Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

TEOREMA THEVENIN DAN NORTON

DISUSUN OLEH:
ATTAYA NASWA SHABILLA
562020122005
KELOMPOK 4

PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIRALODRA
INDRAMAYU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam praktikum rangkaian listrik, tujuan utama adalah memahami
karakteristik dan perilaku suatu rangkaian yang kompleks. Namun, seringkali
rangkaian tersebut terdiri dari berbagai komponen yang kompleks dan sulit untuk
dianalisis secara langsung.
Di sinilah Teorema Thevenin dan Norton berperan penting. Teorema Thevenin
memungkinkan kita untuk menyederhanakan rangkaian listrik yang kompleks
menjadi sirkuit Thevenin yang terdiri dari satu sumber tegangan dan satu resistor.
Sirkuit Thevenin ini memiliki karakteristik yang sama dengan rangkaian aslinya
dan dapat digunakan untuk menganalisis perilaku rangkaian tersebut. Dengan
demikian, Teorema Thevenin memungkinkan kita untuk memahami rangkaian yang
kompleks dengan lebih mudah dan efisien.
Teorema Norton juga memiliki peran yang serupa. Teorema ini memungkinkan
kita untuk menggantikan rangkaian listrik dengan sirkuit Norton yang terdiri dari
satu sumber arus dan satu resistor. Sirkuit Norton ini juga memiliki karakteristik
yang sama dengan rangkaian aslinya. Dengan menggunakan Teorema Norton, kita
dapat menyederhanakan dan menganalisis rangkaian listrik dengan pendekatan
yang lebih sederhana.
Dalam laporan praktikum, penggunaan Teorema Thevenin dan Norton dapat
menjadi alat yang sangat berguna untuk menganalisis dan memahami rangkaian
listrik yang kompleks. Dengan menerapkan teorema ini, kita dapat menentukan
tegangan atau arus di titik-titik kritis dalam rangkaian, melakukan perhitungan
dengan lebih mudah, dan menyederhanakan rangkaian yang rumit menjadi sirkuit
yang lebih sederhana. Selain itu, laporan praktikum juga dapat mencakup langkah-
langkah praktis dalam menerapkan Teorema Thevenin dan Norton, seperti
mengukur tegangan dan resistansi di rangkaian eksperimental, membandingkan
hasil pengukuran dengan nilai yang dihitung menggunakan teorema, dan
mendiskusikan perbedaan atau kesalahan yang mungkin terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu teorema Thevenin dan Norton?
2. Bagaimana cara menghitung tegangan Thevenin dan hambatan Thevenin
dari suatu rangkaian listrik?
3. Bagaimana cara menghitung arus Norton dan hambatan Norton dari suatu
rangkaian listrik?
C. Tujuan
1. Memahami teorema Thevenin dan Norton melalui percobaan.
2. Membuat rangkaian listrik, menghitung data percobaan untuk menguji
aplikasi teorema Thevenin dan Norton.
3. Menganalisis data percobaan, sifat rangkaian dan membandingkannya
dengan perhitungan teoretis.
BAB II
LANDASAN TEORI

Rangkaian setara Thevenin


Dalam analisis rangkaian, suatu rangkaian linier dapat diganti dengan
seolah-olah ada satu sumber tegangan yang disebut 𝑉𝑇ℎ dan satu resistor yang
disebut 𝑅𝑇ℎ yang dihubungkan dengan beban (load). 𝑉𝑇ℎ dan 𝑅𝑇ℎ yang
dihubungkan dengan beban melalui terminal a dan b disebut sebagai rangkaian
setara Thevenin. Teorema Thevenin menyatakan bahwa rangkaian linier dengan
dua terminal dapat diganti dengan rangkaian eqivalen yang terdiri dari sumber
tegangan 𝑉𝑇ℎ dirangkai seri dengan resistor 𝑅𝑇ℎ , dimana 𝑉𝑇ℎ merupakan tegangan
rangkaian terbuka pada terminal dan 𝑅𝑇ℎ merupakan input atau resistansi eqivalen
pada terminal saat sumber independent dimatikan.
Teorema Thevenin sangat pemting dalam analisis rangkaian. Hal tersebut
membantu kita menyederhanakan rangkaian. Rangkaian yang besar / kompleks
dapat diganti dengan suatu sumber tegangan independent dan sebuah resistor.
Rangkaian linier seperti pada gambar 1 dengan beban yang berbeda-beda dapat
diganti dengan rangkaian setara Thevenin.

