I. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum mengenai rangkaian thevenin dan norton
sebagai berikut:
a. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat
mengidentifikasi karakteristik teorema thevenin dan teorema norton
pada rangkaian arus searah dengan benar
b. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mencontohkan fungsi
teorema thevenin dan teorema norton dengan benar
c. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mengukur
Vth, Rth, arus dan tegangan pada thevenin dan norton dengan benar
Gambar 2.2: sifat keluaran dari suatu sumber tegangan selalu bisa
dimengerti dengan rangkaian ekuivalen thevenin dan rangkaian ekuivalen
Norton.
Resistivitas Rdalam dari R dalam sebesar perbandingan antara voltase
Vtb dan arus hubung singkat His yang mengalir ketika output dihubung
singkatkan:
Rdalam =
Mengenai sifat luar (sifat output) setiap jaringan linear dengan resistor-
resistor dan sumber-sumber energy bisa dgantikan dengan rangkaian
parallel dari satu sumber arus yang ideal dan satu resistor Rdalam besar arus
Io dari sumber arus yang sama besar dengan arus His yang mengalir dari
output dihubung singkat. Resistivitas R dalam dari resistor R dalam sebesar
perbandingan dari voltase Vtb yan terdapat kalau rangkaian terbuka, berarti
tidak ada sambungan pada output dan tidak ada arus yang mengalir dari
sumber tegangan dan arus hubung singkat His:
Rdalam =
Gambar: rangkaian pembagi tegangan. (a) tanpa beban, (b) diberi beban RL,
sehingga ditarik arus IL.
Pada gambar pertama, rangkaian listrik mempunyai keluaran terbuka
oleh gerbang keluaran. B tidak diambil arus. Pada keluaran ini tegangan
keluaran disebut tegangan keluaran terbuka yang kia sebut V,o,b (baca:Vo
buka).
( )
Vo,b= 2= 12 = 6
( 1+ 2) ( + )
Pada gambar kedua dihubungkan dengan suatu hambata beban, RL
sekarang marilah kita hitung tegangan keluaran rangkaian tersebut bila
diberi hambatan beban RL=1 KΏ.
12 12
I= = = 1,5 =8
( 1+ 2// ) +( // )
1
Vo=VAB=I(R2//RL)=(8mA) (IK//IK)= 8 . 2 Ώ = 4v
Vth =
1,75 10
=
250
= 0,7 volt
Rn = Rth = 175 Ώ
−3
In = 0,7 = 4 10
175 Ώ
berdasarkan teoritis :
Vth = ( 1 − 2 )
1+ 3 2+ 4
= 5v ( 220 Ώ − 150Ώ )
220Ώ+300Ώ 150Ώ+100Ώ
= 5v ( 220 Ώ − 150 Ώ )
520 Ώ 250 Ώ
= 5v (0.42 Ώ – 0,6 Ώ)
= 5v (-0,18)
= -0,9 v
Vth = -0,9 v
1. 3 2.4
Rth = +
1+ 3 2+ 4
220Ώ .300Ώ
= +150Ώ .100Ώ
220Ώ +300Ώ 150Ώ +100Ώ
2 2
66000 Ώ 15000Ώ
= 520Ώ + 250 Ώ
= 126,923 Ώ+ 60 Ώ
=186, 923 Ώ
In =
0,9
= 186,923 Ώ
−3
= 4 10
Rn = Rth = 186,923 Ώ
Dari hasil di atas, maka dapat dikatakan percobaan 1 berhasil karena In
−3
pada percobaan sama dengan In pada teori = 4 10 nilai VTh dan Rth
yang berbeda pada percobaan dan teori kemungkinan disebabkan kurangnya
nilai toleransi, atau perubahan tahanan lengan- lengan jembatan akibat efek
pemanasan arus melalui tahanan ( resistor) itu sendiri.
Pada percobaan ke-2 kita menggunakan arus 300 mA artinya harus
dihitung terlebih dahulu nilai tegangan yang harus diberikan oleh power
supply. Rangkaian pada percobaan perlu diubah untuk memperoleh
tegangan, yaitu:
dimana : RS=R3+R4
Maka :
Io = 1+
= Io ( R1+Rp)
= Io ( R1+ 2 . 3)
2+ 3
= 0,3 (16,67 Ώ)
= 0,5 v
Kemudian untuk mengetahui harga Vth, perlu diperhatikan terlebih dahulu
bentuk rangkaiannya, yaitu :
Maka : I2 = I1 = = 300 2 = 150 = 0,15
2
In =
= 1,5
6,24 Ώ
= 0,2 A
Dari hasil teoritis diatas kita bandingkan dengan hasil percobaan
25 10
Vth = =1
250
500
Rth = 10
1000
=5Ώ
In =
1
= 5Ώ
= 0,2 A
Rn = Rth = 5 Ώ
In = teori = In percobaan = 0,2 A
Dari semua percobaan yang telah dilakukan dapat kita ambil
kesimpulan bahwa percobaan yang kami lakukn telah sesuai dengan hasil
yang kita dapatkan secara teori.
