TEOREMA RANGKAIAN
Abstrak
Pada modul 3 teorema rangkaian terdapat 3 percobaan yaitu teorema superposisi, thevenin dan
Northon. Teorema superposisi digunakan untuk menyelesaikan masalah suatu rangkaian yang
memiliki 2 sumber. Pada teorema thevenin digunakan untuk mencari nilai arus dan tegangan
dengan penyederhanan rangkaian yang dihubungkan secara seri dengan rangkaian ekivalennya.
Pada teorema northon digunakan untuk mencari nilai tegangan dan resistansi dengan
penyederhanan rangkaian yang dihubungkan secara paralel dengan rangkaian ekivalennya.
Kata Kunci : Teorema Superposisi, Teorema Thevenin dan Teorema Northon
Langkah Percobaan
Gambar 3.4.1 Rangkaian sederhana percobaan
teorema norton.
Teorema Thevenin
Tabel. 4.5 Hasil pengukuran nilai tahanan
terukur
No Tahanan R Baca R Ukur
1. R1 390 Ω 355.8 Ω
2. R2 3300 Ω 1.25 Ω
Gambar 3.4.2 Diagram percobaan teorema norton.
3. R3 1200 Ω 0.92 Ω
4. R4 470 Ω 0.42 Ω
5. RL1 330 Ω 326.4 Ω
6. RL2 1K Ω 0.98 Ω
7. RL3 3300 Ω 3.27 Ω
Teorema Norton
Tabel. 4.6 Hasil pengukuran nilai tahanan
4. HASIL DAN ANALISIS terukur
4.1 Teorema Superposisi No Tahanan R baca R ukur
1. R1 680 Ω 669 Ω
4.1.1 Hasil dan Perhitungan 2. R2 2700 Ω 2677 Ω
Teorema Superposisi 3. RL1 390 Ω 355 Ω
4. RL2 560 Ω 551 Ω
Tabel 4.1 Hasil pengukuran nilai tegangan dan 5. RL3 1200 Ω 1176 Ω
tahanan terukur.
6. RL4 1800 Ω 1773 Ω
N V VBaca VUkur R RBaca RUkur
o (Volt) (Volt) (Volt) (Ω) (Ω)
1 V1 5 4.91 R1 820 807 Tabel. 4.7 Hasil pengukuran arus dan
2 V2 15 14.75 R2 1200 1174 tegangan pada rangkaian
No Tahanan RN IN IL VL
3 - - - R3 2200 2191 27,4
1 RL1 536 Ω 16.50 mA 5.82v
mA
Tabel 4.2 Hasil pengukuran nilai arus dan 2 RL2 536 Ω
27,5
15.52 mA 7.41v
mA
tegangan saat V1 ON dan V2 OFF. 27,5
3 RL3 538 Ω 8.58 mA 10.02v
No R V I mA
(Ω) (Volt) (mA) 4 RL4 536 Ω
27,5
6.38 mA 11.16v
mA
1 R1 2.52 3,13
2 R2 2,39 2.04
3 R3 2,39 1.09
4.1.2 Analisis
I1 =
[ 4.91 - 1174
0 3365 ] % Error IR1 = |II hitung-I
hitung
ukur
| x
[ 1981 - 1174
- 1174 3365 ] 100%
=
16522.15 -0
5287789 -1378276
= |4.22-
4.22
3 , 13
| x 100
= 4,22 mA %
Substitusikan nilai I1 ke pers (2) = 0.25 %
– 1174 I1 + 3365 I2 =0 Tegangan
|Vhitung-Vukur |
– 1174 . (4,22 x 10 )+ 3365I2 = 0
-3
% Error VR1=
– 4,21+ 3365 I2 =0 Vhitung
4,21 x100%
I2 =
3365
I2 = 1,25 mA = |3.4
3.4
- 2.52
| x 100 %
V
I=
R Gambar 4.2 Rangkaian DC dengan V2 ON
Loop 1
Dapat diketahui juga nilai persentase error - V2 + I1 . R3 + (I1 – I2) . R2 =0
