Rangkaian Sederhana
Nathaniel – 2206813681, Adinda Lestari - 2206050693
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia
Depok, Jawa Barat 16436
nathaniel@ui.ac.id
Pengujian komponen menggunakan alat ukur merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memastikan bahwa
komponen yang digunakan dalam suatu sistem atau produk memenuhi standar kualitas dan spesifikasi yang telah
ditetapkan.suatu objek. Alat ukur yang digunakan dalam pengujian komponen dapat berupa alat ukur sederhana
seperti multimeter, alat pengukur keausan, atau alat pengukur dimensi seperti mikrometer, ataupun alat ukur yang
lebih canggih seperti spektrometer atau osiloskop. Pada praktikum Modul 1 ini, praktikan akan menguji tegangan
dan arus pada rangkaian dioda sederhana, mengukur tegangan AC sederhana, serta mempelajari dan membuktikan
Teorema Thevenin dengan menyederhanakan rangkaian kompleks.
a) Voltmeter
- Penggunaannya dipasang secara paralel dengan 3. Menguji Resistor
komponen yang akan diukur tegangannya. Resistor atau tahanan dapat putus akibat pemakaian
- Memperhatikan jenis tegangannya (AC atau DC) ataupun umur pakai. Apabila resistor putus maka
sebelum melakukan pengukuran. rangkaian elektronika yang kita buat tidak dapat
bekerja atau mengalami cacat. Berikut adalah langkah-
- Apabila tidak diketahui daerah tegangan yang langkah untuk menguji resistor:
akan diukur, dapat menggunakan batas ukuran
yang terbesar dan menggunakan voltmeter yang a) Memutar saklar pemilih pada posisi ohmmeter.
memiliki impedansi input tinggi. b) Menempelkan masing-masing probe pada ujung-
b) Amperemeter ujung resistor, dengan catatan tangan praktikan
tidak menyentuh kedua ujung kawat resistor
- Penggunaannya dipasang secara seri pada jalur secara bersamaan.
yang akan diukur arusnya.
c) Jika jarum bergerak maka resistor dalam keadaan
- Apabila daerah kerja arus yang akan mengalir baik, jika jarum penunjuk tidak bergerak maka
tidak diketahui, maka dapat menggunakan resistor telah putus.
daerah pengukuran yang terbesar dari
amperemeter yang digunakan.
c) Ohmmeter 4. Menguji Kondensator Elco
Untuk mengukur nilai hambatan, titik awal Sebelum dipasang pada rangkaian, kapasitor harus
pengukuran di nol kan terlebih dahulu dengan cara diuji terlebih dahulu keadaannya atau Ketika membeli
menghubungkan probe kutub (+) dan (–) lalu di took, perlu dipastikan bahwa elco tersebut dalam
mengatur jarum penunjuk agar tepat di titik nol. keadaan baik yang dapat diuji dengan langkah berikut.
a) Memutar saklar pemilih pada posisi ohmmeter.
5. Menguji Dioda
7. Menggunakan Signal Generator
a) Memutar saklar pemilih pada posisi ohmmeter.
Signal generator dapat menghasilkan teganga berupa
b) Menempelkan probe positif pada kutub katoda tegangan DC maupun tegangan AC yang frekuensi
dan probe negatif pada kutub anoda. Perhatikan dan amplitudonya dapat kita atur. Bagian yang
jarum penunjuk, jika jarum bergerak berarti menghasilkan tegangan DC dinamakan DC Power.
diode dalam keadaan baik sedangkan jika jarum Keluarannya terdiri dari +5 V, -5 V, 0 ~ +15 V dan 0
diam berarti dioda telah putus. ~ -15 V.
c) Selanjutnya, membalik pemasangan probe Pada bagian yang menghasilkan sinyal AC dinamakan
kemudian memperhatikan jarum penunjuk. Jika Function Generator. Pada bagian ini tombol frequency
jarum diam berarti dioda dalam keadaan baik berguna untuk mengatur frekuensi sinyal keluaran,
sedangkan jika jarum bergerak berarti dioda sedangkan tombol amplitude berguna untuk mengatur
dalam keadaan rusak. amplitudo sinyal keluaran. Bentuk sinyal keluaran
dapat diatur menjadi sinyal kotak, segitiga, atau
sinusoidal melalui tombol function.