VII. KESIMPULAN
Pada percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Teorema thevenin adalah teoremo yang menyatakan bahwa rangkaian
linear dengan dua ujung terbuka dapat digantikan dengan sumber tegangan
yang diseri dengan suatu resistor
I. TUJUAN
a. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mengidentifikasi
pengertian high pass filter dan low pass filter dengan benar
b. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat menjabarkan cara kerja
high pass filter dan low pass filter dengan benar
c. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mengukur R, C, Vin, Vpp,
frekuensi, Vout, dan G pada rangkaian high pass filter dan low pass filter
dengan benar
Sisi kiri dari rangkaian dalam gambar dipakai sebagai input dan sisi kanan
dipakai sebagai output. Maka terdapat voltage gain dari persamaan untuk
pembagi tegangan :
1
A= = 2 = = 1
1
1+ 2 + 1+
Pada cut off frekuency, output berkurang 3 dB dari pada input, berarti
:
[A(Fc)] = -3 dB
[ ( )]
= 20 log [A(Fc)] = 20 log [ ( )] = -3
−3
[ ( )] 1
= =10 20 = √2
[ ( )]
2 1
Vo (w) = 1+ 2 Vi(w) dengan Z1 = R dan Z2 =
= +1
= 1
( + )
=+
Untuk fungsi alih kompleks pada persamaan diatas kutub ada pada
1
Fb = =
2 2
Oleh karena itu kita peroleh bagan untuk amplitude seperti gambar dibawah
ini :
Gambar 2.4 : tanggapan frekuensi tapis RC lolos (a) tanggapan amplitude (b)
tanggapan fasa
fasa sebesar 90° oleh nol pada log F = -~. Selanjutnya kutub Fb = 2
menyebabkan kemiringan tanggapan aplitudo pada gambar 2.4 berubah sebesar
-6 dB/ oktaf menjadi o dB/ oktaf. Selain itu bagan bodeuntuk fasa berubah
sebesar -90 ° dmenjadi 0 °, dengan demikian kemiringan -45°/ pada gambar
2.4b.
Vo= ≡
+1
At lower frequencies the reactance of the capacitor increase, resulting in an
increasing part of appearing across the resonant circuit. The output
frequency curve appears in fig 3.110. only those frequencies near the
resonant value will pass to the next stage if the output were taken off the
resonant circuit we would have a band-stop filter where only a certain band
of frequencies is not pemited to pass.
Menurut (Sunanda,2012:137-138) salah satu upaya untuk mereduksikan
harmonic yang muncul diakibatkan oleh beban non linear yang ada, dan
salah satunya lampu hemat energy, adalah yang menggunakan filter. Ada
dua jenis filter yang dapat digunakan yaitu filter aktif dan filter pasif.
Namun jika dilihat dari tinjauan ekonomi, filter pasif relative lebih murah
jika dibandingkan dengan fiter aktif.
Filter pasif yang digunakan untuk mereduksi kandungan harmonic pada
system terdiri dari kombinasi komponen R,L, dan C. berdasarkan
karakteridtiknya, filter pasif dapat dibedakan atas empat macam bagian yaitu
: low-pass, high-pass, band- pass, and tuned fiter. Low pass filter di gunakan
untuk mereduksi komponen harmonic dibawah frekuensi yang diatas, dan
band-pass merupakan kombinasi dari low pass dan high pass filte, sedangkan
tuned fiter, digunakan untuk mereduksi beberapa komponen harmonic
tertentu saja. tetapi dengan mengkombinasikan beberaoa tuned fiter, juga
dapat digunakan untuk mengurangi beberapa komponen harmonic.
Secara garis besar filter pasif dapat dipasang pada system sacara seri
dan parallel. Pada umumnya paling banyak digunakan adalah model single
tuned filter.Karena lebih ekonomis dan dipasang secara parallel pada
system, dengan demikian arus harmonic dialihkan melalui filter tersebut.
III. ALAT DAN KOMPONEN
Adapun alat dan komponen yang digunakan adalah :
a. Signal generator
b. Osiloskop (osiloskop dan probe)
c. Multimeter
d. Resistor
e. Kapasitor
f. Breadboard
g. Set jumper
High pass filter (tapis lolos tinggi ) adalah filter yang outputnya hanya
melewatkan frekuensi diatas cut off(Fc). Pada high pass ini frekuensi dibawahnya
itu out put idealnya tidak ada. Pada high pass filter tegangan inputnya hanya
meloloskan frekuensi >2 dan menahan frekuensi rendah oleh karena itu high pass
filter terdiri dari kapasitor yang terhubung secara parallel dengan resistor.
Gambar: rangkaian high pass filter
Pada percobaan kali ini digunakan rangkaian low pass filter kapasitif dan
high pass filter kapasitif. Rangkaian low pass filter kapasitif tersebut
terdiri dari dua komponen yaitu resistor(hambatan) dan kapasitor .
kapasitor pada rangkaian low pass filter akan semakin rendah
reaktansinya saat frekuensinya tinggi(meningkat). Hal ini menyebabkan
frekuensi yang berada diatas frekuensi cut-off langsung mengalir cut off
akan mengalir kebeban begitu saja dengan high pass filter.
Sebelum melakukan percobaan ini kita perlu mengetahui fungsi dari
kapasitor tersebut. Fungsi kapasitor sangatlah beragam bergantung dari
karakteristik masing-masing bagian dari rangkaian elektronika itu
sendiri. Pada dasarnya kapasitor ini berfungsi untuk menyimpan muatan
listrik pada jangka waktu tertentu. Kapasitor itu sendiri terdiri dari dua
lempengan konduktor yang dijembatani oleh sebuah elektrik yang terbuat
dari bahan tertentu. Fungsi kapasitor pada power supply sangat penting
untuk menyemurnkaan penyearahan dari tegangan AC ke tegangna DC,
dengan adanya kapsitor elco sebagai filter. Pada power supply akan
meredam dengung dari tegangan AC power supply. Sifat sebuah
kapasitor adalah selain dapat menyimpan muatan listrik sementara, juga
hanya dapat dilalui arus AC, dan sebaliknya memblok tegangan DC.
Adapun fungsi dan kegunaan kapasitor adalah sebagai penghubung
antara rangkaian. Kopling kapasitor memblok tegangan DC dan
mengalirkan sinyal AC , sebagai penyaring filter untuk meredam
tegangan ripple pada rangkaian power supply, sebgaai peredam noise
pada rangkaian, sebagai pengahambat daya listrik PLN dan sebagai
pelindung saklar dari loncatan api pada saat terhubung terutama pada
tegangan tinggi.
