Anda di halaman 1dari 5

Teoreama Thevenin dan Teorema Northon (E3) – 5001211009 1

Teorema Thevenin dan Teorema


Northon (E3)
Wahyu Satria Nusantara, Dhimas Yhanu Gilang Buana, dan Dicky Anggoro
Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: wahyusatrianusan124@gmail.com

Abstrak— Praktikum Teorema Thevenin dan Teorema merupakan resistor yang dapat diubah-ubah sebagaimana yang
Northon memiliki tujuan yakni, menganalisis karakteristik dibutuhkan dalam rangkaian elektronika. Resistor berfungsi
rangkaian resistif linear dangan teorema Thevenin dan Northon, untuk mengatur besaran listrik pada suatu rangkaian sesuai
Menetukan rangkaian ekuivalen Thevenin dan Norton dari suatu yang diinginkan contohnya yang digunakan dalam praktikum
rangkaian resistif linear serta membuktikan validitas teorema
kali ini yakni potensiometer. Potensiometer (POT) adalah salah
Thevenin dan Northon. Prinsip kerja yang digunakan pada
teorema Thevenin adalah rangkaian linear disusun secara
satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya dapat diatur sesuai
sederhana dengan mencari resistor beban, kemudian pada dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan
teorema Norton dengan membuat rangkaian linear menjadi pemakaiannya. Potensiometer merupakan keluarga Resistor
rangkaian terbuka serta dialiri arus sesaat. Setelah melakukan yang tergolong dalam kategori Variabel Resistor. Secara
praktikum bersama aslab didapatkan data resistor Thevenin struktur, potensiometer terdiridari 3 kaki terminal dengan
sebesar 𝟐, 𝟎𝟕 𝜴 dan tegangan Thevenin sebesar 𝟖, 𝟑𝟒 𝑽. sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya[2].
Kemudian teorema Northon dilakukan dengan mengguanakn Suatu konsep dalam elektronika salah satunya tentang
software proteus sehingga didapatkan nilai RN dan VL sebesar 0,91 rangkaian. Rangkaian merupakan gabungan komponen-
kΩ dan 2,81 V yang mana eror keduanya jika dibandingkan komponen listrik yang dihubungkan pada sebuah sumber
dengan rangkaian ekuivelennya sangatlah kecil yakni <1%.
tegangan sehingga memiliki fungsi tertentu. Pada rangkaian
Kata Kunci—Open Circuit, Short Circuit, POT terbuka (open circuit) terjadi ketika konduktor putus dianatara
dua titik sehingga mengakibatkan arus tidak mengalir. Adapun
short circuit ketika rangkaian terbuka dihubungkan dengan
I. PENDAHULUAN suatu bahan yang memiliki nilai resistansi rendah. Rangkaian
UATU rangkaian yang terhubung secara seri maupun terbuka memiliki resitansi yang tidak terbatas antara kedua titik