6. Menggunakan Osiloskop
Osiloskop dapat mengukur tegangan AC dan DC serta
memperlihatkan bentuk gelombangnya. Sebelum 8. Teorema Thevenin
menggunakan osiloskop, sebaiknya melakukan Teorema Thevenin adalah salah satu teorema yang
kalibrasi pada osiloskop terlebih dahulu. berguna untuk analisis rangkaian listrik. Teorema
Cara mengkalibrasikan osiloskop sebagai berikut: Thevenin menunjukkan bahwa keseluruhan rangkaian
listrik tertentu yang tidak memiliki beban listrik, dapat
a) Menghidupkan osiloskop. diganti dengan rangkaian ekivalen yang hanya
mengandung sumber tegangan listrik independen
b) Mengatur fokus dan tingkat kecerahan gambar dengan sebuah resistor yang terhubung secara seri,
pada osiloskop. sedemikian hingga hubungan antara arus listrik dan
tegangan listrik pada beban listrik tidak berubah.
c) Memasang kabel pengukur pada osiloskop (bisa
Rangkaian baru hasil dari aplikasi teorema Thevenin
pada channel X atau Y).
disebut dengan rangkaian ekivalen Thevenin. Teorema
d) Mengatur coupling pada posisi AC. ini dinamakan sesuai dengan penemunya, seorang
insinyur berkebangsaan Prancis, M. L. Thévenin.
e) Menempelkan kabel pengukur negatif/ground Penggunaan utama dari teorema Thevenin adalah
(berwarna hitam pada ground yang terdapat di menyederhanakan Sebagian besar dari rangkaian
osiloskop). dengan rangkaian ekivalen yang sederhana.
f) Menempelkan kabel pengukur positif (biasanya
berwarna merah) pada tempat untuk
mengkalibrasi yang ada pada osiloskop.
TEORI TAMBAHAN satu tegangan tunggal dan satu resistor yang terhubung
secara seri.” Berikut adalah cara menghitung suatu
1. BreadBoard rangkaian dengan teorema Thevenin.
BreadBoard adalah sirkuit elektronik yang merupakan 1. Lepaskan Resistor Beban
wadah untuk komponen elektronika sebelum disolder
sehingga memungkinkan untuk merubah skema atau 2. Hitung atau ukur tegangan rangkaian terbukanya.
melakukan penggantian komponen. BreadBoard ini Tegangan inilah disebut dengan Tegangan
cocok untuk tahap awal membuat rancangan skematik Thevenin atau Thevenin Voltage (VTH).
dari suatu rangkaian elektronik. BreadBoard memiliki
lubang-lubang yang saling terhubung secara vertikal 3. Lepaskan sumber arus listriknya dan
dan horizontal. (Agus Faudin 2017) hubungsingkatkan sumber tegangannya.
4. Hitung atau ukur tegangan Resistansi rangkaian
terbuka tersebut. Resistansi ini disebut dengan
2. Mengukur Nilai Resistor Berdasarkan Kode Resistansi Thevenin atau Thevenin Resistance
Warna (RTH).
Resistor yang berbentuk Axial biasanya memiliki 4 5. Gambarkan lagi suatu rangkaian baru
sampai 5 gelang warna. Makna dari warna-warna berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada
tersebut adalah: langkah 2 yaitu tegangan rangkaian terbuka
(VTH) sebagai tegangan sumber dan Resistansi
- Hitam =0 Thevenin (RTH) pada pengukuran di langkah 4
sebagai Resistor yang dihubungkan secara seri.
- Coklat =1
Hubungkan kembali Resistor Beban yang kita
- Merah =2 lepaskan di langkah 1. Rangkaian inilah sebagai
Rangkaian Ekivalen Thevanin atau rangkaian
- Orange =3 rumit yang telah disederhanakan berdasarkan
teorema Thevenin.