Pada percobaan kali ini alat dan bahan yang digunakan adalah AFG,
CRO, resistor.kapasitor, bread-board, dan kabel tusuk. Percobaan ini
dilakukan sesuai dengan prosedur percobaan yang ada. Namun, pada
percobaan ini kami gagal unutuk melakukan percobaanny, hal ini
dikarenakan kerusakan pada alat yang akan digunakan yaitu osiloskop,
dimana CRO tidak sma sekali menampilkan sinyal tangaoan. Selain itu
AFG juga tidak menunjukkan responnya terhadap rangkain yang kami
rangkai. Oleh Karena itu, pengukuran tidak berlangsung dengan baik.
Sehingga sebagai bahan untuk membuat laporan, kami mengambil
literature dari data hasil percobaan kelompok lain untuk dibahas pada
laporan ini
Pada percobaan low pass filter kami menggunakan hambatan sebesar
100Ώ dan kapasitor 0,22. Kemudian dirangkai sebagai berikut :
= 2,6 v
Kemudian untuk menentukan nilai Vout, terlebih dahulu kita
menentukan Veff :
Veff =
√2
2,6
=
√2
= 1,83 v
Dikarenakan Veff=Vout, maka dapat diketahui bahwa Vout pada
frekuensi 121,05 Hz adalah 1,83 v
Untuk frekuensi yang lain Voutnya dapat ditentukan dengan persamaan
yang sama. Pada frekuensi 140,02 Hz, 182,22 Hz, 251,04 Hz, dan 300 kHz,
Voutnya 2,54 v dan frekuensi 3,2649 kHz, Voutnya sebesar 1,41 v Untuk
nilai Vin pada percobaan ini/ low pass filter diukur dengan menghubungkan
sinyal generator dan osiloskop saja tanpa rangkaian low pass filter . Setelah
dilakukan percobaan, osiloskop menunjukkan skala pengukuran sebesar 1,5
Untuk menentukan Vpp, maka:
Vpp = 1,8x0,5
= 0,9 v
Vp =
2
= 0,45 v
Vin = Veff = √2
= 0,45
√2
= 0,31 v
Jadi, nilai Vin adalah sebesar 0,26 v
Kemudian melakukan percobaan kedua adalah mengenal high pass filter
(tapis lolos tinggi). Pada percobaan ini kita menggunakan hambatan
sebesar 100Ώ dan kapasitor 47 . Kemudian dirangkai seperti gambar
berikut;
Untuk menentukan nilai Vin, sinyal generator langsung dihubungkan
dengan osiloskop tanpa rangkaian diatas. Perhitungan dapat dilakukan
dengan cara yang sama pada percobaan sebelumnya;
Vp = 2
0.9
= 2
= 0.45 v
=Veff =
Vin √2
= 0,45
√2
= 0.31 v
Jadi nilai Vin didapat 0,26 volt
Untuk menentukan volt, digunakan frekuensi yang berbeda yaitu
antara 10Hz-100kHz. Frekuensi-frekuensi keluaran sinyal generator yang
dipakai pada percobaan ini antar alain 4,5001 Hz; 10,568 Hz; 15,178 Hz;
25,317 Hz; 30,483 Hz; 32,021 Hz; 70,788 Hz; 256,63 Hz; 323,41 Hz;
1,0405 kHz dan 2,0146 kHz;setelah dilakukan perhitungan menggunakan
persamaan yang sama pada percobaan 1 diperolehkan nilai Vout untuk
frekuensi 4,5001 Hz, 10,568 Hz, 32,021 Hz, 70,788 Hz sebesar 0,84 v,
frekuensi 15,178 Hz; 25,317 Hz dan 30,483 Hz; sebesar 0,98 v dan untuk
frekuensi 256,63 Hz; 323,41 Hz; 1,0405 kHz senilai 0,56 v dan terakhir
untuk frekuensi 2,0146 Hz diperoleh Vout sebesar 0,42 v.
Untuk menghitung nilai frekuensi potong(cut off) baik pada low pass
maupun high pass digunakan rumus;
1
Fc = 2
Jika pada percobaan low pass filter besar resistor ynag digunakan
adalah 100Ώ Dan kapasitor 0,22 makaharga frekuensi potongnya dapat
diketahui dengan;
1
Fc = 2
1
−6
=2(3,14)(100Ώ)(0,22 10 )
1
−6
=138,16 10
= 7237,98 Hz
Jadi frekuensi cut off low pass filter yang telah di percobakan adalah
7237,98 Hz sedangkan pada high pass filter resistor yang digunakan
adalah 100 Ώ dan kapasitor 47 denga demikian
1
Fc = 2
1
= −6
2(3,14)(100Ώ)(47 10 )
= 33,87 Hz
Jadi frekuensi cut off pada percobaan high pass filter adalah 33,87 Hz.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Low pass filter adalah jenis filter yang meloloskan sinyal
frekuensi rendah, tegangan input pada tapis lolos rendah ini
meloloskan frekuensi <2 dan berfungsi sebagai integrator. Rangkaian
Rc tapis lolos rendah dan kurva tenggapan amplitude low pass filter
ditunjukkan oleh gambar :
I. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum tentang rangkaian seri RLC dan
resonansi adalah sebagai berikut :
a. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mengidentifikasi
rangkaian RL seri, RC seri, dan RLC seri dengan baik dan benar
b. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat membedkan rangkaian
RL seri, RC seri, dan RLC seri paada arus DC dan arus AC dengan
benar
c. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mengukur VR, VL, VC,
dan kuat arus pada rangkaian RL seri,, dan RLC seri dengan benar
d. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat menghitung resistansi
total RLC dengan benar
Sebuah tegangan tetap Vx (t) dan kita hubungkan dengan suatu rangkaian
yang terdiri dari suatu hambatan R, induktansi L, dan suatu kapasitor C yang
dihubungkan seri seperti pada percobaan ini yang disusun seri ( Abdul, 2009:1).
