang terhubung dengan rangkaian alat percobaan. Ketika
rangkaian alat percobaan tersebut dihubungkan dengan sumber tegangan, maka
tegangan dan frekuensi bisa diatur sesuai dengan permintaan variasi. Setelah tegangan
dan frekuensi diberikan , akan terukur arus dan fluks magnet yang dihasilkan oleh
lilitan dan akan mempengaruhi besar kurva.
Variasi frekuensi pada ketiga tegangan yang berbeda akan menghasilkan ukuran
grafik histeresis yang berbeda pula. Setelah grafik dibuat, langkah selanjutnya adalah
membandingkan luas kurva antar kurva lainnya. Luasan kurva dipengaruhi oleh respon
dari tiap frekuensi pada bahan
Tegangan 1.5 Volt pada frekuensi 3 Hz memiliki luas yang paling kecil dari
tegangan lainnya. Tegangan 2.5 V pada frekuensi 2 Hz dan 3 Hz memiliki luas yang
paling besar. Luas kurva pada setiap grafik menunjukkan bahwa tegangan yang kecil
akan mengakibatkan arus yang masuk kecil, dan medan magnet yang dihasilkan kecil,
alhasil luasan kurvapun kecil, maka semakin mudah bahan tersebut untuk
dimagnetisasi, dan dihilangkan sifat magnetnya. Luas yang kecilpun
menandakan energi disipasi yang kecil. Seperti yang sudah kita ketahui, energi
disipasi adalah energi yang mengisi kekosongan loop, karena pada luasan yang kecil
loop berputar secara berulang-ulang, kekosongan pun lebih sedikit, sehingga energi
disipasinya lebih kecil. Sebaliknya, semakin besar arus, semakin luas kurva, semakin
susah bahan tersebut untuk menjadi magnet, dan energi disipasi yang
dihasilkanpun semakin besar pula.
Sekarang, apabila kita membandingkan luas kurva secara umum antar frekuensi
2 Hz dan 3 Hz, maka kurva pada 2 Hz jauh lebih besar. Hal tersebut menandakan energi
disipasi pada kurva 2 Hz lebih besar. Luas kurvapun mengindikasikan jenis material
dari magnet. Berdasarkan hasil grafik, bahan yang memiliki frekuensi 2 Hz berbahan
keras dan bahan yang memiliki frekuensi 3 Hz berbahan lunak.
Sebagai catatan, kurva histeresis yang praktikan dapatkan jauh dari kata
sempurna. Ujung kurva yang praktikan dapatkan tidak datar seperti teori, sehingga
praktikan mengasumsikan tidak terjadi saturasi dari data pengamatan yang praktikan
dapatkan. Namun praktikan tetap dapat menganalisis dari ukuran kurva tersebut, sebab
ukuran kurvapun mempengaruhi sifat magnet.

IX. KESIMPULAN

1. Grafik histeresis bergantung pada nilai Arus dan Medan Magnet pada setiap bahan,
sehingga berpengaruh pula pada besar tegangan dan besar frekuensi.

Universitas Indonesia, 2020


2. Frekuensi 2 Hz memiliki energi disipasi paling besar
3. Bahan termasuk kedalam material keras adalah bahan dengan frekuensi 2 Hz dan material
lunak ada pada bahan yang memiliki frekuensi 3 Hz
4. Semakin besar frekuensi yang diberikan, maka semakin kecil energi disipasi yang
dihasilkan sehingga material mudah dimagnetisasi atau dihilangkan sifat kemagnetannya
6. Semakin besar tegangan yang diberikan, maka semakin besar pula energi disipasi yang
dihasilkan sehingga material sulit untuk dimagnetisasi atau dihilangkan sifat
kemagnetannya.

REFERENSI
• https://www.goudsmitmagnets.com/en/wiki/198/hysteris-in-ferromagnetic-materials-bh-
curve yang diakses pada 15 April 2020 Pukul 20.00
• https://www.electronics-tutorials.ws/electromagnetism/magnetic-hysteresis.html yang
diakses pada 15 April 2020 Pukul 21.15
• LD. Didactic. Solid-state-physics, magnetism, Ferromagnetic hysteresis
• https://Hyperphysics.phy-ast-gsu.edu/hbase/solid/hyst yang diakses pada 16 April 2020
Pukul 19.15
• Hayt, William H. dan Buck, John A. 2006. Engeneering Electromagnetics 7th Edition.
Erlangga ; Jakarta

Universitas Indonesia, 2020


TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan bagaimana terbentuknya kurva hysteresis? Gambarkan kurvanya dan beri notasi!
Kurva histeresis adalah grafik terbentuk ketika sebuah
benda berbahan ferromagnet dimagnetisasi secara
searah, maka medan yang dimagnetisasi tersebut tidak
akan kembali ke nol ketika magnetisasi dihilangkan
secara paksa. Keadaan tersebut hanya dapat kembali
ke nol oleh medan yang arahnya berlawanan. Jika
medan magnet bergerak secara bolak-balik,
magnetisasinya akan menghasilkan putaran (loop).

2. Variabel apa saja yang kalian ukur pada praktikum ini?


Tegangan dan arus yang menghasilkan arus dan Flux magnet yang disebut Medan magnet
Internal (M) dan Medan Magnet Eksternal (H)

3. Apa itu feromagnetik dan berikan contoh bahkan feromagnetik!


feromagnetik adalah benda-benda yang dapat ditarik dengan kuat oleh magnet. Pada
feromagnetik, arah momen magnet spin searah dengan medan magnet luar, dan
resultan medan magnet sangat besar. Ketika arus magnetisasi yang mengalir pada
bahan ini arahnya bolak-balik, maka akan terjadi loop histeresis.

Contoh feromagnetik adalah baja, besi, kobalt, dan nikel.

4. Apa objektif dari praktikum ini?


Mendapatkan kurva fungsi pada nilai Medan Magnet Internal dan Medan Magnet
Eksternal. Berasal dari variasi tegangan dan frekuensi yang disambungkan pada lilitan
yang disambungkan pada alat percobaan. Kurva fungsi ditentukan untuk menghasilkan
atau menentukan material bahan yang digunakan sesuai dengan bentuk yang dihasilkan
pada kurva tersebut

Universitas Indonesia, 2020

Anda mungkin juga menyukai