Anda di halaman 1dari 11

Aplikasi Transistor

Yuwanza Ramadhan – 1906285296


Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia
Depok, Jawa Barat 16436
yuwanza.ramadhan@ui.ac.id

Transistor adalah komponen listrik yang sangat berguna dalam berbagai rangkaian listrik karena ketiga jenis
modenya, yaitu saturasi, cut-off, dan aktif. Pemahaman mengenai cara memanfaatkan mode-mode transistor ini
penting untuk dimiliki agar rangkaian yang menggunakannya dapat bekerja dengan baik. Praktikum ini
mengeksplorasi berbagai aplikasi transistor dalam berbagai rangkaian, yang semuanya menggunakan setidaknya
satu dari tiga mode transistor. Rangkaian yang digunakan adalah rangkaian penguat tegangan, penguat arus,
rangkaian saklar, dan rangkaian cermin arus. Analisis teoritis sederhana juga dilakukan untuk membuat prediksi
kuantitatif atas perilaku rangkaian-rangkaian tersebut. Perbandingan antara hasil pengukuran dari keempat
rangkaian dan analisis teoritis menunjukkan adanya kecocokan antara teori dengan data yang didapat. Deviasi
yang dapat terlihat berasal dari efek dari komponen lain dan aproksimasi transistor ideal yang kurang akurat.

PENDAHULUAN
Semenjak penemuan transistor, komponen listrik ini
telah banyak digunakan untuk berbagai tujuan di
berbagai alat kelistrikan di seluruh dunia. Jika
digunakan dalam mode aktif, transistor dapat
digunakan dalam rangkaian amplifikasi. Hal ini sangat
berguna untuk berbagai alat yang mengharuskan untuk
menghasilkan sinyal output yang besar dari sinyal
input yang kecil. Sebagai contoh, speaker yang
terhubung ke mikrofon membutuhkan fungsi transistor
ini. Selain itu, mode cut-off dan saturasi transistor juga
dapat dimanfaatkan untuk rangkaian saklar.
Rangkaian jenis ini banyak digunakan dalam sensor
dan gerbang logika, sebagai fondasi dari elektronika
Gambar 2.1 Rangkaian Dasar Penguat Transistor
digital. Karena luasnya aplikasi transistor dan setiap
modenya tersebut, maka pemahaman mengenai cara
memanfaatkan transistor ke dalam rangkaian tertentu 1. Transistor sebagai penguat
enjadi penting. Praktikum ini dilakukan untuk Transistor sering dipergunakan sebagai penguat paling
mengeksplorasi aplikasi transistor yang menggunakan dasar. R1 dan R3 digunakan untuk memberikan
ketiga mode transistor tersebut. tegangan pada basis transistor dan menentukan titik
Laporan praktikum ini dibagi ke dalam beberapa tengah dari operasi transistor. Nilai R4 digunakan
bagian. Pada bagian Teori Dasar, praktikan untuk mengatur daerah arus bagi transistor dan R2
menjelaskan prinsip dasar dari empat rangkaian berpengaruh pada penguatan transistor. Jenis penguat
aplikasi transistor. Pada bagian Teori Tambahan, dibedakan berdasarkan kelas A, B dan C dan
praktikan memberikan penjelasan kuantitatif dalam berdasarkan perbedaan input yang akan digunakan
bentuk penurunan rumus yang relevan dan penguat diferensial.
penjelasannya. Pada bagian Cara Kerja, praktikan 2. Transistor sebagai sumber arus
menjelaskan metode pengambilan data yang dilakukan
pada keempat jenis rangkaian. Pada bagian Hasil, Transistor dapat digunakan sebagai sumber arus. Pada
praktikan melaporkan karakteristik umum dari hasil Gambar 2.2 terdapat rangkaian transisitor sebagai
pengukuran yang telah dilakukan. Pada bagian sumber arus. Kita dapat mengukur arus Ic pada
Pembahasan, praktikan mengekstrak informasi ampermeter yang dipasang seri pada LED.
penting yang bisa didapat dari data yang telah
didapatkan. 3. Transistor sebagai saklar

