oleh:
Muhammad Algi Algifari 211331056
Muhammad Dzikri 211331057
Rosa Fatihah 211331062
Shila Rizkya Putri 211331064
Pembimbing:
1. Ferry Satria BSEE,. M.T
2. Rahmawati Hassanah, SST., M.T
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun buku
besar ini dengan cukup baik. Dalam buku ini penyusun merangkum tentang mata
kuliah Elektronika Digital yang didapatkan di Program Studi D-III Teknik
Telekomunikasi Politeknik Negeri Bandung.
Buku ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah
Elektronika Digital Lanjut. Disusunnya buku ini tidak lepas dari bantuan beberapa
pihak terkait. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
orang yang telah membantu menyelesaikan penyusunan buku besar ini. Khususnya
kepada dosen pembimbing penyusun Bapak Ferry Satria, BSEE, MT dan Ibu
Rahmawati, S.ST, MT. karena telah menumpahkan sebagian ilmunya kepada
penyusun dan memberikan pelajaran yang berharga. Penyusun juga sangat berterima
kasih kepada Orang Tua penyusun yang telah membantu doa, moril, maupun materiil
sehingga buku ini dapat disusun dengan baik. Penyusun menyadari bahwa masih
banyak kekurangan mendasara pada buku ini. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang bersifat membangun. Akhir kata
semoga buku ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI............................................................................................................................................1
A. CLOCK MANUAL.....................................................................................................................11
C. BOUNCHING.............................................................................................................................12
A. RANGKAIAN COUNTER.........................................................................................................13
B. MODULUS COUNTER.............................................................................................................13
C. COUNTER ASINKRON............................................................................................................14
D. COUNTER SINKRON...............................................................................................................18
A. RANGKAIAN SEKUENSIAL....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................39
1. Rangkaian kombinasional
Terdiri dari gerbang logika yang memiliki output yang selalu tergantung pada
kombinasi input yang ada. Rangkaian kombinasional melakukan operasi yang dapat
ditentukan secara logika dengan memakai sebuah fungsi boolean. Beberapa contoh
Rangkaian logika kombinasional : Enkoder, Dekoder, Multiplexer, dan
Demultiplexer.
2. Rangkaian Sekuensial
Rangkaian Sekuensial adalah Rangkaian yang memiliki keluaran yang
bergantung tidak hanya pada sumber masukan sekarang, tetapi juga pada masukan
sekuen sebelumnya (yang lalu), yang berubah-ubah terhadap waktu. Rangkaian
sekuensial memiliki elemen umpan balik. Hal itu menunjukkan bahwa rangkaian
logika sekuensial harus mempunyai pengingat (memory), atau kemampuan untuk
menyimpan informasi. Piranti sekuensial : Flip-flop, Register dan Counter.
Flip-flop atau latches adalah suatu rangkaian digital yang memiliki dua keadaan
logika dengan output yang satu dan lainnya selalu berlawanan. Flip-flop (FF) merupakan
salah satu rangkaian utama dalam logika sekuensial. Flip-flop digunakan sebagai elemen
penyimpanan data sementara. Penyimpanan data ini digunakan untuk menyimpan state
(keadaan). Flip- Flop merupakan bentuk dasar dari memory. Flip-flop hanya akan bekerja
pada saat transisi pulsa clock dari tinggi ke rendah atau dari rendah ke tinggi, tergantung
dari jenis clocknya. Flip-flop merupakan bagian penting dalam sistem elektronika digital
yang digunakan pada komputer, komunikasi, dan lain lain.
Ciri utama dari flip-flop adalah keluaran Q dan Q’ adalah selalu berlawanan/stabil
(jika Q=0 maka Q’=1. Jika Q=1 maka Q’=0).
Ada beberapa kondisi dalam flip-flop :
1. Set, yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan keluaran (Q) bernilai
logika (1) saat dipicu, apapun kondisi sebelumnya.
2. Reset, yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan keluaran (Q) bernilai
logika (0) saat dipicu, apapun kondisi sebelumnya.
3. Tetap (memori), yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan keluaran
(Q) tidak berubah dari kondisi sebelumnya saat dipicu.
4. Toggle, yaitu jika suatu kondisi masukan mengakibatkan logika keluaran
(Q) berkebalikan dari kondisi sebelumnya saat dipicu.
5. Avoid, yaitu keadaan ketika kedua output memiliki keluaran sama.
B. JENIS-JENIS FLIP-FLOP
a. SR Flip-Flop
Flip-Flop SR ini adalah rangkaian dasar sebagai penyusun berbagai jenis Flip- Flop
lainnya dan dapat disusun dari dua gerbang NAND atau dua gerbang NOR.
