Anda di halaman 1dari 13

MODUL III

TEOREMA RANGKAIAN

Eggie Yayang Dewangga Rilangi (F1B016025)


Asisten : M.Fajar Alghiffari (F1B015063)
Tanggal Percobaan : 13 Oktober 2018

ES2232 – Praktikum Rangkaian Listrik


LAB. LISTRIK DASAR - TEKNIK ELEKTRO – UNRAM

Abstrak
Pada praktikum rangkaian listrik modul 3 tentang teorema rangkaian akan
dilakukan 3 sub percobaan yaitu teorema superposisi, teorema thevenin, teorema
northon. Pada masing-masing sub percobaan akan digunakan teorema rangkaian
dimana untuk membuktikan solusi dari permasalahan setiap rangkaian. Pada
teorema superposisi digunakan untuk menyelesaikan masalah suatu rangkaian yang
memiliki 2 sumber.Pada teorema thevenin digunakan untuk mencari nilai arus dan
tegangan dengan penyederhanan rangkaian yang dihubungkan secara seri dengan
rangkaian ekivalen tersebut.Pada teorema northon digunakan untuk mencari nilai
tegangan dan resistansi dengan penyederhanan rangkaian yang dihubungkan
secara parallel dengan rangkaian ekivalennya.
Kata kunci: Superposisi, Thevenin, Northon

1. PENDAHULUAN eksperimental hubungan nilai R terhadap


Percobaan Modul III pada praktikum arus dan tegangan dalam rangkaian yang
rangkaian listrik dilaksanakan dengan tujuan utama mengandung dua sumber tegangan.
untuk menerapkan teorema-teorema yang ada pada
rangkaian listrik. Adapun tujuan-tujuan dari percobaan 2. DASAR TEORI
modul III Praktikum Rangkaian Listrik ini, antara lain 2.1 TEOREMA SUPERPOSISI
1.1 TEOREMA SUPERPOSISI Aplikasi hukum kirchoff menggunakan metode
Tujuan pada sub pertama ini adalah untuk superposisi tergolong ke dalam metode yang paling
menentukan tegangan dan arus pada tiap banyak digunakan untuk menyelesaikan persoalan-
resistor dari sebuah rangkaian DC yang persoalan di dalam rangkaian-rangkaian listrik yang
memiliki lebih dari satu sumber dan mempunyai lebih dari satu sumber tegangan.
membuktikan teorema superposisi dalam Kuat arus listrik yang mengalir melalui tiap cabang
memecahkan suatu rangkaian DC yang dalam suatu rangkaian listrik yang memiliki lebih dari
memiliki lebih dari satu sumber. satu sumber tegangan, adalah sebagai akibat dari adanya
masing-masing sumber tegangan yang terpasang
1.2 TEOREMA THEVENIN didalam rangkaian listrik.
Tujuan pada sub kedua ini adalah untuk Yang perlu diperhatikan pada saat melakukan
menentukan tegangan Thevenin Setara (V) perhitungan dengan menggunakan metode superposisi
dan resistansi (R) dari sebuah rangkaian DC adalah menentukan kemana arah arus yang mengalir
dengan sumber tegangan tunggal dan untuk dari setiap sumber tagangan yang terpasang dalam
membuktikan secara eksperimental nilai V rangkaian listrik tersebut.
dan R dalam memecahkan suatu rangkaian Jika sumber tegangan yang pertama aktif, maka kita
seri parallel. harus menentukan kemana arah arusnya mengalir
sedang sumber tegangan yang lain dihubung singkat.
1.3 TEOREMA NORTON Polaritas arus hanyalah merupakan arah, sedang kuat
Tujuan pada sub ketiga ini adalah untuk arus sebenarnya yang mengalir tiap cabang adalah
menentukan nilai-nilai sumber arus konstan merupakan harga mutlaknya.
Northon IN, resistansi Northon RN, dan IL
dirangkaian DC yang terdiri dari dua sumber
tegangan. Serta untuk menguji secara

