Anda di halaman 1dari 11

MODUL III

TEOREMA RANGKAIAN

M. Iqbal Firdaus (F1B017066)


Asisten : Putu Ngurah Gilang Bagaskara (F1B016077)
Tanggal Percobaan : 03 Juni 2020

ES2232 – Praktikum Rangkaian Listrik


LAB. LISTRIK DASAR - TEKNIK ELEKTRO – UNRAM

Abstrak
Pada praktikum rangkaian listrik modul 3 tentang teorema rangkaian akan
dilakukan 3 sub percobaan yaitu teorema superposisi, teorema thevenin, teorema
northon. Pada teorema superposisi digunakan untuk menyelesaikan masalah suatu
rangkaian yang memiliki 2 sumber. Pada teorema thevenin akan dicari nilai arus
dan tegangan dengan penyederhanan rangkaian yang dihubungkan secara seri.
Pada teorema northon digunakan untuk mencari nilai tegangan dan resistansi
dengan penyederhanan rangkaian yang dihubungkan secara parallel.
Kata kunci:Teorema Superposisi, Teorema Thevenin, Teorema Northon

1. PENDAHULUAN
Percobaan Modul III pada praktikum 2. DASAR TEORI
rangkaian listrik dilaksanakan dengan tujuan utama 2.1 TEOREMA SUPERPOSISI
untuk menerapkan teorema-teorema yang ada pada Aplikasi hukum kirchoff menggunakan metode
rangkaian listrik. Adapun tujuan-tujuan dari percobaan superposisi tergolong ke dalam metode yang paling
modul III Praktikum Rangkaian Listrik ini, antara lain banyak digunakan untuk menyelesaikan persoalan-
1.1 TEOREMA SUPERPOSISI persoalan di dalam rangkaian-rangkaian listrik yang
Tujuan pada sub pertama ini adalah untuk mempunyai lebih dari satu sumber tegangan.
menentukan tegangan dan arus pada tiap Kuat arus listrik yang mengalir melalui tiap cabang
resistor dari sebuah rangkaian DC yang dalam suatu rangkaian listrik yang memiliki lebih dari
memiliki lebih dari satu sumber dan satu sumber tegangan, adalah sebagai akibat dari adanya
membuktikan teorema superposisi dalam masing-masing sumber tegangan yang terpasang
memecahkan suatu rangkaian DC yang didalam rangkaian listrik.
memiliki lebih dari satu sumber. Yang perlu diperhatikan pada saat melakukan
perhitungan dengan menggunakan metode superposisi
1.2 TEOREMA THEVENIN adalah menentukan kemana arah arus yang mengalir
Tujuan pada sub kedua ini adalah untuk dari setiap sumber tagangan yang terpasang dalam
menentukan tegangan Thevenin Setara (V) rangkaian listrik tersebut.
dan resistansi (R) dari sebuah rangkaian DC Jika sumber tegangan yang pertama aktif, maka kita
dengan sumber tegangan tunggal dan untuk harus menentukan kemana arah arusnya mengalir
membuktikan secara eksperimental nilai V sedang sumber tegangan yang lain dihubung singkat.
dan R dalam memecahkan suatu rangkaian Polaritas arus hanyalah merupakan arah, sedang kuat
seri parallel. arus sebenarnya yang mengalir tiap cabang adalah
merupakan harga mutlaknya.
1.3 TEOREMA NORTON
Tujuan pada sub ketiga ini adalah untuk
menentukan nilai-nilai sumber arus konstan
Northon IN, resistansi Northon RN, dan IL
dirangkaian DC yang terdiri dari dua sumber
tegangan. Serta untuk menguji secara Gambar 2.1 Rangkaian dengan dua resistor dan dua
eksperimental hubungan nilai R terhadap
sumber tegangan.
arus dan tegangan dalam rangkaian yang
mengandung dua sumber tegangan.