TEORI DASAR Pada bagian ini transistor digunakan sebagai saklar. R3


dapat berupa LDR atau sensor lain yang nilai
Gambar 2.2 Rangkaian Penguat Arus
Gambar 2.4 Cermin Arus
TEORI TAMBAHAN
Faktor penguatan pada rangkaian penguatan transistor
dipengaruhi oleh konfigurasi rangkaiannya. Untuk
pemodelan sederhana, transistor dianggap ideal,
sehingga beda tegangan pada Base dan Emitter tetap
konstan sebesar 𝑉 = 0,7 𝑉. Tegangan DC pada kaki
Base dapat dicari dengan menggunakan analisis
rangkaian pembagi tegangan.
𝑅
𝑉 =𝑉
𝑅 +𝑅
Gambar 2.3 Transistor sebagai Saklar
Tegangan DC ini bertujuan untuk mempertahankan
hambatannya berubah sesuai dengan besaran tertentu. transistor agar tetap dalam keadaan forward aktif.
Jika R3 nilainya berkurang hingga menyebabkan Q1 Tegangan input 𝑣 akan memberikan variasi bagi
tidak aktif maka beban tidak mendapat tegangan yang tegangan pada kaki Base. Karena selisih tegangan
cukup. Jika nilai R4 bertambah sehingga basis Q1 Base dan Emitter konstan, maka variasi tegangan AC
mendapat tegangan yang cukup untuk menyebabkan pada kaki Emitter juga sama dengan 𝑣 . Sehingga,
Q1 saturasi maka beban akan mendapat arus sehingga variasi arus AC pada kaki Emitter adalah
saklar ON. 𝑣
𝑖 =
4. Cermin Arus 𝑅

Aplikasi lain dari transistor adalah cermin arus, Dengan menggunakan pendekatan 𝑖 ≈ 𝑖 , maka
dimana kita dapat memiliki dua sumber arus yang variasi tegangan AC pada output adalah
sama. Arus pada R1, Q1 dapat dijadikan sebagai arus 𝑅
referensi bagi beban RL dengan nilai yang sama dan 𝑣 =𝑖 𝑅 =𝑣
tidak dipengaruhi oleh beban. Dengan kata lain kita 𝑅
memiliki metode lain guna mendapatkan sumber arus Penguatan tegangan rangkaian ini adalah
yang tidak dipengaruhi hambatan beban.
𝑣 𝑅
=
𝑣 𝑅
Perhatikan bahwa keberadaan kapasitor tidak
mempengaruhi penguatan rangkaian. Hal ini
dikarenakan peran kapasitor hanya sebagai komponen
yang dapat menahan tegangan DC yang berasal dari
𝑉 . Ini membuat tegangan output tidak mengandung
kontribusi tegangan DC.
Pada rangkaian penguat arus, outputnya tidak dalam nilai Vin dan Vout serta fase masing-masing
bentuk tegangan, tetapi arus. Karena adanya LED, tegangan.
maka karakteristik rangkaian ini akan cukup berbeda 2. Transistor sebagai penguat arus
daripada rangkaian penguat arus biasa. LED memiliki a. Meyusun rangkaian seperti pada Gambar 2.2.
karakteristik I-V yang cukup mirip dengan dioda pada b. Memberi Vbb sebesar 0 Volt, naikkan sebesar
umumnya. Dengan meninjau rangkaian ini dengan 1 sampai 12 Volt, dan mencatat arus yang
menggunakan Hukum Kirchoff 2, maka didapat mengalir pada R3 dan R1.
3. Transistor sebagai saklar
𝑉 −𝑉 − 𝐼 (𝑅 + 𝑅 ) − 𝑉 =0 a. Meyusun rangkaian pada Gambar 2.3.
𝑉 −𝐼 𝑅 −𝑉 −𝐼 𝑅 =0 b. Menghalangi cahaya yang jatuh pada LDR,
kemudian ukur IC dan VCE.
Dalam persamaan tersebut, diasumsikan bahwa arus c. Membuka penghalang cahaya pada LDR,
pada Emitter hampir sama dengan arus pada Collector. kemudian ukur IC dan VCE.