| Praktikum Rangkaian Listrik 2018


2.2TEOREMA THEVENIN
Teorema Thevenin atau metode Thevenin
dikemukakan oleh seorang sarjana kebangsaan Perancis
bernama M.L. Thevenin. Seperti metode-metode
Gambar 2.1 Rangkaian dengan dua resistor dan dua lainya , theorema Thevenin juga digunakan untuk
sumber tegangan. menganalisis rangkaian listrik dengan terlebih dahulu
mencari besar tegangan dan kuat arus listrik yang
Sumber tegangan E1aktif , sedang sumber tegangan E2 mengalir melalui salah satu komponen yang terdapat
dihubung singkat. Pada saat ini, skema rangkaian dan pada rangkaian tersebut.
arah arusnya menjadi seperti gambar dibawah ini. Untuk menentukan besarnya arus dan tegangan dalam
suatu rangkaian menggunakan metode Thevenin
terdapat langkah-langkah sebagai berikut:
1. Dari rangkaian listrik yang diketahui, cari
terlebih dahulu Tegangan Theveninya (ETH).
Tegangan Thevenin adalah tegangan yang
diperoleh dengan cara melepaskan salah satu
komponen yang akan dicari besar
Gambar 2.2 Rngkaian sumber tegangan sebelah kanan
teganganya.
dimatikan (hubung singkat).
2. Setelah mencari tegangan Thevenin,
selanjutnya mencari nilai resistansi
pada skema rangkaian diatas diperoleh:
Theveninya (RTH). Resistansi Thevenin
RT= R1 + [ ( R2 x R3 ) / (R2 + R3) ]
adalah resistansi yang diperoleh dengan cara
sehingga:
menghubung singkat semua sumber
I1’= E1 / RT
tegangan yang terdapat dalam rangkaian.
I2’ = I1’ [ R3 / ( R2 + R3 ) ]
3. Gambarkan rangkaian Thevenin dan
I3’ = I1’ [ ( R2 / ( R2 + R3 ) ]
pasangkan kompenen yang telah dilepaskan.
Sumber tegangan E2aktif , sedang sumber tegangan E1
Dengan menggunakan hukum Ohm dapat
dihubung singkat. Pada saat ini, skema rangkaian dan
diperoleh besar tegangan drop dan kuat arus
arah arusnya adalah sebagai berikut.
yang mengalir pada komponen tersebut.

Skema rangkaian Thevenin.

Gambar 2.3 Rangkaian sumber tegangan sebelah kiri


dimatikan ( hubung singkat).

Dari skema rangkaian diatas diperoleh:


Gambar2.4 Rangkaian ekivalen thevenin
RT = R2 + [ ( R1 x R3 ) / ( R1 + R3 ) ]
Sehingga:
Perhatikan gambar rangkaian dibawah ini.
I2” = E2 / RT
I1” = I2” [ R3 / ( R1 + R3 ) ]
I3” = I2” [ R1 / ( R1 + R3 ) ]
Kuat arus listrik sebenarnya yang mengalir melalui tiap
resistor adalah:
I1 = I1’ – I1”
I2 = I1’ – I1”
I3 = I3’ + I3”
Tegangan drop sebenarnya pada tiap resistor adalah:
ER1 = I1 . R1
Gambar 2.5 Rangkaian dengan empat resistor
ER2 = I2 . R2
dan satu sumber tegangan
ER3 = I3 . R3

| Praktikum Rangkaian Listrik 2018


Lepaskan resistor R4 dari dalam rangkaian, skema mengenal “ arus Norton” dan “tahanan Norton”.Arus
rangkaian berubah menjadi gambar dibawah ini. Norton adalah besarnya arus listrik yang mengalir
melalui suatu komponen yang terdapat dalam rangkaian
listrik pada saat komponen tersebut dihubung singkat.
Jadi arus Norton adalah arus hubung singkat.Tahanan
Norton adalah tahanan total rangkaian pada komponen
yang dilepas setelah menghubung singkat semua sumber
tegangan yang terdapat dalam rangkaian.

Skema rangkaian ekivalen Norton.


Gambar 2.6 Rangkaian setelah dilepas rangkaian
sebelah kanan a – b.

ETH = E [ R3 / (R1+R3) ]
Hubung singkat sumber tegangan yang terdapat
pada gambar.Skema rangkaian berubah menjadi
seperti gambar dibawah ini. Gambar 2.9 Rangkaian ekivalen norton

dengan menggunakan hukum Ohm untuk pembagi kuat


arus, diperoleh besarnya kuat arus yang mengalir
melalui tahanan RX , yaitu:
IRX = IN[ RN / ( RN + RX ) ]
Perhatikan skema rangkaian listrik dibawah ini.

