4 RANGKAIAN R, L, DAN C
Dalam sistem elektronik, sinyal yang datang tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Misalkan saja, diinginkan
sinyal dengan spesifikasi:
Namun sinyal yang datang bisa saja memiliki rentang yang berbeda, juga penuh noise. Untuk itulah kita perlu
rangkaian pengolah sinyal seperti:
• Menyesuaikan penguatan
• Menghilangkan noise
• Menambah bias / offset
• Rangkaian pasif, berupa resistor, kapasitor, dan induktor. Kadang dilengkapi juga dengan diode.
• Rangkaian aktif, memakai transistor, IC.
Pada praktikum ini kita akan mengamati penggunaan resistor, kapasitor, dan induktor untuk pengolahan sinyal
tersebut.
4.2 KOMPETENSI
TF2106/Modul-4/1
4.3 ALAT & BAHAN
• Rangkaian diberi masukan sinyal standar, berupa gelombang kotak/pulse atau sinus.
• Sinyal luaran dari sistem diukur dengan osiloskop / signal tracer, sehingga dapat diperoleh grafik
luaran (tegangan) terhadap waktu.
• Dengan alat khusus, dapat juga diperoleh grafik amplitudo sinyal terhadap frekuensi.
Skema pengukuran transien ini ditunjukkan pada Gambar 4-1 Skema pengukuran transien.
Pada perangkat lunak EAGLE, simulasi pengukuran transien ini dapat dilakukan dengan mode Transient atau AC
Sweep.
TF2106/Modul-4/2
Output
(V)
Waktu (s)
). Perhatikan bahwa sinyal yang dihasilkan oleh generator sinyal ini dapat dialirkan ke suatu rangkaian
elektronika sebagai masukan untuk diolah, namun JANGAN sekali-kali dipakai sebagai sumber daya (ini bukan
listrik AC dari jala-jala). Salah satu tipe yang tersedia di Lab adalah 4 MHz/10 MHz Programmable Digital Function
Generator GWINSTEK SFG-2004.
Spesifikasi:
• Bentuk Gelombang: tekan tombol pemilih gelombang, dapat dipilih antara sinus, kotak, atau segitiga,
• Frekuensi: masukkan angkanya pada papan angka, lalu tekan tombol Hz (atau Khz, MHz). Selanjutnya
untuk mengubah secara gradual, bisa dengan memutar knob frekuensi,
• Amplitudo: putar knob gain
• Offset: putar knob offset.
Selain generator sinyal, instrumen pengukuran transien membutuhkan osiloskop/signal tracer (Gambar 4-3
Osiloskop
). Perangkat ini dapat menampilkan bentuk sinyal dari generator sinyal dan output dari rangkaian elektronika
(dual channel) sehingga dapat dibandingkan bentuk, amplitudo, frekuensi/periode, dan fasa dari kedua sinyal.
TF2106/Modul-4/3
Spesifikasi:
• TV Synchronization
• Z-Axis Input
Nilai kapasitor dapat diketahui dari nilai yang tertera pada badan kapasitor atau diukur dengan multimeter yang
memang menyediakan fitur tersebut (Gambar 4-4). Cara mengukur kapasitansi kapasitor adalah:
TF2106/Modul-4/4
Gambar 4-4 Pengukuran kapasitor polar dengan multimeter
Gambar 4-5 (a) Simbol induktor pada rangkaian listrik berdasarkan bahan intinya, (b) konfigurasi komponen induktor, dan (c) contoh
bentuk fisik komponen induktor.
Komponen induktor memiliki nilai dengan satuan Henry (H). Komponen yang tersedia di pasaran ada yang
terbungkus selubung plastik berbentuk silinder maupun yang terbuka. Pada komponen yang terbungkus, nilai
besaran induktansinya tertulis pada selubung plastiknya.
TF2106/Modul-4/5
Nilai induktansi pada suatu komponen induktor dapat diketahui dengan perhitungan berdasarkan nilai yang
tercetak pada selubung plastik, maupun mengukurnya menggunakan LCR meter (Gambar 4-6).
Gambar 4-6 LCR meter untuk mengukur induktansi induktor, juga resistansi resistor dan kapasitansi kapasitor.
Sebagai contoh, pada selubung induktor tertulis kode 183K. Induktansi dalam mikroHenry (μH) sama dengan
kedua angka pertama dikali dengan 10 pangkat angka ketiga. Maka kode 183K artinya induktor tersebut memiliki
nilai 18 x 103 μH = 18 mH, di mana huruf K merefleksikan nilai toleransi (K = nilai toleransi 10%).