- Kuning =4
6. Langkah yang terakhir adalah temukan arus
- Hijau =5 listrik yang melalui Resistor Beban tersebut
- Biru =6 dengan menggunakan Hukum Ohm (ITH =
VTH/(RTH + RL)
- Ungu =7
(Anggara 2019)
- Abu-abu =8
- Putih =9
ALAT DAN KOMPONEN YANG
- Emas = 5% DIGUNAKAN
- Perak = 10% No. Alat / Komponen Keterangan / Jumlah
Tipe
- Tak berwarna = 20%
1 Multimeter - 1
Cara menghitungnya yaitu; gelang pertama
menunjukkan angka pertama, gelang kedua 2 Osiloskop - 1
menunjukkan angka kedua, gelang ketiga
menunjukkan jumlah angka nol setelah angka kedua, 3 Signal Generator - 1
dan gelang keempat menunjukkan toleransi dari nilai 4 Resistor 1k 3
resistor tersebut. (Dickson Kho 2014)
5 Diode - 1
CARA KERJA
2. Percobaan Thevenin
a. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 1.4
b. Memberi tegangan baterai E sesuai yang telah
ditentukan.
c. Mengukur tegangan output.
d. Menghitung RThevenin dan VThevenin berdasarkan
rangkaian pada gambar 1.4.
e. Mengubah rangkaian pada Gambar 1.4 menjadi
rangkaian ekivalen Thevenin seperti pada
Gambar 1.5
f. Memberi resistor beban pada output sebesar
10KΩ.
g. Mengukur arus yang mengalir melalui RLoad.
HASIL
A. Rangkaian DC 4V
Gambar 3.2.5 Mengukur VBC Pada Rangkaian DC 6V Gambar 3.2.8 Mengukur IBC-R1 Pada Rangkaian DC 6V
Gambar 3.2.6 Mengukur VAC Pada Rangkaian DC 6V Gambar 3.2.9 Mengukur IBC-R2 Pada Rangkaian DC 6V
C. Rangkaian DC 10V
Gambar 3.4.5 Mengukur VBC Pada Rangkaian DC 12V Gambar 3.4.8 Mengukur IBC-R1 Pada Rangkaian DC 12V
Gambar 3.4.6 Mengukur VAC Pada Rangkaian DC 12V Gambar 3.4.9 Mengukur IBC-R2 Pada Rangkaian DC 12V
E. Rangkaian AC 6VPP
Simulasi Hasil
VA = 4V VA = 4.04V
VB = 3.42V VB = 3.39V
VC = 0V VC = 0.3mV
VAB = 584mV VAB = 650mV
VBC = 3.42V VBC = 3.37V
IA = 6.83mA VAC = 4.03V
IBC-RI = 3.42mA IA = 6.88mA
IBC-R2 = 3.42mA IBC-RI = 3.33mA
IBC-R2 = 3.45mA
Vin = 4V DC
VA = 6V VA = 6V
VB = 5.40V VB = 5.25V
VC = 0V VC = 0.3mV
VAB = 596mV VAB = 672mV
VBC = 5.40V VBC = 5.16V
IA = 10.8mA VAC = 5.76V
IBC-RI = 5.40mA IA = 10.61mA
IBC-R2 = 5.40mA IBC-RI = 5.28mA
IBC-R2 = 5.38mA
Vin = 6V DC
VA = 10V VA = 10.03V
VB = 9.39V VB = 9.31V
VC = 0V VC = 1.9mV
VAB = 610mV VAB = 699mV
VBC = 9.39V VBC = 9.33V
IA = 18.8mA VAC = 10.03V
IBC-RI = 9.39mA IA = 19mA
IBC-R2 = 9.39mA IBC-RI = 9.49mA
IBC-R2 = 9.54mA
Vin = 10V DC
VA = 12V VA = 12.08V
VB = 11.4V VB = 11.37V
VC = 0V VC = 1.9mV
VAB = 615mV VAB = 708mV
VBC = 11.4V VBC = 11.36V
IA = 22.8mA VAC = 12.07V
IBC-RI = 11.4mA IA = 23.21mA
IBC-R2 = 11.4mA IBC-RI = 11.58mA
IBC-R2 = 11.66mA
Vin = 12V DC
VA
VAB
VB
VBC
VC
Vin = 6VPP AC
VA
VAB
VB
VBC
VC
Vin = 12VPP AC
Simulasi Hasil
Vin = 12V DC
ILoad = 52.1μA
ILoad = 65.2μA
Vin = 0.690V DC