Gambar 2.7 Rangkaian setelah dilepas rangkaian


sebelah kanan a – b dan sumber tegangan dihubung
singkat.

RTH = R2 + [ ( R1xR3) / ( R1 + R3 ) ]
Gambarkan rangkaian ekivalen Theveninya dan Gambar 2.10 Rangkaian dengan tiga resistor dan dua
pasangkan kembali komponen yang akan dicari kuat sumber tegangan
arus dan tegangan listriknya.
Cari arus Norton, dengan cara menghubung singkat
tahanan R3 seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.8 Rangkaian ekivalen thevenin.


Gambar 2.11 Rangkain dengan tiga resistor dan dua
Kuat arus yang mengalir pada R4 adalah sumber tegangan
IR4 = ETH / ( RTH + R4)
Tegangan drop pada R4 adalah IN = I1 + I2
ER4= IR4 . R4 = ( E1 / R1 ) + ( E2 / R2 )
Cari tahanan Norton, dengan cara melepaskan tahanan
2.3. THEOREMA NORTON R3 dan menghubung singkat semua sumber tegangan,
Teorema Norton atau metode Norton seperti gambar dibawah ini.
dikemukakan oleh E.L. Norton dari Amerika
Serikat.Seperti halnya teorema Thevenin, teorema
Norton juga digunakan untuk menentukan besarnya kuat
arus yang mengalir melalui salah satu komponen yang
terdapat dalam rangkaian listrik. Kalau didalam teorema
Thevenin kita mengenal “tegangan Thevenin” dan Gambar 2.12 Rangkain dengan dua resistor
“tahanan Thevenin”, maka dalam teorema Norton kita RN = ( R1 x R2 ) / ( R1 + R2 )

| Praktikum Rangkaian Listrik 2018


Gambarkan rangkaian ekivalen Norton, dan pasang
kembali tahanan yang akan dicari kuat arus dan
teganganya.
IR3 = IN[ RN / ( RN + R3 ) ]

3. METODOLOGI
3.1 Spesifikasi Alat dan Komponen
1. Bread board
2. Power supply DC 5V
3. Power supply DC 12V
4. Multimeter Digital Gambar 3.2 Rangkaian sederhana percobaan
5. Multimeter Analog teorema thevenin
6. Kabel Jumper
7. Resistor (390Ω, 680Ω, 820Ω, 1kΩ, 1200Ω ,
00Ω)  Langkah percobaan

3.2 Percobaan I Teorema Superposisi Menginput


Pengecekkan sumber
Merangkai
 Gambar rangkaian alat tegangan 5
sesuai gbr dan 12 V
(Mengukur V
1
dan R) (Ukur VTH dan
RTH)

Menambahka
n beban
Analisis Mencatat
(ukur IL dan
V L)
3.4 Percobaan IIITeorema Northon

Gambar 3.1 Rangkaian percobaan teorema  Gambar rangkaian


superposisi R1 I1
A
I3
A

 Langkah percobaan I2 A

R2
+
V1
Merangkai sesuai gambar 1 -
R3

Input sumber DC 5 Volt dan 12 Volt


I Mengukur tegangan dan tahanan yang akan
digunakan guna sebagai pengecekan alat. Gambar 3.3 Rangkaian sederhana percobaan
teorema Northon.
Mengukur VR dan IR saat V1 on dan V2 off
II Mengukur VR dan IR saat V1 on dan V2 off
Mengukur VR dan IR saat V1 on dan V2 on