MODUL 3 | Praktikum Rangkaian Listrik 2020


Sumber tegangan E1aktif , sedang sumber tegangan E2 Untuk menentukan besarnya arus dan tegangan dalam
dihubung singkat. Pada saat ini, skema rangkaian dan suatu rangkaian menggunakan metode Thevenin
arah arusnya menjadi seperti gambar dibawah ini. terdapat langkah-langkah sebagai berikut:
1. Dari rangkaian listrik yang diketahui, cari
terlebih dahulu Tegangan Theveninya (ETH).
Tegangan Thevenin adalah tegangan yang
diperoleh dengan cara melepaskan salah satu
komponen yang akan dicari besar
teganganya.
Gambar 2.2 Rngkaian sumber tegangan sebelah kanan 2. Setelah mencari tegangan Thevenin,
dimatikan (hubung singkat). selanjutnya mencari nilai resistansi
Theveninya (RTH). Resistansi Thevenin
pada skema rangkaian diatas diperoleh: adalah resistansi yang diperoleh dengan cara
RT= R1 + [ ( R2 x R3 ) / (R2 + R3) ] menghubung singkat semua sumber
sehingga: tegangan yang terdapat dalam rangkaian.
I1’= E1 / RT 3. Gambarkan rangkaian Thevenin dan
I2 ’ = I1’ [ R3 / ( R2 + R3 ) ] pasangkan kompenen yang telah dilepaskan.
I3 ’ = I1’ [ ( R2 / ( R2 + R3 ) ] Dengan menggunakan hukum Ohm dapat
Sumber tegangan E2aktif , sedang sumber tegangan E1 diperoleh besar tegangan drop dan kuat arus
dihubung singkat. Pada saat ini, skema rangkaian dan yang mengalir pada komponen tersebut.
arah arusnya adalah sebagai berikut.
Skema rangkaian Thevenin.

Gambar 2.3 Rangkaian sumber tegangan sebelah kiri


dimatikan ( hubung singkat).
Gambar2.4 Rangkaian ekivalen thevenin
Dari skema rangkaian diatas diperoleh:
RT = R2 + [ ( R1 x R3 ) / ( R1 + R3 ) ] Perhatikan gambar rangkaian dibawah ini.
Sehingga:
I2 ” = E 2 / RT
I1 ” = I2” [ R3 / ( R1 + R3 ) ]
I3 ” = I2” [ R1 / ( R1 + R3 ) ]
Kuat arus listrik sebenarnya yang mengalir melalui tiap
resistor adalah:
I1 = I1’ – I1”
I2 = I1’ – I1”
I3 = I3’ + I3”
Tegangan drop sebenarnya pada tiap resistor adalah: Gambar 2.5 Rangkaian dengan empat resistor
ER1 = I1 . R1 dan satu sumber tegangan
ER2 = I2 . R2
ER3 = I3 . R3 Lepaskan resistor R4 dari dalam rangkaian, skema
rangkaian berubah menjadi gambar dibawah ini.

2.2TEOREMA THEVENIN
Teorema Thevenin atau metode Thevenin
dikemukakan oleh seorang sarjana kebangsaan Perancis
bernama M.L. Thevenin. Seperti metode-metode lainya
, theorema Thevenin juga digunakan untuk menganalisis
rangkaian listrik dengan terlebih dahulu mencari besar
tegangan dan kuat arus listrik yang mengalir melalui
salah satu komponen yang terdapat pada rangkaian Gambar 2.6 Rangkaian setelah dilepas rangkaian
tersebut. sebelah kanan a – b.
MODUL 3 | Praktikum Rangkaian Listrik 2020
ETH = E [ R3 / (R1+R3) ]
Hubung singkat sumber tegangan yang terdapat
pada gambar.Skema rangkaian berubah menjadi
seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.9 Rangkaian ekivalen norton

dengan menggunakan hukum Ohm untuk pembagi kuat


arus, diperoleh besarnya kuat arus yang mengalir
melalui tahanan RX , yaitu:
IRX = IN[ RN / ( RN + RX ) ]
Gambar 2.7 Rangkaian setelah dilepas rangkaian Perhatikan skema rangkaian listrik dibawah ini.
sebelah kanan a – b dan sumber tegangan dihubung
singkat.

RTH = R2 + [ ( R1xR3) / ( R1 + R3 ) ]
Gambarkan rangkaian ekivalen Theveninya dan
pasangkan kembali komponen yang akan dicari kuat
arus dan tegangan listriknya.
Gambar 2.10 Rangkaian dengan tiga resistor dan dua
sumber tegangan

Cari arus Norton, dengan cara menghubung singkat


tahanan R3 seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.8 Rangkaian ekivalen thevenin.