Penguatan arus pada rangkaian ini adalah 4. Cermin Arus
a. Menyusun rangkaian seperti pada Gambar
𝐼 2.4.
𝛽=
𝐼 b. Mengukur arus yang mengalir pada R1, R3, R4
dan RL.
Pada rangkaian cermin arus, kedua transistor yang c. Memvariasikan RL dengan nilai yang
digunakan adalah identik, sehingga arus yang berbeda.
mengalir pada kedua transistor harus sama. Hal ini
dikarenakan kedua transistor memiliki tegangan Base HASIL
yang sama, dan dibiaskan dengan tegangan 𝑉 yang
sama. Sehingga, hubungan berikut ini berlaku Data percobaan pertama yang melibatkan rangkaian
penguat tegangan telah praktikan dapatkan dalam
𝐼 =𝐼 +𝐼 +𝐼 bentuk grafik tegangan sebagai fungsi waktu. Setiap
data yang telah didapatkan menunjukkan bahwa
2𝐼
𝐼 =𝐼 + tegangan output memiliki fase yang tergeser sebesar
𝛽 𝜋⁄2 radian mendahului fase tegangan input. Selain itu,
Karena 𝐼 adalah arus pada hambatan beban, maka secara sekilas juga dapat terlihat bahwa semakin tinggi
didapat amplitudo tegangan input, maka semakin tinggi pula
amplitudo tegangan output. Namun, tegangan output
2 selalu terlihat lebih kecil dari tegangan input.
𝐼 =𝐼 1+
𝛽
Data percobaan kedua yang menggunakan rangkaian
Dengan menganggap nilai 𝛽 sangat besar, maka 𝐼 ≈ penguat arus telah praktikan dapatkan dalam bentuk
𝐼 . Nilai 𝐼 itu sendiri bisa dicari dengan data 𝐼 dan 𝐼 . Pada interval data 0 𝑉 ≤ 𝑉 ≤ 7 𝑉,
menggunakan hubungan berikut ini dapat terlihat bahwa nilai 𝐼 dan 𝐼 selalu naik
seiring 𝑉 dinaikkan. Namun, setelah 𝑉 ≥ 8 𝑉, nilai
𝑉 −𝐼 𝑅 −𝑉 −𝐼 𝑅 =0 𝐼 mulai turun, dan 𝐼 naik jauh lebih drastis jika
dibandingkan dengan interval data sebelumnya.
𝑉 −𝑉
𝐼 =
𝑅 +𝑅 Data percobaan ketiga yang menggunakan rangkaian
sensor cahaya hanya merupakan pengukuran tunggal.
CARA KERJA Pengukuran 𝐼 (arus Collector) dan 𝑉 (tegangan
Collector-Emitter) dilakukan ketika LDR dalam dua
Praktikum ini terdiri dari empat pengukuran terpisah,
keadaan yang berbeda. Keadaan pertama adalah ketika
yang mendemonstrasikan aplikasi transistor pada
LDR ditutup, sehingga tidak ada cahaya yang
rangkaian. Setiap rangkaian yang digunakan akan
mengenainya, dan keadaan kedua adalah ketika LDR
disimulasikan dengan menggunakna perangkat lunak
dibuka, sehingga terdapat cahaya yang mengenainya.
EasyEDA.
Data percobaan terakhir yang melibatkan rangkaian
1. Transistor sebagai penguat
cermin arus telah praktikan dapatkan dalam bentuk
a. Meyusun rangkaian seperti pada Gambar 2.1.
nilai-nilai arus yang mengalir di berbagai komponen
b. Memberi Vin sebesar 10 mVpp, catat Vin dan
dalam rangkaian. Karena ciri khas dari rangkaian ini,
Vout, serta fase masing-masing tegangan.
praktikan hanya perlu melakukan pengukuran untuk
c. Menaikkan Vin sampai 100 mVpp dengan
satu nilai 𝑅 , yaitu 𝑅 = 5600 Ω. Namun, untuk
interval kenaikan 20 mVpp, lalu mencatat
memastikan keabsahan nilai arus yang telah didapat,
praktikan memverifikasinya dengan mengukur ulang
untuk interval nilai 𝑅 yang luas. Hasil verifikasi
tersebut menunjukkan bahwa nilai arus yang didapat

