Anda di halaman 1dari 50

RANGKUMAN BAB 1 & 2

Nama : Muhammad Algi Algifari


Kelas : 1B-D3 Teknik Telekomunikasi
NIM : 211331056

1. Arus searah
1.1 Pendahuluan
Rangkaian setara dan arus transien. Dengan menggunakan rangkaian setara, kita dapat
melakukan pengukuran pada masukan dan keluaran suatu piranti elektronik tanpa mengetahui
rangkaian di dalamnya. Ada dua macam rangkaian setara yang lazim digunakan orang, yakni
rangkaian setara Thevenin dan rangkaian setara Norton.
Pengertian yang berhubungan dengan arus searah dan banyak digunakan dalam elektronika
adalah pengisian dan pengosongan muatan kapasitor. Arus listrik searah yang berhubungan
dengan ini, disebut arus transien. Arus ini juga terjadi pada rangkaian searah yang menggunakan
induktor. Dalam pekejaan di bidang elektronika kita perlu pengukuran tegangan, arus, dan sering
kali juga pengukuran hambatan. Dalam bab ini juga dibahas alat ukur searah, yaitu amper-meter,
voltmeter dan ohm-meter.
1.2 Rangkaian setara
Pengertian hambatan setara atau hambatan ekuivalen. Dua buah resistor dengan nilai
hambatan R, dan Rz yang dihubungkan paralel, dapat digantikan dengan sebuah resistor bemilai
R3 = (R1 R2)/(R1+R2). Hambatan R3 disebut hambatan setara daripada Ri dan R2 dan biasa
ditulis sebagai R3 = R1//R2. Pengertian hambatan setara tidak hanya digunakan untuk dua
hambatan paralel saja, akan tetapi untuk segala macam hubungan antara beberapa buah
hambatan. Dalam hal suatu rarigkaian listrik yang mengandung sumber tegangan atau sumber
arus, atau kedua- duanya, serta mengandung hambatan, kapasitor, dioda, transistor,
transformator, dan sebagainya, kita dapat menggunakan pengertian rangkaian setara, untuk
mempermudah kita membahas perilaku rangkaian dalam hubungannya dengan beban atau
rangkaian lain.
Rangkaian setara Thevenin.

Kita bayangkan rangkaian listrik ini sebagai suatu alat elektronik dengan keluaran antara titik a
dan b. Rangkaian ini dikatakan mempunyai dua buah ujung (terminal), yaitu a dan b. Kedua
ujung ini membentuk suatu gerbang, dalam hal ini gerbang keluaran. Secara umum rangkaian di
atas dikatakan mempunyai gerbang tunggal, yaitu gerbang keluaran, atau disebut juga rangkaian
dua ujung.
Pada gambar di atas rangkaian listrik ini dikatakan mempunyai keluaran terbuka, oleh karena
dari gerbang keluaran a b tidak diambil arus. Pada keadaan ini tegangan keluaran disebut
tegangan keluaran terbuka yang kita sebut 𝑉𝑜,𝑏 (baca: Vo,buka).
Dari gambar 1.1 a jelas tegangan keluaran terbuka

𝜀 (1𝐾)
𝑉𝑜,𝑏 𝑋 𝑅2 = 𝑋 12𝑉 = 6𝑉.

= (𝑅1 + 𝑅2) (1𝐾 + 1𝐾)

Pada gambar 1.1b ujung a dan b dihubungkan dengan suatu hambatan beban, 𝑅𝐿. Menghitung
tegangan keluaran rangkaian tersebut bila diberi hambatan beban 𝑅𝐿 = 1𝐾𝛺.
Dengan adanya hambatan beban R, , arus dalam lingkar (loop) menjadi:
𝜀 12𝑉 12𝑉
𝐼= = = = 8𝑚𝐴.
𝑅1 + (𝑅2/ /𝑅𝐿) 1,5𝐾
1𝐾 + (1𝐾//1𝐾)

𝑉𝑜 = 𝑉𝐴𝐵 = 𝐼(𝑅2//𝑅𝐿) = (8𝑚𝐴)(1𝐾//1𝐾) = 4𝑉


Dengan diambil arus beban atau dibebani, rangkaian pembagi tegangan ternyata mengalami
penurunan atau jatuh tegangan. Tanpa beban, nilai tegangan Vo = Vo,b = 6 V; sedangkan bila
diberi beban RL = 1 K tegangan keluaran menjadi Vo = 4 V. Dikatakan, rangkaian pembagi
tegangan ini terbebani, sehingga terjadi jatuh tegangan sebesar 2 V.
Perilaku rangkaian di atas bisa kita bahas dengan menggunakan pengertian rangkaian setara,
yaitu suatu rangkaian sederhana yang berperilaku sama seperti rangkaian yang diselidiki. Dengan
menggunakan rangkaian setara kita dapat membahas suatu alat elektronik berdasarkan
pengukuran pada keluaran tanpa mengetahui rangkaian di dalamnya.

Rangkaian setara Thevenin yang merupakan penjelmaan dalil Thevenin. Dalil ini
menyatakan: setiap rangkaian dengan dua ujung, atau gerbang tunggal, dapat digantikan dengan
suatu sumber tegangan tetap atau suatu gaya gerak listrik (ggl) dan suatu hambatan seri dengan
ggl tersebut.
Jika kedua ujung membentuk gerbang keluaran, hambatan setara Rth disebut hambatan keluaran
dan dinyatakan dengan Ro. Sebaliknya bila kedua terminal membentuk gerbang masukan maka
Rth disebut hambatan masukan, dinyatakan dengan Ri.

Hambatan keluaran
Pada rangkaian setara Thevenin (gambar 1.2b), 𝜀𝑇𝐻 dan 𝑅𝑇𝐻 dapat kita tentukan sebagai
berikut. Jika rangkaian ada dalam keadaan terbuka,
Vo = 𝜀𝑇𝐻 - 𝐼𝑅𝑇𝐻 =𝜀𝑇𝐻, oleh karena arus I = 0.
Nyatalah 𝜀𝑇𝐻 = Vo.b, yakni tegangan keluaran terbuka. Jika rangkaian diberi beban, seperti pada
gambar 1.4, maka
Vo = 𝜀𝑇𝐻 - 𝐼𝐿 𝑅𝑜,< Vo,b.
Nyatalah jatuh tegangan oleh adanya arus beban terjadi pada Ro, sebesar 𝐼𝐿 𝑅𝑜.
Suatu rangkaian dengan hambatan keluaran yang besar mudah terbiebani. Suatu sumber
tegangan tetap mempunyai Ro = 0, sehingga jika ditarik arus beban berapa pun besarnya
tegangan keluaran tidak akan jauh.
Batu baterai yang masih baru mempunyai hambatan keluaran Ro kecil sehingga dapat ditarik
arus yang relatif besar tanpa jauh tegangan. Inilah sebabnya mengapa batu baterai yang baru
dapat menyalakan lampu dengan terang. Batu baterai yang telah lama dipakai akan menunjukkan