Rangkaian RC seri
Suatu rangkaian bolak-balik yang terdiri dari suatu resistor R seri dengan
kapasitor C seperti pada gambar,
Misalkan Vs(t)=Vp cos (wt + Øo s ), dan i(t) = Ip cos (wt + Øo t) dalam
lingkar berlaku :
()
() =() +
1
Vp cos (wt+Øos) = Ip R cos (wt+Øot)+ ∫ 1 cos( +
)
1 1
∫ 1 cos( + ) = Ip sin (wt + Øoi)
1
= cos( + − )
2
1
Vp cos (wt + Øos) = Ip R cos (wt Øoi) + cos ( + −2)
Atau Ip = 1
2+ 2
√
1
Dan Øoi + Øos = arc tan
.
1
= arc tan
Misalkan kita mempunyai suatu sumber tegangan tetap Vs (t) dan kita
hubungkan dengan suatu rangkaian yang terdiri dari suatu hambatan R,
induktansi L, dan suatu kapasitor C, yang dihubungkan seri seperti pada
gambar:
√
Arus I = , Dengan Vs adalah tegangan Rms. Kompleks
1 −1
sumber. Impedansi ƶ = R +jwl + =+( ), mempunyai modulus
(besar ) :
2
ƶ=ǀǀ=√ 2 +( − 1) sehingga I=
2 −1 2
√ +( )
Gambar :
a). rangkaian RLC seri dengan
sumber arus tetap
b). dengan menambahkan R seri
dengan isyarat keluaran diperoleh
sumber arus tetap
berikut gambar yang menunjukkan
lengkung resonansi tegangan Vab
pada rangkaian RLC seri :
Dari bentuk lengkung resonansi RLC. Seri rangakaian RLC seri dapat
dipandang sebagai suatu tapis yang menyekat suatu daerah frekuensi dan
meneruskan frekuensi yang lain. Tapis semacam ini disebut tapis sekat pita.
W(+) dan W(-) adalah frekuensi dimana Vab=√2 Vab min, atau 3 db
diatas Vab min. frekuensi W(+) dan W(-) disebut frekuensi 3 db. Jadi ∆ adalah
lebar resonansi pada 3 db diatas minimum. Selanjutnya dari persamaan diatas
semakin besar Q makin sempit dan makin dalam lengkung resonansi, oleh
karena dengan Q yang besar berarti R kecil. Akibatnya V min= RL juga makin
rendah”(Sutrisno, 1986:27-51).
“the effects of an AC sinusoidal signal on the basic R, L,and C elelments
will now be examined. Although certain statements of fact will have to be made
without full derivation or explanation, be assured that the material will be more
than complete to permite a full understanding of the more advanced material to
follow.” (Boylested,1989:121).
Menurut Blocher(2004:77) kalau resistor, kumparan dan kondensor
dirangkai secara seri maka akan didapatkan skema rangkaian seperti pada
gambar berikut :
Gambar: rangkaian seri dengan resistor dan kumparan (kumparan real dan
kondensator)
Impedansi dari rangkaian ini terdapat dari jumlah impedansi dari
kumparan masing-masng:
+1
ƶ = R +I ( ),
2 2 1
ǀǀ=√ +( − 2 ) ;
1
Q=arc tan ( − )
III. ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut :
a. AFG 1 buah
b. Oscilloscope 1 buah
c. Multimeter digital 2 buah
d. Resistor 1 kΏ I buah
e. Inductor 2,5 mH 1 buah
f. Kapasitor 0,01 µF 1 buah
41
l. Dengan frekuensi sumber sinyal yang di variasi antara 100 Hz, hingga 10
KHz, diukur tegangan antara ujung-ujung;
1. Inductor (Vl) atau antara titik-titik S dan T
2. Resistor (VR) atau antara titik-titik T dan U
3. Sumber sinyal (VS) atau antara titik-titik S dan U
m. Jika mungkin, diukur pula kuat arus (mA) yang mengalir dalam rangakaian
itu utuk setiap harga frekuensi tersebut 1 hasil pengukurannya masukkan
kedalam tabel pencatatan data seperti berikut:
NO FREKUENSI VL VR VS ARUS
1 100 Hz
2 200 Hz
3 400 H z
600 Hz
Dst
10.000 Hz
42
NO FREKUENSI VC VR VS ARUS
1 10 Hz
2 100 Hz
3 500 Hz
1000 Hz
0ST
10 KHz
Disusunlah rangkaian sperti berikut :
43
r. Dengan frekuensi sumber sinyal yang divariasi antara 100 Hz hingga 10 Khz.
