Anda di halaman 1dari 31

Menguji Komponen dan Menggunakan Alat Ukur pada

Rangkaian Sederhana
Nathaniel – 2206813681, Adinda Lestari - 2206050693
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia
Depok, Jawa Barat 16436
nathaniel@ui.ac.id

Pengujian komponen menggunakan alat ukur merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memastikan bahwa
komponen yang digunakan dalam suatu sistem atau produk memenuhi standar kualitas dan spesifikasi yang telah
ditetapkan.suatu objek. Alat ukur yang digunakan dalam pengujian komponen dapat berupa alat ukur sederhana
seperti multimeter, alat pengukur keausan, atau alat pengukur dimensi seperti mikrometer, ataupun alat ukur yang
lebih canggih seperti spektrometer atau osiloskop. Pada praktikum Modul 1 ini, praktikan akan menguji tegangan
dan arus pada rangkaian dioda sederhana, mengukur tegangan AC sederhana, serta mempelajari dan membuktikan
Teorema Thevenin dengan menyederhanakan rangkaian kompleks.

PENDAHULUAN TEORI DASAR


Komponen elektronika adalah bagian-bagian kecil
dari suatu rangkaian elektronika yang memiliki fungsi
tertentu. Komponen-komponen ini terdiri dari
berbagai macam jenis, seperti resistor, kapasitor,
induktor, dioda, transistor, dan lain sebagainya.
Komponen-komponen ini dipilih dan disusun dalam
sebuah rangkaian elektronika untuk menciptakan
fungsi tertentu, seperti penguat sinyal, filter, regulator,
dan lain sebagainya.
Pada saat merakit sebuah rangkaian elektronika,
penting untuk memastikan bahwa komponen-
komponen elektronika yang digunakan memiliki nilai-
nilai yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan dalam
rangkaian tersebut. Oleh karena itu, alat ukur seperti Gambar 1.1 Multimeter
multimeter dan oscilloscope sangat diperlukan untuk
memastikan nilai-nilai tersebut.
1. Menggunakan Multimeter
Multimeter digunakan untuk mengukur nilai-nilai
seperti tegangan, arus, dan resistansi pada komponen- Multimeter adalah alat ukur elektronika yang dipakai
komponen elektronika. Sementara itu, oscilloscope untuk menguji atau mengukur suatu komponen,
digunakan untuk mengamati bentuk gelombang sinyal mengetahui kedudukan kaki-kaki komponen, dan
listrik dan mengukur frekuensi serta amplitudo besar nilai komponen yang diukur. Multimeter
gelombang tersebut. memiliki bagian-bagian penting, di antaranya adalah:
Secara keseluruhan, komponen elektronika dan alat 1. Submenu Display
ukur adalah bagian yang sangat penting dalam dunia
elektronika. Dengan memahami dan menggunakan 2. Hold/Light Button
keduanya dengan benar, kita dapat merakit rangkaian
elektronika yang tepat dan memperbaiki peralatan 3. Input Current Probe Port
elektronika yang rusak dengan lebih efektif. 4. Main Display
5. Sub Selection Button
6. Function Selector
7. Input Probe Port • Transistor NPN
8. Common Probe Port Menempelkan probe negatif pada basis dan probe
positif pada kolektor. Jika jarum bergerak, maka
transistor dalam keadaan baik. Sedangkan apabila
Berikut ini beberapa ketentuan untuk menggunakan pada salah satu pengukuran jarum tidak bergerak,
multimeter : maka transistor dalam keadaan rusak.

a) Voltmeter
- Penggunaannya dipasang secara paralel dengan 3. Menguji Resistor
komponen yang akan diukur tegangannya. Resistor atau tahanan dapat putus akibat pemakaian
- Memperhatikan jenis tegangannya (AC atau DC) ataupun umur pakai. Apabila resistor putus maka
sebelum melakukan pengukuran. rangkaian elektronika yang kita buat tidak dapat
bekerja atau mengalami cacat. Berikut adalah langkah-
- Apabila tidak diketahui daerah tegangan yang langkah untuk menguji resistor:
akan diukur, dapat menggunakan batas ukuran
yang terbesar dan menggunakan voltmeter yang a) Memutar saklar pemilih pada posisi ohmmeter.
memiliki impedansi input tinggi. b) Menempelkan masing-masing probe pada ujung-
b) Amperemeter ujung resistor, dengan catatan tangan praktikan
tidak menyentuh kedua ujung kawat resistor
- Penggunaannya dipasang secara seri pada jalur secara bersamaan.
yang akan diukur arusnya.
c) Jika jarum bergerak maka resistor dalam keadaan
- Apabila daerah kerja arus yang akan mengalir baik, jika jarum penunjuk tidak bergerak maka
tidak diketahui, maka dapat menggunakan resistor telah putus.
daerah pengukuran yang terbesar dari
amperemeter yang digunakan.
c) Ohmmeter 4. Menguji Kondensator Elco