No Kombinasi Penggunaan
1 RC, LR Low pass filter pasif orde 1
2 CR, RL High pass filter pasif orde 1
Pada Modul 4 ini, akan dipelajari ke-4 konfigurasi/kombinasi komponen R, L, dan C, namun pada praktikum, kita
hanya akan merangkai dan menguji rangkaian RC sebagai low pass filter orde 1 serta rangkaian RL dan CR (CR-
RR) sebagai high pass filter orde 1.
TF2106/Modul-4/6
4.4.6 RANGKAIAN RC
Rangkaian RC adalah rangkaian yang terdiri dari 1 resistor dan 1 kapasitor, seperti ditunjukkan pada Gambar 4-7.
Walau sederhana, rangkaian ini memiliki penggunaan yang yang sangat luas, antara lain sebagai:
a. Low Pass Filter: rangkaian yang dapat melewatkan geombang frekuensi rendah, dan sebaliknya
meredam gelombang frekuensi tinggi.
b. Integrator: rangkaian yang menumpuk muatan perlahan-lahan dari arus, seolah-olah sebagai
integrator arus tersebut.
TF2106/Modul-4/7
Gambar 4-8 Source Setup V1 untuk uji step
Selanjutnya keluarkan layar simulasi dan pilih simulation type transien dengan waktu 0 – 0,5 detik, sebagai
berikut (Gambar 4-9):
TF2106/Modul-4/8
Gambar 4-10 Hasil simulasi transien step rangkaian RC
Hasil simulasi nampak pada Gambar 4-10. Terlihat bahwa sinyal masukan V1 (hijau) naik mendadak dari 0 V
menjadi 1 V. Sementara sinyal luaran V2 (merah) perlahan-lahan mengikuti sampai nantinya sama dengan V1
tersebut. Ketika sinyal luaran V2 sudah tidak mengalami perubahan nilai, maka kondisi ini disebut sebagai
kondisi tunak (steady state).
Selama transien, ada satu titik istimewa pada grafik ini, yaitu ketika sinyal luaran mencapai nilai sekitar 63,2%
dari nilai tunak. Coba gerakkan kursor pada grafik ke titik tersebut. Waktu (time) pada saat sinyal luaran (V2)
mencapai level itu disebut konstanta waktu (time constant) yang diberi simbol τ. Dalam grafik ini, harga τ ≈
0,022 detik. Dari mana asalnya harga istimewa tersebut?
Kembali ke persamaan matematis, rumus dasar ketiga komponen RCL adalah seperti pada Tabel 4-1. Sementara
itu, pada suatu rangkaian listrik berlaku:
• Kirchhoff Voltage Law (KVL): jumlah tegangan pada suatu kalang (loop) adalah nol
• Kirchhoff Current Law (KCL): jumlah arus yang masuk ke suatu pertemuan (junction/node) adalah nol.
TF2106/Modul-4/9
Untuk menurunkan persamaan matematis suatu rangkaian listrik, gunakan KVL atau KCL lalu subtitusikan
persamaan dasar RLC yang berbentuk diferensial. Jangan gunakan yang integrasi. Sebagai contoh, untuk
rangkaian RC penurunan persamaannya adalah sebagai berikut:
𝑑𝑉2
𝑉1 = 𝑅𝐶 + 𝑉2 → Subtitusi persamaan kapasitor (3)
𝑑𝑡
Pada kasus ini, 𝑉1 merupakan fungsi step, persamaan diferensial ini dapat dipecahkan sehingga didapat solusi
sebagai berikut:
𝑡
𝑉2 = 𝑉1 (1 − 𝑒 −𝑅𝐶 ) (4)
Konstanta waktu (τ) adalah waktu (t) ketika respon natural berharga (e-1), di mana:
Inilah mengapa menaruh perhatian khusus ketika luaran respon step mencapai 0,632 nilai masukan. Dalam hal
ini, konstanta waktu adalah τ = RC. Sesuai harga komponen R11 = 1K dan C12 = 22uF, bisa dihitung τ. Periksalah
apakah kalkulasi itu akan sesuai dengan pengamatan pada simulasi.
Untuk mencobanya, pada EAGLE atur analog source V1 menjadi “Transien Function Sinusoidal” sebagai berikut
(Gambar 4-11):
Selanjutnya pada layar simulasi, pilih simulation type transien dengan waktu 0 – 0,5 detik, lalu simulasikan.
TF2106/Modul-4/10
Gambar 4-12 Hasil simulasi transien sinus rangkaian RC
Untuk menyelidiki lebih jauh, cobalah simulasi beberapa kali dengan mengubah frekuensi masukan sinus
menjadi: 1, 2, 4, 8, 16 Hertz.