S pararel yang telah kita pelajari sebelumnya merupakan


contoh rangkaian sederhana yang mengkombinasikan
tahanan-tahanan atau sumber-seumber yang seri atau
pararel dapat kita analisi dengan menggunakan prinsp
sedangkan pada short circuit ideal nilai resistansinya adalah nol
dengan demikian short circuit dapat memiliki arus resitansi
yang sebesar tak hingga aliran elektronnya yang melalui
rangkaian. Praktisnya open circuit terjadi ketika sebagian kabel
pembagian arus dan tegangan sesuai hukum yang telah dilepaskan dari rangkaian seperti kabel pada televisi ketika kita
dipelajari yaitu hukum Ohm dan Hukum Khirchoff. Rangkaian- masukan kabel kedalam stopkontak televisi tidak langsung
rangkaian sederhana tersebut merupakan suatu latihan menyala dikarenakan satu terminal dengan terminal lainnya
pemahaman dalam pemecahan masalah untuk menolong kita dipisahkan pemisahan ini disebut open circuit dan short circuit
memahami hukum-hukum dasar selanjutnya akan digunakan terjadi ketika arus yang melewati dua terminal dihubungkan
rangkaian-rangkaian yang lebih kompleks. Dalam memahami dengan beberapa kabel sehingga terjadi arus[1].
dan menyederhanakan analisis rangkaian yang sukar diperlukan Theorema thevenin adalah salah satu teori elektronika yang
metode analisis yang mudah salah satunya yang kita bahas mempelajari tentang nilai tegangan pada rangkaian listrik yang
Teorema Thevenin dan Theorema Northon. terbebani. Teorema thevenin adalah salah satu teorema yang
Resistor merupakan komponen elektronika bersifat berguna untuk analisis rangkaian listrik. Teorema thevenin
menghambat arus listrik. Resistor termasuk dalam komponen menunjukkan bahwa kesuluruhan jaringan listrik tertentu,
pasif kerena komponen ini tidak membutuhkan arus listrik kecuali beban dapat diganti dengan rangkaian ekuivalen yang
untuk bekerja. Resistor terbuat dari material atau bahan karbon hanya ada sumber tegangan (VTh) listrik independen dengan
dan keramik yang berbentuk tabung[1]. Semakin besar sebuah resistor (RTh) yang terhubung secara seri, sedemikian
kapasitas resitor, semakin besar pula diameter tabung yang hingga hubungan antara arus listrik dan tegangan pada beban
dipergunakan. Terdapat berbagai jenis resistor berdasarkan (RL) tidak berubah. Rangkaian hasil dari aplikasi teorema
nilai hambatan( tingkat resistivitas) terbagi menjadi dua, yakni thevenin disebut dengan sirkuit ekuivalen thevenin. Teorema
Resistor tetap dan Resitor Variabel. Resitor tetap merupakan Gambar 1 Rangkaian 1
resistor yang terpasang dalam rangkaian listrik meupun
rangkaian elektronika yang memiliki nilai konstan tetap. Nilai thevenin ditemukan oleh insinyur kebangsaan perancis, M. L.
pada tetap dapat diketahui melalui kode warna gelang resistor Thevenin. M. L. Thevenin menyatakan bahwa teorema
salah satu contoh adalah resistor karbon. Resistor varabel thevenin adalah sembarang jaringan listrik dua arah linier yang
Teoreama Thevenin dan Teorema Northon (E3) – 5001211009 2

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


Pada percobaan ini digunakan beberapa alat dan bahan
seperti sebagai berikut. Multimeter digital digunakan untuk
mengukur nilai tegangan, mengukur nilai arus, menukurrdan
serta mengukur nilai resistansi Project board atau
Gambar 1 Rangkain 1
breadboard sebagai tempat penyusunan rangkaian. Kabel
memiliki dua terminal (a-b) dapat diganti dengan sebuah jumper sebagai penghubung antar titik dan penghantar arus
rangkaian setara yang berisi sebuah sumber tegangan dan di dalam rangkaian. DC Generator sebagai komponen aktif
sebuah tahanan yang dipasang seri dengan sumber tegangan untuk memberi tegangan dengan arus searah dalam rangkaian
tersebut. Teorema Thevenin menyatakan bahwa dimungkinkan .Dioda sebagai penyearah arus. Resistor, kapasitor, dan
untuk menyederhanakan suatu rangkaian yang linier, seberapa induktor sebagai komponen pasif yang menggunakan suplai
rumit sekalipun rangkaian itu, menjadi sebuah rangkaian
daya. Serta Potensiometer sebagai alat untuk mendapatkan
ekivalen yang berisi sumber tunggal yang disusun seri dengan
sebuah beban (resistor). Kata-kata linier adalah identik dengan nilai Rth yang lebih akurat.
yang ditemukan pada teorema superposisi, dimana semua
persamaan dasarnya harus linier (tidak ada bentuk eksponen
atau akar). Bila kita menjumpai rangkaian pasif (seperti
resistor, induktor, dan kapasitor), teorema ini bisa dipakai.
Namun, ada beberapa komponen seperti komponen
semikonduktor adalah tidak linier. Teorema Thevenin ini
berguna untuk menganalisa sistem daya dan rangkaian lainnya
dimana terdapat satu resistor pada rangkaian tersebut (biasa
disebut resistor beban) yang dijadikan subjek perubahan,
sehingga apabila nilai resistor beban itu diubah-ubah, kita tidak
perlu susah-susah menganalisa rangkaian secara
menyeluruh[3].
Teorema Norton adalah salah satu teorema yang berguna
untuk analisis rangkaian listrik. Teorema Norton menunjukkan
bahwa keseluruhan jaringan listrik tertentu, kecuali beban dapat
diganti dengan rangkaian ekuivalen yang hanya mengandung
arus (IN) listrik independen dengan sebuah resistor (RN) yang
terhubung secara pararel, sedemikian hingga hubungan antara
arus listrik dan tegangan pada beban (RL) tidak berubah.
Rangkaian baru hasil dari aplikasi teorema Norton disebut
rangkaian ekuivalen Norton. Teorema Norton ini ditemukan
oleh insinyur yang pernah bekerja pada Bell Telephone
Gambar 2 Flowchart Theorema Thevenin
Laboratories , yang bernama E.L. Norton. Teorema Norton
menyatakan bahwa dimungkinkan untuk menyederhanakan B. Skema Rangkaian
suatu rangkaian yang linier, tidak peduli seberapa kompleks Terdapat lima skema rangkaian dalam praktikum ini. Skema
rangkaian itu, menjadi sebuah rangkaian ekivalen yang terdiri rangkaian pertama ditunjukkan pada Gambar 1, sedangkan
dari sebuah sumber arus yang disusun paralel dengan sebuah yang lainnya dapat dilihat pada lampiran.
resistansi yang biasanya dihubungkan juga ke bebanthevenin
merupakan fenomena merupakan kebutuhan Rangkaian C. Langkah Kerja
Elektronika ataupun kebutuhan pemakaiannya yang
divisualisasi. Terdapat 2 tipe yakni analog, menggunakan jarum Langkah kerja dalam praktikum terbagi menjadi dua
sebagai penunjuk nilai besaran dan tipe digital menggunakan yakni prosedur teorema thevenin dan prosedur northon.
angka sebagai penunjuk besaran diukur. Dalam analisa Kali ini akan dibahas metode teorema thevenin. Pertama
pengukuran rangkain didesain secara akurat dalam mengukur dicari VL terlebih dahulu dengan memutus titik a dan titik b
besaran elemen dasar yakni, tegangan, arus, dan hambatan. susuai kemauan praktikan. Vth dapat dilihat pada gambar
Terdapat berbagai macam alat ukur listrik yang sering kita dihitung dengan dengang menggunakan multimeter
gunakan dalam pengukuran listrik seperti contohnya: kemudian RL dicabut. Selanjutnya Rth diukur menggunakan
galvanometer, ohmmeter, voltmeter, ampermeter dan short circuit. Kemudian dibuat rangkaian yang lebih
multimeter. Dimana alat tersebut memiliki fungsi yang berbeda sederhana dengan cara Rth dengan menggunakan
dalam pengukuran elemen-elemen dalam aliran listrik[3]
Teoreama Thevenin dan Teorema Northon (E3) – 5001211009 3