III Mencatat hasil percobaan

3.3 Percobaan II Teorema Thevenin

 Gambar rangkaian Gambar 3.4 Rangkaian sederhana percobaan teorema


Northon
.
 Langkah percobaan

| Praktikum Rangkaian Listrik 2018


Merangkai sesuai gambar 3
I Input sumber DC 9 Volt dan 5 Volt

Mengukur IN dan RN
II Penambahan resistansi beban
Mengukur IL dan VL

III Mencatat hasil percobaan

Gambar 4.1 Rangkaian DC saat V1 on dan V2 off


Analisa Perhitungan
Mencari nilai arus dan tegangan pada tiap-tiap resistor
Diketahui : R1 ukur = 382 Ω
4.HASIL DAN ANALISA
R2 ukur = 668 Ω
4.1 Teorema Superposisi
R3 ukur = 810 Ω
Data Hasil
V1 ukur = 4,98V
Tabel 4.1.1.1 Hasil pengukuran nilai tegangan dan
tahanan Ditanya : Nilai arus (I1, I2, I3), tegangan (V1, V2, V3),
V Vbaca Vukur R R
No Tahanan dan persenatse error.
(Volt) (Volt) (volt) baca ukur
1 V1 5V 5.98 R1 390 Ω 382 Ω Penyelesaian:
2 V2 12 V 11.95 R2 680 Ω 668 Ω
3 - - - R3 820 Ω 810 Ω  Nilai arus (I1, I2, I3).
- RTotal = R2//R3 + R1
Tabel 4.1.1.2 Hasil pengukuran arus dan tegangan saat
V1 on dan V2 off 668 x 810
RTotal = +382
N
Tahanan Tegangan (V) Arus (mA) 668+810
o
1 R4 1,41 3,6 RTotal = 748,08 Ω
2 R5 3,46 5,3
3 R6 1,37 1,7
V1
- ITotal =
Tabel 4.1.1.3 Hasil pengukuran arus dan tegangan saat R Total
V1 Off dan V2 On
No Tahanan Tegangan (V) Arus (mA) 4,98
ITotal =
1 R4 5,58 6,8 748,8
2 R5 7,51 12,9
ITotal = 6,6 mA
3 R6 5,74 4,1

Tabel 4.1.1.4 Hasil pengukuran arus dan tegangan saat


V1 dan V2 on
No Tahanan Tegangan (V) Arus (mA) - I1’ = ITotal
1 R1 3,72 2,1
2 R2 I1’ = 6,6 mA
0,44 9,2
3 R3 7,72 7,1
R3
Analisa dan Perhitungan - I2’ = X I '1
R 3+ R 2
a. Menghitung nilai arus dan tegangan saat V1
ON dan V2 OFF
| Praktikum Rangkaian Listrik 2018
810
I2’ = X 6,6
668+810
Tabel 4.1.2.1Hasil perhitungan arus dan tegangan saat
I2’ = 3,6 mA V1 on dan V2 off.
R Arus (mA) Tegangan (V)
(Ω) Hitung Ukur % Error Hitung Ukur % Error
R1 6,6 3,6 45,45 2.521 1.41 44,07
R2
- I3’ = X I '1 R2 3,6 5,3 47,22 2.404 3.46 43,93
R 3+ R 2 R3 2,9 1,7 41,38 2.349 1.37 41,68
Berdasarkan table diatas dapat dianalisa bahwa
668 pada saatV1 on dan V2 OFF pada saat nilai resistor
I3’ = X 6,6
668+810 semakin besar didapatkan nilai arus dan semakin kecil
I3’ = 2,9 atau berbanding terbalik. Hal ini sesuai dengan
persamaaan yang digunakan, yaitu I=V/R. Persentase
error yang didapatkan relatif besar karena diatas 10 %
 Nilai tegangan (V1, V2, V3). hal ini disebabkan oleh selisih antara nilai hitung dan
ukur yang cukup signifikan.
- V1 = I1.R1
V1 = 6,6 x 382 b. Menghitung nilai arus dan tegangan saat V1
OFF dan V2 ON
V1 = 2,521 V

- V2 = I2.R2
V2 = 3,6 x 668
V2= 2,404 V

- V3 = I3.R3
V3 = 2,9 x 810 Gambar 4.2 Rangkaian DC saat V1 off dan V2 on
V3 = 2,349 V

Analisa Perhitungan
 Persentase error arus (I1, I2, I3) : Mencari nilai arus dan tegangan pada tiap-tiap resistor
I Hitung−I Ukur Diketahui : R1 ukur = 382 Ω
In =
| I Hitung |× 100 %
R2 ukur = 668 Ω
R3 ukur = 810 Ω
6,6−3,6
I1 = | 6,6 |
× 100 % V2 ukur = 11.95 V
Ditanya : Nilai arus (I1, I2, I3), tegangan (V1, V2,
I1 = 45,45 %
V3), dan persenatse error..
Penyelesaian:
 Persentase error tegangan (V1, V2, V3) :
 Nilai arus (I1, I2, I3).
V Hitung −V Ukur
Vn =
|
V Hitung
× 100 % | - RTotal = R1//R3 + R2
382 x 810
RTotal = +668
2,521−1,41 382+810
V1 = |2,521
× 100 % | RTotal = 927,58 Ω
V1 = 44,07 %

| Praktikum Rangkaian Listrik 2018


I1 = |8,83−6,8
8,83 |
× 100 %

V1 I1 = 22,29 %
- ITotal =
R Total  Persentase error tegangan (V1, V2, V3) :
11,95 V Hi tung −V Ukur
ITotal =
927,58
ITotal = 12,88 mA
Vn =
| V Hitung | × 100 %