Spoiler, setelah mencoba beberapa kali, akan didapati bahwa untuk semua frekuensi:
Untuk melakukan simulasi AC sweep, mula-mula tambahkan phase probe pada V1 dan V2 (Gambar 4-13).
TF2106/Modul-4/11
Gambar 4-13 Rangkaian RC dengan Voltage Probe dan Phase Probe
Kemudian atur AC Value = 1 pada source setup V1 sebagai berikut (Gambar 4-14):
Selanjutnya keluarkan layar simulasi dan pilih simulation type AC Sweep untuk frekuensi 1 – 20 Hz sebagai
berikut ( Gambar 4-15):
TF2106/Modul-4/12
Gambar 4-15 Pengaturan simulasi AC Sweep
Setelah dilakukan simulasi, akan tampil grafik penguatan terhadap frekuensi. Perhatikan bahwa axis (sumbu X)
adalah frekuensi yang dinyatakan secara logaritmik, sementara ordinat (sumbu Y) adalah tegangan luaran dalam
Volt. Tekan tombol [dB On] agar gain dinyatakan dalam dB. Grafik seperti ini dikenal juga sebagai diagram bode.
Diagram bode merupakan plot grafik tegangan luaran dalam Volt terhadap variasi nilai frekuensi input (Hz).
TF2106/Modul-4/13
Pada grafik tersebut, nampak bahwa gain sinyal masukan (V1) tetap sepanjang frekuensi sebesar 0 dB (tidak ada
pelemahan). Sementara itu, gain sinyal luaran (V2) akan turun seiring naiknya frekuensi (terjadi pelemahan).
Oleh karena itu, rangkaian ini akan meneruskan sinyal frekuensi rendah, dan sebaliknya meredam sinyal
frekuensi tinggi. Perilaku inilah yang menjadikan rangkaian RC dapat difungsikan sebagai Low Pass Filter (LPF),
maupun noise rejection.
Untuk melihat lebih detail, pada Gambar 4-16 arahkan kursor menuju titik di mana:
Frekuensi di mana transisi terjadi disebut frekuensi cut off. Dari grafik ini, terlihat bahwa V2 turun hingga -3dB
ketika frekuensinya adalah 7,2 Hz. Bagaimana menghitung frekuensi cut-off tersebut?
Frekuensi cut off ini didefinisikan sebagai titik frekuensi di mana reaktansi kapasitif (Xc dalam Ohm) dan resistansi
dari rangkaian RC sederhana tersebut bernilai sama (R = Xc). Reaktansi kapasitif dalam suatu rangkaian AC dapat
dihitung sebagai,
1 (7)
XC =
2𝜋𝑓C
di mana f merupakan frekuensi (dalam Hz) dan C adalah kapasitansi (F). Dengan demikian, untuk rangkaian RC
sederhana yang digunakan dalam simulasi yang memiliki R = 1kΩ dan C = 22μF,
1
𝑓= = 7,2 Hz
2𝜋(103 )(22 × 10−6 )
Ketika nilai R sama dengan Xc ini terjadi, sinyal output melemah menjadi 70,7% dari nilai sinyal input atau gain-
nya -3dB dari input (20 log (V2 / V1)). Meskipun R = Xc, sinyal keluarannya tidak setengah dari sinyal input. Untuk
mengetahui pelemahan sebesar 70,7% dari sinyal input, kita dapat menggunakan persaman,
Xc
V2 = V1 (8)
√R2 + Xc2
di mana √R2 + Xc2 dalam rangkaian AC disebut sebagai impedansi rangkaian (Z dalam Ohm). Oleh karena itu,
penjumlahan vektor dari kedua R dan Xc mengakibatkan V2 (Vout) adalah sebesar 0,707 dari V1 (Vin) saat terjadi
transisi/pada posisi frekuensi cut off.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, diagram bode merupakan grafik semilogaritmik, karena rentang
sumbu-X (frekuensi) menggunakan skala logaritmik sedangkan rentang pada sumbu-Y (magnituda). Untuk
membuat sebuah diagram bode, maka hubungan antara masukan dan keluaran dari sistem dalam bentuk fungsi
transfer sangat diperlukan. Fungsi transfer ini merupakan perbandingan antara fungsi masukan dengan
keluaran, dalam domain frekuensi. Secara umum dapat dituliskan dalam persamaan berikut:
𝒀(𝜔)
𝑯(𝜔) = 𝑿(𝜔) ; 𝜔 = 2𝜋𝑓 (9)
Pada kasus rangkaian RC ini, maka yang ditinjau adalah perbandingan antara tegangan sumber V1 dan tegangan
keluaran V2 (dalam fungsi fasor). Dari rangkaian tersebut diketahui terdapat dua komponen, yaitu R1 dan C1,
sehingga didapatkan impedansi total
1
𝑍𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅 + 𝑗𝜔𝐶 (10)
TF2106/Modul-4/14
Nilai tegangan keluaran V2 dapat dihitung dengan menggunakan pembagian tegangan sederhana sebagai
berikut:
1
𝑗ωC
𝑉2 = 1 𝑉1 (11)
𝑅+
𝑗𝜔𝐶
𝑽𝟐 1
𝑯(𝜔) = 𝑽𝟏 = 𝑗𝜔𝐶𝑅+1 (12)
1 𝜔
𝐻= , Φ = − tan−1 𝜔 (13)
𝜔 2 0
√1+( )
𝜔0
Di mana 𝜔0 = 1/𝑅𝐶 . Jika grafik respon frekuensi dibuat berdasarkan persamaan (13) di atas, maka akan
didapatkan grafik berikut (Gambar 4-17).
Dengan persamaan-persamaan di atas, cobalah buktikan bahwa pada saat frekuensi cut-off, maka penguatan
adalah -3 dB, dan pergeseran fasa adalah 45 derajat.
Cara lain untuk mendapatkan respon frekuensi dari suatu sistem dapat juga dilakukan dengan membuat bode
plot, yang justru dirasa lebih mudah untuk dilakukan dibandingkan dengan melakukan analisa respon frekuensi
yang telah dijelaskan di atas. Fungsi transfer 𝑯(𝜔) dapat dituliskan dalam fungsi fasor sebagai berikut:
𝑯 = 𝐻∠𝛷 = 𝐻𝑒 𝑗𝛷 (14)
Aplikasikan logaritma natural (ln) pada kedua sisi persamaan (14), sehingga didapatkan
𝑙𝑛 𝑯 = 𝑙𝑛 𝐻 + 𝑙𝑛 𝑒 𝑗Φ = ln 𝐻 + 𝑗Φ (15)
Berdasarkan persamaan (15), diketahui bahwa persamaan tersebut mengandung komponen riil dan imajiner.
Komponen riil di sini adalah fungsi dari magnituda sedangkan komponen imajiner adalah fungsi dari fasa, di
mana untuk suatu diagram magnitude Bode, gain-nya dituliskan dalam dB adalah,
TF2106/Modul-4/15
Untuk kasus rangkaian RC, maka persamaan 𝑯(𝜔) perlu diperhitungkan magnituda dan fasanya sehingga
didapatkan bahwa hasilnya adalah sebagai berikut:
1
𝐻𝑑𝐵 = 20 log10 |1+𝑗𝜔𝐶𝑅 | (17)
Sehingga akan didapatkan diagram bode yang sejenis dengan Gambar 4-18 berikut ini:
Atenuasi sebesar 20 dB/dekade terjadi sebagai akibat dari adanya fungsi logaritma yang digunakan pada sistem
orde-1 ini.
4.4.7 RANGKAIAN CR
Rangkaian CR adalah kebalikan dari rangkaian RC. Seperti terlihat pada Gambar 4-19 berikut, rangkaian ini
terdiri dari sebuah kapasitor (di depan) yang diseri dengan resistor (di belakang).
TF2106/Modul-4/16
Gambar 4-20 Hasil simulasi transien pulse rangkaian CR
Hasil simulasi transien step rangkaian ini diberikan pada Gambar 4-20 di atas. Nampak bahwa luaran justru akan
meloncat naik dengan cepat, lalu perlahan-lahan turun menuju 0 Volt. Konstanta waktu pada grafik ini dapat
dilihat ketika tegangan luaran (V2) mencapai (1 – 0,632) V1. Hasilnya akan sama dengan rangkaian RC, bahwa
harga τ ≈ 0,022 detik.
Sementara itu ketika sinyal masukan turun dari 1V ke 0 Volt, maka sinyal luaran V2 akan meloncat turun menjadi
negative, kemudian naik perlahan menuju 0 Volt. Cukup aneh bahwa ketika catu daya kita bekerja di rentang 0-
5 Volt, kapasitor bisa membuat terjadinya tegangan negatif.
Gambar berikutnya (Gambar 4-21) memperlihatkan hasil simulasi AC-Sweep. Dapat disimak bahwa, terbalik
dengan rangkaian RC, pada rangkaian CR ini:
TF2106/Modul-4/17
Karakteristik tersebut membuat rangkaian CR ini bisa difungsikan sebagai High Pass Filter (HPF), ataupun DC
blocker.
Pada rangkaian ini, harga R22 dan R23 harus dihitung untuk mendapatkan tegangan bias tertentu, misalkan Vb.
Nantinya dalam pengujian, amplitude pulsa yang digunakan harus lebih kecil dari Vb, sehingga sinyal luaran tidak
akan menjadi negatif. Hasil simulasi transien step rangkaian CR-RR ini nampak sebagai berikut (Gambar 4-23).
Bandingkan dengan simulasi CR sebelumnya.
TF2106/Modul-4/18
4.4.9 RANGKAIAN RL
Rangkaian filter HPF pasif juga dapat dibuat menggunakan rangkaian yang terdiri dari sebuah resistor, R (di
depan) yang diseri dengan induktor, L (di belakang) sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4-24.
𝐿 (18)
𝜏=
𝑅
Hasil simulasi transien step rangkaian ini diberikan pada Gambar 4-25 di bawah ini. Nampak bahwa luaran akan
meloncat naik dengan cepat, lalu perlahan-lahan turun menuju 0 Volt, sama seperti hasil simulasi rangkaian CR.
Konstanta waktu pada grafik ini dapat dilihat ketika tegangan luaran (V2) mencapai (1 – 0,632) V1. Hasilnya akan
sama dengan perhitungan konstanta waktu rangkaian RL, dengan harga τ ≈ 0,00001 detik. Sementara itu ketika
sinyal masukan turun dari 1V ke 0 Volt, maka sinyal luaran V2 akan meloncat turun menjadi negatif, kemudian
naik perlahan menuju 0 Volt.
TF2106/Modul-4/19
Gambar 4-25 Hasil simulasi transien pulsa rangkaian RL.
Kemudian untuk menghitung frekuensi cut-off rangkaian RL dapat dihitung dengan persamaan,
𝑅 (18)
𝑓=
2𝜋𝐿
Pada simulasi ini digunakan nilai R 1kOhm dan L 10mH, sehingga frekuensi cut-offnya berada pada frekuensi
15909 Hz (~15 kHz). Gambar 4-26 berikut ini menunjukkan respon frekuensi ketika rangkaian RL diberi simulasi
AC sweep.
TF2106/Modul-4/20
Dari Gambar 4-26 di atas dapat dilihat bahwa respon frekuensi rangkaian RL sama dengan rangkaian CR di mana:
Secara umum, pengujian rangkaian elektronika dengan EScope ESP32 ditunjukkan pada Gambar 4-27 di
atas. Pada umumnya, koneksi yang terjadi pada rangkaian instrumentasi elektronika menggunakan EScope
adalah sebagai berikut:
• EScope terhubung dengan suatu komputer/laptop yang telah diinstall Arduino IDE melalui kabel
micro-USB type B sebagai jalur komunikasi data dan daya (hingga 0,5-0,9 A).
• EScope melalui pin AO0 dihubungkan ke input rangkaian elektronika yang dirangkai pada
breadboard untuk memberikan sinyal masukan.
• Output rangkaian dihubungkan ke EScope melalui pin AI0 dan/atau AI1 agar dapat diukur.
• Pin VI+ dan VI- pada EScope digunakan untuk mengukur tegangan, arus, atau hambatan layaknya
mengukur menggunakan multimeter.
• Jack power supply dihubungkan dengan catu daya (adapter/charger HP dengan spesifikasi 5V dan
1-2 A) melalui kabel daya 2,1mmx5,5mm untuk pengujian rangkaian aktif.
Tabel 4-2 berisi syntax perintah yang dapat dikirimkan dari Serial Monitor atau Serial Plotter.
TF2106/Modul-4/21
Tabel 4-2 Perintah yang dapat dikirimkan EScope
Sebagai catatan, nilai tegangan [VA] dan [VB] dimasukkan dalam bentuk persen, contohnya: [VA] = 0 = 0 V, [VA]
= 100 = 3,3 V. Selain perintah itu ada beberapa setting yang bisa diatur pada program EScope (Tabel 4-3).
Periode Sampel .TS [us] us : waktu (500-5000) Periode per sampel dalam micro-seconds
Periode Data .TD [ms] ms : waktu (1-30000) Periode per data dalam mili-seconds
Periode Aksi .TA [ms] ms : waktu (3000- Periode per aksi dalam mili-seconds
30000)
Signal Noise .SN [%] % : amplitude (1-100) Noise akan ditambahkan ke AO
TF2106/Modul-4/22
Sebagai contoh, untuk melakukan uji transien, luncurkan CalHyfter atau Serial Plotter Arduino IDE lalu gunakan
perintah:
Maka akan muncul grafik sinyal input dan output sebagai berikut (Gambar 4-29):
Gambar 4-29 Tampilan Serial Plotter dalam uji mode TS dengan noise
Sementara itu untuk uji AC-Sweep, gunakan CalHyfter atau Serial Monitor Arduino IDE lalu berikan perintah:
Hasilnya bisa di-save atau disalin-tempel ke spreadsheet untuk dibuat grafik diagram bode.
TF2106/Modul-4/23
4.5 TUGAS PENDAHULUAN
Pada praktikum ini kita akan melakukan uji transien pada rangkaian RC, rangkaian RL, maupun rangkaian CR-RR.
Sebagai persiapan, kerjakan tugas berikut.
1. Pada rangkaian RC, maupun CR-RR, digunakan harga R11A = R21A = 220 Ohm, R11B = R21B = 470 Ohm,
R11C = R21C = 1k Ohm dan C11 = C21 = 22 uF. Hitunglah konstanta waktu dan frekuensi cut-off untuk
setiap nilai R dan C-nya.
2. Pada rangkaian RL digunakan harga R21A = 220 Ohm, R21B = 470 Ohm, R21C = 1k Ohm, dan L21 =
10mH. Hitunglah konstanta waktu dan frekuensi cut off untuk setiap nilai R21-nya.
3. Pada rangkaian CR-RR, ingin digunakan rangkaian pembagi tegangan untuk memberi tegangan bias /
offset sekitar 1,0 hingga 2,0 Volt. Dari komponen yang ada di paket, cari harga R22 dan R23 terdekat
yang mungkin digunakan. Semakin besar semakin baik.
4. Gambarkan rangkaian RC, RL, dan CR-RR di Eagle.
a. Lakukan simulasi transien dengan input pulsa (Souce Type diset ke Pulse) sesuai Panduan
Teknis untuk melihat respon step-nya, dan amati konstanta waktu.
b. Lakukan simulasi transien dengan input sinusoidal (Source Type diset ke Sinusoidal) sesuai
Panduan Teknis untuk melihat respon sinus-nya. Amati apa yang terjadi pada V2.
c. Lakukan simulasi AC Sweep untuk melihat bode diagram-nya, lalu amati frekuensi cut-off.
5. Untuk persiapan praktikum siapkan alat seperti biasa (multimeter, tang potong), breadboard, EScope,
dan komponen sebagai berikut:
C11/C21 22 uF 1 - 1
6. Untuk kesiapan percobaan pertama praktikum, rangkai rangkaian RC pada breadboard dan ambil foto.
7. Untuk kesiapan percobaan pertama praktikum, rangkai rangkaian RL pada breadboard dan ambil foto.
8. Untuk kesiapan percobaan kedua praktikum, rangkai rangkaian CR-RR pada breadboard dan ambil foto.
TF2106/Modul-4/24
4.6 PRAKTIKUM
1. Rangkaian RC
a. Melihat respon transien rangkaian RC
b. Mencari time constant
c. Mengamati attenuasi
d. Melihat respon frekuensi rangkaian RC dan memperkenalkan fungsi RC sebagai LPF atau
sebagai penapisan noise
2. Rangkaian RL
a. Melihat respon transien rangkaian RL
b. Mencari time constant
c. Mengamati attenuasi
d. Melihat respon frekuensi rangkaian RL dan memperkenalkan fungsi RL sebagai HPF
3. Rangkaian CR-RR
a. Mengamati fungsi rangkaian CR sebagai coupling AC (menghilangkan DC dari sinyal input)
Sebelum praktikum, gunakan AVO meter untuk mengukur harga tahanan R11A – R11C dan R21A-R21C. Catat
hasil pengukuran.
Untuk percobaan rangkaian RC, siapkan komponen-komponen Anda pada breadboard seperti foto berikut.
C11
R11C
R11B
R11A
• Ketiga resistor R11A, R11B, dan R11C dipasang berdampingan dengan salah satu kaki berada pada
kolom yang sama, sedangkan kaki lainnya jangan ditancapkan pada kolom yang sama
• Kaki kapasitor C11 (+) ditancapkan satu kolom dengan salah satu kaki R11A, R11B, dan R11C.
• Kapasitor C11 ditancapkan pada satu kolom breabdboard (melintasi pembatas sehingga kedua kaki
tidak tersambung), dengan kaki (-) dihubungkan ke GND
TF2106/Modul-4/25
Untuk percobaan rangkaian RL, siapkan komponen-komponen Anda pada breadboard seperti foto berikut.
L21
R21C
R21B
R21A
• Ketiga resistor R21A, R21B, dan R21C dipasang berdampingan dengan salah satu kaki berada pada
kolom yang sama, sedangkan kaki lainnya jangan ditancapkan pada kolom yang sama
• Induktor L21 ditancapkan pada satu kolom breabdboard (melintasi pembatas sehingga kedua kaki
tidak tersambung), dengan salah satu kaki dihubungkan ke GND
• Salah satu kaki induktor L21 lainnya ditancapkan satu kolom dengan salah satu kaki R21A, R21B, dan
R21C.