Untuk mengukur nilai hambatan, titik awal Sebelum dipasang pada rangkaian, kapasitor harus
pengukuran di nol kan terlebih dahulu dengan cara diuji terlebih dahulu keadaannya atau Ketika membeli
menghubungkan probe kutub (+) dan (–) lalu di took, perlu dipastikan bahwa elco tersebut dalam
mengatur jarum penunjuk agar tepat di titik nol. keadaan baik yang dapat diuji dengan langkah berikut.
a) Memutar saklar pemilih pada posisi ohmmeter.

2. Menguji Transistor b) Memperhatikan tanda negative dan positif yang


ada pada badan elco dan lurus pada salah satu
Pada transistor biasanya letak kaki kolektor berada di kaki.
pinggir dan diberi tanda titik atau lingkaran kecil.
Sedangkan kaki basis biasanya terletak di antara c) Menempelkan probe negatif pada kaki positif (+)
kolektor emitor. dan probe positif pada kaki negative (–).

• Transistor PNP d) Memperhatikan gerakan jarum penunjuk. Jika


jarum bergerak ke kanan kemudian kembali ke
a. Memastikan saklar pada multimeter menunjuk kiri berarti kondensator elco dalam keadaan baik.
pada ohmmeter. Jika jarum bergerak ke kanan kemudian ke kiri
namun tidak penuh berarti kondensator elco
b. Menentukan kaki kolektor, basis, dan emitornya. dalam keadaan rusak. Jika jarum bergerak ke
kanan kemudian tidak kembali ke kiri (berhenti)
c. Menempelkan probe positif pada basis dan probe
berarti kondensator dalam keadaan bocor. Jika
negatif pada kolektor. Jika pada kedua
jarum tidak bergerak sama sekali berarti
pengukuran pada poin a dan b jarum bergerak,
kondensator elco putus.
maka transistor dalam keadaan baik. Sebaliknya,
apabila pada salah satu pengukuran jarum tidak
bergerak maka transistor dalam keadaan rusak.
g) Memutar saklar pemilih variable Volt/Div pada
0,5 V.
h) Memutar saklar pemilih variable Sweep
Time/Div pada 0,5 ms.
i) Mengatur agar gelombang yang muncul di
monitor sama dengan garis-garis kotak yang ada
pada layar monitor osiloskop dengan menggerak-
gerakan tombol merah atau kuning yang ada pada
saklar pemilih variable Volt/Div dan Sweep
Gambar 1.2 Osiloskop Time/Div sehingga gelombang kotak yang ada
sebesar 0,5 VPP.