- I2’’ = ITotal
V1 = |3,37−5,58
3,37 |
× 100 %

V1 = 65,58 %
I2’’ = 12,88 mA
Tabel 4.1.2.2 Hasil perhitungan arus dan tegangan saat
V1 off dan V2 on.
R3 R Arus (mA) Tegangan (V)
- I1’’ = X I '2' (Ω) Hitung Ukur % Error Hitung Ukur % Error
R 3+ R 1 R1 8,83 6,8 22,29 3,37 5,58 65,58
R2 12,88 12,9 0,15 8,60 7,51 12,67
810 R3 4,05 4,1 1,74 3,28 5,74 75
I1’’ = X 12,88
382+ 810 Berdasarkan tabel diatas dapat dianalisa bahwa
pada saat V1 off dan V2 on dengan nilai resistor semakin
I1’’ = 8,83 mA
besar maka arus yang dihasilkan mengalami fluktuatif
karena arus I1 dan I3 merupakan percabangan dari I3,
begitu juga pada nilai tegangan karena nilai arus
R1
- I3’’ = X I '2' berbanding lurus dengan tegangan. Persentase error yang
R 3+ R 1 didapatkan pada arus lebih kecil daripada tegangan,
karena adanya toleransi error pada alat ukur sebesar 5%.
382
I3’’ = X 12,08
382+ 810 c. Menghitung nilai arus dan tegangan saat V1
I3’’ = 4,05 mA ON dan V2 ON

 Nilai tegangan (V1, V2, V3).


- V1 = I1.R1
= 8,83 × 382
= 3,37 V
- V2 = I2.R2
= 12,88 ×668
Gambar 4.3 Rangkaian DC dengan kedua sumber On
= 8,60 V Analisa Perhitungan
- V3 = I3.R3 Mencari nilai arus dan tegangan pada tiap-tiap resistor
= 4,05 ×810 Diketahui : R1 ukur = 382 Ω
= 3,28 V R2 ukur = 698 Ω
R3 ukur = 810 Ω
 Persentase error arus (I1, I2, I3) : V1 ukur = 4,98 V

I Hitung−I Ukur V2 ukur = 11.95 V


In =
| I Hitung | × 100 %

| Praktikum Rangkaian Listrik 2018


Ditanya : Nilai arus (I1, I2, I3), tegangan (V1, V2, V3), V1 = 2,35 %
dan persenatse error.
Tabel 4.1.2.3 Hasil perhitungan arus dan tegangan saat
Penyelesaian:Mencari nilai arus dan tegangan masing-
V1 dan V2 on.
masing resistor R Arus (mA) Tegangan (V)
 Mencari IR4 ,IR5 dan IR6 (Ω) Hitung Ukur % Error Hitung Ukur % Error
R4 2,9 2,1 27,59 1,11 3,72 2,53
Didapatkan : R5 9 9,2 2,22 6,01 0,44 0,93
Maka : R6 4,6 7,1 54,35 3,73 7,72 1,07
IR1 = IR1’ -IR1’’
= 6,6 – 3,7 Berdasarkan tabel diatas dapat dianalisa bahwa
= 2,9 mA pada saat V1 on dan V2 on dengan nilai resistor semakin
besar maka arus yang dihasilkan semakin besar,
IR2 = IR2’ + IR2’’
sedangkan nilai tegangan yang didapatkan semakin besar
= 3,6 + 5,4 juga karena pada rangkaian diberikan dua sumber.
= 9 mA Persentase error yang didapatkan pada arus lebih kecil
IR3 = IR3’ - IR3’’ daripada tegangan, karena adanya toleransi error pada
= 2,9 + 1,7 alat ukur sebesar 5%.
= 4,6 mA

Nilai tegangan (V1, V2, V3).


