DAFTAR ISI
PERCOBAAN 1
Rangkaian Common Base
A. Tujuan Percobaan
1. Mengukur penguatan tegangan.
2. Mengukur penguatan arus.
3. Mengukur penguatan daya.
4. Mengukur beda fasa antara input dan output.
5. Mengukur resistansi input dan output.
B. Rangkaian
1
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
6. Osiloskop 1 buah
D. Langkah-langkah Percobaan
1. Rangkai sirkuit seperti pada gambar dan hubungkan dengan osiloskop.
Channel a = input = U1
Channel b = output = U2
2. Ukur tegangan input dan output selama frekuensi tetap (misal 1kHz) menggunakan
osiloskop. U1 = 10mVpp.
3. Pasang R3 selama mengukur arus input. Atur U1 = 10mV dan ukur U3.
4. Ukur beda fasa antara input dan output.
5. Sambungkan variabel resistor R = 47k paralel dengan U2 dibelakang C = 100uF. Atur
resistor sehingga U2=U2/2. Ukurlah resistansi resistornya.
E. Tugas
1. Berapa penguatan tegangannya?
2. Berapa penguatan arusnya?
3. Berapa penguatan dayanya?
4. Berapa resistansi input rangkaian?
5. Berapa resistansi output rangkaian?
6. Berapa resistansi output transistor?
2
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
PERCOBAAN 2
Rangkaian Common Emitter
A. Tujuan Percobaan
1. Mengukur penguatan tegangan.
2. Mengukur penguatan arus.
3. Mengukur penguatan daya.
4. Mengukur beda fasa antara input dan output.
5. Mengukur resistansi input dan output.
B. Rangkaian
3
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
D. Langkah-langkah Percobaan
1. Rangkai sirkuit seperti pada gambar dan hubungkan dengan osiloskop.
Channel a = input = U1
Channel b = output = U2
Atur R2 sehingga U2 mendekati 5 V, ukurlah resistansi R2.
2. Ukur tegangan input dan output selama frekuensi tetap (misal 1kHz) menggunakan
osiloskop. U1 = 10mVpp.
3. Pasang R3 selama mengukur arus input. Atur U1 = 10mV dan ukur U3.
4. Ukur beda fasa antara input dan output.
5. Sambungkan variabel resistor R = 47k paralel dengan U2 dibelakang C = 100uF. Atur
resistor sehingga U2=U2/2. Ukurlah resistansi resistornya.
E. Tugas
1. Berapa penguatan tegangannya?
2. Berapa penguatan arusnya?
3. Berapa penguatan dayanya?
4. Berapa resistansi input transistor?
5. Berapa resistansi output transistor?
4
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
PERCOBAAN 3
Rangkaian Common Collector
A. Tujuan Percobaan
1. Mengukur penguatan tegangan.
2. Mengukur penguatan arus.
3. Mengukur penguatan daya.
4. Mengukur beda fasa antara input dan output.
5. Mengukur resistansi input dan output.
B. Rangkaian
5
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
D. Langkah-langkah Percobaan
1. Rangkai sirkuit seperti pada gambar dan hubungkan dengan osiloskop.
Channel a = input = U1
Channel b = output = U2
2. Ukur tegangan input dan output selama frekuensi tetap (misal 1kHz) menggunakan
osiloskop. U1 = 2 Vpp.
3. Pasang R3 selama mengukur arus input. Atur U1 = 2mV dan ukur U3.
4. Ukur beda fasa antara input dan output.
5. Atur U1 = 0,10Vpp dan U2 = 50Vpp. Ukurlah besarnya RL.
E. Tugas
1. Berapa penguatan tegangannya?
2. Berapa penguatan arusnya?
3. Berapa penguatan dayanya?
4. Berapa resistansi input transistor?
5. Berapa resistansi output transistor?
6. Bandingkan hasil percobaan common base, common emitter, dan common collector
dalam satu tabel.
AV AI AP Rin Rout
CB
CE
CC
6
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
PERCOBAAN 4
Penguat Satu Tingkat dalam Konfigurasi Common Emitter
A. Tujuan Percobaan
1. Mengukur penguatan tegangan.
2. Mengukur batas tegangan output.
3. Mengukur beda fasa antara input dan output.
B. Rangkaian
5. Mikrofon
6. Power Supply
7. Function generator
8. Osiloskop
D. Langkah-langkah percobaan
1. Rangkai sirkuit seperti pada gambar, atur UE = 50mVpp, f = 1kHz dan atur osiloskop Y1
= 1/div, Y2 = 50mV/div, timebase 0,2 msec/div atau 0,2 µsec/div.
2. Ukur beda fasa antara sinyal input dan output.
3. Ukur tegangan output UA dan hitung tegangan UA (dengan kapasitor emitor CE).
4. Ulangi pengukuran tanpa menggunakan kapasitor CE.
5. Lepas kapasitor CE, perbesar tegangan input UE sampai UA mulai berubah bentuk.
6. Ukur UA dan UE dan hitung penguatan tegangan VU.
7. Ganti resistor beban RL dengan loudspeaker dan hubungkan mikrofon serta hubungkan
pula resistor 47k ke +12V.
E. Tugas
1. Apakah ada pengaruh terhadap penguatan tegangan VU tanpa menggunakan kapasitor?
2. Apa hubungan antara tegangan input UE dan tegangan output UA pada saat amplifier
mulai terpangkas?
8
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
PERCOBAAN 5
FILTER ANALOG FREKUENSI TINGGI
A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip kerja filter analog untuk aplikasi system
komunikasi.
2. Mahasiswa mampu menentukan jenis filter analog yang sesuai untuk tujuan
tertentu pada system komunikasi.
3. Mahasiswa mampu membuat grafik tanggapan frekuensi dari sebuah filter analog.
B. Alat dan Bahan
1. 1 set Osiloskop lengkap dengan konektornya.