tegangan yang baru bila diukur dengan voltmeter, oleh karena pengukuran voltmeter menyatakan
tegangan terbuka 𝑉𝑜,𝑏 = 𝜀𝑇ℎ. Namun batu baterai lama ini mempunyai hambatan Keluaran Ro
yang besar. Bila diberi beban akan terjadi jatuh tegangan yang cukup besar. Oleh karena itu batu
baterai yang telah lama dipakai tak dapat lagi menyalakan lampu terang.
Hambatan setara Thevenin 𝑅𝑇𝐻 dapat dihitung dengan menentukan hambatan setara rangkaian
dilihat dari ujung yang bersangkutan, yaitu dengan menggantikan sumber tegangan dengan
hubungan singkat.

Mengukur 𝐸𝑇𝐻 dan 𝑅𝑇𝐻


Dengan melakukan pengukuran pada keluaran suatu alat atau rangkaian, kita dapat menentukan
𝐸𝑇𝐻 dan 𝑅𝑇𝐻 atau hambatan keluaran alat tersebut. Dengan menggunakan voltmeter, ETh
dapat ditentukan dengan mengukur tegangan keluaran dalam keadaan terbuka. Voltmeter yang
digunakan hendaknya mempunyai hambatan-dalam jauh lebih besar daripada Ro sehingga tak
membebani rangkaian yang diukur.
Suatu pengukuran yang sekaligus dapat menentukan 𝐸𝑇𝐻 dan Ro adalah dari lengkung
pembebanan, yaitu dengan membuat grafik yang menunjukkan hubungan antara Vo dengan arus
beban 𝐼𝐿 𝑉𝑜
= . Ini dapat dilihat pada gambar 1.10.

𝑅𝐿

Dengan mengubah 𝑅𝐿 kita bisa mengubah nilai arus 𝐼𝐿. Untuk tiap nilai arus 𝐼𝐿 tegangan
keluaran Vo diukur dan dibuat grafiknya seperti pada gambar 1.10b. Persamaan grafik ini adalah
𝑉𝑜 = 𝜀𝑇ℎ − 𝐼𝐿,
yaitu suatu garis lurus memotong sumbu 𝐼𝐿 = 0pada nilai 𝑣0 = 𝜀𝑇ℎ, dan mem- punyai
kemiringan = Ro. Jadi dengan lengkung pembebanan kita sekaligus dapat menentukan 𝜀𝑇ℎ dan
Ro.
1.2.2 Rangkaian setara Norton. Suatu piranti atau rangkaian dengan hambatan keluaran yang
amat besar berperilaku seperti suatu sumber arus tetap, yaitu suatu piranti yang menghasilkan
arus keluaran yaing tak bergantung pada hambatan beban yang dipasang. Ini ditunjukkan pada
gambar 1.11.
Jika 𝑅 > 𝑅 𝗌𝑇ℎ 𝗌𝑇ℎ
, maka 𝐼 = ≅ . Akibatnya untuk setiap nilai RL, asalkan Ro>RL akan

0 𝐿 ( 𝑅0+ 𝑅0
𝐿 𝑅𝐿)
kita dapatkan arus IL yang boleh dikata tetap. Memang Vo akan berubah dengan nilai RL oleh
karena Vo = ILRL. Suatu sumber arus tetap mempunyai Ro = ∞.
Beberapa piranti yang bersifat sebagai sumber arus misalnya tabung Geiger, tabung foto, antena
radio, keluaran transistor, dsb.
Suatu rangkaian setara yang juga sering digunakan adalah rangkaian setara Norton. Rangkaian
ini terdiri dari suatu sumber arus tetap IN paralel dengan suatu seperti ditunjukkan pada gambar
1.12. Go menyatakan konduktansi.
Hubungan antara 𝐼𝑁 dengan 𝜀𝑇ℎ. Jika kedua ujung-keluaran rangkaian Norton kita hubungkan
singkat, seluruh arus 𝐼𝑁 akan mengalir melalui keluaran. Arus ini, harus sama dengan arus yang
mengalir bila kedua ujung rangkaian Thevenin dihubungkan singkat.
𝐼𝑁
1.3 Arus transien
Arus yang berhubungan dengan ini mengecil dengan waktu sehingga dsiebut arus transien, yang
berarti arus yang hanya timbul sebentar. Peristiwa ini digunakan untuk mengubah denyut,
mengolah denyut dalam pesawat televisi, penundaan waktu, menghasilkan pengapitan
tegangan,dsb. Peristiwa ini ditunjukkan pada gambar 1.14.

Telah diketahui bahwa suatu kapasitor terbuat dari dua pelat konduktor yang dipisahkan oleh
suatu isolator atau dielektrik. Jika luas pelat= A, jarak antara pelat= d, dan permitivitas
𝗀𝐴
dielektrik=E, maka nilai kapasistansinya 𝐶 = .

Jika kapasitor dengan kapasitansi C dihubungkan dengan suatu sumber tegangan V, maka setelah
beberapa waktu, di dalam kapasitor akan terkumpul muatan sebanyak q = CV
Setelah nilai muatan ini tercapai, dikatakan kapasitor sudah terisi penuh. Isi muatan akan tetap
tersimpan dalam kapasitor selama tak ada kebocoran muatan yang mengalir dari pelat kapasitor
yang satu ke yang lain. Jika saklar S dihubungkan, kapasitor C tidaklah langsung terisi penuh,
akan tetapi memerlukan waktu. Setelah saklar S ditutup, arus akan mengalir dari sumber
tegangan, mengisi muatan kapasitor. Pada suatu saat t, kapasitor yang mula - mula kosong
mendapat muatan.
Perubahan arus I terhadap t ditunjukkan gambar dibawah
Tampak makin besar RC, makin lama waktu yang diperlukan untuk mengisi kapasitor hingga
penuh. Secara fisis ini dapat diterangkan sebagai berikut. Jika R besar, arus untuk mengisi
kapasitor kecil. Ini sama seperti kalau kita mengisi bak air dengan aliran yang kecil, tentu akan
diperlukan waktu yang lama. Begitu pula jika C besar, diperlukan pula waktu lama untuk
mengisi hingga penuh. Ini dapat disamakan dengan mengisi bak air dengan volume yang besar.
1.4 Rangkaian pengintegral RC
Bentuk isyarat masukan seperti pada gambar 1.18 digunakan pada isyarat video komposit pada
transmisi isyarat televisi. Isyarat diatas digunakan untuk sinkronisasi penyapuan vertical pada
pesawat penerima televisi. Denyut sinkronisasi vertical ini diolah oleh suatu rangkaian
pengintegral. Isyarat dikeluarkan pengintegral ini digunakan untuk memulai sapuan vertical.
1.5 Rangkaian pendiferensial RC
Rangkaian RC akan berlaku sebagai suatu pendiferensial jika dipasang seperti pada gambar
1.19a