Kuat arus yang mengalir pada R4 adalah


IR4 = ETH / ( RTH + R4)
Tegangan drop pada R4 adalah Gambar 2.11 Rangkain dengan tiga resistor dan dua
ER4= IR4 . R4 sumber tegangan

IN = I1 + I2
2.3. THEOREMA NORTON
Teorema Norton atau metode Norton = ( E1 / R1 ) + ( E2 / R2 )
dikemukakan oleh E.L. Norton dari Amerika Cari tahanan Norton, dengan cara melepaskan tahanan
Serikat.Seperti halnya teorema Thevenin, teorema R3 dan menghubung singkat semua sumber tegangan,
Norton juga digunakan untuk menentukan besarnya kuat seperti gambar dibawah ini.
arus yang mengalir melalui salah satu komponen yang
terdapat dalam rangkaian listrik. Kalau didalam teorema
Thevenin kita mengenal “tegangan Thevenin” dan
“tahanan Thevenin”, maka dalam teorema Norton kita
mengenal “ arus Norton” dan “tahanan Norton”.Arus
Norton adalah besarnya arus listrik yang mengalir Gambar 2.12 Rangkain dengan dua resistor
melalui suatu komponen yang terdapat dalam rangkaian RN = ( R1 x R2 ) / ( R1 + R2 )
listrik pada saat komponen tersebut dihubung singkat. Gambarkan rangkaian ekivalen Norton, dan pasang
Jadi arus Norton adalah arus hubung singkat.Tahanan kembali tahanan yang akan dicari kuat arus dan
Norton adalah tahanan total rangkaian pada komponen teganganya.
yang dilepas setelah menghubung singkat semua sumber IR3 = IN[ RN / ( RN + R3 ) ]
tegangan yang terdapat dalam rangkaian.
3. METODOLOGI
Skema rangkaian ekivalen Norton. 3.1 Spesifikasi Alat dan Komponen
1. Bread board
2. Power supply DC 5V
3. Power supply DC 12V
4. Multimeter Digital

MODUL 3 | Praktikum Rangkaian Listrik 2020


5. Multimeter Analog
6. Kabel Jumper • Merangkai sesuai gambar 2
7. Resistor (820Ω, 1200Ω ,2200Ω) • Input sumber DC 5 Volt dan 12 Volt
I • Mengukur tegangan dan tahanan yang
3.2 Percobaan I Teorema Superposisi akan digunakan guna sebagai pengecekan
alat
• Gambar rangkaian • Mengukur VR dan IR saat V1 on dan V2 off
II • Mengukur VR dan IR saat V1 on dan V2 off
• Mengukur VR dan IR saat V1 on dan V2 on

III • Mencatat hasil percobaan

3.4 Percobaan IIITeorema Northon

• Gambar rangkaian
R1 I1 I3
A A
Gambar 3.1 Rangkaian percobaan teorema superposisi
I2 A

• Langkah percobaan
R2
+
V1 -
• Merangkai sesuai gambar 1 R3

• Input sumber DC 5 Volt dan 12 Volt


I • Mengukur tegangan dan tahanan yang
akan digunakan guna sebagai pengecekan Gambar 3.3 Rangkaian sederhana percobaan
alat. teorema Northon.
• Mengukur VR dan IR saat V1 on dan V2 off
II • Mengukur VR dan IR saat V1 on dan V2 off
• Mengukur VR dan IR saat V1 on dan V2 on

III • Mencatat hasil percobaan

3.3 Percobaan II Teorema Thevenin


Gambar 3.4 Rangkaian sederhana percobaan teorema
• Gambar rangkaian Northon
.
• Langkah percobaan

• Merangkai sesuai gambar 3


I • Input sumber DC 9 Volt dan 5 Volt

• Mengukur IN dan RN
II • Penambahan resistansi beban
•Mengukur IL dan VL
Gambar 3.2 Rangkaian sederhana percobaan
teorema thevenin III • Mencatat hasil percobaan