5. Menguji Dioda
7. Menggunakan Signal Generator
a) Memutar saklar pemilih pada posisi ohmmeter.
Signal generator dapat menghasilkan teganga berupa
b) Menempelkan probe positif pada kutub katoda tegangan DC maupun tegangan AC yang frekuensi
dan probe negatif pada kutub anoda. Perhatikan dan amplitudonya dapat kita atur. Bagian yang
jarum penunjuk, jika jarum bergerak berarti menghasilkan tegangan DC dinamakan DC Power.
diode dalam keadaan baik sedangkan jika jarum Keluarannya terdiri dari +5 V, -5 V, 0 ~ +15 V dan 0
diam berarti dioda telah putus. ~ -15 V.
c) Selanjutnya, membalik pemasangan probe Pada bagian yang menghasilkan sinyal AC dinamakan
kemudian memperhatikan jarum penunjuk. Jika Function Generator. Pada bagian ini tombol frequency
jarum diam berarti dioda dalam keadaan baik berguna untuk mengatur frekuensi sinyal keluaran,
sedangkan jika jarum bergerak berarti dioda sedangkan tombol amplitude berguna untuk mengatur
dalam keadaan rusak. amplitudo sinyal keluaran. Bentuk sinyal keluaran
dapat diatur menjadi sinyal kotak, segitiga, atau
sinusoidal melalui tombol function.
6. Menggunakan Osiloskop
Osiloskop dapat mengukur tegangan AC dan DC serta
memperlihatkan bentuk gelombangnya. Sebelum 8. Teorema Thevenin
menggunakan osiloskop, sebaiknya melakukan Teorema Thevenin adalah salah satu teorema yang
kalibrasi pada osiloskop terlebih dahulu. berguna untuk analisis rangkaian listrik. Teorema
Cara mengkalibrasikan osiloskop sebagai berikut: Thevenin menunjukkan bahwa keseluruhan rangkaian
listrik tertentu yang tidak memiliki beban listrik, dapat
a) Menghidupkan osiloskop. diganti dengan rangkaian ekivalen yang hanya
mengandung sumber tegangan listrik independen
b) Mengatur fokus dan tingkat kecerahan gambar dengan sebuah resistor yang terhubung secara seri,
pada osiloskop. sedemikian hingga hubungan antara arus listrik dan
tegangan listrik pada beban listrik tidak berubah.
c) Memasang kabel pengukur pada osiloskop (bisa
Rangkaian baru hasil dari aplikasi teorema Thevenin
pada channel X atau Y).
disebut dengan rangkaian ekivalen Thevenin. Teorema
d) Mengatur coupling pada posisi AC. ini dinamakan sesuai dengan penemunya, seorang
insinyur berkebangsaan Prancis, M. L. Thévenin.
e) Menempelkan kabel pengukur negatif/ground Penggunaan utama dari teorema Thevenin adalah
(berwarna hitam pada ground yang terdapat di menyederhanakan Sebagian besar dari rangkaian
osiloskop). dengan rangkaian ekivalen yang sederhana.
f) Menempelkan kabel pengukur positif (biasanya
berwarna merah) pada tempat untuk
mengkalibrasi yang ada pada osiloskop.
TEORI TAMBAHAN satu tegangan tunggal dan satu resistor yang terhubung
secara seri.” Berikut adalah cara menghitung suatu
1. BreadBoard rangkaian dengan teorema Thevenin.
BreadBoard adalah sirkuit elektronik yang merupakan 1. Lepaskan Resistor Beban
wadah untuk komponen elektronika sebelum disolder
sehingga memungkinkan untuk merubah skema atau 2. Hitung atau ukur tegangan rangkaian terbukanya.
melakukan penggantian komponen. BreadBoard ini Tegangan inilah disebut dengan Tegangan
cocok untuk tahap awal membuat rancangan skematik Thevenin atau Thevenin Voltage (VTH).
dari suatu rangkaian elektronik. BreadBoard memiliki
lubang-lubang yang saling terhubung secara vertikal 3. Lepaskan sumber arus listriknya dan
dan horizontal. (Agus Faudin 2017) hubungsingkatkan sumber tegangannya.
4. Hitung atau ukur tegangan Resistansi rangkaian
terbuka tersebut. Resistansi ini disebut dengan
2. Mengukur Nilai Resistor Berdasarkan Kode Resistansi Thevenin atau Thevenin Resistance
Warna (RTH).

Resistor yang berbentuk Axial biasanya memiliki 4 5. Gambarkan lagi suatu rangkaian baru
sampai 5 gelang warna. Makna dari warna-warna berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada
tersebut adalah: langkah 2 yaitu tegangan rangkaian terbuka
(VTH) sebagai tegangan sumber dan Resistansi
- Hitam =0 Thevenin (RTH) pada pengukuran di langkah 4
sebagai Resistor yang dihubungkan secara seri.
- Coklat =1
Hubungkan kembali Resistor Beban yang kita
- Merah =2 lepaskan di langkah 1. Rangkaian inilah sebagai
Rangkaian Ekivalen Thevanin atau rangkaian
- Orange =3 rumit yang telah disederhanakan berdasarkan
teorema Thevenin.
- Kuning =4
6. Langkah yang terakhir adalah temukan arus
- Hijau =5 listrik yang melalui Resistor Beban tersebut
- Biru =6 dengan menggunakan Hukum Ohm (ITH =
VTH/(RTH + RL)
- Ungu =7
(Anggara 2019)
- Abu-abu =8
- Putih =9
ALAT DAN KOMPONEN YANG
- Emas = 5% DIGUNAKAN
- Perak = 10% No. Alat / Komponen Keterangan / Jumlah
Tipe
- Tak berwarna = 20%
1 Multimeter - 1
Cara menghitungnya yaitu; gelang pertama
menunjukkan angka pertama, gelang kedua 2 Osiloskop - 1
menunjukkan angka kedua, gelang ketiga
menunjukkan jumlah angka nol setelah angka kedua, 3 Signal Generator - 1
dan gelang keempat menunjukkan toleransi dari nilai 4 Resistor 1k 3
resistor tersebut. (Dickson Kho 2014)
5 Diode - 1