4.2 Teorema Thevenin
- V1 = I1.R1 Data hasil
= 2,9 × 382
Tabel 4.2.1.1 Hasil pengukuran nilai tahanan terukur
= 1,11 V No Tahanan Rbaca Rukur
- V2 = I2.R2 1 R1 380 382
2 R2 680 668
= 9 ×668 3 R3 820 810
= 6,01 V 4 R4 1000 980
5 RL4 1000 980
- V3 = I3.R3 6 RL5 1200 1170
= 4,6× 810 7 RL6 2700 2641

= 3,73 V

Tabel 4.2.1.2 Hasil pengukuran arus dan tegangan


 Persentase error arus (I1, I2, I3) : pada rangkaian
No Tahanan RTH VTH IL VL
I Hitung−I Ukur
In =
| I Hitung |
× 100 % 1
2
3
RL4
RL5
RL6
641
641
641
1,3
1,3
1,3
1,2
1,1
0,6
1,2
4
6
I1 = |2,92,9– 2,1|× 100 %
Analisa Perhitungan

I1 = 27,59 % 1. Rangkaian Teorema Thevenin


 Persentase error tegangan (V1, V2, V3) :

V Hitung −V Ukur
Vn =
| V Hitung |× 100 %

V1 = |1,11−3,72
1,11 |
× 100 %

| Praktikum Rangkaian Listrik 2018


1,906
IL =
980+640,95
IL = 1,18 mA

3. Mencari persentase error RTh, VTh, ILdanVL

%error RTH
Gambar 4.3 Rangkaian teorema thevenin

2. Perhitungan RTH dan VTH


%error = | RTH hitRTH.−RTH
hit .
ukur
| x100%

- Mencari RTH dengan cara men-short semua


beban
RTH = R1//R4 + R2//R3
%error =
| 640,95−641
640,95 |
x100%

%error = 0,007 %
382 X 980 668 X 810
RTH = +
382+980 668+810
% error VTH
RTH = 640,95

- Mencari VTH
%error = |VTH hitVTH.−VTH
hit .
ukur
| x100%

VTH = VBC=VB-VC

I1=
Vs
=
12
= 9 mA
%error = |1,906−1,3
1,906 |
x100%

R 1+ R 4 382+ 980 %error = 31,79 %


Vs 12
I2 = = = 8 mA
R 2+ R 3 668+810 % error IL
VBC = I1R1 – I2R2
VBC = (9 x 382) – (8 x 668) %error = | IL hitIL.−ILukur
hit . | x100%

VBC = 1.906 V
VTH = 1.906 V %error = |1,18−1,2
1,18 |
x100%

- Mencari nilai VL dan IL %error = 1,69 %

RL
VL = x V TH % error VL
R L + RTH

VL =
980
980+640,95
x 1,906 %error = |VLhitVLhit
.−VL ukur
. | x100%

VL = 1,15 V

IL =
V TH
%error = |1,15−1,2
1,15 |
x100%

R L + RTH %error = 4,35 %

| Praktikum Rangkaian Listrik 2018


Tabel 4.2.2.1 Hasil pengukuran % error nilai  Tabel 4.3.1.1 Hasil pengukuran nilai tahanan
tegangan dan tahanan ukur terukur

RTH RTH Error VTH VTH Error N Rukur


R Tahanan Rbaca(Ω)
(Ω) hit(Ω) (%) (V) hit(V) (%)
390 641 640,95 0,007 1,3 1,906 31,79
o (Ω)
680 641 640,95 0.007 1,3 1,906 31,79 1 R1 390 382
820 641 640,95 0.007 1,3 1,906 31,79 2 R2 680 668
3 R3 820 810
Analisa tabel: 4 R4 1000 980
Berdasarkan tabel di atas dapat dianalisa bahwa 5 R5 1200 1170
nilai RTH ukur dan RTH hitung memiliki perbedaan yang
sedikit dan nilai RTH memiliki nilai yang sama meski  Tabel 4.3.1.2 Hasil perngukuran arus dan
beban yang digunakan berbeda hal ini dikarenakan tegangan pada rangkaian
kedua parameter tersebut adalah hasil ekuivalen dari
rangkaian. Begitu juga dengan VTH memiliki nilai yang
sama, namun perbedaan antara hihtung dan ukur cukup
besar. IL
Sehingga didapatkan persentase error pada RTH Tahanan RN(Ω) IN (mA) VL(V)
(mA)
terbilang kecil karena dibawah 10 %, dan persentase 0.008
error pada VTH terbilang besar karena diatas 10 %. R3 244 0.03874 2.72
9
Penyebab terjadinya error adalah adanya human error 0.007
dan alat yang kurang presisi. R4 244 0.03874 3.95
6
. 0.006
 Tabel 4.2.2.2 Hasil perhitungan arus dan tegangan R5 244 0.03874 4.16
6
IL IL Erro VL Erro
VL
RL (mA hit(mA r hit(V r
(V)
) ) (%) ) (%)
980 1,2 1,18 1,69 1,2 1,15 4,17
117 4,3
1,1 1,05 4,55 3,12 22
0 5
Perhitungan dan Analisa
264 6,1
0,6 0,58 3,33 5,15 14,17
1 2