• Langkah percobaan

MODUL 3 | Praktikum Rangkaian Listrik 2020


4.HASIL DAN ANALISA Ditanya : Nilai arus (I1, I2, I3), tegangan (V1, V2, V3),
4.1 Teorema Superposisi dan persenatse error.
4.1.1 Hasil dan Perhitungan Penyelesaian:
• Nilai arus (I1, I2, I3).
• Pengecekan nilai tegangan dari alat ukur - RTotal = R2//R3 + R1
Tabel 4.1.1.1 Hasil pengukuran nilai tegangan dan 1158𝑥 2117
RTotal = 1158+2117 + 804
tahanan terukur
R R RTotal = 1152,54Ω
Vbaca Vukur
No Vs R Baca Ukur
(V) (V)
(Ω) (Ω)
𝑉1
1 V1 5V 5.1 R1 820 804 - ITotal =
𝑅𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
2 V2 12 V 12.02 R2 1200 1158 5,1
ITotal = 1152,54
3 - - - R3 2200 2117
ITotal = 4,42 mA
• Langkah 1 : V1 on, V2 off
Tabel 4.1.1.2 Hasil pengukuran arus dan tegangan
saat V1 on dan V2 off - I1’ = ITotal
No R (Ω) V (V) I(mA) I1’ = 4,425 mA
1 R1 2.57 4.5
2 R2 2.4 2.5 𝑅3
3 R3 2.4 1.8 - I2’ = 𝑅3+𝑅2 𝑋 𝐼1′
2117
I2 ’ = 𝑋 4,425
• Langkah 2 : V1 off, V2 on 2117+1158

Tabel 4.1.1.3 Hasil Pengukuran arus dan tegangan I2’ = 2,86 mA


saat V1 off dan V2 on
No R (Ω) V (V) I(mA)
𝑅2
1 R1 2.82 2.8 - I3’ = 𝑅3+𝑅2 𝑋 𝐼1′
2 R2 2.82 2.1 1158
3 R3 I3’ = 2117+1158 𝑋 4,425
9.4 4.4
I3’ = 1,56 mA
• Langkah 3 : V1 on, V2 on
Tabel 4.1.1.4 Hasil pengukuran arus dan tegangan
saat V1 on dan V2 on
No R (Ω) V (V) I(mA)
• Nilai tegangan (V1, V2, V3).
1 R1 0.52 1.5
2 R2
- V1 = I1.R1
4.46 4.3
3 R3 7.27 3.3 V1 = 4,425x 804
V1 = 3,557 V
Perhitungan
Menghitung nilai arus dan tegangan saat V1
a. - V2 = I2.R2
ON dan V2 OFF
V2 = 2,86 x1158
Diketahui : R1 ukur = 804 Ω
V2= 3,311 V
R2 ukur = 1158 Ω
R3 ukur = 2117Ω
- V3 = I3.R3
V1 ukur = 5,1V
V3 = 1,56 x 2117
V3 = 3,302 V

MODUL 3 | Praktikum Rangkaian Listrik 2020


• Persentase error arus (I1, I2, I3) : = 2,73 × 804
𝐼𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 − 𝐼𝑈𝑘𝑢𝑟 = 2,19 V
In = | 𝐼𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
| × 100 %
- V2 = I2.R2
4,425−4,5
I1 = | 4,425
| × 100 % = 1,9 × 1158
I1 = 1,69,% = 2,2 V
• Persentase error tegangan (V1, V2, V3) : - V3 = I3.R3
𝑉𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 − 𝑉𝑈𝑘𝑢𝑟 = 4,64 × 2117
Vn = | |× 100 %
𝑉𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
= 9,8 V
3,557−2,57
V1 = | | × 100 %
3,557

V1 = 27,75% • Persentase error arus (I1, I2, I3) :


𝐼𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 − 𝐼𝑈𝑘𝑢𝑟
In = | 𝐼𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
| × 100 %
b. Menghitung nilai arus dan tegangan saat V1
OFF dan V2 ON 2,73 −2,8
I1 = | | × 100 %
Diketahui : R1 ukur = 804 Ω 2,73

R2 ukur = 1158 Ω I1 = 2,56%


R3 ukur = 2117Ω • Persentase error tegangan (V1, V2, V3) :
V2 ukur = 12.02 V 𝑉𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 − 𝑉𝑈𝑘𝑢𝑟
Vn = | |× 100 %
𝑉𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
Ditanya : Nilai arus (I1, I2, I3), tegangan (V1, V2,
2,19 −2,82
V3), dan persenatse error.. V1 = | | × 100 %
2,19

Penyelesaian: V1 = 28,77 %
• Nilai arus (I1, I2, I3). c. Menghitung nilai arus dan tegangan saat V1
ON dan V2 ON
- RTotal = R1//R2 + R3
Diketahui : R1 ukur = 804 Ω
804 𝑥 1158
RTotal = + 2117 R2 ukur = 1158 Ω
804+1158

