Anda di halaman 1dari 6

Teorema Thévenin dan Teorema Norton (E3) - 5001221005 1

Teorema Thévenin dan Teorema Norton


Aisyah Nur Khasanah, Jhagas Hana Winaya, dan Susilo Indrawati, S.Si., M.Si.
Departemen Fisika, Fakultas Sains da Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: 5001221005@mhs.its.ac.id

Abstrak—Teorema Thevenin dan Teorema Norton merupakan tidak bergantung pada kuat arus listrik yang mengalir pada
metode yang digunakan untuk menganalisis rangkaian listrik komponen tersebut maupun tegangan [2]. Apabila
linier. Dengan diadakannya praktikum ini bertujuan untuk digambarkan dengan kurva maka akan menampilkan kurva
menganalisis karakteristik rangkaian resistif, menentukan
garis lurus antara tegangan dan arus. Kurva tersebut
rangkaian ekuivalen, dan membuktikan validitas teorema
Thevenin dan Norton. Perhitungan dan pengukuran rangkaian menggambarkan jika terdapat peningkatan tegangan maka
ini mengadopsi prinsip dari Hukum Kirchoff I mengenai arus, arus listrik juga akan meningkat. Sehingga, rangkaian listrik
Hukum Kirchoff II mengenai tegangan, dan Hukum Ohm serta linier termasuk pada rangkaian listrik sederhana yang mana
penerapan resistor pengganti. Praktikum diawali dengan bisa dipecahkan menggunakan perhitungan sederhana.
menyusun komponen listrik sesuai dengan skema rangkaian di Pengukuran sederhana apabila dilakukan perhitungan
breadboard dan menghubungkan rangkaian ke power supply.
cukup menggunakan Hukum Ohm. Hukum Ohm menyatakan
Pengukuran arus dan tegangan tegangan pada rangkaian awal
menggunakan multimeter. Selanjutnya potensio meter di- hubungan antara tegangan, arus, dan resistansi. Bunyi dari
setting sesuai dengan besar resistansi pengganti. Potensio dan Hukum Ohm yaitu “arus yang mengalir di suatu penghantar
komponen lainnya disusun di breadboar sesuai dengan skema sebanding dengan beda potensial yang ada di antara ujung-
rangkaian ekuivalen lalu diukur arus dan tegangan ujung penghantar dengan syarat suhunya tetap atau konstan.”
menggunakan multimeter. Langkah tersebut sama pada Hukum Ohm dapat dinyatakan secara matematis sebagai
rangkaian Thevenin maupun Norton. Data yang diperoleh
berikut :
untuk tegangan dan arus pada rangkaian Thevenin awal yaitu
8,19 volt dan 0,68 mA sedangkan pada rangkaian ekuivalennya 𝑉=𝐼𝑅 (1)
yaitu sebesar 8,80 volt dan 0,73 mA. Pengukuran pada Hukum Ohm ditetapkan pada tahun 1827 oleh fisikawan
rangkaian Norton memperoleh hasil arus dan tegangan sebesar Jerman George Simon Ohm [3].
2,80 volt dan 5,81 mA. Setelah dilakukan serangkaian proses Dalam menganalisis rangkaian listrik linier terdapat
perhitungan maka diperoleh tegangan dan arus yang dihitung beberapa metode di antaranya yaitu menggunakan Teorema
pada rangkaian Thevenin sebesar 8,18 volt dan 0,69 mA
Thévenin dan Teorema Norton. Teorema Thévenin
sedangkan pada rangkaian Norton yaitu sebesar 2,95 volt dan
5,90 mA. Nilai hasil data uji di laboratorium dan perhitungan menyatakan bahwa rangkaian linier apa pun dapat