Untuk 𝑟 = 𝑅𝐶 ≫ 𝑇, isyarat keluaran akan seperti diferensial dari isyarat masukan. Jika RC≪T
atau f≪RC, isyarat berbentuk dengan denyut dengan tegangan puncak 2𝑉𝑝.
1.6 Pengukuran Listrik
Hal - hal dengan alat ukur yang benar benar perlu dipahami, yaitu Ketepatan, Kepekaan, dan
Daya Pisah
 Ketepatan ( Akurasi )
Menyatakan berapa deka tangka terbaca pada alat ukur dengan nilai sebenarnya besaran
yang di ukur tersebut.
 Ketelitian ( Presisi )
Menyatakan berapa dekat nilai bacaan alat ukur jika digunakan untuk mengukur
suatu besaran berkali kali. Alat dengan ketelitian tinggi belum tentu mempunyai
ketepatan tinggi, karena mungkin alat ini mempunyai kesalahan sistematik.
 Kepekaan ( Sensitivitas )
Menyatakan perbandingan keluaran terhadap perubahan pada besaran yang diukur. Suatu
alat yang peka akan memberikan tanggapan yang besar jika besaran yang diukur berubah
sedikit.
 Daya Pisah ( Resolusi )
Perubahan terkecil daripada besaran yang diukur, untuk mana alat ukur masih memberi
tanggapan.
Meter kumparan putar. Alat ukur analog dengan jarum penunjuk menggunakan prinsip putar,
jarum di ikatkan pada suatu kumparan yang berada di dalam magnet, jika di aliri listrik akan
mendapatkan momen gaya. Alat ini di sebut Meter d’arsonval.
1) Meter Kumparan Putar Magnet Permanen (PMMC = Permanent Magnet Moving
Coil meter)

Jika ada N lilitan dengan luas A dan induksi magnet B, maka jika pada kumparan mengalir arus I
akan bekerjalah momen gaya sebesar τ = N B I A. kϕ = N B I A, atau ϕ = 𝑁𝐵𝐴 I = s I, dengan s =
𝐾
𝑁𝐵𝐴
adalah kepekaan arus
𝐾

2) Meter Kumparan Putar Berteras Magnet


Meter kumparan modern banyak yang menggunakan teras berupa magnet permanen, dikelilingi
oleh pengandar (yoke) besi lunak seperti gambar diatas. Meter dalam teras terisolasi dari
sekitarnya sehingga dapat dipergunakan kotak besi tanpa menggangu pengukurannya.
3) Meter Kumparan Pita Tegang

Menggunakan suspense yang disangga oleh dua penyangga. Simpanan jarum terpengaruh oleh
posisi meter. Gesekan oleh penyangga dapat mempengaruhi ketepatan meter. Untuk
mengatasi ini, Banyak meter kumparan yang menggunakan suspense pita tegang.
1.6.3 Amperemeter DC. Ampere Meter Analog menggunakan kumparan meter d’ Arsonval.

Untuk mengukur arus hambatan dalam Ri = Rm // Rsh Harus lebih kecil daripada lain yang ada
dalam rangkaian sehingga amperemeter tak menggangu arus yang diukur.
𝐼𝑚 1𝑚𝐴
Jadi harus dipasang resistor pararel bernilai Rsh = Rm = ( ) (100Ω) = 100Ω. Ini

memerlukan resistor presisi. 𝐼𝑠 99𝑚𝐴 99



Beberapa hal yang harus diingat Ketika menggunakan amperemeter dc.
 Jangan Sekali kali menghubungkan amperemeter antara dua kutub sumber ggl.
 Selalu perhatikan kekutuban meter.
 Dalam menggunakan Meter berjangka ganda, gunakan jangka untuk arus terbesar terlebih
dahulu, kemudian turunkan jangka sesuai keperluan.
1.6.4 Voltmeter dc.

Agar tak menggangu arus I pada rangkaian yang diukur, arus Im yang melalui meter harrus
mempunyai nilai sekecil mungkin

Voltmeter jangka ganda dapat dibuat dgn menggunakan serangkaian seri. Untuk tiap jangka,
𝑉𝑠𝑝 𝑅𝑇 (𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎) 1
𝑅 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 = , artinya untuk jangka 10V, 50V, 250V, ataupun
(𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎)
𝑇 𝐼𝑠 𝑉 𝑠𝑝 𝐼𝑠𝑝
(𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝 (𝑗𝑎𝑛
) 𝑔𝑘𝑎)
500 V, nilai 𝑅𝑇 dibagi dengan 𝑉𝑠𝑝 untuk jangka yang bersangkutan adalah sama.
𝑅𝑇 (𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎)
Perbandingan 𝑆 = disebut kemampuan kΩ per volt dan nilainya sama dengan S = 1
.

𝑉(𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎) 𝐼𝑠𝑝

Untuk jangka tegangan yang kecil, hambatan-dalam yang besar tak mungkin dicapai dengan
multimeter biasa, tetapi harus digunakan voltmeter elektronik, yaitu voltmeter tabung
hampa
(vacuum tube voltmeter,VTVM), voltmeter FET, atau voltmeter digital. Untuk mengukur beda
potensial antara dua ujung resistor 10 MΩ, haruslah digunakan voltmeter dengan hambatan-
dalam hingga 10 GΩ (1010𝛺). Voltmeter semacam ini disebut elektrometer.
Dalam menggunakan Voltmeter dc hendaklah di ingat berapa hal berikut :
a) Kekutuban Tegangan
b) Menyentuh dulu hubungan antara voltmeter dengan rangkaian, sebelum
menghubungkan dengan kuat.
c) Gunakan Jangka tegangan besar dulu.
d) Lihat duulu berapa besar hambatan yang akan diukur beda tegangannya.
1.6.5 Ohmmeter. Fungsinya adalah untuk mengukur hambatan.Ohmmeter yang biasa
digunakan adalah ohmmeter seri.