2. Audio Generator
3. Kapasitor Variable
a. 500 pF 2 buah
b. 10 nF 1 buah
c. 1 nF 1 buah
4. Resistor
a. 1 KΩ
b. 47 KΩ
c. 100 KΩ
5. Induktor 140 µH 2 buah
6. Dioda AA118 1 buah
7. Multimeter 1 buah
8. Jumper
9. Billboard
9
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
C. Landasan Teori
Dikatakan filter aktif karena selain menggunakan beberapa resistor dan
kapasitor juga menggunakan beberapa komponen aktif seperti OpAmp, dengan
penguatan yang bisa diatur sesuai dengan yang kita inginkan. Besarnya nilai
tanggapan biasa dinyatakan dalam volt ataupun dalan dB dengan bentuk respon yang
berbeda pada setiap jenis filter. Besar nilai respon dapat diperoleh dari perhitungan
fungsi alih:
Frekuensi cut-off (fc) dari filter pasif lolos bawah (Low Pass Filter,LPF) dengan
RC dapat dituliskan dalam persamaan matematik sebagai berikut.
10
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
1
f c=
2 πRC
Rangkaian filter pasif LPF RC diatas terlihat seperti pembagi tegangan
menggunakan R. Dimana pada filter LPF RC ini teganga output diambil pada
titik pertemuan RC. Tegangan output (Vout) filter pasif LPF seperti terlihat
pada rangkaian diatas dapat diekspresikan dalam persamaan matematis sebagai
berikut.
1/ jωC
V out = ∙V¿
1/ ( jωC + R )
Besarnya penguatan tegangan (G) pada filter pasif yang ideal maksimum adalah
1 = 0dB yang hanya terjadi pada frekuensi sinyal input dibawah frekuensi cut-
off (fc). Penguatabn tegangan (G) filter LPF RC pasif dapat dituliskan dalam
persamaan matematis sebagai berikut.
G= | |
V out
V¿
Dan penguatan tegangan (G) LPF RC dapat dituliskan dalam satuan dB sebagai
berikut.
¿
2 2 2
Pada filtrer lolos bawah (low pass filter ,LPF) terdapat beberapa karakteristik
mendasar sebagai berikut.
Pada saat frekuensi sinyal input lebih rendah dari frekuensi cut-off (fc)
(fin << fc) maka penguatan tegangan / Gain (G) = 1 atau G=0dB.
Pada saat frekuensi sinyal input sama dengan frekuensi cut-off (fc) (fin =
fc) maka ω = 1/RC sehingga penguatan tegangan / Gain (G) menjadi -3
dB atau terjadi pelemahan tegangan sebesar 3 dB.
Pada saat frekuensi sinyal input lebih tinggi dari frekuensi cut-off (fc)
(fin >> fc) maka besarnya penguatan tegangan (G) = 1/ωRC atau G = -
20 log ωRC.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Filter Lolos Rendah (Low
Pass Filter, LPF) hanya meloloskan sinyal dengan frekuensi yang lebih
11
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Prinsip kerja dari filter high pass atau filter lolos atas adalah dengan
memanfaatkan karakteristik dasar komponen C dan R, dimana C akan mudah
melewatkan sinyal AC sesuai dengan nilai reaktansi kapasitifnya dan komponen
R yang lebih mudah melewatkan sinyal dengan frekuensi yang rendah. Prinsip
kerja rangkaian filter lolos atas atau high pass filter (HPF) dengan RC dapat
diuraikan sebagai berikut, apabila rangkaian filter high pass ini diberikan sinyal
input dengan frekuensi diatas frekuensi cut-off (ωc) maka sinyal tersebut akan
di lewatkan ke output rangkaian melalui komponen C. Kemudian pada saat
sinyal input yang diberikan ke rangkaian filter lolos atas atau high pass filter
memiliki frekuensi di bawah frekuensi cut-off (ωc) maka sinyal input tersebut
akan dilemahkan dengan cara dibuang ke ground melalui komponen R.
Frekuensi resonansi dari filter high-pass mengikuti nilai time constant (τ) dari
rangkaian RC tersebut. Sehingga frekuensi cut-off dari filter tersebut adalah :
1
f c=
2 πRC
12
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Grafik karakteristik dari high pass filter (HPF) atau filter lolos atas dengan
komponen RC dapat digambarkan dengan perbandingan antara tegangan output
filter terhadap frekuensi yang diberikan kepada rangkaian filter high pass (HPF)
tersebut. Untuk lebih jelasnya grafik karakteristik filter high pass (HPF)
ditunjukan pada gambar 3.
13
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Nilai frekuensi cut-off atas ditentukan oleh filter high-pass sebagai berikut:
1
f ch=
2 π R2 C 2
dan frekuensi cut-off bawah ditentukan oleh filter low-pass sebagai berikut:
1
f cl=
2 π R1 C1
14
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Filter low-pass disusun oleh R1,R2 dan C2 dengan konfigurasi “T” dan filter
high-pass disusun oleh C1,C3 dan R3 dengan susunan “T” sehingga filter ini
sering disebut dengan filter “Twin T”. Dengan menentukan nilai R1,R2 = 2*R3
dan nilai C1,C3 = 0,5*C2 maka besarnya frekuensi cutoff pada filter “Twin
T”adalah.
1
f c=
4 π R3C2
Karakteristik dari filter band stop atau filter band elimination ini dapat dilihat
pada gambar 7.
Dari grafik karakteristik dari band stop filter diatas terlihat bahwa tegangan dari
sinyal input pada frekuensi cut-off rangkaian filter akan dilemahkan dari level
aslinya dan sinyal dengan frekuensi di luar frekuensi cut-off baik diatas atau
dibawah frekuensi cut-off akan dilewakan ke output rangkaian filter band sop
(BPF) RC tersebut.
15
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
D. Rangkaian
1. Low Pass Filter
16
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
17
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
E. Prosedur Percobaan
1. Rangkailah rangkaiannya sesuai dengan rangkaian yang digambar
2. Ukurlah tegangan pada masing-masing Y1 dan Y2.
3. Isilah tabel dibawah ini dengan merubah nilai frekuensi seperti berikut
4. Buatlah grafik respon Y1 dan Y2
18
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Y1
Y2
PERCOBAAN 6
SYSTEM VUE
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengenal program System Vue
2. Mahasiswa dapat mengunakan Program System Vue untuk simulasi pembangkit
3. Mahasiswa dapat memahami sinyal Sinus dan Cosinus pada System Vue
19
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
SystemVue adalah sebuah lingkungan yang paling menarik dan inovatif untuk
desain baseband dan sistem komunikasi bandpass. SystemVue memiliki kemampuan
profesional yang luas yang mendukung pemrosesan sinyal digital (DSP) di dsp
microprossesor dan diprogram gate array (PGA), desain radio frekuensi analog (rf), dan
desain standar seperti IEEE 802.11g, bluetooth dan uwb. SystemVue juga dapat
digunakan untuk mensimulasikan thypical blok diagram representasi dari dasar-dasar
sistem komunikasi.