Gambar 1. Rangkaian linier

Dari gambar di atas, rangkaian linier cukup diganti dengan tegangan 𝑉𝑇ℎ
dan beban 𝑅𝑇ℎ seperti gambar 2 di bawah.

Gambar 2. Rangkaian pengganti


Arus beban 𝐼𝐿 dan tegangan 𝑉𝐿 yang melalui beban dapat dengan mudah
dihitung jika rangkaian setara Thevenin sudah diperoleh. Maka persamaan 𝐼𝐿 dan
𝑉𝐿 adalah:
𝑉𝑇ℎ
𝐼𝐿 =
𝑅𝑇ℎ + 𝑅𝐿
𝑅𝐿
𝑉𝐿 = 𝑅𝐿 𝐼𝐿 = 𝑉
𝑅𝑇ℎ + 𝑅𝐿 𝑇ℎ

Rangkaian setara Norton


Pada tahun 1926, 43 tahun setelah Thevenin mempublikasikan teoremanya,
E. L. Norton seorang insinyur kewarganegaraan Amerika mengemukakan teorema
yang mirip. Teorema Norton menyatakan bahwa rangkaian linier dengan dua
terminal dapat diganti dengan rangkaian setara / eqivalen dimana rangkaian tersebut
terdiri dari arus sumber 𝐼𝑁 yang paralel dengan resistor 𝑅𝑁 , 𝐼𝑁 adalah arus hubung-
singkat yang melalui terminal (a dan b) dan 𝑅𝑁 adalah resistansi eqivalen pada
terminal saat sumber independent dimatikan. Perhatikan gambar 3 di bawah:

Gambar 3. Rangkaian linier dengan dua terminal

Rangkaian diatas dapat diganti dengan rangkaian setara Norton seperti gambar 4.

Gambar 4. Rangkaian setara Norton

Resistansi Thevenin dan Norton adalah sama :


𝑅𝑇ℎ = 𝑅𝑁
Untuk mendapatkan arus Norton 𝐼𝑁 , ditentukan arus hubung-singkat yang
mengalir dari terminal a ke b pada gambar 4 di atas yaitu 𝐼𝑁 . Karena itu arus
hubung-singkat pada gambar 3 sama saja dengan gambar 4 maka:
𝐼𝑁 = 𝐼𝑆𝐶
Arus hubung-singkatnya pada gambar 3 di atas yaitu seperti pada gambar di bawah:

Gambar 5. Arus hubung-singkat rangkaian linier

Hubungan antar teorema Norton dan Thevenin adalah :


𝑉𝑇ℎ
𝐼𝑁 =
𝑅𝑇ℎ
Berdasarkan persamaan di atas, 𝑉𝑇ℎ , 𝐼𝑁 dan 𝑅𝑇ℎ saling berkaitan maka untuk
menentukan rangkaian setara Norton atau Thevenin mensyaratkan:
• Tegangan rangkaian-terbuka 𝑣𝑂𝐶 melalui terminal a dan b
• Arus hubung-singkat 𝑖𝑆𝐶 pada terminal a dan b
• Resistansi eqivalen 𝑅𝑖𝑛 pada terminal a dan b saat semua sumber independent
dimatikan.
Persamaan-persamaan lain yang menyatakan hubungan besaran-besaran
Norton dan Thevenin adalah :
𝑉𝑇ℎ = 𝑉𝑂𝐶
𝐼𝑁 = 𝑖𝑆𝐶
𝑉𝑂𝐶
𝑅𝑇ℎ = = 𝑅𝑁
𝑖𝑆𝐶
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Breadboard
2. Multimeter
3. Catu daya
4. Resistor: 330 Ω, 660 Ω, 700 Ω, 220 Ω, 1 kΩ dan 10 kΩ resistor variabel.