Diukur tegangan antara ujung-ujung:
1. Resistor (VR) atau antara titik- titik A dan S
2. Inductor (VL) atau antara titik-titik S dan T
3. Kapasitor (VC) atau antara tiitk-titik T dan B
4. Sumber sinyal (VS) antara titik-titik A dan B
5. Pada frekuensi berapa VL=VC, dicari hingga ditemukan, frekuensi
tersebut tidak harus terletak didalam interval frekuensi diatas
s. Jika mungkin, diukur pula arus (mA) yang mengalir dalam rangkaian itu
untuk setiap harga frekuensi tersebut. Hasil pengukuran dimasukkan
kedalam tabel pencatatan data seperti berikut :
NO FREKUENSI VR VL VC ARUS
1 100 Hz
2 200 Hz
3 400 Hz
600 Hz
Ost
10 KHz
44
V. HASIL
Rangakaian RL
No Frekuensi Vl Vr Vs Arus
−4
1 100 Hz 2.86 V 1,57 V 1,57 V 4,75x 10
A
Rangkaian RC
No Frekuensi Vc Vr Vs Arus
1 100 Hz 0V 0,14 V 0,07 V 0,176 A
2 200 Hz 0V 0,155v 0,14 V 0,176 A
Rangkaian LC
No Frekuensi Vl Vc Vs Arus
1 100 Hz 0,35 v 0,35 v 0v 0,17 A
2 200 Hz 0,35 v 0,17 v 0,18 v 0,17 A
Rangkaian RLC
No Frekuensi Vr Vl Vc Vs Arus
1 100 Hz 0,98 v 0,91 0,045 0,049
v v v
2 200 Hz 0,91 v 0,91 0,035 0,0707
v v v
45
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini kita membahas mengenai “Rangkaian Seri RLC
dan Fenomena resonansi”. Rangkaian ini merupakan rangkaian yang terdiri dari 3
komponen listrik yaitu resistor, inductor, dan kapasitor yang disusun secara seri
serta dihubungkan dengan sumber tegangan V. sifat suatu rangkaian seri RLC
bergantung pada besar hambatan yang dihasilkan oleh inductor dan kapasitor.
Jika suatu rangakaian mempunyai reaktansi induktif yang lebih besar maka
sifatnya akan berbeda dengan rangakaian yang memiliki reaktansi kapasitif lebih
besar. Terdapat tiga keadaan yang menunjukkan sfat pada suatu rangkaian seri
RLC yaitu:
Vp = √2
2,2
Vp = 1,4
= 1,57 v
Untuk mencari nilai Z, kita harus mencari nilai XL dengan menggunakan
persamaan berikut :
XL = W.L =
2.
1,57
= 3300
−4
= 4,75x10 A
−4
Maka didapatlah I senilai 4,75x10 A. Sedangkan pada frekuemsi 200 Hz,
besar VR adalah 1,43 v, VL sebesar 3,14 v, VS sebesar 1,57 v dan arus yang
−4
digunakan adalah 4,75x10 A.
Pada percobaan kedua adalah mengenai RC. Rangkaian ini menggunakan
sebuah resistor dan kapasitor yang diseri dengan sumber tegangan. Keduanya
dirangkai sebagai berikut:
Resistor yang digunakan pada percobaan ini adalah 120 Ώ, inductor sebesar
−10 −6
502, 4 10 H dan kapasitor 10 . V Percobaan ini dilakukan sama dengan
prosedur kerja dan menggunakan frekuensi AFG sebesar 100 Hz didapatlah nilai
VR sebesar 0,98 v, VL sebesar 0,91 v, VC sebesar 0,045 v sedangkan VS sebesar
0,049 v untuk menentukan nilai arus I digunakan persamaan berikut:
I=
2 2
√ +√( − )
Maka terlebih dahulu dihitung nilai V,XL, dan XC dimana
2 2
V=√ + √( − )
Sedangkan nilai XL, dan XC diperoleh dengan persamaan :
XL = W.L
=2 .
1
XC =
1
=
2
Maka:
2 2 2
V =√ + √( − ) =√(0.98) +
2
√(0,91 − 0,045) =√1,708625
=1,307 v
Sedangkan nilai XL:
XL =2 .
−10
=2(3,14) . 100 . 502,4 10 H
−5
=3,15 10
Sedangkan nilai XC:
1
XC =
2
1
−6
= 2 (3,14) 100 10
1
−6
= 6,28 10
= 1592,35
Maka :
I =
2 −5 2
= √(120) + √(3,15 10 −1592,35)
1.307
= √2549975,3377
1,307
= 1592,86
−5
= 81 10
−5
Maka arus yang mengalir pada frekuensi 100 Hz adalah 81 10
Sedangkan untuk frekuensi 500 Hz diperoleh nilai VR sebesar 0,91 v, Nilai VL
sebesar 0,035 v dan VS sebesar 0,0707 v perhitungan nilai I adalah sebagai
berikut:
2 2 2
V =√ + √( − ) =√0,91 +
2
√(0,91 − 0,035)
=√1,593725
=1,26 v
XL =2 .
−10
=2(3,14) . 200 . 502,4 10 H
−5
=6,31 10
1
XC = 2
1
= −10
2 (3,14) 200 502,4 10 H
1
= −6
1256 10
=796,77
Maka :
I =
2 −5
= 1,26 √(120)
2
+√(6,31 10
−79,17)
1,26
=805,1625
−4
=15,6 10
Maka dapat diketahui bahwa arus yang mengalir saat frekuensi 200 Hz
−4
adalah 15,6 10
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Karakteristik rangkaian AC seri yaitu jika terdapat sesuatu resistansi
murni R dan induktansi murni L dan mengalir arus I, karena arus
melewati resistordan inductor sama maka arus sebagai referensi dan
tegangan sesisten VRdan tegangan inductor VL terpisah sejauh 90°,
sehingga tegangan V merupakan vector dengan besar V dan sudut fasa
Q
Rangkaian RC seri terdiri atas resistor dan kapasitor dimana arus yang
mengalir pada R sama dengna pada I sedangkan tegangan VR tidak sama
dengan VC.