Flip-flop ini mempunyai 2 masukan yaitu S (SET) yang digunakan untuk menyetel
(membuat keluaran flip-flop berkeadaan 1) dan yang lainnya disebut R (RESET) yang
digunakan untuk mereset (membuat keluaran berkeadaan 0). Serta dua keluarannya yaitu
Q dan Q’. Kondisi Set adalah kondisi ketika Q berlogika 1 sedangkan kondisi Reset
adalah kondisi ketika Q berlogika 0.
1. SR FF dengan NOR
Pada saat rangkaian disusun dari dua gerbang NOR, Keadaan set terjadi pada saat
input set memiliki nilai 1 dan reset memiliki nilai 0 yang menghasilkan output Q = 1 dan
Q’ = 0. Keadaan reset terjadi ketika input S= 0 dan R =1 sehingga menghasilkan output Q
= 0 dan Q’ = 1. Ketika R dan S bernilai 0 yang akan terjadi adalah kondisi menyimpan
sedangkan ketika R dan S bernilai 1 yang akan terjadi adalah kondisi terlarang.
Rangkaian ini bersifat active-HIGH.
a. (b)
Gambar 1.2 a) Diagram rangkaian SR FF dengan NOR. b) Tabel kebenarannya.
Q'
2. SR FF dengan NAND
Pada saat rangkaian disusun dari dua gerbang NAND, ketika R dan S bernilai 0 yang
akan terjadi adalah kondisi terlarang sedangkan ketika R dan S bernilai 1 yang akan
terjadi adalah kondisi menyimpan. Rangkaian ini bersifat active-LOW.
S R 𝑄 𝑄̅ Keadaan
0 0 1 1 Avoid (Keadaan illegal )
0 1 1 0 Keadaan set
1 0 0 1 Keadaan reset
1 1 𝑄 𝑄̅ Keadaan memori
b) Tabel kebenaran SR FF
dengan NAND
Gambar 1.4
Q'
(a) (b)
Gambar 1.6 a) Rangkaian SR FF dengan Enable NOR dan b) Tabel Kebenaran
Q'
(a) (b)
Gambar 1.8 a) Rangkaian SR FF dengan Enable NAND dan b) Tabel Kebenaran
Q'
C. D Flip-Flop
Keadaan illegal pada SR flip-flop menjadi alasan adanya pengembangan D-Flip-
Flop (Delay/Data Flip-Flop). Perbedaannya dengan flip-flop S-R terletak pada inputan R,
pada D Flip-flop inputan R terlebih dahulu diberi gerbang NOT, maka setiap input yang
diumpankan ke D akan memberikan keadaan yang berbeda pada input S-R. pada
rangkaian ini, T berfungsi sebagai enable. Ketika T bernilai 0, maka berapa pun keadaan
inputnya, output akan memori, sedangkan ketika T bernilai 1 barulah nilai input
berpengaruh terhadap output yang dihasilkan.
Gambar 1.11 Timing Diagram D-FF Rising Edge (aktif sisi naik)
Gambar 1.12 Timing Diagram D-FF Falling Edge (aktif sisi turun)
D. JK Flip-Flop
JK Flip-flop adalah penyempurnaan dari RS flip-flop untuk mengatasi kondisi
terlarang. Pada kondisi masukan J=1 dan K=1 membuat kondisi keluaran berlawanan atau
toggle dengan kondisi keluaran sebelumnya. Sementara untuk keluaran berdasarkan
kondisi - kondisi masukan yang lain semua sama dengan RS flip-flop.
CL
K
Q
Gambar 14.
Timming Diagram JK FF
E. T Flip-Flop
T = Input
a. Transisi naik (perubahan sinyal clock dari logika rendah yaitu 0 ke logika
tinggi yaitu 1)
b. Transisi turun (perubahan sinyal clock dari logika tinggi yaitu 1 ke logika
rendah yaitu 0)
A. CLOCK MANUAL
langsung sinyal yang dihasilkan, ketika LED berkedip 1-0 maka rangkaian pembangkit
pulsanya sudah sesuai. Output dari rangkaian pembangkit pulsa yang akan masuk
kerangkaian misalkan rangkaian counter. Pada potensiometer dapat diatur nilainya untuk
menentukan kecepatan watu pulsa clocknya.