Analisa tabel:
Berdasarkan tabel di atas dapat dianalisa bahwa
semakin besar nilai hambatan, maka nilai arus yang
didapat semakin kecil. Hal ini sesuai dengan persamaan
V Gambar 4.4 Rangkaian percobaan teorema
I= dimana nilai arus berbandng terbalik dengan
R Norton
hambatan. Diketahui: 𝑅1 = 382 Ω
Nilai tegangan yang didapat semakin besar seiring 𝑅2 = 668 Ω
besarnya hambatan. Hal ini sesuai dengan persamaan 𝑅𝐿1 = 810 Ω
V=I.R dimana tegangan berbanding lurus dengan 𝑅𝐿2 = 980 Ω
hambatan. 𝑅𝐿3 = 1170 Ω
Sedangkan nilai persentase error yang didpat 𝑉1 = 11,95 V
cenderung tidak terlalu besar pada nilai arus karna 𝑉2 = 4,98 V
perbedaan selisih antara nilai yang di ukur dan dihitung 1. Sumber tegangan bebas di-short circuit untuk
namun pada nilai tegangan cenderung besar karena mencari nilai RN
selisih antara nilai ukur dan hitung cukup besar.
Penyebab terjadinya error adalah adanya human error
dan alat yang kurang presisi.

4.3 PERCOBAAN TEOREMA NORTHON


4.3.1 Hasil dan Perhitungan

| Praktikum Rangkaian Listrik 2018


4. Menghitun VL menggunakan hukum ohm
VL1= IL1 × RL1 = 8,94 × 810 = 7,24 V
VL2= IL2 × RL2 = 7,69 × 980 = 7,53 V
VL3= IL3 × RL3 = 6,663 × 1170 = 7,8 V
5. Membuat rangkaian eqivalen Northon

Gambar 4.5 Rangkain percobaan Teorema


Norton

RN = R1 || R2
R 1 .R 2
R N=
R 1+ R2
R 1 × R 2 382 x 668
RN = = = 243,02Ω
R 1+ R 2 382+668
2. Sumber tegangan bebas dipasang kembali, dan
terminal a-b di- short circuit untuk menentukan IN

Gambar 4.7 Rangkain percobaan Teorema


Norton
%error RN

%error RN = | RN hitRN.−RN
hit .
ukur
| x100%

243,02−244
Gambar 4.6 Rangkain pecobaan Teorema Norton
=
| 243,02 | x100%

V1 = 11,95 v
= 0,4 %
V2 = 4,98 v
Perhitungan:
V 1 V 2 11,95 4,98 % error IN
IN = + = + = 38,74 mA
R 1 R 2 382 668

3. Menghitung IL menggunakan rumus pembagian


%error IN = |¿ hit¿.−¿hit ukur
. |
x100%

arus
RN
= |38,74−38,74
38,74 | x100%

IL = IN( )
RN + R =0%
243,02
IL1 = 38,74 x = 8,94 mA
243,02+ 810 % error IL
243,02
IL2 = 38,74 x
243,02+ 980
= 7,69 mA %errorIL = | IL hitIL.−ILukur
hit . | x100%