dibandingkan untuk memperoleh validitas dari Teorema disederhanakan seberapa pun rumitnya rangkaian tersebut,
Thevenin dan Norton. Hanya terdapat sedikit selisih antara menjadi rangkaian ekivalen dengan sumber tegangan tunggal
data hasil pengukuran dan data perhitungan. Dari praktikum dan resistansi seri. Beberapa elemen rangkaian resistif
yang sudah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa digantikan dengan satu resistansi yang setara dnegan RTh dan
rangkaian linier dapat dianalisis menggunakan teorema
Thevenin dan Norton.
beberapa sumber energi dan sumber tegangan setara dengan
VTh. Secara matematis teorema Thévenin dirumuskan
Kata Kunci—Analisis, Metode, Rangkaian Linier, Teorema sebagai berikut :
Norton, Teorema Thevenin 𝑉 = 𝑉𝑂𝐶 − 𝑖 . 𝑅𝑇𝐻 (2)
Prinsip pada teorema Thévenin ialah dengan menganalisa
I. PENDAHULUAN komponen tetap pada suatu rangkaian menjadi rangkaian
lebih sederhana, sehingga tidak perlu menganalisa kembali
P ERALATAN elektronika merupakan peralatan yang
sudah tidak asing lagi bagi masyarakat umum. Didukung
perkembangan globalisasi yang begitu cepat, menjadikan
ketika komponen variabel atau beban berubah [4].
Sedangkan Teorema Norton menyatakan bahwa pada
alat-alat elektronika menjadi semakin canggih. Sebagai rangkaian linier dua terminal dapat disederhanakan menjadi
contohnya perkembangan telepon genggam dari masa ke sebuah rangkaian paralel sederhana yang terdiri dari sumber
masa. Dapat kita lihat bahwa telepon genggam telah arus dan hambatan (resistor). Arus yang dihasilkan melalui
mengalami transformasi yang sangat pesat dari awal teorema Norton disebut dengan arus ekuivalen Norton (IN),
ditemukannya oleh Martin Cooper tahun 1972-1973 dengan sedangkan hambatan yang dihasilkan melalui teorema Norton
bobot telepon genggam saat itu berkisar 2 kilogram, hingga disebut dengan hambatan ekuivalen Norton (RN) [5]. Secara
saat ini terdapat telepon genggam yang memiliki berat hanya matematis teorema Norton dirumuskan sebagai berikut :
157 gram [1]. Penggunaan listrik pada peralatan elektronika 𝑉𝑇𝐻
𝐼𝑁 = (3)
erat kaitannya dengan rangkaian listrik. 𝑅𝑇𝐻
Rangkain listrik dibangun dengan bantuan komponen Resistansi ekuivalen Norton dengan resistansi ekuivalen
linier dan nonlinier yang tersusun baik secara seri maupun Thévenin bersifat ekuivalen atau setara sebab keduanya tidak
paralel. Secara sederhana rangkaian linier dikatakan sebagai mempengaruhi hubungan tegangan-arus karena berada pada
rangkaian listrik yang parameter rangkaiannya yaitu rangkaian linier [6]. Teorema Norton memungkinkan untuk
resistansi, kapasitansi, induktansi, dan komponen lainnya sementara menghilangkan resistansi beban dari rangkaian asli
yang bernilai konstan. Suatu komponen resesif dikatakan dan mengurangi sisanya menjadi rangkaian ekivalen yang
sebagai komponen linier apabila nilai resistansi konstan dan terdiri dari sumber arus tunggal dan resistansi paralel.
Teorema Thévenin dan Teorema Norton (E3) - 5001221005 2