Bouncing pada kontak listrik adalah istilah teknis untuk menyatakan munculnya
deretan pulsa-pulsa tajam sebagai akibat kontak dari saklar mekanik yang belum
sempurna tersambung atau terputus. Pada rangkaian digital, efek bouncing ini terjadi
ketika kontak bersentuhan, momentum dan elastisitas bekerja bersamaan sehingga
menimbulkan getaran yang dapat menimbulkan salah interpretasi. Keadaannya sama
seperti pantulan bola yang dibanting ke tanah. Bouncing (pantulan) ini mengakibatkan
untuk satu kali penekanan sakelar akan dibangkitkan beberapa pulsa clock, sehingga
cacahan yang dihasilkan lompat-lompat dan tidak teratur.
A. RANGKAIAN COUNTER
B. MODULUS COUNTER
C. COUNTER ASINKRON
Counter asinkron dikenal juga dengan istilah ripple through control merupakan
rangkaian counter yang tersusun atas flip-flop yang dihubungkan seri dan
14 | POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
pemicuannya tergantung dari flip- flop sebelumnya, kemudian menjalar sampai flip-
flop MSB-nya. Kata “asinkron” merujuk pada peristiwa yang tidak memiliki hubungan
waktu tetap satu sama lain dan, umumnya, tidak terjadi secara serentak. Maksudnya,
flip-flop yang paling ujung saja yang dikendalikan oleh sinyal clock, sedangkan sinyal
untuk flip-flop yang lainya diambil dari output masing-masing flip flop sebelumnya.
Gambar 3.1. Rangkaian binary counter modulus 16 – Up counter dengan D-FF (aktif
di sisi naik)
Jenis up atau down biner yang dicacah oleh counter bergantung pada sumber
masukan sinyal clock dari flip-flop sebelumnya. penentuan sinyal masukan juga
bergantung pada jenis IC flip- flop tersebut, apakah aktif di sisi naik atau aktif di sisi
turun.
Meskipun hanya terdapat dua jenis pencacahan, tetapi rangkaian counter asinkron
juga dapat dirancang untuk menghitung kedua jenis cacahan tersebut. Rangkaian ini
biasa kita sebut sebagai up/down counter. Hal ini terjadi karena pada rangkaian
up/down counter terdapat input eksternal yaitu mode (kontrol) sebagai pengatur yang
menentukan saat menghitung naik (up) atau turun (Down). Pada rangkaian Up/Down
Counter Asinkron, output dari flip-flop sebelumnya menjadi input clock dari flip-flop
berikutnya yang dihubungkan terlebih dahulu pada IC EX-OR (7486) sebagai
jembatan antara output IC dengan clock IC berikutnya.
J Q J Q J Q
15 | POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Clk Clk Clk
Q’ Q’
K K K Q’
1/0
M
o
de
1
=
u
p
M
o
de
0
=
d
o
w
n
a. BCD TO 7 SEGMENT
Dekoder berfungsi untuk menerima input-input biner berupa kode yang
kemudian diterjemahkan dengan mengaktifkan salah satu outputnya sesuai urutan
biner. Salah satu contoh dari decoder adalah BCD to 7 Segment. Decoder BCD ke
7 segment bertugas untuk mengubah kode BCD menjadi karakter tampilan angka
elektronika-dasar.web.id
Pada kelipatan decade counter, posisi LSD berfungsi sebagai posisi satuan.
Posisi selanjutnya berfungsi sebagai puluhan, ratusan, ribuan, dst. Untuk membuat
counter puluhan, clocknya mengambil dari MSD satuan. Begitu juga dengan
counter ratusan, clocknya mengambil dari MSD puluhan atau decade sebelumnya
dst.
b. PROGRAMMABLE COUNTER
Programmable counter merupakan jenis rangkaian counter asinkron yang
modulusnya dapat diatur. Rangkaian ini dibantu oleh comparator (pembanding)
yang dihubungkan dengan DIP switch. Switch ini digunakan untuk mengatur
modulus yang ditentukan. Saklar pada DIP switch akan menjadi pengatur dengan
logika on atau off.
Comparator bekerja untuk membandingkan 2 buah input A dan B, outputnya
akan mengeluarkan logika jika tiga kondisi terpenuhi, yaitu, A>B, A<B, dan A=B,
logika bisa berupa Active high atau Active low. Pada PBC (Programmable Binary
Counter), keadaan yang dibutuhkan adalah ketika output A=B.
D. COUNTER SINKRON
Istilah sinkron mengacu pada peristiwa yang memiliki hubungan waktu tetap satu
sama lain. Flip-flop pada counter sinkron mendapat pulsa input secara bersamaan
dalam dari satu clock yang sama, sehingga pulsa yang ingin tercacah pada flip-flop
masuk ke secara serentak (bersama-sama). Sinkronisasi ini mengakibatkan counter
sinkron bekerja lebih cepat jika dibandingkan counter asinkron, karena pada rangkaian
sinkron memiliki delay yang lebih kecil dan tidak menimbulkan glitch. Counter
sinkron juga dikenal dengan sebutan paralel counter.