Untuk percobaan rangkaian CR-RR, siapkan komponen-komponen Anda pada breadboard seperti foto berikut.
R22
R23 R21C C21
R21B
R21A
• Kaki (-) kapasitor C21 terkoneksi ke salah satu kaki R21A, R21B, dan R21C di mana salah satu kaki
resistor tersebut berada pada kolom yang sama.
• Kaki lain R21A/R21B/R21C terpisah (jangan ditancapkan pada kolom breadboard yang sama)
• Gunakan satu buah jumper untuk menghubungkan salah satu kaki resistor R21A/R21B/R21C ke node
antara R22 dan R23 (nantinya akan bergantian dari R21A ke R21B dan terakhir R21C).
• R22 dan R23 membentuk pembagi tegangan untuk offset bias rangkaian CR-RR antara 0 – 3.3V
TF2106/Modul-4/26
Setelah dirangkai, pasang kabel USB dari EScope ke laptop/komputer. Ukur tegangan antara R22 dan R23 dengan
AVO meter dengan menghubungkan probe AVO meter positif (merah) ke node R22 dan R23 sedangkan probe
AVO meter negatif (hitam) ke GND. Pastikan ada tegangan offset bias sekitar 1,0 – 2,0V.
PERHATIAN: demi keselamatan, selama merangkai board EScope harus dalam keadaan mati/tidak
terhubung melalui USB ke laptop atau komputer maupun tidak diberi catu daya eksternal
Percobaan 4.6.1a-b Rangkaian RC dan 4.6.2a-b Rangkaian RL akan menggunakan instrumen Generator Sinyal
dan Osiloskop. Pelajari kembali cara menggunakan instrumen tersebut dari Modul 2, baik untuk Generator Sinyal
dan Osiloskop GWINSTEK, RIGOL, maupun Hantek (Pada Panduan Praktikum ini diberikan contoh menggunakan
Osiloskop RIGOL, untuk jenis Osiloskop lainnya menyesuaikan).
Adapun Percobaan 4.6.1c bagian Noise dan Percobaan 4.6.3 Rangkaian CR-RR akan menggunakan EScope
sebagai pembangkit sinyal dan penjejak sinyalnya.
Di mana:
• Salah satu kaki R11A/R11B/R11C (disebut kaki input) diberi input sinyal dari Generator Sinyal (nantinya
input sinyal dari Generator Sinyal akan bergantian diberikan ke R11A, R11B, dan R11C)
• Probe Osiloskop CH1 dihubungkan ke kaki input sinyal dari Generator Sinyal (mengukur sinyal tegangan
input yang nanti akan bergantian mengukur tegangan di input R11A, R11B, dan R11C)
TF2106/Modul-4/27
• Probe Osiloskop CH2 dihubungkan ke node antara kaki output R11A/R11B/R11C dan kaki (+) kapasitor
C11 (mengukur sinyal tegangan output)
• Hubungkan seluruh probe ground (probe Generator Sinyal dan probe CH1 dan CH2 Osiloskop) ke GND
pada breadboard.
4. Atur kembali Generator Sinyal untuk mengeluarkan bentuk sinyal kotak/pulse dengan frekuensi 2 Hz
sehingga pada Osiloskop tampil sinyal input (CH1) dan sinyal output (CH2) seperti ini dan ambil
foto/screenshot:
5. Ulangi langkah 2-4 untuk pemberian sinyal input ke kaki R11B dan R11C.
TF2106/Modul-4/28
b. Percobaan Input Sinyal Sinusoidal
Pada percobaan ini kita akan melihat respon Rangkaian RC terhadap sinyal sinusoidal dengan nilai R11 yang
bervariasi. Fenomena yang akan kita pelajari adalah atenuasi sinyal, pergeseran fasa, dan respon frekuensi
rangkaian RC dengan memberikan sinyal sinusoidal dengan frekuensi yang bervariasi (1 Hz – 100 Hz).
Ambil foto/screenshot dan catat nilai amplitudo tegangan input (CH1) dan amplitudo tegangan output
(CH2).