(μA)
pada 𝑅 = 5600 Ω masih tidak banyak berubah pada
interval dari nol Ohm sampai sekitar 2𝑅 .

𝐼
PEMBAHASAN
Dua fitur yang menarik antara gelombang input dan
output pada percobaan pertama adalah perbedaan fase
kedua gelombang dan amplitudo gelombang. 𝐼 (μA)
Perbedaan fase sebesar 𝜋⁄2 radian antara gelombang Gambar 6.2 Grafik 𝐼 vs. 𝐼
output dan gelombang input disebabkan oleh adanya
kapasitor pada input rangkaian ini. Dalam representasi dalam rangkaian ini. Akibatnya, akan ada penurunan
fasor, impedansi kapasitor adalah 1⁄2𝜋𝑖𝑓𝐶 , atau bisa tegangan sepanjang kaki inputnya, yang menyebabkan
ditulis menjadi 𝑒 ⁄ ⁄2𝜋𝑓𝐶 . Dari bentuk ini, dapat nilai 𝑣 (dan 𝑣 ) lebih rendah daripada seharusnya.
terlihat bahwa pergeseran fase dari kapasitor adalah Analisis pada data percobaan kedua akan lebih
𝜋⁄2 radian. Kapasitor di output rangkaian tidak membawa banyak infomasi jika titik data yang telah
mempengaruhi tegangan output karena tidak ada arus praktikan dapatkan dipisah menjadi dua bagian.
yang mengalir melaluinya dalam keadaan tunak. Peran Bagian pertama adalah data pada interval input 0 𝑉 ≤
kapasitor di output hanya untuk menahan tegangan DC 𝑉 ≤ 7 𝑉, dan bagian kedua pada interval input 𝑉 ≥
agar tidak terukur pada tegangan output. 8 𝑉. Setiap bagian memiliki karakteristiknya masing-
Sekilas, amplitudo gelombang output bergantung erat masing. Pada bagian data pertama, praktikan dapat
kepada amplitudo gelombang input. Untuk menguji membuat plot 𝐼 vs. 𝐼 , yang telah praktikan buatkan
hubungan ini, praktikan membuatkan plot amplitudo dalam gambar 6.2. Dari plot tersebut, praktikan
gelombang output (𝑉 ) terhadap amplitudo menggunakan analisis statistik yang sama dengan
gelombang input (𝑉 ). Indeks PP menunjukkan sebelumnya untuk mendapatkan kemiringan grafik
bahwa nilai tegangan yang diplot adalah tegangan sebesar 𝛽 = 𝐼 ⁄𝐼 = 199,97 ≈ 200. Rasio 𝐼 ⁄𝐼
peak-to-peak. Plot dari amplitudo gelombangg output adalah penguatan arus dari rangkaian ini, yang
dan input diberikan pada gambar 6.1. Dari plot itu, nilainya dapat dianggap sama dengan 200. Pada
praktikan menggunakan analisis regresi linier untuk bagian data pertama ini, transistor masih dalam
mendapatkan kemiringan grafik, yaitu rasio keadaan aktif, sehingga hubungan 𝐼 = 𝛽𝐼 berlaku.
𝑉 ⁄𝑉 . Nilai kemiringan yang praktikan Pada bagian data kedua, hubungan 𝐼 = 𝛽𝐼 sudah
dapatkan adalah 𝑉 ⁄𝑉 ≈ 2,743 × 10 , lebih tidak berlaku. Hal ini dikarenakan transistor tidak lagi
kecil dari prediksi teoritis, yaitu 𝑅 ⁄𝑅 ≈ 6,82 × dalam keadaan aktif.
10 . Perbedaan yang cukup drastis ini (walaupun Hasil percobaan ketiga menunjukkan karakteristik
hubungan linier antara 𝑉 dan 𝑉 ) disebabkan rangkaian ini dalam dua keadaan LDR. Ketika LDR
oleh keberadaan kapasitor pada input rangkaian. Hal ditutup, resistansinya akan menjadi sangat besar. Hal
ini dapat dilihat dari impedansi kapasitor pada input, ini menyebabkan tegangan pada Base mendekati nilai
yaitu 𝑋 = 1⁄2𝜋𝑓𝐶 ≈ 318 𝑘Ω. Nilai ini jauh lebih tegangan 𝑉 , sehingga beda tegangan pada LED
besar dari seluruh hambatan resistor yang digunakan hampir nol. Ini berarti, transistor berada dalam
keadaan saturasi, dan LED akan menyala. Hal ini
dapat terlihat dari hasil pengukuran, dimana nilai 𝐼
mencapai ordo miliAmpere, dan 𝑉 bernilai cukup
kecil. Ketika LDR dibuka, hal sebaliknya terjadi. Ini
(μV)

berarti, transistor berada dalam keadaan cut-off, dan


LED tidak akan menyala. Nilai 𝐼 yang jauh lebih kecil
dari pengukuran sebelumnya (sampai ordo
𝑉