RTotal = 2591,5Ω R3 ukur = 2117Ω


𝑉2 V1 ukur = 5,1 V
- ITotal = 𝑅
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
12,02
V2 ukur = 12,02 V
ITotal = 2591,5
Ditanya : Nilai arus (I1, I2, I3), tegangan (V1, V2, V3),
ITotal = 4,64 mA dan persenatse error.
- I3’’ = ITotal Penyelesaian:Mencari nilai arus dan tegangan masing-
I3’’ = 4,64 mA masing resistor
𝑅2 • Mencari IR4 ,IR5 dan IR6
- I1’’ = 𝑋 𝐼3′′
𝑅2+𝑅1 Didapatkan :
1158 Maka :
I1’’ = 804+1158 𝑋 4,64
IR1 = IR1’ + IR1’’
I1’’ = 2,73 mA = 4,425+ 2,73
𝑅1 = 7,15 mA
- I2’’ = 𝑋 𝐼3′′
𝑅2+𝑅1
IR2 = IR2’ + IR2’’
804
I2’’ = 1158+804 𝑋 4,64 = 2,86 + 1,9
= 4,76 mA
I2’’ = 1,9 mA
IR3 = IR3’ + IR3’’
• Nilai tegangan (V1, V2, V3). = 1,56 + 4,64
- V1 = I1.R1 = 6,2 mA
MODUL 3 | Praktikum Rangkaian Listrik 2020
Nilai tegangan (V1, V2, V3). R Arus (mA) Tegangan (V)
(Ω) Hitung Ukur % Error Hitung Ukur % Error
- V1 = I1.R1
R1 2,73 2.8 2,56 2,19 2.82 28,77
= 7,15 × 804 R2 1,9 2.1 10,53 2,2 2.82 28,18
= 5,75 V R3 4,64 4.4 5,17 9,8 9.4 4,08

- V2 = I2.R2 Berdasarkan tabel diatas dapat dianalisa bahwa


pada saat V1 off dan V2 on dengan nilai resistor semakin
= 4,76 × 1158
besar arus yang dihasilkan mengalami fluktuatif karena
= 5,51 V arus I1 dan I2 merupakan percabangan dari I3, begitu juga
pada nilai tegangan karena nilai arus berbanding lurus
- V3 = I3.R3
dengan tegangan. Persentase error yang didapatkan pada
= 6,2 × 2117 arus lebih kecil daripada tegangan.
= 13,12V
• Persentase error arus (I1, I2, I3) : V1 dan V2 on.

𝐼𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 − 𝐼𝑈𝑘𝑢𝑟 • Tabel perhitungan saat V1 on V2 on


In = | 𝐼𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
| × 100 %
R Arus (mA) Tegangan (V)

7,15 – 1,5 (Ω) Hitung Ukur % Error Hitung Ukur % Error


I1 = | | × 100 %
7,15 R1 7,15 1.5 79.02 5,75 0.52 90,96
I1 = 79,02 % R2 4,76 4.3 9,66 5,51 4.46 19,06
6,2 3.3 46,77 13,12 7.27 44,59
• Persentase error tegangan (V1, V2, V3) :
R3

𝑉𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 − 𝑉𝑈𝑘𝑢𝑟
Berdasarkan tabel diatas dapat dianalisa bahwa
Vn = | | × 100 % pada saat V1 on dan V2 on dengan nilai resistor semakin
𝑉𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
besar arus yang dihasilkan fluktuatif, sedangkan nilai
5,75−0,52
V1 = | | × 100 % tegangan yang didapatkan juga fluktuatif. Persentase
5,75
error yang didapatkan pada arus lebih kecil daripada
V1 = 90,96 % tegangan.

Analisa 4.2 Teorema Thevenin

Data hasil
V1 on dan V2 off Pengecekan nilai tahanan ukur
• Tabel perhitungan saat V1on, V2 off • Tabel 4.2.1.1 Hasil pengukuran nilai tahanan
terukur
R Arus (mA) Tegangan (V)
No Tahanan Rbaca (Ω) Rukur (Ω)
(Ω) Hitung Ukur % Error Hitung Ukur % Error
1 R1 1000 981
R1 4,425 4.5 1,69 3,557 2.57 27,75 2 R2 390 320.5
R2 2,86 2.5 12,6 3,311 2.4 27,5 3 R3 2200 2143
R3 1,56 1.8 15,4 3,302 2.4 27,32 4 R4 680 673
5 RL1 1200 1174
Berdasarkan table diatas dapat dianalisa bahwa
6 RL2 820 801
pada saatV1 on dan V2 OFF pada saat nilai resistor
7 RL3 2200 2130
semakin besar didapatkan nilai arus yang semakin kecil
atau berbanding terbalik. Hal ini sesuai dengan
Pengukuran nilai Rth, Vth, IL, dan VL
persamaaan yang digunakan, yaitu I=V/R. Persentase
• Tabel 4.2.1.2 Hasil pengukuran arus dan
error yang didapatkan relatif besar karena diatas 10 %
tegangan pada rangkaian
hal ini disebabkan oleh selisih antara nilai hitung dan
No Tahanan RTH VTH(V) IL(mA) VL(V)
nilai ukur yang cukup signifikan. (Ω)
1 R1 680 5 3 3.13
V1 off dan V2 on. 2 R2 680 5 3.9 2.69
3 R3 680 5 2 3.78
• Tabel perhitungan saat V1off, V2 on

