TEOREMA RANGKAIAN
Abstrak
Pada praktikum rangkaian listrik modul 3 tentang teorema rangkaian akan
dilakukan 3 sub percobaan yaitu teorema superposisi, teorema thevenin, teorema
northon. Pada masing-masing sub percobaan akan digunakan teorema rangkaian
dimana untuk membuktikan solusi dari permasalahan setiap rangkaian. Pada
teorema superposisi digunakan untuk menyelesaikan masalah suatu rangkaian yang
memiliki 2 sumber.Pada teorema thevenin digunakan untuk mencari nilai arus dan
tegangan dengan penyederhanan rangkaian yang dihubungkan secara seri dengan
rangkaian ekivalen tersebut.Pada teorema northon digunakan untuk mencari nilai
tegangan dan resistansi dengan penyederhanan rangkaian yang dihubungkan
secara parallel dengan rangkaian ekivalennya.
Kata kunci: Superposisi, Thevenin, Northon
ETH = E [ R3 / (R1+R3) ]
Hubung singkat sumber tegangan yang terdapat
pada gambar.Skema rangkaian berubah menjadi
seperti gambar dibawah ini. Gambar 2.9 Rangkaian ekivalen norton
RTH = R2 + [ ( R1xR3) / ( R1 + R3 ) ]
Gambarkan rangkaian ekivalen Theveninya dan Gambar 2.10 Rangkaian dengan tiga resistor dan dua
pasangkan kembali komponen yang akan dicari kuat sumber tegangan
arus dan tegangan listriknya.
Cari arus Norton, dengan cara menghubung singkat
tahanan R3 seperti pada gambar dibawah ini.
3. METODOLOGI
3.1 Spesifikasi Alat dan Komponen
1. Bread board
2. Power supply DC 5V
3. Power supply DC 12V
4. Multimeter Digital Gambar 3.2 Rangkaian sederhana percobaan
5. Multimeter Analog teorema thevenin
6. Kabel Jumper
7. Resistor (390Ω, 680Ω, 820Ω, 1kΩ, 1200Ω ,
00Ω) Langkah percobaan
Menambahka
n beban
Analisis Mencatat
(ukur IL dan
V L)
3.4 Percobaan IIITeorema Northon
Langkah percobaan I2 A
R2
+
V1
Merangkai sesuai gambar 1 -
R3
Mengukur IN dan RN
II Penambahan resistansi beban
Mengukur IL dan VL
- V2 = I2.R2
V2 = 3,6 x 668
V2= 2,404 V
- V3 = I3.R3
V3 = 2,9 x 810 Gambar 4.2 Rangkaian DC saat V1 off dan V2 on
V3 = 2,349 V
Analisa Perhitungan
Persentase error arus (I1, I2, I3) : Mencari nilai arus dan tegangan pada tiap-tiap resistor
I Hitung−I Ukur Diketahui : R1 ukur = 382 Ω
In =
| I Hitung |× 100 %
R2 ukur = 668 Ω
R3 ukur = 810 Ω
6,6−3,6
I1 = | 6,6 |
× 100 % V2 ukur = 11.95 V
Ditanya : Nilai arus (I1, I2, I3), tegangan (V1, V2,
I1 = 45,45 %
V3), dan persenatse error..
Penyelesaian:
Persentase error tegangan (V1, V2, V3) :
Nilai arus (I1, I2, I3).
V Hitung −V Ukur
Vn =
|
V Hitung
× 100 % | - RTotal = R1//R3 + R2
382 x 810
RTotal = +668
2,521−1,41 382+810
V1 = |2,521
× 100 % | RTotal = 927,58 Ω
V1 = 44,07 %
V1 I1 = 22,29 %
- ITotal =
R Total Persentase error tegangan (V1, V2, V3) :
11,95 V Hi tung −V Ukur
ITotal =
927,58
ITotal = 12,88 mA
Vn =
| V Hitung | × 100 %
- I2’’ = ITotal
V1 = |3,37−5,58
3,37 |
× 100 %
V1 = 65,58 %
I2’’ = 12,88 mA
Tabel 4.1.2.2 Hasil perhitungan arus dan tegangan saat
V1 off dan V2 on.
R3 R Arus (mA) Tegangan (V)
- I1’’ = X I '2' (Ω) Hitung Ukur % Error Hitung Ukur % Error
R 3+ R 1 R1 8,83 6,8 22,29 3,37 5,58 65,58
R2 12,88 12,9 0,15 8,60 7,51 12,67
810 R3 4,05 4,1 1,74 3,28 5,74 75
I1’’ = X 12,88
382+ 810 Berdasarkan tabel diatas dapat dianalisa bahwa
pada saat V1 off dan V2 on dengan nilai resistor semakin
I1’’ = 8,83 mA
besar maka arus yang dihasilkan mengalami fluktuatif
karena arus I1 dan I3 merupakan percabangan dari I3,
begitu juga pada nilai tegangan karena nilai arus
R1
- I3’’ = X I '2' berbanding lurus dengan tegangan. Persentase error yang
R 3+ R 1 didapatkan pada arus lebih kecil daripada tegangan,
karena adanya toleransi error pada alat ukur sebesar 5%.