Rangkaian RLC seri terdiri dari resistor, kapasitor, dan inductor yang
diseri dengan sumber tegangan AC dimana arus yang mengalir pada R,L,
dan C sama dengan tegangan pada rangkaian terdir dari tegangan resistor
(VR), tegangan inductor VL dan kapasitor VC
3. Resonansi pada rangkaian RLC terjadi jika nilai reaktansi x adalah nol.
Keadaan ini terjadi jika nilai reaktansi kapasitif sama dengan reaktansi
induktif. Pada saat resonansi arus yang mengalir pada rangakaian RLC
seri adalah arus maksimum karena impedansi 2 nilainya akan minimum
dan sama dengan resistansi R
4. Daya listrik pada rangkaian listrik arus bolak-balik (AC) terdiri dari tiga
jenis daya listrik yaitu daya semu, daya aktif dan daya reaktif. Ketiga
daya tersebut mempunyai satuan yang berbeda untuk daya semu
satuannya adalah VA(volt ampere), daya aktif satuannya watt sedangkan
saya reaktif satuannya VAR
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Blocher.2004.Dasar Elektronika. Jogyakarta:Andi
Boylested.1989.Elektronics A Survey 3 Edition. Singapure: Prentice
Salim,Abdul.2009. Rangkaian Seri R-L-C.Bengkulu:Universitas Bengkulu
Sutrisno.1986.Elektonika Teori Dan Penerapannya.Bandung:ITB
KEGIATAN IV
RANGKAIAN PENYEARAH
I. TUJUAN
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mengidentifikasi
bentuk gelombang penyearah ½ gelombang, penyearah
gelombanng penuh (2 dioda), dan penyearah gelombang sistem
jembatan dengan benar
b. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat menjelaskan proses
terbentuknya gelombang penyearah ½ gelombang, penyearah
gelombang penuh (2 dioda), dan gelombang sistem jembatan
dengan benar
Ketika kaki anoda ( A ) dihubungkan dengan kutub positif dan kaki katoda
( K ) dihubungkan dengan kutub negatif dari suatu sumber tegangan DC,
maka arus dapat mengalir pada keadaan dioda tetap panjar maju. Dioda juga
memiliki banyak fungsi antara lain :
1. Penyearah arus
2. Penyetabil tegangan
3. Indikator
4. Sebagai saklar ( Sutanto,1994:55-59).
Ciri atau karakteristik dioda adalah hubungan antara arus dioda dan beda
tegangan antara kedua ujung dioda. Untuk dioda sambungan p – n lengkung
cirinya adalah seperti pada gambar :
tegangan mundur arus yang mengalir amat kecil, dan sampai batas – batas
tertentu tak bergantung pada tegangan dioda. Arus ini terdiri dari arus
pembawa muatan minoritas, mengalir dari anoda ke katoda dan disebut arus
penjenuhan dioda. Pada tegangan mundur tertentu lengkung ciri turun dengan
curam dikatakan terjadi kedalaman ( breakdown ). Tegangan mundur pada
keadaan itu disebut tegangan dadal atau tegangan balik puncak (peak inverse
voltage = Vpiv ). Dioda penyearah ada yang mempunyai Vpiv = 50 V,100
V,200 V, sehingga beberapa kilo Volt
(Sutrisno,1986:85-86).
( Abidin,2015:636-637 ).
After the capacitor has been discharged, the rectifier does not begin to pass
curent until the ouput volatage of the rectifier exceeds the voltage across the
capacitor. This occurs at 10 ms. Current flows in the rectifier until slightly after
the peak of the half sing wave at 13 ms. At this time the sine wave is falling faster
than the capacitorthan the capacitor can discharge. A short oulse of current
begining at lost 10 ms and ending at 13 ms is therefore suppliede to the capacitor
by power source (sudeep,2013:44).
III. ALAT DAN KOMPONEN
Adapun alat dan komponen yang digunakan dalam praktikum
antara lain :
a. Transformator stepdown non CT
b. Transformator stepdown CT
c. Dioda penyearah
d. Resistor
e. Condensator elektrolit
f. Steker AC
g. Multimeter
h. CRO (cathode right tube)
i. Breadboard
j. Tool sheet
k. jumper
0V 0,03 V 0V 0A
5V 0,71 V 5,81 V 0,038 A
6V 0,70 V 6,79 V 0,045 A
7V 0,73 V 7,80 V 0,052 A
8V 0,74 V 8,46 V 0,056 A
9V 0,75 V 9,43 V 0,062 A
10 V 0,75 V 10,65 V 0,071 A
G
„‟ gambar : diode zener dalam arah forward „‟
Yang kedua diode zener dalam kondisi reverse bias, dimana kaki
katoda selalu diberi tegangan yang lebih positif terhadap anoda.
P S
- V2 V
- Izt
- Izm
1(a) 1(c)
Vi RL
Nilai RL min menjamin diode zener bekerja secara konsisten. Bila zener
bekerja, berarti VL = V2 = konstan dengan menganggap Vi tetap maka
turun tegangan pada Rs ( VR ) juga tetap, yaitu :
Vr = Vi – Vz
Sehingga arus yang mengalir pada Rs, diketahui :
IR =
Dan arus yang mengalir pada diode zener dapat ditentukan dengan :
Iz = IR – IL
Arus pada diode zener ( Iz ) tidak boleh melebihi Izm yang telah ditentukan,
untuk membatasi arus zener dapat mengatur nilai Rs dengan rumusan yang
ada diatas ( Edwin.C, 1995 : 108 )
Jika tegangan mundur pada diode p – n diperbesar pada suatu nilai
tegangan maka arus mundur naik dengan cepat, seperti pada gambar 4.54.
Tegangan mundur yang terjadi disebut tegangan balik puncak ( PIV ).
Peristiwa ini terjadi karena dadalnya ikatan kovalen silicon
dalam daerah pengosongan pada sambungan p – n.
iD
Vpiv 0
0+ VD
0V 0V 0 mA
1V 1V 1,43 mA
2V 1,8 V 1,86 mA
3V 2,8 V 1,86 mA
4V 3,8 V 1,64 mA
5V 5,2 V 1,29 mA
6V 6,2 V 0,86 mA
7V 6,8 V 5,27 mA
8V 6,6 V 0,4 mA
9V 6,6 V 3,8 mA
10 V 6,6 V 4,4 mA
11 V 6,6 V 6 mA
12 V 6,6 V 7 mA
13 V 6,6 V ∞
14 V 6,6 V ∞
R = 22.000 Ώ
b. Tegangan knee dan resistansi zener
Tegangan knee zener 6,6 Volt
VI. PEMBAHASAN
Diode zener yaitu jenis diode yang mempunyai karakteristik untuk
menyalurkan arus listrik dalam suatu rangkaian elektronika yang mengalir kearah
yang berlawanan bila ada tegangan yang melampaui batas tegangan zener. Diode
zener memiliki fungsi untuk menstabilkan tegangan searah (dc). Symbol diode
zener :
Diode umumnya dipasang seri dengan sebuah resistor untuk memperoleh suatu
sumber tegangan ac dengan pemasangan yang terbaik ( Wasito,2001:87 ).
Percobaan kali ini mengenai „‟ Diode Zener „‟, percobaan dilakukan seesuai
dengan prosedur kerja untuk menentukan karakteristik diode, tegangan knee dan
resistansi diode, seta zener regulator penuh beban dan zener regulator tanpa
beban. Diode zener mempunyai tegangan knee yang terjadi pada saat breakdown,
tegangan knee ini menunjukkan terjadinya pemutusan arus yang besar
pada tegangan. Tegangan knee sendiri adalah tegangan saat arus mulai naik
secara cepat pada saat diode berada didaerah bias maju.
Pada percobaan ini, dilakukan 4 jenis percobaan antara lain, pengukuran
karakteristik diode zener, tegangan knee dan regulasi zener, zener regulator
penuh beban, dan ener regulator tanpa beban. Pada percobaan mengenai
karakteristik diode ener dilakukan untuk mengetahui sifat dan cara kerja dari
karakteristik diode, tetapi setelah dilakukan percobaan hasil yang didapat tidak
sesuai dengan literature. Berdasarkan literature bentuk kurva karakteristik diode
zener adalah :
Iz
15V 100 Ώ IR
IZ 390 Ώ RL
Dengan menggunakan Hukum Kirchoff I diperoleh nilai Itotal (arus total)
sebesar 6,667 mA. Sedangkan arus zener (IZ) adalah sebesar 4,667 mA.
Sedangkan Ir (arus yang melalui resistor) dapat diperoleh dari nilai IT dan IZ.
Karena arus yang mengalir dari sumber tegangan terbagi pada diode dan beban
yang tersusun paralel maka :
IT = IZ + Ir
Ir = IT - IZ
Ir = 6,667 mA – 4,667 mA
Ir = 2 mA
Hasil perhitungan secara teori ini berbeda nilainya dengan secara praktikum.
Tingkat kesalahan ( error ) dapat dihitung dalam persen
(%) melalui persamaan :
−
% kesalahan = x 100 %
Tingkat kesalahan yang terjadi pada percobaan ini sangat besar bahkan mencapai
200 %, artinya percobaan ini kesalahannya sangat besar bahkan melebihi 100 %.
Sedangkan mencari Vo (RL) digunakan Hukum Ohm dengan : Vo = Iz = RL
= 780 mA atau 0,78 V
Artinya besar Vo (RL) secara teori adalah 780 mA atau 0,78 V. Percobaan
terkahir adalah mengenai zener regulator tanpa beban.
Rangkain yang digunakan pada percobaan zener regulator tanpa beban adalah :
I. TUJUAN
Adapun tujuan praktikum yang ingin dicapai dari praktikum kali ini,
yaitu :
a. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mengidentifikasi
karakteristik transistor sebagai saklar dengan benar
b. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat membedakan kaki-
kaki transistor dengan benar
Untuk mencari arus basis pada keadaan resistor basis terpasang dapat dihitung
dengan persamaan :
−
=
Berdasarkan gambar diatas, maka selain sebagai saklar hal ini dapat dibalik
(inversikan). Jika dalam input (kaki basis) berlogika 1, maka output (kaki
kolektor) akan berlogika 0, dan sebaliknya RC
berfungsi sebagai resistor pulled-up, hal ini bertujuan untuk meniadakan
kondisi mengambang atau tidak jelas ketika transisi logika dari 0 ke 1
( Basuki, 2009 : 78 ).
Transistor dapat difungsikan sebagai saklar dengan mengatur arus basis IB
sehingga transistor dalam keadaan jenuh (saturasi) atau daerah mati (output).
Dengan mengatur IB > IC kondisi transistor akan menjadi jenuh seakan
kolektor dan emittor short sircuit. Arus mengalir dari kolektor ke emittor
tanpa hambatan dari VCE≈ 0 . Besar arus yang mengalir dari kolektor ke
emittor sama dengan Vcc / Rc.
Itu merupakan nilai dari arus kolektor 7 kali percobaan dengan data
VR2 dan R2 yang sudah didapat.
Kedua dilakukan percobaan tentang transistor sebagai saklar tanpa
Rb, data ini juga didapat dari kelompok lain dengan nilai untuk V1 =
0V, 5V, 6V, 7V, dan 8V. Sedangkan nilai V2 = 9V untuk
keseluruhan, nilai VR = 0,15 V, 0,10 V, 0,07 V, 0,02 V, dan 0 V,
-3 -3 -3 -3
terakhir untuk nilai Ie = 15 x 10 A, 10 x 10 A, 7 x 10 A, 2 x 10
A, dan 0, dan kesimpulan untuk LED bahwa perlu tegangan minimum
untuk menghidupkan LED, jika tegangan maksimum atau semakin
tinggi maka LED akan mati.
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dengan judul transistor sebagai
saklar dapat disimpulkan bahwa :
a. Transistor dapat digunakan sebagai saklar elektronik dengan
memberikan bias agar transistor bekerja pada daerah saturasi dan
daerah cut-off. Pada daerah saturasi transistor berfungsi sebagai
saklar tertutup dan pada daerah cut-off transistor berfungsi sebagai
saklar terbuka.
b. Rangkaian transistor sebagai saklar elektronik antara lain :
Jika tegangan keluaran turun oleh pertambahan arus beban, maka VBE
(tegangan basis – emitter) bertambah dan arus beban besar, sehingga titik q
bergeser keatas sepanjang garis beban ( Sutrisno,1986:172 ).