(a) Rangkaian ohm meter seri. (b) Jika A dan B dighubungkan singkat (short circuit), arus yang
mengalir melalui meter M adalah maksimum.
Jika Rx = 0 yaitu ujung A dan B dihubungkan arus yang mengalir melalui meter adalah
maksimum. Jika Rx = ∞ ujung A dan B terbuka taka da arus yang mengalir, maka jarum
penunjuk tak menyimpang dan tetap di sebelah kiri. Jika 0<Rx<∞ Jarum akan memberi
simpangan.
Beberapa hal sebeum menggunakan Ohmmeter seri :
a) Ujung A dan B dihubungkan singkat dulu dan 𝑅2 diatur agar 𝐼𝑚 = 𝐼𝑠𝑝.
b) Memerlukan baterai.
c) Kabel merah – Negatif baterai, Kabel Hitam – Positif Baterai.
Karena adanya baterai, ohmmeter tak dapat digunakan mengukur hambatan dalam suatu
amperemeter, karena akan menyebabkan arus mengalir lebih dari 𝐼𝑠𝑝.
2 Arus bolak-balik
2.1 Pendahuluan
Tegangan bolak ballik adalah tegangan listrik yang berubah tanda secara berulang. Disebut juga
tegangan ac.
2.2 Tegangan bolak-balik sinusoida
Suatu teganga bolak-balik dengan bentuk gelombang sinusoida ditunjukkan pada gambar di bawah:

Periode T menyatakan beda waktu antara dua titik pada bentuk gelombang dengan fasa yang
sama, Bentuk umnum fungsi tegangan sinusoida adalah: v (t) = Vp cos (ωt-∅ ) (pers.2.1) dengan

2𝜋
ω = 2𝜋f = ,
o
𝑇
yaitu frekuensi sudut dengan satua rad/s, sedang frekuensi f mempunyai satuan hertz (Hz). Besaran
(ωt-
∅o). pada persamaan(2.1) disebut sudut fasa tegangan, sedangkan ∅o disebut tetapan fasa.
Suatu besaran ac yang sering digunakan adalah daya rata-rata dalam satu perioda. Kita tahu, jika
suatu arus i(t) mengalir melalui suatu hambatan R terjadilah lesapan daya, yang disebut daya
lesapan atau daya disipasi, sebesar: P(t) = I2 (t) R.
Daya ini berubah dengan waktu sehingga perlu dihitung daya rata-rata dalam suatu periode, yaitu :
(2.4)

Besaran dalam kurung disebut rata-rata /auadrat arus. Selanjutnya kita dapat mende finisikan
arus akar rata-rata kuadrat (root means square, rins) sebagai :
(2.5)

Dengan penalaran serupa kita dapat pula mendefinisikan tegangan rms sebagai:
(2.6)

Untuk tegangan snusoida dengan v(t) = Vp cos (ωt-∅o) akan kita peroleh
Perhatikan bahwa persamaan (2.7) hanya berlaku unuk bentuk gelombang usoida.
Mengukur tegangan bolak-balik dengan voltmeter analog digunakan diode untuk
memebuatnya searah. Berikut bentuk mutlak dari bentuk sinusoida:

Akibatnya jarum volmeter analog akan bergetar amat cepat pada nilai te gangan sama dengan
nilai rata- rata, yaitu yang di kenal sebagai bentuk gelombang penuh. Nilai rata-rata ini dapat
dperoleh dengan
𝑇
menghitung luas bagian yang diasir, dibagi dan jarum voltmeter akan bergetar pada nilai V rata-
dengan
2
rata ini.
Seperti yang dikemukakan sebelumnya, pengukuran dengan volt meter analog akan
menyebabkan jarum secara langsung menunjuk pada nilai rata-rata, yaitu V rata-rata. Pada
voltmeter ac skala dibuat agar menyatakan nilai rms untuk tegangan sinusoida. kebanyakan
voltmeter dan amperemeter ac menunjukkan bacaan yang betul jika digunakan untuk mengukur
tegangan ac berbentuk sinusoida saja tidak untuk yang lainnya.

2.3 Rangkaian Rc seri

Rangkaian seri merupakan suatu rang kaian bolak-balik


yang terdiri dari suatu resistor R seri dengan kapasitor
C.
Untuk menentukan I, dan V, dapat Jdta gunakan fasor seperti pada gambar .Fasor adalah suatu
vektor yang panjangnya menyatakan amplitudo, nilai rms, atau niai rata-rata, dan sudutnya
terhadap sumbu datar menyatakan sudut fasa suatu fungi sinusoida.
Dari gambar di atas dapat kita peroleh
V2 = (I R)2 + ( 𝐼𝑝 )2
p p 𝜔𝐶

2.4 Fungsi eksponensial Kompleks


Suatu bilangan kompleks Z dapat dinyatakan sebagai Z= x + jy. Disini j √−1 adalah bilangan
khayal (imajiner), x disebut bagian nyata (rill). Bilangan kompleks Z dapat dituliskan di dalam
bidang kompleks seperti pada gambar bawah
Sumbu Ri menyatakan sumbu nyata sedang sumbu Im
adalah sumbu khayal. Nyatalah sumbu kompleks dapat
digunakan untuk menyatakan vektor atau fasor.
Suatu fasor Z = x + iy dapat dinyatakan secara
mengutub (polar) dengan menggunakan fungsi
eksponensial kompleks:

Secara umum dapat dikatakan bahwa konjugasi kompleks suatu fungsi kompleks dapat diperoleh
dengan menggan tikan j dengan -j.
2.5 Impedansi Kompleks
Amplitudo Komples mengandung sua besaran, yaitu magnitudo dan sudut tetapan fase. Jadi,
amplitudo kompleks adalah suatu cara untuk menyatakan fasor dengan menggunakan variabel
kompleks.

Hubungan Vp dan Ip memiliki kemiripn dengan hokum ohm, menggunakan besaran kompleks.
Hubungan antara fasor di dalamnya terkandung pengertian besar dan sudut fasa. Besaran Z
disebut impedansi kompleks, dan menggantikan peran hambatan R pada rangkaian bolak-balik.
Keuntungan penyelesaian dengan fungsi eksponensial kompleks dan impedansi kompleks dapat
menggunakan matematika untuk menyatakan fasor dapat menggunakan aturan untuk arus
searah asalkan untuk tegangan, arus dan impedansi digunakan besaran kompleks.
Satuan kapasitansi C akan berlaku sebagai impedansi:

saran Xc disebut reaktansi kapasitif. Berdasarkan penalaran serupa dengan di atas suatu
induktansi L akan menyebabkan suatu impedansi. Pada frekuensi tinggi suatu kapasitor
mempunyai reaktansi yang kecil; sebaliknya pada frekuensi renda mempunyai reaktansi yang
besar. Ini berlawanan dengan suatu induktansi L yang mempunyai reaktansi yang besar pada
frekuensi tinggi, dan reaktansi yangk pada frekuensi rendah.