potensiometer yang besarnya sama dengan besar Rth dan C. Error


sumber tegangan diganti menjadi DC Generator. VL dan IL Adapun cara mengetahui nilai ketidaktepatan
pada rangkaian kemudian dibandingkan hasil pengukuran menggunakan persamaan perhitungan sebagai berikut:
dengan hasil pengkuran yang pertama. Didapatkan nilai Vth
yang memiliki nilai lebih kecil dengan V sumber. |𝐼 𝐴𝑤𝑎𝑙 − 𝐼 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 |
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑥 100%
𝐼 𝐴𝑤𝑎𝑙
D. Flowchart Misalkan kita menggunakan data hasil pada contoh
perhitungan sebelumnya, Diketahui :
Nilai I awal = 0,1 A
Diagram alir percobaan untuk prosedur pengukuran Nilai I ekuivalen = 0,2 A
sederhana digambarkan oleh gambar 2. Sehingga didapatkan :
| 0,1 − 0,2|
Tabel 1. Nilai Pengukuran Pengukuran Rangkaian 1 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑥 100%
0,2
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 1 %
Nilai Pengukuran Dengan cara yang sama didapatkan nilai ketidaktepatan yang
Rangkaian 1 disajikan pada Tabel Perbandingan 2 dan 6 .
V1 R1 R2 R3 RL Vab \
8,5 V 1kΩ 10 kΩ 1 kΩ 10 Ω 6,4 V
D. Pembahasan
Percobaan Teorema Thevenin dan Teorema Northon
memiliki tujuan untuk menganalisis karakteristik rangkaian
Tabel 2. Nilai Pengukuran Pada Rangkaian 2 resistatif linear sesuai dengan teorema Thevenin dan Norton,
menentukan rangkaian ekuivalen Thevenin dan Northon sesuai
Nilai Pengukuran rangkaian resitatif linear, serta membuktikan validitas teorema
Rangkaian 2
Thevenin dan Northon. Prinsip yang digunakan dalam
Vth Rth VL IL
praktikum kali ini adalah Open Circuit dan Short Circuit
8,3 V 2,07 kΩ 8,26 V 0, 2 A dimana setiap rangkaian tersebut digunakan dalam percobaan
Theorema Thevenin dan Northon. Selain itu konsep Hukum
Khirchoff serta metode Loop digunakan dalam perhitungan dan
Selanjutnya untuk tabel data pengukuran Theorema pengatahuan tentang Loop dan Hukum Khirchoff digunakan
Northon dan ekuivalen Northon dapat dilihat pada lampiran. dalam menentukan titik untuk menentukan nilai Tegangan,
Resistansi dan Arus yang mengalir dalam rangkaian.
Prinsip kerja pada praktikum ini adalah pada rangkaian
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Thevenin mula-mula disusun seperti pada modul. Pertama
dicari VL terlebih dahulu dengan memutus titik a dan titik b
A. Analisis Data susuai kemauan praktikan. Vth dapat dilihat pada gambar
Pada praktikum dan pengambilan data di laboratorium, dihitung dengan menggunakan multimeter kemudian RL
serta simulasi rangkaian untuk menemukan induktansi dari dicabut. Selanjutnya Rth diukur menggunakan short circuit.
induktor menggunakan proteus, didapatkan data seperti Kemudian dibuat rangkaian yang lebih sederhana dengan cara
terlihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 untuk Theorema Thevenin Rth dengan menggunakan potensiometer yang besarnya sama
dan tabel 3 dan tabel 4 dalam lampiran untuk Theorema dengan besar Rth dan sumber tegangan diganti menjadi DC
Northon. Generator. Dengan menysun alat sedemikian hingga didapatkan
data hasil perbandingan antara teorema Thevenin dan ekuivalen
B. Perhitungan Thevenin diperoleh hasil pengukuran Vth dan IL berturut-turut
Setelah didapatkan hasil percobaan pada praktikum ini, 8,34 V/0,1 A dan 8,3 V/0,2 A dapat dilihat bahwa kedua
didapatkan data perbandingan nilai yang didaptakan dari rangkaian memiliki nilai yang hampir sama dengan eror 0,1 %
Theorema Thevenin (rangkaian 1) dan rangkaian ekuivalen yang mengindikasikan Teorema Thvenin terbukti dapat
Thevenin (rangkaian 2). Didapatkan eror yang dapat dilihat menyederhanakan rangkaian agar lebih efisisen dan mudah
dalam tabel sebesar 1%. Selanjutanya untuk Theorema diaplikasikan.
Northon dilakukan simulasi menggunakan software Proteus Kemudian pada teorema Norton dilakukan simulasi
yang dapat dilihat pada gambar simulasi dalam lampiran. Dari menggunakan software proteus yang datanya dapat dilihat
simulasi didapatkan data hasil pengukuran yang disajikan dalam lampiran. Data yang didapatkan saat simulasi
dalam tabel 4 dan tabel 5 dalam lampiran. Selanjutnya dari mengguanakn proteus diperoleh dengan menyusun rangkaian
hasil tersebut didaptakan data perbandingan nilai yang teorema Northon dan rangkaian ekuivalen Northon. Dengan
didapatkan dari Thorema Northon (rangkaian 3) dan menyusun alat sedemikian hingga kita mendapatkan nilai dari
ekuivalen Northon (rangkaian 4). Didapatkan eror yang dapat VL dan Il pada kedua rangkaian bertururt tururt 2,81 V/ 2,81
dilihat dalam tabel sebesar 2,02 %. mA dan 2,21 V/2,21 mA dapat dilihat rangkaian teorema
Teoreama Thevenin dan Teorema Northon (E3) – 5001211009 4

Northon dan ekuivalen Northon memiliki nilai yang hampir


sama dengan eror 2,02 % hal ini menindikasikan bahwa
Teorema Northon terbukti dapat menyederhanakan rangkaian
suatu circuit kompleks. Perbedaan nilai antara rangkaian
teorema Northon dan ekuivalen Northon bisa disebabkan
karena pada penyusunan RN seri dan pararel menimbulkan
perbedaan nilai tegangan yang meskipun tidak signifikat
Teorema Thevenin dan Theorema Norton dapat diaplikasi
pada alat sehari-hari salah satunya Komputer. Pada awal
penemuannya, komputer dirangkai secara kompleks yang Gambar 3. Skema rangkaian 2
menyebabkan ukurannya sangat besar, sedangkan saat ini
komputer sangat minimalis dengan disederhanakan oleh
teorema Thevenin dan Norton. Adapun penerapan yang lain
dapat kita rasakan berupa semakin kecilnya ukuran suatu
gedget atau peralatan elektronik lainnya hal ini dikarenakan
suatu komponen circuit kompleks dapat kita sederhanakan
ranhkaiannya menjadi lebih efisisen dan sederhana
menggunakan teorema Thevenin dan Northon.
Pada praktikum ini, terdapat faktor error yang menyababkan
beberapa data sukar untuk diambil Adapun penyebab faktor
eror dalam percobaan kali ini yakni ketika pengukuran Gambar 4. Mengukur Rth pada potensiometer
tegangan pada 2 resistor pararel tidak sesuai dengan tegangan
generator ataupun baterai. Hal ini bisa saja disebabkan karena
nilai efisiensi baterai yang makin lama akan semakin
berkurang. Selain itu setiap alat elektronika seperti kabeljuga
memiliki nilai resistansi sehingga bisa saja menimbulkan
ketaksesuain data yang diukur. Faktor eror lain sambungan
project board dan kabel jumper yang tak efisien. sehingga
menambah hamabatan dalam rangkaian yang menimbulkan
hasil pengukuran yang terbaca pada multimeter berbeda.
Gambar 5. Mengukur nilai Vth

IV. KESIMPULAN:
Berdasarkan serangkaian percobaan yang telah dilakukan
dilaboratorium dan juga analisis data serta pembahasan yang
dilakukan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Rangkaian Thevenin memiliki katakteristik dengan adanya
tegangan dan hambatan, sedangkan Norton dengan adanya
hambatan dan arus.
2. Rangkaian Thevenin disusun secara seri, dan rangkaian
Norton disususn secara Paralel.
Gambar 6. Mengukur nilai VL
3. Teorema Thevenin dan Northon sama-sama tervalidasi
dibuktikan dengan eror yang sangat kecil < 1% yang
menunjukkan akurasi data satu dan lain sengat dekat.

LAMPIRAN

Gambar 7. Mengukur nilai IL


Teoreama Thevenin dan Teorema Northon (E3) – 5001211009 5

1 kΩ 10 kΩ 1 kΩ 5V 9V 5,9 mA

Tabel 5
Nilai Pengukuran Pada Rangkaian 4
Nilai Pengukuran
Rangkaian 4
IN RN Vab IL
5,9 mA 0,91 kΩ 2,21 V 2,21 mA
Gambar 8. Pengukuran VL percobaan Teorema Northon
dengan Rangkaian 1

Tabel 6.
Perbandingan Nilai yang didapat pada rangkaian 3 dan
rangkaian 4
Rangakaian 1 Rangakain 2 Error
RN VL IL RN VL IL
0,91 2,81 2,81 0,91 2,21 2,21 2,02%
kΩ V mA kΩ V mA

Gambar 9. Pengukuran IL percobaan Teorema Northon dengan


UCAPAN TERIMA KASIH
Rangkaian 1 Penulis W.S. mengucapkan syukur kepada Allah SWT
karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan resmi ini dengan tepat waktu. Kemudian, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada bapak Diky Anggoro selaku
Dosen Elektronika B dan Mas Dhimas Yhanu Gilang Buana
selaku Asisten Laboratorium Praktikum Elektronika yang telah
memfasilitasi dan membimbing praktikum ini dan terakhir
untuk teman-teman Fisika ITS 2021 yang telah memberikan
dukungan terhadap laporan ini.
Gambar 10. Pengukuran VL percobaaan teorema Northon
dengang rangkaian ekuivalen.
DAFTAR PUSTAKA
[1] M. H. Tooley, Electronic circuits : fundamentals and
applications. Newnes, 2002.
[2] O. G. Santoso and E. Kedua, “ELEKTRONIKA
DASAR Edisi kedua AKPRIND PRESS.”
[3] R. Hashemian, “Hybrid equivalent circuit, an
alternative to thevenin and norton equivalents, its
properties and applications,” in Midwest Symposium
on Circuits and Systems, 2009, pp. 800–803. doi:
Gambar 11. Pengukuran IL percobaan Teorema Northon 10.1109/MWSCAS.2009.5235889.
dengan rangkaian ekuivalen.

Tabel 3.
Perbandingan Nilai yang didapat pada rangkaian 1 dan
rangkaian 2
Rangakaian 1 Rangakain 2 Error
Rth Vth IL Rth Vth IL
2,07 8,34 0,1 A 2,07 8,3 V 0,2 A 1%
kΩ V kΩ

Tabel 4
Nilai Pengukuran Pada Rangkaian 3
Nilai Pengukuran
Rangkaian 3
R1 R2 RL VS1 VS2 IN

Anda mungkin juga menyukai