Sama halnya dengan asinkron counter, counter sinkron juga dapat mencacah naik,
turun, atau naik turun. Jumlah flip-flop yang digunakan pun disesuaikan dengan besar
modulus atau banyaknya bit biner pulsa yang akan dicacah. Namun, flip-flop tidak
dihubungkan secara seri, melainkan melalui gerbang-gerbang logika terlebih dahulu.
Terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan dalam merancang counter sinkron,
diantaranya:
a. UP/DOWN COUNTER
Rangkaian Up/Down Counter adalah rangkaian yang terdiri dari gabungan dari Up
Counter dan Down Counter. Rangkaian ini memiliki dua keadaan, yaitu dapat
menghitung bergantian naik dan turun (Up dan Down). Hal ini terjadi karena pada
rangkaian up/down counter terdapat input eksternal yaitu mode (kontrol) sebagai
pengatur yang menentukan saat menghitung naik (up) atau turun (Down). Ketika mode
counter bernilai 1, maka rangkaian akan mencacah turun (down). Sebaliknya, saat mode
counter bernilai 0, rangkaian akan mencacah naik (up).
b. RANDOMC
OUNTER
Random counter sinkron merupakan rangkaian counter sinkron yang
pencacahannya terjadi secara acak (tidak berurutan), contohnya 1, 2, 5, 7. Rangkaian ini
dapat dibuat dengan merekayasa counter sinkron, sehingga didapat rangkaian dengan
jumlah counter sesedikit mungkin.
22 | POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
BAB IV : FINITE STATE MACHINE
A. RANGKAIAN SEKUENSIAL
Rangkaian sekuensial disebut juga sebagai finite state machines (FSM), yaitu
rangkaian yang tersusun atas gabungan dari bagian kombinasional dan bagian memori
State diagram model mealy dan state diagram model moore berbeda,
perbedaannya terletak pada keterangan labelnya. Untuk state diagram mealy label
panahnya dilengkapi dengan variable input, dan hasil outputnya. Namun untuk state
diagram moore perbedaannya terletak pada setiap bentuk statenya memiliki hasil output,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh gambar di bawah ini.
State diagram mealy pada bentuk elips atau lingkarannya hanya memiliki tanda
simbol statenya saja yang biasanya menggunakan variable huruf kapital sebagai tandanya
seperti 𝐴, 𝐵, 𝐶, … dan pada tanda panahnya memiliki tanda input dan hasil output yang
didapatkan, dalam gambar yang dicontohkan inputnya ditandai dengan 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑤 dan
seperti membuat state diagram namun dalam berbentuk table, state table juga dapat
dibuat berdasarkan state diagram yang sudah dibuat sebelumnya. Tujuan membuat state
table adalah agar memudahkan kita membaca bagian input dan outputnya. State table
untuk rangkaian mealy dan moore berbeda, dapat dilihat pada contoh di bawah ini.
3. State Assignment
Setelah membuat state diagram kita dapat membuat state assignment table, yang
bertujuan untuk lebih memudahkan kita dalam melakukan pengujian serta untuk
menentukan persamaannya. Pembuatan state assignment table dibuat berdasarkan state
table nya namun variable-variabel seperti 𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝑑𝑙𝑙 diganti menggunakan kode biner
jumlah bitnya disesuaikan dengan jumlah state yang didapatkan.
4. Pemilihan Flip-flop
Sebelum menentukan persamaan untuk membuat rangkaiannya, kita harus
mengetahui jenis flip-flop yang akan digunakan dalam rangkaiannya. Ada berbagai
macam jenis flip-flop dimulai dari SR-FF, D-FF, T-FF, serta JK-FF, setiap jenis flip-flop
memiliki karakteristik dan tabel eksitasi yang berbeda pula. Berikut tabel eksitasi dari
setiap jenis flip-flop yang ada.
𝑄𝑡 → 𝑄𝑡+1 S R
0 → 0 0 ∅
0 → 1 1 0
1 → 0 0 1
1 → 1 ∅ 0
𝑄𝑡 → 𝑄𝑡+1 D ket
0 →0 0
0 →1 1 Set
1 →0 0
1 →1 1 Set Hold
𝑄𝑡 → 𝑄𝑡+1 T ket
0→0 0 Reset Hold
0→1 1 Toggle
1→0 0 Toggle
1→1 0 Set Hold
𝑄𝑡 → 𝑄𝑡+1 J K
0 → 0 0 ∅
0 → 1 1 ∅
1 → 0 ∅ 1
1 → 1 ∅ 0
Setelah mengetahui jumlah state yang dibutuhkan pada K-Map maka kita dapat membuat K-
Mapnya berdasarkan jenis flip-flop yang digunakan juga, untuk contoh K- Mapnya sebagai berikut
Pembuatan K-Map untuk ragkaian sekuensial model mealy dan model moore
sama saja, namun perlu diingat bahwa pembuatan K-Map juga mengacu pada State
Assignment Table jadi disesuaikan dengan state table rangkaian yang digunakan.