2.6 Tapis RC lolos Rendah


Tapis RC lolos rendah merupakan rangkaian untuk frekuensi rendah tegangan keluar
sama dengan tegangan masukan, akan tetapi pada frekuensi tinggi isyarat keluaran
diperkecil.
Hamabatan R dan reaktansi kapasitor C membentuk pembagi tegangan kompleks.
Perbandingan antara tegangan keluaran kompleks dan tegangan amsukan kompleks disebut
fungsi alih. Bentuk sederhana dari rumus bentuk fungsi alih adalah:

Jika kita masukan 𝜔 = 𝑗𝜔𝑝, maka fungsi kompleks mempunyai nilai tak terhingga. Oleh
karena itu frekuensi sudut disebut kutub.
Desibel (dB), dalam melukiskan tanggapan amplitudo, orang bias menggunakan nisbah
teganggan dalam dB, yang didefinisikan sebagai:

Faktor 20 pada definisi decibel berasal dari definisi decibel sebagai perbandingan daya.

𝑃2
Perbandingan antaraa daya P2 dan P1 dalam desibel didefinisikan sebagai: dB= 10 log ,
sebagai P1 biasanya
𝑃1
menggunakan daya sebesar 1 mW, maka persamaan menyatakan daya P2 ada berapa dB
diatas 1 mW, atau disingkat sebagai dBm. Dasar pengukuran dB digunakan untuk
menyatakan nilai tegangan.
Multimeter biasanya mempunyai skala dB untuk pengukuran tegangan, terutama tegangan bolak-
balik.
Tanggapan amplitudo merukapan grafik fungsi alih. Tanggapan amplitude umumnya dilukiskan
dengan menggunakan skala logaritma pada sumbu frekuensi, dan dB pada sumbu vertical,
seperti pada gambar berikut:
Tanggapan amplitudo yang tepat daapt diperoleh dengan membuat grafik persamaan 𝜔 < 𝜔𝑝
titik demi titik. Namun kita dapat memperkirakan bentuk ini berdasarkan pada bagan bode serta
satu informasi lagi, yaitu niali G pada 𝜔 = 𝜔𝑝. Pengertian tapis RC lolos rendah akan kita
gunakan untuk menganalisis perilaku penguat transistor pada frekuensi tinggi.
Rangkaian RC berlaku sebagai tapis. Isyarat dengan frekuensi rendah mempunyai tegangan
rendah, mempunyai tegangan keluaran sama dengan tegangan masukan, sedangkan isyarat
frekuensi tinggi mempunyai tegangan keluaran yang diperlemah. Makin tinggi frekuensi makin
lemah keluaranya. Inilah yang dimaksud sebagai tapis lolos rendah, yaitu dengan frekuensi
rendah lolos dan isyarat dengan frekuensi tinggi idak lolos, yaitu diperlemah.
Luaran rangkaian tapis RC lolos rendah sebanding dengan integral masukannya berarti
rangkaian RC ini berlaku sebagai pengintegral pada daerah dimana tangapan frekuensi berupa
garis lurus dengan kemiringan -20 dB/dekade. Untuk isyarat masukan berbentuk persegi, bentuk
keluaran berbagai frekuensi dan letaknya pada tanggapan amplitude.
Perhatikan bahwa isyarat mempunyai frekuensi berbeda, yaitu skala sumbu t tidak sama.
Tampak untuk frekuensi f5 bentuk isyarat keluaran sudah berupa segitiga, yaitu integral
daripada gelombang persegi.
Untuk menentukan frekuensi potong atas fp dengan menggunakan bentuk isyarat keluaran.
Cara ini disebut uji gelombang persegi.
Keluaran rangkaian RC lolos rendah berubah dengan frekuensi, yaitu makin tinggi frekuensi
makin kecil keluarannya. Disamping berubah tegangan pada pada keluarannya, isyarat juga
mengalami perubahan fasa dengan frekuensi. Grafik yang menyatakan hubungan antara beda
fasa antara isyarat keluaran dan masukan terhadap frekuensi disebut tanggapan fasa.
Untuk memperoleh tanggapan fasa kita kembali pada bentuk fungsi alih kompleks tapis RC lolos
rendah tingkat satu.
2.7 Tapis RC Lolos Tinggi
Rangkaian tapis RC lolos merupakan rangkaian pendiferensial RC.
Tanggpan amplitude dan tanggapan fasa dapat kita peroleh dengan cepat menggunakakn
bagan bode untuk amplitude dan fasa.

Kemiringan tanggapan amplitude menunjukan, tapis meneruskan isyarat dengan frekuensi


tinggi, yaitu f>fp, tanpa pelemahan, sedangkan isyarat dengan frekuensi rendah yaitu f<fp
dengan pelemahan. Itulah alasan karena tapis ini disebut lolos tinggi, artinya frekuensi tinggi
lolos, frekuensi rendah tak lolos.
Tapis di atas mempunyai tanggapan frekuensi dengan kemiringan 6dB/oktaf, dan disebut tapis
tingkat satu. Tapis tingkat 2 atau lebih tinggi dapat dibuat dengan menggunakan tapis aktif, yang
menggunakan penguat transistor atau rangkaian terpadu.

2.8 Pengaturan Nada Baxandall Pasif


Suatu rangkaian RC yang sering digunakan untuk mengatur nada. Pada rangkaian ini R2 dan
R4 adalah resistor variable yang disebuut potensiometer. Ujung panah pada R2 dan R4
menyatakan kontak geser atau pngusap. Potensiometer R2 mengatur kuat atau lemah nada
rendah. Potensiometer R4 mengatur suara tinggi. Pada umumnya orang menyukai bass
maksimum dan treble meksimum. Pada keadaan ini jika rangkaian pengatur nada baxabdall
pasif kita pisahkan sehingga bagian bas dan bagian treble berdiri sendiri-sendiri, akan kita
peroleh keadaan seperti pada gambar
Rangkaian diatas adalah rangkaian pembagi tegangan yag bersifat reaktif, artinya mengandung
reaktansi, sehingga fungsi alihnya bergantung pada frekuensi.
Fungsi alih kompleks untuk bagian bas pada keadaan penguatan bas maksimum adalah:

Jika bentuk bagan bode serta tanggapan amplitude untuk rangkaian treble ditunjukan pada
gambar di bawah:

Jika rangkaian ini diga,bungkan dengan bentuk rangkaian baxandall pasif akan
mnghasilkan bentuk tanggapan frekuensi seperti pada gambar di bawah ini:
Pada gambar diatas bas ada 20 dB di atas frekuensi tengah, dan treble juga 20dB di atas
frekuensi tengah. Akan tetapi kenyataannya rangkaian pengatur nada baxandall-pasif susah
untuk memperoleh tanggapan yang dalam (-20 db) pada frekuensi tengah.