Tabel 1.1 Alat dan komponen yang digunakan


3. Teorema Thevenin
Teorema Thevenin menyatakan bahwa:
“Setiap rangkaian linier yang terdiri dari beberapa
tegangan dan resistor dapat digantukan dengan hanya
Gambar 2.1 Rangkaian Percobaan 1 Gambar 2.2 Rangkaian Percobaan 2

CARA KERJA

1. Mengukur Arus dan Tegangan pada


Rangkaian
a. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 1.3
dibawah ini.
b. Memberi tegangan baterai E (DC) sebesar 4 V, Gambar 2.3 Rangkaian Ekivalen Thevenin
6 V, 10 V dan 12 V.
c. Mengukur VA, VB, VC, VAB, VBC, IA, IBC-R1, dan
IBC-R2 dengan menggunakan multimeter.
d. Mengganti sumber tegangan dengan sumber
gelombang (generator fungsi) bentuk gelombang
sinus dengan tegangan 6 Vpp dan 12 Vpp.
e. Mengukur VA, VB, VC, VAB, VBC dengan
menggunakan osiloskop dan menggambar
hasilnya.

2. Percobaan Thevenin
a. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 1.4
b. Memberi tegangan baterai E sesuai yang telah
ditentukan.
c. Mengukur tegangan output.
d. Menghitung RThevenin dan VThevenin berdasarkan
rangkaian pada gambar 1.4.
e. Mengubah rangkaian pada Gambar 1.4 menjadi
rangkaian ekivalen Thevenin seperti pada
Gambar 1.5
f. Memberi resistor beban pada output sebesar
10KΩ.
g. Mengukur arus yang mengalir melalui RLoad.
HASIL

A. Rangkaian DC 4V

Gambar 3.1.4 Mengukur VAB Pada Rangkaian DC 4V

Gambar 3.1.1 Mengukur VA Pada Rangkaian DC 4V

Gambar 3.1.5 Mengukur VBC Pada Rangkaian DC 4V

Gambar 3.1.2 Mengukur VB Pada Rangkaian DC 4V

Gambar 3.1.6 Mengukur VAC Pada Rangkaian DC 4V

Gambar 3.1.3 Mengukur VC Pada Rangkaian DC 4V


B. Rangkaian DC 6V

Gambar 3.1.7 Mengukur IA Pada Rangkaian DC 4V

Gambar 3.2.1 Mengukur VA Pada Rangkaian DC 6V

Gambar 3.1.8 Mengukur IBC-R1 Pada Rangkaian DC 4V

Gambar 3.2.2 Mengukur VB Pada Rangkaian DC 6V

Gambar 3.1.9 Mengukur IBC-R2 Pada Rangkaian DC 4V

Gambar 3.2.3 Mengukur VC Pada Rangkaian DC 6V


Gambar 3.2.4 Mengukur VAB Pada Rangkaian DC 6V Gambar 3.2.7 Mengukur IA Pada Rangkaian DC 6V

Gambar 3.2.5 Mengukur VBC Pada Rangkaian DC 6V Gambar 3.2.8 Mengukur IBC-R1 Pada Rangkaian DC 6V

Gambar 3.2.6 Mengukur VAC Pada Rangkaian DC 6V Gambar 3.2.9 Mengukur IBC-R2 Pada Rangkaian DC 6V
C. Rangkaian DC 10V

Gambar 3.3.4 Mengukur VAB Pada Rangkaian DC 10V

Gambar 3.3.1 Mengukur VA Pada Rangkaian DC 10V

Gambar 3.3.5 Mengukur VBC Pada Rangkaian DC 10V

Gambar 3.3.2 Mengukur VB Pada Rangkaian DC 10V

Gambar 3.3.6 Mengukur VAC Pada Rangkaian DC 10V

Gambar 3.3.3 Mengukur VC Pada Rangkaian DC 10V


D. Rangkaian DC 12V

Gambar 3.3.7 Mengukur IA Pada Rangkaian DC 10V

Gambar 3.4.1 Mengukur VA Pada Rangkaian DC 12V

Gambar 3.3.8 Mengukur IBC-R1 Pada Rangkaian DC 10V

Gambar 3.4.2 Mengukur VB Pada Rangkaian DC 12V

Gambar 3.3.9 Mengukur IBC-R2 Pada Rangkaian DC 10V

Gambar 3.4.3 Mengukur VC Pada Rangkaian DC 12V


Gambar 3.4.4 Mengukur VAB Pada Rangkaian DC 12V Gambar 3.4.7 Mengukur IA Pada Rangkaian DC 12V