Dapat menampilkan ilustasi sinyal waktu dan spektrum baik kinerja ideal dan
terdegradasi akibat aditif kebisingan dan sistem non-linearities. SystemVue juga
memiliki kemampuan suara memanfaatkan wav file untuk input dan output. Suara dapat
digunakan untuk memperluas analisis untuk penilaian aural kinerja sistem komunikasi.
20
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
1. Work Space
Ketika Anda mulai SystemVue, ruang kerja yang kosong akan terbuka. Ruang
kerja memiliki toolbar perintah pada toolbar atas dan Model token sisi kiri ruang kerja.
Alat ini digunakan untuk membuat model simulasi dan mengamati bagaimana mereka
bekerja.
2. Token Toolbar
Toolbar Token berisi semua komponen yang dibutuhkan untuk membuat model sistem.
21
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Periodic (berkala)
Noise / PN (kebisingan)
Aperiodik, dan
22
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Import (mengimpor)
Sink Token adalah setara dengan osiloskop, spectrum analyzer, dan lain-
lail Selalu memberikan nama Sink Token yang bermakna. Nama ini digunakan
untuk label layar.
Analysis (analisa)
Numeric (angka)
Graphic (grafis)
Export (ekspor)
23
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Delay (penundaan)
Logic (logika)
Gain / Scale (penguatan / skala)
Non Linear
Algebraic (aljabar)
Functions (fungsi)
Phase / Frequency (Fase / Frekuensi)
Complex (kompleks)
Multiplex
25
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
3. Command Toolbar
Di SystemVue, urutan koneksi selalu sama, dari output dari satu token ke
masukan token yang lain. Tidak perlu untuk benar-benar menentukan input atau
output sejak SystemVue mengasumsikan bahwa Anda telah memilih output dari
26
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
token pertama yang telah Anda pilih dan ingin menghubungkannya ke masukan
dari token kedua yang telah Anda pilih.
Di SystemVue, urutan pemutusan selalu sama, dari output dari satu token
ke masukan token yang lain. Sekali lagi, tidak perlu untuk benar-benar
menentukan input atau output sejak SystemVue mengasumsikan bahwa Anda
telah memilih output dari token pertama yang telah Anda pilih dan ingin lepaskan
dari masukan dari token kedua yang telah Anda pilih.
27
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Memilih ikon ini akan menampilkan array yang menakjubkan grafik dan plot.
Yang paling sederhana dari semuasumber sinyal adalah sinewave. Ini memiliki
tiga atribut utama:
Amplitudo
Frekuensi
Phase
Instrumen yang paling penting yang digunakan untuk mengukur sinewaves adalah:
Multimeter
Osiloskop
Spectrumanalyzer.
28
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
30
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Ini adalah alat analisis yang sangat kuat. Pada tahap ini kita tertarik
pada fitur Spectrum. Perhatikan berbagai jenis analisis spektrum. Spektrum
Daya (dBm pada50ohm) perhitungan menghasilkan hasil yang sama sebagai
penganalisis spektrum standar. Untuk menghitung SpectrumDaya (dBm di
50ohm):
Jumlah sampel harus SetPower of2 (dalam hal ini 128). Ini
mengoptimalkan fungsi matematik ayang dikenal sebagaiFFT(Fast Fourier
31
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
32
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
5. Pulse
Dalam kasus pulsa persegi panjang sederhana, semua komponen frekuensi yang harmonik
(kelipatan integer) dari fundamental. Amplitudo komponen (bentuk keseluruhan dari amplop
harmonik) mengikuti sinc atau fungsi.
Sebuah pulsa rectangular terdiri dari harmonik genap dan ganjil dari fundamental.
Harmoni yang merupakan kelipatan integer dari durasi pulsa yang sama dengan nol.
Misalnya, setiap harmonik ke-4 pulsa dengan duty cycle25% sama dengan nol.
34
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
35
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
6. Triangle
36
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Model ini menggunakan Token Xtrnl (sebuah file teks eksternal) untuk mengubah
jalan ke dalam segitiga.
Model ini menggunakan Token Xtrnl (sebuah file tekseksternal) untuk mengubah jalan ke
dalam segitiga.
38
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Percobaan 7
Amplitudo Modulation
Modulasi amplitudo digunakan dalam radio komersial dan siaran televisi. Meskipun secara
tradisional digunakan dalam sistem analog, proses ini dapat disesuaikan untuk membawa
informasi digital.
Persamaan AM:
Indeks modulasi didefinisikan sebagai rasio amplitudo sinyal modulasi amplitudo sinyal
39
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Dari sini kita amati bahwa sidebands atas dan bawah dibuat ketika menggunakan modulasi
amplitudo. Amplitudo sideband: , dan total spektrum diduduki adalah dua kali
Sinyal AM sering dicirikan dalam hal kekuasaan, karena kekuasaan, yang digunakan untuk
menggerakkan antena. Daya total dalam 1 Ω resistor diberikan oleh:
Dari sini kita amati bahwa dengan indeks modulasi 0, daya yang ditransmisikan sama dengan
daya pembawa. Namun, ketika indeks modulasi 1, daya yang ditransmisikan total meningkat
1,5 kali daya pembawa. Pada 100% modulasi, hanya 1/3 dari total daya dalam sidebands atau
hanya 1/2 dari daya pembawa dalam sidebands.
Jika pembawa dimodulasi oleh sinyal yang kompleks, modulasi efektif dapat ditentukan oleh
kombinasi indeks modulasi masing-masing komponen.
40
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
1. AM Modulator
41
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Persamaan AM
Sebuah tanda AM
AM Sweep Input
Ini adalah penting bahwa periode token menyapu harus disinkronkan dengan
waktu sistem. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan menu Tools, global
Parameter Links, dan pengaturan periode sama dengan jumlah sampel kali langkah
waktu sistem (ns * dt)
42
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Dengan langsung menerapkan persamaan AM, operator dapat dikurangi dengan mengurangi
DC offset, sehingga membawa amplitudonya lebih dekat dengan yang sidebands.
43
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Salah satu dari tiga stasiun AM dapat dideteksi oleh penerima, hanya dengan menyesuaikan
frekuensi osilator lokal.