2.9 Resionansi RLC Seri


Jika sumber tegangan tetap Vs (t) dan kita hubungkan dengan suatu rangkaian yang terdiri dari
suatu hambatan R, induktansi L, dan suatu kapasitor C yang dihubungkan seri seperti pada
gambar di bawah:
arus = I

Vs (t) adalah suatu sumber tegangan tetap yang artinya tak bergantung kepada arus yang
mengalir dalam rangkaian. Jika digambarkan grafik suatu arus I terhadap 𝜔 akan didapatkan
grafik sebagai berikut:
dalam hal ini arus memiliki nilai besar dan dikatakan dalam
hal ini terjadi resonansi, dan frekuensi disebut frekuensi
resonansi.
Kita dapat mengamati resonansi pada tegangan di dalam suatu rangkaian RLC seri jika kita
gunakan suatu sumber arus tetap, seperti pada gambar 2.2,4

Kita dapat membauat sumber arus tetap dengan memasang suatu hambatan yang cukup besar,
sehingga impendasnsi yang terpasang pada keluaran. Dengan demikian, berapapun imepndansi
yang terpasang pada keluaran arus tetap.

Dari bentuk lengkung resonansi RLC seri, rangkaian RLC seri dapat kita pandang sebagai suatu
tapis yang menyekat satu daerah frekuensi dan meneruskan frekuensi yang lain. Tapis semacam
ini disebut tapis sekat pita.
Kembali ke persamaan (2.39), w+ dan w- disebut dimana 𝑉𝐴𝐵 = √2. Selanjutnya
persamaan (2.39) menyatakan, makin besar Q makin sempit dan makin dalam lengkung
resonansi, oleh karena itu dengan Q yang besar berarti R kecil. Akibatnya 𝑉𝑚𝑖𝑛= RI juga
makin rendah
Pengertian terakhir ini sebenarnya merupakan definisi nilai Q yang lebih umum. Definisi ini
berlaku untuk gelombang mikro di dalam rongga resonansi, dan bahkan juga berlaku untuk
gelombang cahaya di dalam laser, yang rongga resonansinya terdriri dari dua buah cermin.
2.10 Resonansi RLC Paralel
Sekarang, marilah kita alihkan perhatian kepada rangkaian RLC parallel seperti pada gambar
berikut. Kita anggap L adalah induktansi murni, yang tak mengandung hambatan, Rangkaian ini
kita hubungkan dengan suatu sumber arus tetap agar beda tegangan 𝑉𝑎𝑏 sebanding dengan
impendasnsi rangkaian, untuk menghitung impendansi rangkaian kita hitung admitansi Y, oleh
karena kita berhadapan dengan rangkaian parable. Admitansi

Dapat kita lihat pada persamaan (2.40) bahwa untuk WC = 1


, atau W=𝑊 = 1
, admintansi

𝑤𝐿 0 √𝐿𝐶

mempunyai nilai minimum, yaitu (W=W0)= 1, atau impendansi Z=1=R, ini berarti bahwa pada
resonansi, Imp 𝑅 𝑌
edansi rangkaian RLC parallel mempunyai nilai maksimum

Dari pembahasan di atas, lengkung resonansi parallel dapat dilukiskan. Perhatikan bahwa nilai Q
yang didefinisikan oleh persamaan (2.42) yaitu Qp = 𝑅
berhubungan dengan lebar resonansi (
𝑊0𝐿
𝑊0𝐿 adalah kebalikan dari
seperti hal nya 𝑄 untuk rangkaian RLC seri). Perhatikan
bahwa 𝑄
𝑆𝑅 𝑝
𝑠𝑒𝑟𝑖

𝑄𝑝. Dari bentuk lengkung resonansi, tampak rangkaian RLC parallel bersifat sebagai tapis yang
meneruskan isyarat dengan frekuensi disekitar 𝑊 = 1
dan menahan isyarat dengan frekuensi
𝑜 √𝐿𝐶

jauh dari 𝑊𝑂. Tapis semacam ini disebut tapis lolos pita.
Suatu bentuk rangkaian RLC parallel yang sering dijumapi adalah seperti pada gambar berikut
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 adalah hambatan yang sengaja dipasang seri dengan L atau hambatan kawat lilitan inductor
L. Rangkaian seperti pada gambar diatas dapat digantikan dengan rangkaian seperti pada gambar
tersebut, dimana 𝑅𝑝𝑎𝑟 adalah jelmaan dari 𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 dan L pada gambar tersebut adalah inductor
murni, Untuk menentukan hubungan 𝑅𝑝𝑎𝑟 dengan 𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖, kita hitung admitansi Y(a) dan Y(b).
Oleh karena Ri Y (a) = Ri Y (b) dan Im Y (a) = Im Y (b)

Persamaan (2.45) menunjukan kepada kita, bagaimana menentukan 𝑅𝑝𝑎𝑟 jika kita tahu 𝑄𝑠𝑒𝑟𝑖 dan
𝑊𝑂 l. 𝑄𝑠𝑒𝑟𝑖 dapat diukur dengan menggunakan Q-meter, sedang L dapat diukur dengan jembatan
impedansi atau meter LCR digital.\
2.11 Alih tegangan
Pada bab 1 telah kita bahas rangkaian setara Thevenin untuk membahas jaringan dengan satu
gerbang, yaitu gerbang keluaran saja. Di sini Kembali akan kita bahas rangkaian setara
Thevenin, namun untuk jaringan dengan dua gerbang, yaitu gerbang masukan dan kelauran.
Contoh rangkaian dengan dua gerbang, yaitu gerbang masukan dan keluaran. Contoh rangkaian
macam ini adalah suatu penguat. Suatu penguat tegangan menghasilkan tegangan isyarat
keluaran yang berlipat ganda dari pada isyarat masukan. Kita dapat lukisan rangkaian setara
suatu penguat seperti pada gambar berikut

Dari masukan, suatu penguat dapat dipandang sebagai suatu hambatan Ri, yang disebut
hambatan masukan. Dari keluaran, suatu penguat dapat dipandang sebagai suatu rangkaian setara
Thevenin, atau rangkaian setara Norton, Hambatan 𝑅0 disebut hambatan keluaran.