4. Ulangi langkah 2-3 untuk variasi frekuensi 2-100 Hz, menggunakan panduan tabel di bawah ini
TF2106/Modul-4/29
70
80
90
100
5. Ulangi langkah 2-4 untuk pemberian sinyal input ke kaki R11B dan R11C.
6. Dari hasil pengisan tabel di atas, buat diagram bodenya dan coba tentukan frekuensi cut-off rangkaian
RC dengan perbedaan nilai R11.
c. Percobaan Noise
Pada percobaan ini, kita akan menggunakan EScope untuk membangkitkan sinyal yang mengandung noise
kemudian mempelajari fungsi Rangkaian RC sebagai low-pass filter pasif dan menapis derau (noise filter).
TF2106/Modul-4/30
TR 20 40 1
TS 20 60 1
TF2106/Modul-4/31
4.6.2 PERCOBAAN RANGKAIAN RL
Dari rangkaian yang sudah Anda siapkan, lengkapi rangkaian RL sebagai berikut:
Di mana:
• Salah satu kaki R21A/R21B/R21C (disebut kaki input) diberi input sinyal dari Generator Sinyal (nantinya
input sinyal dari Generator Sinyal akan bergantian diberikan ke R21A, R21B, dan R21C)
• Probe Osiloskop CH1 dihubungkan ke kaki input sinyal dari Generator Sinyal (mengukur sinyal tegangan
input yang nanti akan bergantian mengukur tegangan di input R21A, R21B, dan R21C)
• Probe Osiloskop CH2 dihubungkan ke node antara kaki output R21A/R21B/R21C dan kaki induktor L21
(mengukur sinyal tegangan output)
• Hubungkan seluruh probe ground (probe Generator Sinyal dan probe CH1 dan CH2 Osiloskop) ke GND
pada breadboard.
TF2106/Modul-4/32
4. Atur kembali Generator Sinyal untuk mengeluarkan bentuk sinyal kotak/pulse dengan frekuensi 2000
Hz (2 kHz) sehingga pada Osiloskop tampil sinyal input (CH1) dan sinyal output (CH2) seperti ini dan
ambil foto/screenshot:
5. Ulangi langkah 2-4 untuk pemberian sinyal input ke kaki R21B dan R21C.
TF2106/Modul-4/33
Ambil foto/screenshot dan catat nilai amplitudo tegangan input (CH1) dan amplitudo tegangan
output (CH2).
4. Ulangi langkah 2-3 untuk variasi frekuensi 2000-100.000 Hz, menggunakan panduan tabel di bawah
ini
5. Ulangi langkah 2-4 untuk pemberian sinyal input ke kaki R21B dan R21C.
6. Dari hasil pengisan tabel di atas, buat diagram bodenya dan coba tentukan frekuensi cut-off rangkaian
ini; bandingkan dengan hasil rangkaian RC sebelumnya.
TF2106/Modul-4/34
4.6.3 PERCOBAAN RANGKAIAN CR-RR
Pada percobaan ini akan diamati fungsi rangkaian HPF sebagai DC blocker. DC blocker adalah sebagai
penerus sinyal AC, dan menghilangkan offset DC. Percobaani ini tidak menggunakan instrumen
Generator Sinyal dan Osiloskop, melainkan menggunakan EScope.
Dari rangkaian yang sudah Anda siapkan, lengkapi rangkaian CR-RR sebagai berikut:
TF2106/Modul-4/35
TS 32 48 10
TS 48 65 10
TF2106/Modul-4/36
TS 65 80 10
TS 80 95 10
3. Amati output antara input V1 dan output V2. Perhatikan bagaimana sinyal input (V1) yang berbeda
akan menghasilkan V2 yang relatif sama.
4. Simpan setiap hasil pengukuran pada Calhyfter.
TF2106/Modul-4/37
5. Jika menggunakan Arduino IDE, lakukan pengukuran lagi dengan Serial Monitor, dan salin hasilnya
ke Spreadsheet.
6. Dari hasil tersebut, buat chartnya (satukan keempat hasil percobaan). Cobalah cari penjelasan
mengapa dihasilkan nilai V2 yang relatif sama meskipun sinyal input (V1)-nya berbeda-beda.
Selanjutnya, pada praktikum ini setiap regu mengukur rangkaian dengan adanya variasi harga R, bandingkanlah
ketiganya. Ambilah kesimpulan:
4.8 PUSTAKA
Kapasitor
• https://www.electronics-tutorials.ws/capacitor/cap_1.html
• https://id.wikihow.com/Membaca-Kapasitor
Induktor
• https://www.electronics-tutorials.ws/inductor/inductor.html
Rangkaian RCL
• https://www.electronics-tutorials.ws/rc/rc_1.html
• https://www.electronics-tutorials.ws/inductor/lr-circuits.html
• https://www.electronics-tutorials.ws/filter/filter_2.html
• https://www.electronics-tutorials.ws/filter/filter_3.html
TF2106/Modul-4/38