2. Switching Modulator
Unipolar Switching Moulator
Bipolar Switching Modulator
44
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
45
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
3. Frequency Shifting
Sistem jam dalam harus setidaknya 3-5 frekuensi tertinggi dalam model.
Sebuah sampling rate yang sangat tinggi akan diperlukan karena band siaran AM
meluas ke 1,5 MHz. Seperti tingkat tinggi akan masuk akal karena kita, dalam hal ini,
terutama tertarik pada sinyal baseband.
Oleh karena itu operator RF telah bergeser ke frekuensi 30 - 50 KHz, dan 455 KHz IF
telah diturunkan menjadi 20 KHz. (Ada teknik lain, menggunakan penipisan, yang
tidak memungkinkan berbagai sinyal dan clock rate.)
Periode menyapu baseband harus persis sama dengan waktu modeling. Hal ini
dapat dilakukan secara otomatis dengan menggunakan link parameter global dalam
menu tools. Atur periode menyapu ke dt * ns.
Broadcast Spectrum
Setiap stasiun siaran AM simulasi diberi amplitudo yang berbeda dan bandwidth
sinyal dalam rangka untuk membuat mereka lebih dibedakan.
46
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
AM Receivers
Sebuah penerima radio terdiri dari sebuah konverter bawah, IF bandpass filter,
amplop detektor, dan passband filter. Beberapa radio dapat menggunakan detektor
sinkron.
4. RF Mixer
Mixer Output
47
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
48
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Envelope Detector
Baseband Filter
Audio Output
Output audio yang hampir identik dengan sinyal asli yang digunakan untuk
memodulasi amplitudo pembawa transmisi. Setelah model telah dipahami dan
diverifikasi, dapat runtuh dengan menggunakan Meta Token. Ini memfasilitasi
penciptaan sistem yang lebih kompleks.
49
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Image Frequency
Ada dua frekuensi, satu di atas dan satu di bawah osilator lokal, yang jika mereka memasuki
bagian RF, akan heterodyne turun ke IF dan melewati detektor. Frekuensi yang tidak
diinginkan dikenal sebagai frekuensi gambar dan harus dihilangkan sebelum mencapai mixer.
Dalam penerima AM standar, frekuensi gambar lebih tinggi dari osilator lokal.
Frekuensi gambar bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari stasiun yang menarik
Rangkaian merdu di antena dan mixer masukan dirancang untuk menghilangkan frekuensi
gambar
Mixers
50
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Mencampur hanya waktu perkalian domain. Ini memiliki khasiat untuk menciptakan
penambahan dan pengurangan dalam domain frekuensi.
Ini berarti bahwa dua frekuensi baru telah dihasilkan, satu digeser ke atas dan yang lain
bergeser ke bawah dalam frekuensi. Sering kali filter digunakan untuk memilih salah satu
dari dua.
AM Mixers (Modulators)
Dari sini kita melihat bahwa AM melibatkan proses perkalian. Ada beberapa cara untuk
melakukan fungsi ini secara elektronik. Metode paling sederhana menggunakan switch.
Switching Modulators
Switching modulator semua dapat ditempatkan ke dalam dua kategori: unipolar dan bipolar.
51
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Hubungan tegangan-arus dari dioda tidak linier dekat lutut dan dalam bentuk:
. Koefisien a dan b adalah konstanta yang terkait dengan dioda itu sendiri.
52
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Setiap Super heterodyne penerima radio memiliki mixer. Tujuan itu adalah untuk menggeser
stasiun radio yang menarik ke frekuensi IF.
53
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
The mixer osilator input 455 KHz diatas frekuensi pembawa yang masuk.
Sebuah mixer yang ideal akan menggabungkan pembawa masuk dengan osilator lokal untuk
menciptakan jumlah dan perbedaan frekuensi.
54
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Sebuah mixer nyata menggabungkan dua sinyal dan menciptakan sejumlah frekuensi baru:
Tingkat DC
Dua frekuensi asli
Jumlah dan perbedaan dari dua frekuensi masukan
Harmonisa dari dua frekuensi masukan
Jumlah dan perbedaan dari semua harmonik
55
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Prinsip mixer output sinyal yang menarik adalah jumlah dan perbedaan frekuensi, baik yang
dapat digunakan sebagai IF. Namun, JIKA umumnya dipilih lebih rendah dari frekuensi
terendah yang diterima. Akibatnya, IF di radio AM telah standar untuk 455 KHz.
Mixer Comparasion
Mixer Outputs
Detectors
56
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Detektor koheren
Deteksi koheren bergantung pada regenerasi pembawa dan mencampurnya dengan sinyal
AM. Hal ini menciptakan jumlah dan perbedaan frekuensi. Perbedaan frekuensi sesuai
dengan modulasi sinyal asli.
Non-Coherent Detectors
Deteksi non-koheren tidak bergantung pada regenerasi sinyal pembawa. Detektor amplop
yang adalah yang paling umum, dan terdiri dari penyearah dioda sederhana dan detektor
puncak. Sebuah amplop detektor hanyalah penyearah setengah gelombang diikuti oleh low
pass filter.
Meskipun sinyal radio heterodyned ke 455 KHz frekuensi amplop tidak berubah. Dalam
penerima AM biasa tingkat amplop maksimum adalah 5 KHz.
Ada tiga jenis prinsip AM detektor:
Envelope (amplop)
Squaryng (Mengkuadratkan)
Sinkronis
CQUAM
57
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Ide dasar dibalik C-Quam modulator sebenarnya cukup sederhana. Tahap output adalah AM
modulator biasa namun, sinyal pembawa telah digantikan oleh terbatas modulator amplitudo
vektor. Oleh karena itu, output limiter benar-benar sinyal fase-termodulasi.
Sebuah AM receiver standar akan mendeteksi variasi amplitudo sebagai L + R. Sebuah
penerima stereo juga akan mendeteksi variasi fasa dan untuk mengekstrak LR. Ini kemudian
akan memproses sinyal-sinyal ini untuk memisahkan saluran kiri dan kanan. Untuk
mengaktifkan decoder stereo, 25 Hz nada pilot ditambahkan ke saluran LR.
Tunggal sideband adalah bentuk AM dengan carrier dan satu sideband dihapus. Dalam siaran
AM normal, pemancar berperingkat dalam hal daya pembawa.
SSB pemancar mencoba untuk menghilangkan pembawa dan salah satu sidebands. Oleh
karena itu, pemancar dinilai dalam PEP [daya selubung puncak].
Dengan sinyal suara normal, pemancar SSB output 1/4 sampai 1/3 PEP.
58
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
AM Modulation Waveforms
59
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
SSB Receivers
Receiver ini memerlukan osilator sangat stabil, baik yang berdekatan selektivitas saluran, dan
biasanya menggunakan teknik konversi ganda. Detektor Amplop tidak dapat digunakan
karena amplop bervariasi pada dua kali frekuensi amplop AM.
Osilator yang stabil diperlukan karena sinyal yang terdeteksi adalah sebanding dengan
perbedaan antara pembawa untransmitted dan band sisi seketika. Pergeseran kecil 50 Hz
membuat sinyal yang diterima tidak dapat digunakan.
Penerima SSB biasanya menggunakan tala frekuensi tetap daripada tuning terus menerus
seperti yang ditemukan pada kebanyakan radio. Penerima menggunakan osilator kristal untuk
memilih saluran frekuensi tetap.
60
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
61
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
62
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Filter Method
Cara termudah untuk membuat SSB adalah untuk menghasilkan DSBSC dan kemudian
menggunakan bandpass filter untuk mengekstrak salah satu sidebands.
Teknik ini dapat digunakan pada frekuensi carrier yang relatif rendah. Pada frekuensi tinggi,
Q dari filter menjadi sangat tinggi. Yang diperlukan Q yang diperlukan untuk menyaring dari
salah satu sidebands dapat didekati dengan:
63
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Beberapa jenis filter yang digunakan untuk menekan sidebands yang tidak diinginkan:
Mixer Output
64
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
SSB Output
Dalam rangka untuk mengurangi tuntutan ditempatkan pada filter, teknik heterodyne ganda
dapat digunakan.
65
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
66
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
67
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
68
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Final Output
Kesulitan utama dengan teknik ini adalah kebutuhan untuk memberikan pergeseran fasa 90o
konstan selama seluruh band input audio. Untuk mengatasi kendala ini, metode Weaver atau
ketiga menggunakan sub pembawa audio, yang merupakan fase bergeser.
Weaver method
Ini memiliki keuntungan tidak membutuhkan fase shifter broadband Namun, penggunaan
empat mixer membuatnya canggung dan jarang digunakan.
69
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Final Output
70
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Percobaan 8
Frekuensi Modulasi
Pengertian FM
Modulasi frekuensi didefinisikan sebagai deviasi frekuensi sesaat sinyal pembawa (dari
frekuensi tak termodulasinya) sesuai dengan amplitudo sesaat sinyal pemodulasi. Sinyal
pembawa dapat berupa gelombang sinus, sedangkan sinyal pemodulasi (informasi) dapat
berupa gelombang apa saja (sinusoidal, kotak, segitiga, atau sinyal lain misalnya sinyal
audio). Gambar 1 mengilustrasikan modulasi frekuensi sinyal pembawa sinusoidal dengan
menggunakan sinyal pemodulasi yang juga berbentuk sinyal sinusoidal. Secara matematis,
sinyal termodulasi FM dapat dinyatakan dengan :
dengan:
em : sinyal pemodulasi
ec : sinyal pembawa
mf : indeks modulasi FM
71
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Indeks Modulasi FM
Seperti telah dibahas, pada modulasi frekuensi maka frekuensi sinyal pembawa
diubah-ubah sehingga besarnya sebanding dengan dengan besarnya amplitudo sinyal
pemodulasi. Semakin besar amplitudo sinyal pemodulasi, maka semakin besar pula frekuensi
sinyal termodulasi FM. Besar selisih antara frekuensi sinyal termodulasi FM pada suatu saat
dengan frekuensi sinyal pembawa disebut deviasi frekuensi. Deviasi frekuensi maksimum
didefinisikan sebagai selisih antara frekuensi sinyal termodulasi tertinggi dengan
terendahnya.
Indeks modulasi FM (mf) merupakan perbandingan antara deviasi frekuensi
mf = δ / fm
dengan:
mf : indeks modulasi FM
Besarnya indeks modulasi FM dapat dipilih sebesar mungkin sejauh tersedia bandwidth
(lebar bidang) untuk keperluan transmisinya. Biasanya besarnya indeks modulasi ini akan
dimaksimalkan dengan cara mengatur besarnya deviasi frekuensi maksimal yang diijinkan.
Indeks modulasi FM didefinisikan sebagai rasio deviasi carrier untuk modulasi frekuensi:
Sebuah plot amplitudo dari carrier dan lima pertama frekuensi sisi sebagai fungsi dari indeks
modulasi menyerupai:
73
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
74
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
75
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
76
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
eFM = Vc J0 mf sin ωc t
77
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
+ ………
Dengan:
mf : indeks modulasi FM
dan
Vc J0 (mf) sin ωc t = komponen frekuensi pembawa
Vc{J1 (mf) [sin (ωc+ωm)t - sin (ωc - ωm)t]} = komp. bid. sisi pertama
Vc {J2 (mf) [sin (ωc + 2ωm )t - sin (ωc - 2ωm )t]} = komp. bid. sisi ke-dua
vc {J3 (mf) [sin (ωc + 3ωm )t - sin (ωc - 3ωm )t]} = komp. bid. sisi ke-tiga
Vc {J4 (mf) [sin (ωc + 4ωm )t - sin (ωc - 4ωm )t]} = komp. bid. sisi ke-empat
Vc {J4 (mf) [sin (ωc + 5ωm )t - sin (ωc - 5ωm )t]} = komp. bid. sisi ke-lima dst
Penyelesaian fungsi Bessel orde ke-n untuk berbagai indeks modulasi dapat dilihat pada
gambar 11 dan tabel fungsi Bessel.
78
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
β = mf : indeks modulasi
Lebar bandwidth pada modulasi FM dapat ditentukan menggunakan teorema carson sebagai
berikut :
BW{FM}=2(f{d}+f{m})
dimana,
fd = frekuensi deviasi
79
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Gambar 11. Penyelesaian fungsi Bessel orde ke-n untuk berbagai indeks modulasi
80
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Dengan n adalah nilai tertinggi komponen bidang-sisi dan fm adalah frekuensi tertinggi
pemodulasi. Oleh karena pada kenyataannya nilai n mencapai tak hingga, maka secara teoritis
lebar bidang yang dibutuhkan adalah tak hingga pula. Namun, amplitudo komponen bidang
sisi untuk n yang bernilai besar menjadi tidak terlalu signifikan sehingga kontribusinya dapat
diabaikan. Dengan pertimbangan ini, maka nilai n yang digunakan untuk menentukan lebar
bidang adalah nilai n yang masih memberikan kontribusi signifikan pada amplitudo
komponen bidang sisinya. Kontribusi yang dapat dianggap signifikan adalah yang
memberikan tegangan sebesar minimal 1% atau – 40 dB. Hal ini dapat dilihat pada tabel
fungsi Bessel, misalnya untuk mf sebesar 5 maka jumlah n yang signifikan adalah 8 (sampai
Pada tahun 1938 J.R. Carson menyatakan bahwa untuk mentransmisikan sinyal termodulasi
FM dibutuhkan lebar bidang minimal dua kali jumlahan deviasi frekuensi dengan frekuensi
maksimum sinyal termodulasi. Selanjutnya hal ini dikenal dengan Carson’s rule dan dapat
dinyatakan sebagai:
BW = 2 ( δ + fm )
dengan δ adalah deviasi frekuensi dan fm adalah frekuensi tertinggi sinyal pemodulasi.
FCC telah mengalokasikan lebar bidang sebesar 200 kHz untuk siaran FM (disebut FM
bidang lebar atau wideband FM). Deviasi frekuensi maksimum yang diijinkan adalah sebesar
δ = ± 75 kHz. Dengan batasan ini, maka besarnya indeks modulasi juga dibatasi (mulai
sebesar mf = 5 untuk fm=15 kHz hingga sebesar mf=1500 untuk fm=50 Hz). Gambar 13
AM yaitu hanya sebesar 2 x fm. Contoh FM bidang sempit antara lain sistem radio mobil
untuk polisi, dinas kebakaran, pelayanan taksi, telefon seluler, radio amatir, dan lain-lain.
Stereo Modulator
FM Stereo Modulator
Stereo mensyaratkan bahwa ada sinyal pita twobase. Banyak stasiun radio juga disiarkan
saluran 3 yang digunakan untuk musik latar belakang. Sinyal-sinyal baseband multiplexing
bersama-sama dan digunakan untuk memodulasi frekuensi pembawa FM.
82
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
83
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
84
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
PERCOBAAN 9
A. Tujuan Percobaan
1. Program MATLAB
2. Modul praktikum Telekomunikasi
C. Pendahuluan
85
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
86
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Untuk elemen x yang lebih rumit misalkan -3π ≤ x ≤ -2π, maka digunakan
sintaks linspace, dimana dalam hal ini sintaks linspace akan membuat jarak sesuai
banyak linspace yang diperlukan.
Sintak yang digunakan adalah x = linspace (initial value, final value,
banyaknya elemen). Sebagai contoh jika memasukan x = linspace (0,0.2,5) maka
jawabannya (answer) adalah ans = 0 0.05 0.1 0.15 0.20.
Adapun sintaks lain yang dapat digunakan, yaitu logspace. Logspace ini
secara khusus akan menjadikan batas awal dan akhir (yang dimasukan pada sintak
logspace) menjadi pangkat dari 10. Misal sintaksnya adalah logspace (0,1,5) maka
ans = 1.00 1.78 3.16 5.62 10.00, dengan kata lain sintak logspace akan
membuat 5 elemen secara logaritmik dengan interval 100 hingga 101.
Sintak yang dapat digunakan dari tabel diatas misal: plot (x,y,’g:*’) yang
diartikan bahwa grafik tersebut akan digambar dengan warna hijau bintang dengan
garis titik (dotted).
88
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Dengan sintak grid on, maka mengaktifkan kisi (grid), pada grafik. Sedangkan,
sintak hold off akan menghilangkan grid pada grafik.
Pengetikan sederhana dari grid pada grafik adalah mengganti dalam dua buah
mode. Teks disamping x-axis dan y-axis dapat dibuat menggunakan sintak xlabel
dan ylabel. Sebuah judul grafik dapat dimasukan dalam sintak titile. Berikut
merupakan contoh dari penggunaan sintak grid.
Instruksi Hasil Keterangan
x=linspace(0,2*pi,150); Mendefinisikan
plot(x,cos(x) vektor x dan
, ’r*’,x,sin(x) ,’k’) menggambarkan
cos(x) dan
sin(x).
Grid Ditambahkan
garis kisi (grid).
Teks dapat dibuat pada titik yang spesifik pada gambar dengan cara
mengetikan sintak “text (x,y,’string’)”, dimana (x,y) adalah koordinat dimana titik
yang akan diberi nama. Cara yang paling mudah adalah memasukan teks kedalam
grafik menggunakan sintak “gtext (‘string’)”, dimana teks dimasukan dengan
menggunakan mouse untuk memilih titik. Sintak “legend (‘string1’,’string2’,...)”
mengatur legenda pada gambar menggunakan beberapa kata yang spesifik sebagai
label. Legenda dihapus dengan mengetikan “legend off”. Maka, sintak “axis
([x_min, x_max, y_min, y_max])” mengkhususkan batas hanya untuk 2 sumbu.
Jika batas sumbu-x dirubah, maka sintak yang digunakan adalah “xlim ([x_min,
89
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
90
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Sintak yang digunakan untuk membuat grafik dalam koordinat polar adalah
“polar (theta,r)”, dimana theta merupakan sudut (dalam satuan radian), dan r
merupakan jarak dari sumbu pusat.
91
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
D. Langkah-langkah Percobaan
Berikut merupakan cara untuk memperoleh grafik fungsi yang lebih baik.
92
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
93
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Berikut merupakan langkah untuk menggambar fungsi y(x) = x 2 cos (x), g(x) = x
cos (x), dan f(x) = 2x sin (x), 0 ≤ x ≤ 2π.
94
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Langkah untuk menggunakan beberapa tanda (ciri) khusus pada gambar yang
berisi beberapa fungsi adalah sebagai berikut.
95
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
96
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
97
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
98
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
99
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
100
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
{
1 ,−2≤ t ≤ 2
f ( t )= 0 , 2<t <5
t sin (4 πt) , 5≤ t ≤ 8
f1=ones(size(t1)); Merupakan f1
yang sama
dengan t1. Jika
penulisan f1=1,
maka plot tidak
dapat dibuat,
karena vektor
lainnya tidaklah
sama.
f2=zeros(size(t2)); f(t) kedua bernilai
nol (zero).
f3=t3.*sin(4*pi*t3) f3 merupakan f(t)
; dari t3 yang
memiliki fungsi
sin (4π t3)
t=[t1 t2 t3]; Tiga waktu
interval
digabungkan, dari
interval -2 hingga
8.
f=[f1 f2 f3]; Ketiga fungsi
digabungkan
101
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
untuk kesatuan
fungsi.
zlabel
(‘z=sin(x)’)
z=f ( x , y )=x + y ,1 ≤ x ≤ 5 ,1 ≤ y ≤ 5.
102
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
103
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
E. Tugas
[catatan: gunakan matriks dan salah satu sintak matriksnya “Z = zeros (size(X));”]
104
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
PERCOBAAN 10
SINYAL
A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengaplikasikan sistem menggunakan Software MATLAB
Mahasiswa dapat mengaplikasikan fungsi Sinyal Waktu Kontinyu menggunakan
Software MATLAB.
Mahasiswa dapat mengaplikasikan fungsi Sinyal Waktu Diskrit menggunakan
Software MATLAB.
C. Teori Dasar
Definisi Sinyal
Sinyal didefinisikan sebagai kuantitas alami yang bervariasi sesuai dengan satu atau
lebih variabel yang independen seperti waktu dan ruang. Waktu biasanya merupakan
variabel yang independen, tetapi variabel seperti frekuensi dapat juga dipertimbangkan.
Contoh dari sinyal adalah suara, gambar, arus listrik, tegangan, pesan yang
ditransmisikan, dan lain-lain. Dari fungsi matematika, sinyal digambarkan oleh fungsi
105
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
dari satu atau variabel bebas. Menurut jumlah variabel independen, sinyal
dicirikan sebagai satu dimensi (1-D), dua dimensi (2-D), atau sinyal multidimensi.
c. Sinyal Digital
Sinyal digital adalah sinyal yang kedua variabel nya bebas dan tidak bebas
(bergantung) yang mengambil nilai diskrit.
b. Sinyal Eksponensial
106
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Sinyal eksponensial adalah sinyaldalam bentuk x(t) = Aebt. Jika b > 0, fungsi x(t)
meningkat ketika b < 0, x(t) adalah fungsi penurunan. Pada t = 0 sinyal
mengambil nilai x(0) = A sebagai ebt = 1.
c. Fungsi u(t)
Fungsi u(t) ditentukan oleh:
Namun, u(t) adalah sinyal waktu kontiny; sehingga nilai t = 0 dapat dihilangkan
dan u(t) dapat didfenisikan sebagai
D. Langkah Percobaan
1. Langkah untuk menggambar fungsi sinyal analog y(t) = cos(t), 0≤ t ≤10
107
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
2. Langkah untuk menggambar fungsi Sinyal Waktu Diskrit y(n) = cos[n]. Perhatikan
bahwa ketika mengacu pada waktu diskrit variabel n biasanya digunakan untuk
menyatakan waktu.
108
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
3. Langkah untuk menggambar fungsi Sinyal Digital y[n] = cos[n] diplot sekali lagi,
tetapi kita menggunakan instruksi round untuk membatasi nilai-nilai y[n]. Artinya,
y[n] dapat -1, 0, 1.
diskrit
plot(n,y,’:o’) Grafik sinyal waktu
diskrit menggunakan
instruksi plot dengan
sintak yang tepat. Poin
yang ditentukan oleh
lingkaran adalah nilai-
nilai y[n].
4. Langkah untuk menggambarkan Sinyal Sinusoida x(t) = 3 cos(3 πt+ π /3) di empat
periode
110
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
5. Gambarkan fungsi sinyal eksponensial x(t) = 3e0.4t dan y(t) = 2e-0.9t pada interval
waktu -2 ≤ t ≤ 5.
Instruksi Hasil/Keterangan
111
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
t = -2 : . 1 : 5 ;
x = 3*exp (0 . 4*t);
y = 2*exp (-0.9*t);
plot (t , y , t , y, ’ : ’);
legend (‘x (t)’ , ’ y (t) ’)
112
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
113
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
114
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
7. Langkah untuk menggambarkan sinyal pulsa kotak, T = 4, maka sinyal p4(t) memiliki
durasi T = 4 dengan pusat pada t = 0.
115
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Intruksi Hasil
116
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
117
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Sinusoidal Sequence
Gambarkan sinyal sinusoida x[n] = 2cos(n/2 + π /4 ), 0 ≤ n ≥20 dan y[n] = 2 cos (n π /6+
n π /4 ) y[n] = 2 cos (n π /6+ n π / 4 ), 0 ≤ n ≥20
Intruksi Hasil
118
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
119
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
PERCOBAAN 11
SISTEM
A. Tujuan Percobaan
1. Program MATLAB
C. Pendahuluan
Sebuah sistem merupakan konsep dengan beragam fungsi yang digunakan dalam
berbagai kehidupan sehari-hari. Dalam pandangan teknik elektro, sistem merupakan
kesatuan manipulasi satu atau lebih sinyal untuk menunjukkan sebuah operasi dan
mengembalikan hasil operasi sebagai satu atau lebih sinyal. Pengertian umum lainnya,
bahwa sistem waktu kontinu atau waktu diskrit merupakan kesatuan yang merubah
sinyal masukan x(t) atau x[n] menjadi keluaran y(t) atau y[n] yang menunjukan keluaran
operasi tertentu. Transformasi x(t) atau x[n] ditunjukan dengan y(t)=S[x(t)] atau
y[n]=S[x[n]], dimana S merupakan sistem. Dalam sebuah sinyal sistem, sebuah sistem
dianggap sebagai black box, yang berarti sistem memeriksa hubungan dengan masukan,
keluaran, dan segala sesuatunya tanpa perlu mengetahui masukannya bekerja.
Sebuah contoh sederhana adalah gitar elektrik. Dengan gitar yang dipetik merupakan
masukannya, maka gitar elektrik, penguat, dan boks speaker merupakan sebuah sistem.