Hambatan 𝑅3 adalah hambatan keluaran sumber isyarat, sedang 𝑉3 adalah tegangan sumber pada
keadaan terbuka. Hambatan 𝑅3 dan hambatan masukan penguat 𝑅𝐼 membentuk suatu pembagi
tegangan, sehingga 𝑅 𝑉 . Begitu pula dengan keluaran penguat. Hambatan keluaran dan
𝑉 1 𝑅
𝑖 𝑅𝑖+𝑅3 3 0

beban 𝑅𝐿 juga membentuk suatu pembagi tegangan, Sehingga


𝑅𝐿
𝑉 = 𝑉
dengan 𝑉 =𝐾 𝑉
0 � � 0+𝑅𝐿
𝑎,𝑏 � ,𝑏 𝑣 𝑖

Penyangga dapat menyampaikan daya sebesar ini, oleh karena berfungsi untuk mengalirkan arus
dari satu daya kepada beban sesuai dengantegangan isyarat yang masuk kepadanya
2.12 Komponen Pasif
Ada dua macam komponen elektronik, yaitu komponen pasif dan komponen aktif. Contoh
komponen pasif adalah resistor, kapasitor, induktor, dan trans- formator. Transistor dan
rangkaian terpadu (integrated circuit, IC) merupakan dua contoh komponen aktif. Transistor
dapat berfungsi kalau diberi tegangan dan arus dari suatu catu daya dari luar. Jika catu daya tak
dihubungkan, transistor tak bekerja. Komponen yang untuk kerjanya memerlukan catu daya,
disebut komponen akrif. Suatu resistor dapat berfungsi memberikan hambatan tanpa adanya catu
daya. Komponen yang dapat bekerja tapa ca tu daya disebut komponen pasif. Di sini kita akan
membatasi diri pada tiga buah komponen pasif, yaitu resistorkapasitor, dan transformator.
2.12.1 Resistor. Resistor merupakan komponen pasif yang dibuat untuk mendapatikan
hambatan tertentu. Agar dapat menggunakan resistor dengan baik kita Petiu mengetahui
beberapa hal seperti bahan pembuatnya, nilai hambatan, toleransi, lesapan daya, derau dan
perilakunya pada frekuensi tinggi.

Resistor yang paling banyak digunakan terbuat dari karbon yang dilapiskan pada sebatang
kermaik. Resistor semacam ini disebut resistor film karbon. Nilai hambatannya ditentukan oleh
tebal dan Panjang lapisan. Untuk niali hambatan yang tinggi lapisan karbon dibuat berbentuk
spiral. Pada masa yang lalu orang mengguunakan resistor karbon yang berbentuk batang,
Hambatan resistor terutama dipengaruhi oleh campuran karbon yang digunakan. Resistor ini
tidam lagi digunakan karena banyak sifatnua yang kurang baik, seperti misalnya hambatan nya
berubah dengan frekuensi dan deraunya teramat besar,
Resistor macam lain yang sering digunakan orang adalah resistor film logam, Film yang
digunakan adalah suatu suasa nikel. Resistor ini dapat dibuat untuk pemakaian presisi dan
mempunyai derau rendah.
Nilai Hambatan resistor yang dibuat orang berhubungan dengan toleransi. Resistor dengan
toleransi 10% dibuat dengan nilai hambatan yang merupakan kelipatan 10𝑛 (n=-1,0,1,2,3,,….)
dari oada suatu deret yang disebut E12. Deret ini mempunyai 12 nilai yaitu 1,0,1,2 1, 5 1,8 2, 2
2, 7 3, 3 3, 9 4, 7 5, 6 6, 8 8,2.
Deret diatas dibuat agar mencakup semua nilai yang mungkin diperlukan. Sebagai contoh,
pandang saja nilai yang berdekatan, yaitu 1,8,2,2 dan 2,7. Toleransi 10% disekitar 1,8
mencakup jangka 1,8 +- 10% yaitu 1,62 hingga 1,98. Sedangkan 2,2 +- 10% mencakup jangka
dari 1,98
hingga 2.42. kemudian 2,7 +- 10% berarti jangka dari 2,34 hingga 2,97, jadi untuk toleransi 10%
seri E12 mencakup semua nilai yang terletak antara dua nilai yang berurutan
Sandi Warna
Resistor karbon menggunakan cincin sandi warna yang dicatkan pada badan resistor untuk
menyatakan hambatan. Untuk resistor dengan toleransi 10% dan 5% digunakan empat buah
cincin, seperti yang ditunjukan pada gambar berikut.

Cincin A adalah yang paling dekat dengan ujung resistor. Warna cincin A,B, dan C menyatakan
nilai hambatan resistor, sedangkan warna cincin D menyatakan toleransi. Untukcincin D hanya
ada dua warna, yaitu perak untuk toleransi 10% dan emas untuk toleransi 5%. Untuk cincin A,B,
dan C tiap warna mempunyai nilai seperti tertera pada table berikut
Tabel
Hitam 0 Nilai hambatan dapat dibaca dengan menggunakan rumus :
Coklat 1 R = (a)(B) x 10 (C) Ohm
Merah 2 (A) nilai warna cincin A, (B) nilai warna cincin B, dan (C)
JIngga 3 Nilai warna cincin C,
Kuning 4 Sebagai contoh, resistor dengan warna
Hijau 5 A = kuning = (4), B=Ungu=(7), C=merah=(2) mempunyai harga hambatan
Biru 6
Ungu 7 R = 47x102 =470 = 4,7K = 4K7 =4,7 Ohm
Abu-abu 8 Khusus untuk cincin C ada warna emas yang mempunyai nilai -1
Sifat Resistor pada frekuensi tinggi

Suatu resistor akan mengandung kapasitansi dan induksitansi parasitic sehingga pada
daerah frekuensi tinggi tidak lagi bersifat resistif murni meliankan mengandung
reaktansi.Dengan memperhitungkan kapasitansi dan induksitansi parasitic kita dapat
memandang suatu resistor dengan rangkaian setara seperti pada gambar 2.37

Ls adalah induktansi seri setara dan Cp adalah kapasitansi pararel setara.Oleh adanya Ls
dan Cp impedansi resistor akan berubah dengan frekuensi seperti ditunjukan pada
gamabr 2.38.Kapasitansi Cp dan Induktansi Lp bergantung pada bahan pembuat resistor
dan juga kepada nilai hambatanya.Sebagai akibat adanya resistansi kapasitif, resistor
mempunyai daerah operasi frekuensi.Resistor komposisi karbon dapat digunakan hingga
frekuensi 10MHz sedang resistor film karbon dan yg lain bisa sampai 50MHz.Resistor
lilit kawat hanya dapat digunakan untuk frekuensi rendah karna memounyai induktansi
yg relative besar.