B. Tatalaksana Percobaan
1. Ukur nilai resistor seperti pada tabel 1 menggunakan multimeter dan catat
hasilnya.
Tabel 1. Resistansi teoretis vs hasil ukur
Resistor 𝑹𝟏 𝑹𝟐 𝑹𝟑 𝑹𝑳
Nilai teoretis 300 Ω 660 Ω 700 Ω 220 Ω

Nilai terukur

2. Hitung 𝑅𝑇ℎ dan 𝑉𝑇ℎ dari rangkaian eqivalen Thevenin pada gambar 1. Catat
hasilnya pada tabel 2.

Gambar 1. Rangkaian setara (b) Thevenin dan (c) Norton

Tabel 2. Resistansi, tegangan dan arus terhitung vs terukur


𝑹𝑻𝒉 𝑽𝑻𝒉 (𝑽𝒂𝒃 ) 𝑹𝑵 𝑰𝑵 (𝑰𝑺𝑪 ) 𝑰𝑳 Th 𝑰𝑳 Nort
Nilai terhitung
Nilai terukur

3. Hitung 𝑅𝑁 dan 𝐼𝑁 dari rangkaian eqivalen Norton pada gambar di bawah.


Catat hasilnya pada tabel 2.
4. Hitung arus beban 𝐼𝐿 pada rangkaian eqivalen Thevenin dan Norton pada
gambar di bawah. Catat hasilnya pada tabel 2.
5. Buat rangkaian seperti pada gambar di bawah pada breadboard.
Gambar 2. Rangkaian setara Thevenin

6. Ukur tegangan rangkaian terbuka 𝑉𝑎𝑏 ( 𝑉𝑎𝑏 = 𝑉𝑇ℎ ) pada dua terminal a dan
b pada gambar di bawah menggunakan multimeter. Catat hasilnya pada
tabel 4.
7. Ukur arus rangkaian-tertutup 𝐼𝑆𝐶 (𝐼𝑆𝐶 = 𝐼𝑁 ) dari a ke b pada gambar 2.a
menggunakan multimeter. Catat hasilnya pada tabel 2.
8. Lepas catu daya E pada gambar 2.a dan gunakan kabel untuk
menghubungkan dua terminal E seperti gambar 2.b. Ukur resistansi eqivalen
pada terminal a dan b 𝑅𝑎𝑏 = 𝑅𝑇ℎ .
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berikut hasil percobaan yang telah dilakukan:
Tabel 1. Resistansi teoretis vs hasil ukur
Resistor 𝑹𝟏 𝑹𝟐 𝑹𝟑 𝑹𝑳
Nilai teoretis 1000 Ω 100 Ω 110 Ω 220 Ω

Nilai terukur 1.775 Ω 1.539 Ω 16.020 Ω 71 Ω

Thevenin

1) Lepas resistor beban (𝑅𝐿 ) 220 Ω


2) Hitung tegangan rangkaian terbuka / tegangan Thevenin (𝑉𝑇ℎ )
𝑉 6 6
• 𝐼 = 𝑅 = (1000+110) = 1110 = 0,005 A
• 𝑉𝑇ℎ = 𝑉𝑎𝑏 = 𝐼 × 𝑅3 = 0,005 × 110 = 0,55 V

3) Lepas sumber arus dan hubung singkat (short circuit) sumber tegangannya,
kemudian hitung resistansi rangkaian terbuka / resistansi Thevenin (𝑅𝑇ℎ )

𝑅1 ∙ 𝑅3
𝑅𝑇ℎ = 𝑅2 + ( )
𝑅1 + 𝑅3
1000 × 110
𝑅𝑇ℎ = 100 + ( )
1000 + 110
110.000
𝑅𝑇ℎ = 100 + ( )
1110
𝑅𝑇ℎ = 100 + 99
𝑅𝑇ℎ = 199 Ω