disebabkan selisih dari nilai yang dihitung dan
nilai yang di ukur. Hal ini dapat dibuktikan -14,75+ I1 . 2.191 + (I1 – I2) .1174= 0
dengan persamaan : -14,75+ 2.191 I1 + 1.174I1 - 1174 I2 = 0
-14,75I1 + 3365I1 - 1174I2 = 0
% Error = |
I hitung-I ukur
I hitung
x 100%| 3365I1 – 1174 I2 = 14,755……….(1)
Loop 2:
I2 . R1 + (I2 – I1) . R2 = 0
807I2 + (I2 – I1) . 1174I1 = 0
807I2 +1174I2 –1174I1= 0
1981I2–1174I1= 0………(2)
I1 = 0,009 mA %
I2 = 0,015 mA = 446%
Maka:
IR1’ = I1 Tabel 4.1.1.11 Hasil perhitungan arus saat V1
ON dan V2 OFF
= 0,009 mA R Arus (mA)
(Ω) Hitung (mA) Ukur (mA) Error (%)
IR2’ = I2- I1
807 0,009 3,13 346
=0,015 - 0,009 1174 0.006 2.04 520
=0,006 mA 2191 0.015 1,09 207
IR3’ = I2
Berdasarkan tabel diatas dapat
= 0,015mA
dianalisa bahwa pada saat V1 on dan V2 off
Mencari VR1 ,VR2 dan VR3
pada saat nilai resistor semakin besar
VR1 = I1. R1
didapatkan nilai arus dan semakin kecil atau
= 0,009 x 10-3. 807
berbanding terbalik. Hal ini sesuai dengan
= 0,007V
persamaan:
VR2 = (I1 – I2) . R2
V=I/R
= 0,006 x 10-3. 1174
Untuk nilai persentase error yang
= 0,007V
didapat cukup besar karena perbandingan arus
VR3 = I2 . R3
hitung dan arus ukur cukup besar. Begitu juga
= 0,015x 10-3 . 2191
dengan persentase error tegangan resistor
= 0,032V
cukup besar karena perbandingan antara
tegangan ukur dan tegangan hitung cukup
Menghitung nilai persentase error arus
besar.
dan tegangan
Tabel 4.1.1.12 Hasil perhitungan tegangan
Arus saat V1 ON dan V2 OFF
| |
Tegangan (V)
I hitung-I ukur R
% Error IR1 = x (Ω) Hit. Ukur Error (%)
I hitung
807 0,007 2.52 359
100%
1174 0,007 2.39 340
=|0,015 |
0,015 - 3 ,13
x 100
2191 0,032 2.39 73,6
100%
= |4.229−014
4.229 |
x 100 %
= 230 %
Tegangan
V2 on 100%
|3.40−0,9
3.40 |
Mencari nilai arus dan tegangan masing-
masing resistor = x 100 %
33 0 0
R1=390 R2=3300 = x15
3 300+1200
33 0 0 370
3 300+1200 370+2100
R3=1200 R4=470
= 11 V
|2,95 ||2.9 |
330 - 2,9 2.9- 3.5
3 30+1093,14 2,95
1100 = 144,9 %
1100 + 712.5 VL
| |
= 0,97 V V L hitung - V L ukur
% error VL= x
Mencari IL : V L hitung
VTH 100%
| |
R TH hitung-RTH ukur Rth ukur Rth hit Error
R
% error RTH = (Ω) (Ω) (%)
R TH hitung
326.4 1.08 1093,14 99,90
x100 % 0.98 1.08 1093,14 99,90
|1093
=
,14 - 1,08
1093,14 | x 100 % 3.27 1.08 1093,14 99,90
|1093,14 ||712.5 |
Pada tabel 4.13 dapat dianalisa bahwa
- 1136 712.5 - 930
tahanan thevenin memiliki nilai Rth ukur dan
1093,14 Rth hitung yang sama saat nilai Rload bervariasi.