Kapasitor merupakan suatu komponen pasif yang dibuat untuk mendapatkan kapasitansi
tertentu.Kapasitor terbuat dari dua buah plat konduktor yang dipisahkan oleh suatu
lapisan isolator, seperti gamabar 2.39 . Untuk kapasitor pelat pararel, kapasitansi C
mempunyai nilai C= K e ε0 A/d
Ke adalah tetapan dielektrik, ε0 adalah permitivitas vakum, A luas pelat dan d jarak
antara pelat.Rangkaian elektronik biasa menggunakan kapasitor dengan nilai kapasitansi
dari pF hingga 2200 μF.Nilai kapasintansi yang besar didapat pada kapasitor elektrolit
Kebanyakan kapasitor elektrolit digunakan dua keeping aluminium,dan
elektrolit yang dikandung dalam lembaran kertas berpori yang terletak di
antaranya. Gambar 2.40

Elektrolit berfungsi sebagai konduktor untuk katoda.Lapisan oksida pada anoda ini
sangatlah amat tipis,dengan ketebalan krang dari 1 μm, sehingga dapat menghasilkan
kapasitansi yang besar.
Dielektrik yang amat tipis menyebabkan medan listrik di dalam elektrik mempunyai
nilai yang amat besar oleh karena kuat medan listrik E=V/d (V= beda tegangan dan d=
tebal dielektrik)

Selain Aluminium, kini orang juga menggunakan tantalum sebgaia bahan pelat logam
pada kapasitor elektrolit.Tetapan Dielektrik yang dihasilkan lebih besar daripada
kapasitor elektrolit aluminium. Maka dari itu untuk kapasitansi yang sama kapasitor
tantalum lebih kecil ukuranya dengan kapasiotr aluminium.
Bahan lain yang digunakan untuk dielektrik pada kapasitor adalaj plastik, kertas,
mika dan keramik.
Rangkaian setara lengkap suatu kapasitor Nampak seperti pada gambar 2.41
Untuk isyarat bolak balik hambatan setara pararel R p tak berpengaruh. Hambatan ini
berperan sebagai penyebab kebocoran arus searah pada kapasitor. Untuk isyarat bolak
balik kita mempunyai rangkaian setara pada gamabar 2.41b. Impedansi kapasitor adalah
seperti pada gambar 2.42

Tampak adanya resonantsi pada suatu frekuensi f0. Jauh dibawah f0 impedansi bersifat
kapasitif, yaitu Z=1/ωC. Pada frekuensi di atas f0 impedansi bersifat induktif Z= ωLs,
sehingga makin tinggi frekuensi makin besar pula impedansinya.Ini menyimpang dari sifat
reaktansi suatu kapasitor.dapat disimpulkan kapasitor hendaknya digunakan untuk
frekuensi jauh dibwah frekuensi resosnansinya.

Frekuensi resosnansi unutk berbagai kapasior


adalah : Kapasitor Frekuensi resonansi
Plastik(film) 1MHz
Mika 1MHz
Keramik (xakram,tabung) 10MHz
Keramik(monolitik)

100MHz
Tranformator. Pada dasarnya transformator merupakan suatu komponen pasif dengan
empat ujung. Sepasang ujjung disebut primer dan pasangan ujung yang lain disebut
sekunder, Transformator digunakan unutk mengubah tegangan bolak balik pada primer
menjadi tegangan bolak balik sekundern degna menggunakan fluks magnetic.
Transformator juga digunkan untuk transformasi atau pengubahan impedansi.Sekma
tranformator dan lambangnya ditunjukan pada gamabr 2.43

Transformator yang digunakan untuk mem boalk balikan atau menaikan tegangan pada
listrik PLN. Transformator semcam itu disebut transformator daya.Transformator yang
digunakan untuk menyampaikan isyarat dari penguat daya kepada beban,misalnya
pengeras suara.Transformator semacam ini disebut transformator
keluaran.Transformator yang digunakan untuk menggandeng masukan kepada penguat
atau dari suatu penguat ke penguat lain.Transformator ini disebut transformator rf dan
transformator if.Perubahan fluks yang disebabkan oleh arus primer akan menyebabkan
tegangan gerak listrik induksi (imbas) pada kumparan sekunder.Peristiwa ini
ditunjukan pada gambar 2.44
Menurut H=hukum induksi Faraday, nilai fluks magnetic I berubah dengan waktu,
maka akan timbul tegangan gerak listrik E= N dØ/dt.
Persamaan 2.49 dapat diartikan : jika tegangan sekunder menjadi n kali lebih kecil,
arus yang dapat ditarik dari kumparan sekunder mempunyai nilai n kali lebih besar
daripada arus primer.Impedansi dilihat dari kumparan primer kea rah sumber adalah
Z1 = E1/I1. Sedangkan impedansi dilihatt dari keluaran kumoaran sekunder adalah :
Z2 = E2/I2= (E1/n)/(I1n)=E1/n2 I1=Z1/n2 (2.50)
Sebaliknya persamaan 2.50 dapat ditulis sebagai : Z1 = n2 Z2 (2.51)
Persamaan 2.51 dan 2.52 adalah dasar penggunaan transformator untuk
transformasi impedansi, guna memperoleh keseuaina impedansi.

Suatu ujung yang dihubungkan sengan tempat tertentu pada lilitan sekunder disebut
sedapan (tap).Sadapan yang ada ditengah tengah kumparan disebut sadapan pusat (center
tap), ditulisa sebagai CT.gambar pada 2.45, Vcb (t) dan Vcd (t) mempunyai amplitude
sama akan tetapi berlawanan fasa jika diukur dengan voltmeter ac,Vdb akan menunjukan
nilai 18V. Nilai tegangan yang tertulis pada trafo adalah nilai rms.
Transformator dengan daya CT lebih luwes dari pada tanpa CT.Suatu transdormator
daya Degnan keluaran 9V,3A berarti, jika ditarik arus hingga 3 A maka tegangan
keluaran tetap bertahan pada 9 V.Pada kenyataanya seringkali didapatkan tegangan
keluaranya telah jatuh 50% walaupun baru ditarik arus beban setengahdaripada arus
yang tertulis pada transformator.biasanya kemampuan arus yang tertulis berlaku untuk
tegangan sekunder yang terendah. Suatu transformator yang berkualitas baik yang
mempunyai tegangan keluaran yang erat dengan impedansi keluaran transformator,
yang selanjutnya berhubungan dengan hambatan jenis kawat lilitan dan diameter
kawat kumparan yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai