Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KELAS 2B
TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI
REV: 02

Percobaan No.2
Pengukuran Karakteristik Kabel Koaksial

oleh:
Muhammad Algi Algifari
211331056

Tanggal Percobaan: 08/02/2023


Tanggal Pengumpulan Laporan: 28/02/2023

PROGRAM STUDI TELEKOMUNIKASI- JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
FEBRUARI 2023
1. Percobaan No: 2
2. Judul Percobaan: Pengukuran Karakteristik Kabel Koaksial
3. Tujuan:
a. Memahami tentang karakteristik, sifat dan konstruksi kabel koaksial.
b. Menghitung impedansi kabel koaksial (Zo) berdasarkan ukuran penampang kabel
(Ω).
c. Mengukur impedansi karaktristik (Zo) kabel koaksial (Ω).
d. Mengukur faktor redaman kabel koaksial, att (dB/m).

4. Landasan Teori
a. Kabel Koaksial (Coaxial Cable)
Coaxial Cable adalah suatu jenis kabel yang menggunakan dua buah konduktor.
Pusatnya berupa inti kawat padat yang dilingkupi oleh sekat yang kemudian dililiti lagi oleh
kawat berselaput konduktor. Jenis kabel ini biasa digunakan untuk jaringan dengan bandwith
yang tinggi. Kabel coaxial mempunyai pengalir tembaga di tengah (centre core). Lapisan
plastik (dielectric insulator) yang mengelilingi tembaga berfungsi sebagai penebat di antara
tembaga dan metal shielded. Lapisan metal berfungsi untuk menghalang induksi dari instalasi
listrik, motors, dan peralatan elektonik lain. Lapisan paling luar adalah lapisan plastik yang
disebut Jacket plastic. Lapisan ini berfungsi seperti jaket yaitu sebagai pelindung bagian
terluar. Kabel koaksial biasa disebut juga BNC (Bayonet Naur Connector) atau coax kabel ini
sering digunakan untuk kabel antena TV dan sering juga digunakan pada jaringan LAN.[1]
Kabel coaxial mempunyai satu bagian tembaga yang bertindak sebagai media pengalir
elektrik yang terletak di tengah-tengah. Satu lapisan plastik bertindak sebagai pemisah
kepada bagian tembaga yang berada di tengah-tengah itu dengan satu lapis pintalan besi.
Pintalan besi ini bertindak sebagai penghalang dari berbagai gangguan.

Gambar 1. Struktur Fisik Kabel Koaksial


Saluran transmisi ini paling banyak digunakan untuk mengirimkan energi dengan
frekuensi radio (RF), baik dalam sistem pemancar maupun penerima. Impedansi
2
karakteristiknya beragam, mulai dari 50 Ω sampai 75 Ω. Struktur fisik dan pola medannya
dapat dilihat pada Gambar 1 dimana garis putus-putus menunjukkan medan magnet,
sedangkan garis yang tidak putus-putus menunjukkan medan listrik.[2]
Kabel coaxial mempunyai penutup (cover) plastik yang berupaya menghalangi
kelembaban dari bahan konduktor yang berada di tengah-tengah. Ini menjadikan ia mampu
menampung gelombang yang lebih besar terutama pada topologi linear bus. Namun begitu,
kekurangan kabel ini ialah ia amat sukar untuk dibengkokkan dan ini turut menyukarkan
proses instal. Panjang gelombang pada kabel coaxial pendek atau rambat gelombang nya
lambat karena dibatasi oleh ruang kabel (tidak bebas).[3]

Berikut ini parameter pada kabel coaxial :


1. Impedansi karakteristik Kabel Koaksial
Dapat dikatakan bahwa impedansi karakteristik adalah impedansi yang diukur diujung
saluran transmisi yang panjangnya tak berhingga. Bila daya dirambatkan pada saluran
transmisi dengan panjang tak berhingga, maka daya itu akan diserap seluruhnya disepanjang
saluran sebagai akibat bocornya arus pada kapasitansi antar penghantar dan hilangnya
tegangan pada induktansi saluran.[4]
Pada kabel koaksial dapat ditentukan dengan mengetahui perbandingan diameter luar (D) dan
diameter dalam (d). Dan dapat dituliskan dalam rumus dibawah ini :
138 𝐷
Zo = log
√𝜀𝑟 𝑑

2. Redaman
Redaman pada saluran/media transmisi tidak dapat dihilangkan karena tidak ada saluran yang
tidak meredam, dan redaman akan selalu ada pada saluran transmisi.
Faktor – faktor redaman dari sebuah saluran kabel koaksial :
• Jarak : semakin jauh jarak yang ditempuh, maka redamannya akan
semakin besar
• Frekuensi : semakin besar frekuensi, maka redamannya pun akan semakin
besar, sama halnya dengan jarak.
𝑳𝒐𝒔𝒔 𝑲𝒂𝒃𝒆𝒍 (𝒅𝑩)
Faktor redaman kabel(𝒅𝑩/𝒎) :
𝑷𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 𝑲𝒂𝒃𝒆𝒍 (𝒎)

3
5. Setup Pengukuran
• V in
Sweep Oscillator 0.01 – 2.4 GHz Type 8620C
GHz RF Oscilloscope
0.1 0.6

Volt/D iv Volt/D iv Time/D iv


CH 1
Start Marker Stop Marker POW ER LEVEL

CH 1 CH
2

LINE SWEEP OUT RF OU TPU T

RF DETECTOR

Gambar 2. Setup pengukuran V in

• V out DC/V in Cable

Gambar 3. Setup pengukuran V out DC

• V out Kabel Koaksial

Gambar 4. Setup pengukuran V out kabel koaksial

4
• V inc

Gambar 5. Setup pengukuran V inc


• Vref

Gambar 6. Setup pengukuran V ref

6. Alat Dan Bahan


1) Oscilloscope
2) Sweep Oscilllator
3) Kabel Coaxial RG 213/U
4) Dual Directional Coupler Anzac CH-132
5) RF Detector 50 Ω
6) Terminator 50 Ω
7) Kabel Penghubung BNC-male to BNC-male
8) Konektor N to BNC-male to BNC-male

7. Metode Percobaan
1) Pengukuran Loss (dB)

5
Untuk melakukan pengukuran loss cable, sebelumnya set terlebih dahulu frekuensi pada
rentang 100 MHz hingga 600 MHz. Nilai loss cable didapatkan dari hasil pengukuran V in
cable dan V out cable pada directional coupler port C sebagai outputnya kemudian
dipasangkan RF detector untuk mengubah frekuensi tinggi menjadi DC.[5] Dan untuk
inputnya sambungkan port A dari RF output sweep, untuk port B dan port D diterminasi 50
Ohm. Untuk mengetahui nilai dari loss cable dengan menggunakan rumus:
Vin cable
Loss = 20 Log Vout cable

2) Pengukuran Attenuation Loss atau Faktor Redaman (dB/m)


Pengukuran ini dapat dilakukan ketika nilai loss-nya sudah diketahui sebelumnya,
kemudian dibagi dengan panjang kabel menggunakan rumus:
Loss
Att = (dB/m)
𝑙

3) Pengukuran Impedansi Karakteristik Z L (Ω)


Pengukuran impedansi karakteristik dilakukan dengan terlebih dahulu mengukur Vref
dan Vinc untuk mendapatkan nilai rho, setelah itu dapat menemukan nilai impedansi
karakteristiknya jika mengukur Vref-nya dari pantulan sinyal dari beban ke sumber, karena
tidak sesuai dengan beban. Pemasangan pengaturan kopling terarah di port A, terhubung ke
kabel BNC ke RF sebagai output dan osilator sapuan sebagai input, setelah itu port D diakhiri
dengan beban 50 ohm. Setelah nilai V ref diperoleh dengan mengukur kopling directional V
inc, port A dipasang dari input, kemudian port C dan port D diakhiri sebesar 50 ohm, dan port
D terhubung ke detektor yang terhubung ke saluran 2.

8. Hasil Praktikum
1) Tabel Hasil Pengukuran
Frekuensi V in V out V in Loss Att V inc V ref 𝝆 ZL
(MHz) (mV) cable cable (dB) (Ω)
(mV) (mV)
100 200 100 200 6,02 0,12 1 0,1 0,1 61
200 200 80 180 7,04 0,14 0,9 0,1 0,1 61
300 200 60 160 8,51 0,17 0,9 0,03 0,03 53
400 200 40 150 11,4 0,22 1 0,1 0,1 61
500 200 20 140 16,9 0,33 1 0,1 0,1 61
600 200 10 140 22 0,44 0,9 0,1 0,1 61