MODUL 3 | Praktikum Rangkaian Listrik 2020


677,97−680
%error = | 677,97
|x100%
Rangkaian Teorema Thevenin
%error = 0,3%

% error VTH
VTH hit.−VTH ukur
%error = | |x100%
VTH hit.
5,5−5
%error = | |x100%
5,5

%error = 9,09 %

Gambar 4.3 Rangkaian teorema thevenin


% error IL
Perhitungan IL hit.−IL ukur
%error = | |x100%
- Mencari RTH dengan cara men-short semua IL hit.
2,97−3
beban %error = | 2,97
|x100%
RTH = R1//R4 + R2//R3 %error = 1,01 %
981 X 673 320,5 𝑋 2143
RTH = 981+673 + 320,5+2143

RTH = 677,97 % error VL


VL hit.−VL ukur
- Mencari VTH %error = | |x100%
VL hit.
VTH = VBC=VB-VC 3,49−3,13
%error = | |x100%
Vs 12 3,49
I1= R1+R4 = 981+680 = 7,2 mA
%error = 10,32 %
Vs 12
I2 = R2+R3 = 320,5+2143 = 4,9 mA

VBC = I1R1 – I2R2 Analisa


VBC = (7,2 x 981) – (4,9 x 320,5) • Tabel perhitungan Rth
VBC = 5,5V Error
R RTH (Ω) RTH hit(Ω)
(%)
VTH = 5,5 V 1000 680 677,97 0,3
390 680 677,97 0,3
2200 680 677,97 0,3
- Mencari nilai VL dan IL
𝑅𝐿 Berdasarkan tabel di atas dapat dianalisa bahwa
VL = 𝑥 𝑉𝑇𝐻
𝑅𝐿 + 𝑅𝑇𝐻 nilai RTH ukur dan RTH hitung memiliki perbedaan yang
1174 sedikit dan nilai RTH memiliki nilai yang sama meski
VL = 1174+677,97 𝑥 5,5 beban yang digunakan berbeda hal ini dikarenakan
VL = 3,49 V kedua parameter tersebut adalah hasil ekuivalen dari
rangkaian.
𝑉𝑇𝐻
IL = 𝑅 Sehingga didapatkan persentase error pada RTH
𝐿 + 𝑅𝑇𝐻
terbilang kecil karena dibawah 10 %, dan Penyebab
5,5
IL = terjadinya error adalah adanya human error dan alat
1174+677,97
yang kurang presisi.
IL = 2,97 mA
• Tabel perhitungan Vth
Mencari persentase error RTh, VTh, ILdanVL Error
R VTH (V) VTH hit(V)
(%)

%error RTH 1000 5 5,5 9,09


390 5 5,5 9,09
RTH hit.−RTH ukur
%error = | |x100% 2200 5 5,5 9,09
RTH hit.

MODUL 3 | Praktikum Rangkaian Listrik 2020


Berdasarkan tabel di atas dapat dianalisa bahwa 3 RL1 2200 2133
nilai VTH memiliki nilai yang sama, namun perbedaan 4 RL2 680 674
antara hihtung dan ukur cukup kecil. 5 RL3 1200 1166
Sehingga didapatkan persentase error pada VTH
terbilang kecil karena di bawah 10 % dan Penyebab Pengukuran nilai Rth, Vth, IL, dan VL
terjadinya error adalah adanya human error dan alat • Tabel 4.3.1.1 Hasil pengukuran arus dan
yang kurang presisi. tegangan pada rangkaian