382
I3’’ = X 12,08
382+ 810 c. Menghitung nilai arus dan tegangan saat V1
I3’’ = 4,05 mA ON dan V2 ON
= 3,73 V
V Hitung −V Ukur
Vn =
| V Hitung |× 100 %
V1 = |1,11−3,72
1,11 |
× 100 %
%error RTH
Gambar 4.3 Rangkaian teorema thevenin
%error = 0,007 %
382 X 980 668 X 810
RTH = +
382+980 668+810
% error VTH
RTH = 640,95
- Mencari VTH
%error = |VTH hitVTH.−VTH
hit .
ukur
| x100%
VTH = VBC=VB-VC
I1=
Vs
=
12
= 9 mA
%error = |1,906−1,3
1,906 |
x100%
VBC = 1.906 V
VTH = 1.906 V %error = |1,18−1,2
1,18 |
x100%
RL
VL = x V TH % error VL
R L + RTH
VL =
980
980+640,95
x 1,906 %error = |VLhitVLhit
.−VL ukur
. | x100%
VL = 1,15 V
IL =
V TH
%error = |1,15−1,2
1,15 |
x100%
Analisa tabel:
Berdasarkan tabel di atas dapat dianalisa bahwa
semakin besar nilai hambatan, maka nilai arus yang
didapat semakin kecil. Hal ini sesuai dengan persamaan
V Gambar 4.4 Rangkaian percobaan teorema
I= dimana nilai arus berbandng terbalik dengan
R Norton
hambatan. Diketahui: 𝑅1 = 382 Ω
Nilai tegangan yang didapat semakin besar seiring 𝑅2 = 668 Ω
besarnya hambatan. Hal ini sesuai dengan persamaan 𝑅𝐿1 = 810 Ω
V=I.R dimana tegangan berbanding lurus dengan 𝑅𝐿2 = 980 Ω
hambatan. 𝑅𝐿3 = 1170 Ω
Sedangkan nilai persentase error yang didpat 𝑉1 = 11,95 V
cenderung tidak terlalu besar pada nilai arus karna 𝑉2 = 4,98 V
perbedaan selisih antara nilai yang di ukur dan dihitung 1. Sumber tegangan bebas di-short circuit untuk
namun pada nilai tegangan cenderung besar karena mencari nilai RN
selisih antara nilai ukur dan hitung cukup besar.
Penyebab terjadinya error adalah adanya human error
dan alat yang kurang presisi.
RN = R1 || R2
R 1 .R 2
R N=
R 1+ R2
R 1 × R 2 382 x 668
RN = = = 243,02Ω
R 1+ R 2 382+668
2. Sumber tegangan bebas dipasang kembali, dan
terminal a-b di- short circuit untuk menentukan IN
%error RN = | RN hitRN.−RN
hit .
ukur
| x100%
243,02−244
Gambar 4.6 Rangkain pecobaan Teorema Norton
=
| 243,02 | x100%
V1 = 11,95 v
= 0,4 %
V2 = 4,98 v
Perhitungan:
V 1 V 2 11,95 4,98 % error IN
IN = + = + = 38,74 mA
R 1 R 2 382 668
arus
RN
= |38,74−38,74
38,74 | x100%
IL = IN( )
RN + R =0%
243,02
IL1 = 38,74 x = 8,94 mA
243,02+ 810 % error IL
243,02
IL2 = 38,74 x
243,02+ 980
= 7,69 mA %errorIL = | IL hitIL.−ILukur
hit . | x100%
243,02
IL3 = 38,74 x
243,02+ 1170
= 6,663 mA
= |8,94−8,9
8,94 |
x100%
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dilihat Tabel 4.3.2.2 Hasil perhitungan arus dan tegangan
bahwa semakin besar nilai hambatan, maka nilai arus
IL VL
yang didapat semakin kecil. Hal ini sesuai dengan R
IL
hit(mA
Error VL(
Hit(
Error
(mA) (%) V) (%)
V ) V)
persamaan I = dimana nilai arus berbanding 390 8,9 8,94 0,45 2.72 7,24 62,43
R 680 7,6 7,69 1,17 3,95 7,53 47,54
terbalik dengan hambatan. 820 6,6 6,66 0,9 4.16 7,8 46,67
Nilai tegangan yang didapat semakin besar seiring beban
besarnya hambatan. Hal ini sesuai dengan persamaan
V=I.R dimana tegangan berbanding lurus dengan
hambatan.
5.3 TEOREMA NORTON
Adanya persentase error pada perhitungan
1. Nilai IN dan RN untuk nilai resistor yang
dikarenakan adanya human error dan alat yang kurang
berbebeda sama besar , hal ini saat pengukuran
presisi. Nilai persentase error yang besar dikarenakan
maupun perhitungan nilai resistansi load
selisih antara parameter yang terhitung dan terukur
diabaikan. Sedangkan nilai IL dapat dihitung
besar.
setelah resistor beban dihubungkan ke
rangkaian ekivalen Norton
| Praktikum Rangkaian Listrik 2018
2. Teorema Norton dapat digunakan untuk
menganalisis suatu rangkaian DC dengan dua
sumber dengan mengubah suatu rangkaian
yang rumit menjadi rangkaian yang sederhana
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Lab Listrik Dasar, Penuntun Praktikum
Rangkaian Listrik, Lab Listrik Dasar FT
UNRAM, 2018.
2. Hyat, William. 2010. Rangkaian Listrik I.
Erlangga, Jakarta.
3. Ramdhani, Mohamad. 2005. Rangkaian Listrik
(Revisi). Laboratorium Sistem Elektronika.
Jurusan Teknik Elektro. Sekolah Tinggi
Teknologi Telkom Bandung.
https://djukarna.wordpress.com/2014/09/12/teori
-rangkaian-thevenin-norton/ (diakses pada
tanggal 11 Oktober 2018)