Gambar 1. Rangkaian Thevenin Gambar 2. Rangkaian Norton

Untuk mengukur arus jumper yang terletak dibawah


II. METODOLOGI resistor L dicabut dan dihubungkan dengan multimeter
negatif sedangkan kabel jarum multimeter positif diletakkan
A. Alat dan Bahan
pada kaki resistor L yang sebelumnya jumpernya sudah
Pelaksanaan praktikum rangkaian Thevenin dan Norton dicabut. Multimeter dinyalakan dan diarahkan pada
harus ditunjang dengan alat dan bahan yang memadai guna pengukuran arus DC (Dirrect Current) atau arus bolak-balik
untuk memperlancar jalannya praktikum. Adapun alat dan dan kabel dicolokkan pada COM dan mA. Selalu
bahan yang digunakan pada praktikum untuk menganalisis diperhatikan letak panah pada penggukuran arus bolak-balik
teorema Thevenin dan Norton yaitu resistor yang bernilai 1 ataupun searah dikarenakan apabila salah posisi dapat
kΩ dan 10 kΩ yang berfungsi sebagai penghambat aliran arus menyebabkan konslet terjadi. Nilai yang tertera di multimeter
listrik pada rangkaian, kabel penghubung atau jumper dengan diamati dan dicatat. Rangkaian dikembalikan seperti semula
jenis male-to-male untuk menghubungkan antar komponen untuk dilakukan pengukuran tegangan. Sedangkan
rangkaian, kabel penjepit buaya untuk menghubungkan pengukuran tegangan dilakukan dengan kabel multimeter
antara jumper dengan power supply, potensio meter sebagai dicolokkan pada COM dan V lalu multimeter dinyalakan.
pengganti kumpulan resistor dan potensiometer berfungsi Dilakukan kalibrasi terlebih dahulu supaya multimeter dalam
untuk mengatur resistensi, tegangan, dan juga arus litrik yang keadaan steril. Panah multimeter diputar menuju pengukuran
mengalir dalam suatu rangkaian listrik, breadboard sebagai voltase pada tegangan DC. Kabel jarum pada multimeter
area yang digunakan untuk memasang dan menghubungkan ditempelkan pada kedua kaki resistor dan diamati nilai yang
resistor dan kabel penghubung, power supply sebagai tertera pada multimeter.
pengubah atau mengatur tegangan listrik dari sumber daya Setelah dilakukan pengukuran pada rangkaian resistif
masukan menjadi tingkat tegangan yang diinginkan, selanjutnya rangkaian dijadikan lebih sederhana dengan
menjadikan arus listrik konstan dan bergerak ke satu arah penerapan Teorema Thevenin. Resistor pengganti dihitung
dengan bantuan penyearah, dan multimeter untuk mengukur sesuai dengan perhitungan pada persamaan 6 dan 7. Potensio
arus dan tegangan, serta kabel probe multimeter untuk meter disambungkan pada multimeter dan diputar sesuai
menancapkan pada lubang pengukuran arus, tegangan, dan dengan angka resitansi yang dihitung pada perhitungan. Di