• Tabel perhitungan IL IN IL
IL Error Tahanan RN(Ω) VL(V)
.RL IL (mA) (mA) (mA)
hit(mA) (%) R1 276,3 27,5 3,8 7,8
1174 3 2,97 1,01
R2 276,3 27,5 8,4 5,04
801 3.9 3,72 4,84
R3 276,3 27,5 6,1 6,93
2130 2 1,96 2,04
Gambar rangkaian
Berdasarkan tabel di atas dapat dianalisa bahwa
semakin besar nilai hambatan, maka nilai arus yang
didapat semakin kecil. Hal ini sesuai dengan persamaan
𝑉
I= dimana nilai arus berbandng terbalik dengan
𝑅
hambatan.
Sedangkan nilai persentase error yang didapat
cenderung kecil pada nilai arus karna perbedaan selisih
antara nilai yang di ukur dan dihitung Penyebab
terjadinya error adalah adanya human error dan alat
yang kurang presisi.
Perhitungan
• Tabel perhitungan VL
Error
Diketahui: 𝑅1 = 982 Ω
RL VL (V) VL hit(V)
(%) 𝑅2 = 380 Ω
1174 3.13 3,49 10,32 𝑅𝐿1 = 2133 Ω
801 2.69 2,98 9,73 𝑅𝐿2 = 674 Ω
2130 3.78 4,17 9,35 𝑅𝐿3 = 1166 Ω
𝑉1 = 9,22 V
Berdasarkan tabel di atas dapat dianalisa bahwa 𝑉2 = 5,02 V
nilai tegangan yang didapat semakin besar seiring 1. Sumber tegangan bebas di-short circuit untuk
besarnya hambatan. Hal ini sesuai dengan persamaan mencari nilai RN
V=I.R dimana tegangan berbanding lurus dengan RN = R1 || R2
R1 .R2
hambatan. RN=
R1 +R2
Sedangkan pada persentase error nilainya tidak
terlalu besar karena selisih antara nilai ukur dan hitung 𝑅1×𝑅2 982 𝑥380
tidak terlalu besar. Penyebab terjadinya error adalah RN= 𝑅1+𝑅2 = 982+380 = 273,98 Ω
adanya human error dan alat yang kurang presisi.

2. Sumber tegangan bebas dipasang kembali, dan


4.3 PERCOBAAN TEOREMA NORTHON
terminal a-b di- short circuit untuk menentukan IN
4.3.1 Hasil dan Perhitungan 𝑉1 𝑉2 9,22 5,02
IN= 𝑅1 + 𝑅2 = 982
+ 380
= 22,6 mA
Pengecekan nilai tahanan ukur
• Tabel 4.3.1.1 Hasil pengukuran nilai tahanan
terukur 3. Menghitung IL menggunakan rumus pembagian
arus
V1 V2(V) Rukur
No Tahanan Rbaca(Ω) RN
(V) (Ω) IL = IN( )
RN+R
1 R1 1000 982
9.22 5.02 273,98
2 R2 390 380 IL1 = 22,6 x 273,98+2133 = 2,57 mA

MODUL 3 | Praktikum Rangkaian Listrik 2020


273,98
IL2 = 22,6 x 273,98+674 = 6,53 mA presisi. Nilai persentase error yang kecil dikarenakan
selisih antara parameter yang terhitung dan terukur
273,98
IL3 = 22,6 x = 4,3 mA kecil.
273,98+1166

• Tabel perhitungan IN
4. Menghitun VL menggunakan hukum ohm Error
R IN (mA) IN hit(mA)
VL1= IL1 × RL1 = 2,57 × 2133 = 5,48 V (%)
R1 27,5 22,6 21,68
VL2= IL2 × RL2 = 6,53 × 674 = 4,4 V R2 27,5 22,6 21,68
VL3= IL3 × RL3 = 4,3× 1166 = 5,01 V R3 27,5 22,6 21,68
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai
%error RN IN sama meski beban yang digunakan berbeda hal ini
RN hit.−RN ukur dikarenakan kedua parameter tersebut adalah hasil
%error RN = | |x100%
RN hit. ekuivalen dari rangkaian.
273,98−276,3 Adanya persentase error pada perhitungan
=| |x100%
273,98 dikarenakan adanya human error dan alat yang kurang
= 0,85 % presisi. Nilai persentase error yang terbilang cukup
besar dikarenakan selisih antara parameter yang
% error IN terhitung dan terukur cukup besar.
IN hit.−IN ukur
%error IN = | |x100% • Tabel perhitungan IL
IN hit.
22,6−27,5
=| |x100%
22,6 Error
R IL (mA) IL hit(mA)
= 21,68 % (%)
2200 3,8 2,57 47,86
% error IL 680 8,4 6,53 28,64
IL hit.−IL ukur 1200 6,1 4,3 41,85
%errorIL =| |x100%
IL hit.