Gambar 3.4.5 Mengukur VBC Pada Rangkaian DC 12V Gambar 3.4.8 Mengukur IBC-R1 Pada Rangkaian DC 12V

Gambar 3.4.6 Mengukur VAC Pada Rangkaian DC 12V Gambar 3.4.9 Mengukur IBC-R2 Pada Rangkaian DC 12V
E. Rangkaian AC 6VPP

Gambar 3.5.4 Mengukur VAB PP dan VAB rms Pada


Rangkaian AC 6VPP
Gambar 3.5.1 Mengukur VA PP dan VA rms Pada Rangkaian
AC 6VPP

Gambar 3.5.5 Mengukur VBC PP dan VBC rms Pada


Rangkaian AC 6VPP
Gambar 3.5.2 Mengukur VB PP dan VB rms Pada Rangkaian
AC 6VPP

Gambar 3.5.6 Mengukur VAC PP dan VAC rms Pada


Rangkaian AC 6VPP
Gambar 3.5.3 Mengukur VC PP dan VC rms Pada Rangkaian
AC 6VPP
F. Rangkaian AC 12VPP

Gambar 3.6.4 Mengukur VAB PP dan VAB rms Pada


Rangkaian AC 12VPP
Gambar 3.6.1 Mengukur VA PP dan VA rms Pada Rangkaian
AC 12VPP

Gambar 3.6.5 Mengukur VBC PP dan VBC rms Pada


Rangkaian AC 12VPP
Gambar 3.6.2 Mengukur VB PP dan VB rms Pada Rangkaian
AC 12VPP

Gambar 3.6.6 Mengukur VAC PP dan VAC rms Pada


Rangkaian AC 12VPP
Gambar 3.6.3 Mengukur VC PP dan VC rms Pada Rangkaian
AC 12VPP
PEMBAHASAN
Pada praktikum Modul 1 ini, praktikan mempelajari
cara merangkai komponen elektronik dengan
ketentuan tertentu pada breadboard. Praktikan juga
mempelajari bagaimana cara mengukur tegangan dan
arus pada rangkaian DC menggunakan multimeter,
mengukur tegangan pada rangkaian AC menggunakan
osiloskop, serta mempelajari bagaimana cara
menyederhanakan rangkaian menggunakan Teorema
Thevenin.
Pada percobaan pertama, praktikan merakit rangkaian
elektronik sederhana menggunakan 3 resistor bernilai
1000 ohm, dan 1 dioda bertipe 1N4001. Praktikan
Gambar 3.7.1 Mengukur VOUT Pada Rangkaian DC 1.5V mengukur tegangan dan kuat arus dengan multimeter
di setiap node (titik persimpangan) dengan
memvariasikan tegangan yaitu; 4V, 6V, 10V, dan
12V. Praktikan juga mengukur tegangan
menggunakan osiloskop di setiap node (titik
persimpangan) dengan memvariasikan tegangan yaitu;
6VPP dan 12VPP
Pada percobaan kedua, praktikan merakit rangkaian
yang cukup kompleks dengan 3 resistor bernilai 1000
ohm. Praktikan mengukur tegangan output yang
keluar pada percabangan terakhir. Tegangan output
tersebut digunakan sebagai tegangan input pada
rangkaian yang sudah disederhanakan. Praktikan
menggunakan Teorema Thevein untuk mencari
hambatan pengganti pada rangkaian yang kompleks
untuk disederhanakan. Praktikan mengukur arus yang
Gambar 3.7.2 Mengukur ITH Pada Rangkaian DC 0.69V keluar pada rangkaian yang sudah disederhanakan
untuk membuktikan Teorema Thevenin.