243,02
IL3 = 38,74 x
243,02+ 1170
= 6,663 mA
= |8,94−8,9
8,94 |
x100%

| Praktikum Rangkaian Listrik 2018


= 0,45 % 5. KESIMPULAN
5.1 TEOREMA SUPERPOSISI
1. Pada percobaan ini nilai arus dan tegangan
% error VL dari tiap-tiap resistor pada rangkain DC
lebih dari satu sumber bersifat fluktuaktif
%error = |VLhitVLhit
.−VL ukuz
. | x100% karena dipengaruhi oleh variable dan
parameter yang ada pada rangkaian.
2. Untuk mencari nilai arus dan tegangan
= |7,24−2,72
7,24 |
x100%
tiap- tiap resistor pada suatu rangkaian
listrik dapat diselesaikan dengan
menggunakan teorema superposisi apabila
= 62,43 % rangkaian tersebut linier (lebih dari satu
sumber), dimana pada percobaan ini
4.3.2 Analisis rangkaian yang dianalisis termasuk
 Tabel 4.3.2.1 Hasil perhitungan arus dan tegangan rangkaian yang linier.
northon
5.2 TEOREMA THEVENIN
RN Erro IN Erro 1. Berdasarkan data hasil percobaan pada
RN(Ω IN
R hit(Ω r hit(mA r teorema Thevenin, dapat disimpulkan bahwa
) (mA)
) (%) ) (%) semakin besar nilai Rload , maka nilai Tegangan
R 243,0 38,7, beban semakin besar, sedangkan nilai arus
244 0,4 38,74 0
1 2 4 beban semakin kecil, sesuai dengan
R 243,0 persamaan :
244 0,4 38,74 38,74 0
2 2
R 243,0
244 0,4 38,74 38,74 0 I=𝑉 ;R=𝑉
3 2
𝑅 𝐼
Analisa tabel:
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dilihat 2. Berdasarkan eksperimen nilai V dan R dalam
bahwa nilai RN dan IN sama meski beban yang rangkain seri-paralel, bahwa nilai tegangan
digunakan berbeda hal ini dikarenakan kedua parameter pada rangkaian seri mengalami drop tegangan
tersebut adalah hasil ekuivalen dari rangkaian. di masing-masing tahanan, sedangkan pada
Adanya persentase error pada perhitungan rangkaian paralel, nilai tegangan di setiap
dikarenakan adanya human error dan alat yang kurang titik/node ialah sama, dan nilai tahanan pada
presisi. Nilai persentase error yang kecil dikarenakan rangkaian seri lebih besar nilainnya di
selisih antara parameter yang terhitung dan terukur bandingkan dengan nilai tahanan pada
kecil. rangkaian paralel.

Analisa tabel:
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dilihat Tabel 4.3.2.2 Hasil perhitungan arus dan tegangan
bahwa semakin besar nilai hambatan, maka nilai arus
IL VL
yang didapat semakin kecil. Hal ini sesuai dengan R
IL
hit(mA
Error VL(
Hit(
Error
(mA) (%) V) (%)
V ) V)
persamaan I = dimana nilai arus berbanding 390 8,9 8,94 0,45 2.72 7,24 62,43
R 680 7,6 7,69 1,17 3,95 7,53 47,54
terbalik dengan hambatan. 820 6,6 6,66 0,9 4.16 7,8 46,67
Nilai tegangan yang didapat semakin besar seiring beban
besarnya hambatan. Hal ini sesuai dengan persamaan
V=I.R dimana tegangan berbanding lurus dengan
hambatan.
5.3 TEOREMA NORTON
Adanya persentase error pada perhitungan
1. Nilai IN dan RN untuk nilai resistor yang
dikarenakan adanya human error dan alat yang kurang
berbebeda sama besar , hal ini saat pengukuran
presisi. Nilai persentase error yang besar dikarenakan
maupun perhitungan nilai resistansi load
selisih antara parameter yang terhitung dan terukur
diabaikan. Sedangkan nilai IL dapat dihitung
besar.
setelah resistor beban dihubungkan ke
rangkaian ekivalen Norton
| Praktikum Rangkaian Listrik 2018
2. Teorema Norton dapat digunakan untuk
menganalisis suatu rangkaian DC dengan dua
sumber dengan mengubah suatu rangkaian
yang rumit menjadi rangkaian yang sederhana

DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Lab Listrik Dasar, Penuntun Praktikum
Rangkaian Listrik, Lab Listrik Dasar FT
UNRAM, 2018.
2. Hyat, William. 2010. Rangkaian Listrik I.
Erlangga, Jakarta.
3. Ramdhani, Mohamad. 2005. Rangkaian Listrik
(Revisi). Laboratorium Sistem Elektronika.
Jurusan Teknik Elektro. Sekolah Tinggi
Teknologi Telkom Bandung.
https://djukarna.wordpress.com/2014/09/12/teori
-rangkaian-thevenin-norton/ (diakses pada
tanggal 11 Oktober 2018)

| Praktikum Rangkaian Listrik 2018

Anda mungkin juga menyukai