4) Hubung secara seri 𝑅𝑇ℎ dengan 𝑉𝑇ℎ , dan hubungkan kembali resistor
beban (𝑅𝐿 ). Kemudian hitung arus beban (𝐼𝐿𝑇ℎ )

𝑉𝑇ℎ 0,55 0,55


𝐼𝐿𝑇ℎ = = = = 0,0013 𝐴
𝑅𝑇ℎ + 𝑅𝐿 199 + 220 419
Norton

1) Hubung singkat (short circuit) resistor beban (𝑅𝐿 ) 220 Ω

2) Hitung arus Norton (𝐼𝑁 )


𝑅 ∙𝑅 100×110 11000
• 𝑅𝑇 = 𝑅1 + (𝑅 2+𝑅3 ) = 1000 (100+110) = 1000 ( )
2 3 210
𝑅𝑇 = 1000 + (52,38) = 1052,38 Ω

𝑉 6
• 𝐼𝑇 = 𝑅 = 1052,38 = 0,0057 A
𝑇

110 110
• 𝐼𝑆𝐶 = 𝐼𝑁 = 0,0057 (100+110) = 0,0057 (210)
𝐼𝑆𝐶 = 𝐼𝑁 = 0,0057 × 0,52 = 0,003 𝐴

3) Lepas arus sumber kemudian hubung singkat sumber tegangan. Hitung


resistansi Norton (𝑅𝑁 )

𝑅1 ∙ 𝑅3
𝑅𝑁 = 𝑅2 + ( )
𝑅1 + 𝑅3
1000 × 110
𝑅𝑁 = 100 + ( )
1000 + 110
11000
𝑅𝑁 = 100 + ( )
1110
𝑅𝑁 = 100 + 99
𝑅𝑁 = 199 Ω

4) Hubung 𝑅𝑁 secara paralel dengan sumber arus (𝐼𝑁 ) dan pasang kembali
𝑅𝐿 , kemudian hitung arus beban (𝐼𝐿𝑁 ) yang mengalir melalui 𝑅𝐿

𝑅𝑁
𝐼𝐿𝑁 = 𝐼𝑁 ( )
𝑅𝑁 + 𝑅𝐿
199
𝐼𝐿𝑁 = 0,003 ( )
199 + 220
199
𝐼𝐿𝑁 = 0,003 ( )
419
𝐼𝐿𝑁 = 0,003 × 0,5
𝐼𝐿𝑁 = 0,0015 𝐴

Tabel 2. Resistansi, tegangan dan arus terhitung vs terukur


𝑹𝑻𝒉 𝑽𝑻𝒉 (𝑽𝒂𝒃 ) 𝑹𝑵 𝑰𝑵 (𝑰𝑺𝑪 ) 𝑰𝑳 Th 𝑰𝑳 Nort
Nilai 0,0013
199 Ω 0,55 V 199 Ω 0,003 A 0,0015 A
terhitung A
Nilai 1070 1070 0,00872 0,0048 0,00872
5,61 V
terukur Ω Ω A A A

B. Pembahasan
Dalam eksperimen yang dilakukan, nilai resistansi teoretis dan hasil ukur dari
beberapa resistor dan resistor beban (𝑅𝐿 ) diberikan dalam Tabel 1. Selanjutnya,
dilakukan analisis menggunakan Teorema Thevenin dan Norton untuk menghitung
tegangan Thevenin (𝑉𝑇ℎ ), resistansi Thevenin (𝑅𝑇ℎ ), arus beban dengan
menggunakan Teorema Thevenin (𝐼𝐿 𝑇ℎ ), arus Norton (𝐼𝑁 ), resistansi Norton (𝑅𝑁 ),
dan arus beban dengan menggunakan Teorema Norton (𝐼𝐿 𝑁 ).

Untuk analisis menggunakan Teorema Thevenin, resistor beban dilepas dan


V
tegangan rangkaian terbuka (𝑉𝑇ℎ ) dihitung menggunakan rumus I = dengan R
R
adalah total resistansi dari 𝑅1 dan 𝑅3 . Nilai tegangan Thevenin yang terhitung
adalah 0,55 V. Selanjutnya, resistansi Thevenin (𝑅𝑇ℎ ) dihitung menggunakan rumus
𝑅 ∙𝑅
𝑅𝑇ℎ = 𝑅2 + (𝑅 1+𝑅3 ) yang memberikan nilai terhitung sebesar 199 Ω. Setelah itu,
1 3
resistor beban (𝑅𝐿 ) dihubungkan kembali dan arus beban menggunakan Teorema
𝑉
Thevenin (I_L Th) dihitung menggunakan rumus 𝐼𝐿 𝑇ℎ = 𝑅 𝑇ℎ , dengan nilai
+𝑅 𝑇ℎ 𝐿
terhitung sebesar 0,0013 A.

Untuk analisis menggunakan Teorema Norton, resistor beban dihubungkan


dalam kondisi hubung singkat (short circuit) dan arus Norton (𝐼𝑁 ) dihitung
𝑉
menggunakan rumus 𝐼𝑁 = 𝑅 , dengan 𝑅𝑇 merupakan total resistansi dari 𝑅1 , 𝑅2 ,
𝑇
dan 𝑅3 . Nilai terhitung untuk arus Norton adalah 0,003 A. Selanjutnya, resistansi
𝑅 ∙𝑅
Norton (𝑅𝑁 ) dihitung menggunakan rumus 𝑅𝑁 = 𝑅2 + (𝑅 1+𝑅3 ), yang memberikan
1 3
nilai terhitung sebesar 199 Ω. Setelah itu, 𝑅𝑁 dihubungkan secara paralel dengan
sumber arus (𝐼𝑁 ), resistor beban (𝑅𝐿 ) dipasang kembali, dan arus beban
menggunakan Teorema Norton (𝐼𝐿 𝑁 ) dihitung menggunakan rumus 𝐼𝐿 𝑁 =
𝑅𝑁
𝐼𝑁 (𝑅 ), dengan nilai terhitung sebesar 0,0015 A.
𝑁 +𝑅𝐿

Dalam tabel 2, disajikan perbandingan antara nilai resistansi, tegangan, dan


arus yang dihitung dengan nilai yang diukur. Terdapat perbedaan antara nilai
terhitung dan terukur untuk semua parameter. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh
adanya kesalahan pengukuran, ketidakakuratan nilai komponen, atau faktor lain
yang mempengaruhi percobaan.
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah bahwa Teorema


Thevenin dan Norton merupakan alat penting dalam analisis rangkaian listrik
kompleks. Kedua teorema ini memungkinkan penyederhanaan rangkaian kompleks
menjadi sirkuit Thevenin atau Norton yang terdiri dari sumber tegangan atau
sumber arus dan resistor. Penggunaan teorema ini membantu dalam memahami
perilaku rangkaian yang kompleks dengan lebih mudah dan efisien. Dalam
praktikum, langkah-langkah seperti pengukuran nilai resistor, perhitungan
resistansi, tegangan, dan arus terhitung, serta perbandingannya dengan nilai terukur
dilakukan. Terdapat perbedaan antara nilai terhitung dan terukur yang bisa
disebabkan oleh ketidaktepatan pengukuran atau ketidaksempurnaan komponen
rangkaian. Teorema Thevenin dan Norton memungkinkan penggantian rangkaian
dengan sirkuit setara yang mempertahankan hubungan antara nilai tegangan, arus,
dan resistansi.
LAPORAN SEMENTARA
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved Juni 27, 2023, from ChatGPT: https://openai.com/blog/chatgpt


Pauzan, M. (2023). Praktikum Rangkaian Listrik.

Anda mungkin juga menyukai