Anda di halaman 1dari 4

PENGUKURAN FLUX NETRON

I. Tujuan percobaan :
Mengukur besarnya flux netron dan analisis spektrum netron suatu medan netron
dengan metode aktivasi.

II. Dasar Teori.


II.1. Pengukuran Flux Netron.
Radiasi netron dapat dideteksi/diukur dengan dua metode, yaitu langsung dan tidak
langsung. Metode langsung adalah suatu metode mendeteksi/mengukur netron dengan
detektor netron BF3,Fission Chamber (FC), dan Compensated Ionization Chamber (CIC).
Metode tidak langsung adalah suatu cara mendeteksi/mengukur netron dengan cara mengukur
aktivitas dari suatu bahan detektor setelah diaktivasi dalam suatu medan netron.
Pada percobaan ini flux netron diukur dengan metode tidak langsung yang lebih
dikenal dengan metode aktivasi. Bahan detektor yang umum digunakan untuk pengukuran
flux dan analisis spektrum netron adalah gold (Au), indium (In), cuprum (Cu), iron (Fe) dan
lain-lain. Bahan detektor tersebut dikenal sebagai detektor foil atau foil saja. Suatu material
apabila dimasukkan dalam medan netron akan terjadi reaksi inti antara atom material dengan
netron, dalam percobaan ini akan dipilih bahan yang menghasilkan reaksi netron-gamma
(n,). Suatu bahan yang memancarkan sinar radioaktif disebut zat radioaktif. Besarnya
radioaktivitas gamma dari suatu zat radioaktif dapat diukur dengan teknik pencacahan
gamma dengan menggunakan detektor GM atau HPGe.
Produksi radioisotop dari suatu bahan yang diletakkan dalam medan netron
bergantung pada flux netron dan tampang lintang aktivasinya. Laju pembentukan radioisotop
dari suatu bahan dengan volume V di dalam medan netron dengan flux Q dan mempunyai
tampang lintang aktivasi ac dinyatakan dengan persamaan sbb :

R =  ac  V (1)
Persamaan (1) menyatakan laju pembentukan radioisotop dari suatu unsur dengan volume V.
Apabila laju peluruhan yang terjadi di dalam radioisotop yang terbentuk tersebut ikut
dipertimbangkan, maka laju pembentukan radioisotop tersebut menjadi sbb :

N
=  ac  V -  N (2)
t
N adalah jumlah atom radioisotop yang terbentuk dan  adalah konstanta peluruhannya.
Integrasi persamaan (2) untuk selang waktu iradiasi t1 akan menghasilkan persamaan sbb:

 1 - exp (- t1 ) 
N1 =  ac  V  (3)
  

N1 adalah jumlah atom radioisotop yang terbentuk setelah nuklida target teriradiasi selama t 1
. Jumlah radioisotop tersebut dapat dinyatakan dalam besaran aktivitas yang dituliskan
dengan mengkalikan persamamaan (3) dengan konstanta peluruhannya, yaitu :

 1 - exp (- t1 ) 
A =  N1 =   ac  V  (4)
  

Aktivitas dari suatu radioisotop dapat diukur dengan mencacah radiasi gamma yang
dipancarkannya, dengan sistem pencacah gamma. Di dalam praktek tidak pernah dapat
dilakukan pencacahan langsung setelah foil di iradiasi tetapi perlu menunggu beberapa
waktu, untuk peluruhan agar radiasi tidak melebihi batas keselamatan radiasi yang diijinkan.
di dalam sistem.pencacahan. Adanya penundaan pencacahan tersebut berarti radioisotop
akan meluruh sebesar exp - (t2 - t1) bagian dari aktivitas setelah teriradiasi. Di dalam saat
pencacahan juga terjadi peluruhan radioisotop sebesar exp - (tc) bagian dari saat awal
pencacahan.
Adanya kenyataan seperti tersebut diatas, maka dalam perhitungan aktivitas suatu foil
diperlukan adanya koreksi-koreksi karena peluruhan radioisotop selama pembentukan, waktu.
tunggu dan waktu pencacahan. Bila hasil pencacahan adalah C cacah/detik maka aktivitas
dari foil dapat dinyatakan dengan persamaan sbb :

C
As = (5)
{1 - exp -  t1} { exp -  (t 2 - t1 )} { 1 - exp -  t c }

Apabila iradiasi foil cukup lama sehingga tercapai aktivitas jenuh dan aktivitas diukur dengan
sistem cacah yang mempunyai efisiensi , maka besarnya aktivitas jenuh dinyatakan dengan
persamaan sbb :

As =   ac  V (6)

Dari substitusi persamaan (5) ke dalam persamaan (6) menghasilkan hubungan antara flux
netron dengan cacah radioisotop yang dituliskan sbb :
C
 = (7)
  ac V{1 - exp -  t1} { exp -  (t 2 - t1 )} { 1 - exp -  t c }

II.2. Spektrum Netron.


Flux netron yang ada di dalam teras reaktor nuklir mempunyai distribusi energi dari
energi tinggi (netron fisi) sampai dengan energi termal (0,025 ev). Untuk analisis spektrum
netron dari suatu medan netron dapat digunakan metode aktivasi. Reaksi antara netron
dengan suatu materi bergantung pada besarnya tampang lintang netronik materi yang
bersangkutan. Ternyata besarnya tampang lintang netronik suatu material mempunyai
korelasi dengan energi netron yang akan bereaksi. Dengan demikian setiap unsur
mempunyai kepekaan bereaksi dengan netron pada interval energi tertentu saja atau mulai
dari suatu energi tertentu, oleh karena itu di dalam metode aktivasi dikenal adanya detektor
resonansi dan ambang. Dengan sifat bahan tersebut, maka dapat dilakukan spektrometri
netron.
Spektrum netron dengan metode aktivasi adalah suatu analisis spektrum netron
dengan mengaktivasi beberapa bahan detektor netron yang mempunyai energi ambang yang
tidak sama. Dari , aktivitas hasil iradiasi beberapa detektor foil tersebut, kemudian digunakan
untuk data masukan suatu paket program SANDII (Spectrum Neutron Analysis by Neutron
Dosimetry II). Keluaran program SANDII tersebut berupa hasil perhitungan spektrum netron
dan flux rerata keseluruhan.
III. Alat Yang Digunakan.
1. Reaktor (fasilitas iradiasi pneumatik).
2. Pneumatik transfer system
3. Sistem pencacah gamma dengan HPGe.
4. Komputer
5. Detektor foil (Au, In)

IV. Prosedur percobaan.


1. Lakukan aktivasi foil melalui pneumatik selama 1 menit secara automatik dan catat
waktu saat masuk dan keluarnya detektor dari teras.
2. Ukur paparan detektor foil, apabila paparannya dibawah 10 mR, maka pencacahan
dapat dilaksanakan. Catat waktu mulai pencacahan. Pencacahan dilakukan selama lima
menit.
3. Catat cacah yang diperoleh, data ini sebagai dasar untuk perhitungan flux neytron.
4. Tiap selesai pencacahan, foil harus ditaruh pada konteiner yang telah disediakan.

Anda mungkin juga menyukai