= 99,90 % Hal ini juga menyebabkan nilai persentase
erronya sama, yaitu 99,90%. Nilai Rth
VTH memiliki nilai yang sama meski beban yang
% error VTH=
| VTH hitung- VTH ukur
VTH hitung
x
| digunakan berbeda. Hal ini sesuai dengan
persamaan :
RTH = R1 // R4 + R2 // R3
100 % Nilai persentase error dapat disebabkan
|44,2,2 - 4,13 |
= x 100%
oleh tingkat kepresisian alat ukur dan dapat
disebabkan oleh human error dan selisih
anatara nilai yang dihitung dengan nilai ukur.
|4,2
4,2 ||5.4 |
- 4,12 5.4 - 6.5
%error RTH =
|
RTH hitung - R TH ukur
RTH hitung |
= 1,6 %
IL |I L hitung - IL ukur
I L hitung |
x 100%
% error IL =
|
I L hitung - IL ukur
I L hitung
x
| Tabel 4.14 Hasil Perhitungan VTH.
Vth
100% Vth hit Error
R ukur
(V) (%)
(V)
326.4 4.13 4,2 1,6
0.98 4.14 4,2 1,4
| |
3 RL3 538 27,5 8.58 10.02
I L hitung - IL ukur 4 RL4 536 27,5 6.38 11.16
% error IL = x
I L hitung
100% 4.3.2 Analisis
a. Nilai yang terukur pada gambar 3.3.9
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan VLoad.
VL ukur VL hitung Error
R
(V) (V) (%)
807 0.96 0,97 1,03 %
1174 1.98 2,0 1%
2191 3,11 3,15 1,26 %
680 Ohm
R1 R2
2700 Ohm
¿ |
23−27,4
23 | x 100 %
= 19,13 %
RN¿ R 1 ∥ R 2
R 1 . R2
RN=
R1+ R2
680 × 27 0 0
RN = Gambar4.11 Rangkaian percobaan teorema northon.
680+270 0
680 × 27 0 0 980 . 370 Mencari nilai I L dan V L
R = 543,19
680+270 0 980+370 N
Ω IN IL
I1 I2
V1 V2
15V 5V
% Error RN =
| RN hitung- R N ukur
| x 100 %
% Error IL=
| I L hitung- I L ukur
I L hitung |
x 100 %
RN hitung
| |
4,11−4,1 Berdasarkan tabel 4.20 dapat dianalisa
x 100 % bahwa nilai tegangan ukur dan hitung pada
4,11 beban mengalami pertambahan seiring
= 18,70 % bertambahnya nilai Rload, hal ini sesuai dengan
% Error VL=
|
VL hitung- V L ukur
VL hitung
x 100%
| persamaan :
V=IxR
= |
0,049−5,82
0,049
x 100 % | Nilai persentase error tegangan cenderung
bertambah, ini dikarenakan tingkat kepresisian
= 11,77 %
alat ukur dan dapat disebabkan oleh human
error dan selisih anatara nilai yang dihitung
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada
dengan nilai ukur, hal ini dapat dihitung
tabel berikut :
dengan menggunakan persamaan :
Tabel 4.19 Hasil perhitungan ILoad.
RL
IL ukur
(mA)
IL hit
(mA)
Error
(%)
% error VL=
|V L ukur- V L hitung
V L hitung
x
|
355 16.50 13,90 18,70 100%
% error IL=
|
I L hitung- I L ukur
I L hitung
x 100%
| linier.
5.2 Teorema Thevenin
1. Berdasarkan data hasil percobaan
Table 4.20 Hasil perhitungan VLoad. pada teorema Thevenin, dapat
VL ukur VL hit Error
RL disimpulkan bahwa semakin besar
(V) (V) (%)
nilai Rload, maka nilai Tegangan beban
355 5.82 0,049 11,77
semakin besar, sedangkan nilai arus
551 7.41 7,65 3,13
beban semakin kecil.
1176 10.02 16,34 38,67
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2023, Penuntun Praktikum Rangkaian
Listrik, Lab Listrik Dasar FT UNRAM,
2021.
Hyat, William, 2010. Rangkaian Listrik I,
Erlangga, Jakarta.
Ramdhani , Mohamad . 2005 . Rangkaian
Listrik (Revisi) . Laboratorium Sistem
Elektronika . Jurusan Teknik Elektro .
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
Bandung