6. Timing Diagram
Timing Diagram merupakan bentuk gelombang sinyal yang sesuai dengan kondisi atau urutan
logicnya, atau seperti sinyal digital yang bernilai 1 atau 0. Timing diagram ini dapat mempresentasikan
clock, output flip-flop 1, output flip-flop 2, serta output Z yang berada pada rangkaian.
Timing diagram untuk rangkaian mealy dan rangkaian moore sama saja, tidak ada
perbedaan. Timing diagram ini terbentuk sesuai dengan keadaan pada saat itu. Pada
gambar di atas menunjukkan sepuluh keadaan karena diberikan clock sebanyak sepuluh
kali.
Rangkaian serial adder dapat dibuat menggunakan tiga bagian rangkaian Shift
Register yang memiliki output seri, rangkaian FSM adder, dan sebuah flip-flop. Dua
bagian rangkaian shift register digunakan untuk memberikan input dan 1 bagian
rangkaian shift register untuk menunjukkan output atau hasil penjumlahannya, kemudian
rangkaian FSM adder tentunya merupakan rangkaian yang dapat menjumlahkan, dan flip-
flop digunakan untuk melakukan pemrosesan carry in dan carry out yang ada pada
Rangkaian Full Adder. Dalam perancangan rangkaian serial adder kita dapat
menggunakan rangkaian model mealy dan juga dapat menggunakan rangkaian model
moore. Untuk menentukan state diagramnya kita dapat menentukannya menggunakan
Tabel Kebenaran Full Adder.
A B Ci Co S
0 0 0 0 0
0 0 1 0 1
0 1 0 0 1
0 1 1 1 0
1 0 0 0 1
1 0 1 1 0
1 1 0 1 0
1 1 1 1 1
d. Persama
an
Logika
Output:
ab
00 01 11 10
y
0 0 1 0 1
1 0 1 1 1
𝐷 = 𝑦𝑏 + 𝑎𝑏 + 𝑦𝑎
e. Rangkaian
b. State Table
Present Next State Output
State 𝑎𝑏 = 00 01 10 11 z
A0 A0 A1 A1 B0 0
A1 A0 A1 A1 B0 1
B0 A1 B0 B0 B1 0
B1 A1 B0 B0 B1 1
b. Persama
an
Logika
Persama
an
Output
y0
0 1
y1
1
0 0
𝑆 = 𝑦0
Persamaan input:
ab
00 01 11 10
y1y0
00 0 0 1 0
01 0 0 1 0
1 1
10 0 1
11 0 1 1 1
𝐷1 = 𝑦1𝑏 + 𝑎𝑏 + 𝑦1𝑎
ab
00 01 11 10
y1y0
1 1
00 0 0
01 0 1 0 1
1 1
10 0 0
11 1 0 1 0
c. Rangkaian
B. PENDETEKSI INPUT
Brown, Stephen., dan Vranesic, Zvonko. 2014. Fundamentals of Digital Logic with
Verilog Design. Toronto: R. R. Donnelley, Crawfordsville, IN.
Aditya, Rizki. 2015. Tutorial Teknik Digital : Rangkaian Pencacah (Counter). Online.
Tersedia: https://adityarizki.net/tutorial-teknik-digital-rangkaian-pencacah-
counter/ [Diakses pada 15 Desember 2022]
Pandey, Harshita. 2019. Shift Registers in Digital Logic. Online. Tersedia:
https://www.geeksforgeeks.org/shift-registers-in-digital-logic/ [Diakses pada
16 Desember 2022]
S. Panda. 2021. Logika Sekuensial. Lambda Geeks. Online
https://id.lambdageeks.com/sequential-logic/ . [Diakses 16 December 2022].
S. Brown dan Z. Vranesic. 2009. Fundamentals of DIGITAL LOGIC with VHDL
Design, Third Edition. Canada: The McGraw Hill Companies.
M. DJ. 2016. State Diagram & Analisa Rangkaian Sekuensial. Bocah Jaringan.
Online. Tersedia: http://bocah-jaringan.blogspot.com/2016/04/state-diagram-
analisa-rangkaian.html. [Diakses 16 December 2022].