resistansi pada di multimeter dan mengukur nilai dari sini potensio meter berfungsi sebagai resistor pengganti.
komponen-komponen listrik yang digunakan. Diperlukan dua Potensio ditancapkan pada breadboard dan dihubungkan
buah power supply dikarenakan pada rangkaian Norton pada power supply dengan dibantu kabel penjepit buaya
terdapat dua sumber tegangan yang berbeda nilai sedangkan satu sisinya di-jumper menuju resistor L.
tegangannya. Pengukuran arus dan tegangan dilakukan dengan multimeter
B. Skema Rangkaian dengan cara yang sama seperti pengukuran arus dan tegangan
Terdapat dua skema rangkaian yang digunakan pada saat pada rangkaian awal.
praktikum yaitu skema rangkaian Thevenin seperti pada Pada rangkaian Norton komponen resistor 1 dengan
gambar 1 dan skema rangkaian Norton pada gambar 2. resistansi 1 kΩ dihubungkan secara seri dengan resistor 2
Sedangkan untuk skema rangkaian ekuivalen terdapat pada beresistansi 10 kΩ. Resistor L ditancapkan pada breadboard
lampiran. paralel dengan resistor 1 dan resistor 2 menuju ground. Kaki
dari resistor 2 dihubungkan menuju power supply positif
C. Langkah Kerja dibantu jumper berjenis male-to-male, kaki resistor L
Praktikum Teorema Thevenin dan Teorema Norton dihubungkan pada kedua power supply negatif. Sedangkan
diawali dengan komponen rangkaian disusun sesuai dengan kaki pada resistor 1 dihubungkan pada power supply positif
skema rangkaian. Pada rangkaian Thevenin, resistor 1 dengan dengan dibantu jumper yang dikaitkan dengan kabel penjepit
resistansi 1 kΩ disusun secara paralel dengan resistor 3 buaya. Arus dan tegangan diukur dengan multimeter pada
beresistansi 1 kΩ. Resistor 2 ditancapkan pada breadboard resistor L. Potensio meter di-setting sesuai dengan harga
paralel dengan resistor 1 dan 2 dan salah satu kakinya menuju resistansi pada resistor pengganti yang sebelum sudah
ground. Resistor L denngan resistansi 10 kΩ disusun seri dihitung dan sumber arus di-setting sesuai perhitungan.
dengan resistor 3 akan tetapi salah satu kakinya di bawah kaki
D. Flowchart
resistor 2 yang menuju ground. Kabel jumper dengan jenis
male-to-male ditancapkan di bawah kaki resistor 1 Berikut adalah flowchart atau diagram alir dari alur
disambungkan menuju power supply positif dan di bawah prosedur praktikum analisis rangkaian menggunakan
kaki resistor L disambungkan menuju power supply negatif. Teorema Thevenin dan Teorema Norton yang dilampirkan
Jumper dihubungkan dengan kabel penjepit buaya. pada lampiran.
Teorema Thévenin dan Teorema Norton (E3) - 5001221005 3

Tabel 1. Tabel 2.
Data hasil pengukuran rangkaian Thevenin Data hasil perhitungan rangkaian Thevenin dan Norton
Besaran Rangkaian Awal Rangkaian Ekuivalen Besaran Rangkaian Thevenin Rangkaian Norton
V (Volt) 8,19 8,80 V (Volt) 8,18 2,95
I (mA) 0,68 0,73 I (mA) 0,69 5,90
Sedangkan pada rangkaian Norton maka didapatkan
perhitungan untuk VN dan IN sebagai berikut :
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
𝑅𝑁 = (𝑅1 ||𝑅2 ) (10)
A. Analisis Data 𝑅1 × 𝑅2
𝑅𝑁 = (11)
Setelah dilaksanakan praktikum maka diperoleh data hasil 𝑅1 + 𝑅2
pengukuran kuat arus (I) dan tegangan (V) pada rangkaian 1 × 10
awal dan rangkaian ekuivalen Thevenin. Data yang 𝑅𝑁 =
1 + 10
didapatkan dari hasil praktikum di laboratorium disajikan 10
𝑅𝑁 =
dalam Tabel 1. 11
𝑅𝑁 = 0,909 kΩ
B. Analisis Perhitungan
𝑅𝑁 = 909 Ω
Besar sumber tegangan dan resistansi pada setiap resistor Data hasil perhitungan RN digunakan sebagai bahan untuk
digunakan sebagai bahan perhitungan kuat arus (ITH) dan menghitung besar dari IN dengan menggunakan Hukum
tegangan (VTH) pada rangkaian Thevenin. Berikut adalah Kirhoff 1. Perhitungan dari IN seperti berikut :
perhitungan ITH dan VTH pada rangkaian Thevenin : Imasuk = Ikeluar (12)
Diketahui : R1 = 1 kΩ Tinjau loop 1
R2 = 10 kΩ −5 + 1.000 𝐼1 = 0
R3 = 1 kΩ 5
RL = 10 kΩ 𝐼1 =
1.000
vs = 9 volt 1
Ditanya : VTH dan ITH? 𝐼1 =
200
Dijawab : 𝐼1 = 0,005 𝐴
𝑅𝑇𝐻 = 𝑅1 ||𝑅2 + 𝑅3 (6) 𝐼1 = 5 𝑚𝐴
𝑅1 × 𝑅2 Tinjau loop 2
𝑅𝑇𝐻 = + 𝑅3 (7)
𝑅1 + 𝑅2 −9 + 10.000 𝐼2 = 0
1 × 10 9
𝑅𝑇𝐻 = +1 𝐼2 =
1 + 10 10.000
10 𝐼2 = 0,0009 𝐴
𝑅𝑇𝐻 = +1
11 𝐼2 = 0,9 𝑚𝐴
10 Berikut adalah perhitungan besar IN menggunakan
𝑅𝑇𝐻 = +1
11 menggunakan hasil perhitungan dari kuat arus yang mengalir
𝑅𝑇𝐻 = 1,909 kΩ di masing-masing loop :
𝑅𝑇𝐻 = 1.909 Ω 𝐼𝑁 = 𝐼1 + 𝐼2 (13)
Perhitungan VTH menggunakan analisis node menggunakan 𝐼𝑁 = 5 + 0,9
Hukum Kirchoff 2. 𝐼𝑁 = 5,9 mA
∑ 𝐼𝑅 = 0 Untuk memperoleh nilai dari VTH maka harus menadapatkan
𝑉 − 𝑉𝑇𝐻 𝑉𝑇𝐻 − 0 nilai RTH akan tetapi tetap menggunakan rangkaian awal
= (8) Norton. Berikut adalah penyelesain perhitungan dari
𝑅1 𝑅2
9 − 𝑉𝑇𝐻 𝑉𝑇𝐻 − 0 resistansi pengganti rangkaian Norton :
= 𝑅𝑇𝐻 = 𝑅1 ||𝑅𝐿 (14)
1.000 10.000 𝑅1 × 𝑅𝐿
90 − 10𝑉𝑇𝐻 = 𝑉𝑇𝐻 𝑅𝑇𝐻 = (15)
90 = 11 𝑉𝑇𝐻 𝑅1 + 𝑅𝐿
90 1×1
𝑉𝑇𝐻 = 𝑅𝑇𝐻 =
11 1+1
1
𝑉𝑇𝐻 = 8,18 𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑅𝑇𝐻 =
Hasil perhitungan VTH digunakan sebagai bahan untuk 2
menghitung besar dari ITH menggunakan Hukum Ohm. 𝑅𝑇𝐻 = 0,5 kΩ
Berikut adalah perhitungan dari ITH rangkaian Thevenin : 𝑅𝑇𝐻 = 500 Ω
𝑉𝑇𝐻 Berikut adalah proses perhitungan nilai VTH menggunakan
𝐼𝑇𝐻 = (9) hasil perhitungan RTH :
𝑅𝑇𝐻 + 10.000
8,18 𝑉𝑁 = 𝐼𝑁 × 𝑅𝑇𝐻 (16)
𝐼𝑇𝐻 = 𝑉𝑁 = 0,0059 × 500
1.909 + 10.000
8,18 𝑉𝑁 = 2,95 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝐼𝑇𝐻 = Data yang didapatkan dari hasil perhitungan pada rangkaian
11.909
𝐼𝑇𝐻 = 0,00069 𝐴 Thevenin maupun rangkaian Norton keduanya disajikan
𝐼𝑇𝐻 = 0,69 𝑚𝐴 dalam tabel 2.
Teorema Thévenin dan Teorema Norton (E3) - 5001221005 4

C. Pembahasan pengganti dimasukkan pada potensio meter. Potensio


Praktikum Teorema Thevenin dan Norton merupakan meter disusun secara seri dengan sumber tegangan apabila
praktikum dasar dari mata kuliah elektronika dengan kode pada rangkaian ekuivalen Thevenin. Sedangkan apabila
E3. Analisis rangkaian listrik linier dengan Teorema pada rangkaian ekuivalen Norton maka potensio meter
Thevenin dan Norton harus memperhatikan beberapa hal disusun secara paralel dengan sumber arus.
yaitu di antaranya pemisalan hukum kirchoff dan Hukum 3. Validitas dari teorema Thevenin dan Norton diketahui
Ohm serta perhitungan nilai resistansi pengganti baik pada dengan membandingkan data pengukuran rangkaian dan
rangkaian Thevenin mau pun rangkaian Norton. Secara perhitungaan secara matematis. Pada percobaan ini
sederhana rangkaian Thevenin dapat dimodelkan dengan validitas kedua teorema cukup baik dan hanya terdapat
sebuah rangkaian seri antara sebuah sumber tegangan dengan sedikit error.
resistor pengganti pada rangkaian tersebut. Sedangkan pada
rangkaian Norton dimodelkan secara paralel antara sumber LAMPIRAN
arus dan hambatan penggantinya. Selain itu analisis
rangkaian listrik menggunakan metode Thevenin dan Norton
juga hanya valid ketika digunakan pada rangkaian listrik
linier. Apabila rangkaian yang digunakan tidak linier dan
terdapat beberapa komponen non-linier maka rangkaian yang
terbentuk akan semakin kompleks.
Data yang diperoleh untuk tegangan dan arus pada
rangkaian Thevenin awal yaitu 8,19 volt dan 0,68 mA
sedangkan pada rangkaian ekuivalennya yaitu sebesar 8,80
volt dan 0,73 mA. Pengukuran pada rangkaian Norton Lampiran 1. Skema rangkaian ekuivalen Thevenin
memperoleh hasil arus dan tegangan sebesar 2,80 volt dan
5,81 mA. Setelah dilakukan serangkaian proses perhitungan
maka diperoleh tegangan dan arus yang dihitung pada
rangkaian Thevenin sebesar 8,18 volt dan 0,69 mA
sedangkan pada rangkaian Norton yaitu sebesar 2,95 volt dan
5,90 mA. Nilai hasil data uji di laboratorium dan perhitungan
dibandingkan untuk memperoleh validitas dari Teorema
Thevenin dan Norton. Hanya terdapat sedikit selisih antara
data hasil pengukuran dan data perhitungan yang berarti
rangkaian yang diujikan saat praktikum memiliki validitas
Lampiran 2. Skema rangkaian ekuivalen Norton
yang cukup baik dengan penggunaan Teorema Thevenin dan
Norton. Kemungkinan terjadinya error yaitu praktikan lupa
mengukur besar dari resistor sebenarnya.
Namun, perlu diingat bahwa pengaplikasian dari teorema
Thevenin dan Norton hanya berlaku pada rangkaian resistif
karena sifatnya yang linier. Suatu komponen resesif
dikatakan sebagai komponen linier apabila nilai resistansi
konstan dan tidak bergantung pada kuat arus listrik yang
mengalir pada komponen tersebut maupun tegangan.
Sedangkan kapasitor dan induktor bukan merupakan
komponen listrik resistif. Sehingga penggunaan teorema
Thevenin dan Norton tidak dapat diaplikasikan pada
rangkaian yang mengandung komponen kapasitor dan
induktor.

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan
diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Analisis karakteristik rangkaian resistif linier dapat
menggunakan Teorema Thevenin dan Norton. Rangkaian
ekuivalen dari rangkaian Thevenin terdiri dari satu
sumber tegangan dan satu resistansi pengganti yang
tersusun secara seri. Sedangkan rangkaian ekuivalen dari
rangkaian Norton terdiri dari satu sumber arus dan satu
resistansi pengganti yang tersusun secara paralel.
2. Cara menentukan rangkaian ekuivalen Thevenin dan
Norton yaitu dengan menghitung besar resistansi
pengganti melalui rangkaian awal. Besar resistansi Lampiran 3. Flowchart Rangkaian Thevenin
Teorema Thévenin dan Teorema Norton (E3) - 5001221005 5

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah Swt.
atas karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang
tua dan kakak yang selalu memberikan dukungannya. Tidak
lupa terima kasih penulis ucapkan kepada asisten
laboratorium yang sudah membimbing pelaksanaan
praktikum dan memberikan kemudahan-kemudan serta
terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Fisika
Laboratorium I yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

DAFTAR PUSTAKA
[1] D. Steinbock, The Mobile Revolution : The Making of Mobile Services
Worldwide, London : Kogan Page, 2007.
[2] L. Moura and I. Darwazeh, Introduction to Linear Circuit Analysis and
Modelling, Inggris: Elsevier Science, 2005.
[3] J. Avison, The World of Physics 2nd Edition, Cheltenham: Nelson ,
2014.
[4] B. Kumar and S. B. Jain, Electronic Devices and Circuit, New Delhi:
PHI Learning, 2007.
[5] H. M. Thomas, Basic Circuit Analysis, New York: CreateSpace
Independent Publishing Platform, 2012.
[6] M. Arshad, Network Analysis and Synthesis, Hingham: Laxmi
Publication, 2006.

Lampiran 4. Flowchart rangkaian Norton


Teorema Thévenin dan Teorema Norton (E3) - 5001221005 6

Anda mungkin juga menyukai