6
Untuk melakukan pengukuran loss cable, sebelumnya set terlebih dahulu frekuensi pada
rentang 100 MHz hingga 600 MHz. Nilai Loss cable didapatkan dari hasil pengukuran Vin
cable dan Vout cable pada directional coupler port C sebagai outputnya kemudian
dipasangkan RF detector untuk mengubah frekuensi tinggi menjadi DC. Dan untuk input nya
sambungkan port A dari RF output sweep, untuk port B dan port D diterminasi 50 Ohm.
Untuk mengetahui nilai dari Loss cable dengan menggunakan rumus:
𝐕𝐢𝐧 𝐜𝐚𝐛𝐥𝐞
Loss = 20 Log 𝐕𝐨𝐮𝐭 𝐜𝐚𝐛𝐥𝐞

Pengukuran Attenuation (dB/m), perhitungan ini di dapatkan ketika nilai loss nya sudah
diketahui sebelumnya, kemudian dibagi dengan panjang kabel menggunakan rumus:
𝐋𝐨𝐬𝐬
Att = (dB/m)
𝒍

Pengukuran impedansi karakteristik, setelah nilai Vref telah didapatkan dengan


mengukur Vinc directional coupler port A dipasang dari input, kemudian port C dan port D
diterminasi 50 ohm, dan port D dihubungkan ke detector yang sudah terhubung dengan
channel 2. Untuk mendapatkan nilai impedansi menggunakna rumus:
𝑽𝒓𝒆𝒇
ρ = 𝑽𝒊𝒏𝒄 (untuk mencari nilai rho)
𝒁𝟎+(𝟏+𝝆)
𝒁𝑳 = (untuk mencari nilai ZL)
(𝟏−𝝆)

2) Grafik Hasil Pengukuran

Gambar 7. Grafik Perhitungan Loss (dB)

7
Gambar 8. Grafik Perhitungan Att

Gambar 9. Grafik Perhitungan Koefisien Faktor ( )

Gambar 10. Grafik Perhitungan ZL

8
9. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dan pengukurannya yang telah dilaksanakan, penulis dapat
menyimpulkan bahwa:
1) Pada saat mengukur Loss, dimana dalam tengangan input digunakan set frekuensi,
yang kemudian dalam tegangan output menggunakan RF detector yang terhubung
dengan channel 2 osiloskop. Hasil yang didapat dari pengukuran Loss yang
menggunakan rumus Loss = 20 Log V in cable/V out cable, didapatkan semakin
tinggi frekuensi, maka semakin besar pula Loss-nya. Hal ini terjadi karena semakin
jauh dari jarak tempuh sinyal yang mengakibatkan redaman kabel semakin tinggi.
2) Kemudian saat mengukur faktor redaman atau attenuasi yang menggunakan rumus
Att = Loss/l didapatkan pula grafik yang menunnjukkan attenuasi membesar seiring
membesarnya frekuensi pula. Hal ini terjadi karena semakin jauh dari jarak tempuh
sinyal yang mengakibatkan redaman kabel semakin tinggi.
3) Lalu, dalam pengukuran impedansi beban (ZL), yang didahului dengan mengukur V
inc, didapatkan hasil yang stabil di 61, namun sempat jatuh ke angka 53 pada
frekuensi 300 MHz. Jika dilihat dari datasheet yang ada pada kaabel koaksial RG-
123U, seharunys nilai ZL berada di kisaran 50 ± 2 Ω. Itu berarti hasil pengamatan
dari penulis tidak sesuai dengan teori yang ada pada datasheet. Hal ini bisa saja
dipengaruhi oleh ketidaktelitian penulis dapat membaca hasil pada osiloskop sehingga
tidak akurat dalam penulisan hasil, atau kondisi yang tidak baik pada kabel atau
konektor yang digunakan.
4) Setap tujuan dari praktikum ini dapat tercapai dengan baik melihat kepada tercapainya
setiap pengukuran dan perhitungan seperti pada metode percobaan.

10. Daftar Pustaka


[1] T. Akhir et al., “Pada Jaringan Tv Kabel Di Hotel Rauda,” 2010.
[2] T. Data, “HUBER + SUHNER ® DATA SHEET Coaxial Cable: RG _ 214 _/ U
HUBER + SUHNER ® DATA SHEET Coaxial Cable: RG _ 214 _/ U,” pp. 2–3.
[3] “Kelompok 2 Praktikum Pengukuran Karakteristik Kabel Koaksial.”.
[4] “Kel-1_Karakteristik Koaksial_rev00.”.
[5] “293558185-2-Pengukuran-Karakteristik-Kabel-Coaxial.”.

9
11. Lampiran Foto Praktikum
• V in sumber

• V out cable

• V ref

• V inc

10

Anda mungkin juga menyukai