Rangkaian common emitter (CE) adalah rangkaian yang paling sering
digunakan untuk berbagai aplikasi yang menggunakan transistor. Dinamakan
rangkaian CE, sebab titik ground atau titik tegangan 0 Volt dihubungkan pada
titik emitter. Pada rangkaian CE sering digunakan rangkaian ekuivalen h. Harga –
harga parameter h seperti :
ℎ =(1+ ) 25
. . . (1)
( )
Emitter menjadi bagian bersama untai masukan dan keluaran. Resistansi
keluarannya adalah resistansi didalam penguat yang terlihat oleh beban, resistansi
keluaran diperoleh dengan membuat Vs = 0 dan RL (hambatan beban) = ∞.
Dengan menghubungkan pembangkit luar pada ujung keluaran, maka arus
mengalir kedalam penguat.
Konfigurasi emitter lebih sering digunakan sebagai penguat arus, sesuai
nama emitter dipakai bersama sebagai terminal masukan atau keluaran. Arus input
dalam konfigurasi ini adalah iB dan arus emitter :
= −( + ), karenanya besar arus kolektor adalah :
=− + =+ ( + )+ , atau
VI. PEMBAHASAN
Penguat common emitter adalah penguat yang kaki emitter transistor
digroundkan, lalu input dimasukkan ke basis dan output diambil pada kaki
kolektor. Penguat common emitter juga mempunyai karakteristik sebagai penguat
tegangan.
Pada literature diketahui gambar penguat common emitter sebagai berikut :
12,3
=
3,57
KV = 3,445 V
Jadi, KV pada frekuensi 108 Hz adalah 3,445 V. Dengan persamaan yang sama
diperoleh pada KV frekuensi 210 Hz sebesar 2,97 V; frekuensi 306 Hz sebesar
1,98 V; frekuensi 518 Hz sebesar 0,49 V
dan terakhir frekuensi 1 KHz diperoleh KV sebesar 0,39 V. Jika digambarkan
kurva perbandingan antara KV dan frekuensi masukan, maka :
Dari kurva diatas, dapat dilihat bahwa seakin besar frekuensi masukan yang
diberikan maka nilai perbandingan KVnya akan semakin kecil. Pada praktikum
ini tidak dilakukan pengukuran pada arus C dan arus B sehingga nilai hfe dapat
dihitung secara teori sebagai berikut :
2
= .
1 + 2
100.000Ώ .5
100.000Ώ + 22.000Ώ
100.000Ώ 122.000Ώ
. 5 = 4,09
Karena VBB = IB . RB, maka
1.
2
VB = IB x +
1 2
4,09 = IB x
4,09 = IB x
122.103
5
4,09 = IB x 0,183 . 10
4,09 -4
IB = = 2.10 = 20 mA
18032,78
= .
dimana rc = 25 mA
Maka : rc = 25 / 40 mA = 0,625 Ώ
Sehingga : 1 / hoe = rc / 1 + 1
/ hoe = 0,625 / 1 + 1
1 / hoe = 0,625 / 2 = 1 / hoe = 0,3125
Hoe = 1 / 0,3125 = 3,2 Ώ
Didapatlah impedansi masukan dengan persamaan :
Ri = RB // hie
Dimana hie = (1 + hfe) . 25 / IE mA
= (1 + 1) . = 50 / 40 mA = 1,25 Ώ
Maka : Ri = RB // hie
= RB1 // RB2 // hie
.
= 1 2
+ // hie
1 2
= 100.000 . 22.000
100.000+22.000
// 1,25 Ώ
= 18032,78 Ώ // 1,25 Ώ
= 18032,78Ώ . 1,25Ώ
18032,78Ώ+1,25Ώ
22540,975
= 18034,03 = 1,249 Ώ
Sedangkan, impedansi keluarannya adalah :
1
Ro = ( )
1
= 3,2 Ώ // 22.000 Ώ
= 0,3125 Ώ // 22.000 Ώ
0,3125 Ώ . 22.000 Ώ
= 0,3125 Ώ+22.000 Ώ
= =
687522.000.3125
0,3124 Ώ
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum dengan judul „‟ Transistor sebagai penguat tegangan
(common emitter)‟‟, dapat disimpulkan bahwa :
a. Transistor dapat digunakan sebagai penguat tegangan. Pada rangkaian
ini, bagian emitter transistor ditanahkan. Arus kecil pada basis dipakai
untuk mengontrol arus yang lebih besar pada kolektpr melalui
transistor tersebut. Isyarat masukan, masuk melalui basis dan keluar
melalui kolektor pada tanah AC
b. Menentukan hfe berdasarkan kurva karakteristik, digunakan dua
lengkung untuk dua nilai. Dari grafik ditentukan arus kolektor,
∆ 2−
maka = ⁄∆ | = | ′
2−
e. Titik q bergeser sepanjang garis beban jika suhu naik, karena arus Ic
dipengaruhi oleh suhu. Perubahan titik q ini disebabkan oleh arus
penjemukan yang menyebrang sambungan B-C dalam tegangan
mundur berubah dengan suhu atau karena perubahan VBE (q) terhadap
suhu
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Malvino,A.P. 2003. Elektronik Principle. Mc Graw : Hill
Siregar,W. 2004. Electrical Utilities. Jakarta : Erlangga
Sutrisno. 1986. Elektronika : Teori Dasar I dan Penerapannya.
Bandung : ITB
Thomas,R. 2002. Dasar Elektronika. Yogyakarta : Andi Yogyakarta