=|
2,57−3,8
|x100% Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
2,57
semakin besar nilai hambatan, maka nilai arus yang
= 47,86 % didapat semakin kecil. Hal ini sesuai dengan persamaan
𝑉
% error VL I =𝑅 dimana nilai arus berbanding terbalik dengan
VL hit.−VL ukuz hambatan.
%error =| VL hit.
|x100%
5,48 −7,8 Adanya persentase error pada perhitungan
=| |x100%
5,48 dikarenakan adanya human error dan alat yang kurang
= 42,34 % presisi. Nilai persentase error yang besar dikarenakan
Analisa selisih antara parameter yang terhitung dan terukur
besar.
• Tabel perhitungan RN
• Tabel Perhitungan VL
RN Error
R RN(Ω) VL Error
hit(Ω) (%) R VL(V)
Hit(V) (%)
R1 276,3 273,98 0,85
2200 7,8 5,48 42,34
R2 276,3 273,98 0,85
680 5,04 4,4 14,54
R3 276,3 273,98 0,85
1200 6,93 5,01 38,32
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
nilai RN sama meski beban yang digunakan berbeda hal
Berdasarkan tabel diatas nilai tegangan yang
ini dikarenakan kedua parameter tersebut adalah hasil didapat semakin besar seiring besarnya hambatan. Hal
ekuivalen dari rangkaian. ini sesuai dengan persamaan V=I.R dimana tegangan
berbanding lurus dengan hambatan.
Adanya persentase error pada perhitungan Adanya persentase error pada perhitungan
dikarenakan adanya human error dan alat yang kurang dikarenakan adanya human error dan alat yang kurang
MODUL 3 | Praktikum Rangkaian Listrik 2020
presisi. Nilai persentase error yang besar dikarenakan 2. Hyat, William. 2010. Rangkaian Listrik I.
selisih antara parameter yang terhitung dan terukur Erlangga, Jakarta.
besar. 3. Ramdhani, Mohamad. 2005. Rangkaian Listrik
(Revisi). Laboratorium Sistem Elektronika.
5. KESIMPULAN Jurusan Teknik Elektro. Sekolah Tinggi
5.1 TEOREMA SUPERPOSISI Teknologi Telkom Bandung.
1. Pada percobaan ini nilai arus dan tegangan
dari tiap-tiap resistor pada rangkain DC
lebih dari satu sumber bersifat fluktuaktif
karena dipengaruhi oleh variable dan
parameter yang ada pada rangkaian.
2. Untuk mencari nilai arus dan tegangan
tiap- tiap resistor pada suatu rangkaian
listrik dapat diselesaikan dengan
menggunakan teorema superposisi apabila
rangkaian tersebut linier (lebih dari satu
sumber), dimana pada percobaan ini
rangkaian yang dianalisis termasuk
rangkaian yang linier.

5.2 TEOREMA THEVENIN


1. Berdasarkan data hasil percobaan pada
teorema Thevenin, dapat disimpulkan bahwa
semakin besar nilai Rload , maka nilai Tegangan
beban semakin besar, sedangkan nilai arus
beban semakin kecil, sesuai dengan persamaan
:
𝑉 𝑉
I=𝑅 ;R= 𝐼
2. Untuk nilai Rth memiliki nilai yang sama
meski beban yang digunakan berbeda hal ini
dikarenakan kedua parameter tersebut adalah
hasil ekuivalen dari rangkaian, begitu juga
dengan Vth yang memiliki nilai sama
walaupun beban yang diguakan berbeda.

5.3 TEOREMA NORTON


1. Nilai IN dan RN untuk nilai resistor yang
berbebeda sama besar , hal ini saat pengukuran
maupun perhitungan nilai resistansi load
diabaikan. Sedangkan nilai IL dapat dihitung
setelah resistor beban dihubungkan ke
rangkaian ekivalen Norton
2. Teorema Norton dapat digunakan untuk
menganalisis suatu rangkaian DC yang
memiliki dua sumber dengan mengubah suatu
rangkaian rumit menjadi rangkaian sederhana

DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Lab Listrik Dasar, Penuntun Praktikum
Rangkaian Listrik, Lab Listrik Dasar FT
UNRAM, 2018.

MODUL 3 | Praktikum Rangkaian Listrik 2020

Anda mungkin juga menyukai