mikroAmpere) dan nilai 𝑉 yang hampir sama dengan


𝑉 mengonfirmasi yang sudah dijelaskan
sebelumnya.
𝑉 (mV) Hasil percobaan terakhir menunjukkan karakteristik
Gambar 6.1 Grafik 𝑉 vs. 𝑉 utama dari rangkaian cermin arus. Idealnya, pada
rangkaian cermin arus seperti pada Gambar 4.4, arus Najmabadi, F. (2012). Transistor Amplifiers [Slides].
yang mengalir pada resistor 𝑅 akan kira-kira sama UC San Diego. http://aries.ucsd.edu/NAJMA
dengan arus pada hambatan beban. Dalam hasil BADI/CLASS/ECE65/12-W/Slides/ECE65_
pengukuran yang telah didapat, nilai 𝐼 dan 𝐼 W12-Amp.pdf
memiliki perbedaan yang cukup kecil (𝐼 − 𝐼 ≈
4,971 𝜇𝐴), kurang dari 1% nilai 𝐼 dan 𝐼 . Wu, M. C. (2014). EE105 – Fall 2014 ;
Perbedaan ini berasal dari nilai 𝛽 yang, walaupun Microelectronic Devices and Circuits
besar, tidak bisa dianggap tak terhingga. Sehingga, [Slides]. Department of Electrical
dari perbedaan nilai 𝐼 dan 𝐼 , bisa didapat nilai 𝛽 ≈ Engineering and Computer Sciences at UC
206. Perhatikan bahwa nilai ini cukup dekat dengan Berkeley. https://inst.eecs.berkeley.edu/
~ee105/fa14/lectures/Lecture20-Current%20
nilai 𝛽 dari percobaan kedua. Hal ini menunjukkan
Mirrors.pdf
adanya konsistensi antara hasil percobaan yang
berbeda.

KESIMPULAN
1. Rangkaian penguat transistor dapat memberikan
tegangan output yang proporsional terhadap
tegangan input. Idealnya, konstanta
proporsionalitas tersebut memiliki bentuk 𝑅 ⁄𝑅 .
Namun komponen lain dapat mengubah nilai
konstanta tersebut, seperti kapasitor pada input.
Transistor pada rangkaian ini selalu dalam mode
aktif.
2. Rangkaian penguat arus dapat menghasilkan nilai
𝐼 dan 𝐼 yang memiliki hubungan
proporsionalitas. Namun, hubungan ini hanya
berlaku sampai nilai 𝐼 tertentu, sebelum
transistor yang digunakan memasuki mode
saturasi.
3. Rangkaian saklar dapat diatur sehingga memiliki
karakteristik tertentu. Ketika LDR ditutup, LED
akan menyala, dan sebalikya. Dalam kedua
bentuk perlakuan, transistor berada dalam mode
cut-off (LDR dibuka) dan saturasi (LDR ditutup).
4. Rangkaian cermin arus dapat menghasilkan arus
yang sama untuk kedua transistor yang
digunakan. Nilai arus ini dapat dibuat tidak tidak
banyak berubah jika hambatan beban divariasikan
dalam interval yang cukup besar.
Referensi
Gray, P. R., Hurst, P. J., Lewis, S. H., & Meyer, R. G.
(2009). Analysis and Design of Analog
Integrated Circuits (5th ed.). Wiley.
Malvino, A., & Bates, D. (2015). Electronic Principles
(8th ed.). McGraw-Hill Education.
MODUL 4 ; Aplikasi Transistor. E-Learning
Management System, Universitas Indonesia.
Diakses pada 5 November, 2020, dari
https://emas.ui.ac.id/mod/resource/view.php
?id=518349
LAMPIRAN

1. Percobaan 1 : Transistor sebagai penguat

Gambar 8.1 Skema rangkaian percobaan pertama dan penempatan osiloskop

Tabel 1 : Data Percobaan 1


Vin Vout

10 mVpp
30 mVpp

50 mVpp

70 mVpp
90 mVpp

100 mVpp

2. Percobaan 2 : Transistor sebagai penguat arus


Tabel 2 : Data Percobaan 2
Hasil
Simulasi Vin
IR3 (A) IR1 (A)
(Volt)
-11,991 × 10-
0 12
12,434 × 10-12

1 194,789 × 10-9 42,657 × 10-6

2 644,866 × 10-9 139,041 × 10-6


3 1,116 × 10-6 237,076 × 10-6

4 1,605 × 10-6 335,574 × 10-6

5 2,109 × 10-6 434,284 × 10-6

6 2,630 × 10-6 533,111 × 10-6

7 3,168 × 10-6 632,009 × 10-6

8 125,012 × 10-6 590,395 × 10-6

9 314,468 × 10-6 471,140 × 10-6

10 504,861 × 10-6 351,181 × 10-6

11 694,456 × 10-6 232,339 × 10-6

12 881,098 × 10-6 117,020 × 10-6


3. Percobaan 3 : Transistor sebagai saklar
LDR tertutup

𝐼 (mA) 𝑉 (V)
1,802 0,237

LDR terbuka

𝐼 (μA) 𝑉 (V)
7,855 10,862

4. Percobaan 4 : Cermin Arus


𝑅 = 5600 Ω

𝐼 (μA) 𝐼 (μA) 𝐼 (μA) 𝐼 (μA)


517,789 515,279 515,328 512,818

Anda mungkin juga menyukai