Multimeter (voltmeter) dihubungkan secara parallel ke


titik tertentu untuk mengukur tegangan pada KESIMPULAN
rangkaian. Multimeter (amperemeter) dihubungkan
secara seri ke titik tertentu untuk mengukur kuat arus Pengukuran arus dan tegangan pada rangkaian dioda
pada rangkaian. Osiloskop digunakan untuk mengukur sederhana memungkinan jika multimeter digunakan
dan melihat gelombang tegangan AC (arus bolak dengan cara yang tepat. Dalam mengukur tegangan,
balik) pada rangkaian dengan sumber catu daya AC. voltmeter dihubungkan secara parallel. Sedangkan
dalam mengukur kuat arus, amperemeter dihubungkan
Rangkaian Thevenin pada Gambar 3.7.2 merupakan secara seri.
penyederhanaan dari rangkaian kompleks Gambar
3.7.1 dengan menggunakan tegangan dan hambatan Teorema Thevenin terbukti karena hasil perhitungan
yang sudah diukur dan dihitung untuk disederhanakan teorema dengan cenderung sama atau mirip dengan
menjadi tegangan Thevenin (VOUT) dan hambatan hasil pengukuran nyata.
Thevenin (RTH).
Rangkaian ekivalen Thevenin dapat dicapai dengan
mengganti resistor dengan hambatan Thevenin dan
mengganti tegangan sumber dengan tegangan output
pada rangkaian awal yang kompleks.
REFERENSI

1. Dickson Kho. (2014). Cara Menghitung Nilai


Resistor.. Indonesia: Teknik Elektronika
https://teknikelektronika.com/cara-menghitung-
nilai-resistor/
2. Agus Faudin. (2017). Memahami dengan
Mudah Apa Itu BreadBoard atau ProjectBoard.
Indonesia: Nyebarilmu
https://www.nyebarilmu.com/memahami-
dengan-mudah-apa-itu-breadboard-atau-project-
board/
3. Anggara Trisna Nugraha. (2019). Pengertian
Teorema Thevenin dan Cara Perhitungannya.
Indonesia: Teknik Elektronika
https://lecturer.ppns.ac.id/anggaratnugraha/2019
/09/23/pengertian-teorema-thevenin-dan-cara-
perhitungannya/.
LAMPIRAN

A. Percobaan 1 (Mengukur Arus dan Tegangan)

Simulasi Hasil

Hasil Tinkercad Hasil Percobaan

VA = 4V VA = 4.04V
VB = 3.42V VB = 3.39V
VC = 0V VC = 0.3mV
VAB = 584mV VAB = 650mV
VBC = 3.42V VBC = 3.37V
IA = 6.83mA VAC = 4.03V
IBC-RI = 3.42mA IA = 6.88mA
IBC-R2 = 3.42mA IBC-RI = 3.33mA
IBC-R2 = 3.45mA
Vin = 4V DC

VA = 6V VA = 6V
VB = 5.40V VB = 5.25V
VC = 0V VC = 0.3mV
VAB = 596mV VAB = 672mV
VBC = 5.40V VBC = 5.16V
IA = 10.8mA VAC = 5.76V
IBC-RI = 5.40mA IA = 10.61mA
IBC-R2 = 5.40mA IBC-RI = 5.28mA
IBC-R2 = 5.38mA
Vin = 6V DC

VA = 10V VA = 10.03V
VB = 9.39V VB = 9.31V
VC = 0V VC = 1.9mV
VAB = 610mV VAB = 699mV
VBC = 9.39V VBC = 9.33V
IA = 18.8mA VAC = 10.03V
IBC-RI = 9.39mA IA = 19mA
IBC-R2 = 9.39mA IBC-RI = 9.49mA
IBC-R2 = 9.54mA
Vin = 10V DC
VA = 12V VA = 12.08V
VB = 11.4V VB = 11.37V
VC = 0V VC = 1.9mV
VAB = 615mV VAB = 708mV
VBC = 11.4V VBC = 11.36V
IA = 22.8mA VAC = 12.07V
IBC-RI = 11.4mA IA = 23.21mA
IBC-R2 = 11.4mA IBC-RI = 11.58mA
IBC-R2 = 11.66mA
Vin = 12V DC

VA

VAB

VB
VBC

VC

Vin = 6VPP AC

VA
VAB

VB

VBC

VC
Vin = 12VPP AC

B. Percobaan 2 (Teorema Thevenin)

Simulasi Hasil

Hasil Tinkercad Hasil Percobaan

RThevenin = 1.5k RThevenin = 1.5k


VThevenin = 750mA VThevenin = 690mA

Vin = 12V DC
ILoad = 52.1μA
ILoad = 65.2μA

Vin = 0.690V DC

Anda mungkin juga menyukai