Maka keluaran sinyal berbeda dengan sinyal masukannya (suaranya lebih keras, misal
memiliki amplitudo yang lebih besar dan biasanya durasi yang lebih lama). Dengan
pendekatan black box, kita akan memperhatikan sinyal masukan dan keluarannya,
dibandingkan dengan memperhatikan implementasi dalam sistem tersebut (contohnya
rangkaian amplifier).
120
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
1. Klasifikasi Sistem
a. Sistem Berdasarkan Jumlah Masukan dan Keluaran
1.) Sistem Single-input single-output (SISO)
Gambar 3.1 menunjukan sistem SISO, dimana pada sistem ini menunjukan
hubungan I/O dalam bentuk sebuah masukan x(t) dan sebuah keluaran y(t) yang
merupakan respon sistem terhadap sinyal masukan.
121
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
122
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Beberapa sinyal menjadi masukan, begitupun keluaran dari sistem ini adalah
beberapa keluaran. Gambar 3.4 (b) menunjukan blok diagram dari sistem MIMO
ini.
(a) (b)
Gambar 3.4 (a) Blok Diagram Sistem SIMO (b Blok Diagram Sistem MIMO)
123
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
2. Sifat Sistem
Ada beberapa sifat sistem yang terdapat dalam sebuah sistem, baik waktu
kontinyu dan waktu diskrit, adalah sebagai berikut.
setiap sinyal masukan x(t), bersamaan dengan y(t) tergantung hanya pada nilai
sekarang dan nilai sebelum dari x(t). Begitupun dengan sistem jika dimasukan
sinyal waktu diskrit, sistem disebut kausal, jika keluaran y[n0] pada waktu n=n0
tergantung hanya pada nilai masukan x[n] untuk n≤ n0. Semua sistem normal
adalah kausal. Tetapi pada teknik, banyak sekali sistem non-kausal, contohnya
adalah pemrosesan data offline.
Dan berikut merupakan sifat homogenitas dengan setiap nilai skalar a untuk
setiap masukan x(t).
S [ ax ( t ) ]=aS[ x ( t ) ]
125
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Dan untuk sistem varian waktu adalah adanya perbedaan waktu geser pada
hasil keluaran jika dibandingkan dengan sinyal masukan.
D. Langkah-Langkah Percobaan
126
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Jika sistem pertama (S1) memiliki hubungan i/o y(t)=x(t+1), dan sistem kedua (S2)
memiliki hubungan i/o y(t)=x(t-1). Gunakan masukan x(t)=u(t)-u(t-1). Tentukan
sistem kausal atau non-kausal.
{
x2 = ones(size(t2)); 1 , 0 ≤ t ≤1
u(t-1)¿
t3 = 1 : .1 : 3; 0 , elsewhere
x3 = zeros(size(t3));
t = [t1 t2 t3];
x = [x1 x2 x3];
plot (t,x);
ylim ([-0.1 1.1]);
legend (‘x(t)’)
127
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
a. Gunakan masukan x(t)=u(t)-u(t-1). Jika sistem pertama (S1) memiliki hubungan i/o
y(t)=3x(t), dan sistem kedua (S2) memiliki hubungan i/o y(t)=x(t)+(t-1).. Tentukan
sistem statis atau dinamis.
{01, elsewhere
x2 = ones(size(t2)); , 0 ≤ t ≤1
u(t-1)¿
t3 = 1 : .1 : 3;
x3 = zeros(size(t3));
t = [t1 t2 t3];
x = [x1 x2 x3];
plot (t,x);
ylim ([-0.1 1.1]);
legend (‘x(t)’)
128
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Untuk sistem kedua yang memiliki hubungan i/o y(t)=x(t)+x(t-1), ingat kembali
bahwa x(t)=u(t)-u(t-1)=1, 0≤t≤1; dengan demikian x(t-1)=u(t-1)-u(t-2)=1, 1≤t≤2
dan y(t)=u(t)-u(t-2)=1, 0≤t≤2. Nilai dari y(t) tergantung pada nilai masa lampau x(t),
jadi sistem tersebut adalah dinamis.
b. Tentukan jika waktu diskrit dengan hubungan i/o y[n]=x2[n] dan y[n]=x[n/2] adalah
sistem statis atau dinamis. Gunakan masukan x[n]=[0 1 2 3 4], -1≤n≤3.
statis.
a = 1/2; Hubungan i/o y[n]=x[n/2]
y = upsample (x,1/a) dimana sebagai contoh
stem (-2:7,y); nilai y[n] untuk n=6
axis([-2.2 7.2-.1 4.1]); tergantung pada nilai x[n]
legend (‘y_2[n]’) untuk n=3. Sistem tersebut
merupakan sistem dengan
memori (dinamis).
a1=2;
a2=3;
z=a1*x1+a2*x2;
130
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
z1=2*x1;
z2=2*x2;
z=a1*x1+a2*x2;
y = a1*z1+a2*z2; Sisi kanan dari persamaan
plot (t,y); 3.1 atau a1S[x1(t)]+
ylim ([-1 11]); a2S[x2(t)] dikomputerisasi
dan hasilnya ditampilkan.
Dari dua grafik diperoleh hasil yang sama, sehingga hubungan y(t)=2x(t) adalah
linear.
a2 = 3;
z = a1*x1+a2*x2;
y1 = 2.^z
z1 = 2.^x1; Komputerisasi sisi kanan
z2 = 2.^x2; dari persamaan 3.2.
y2 = a1*z1+a2*z2 Hasil dari kedua sisi
y2 = 10.0000 7.8450 5.3649
berbeda, sehingga dapat
4.3625 4.5637 6.1618
disimpulkan bahwa
y[n]=2x[n] adalah tidak
linear.
a. Jika keluaran sinyal y(t)=te-tx(t). Tentukan jika sistem adalah invarian waktu dengan
menggunakan masukan sinyal x(t)=u(t)-u(t-5).
2.) Plot respon sistem y(t) dengan menggeser 3 unit ke kanan untuk
merepresentasikan sinyal y1(t)=y(t-3).
1.) Plot terlebih dahulu masukan sinyal x(t) yang digeser sebanyak 3 unit ke kanan
untuk merepresentasikan x(t-3)
132
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Dari dua grafik yang diperoleh, kedua grafik tidak sama. Sehingga, hubungan i/o
y(t)=te-tx(t) adalah varian waktu, karena keluaran sistem tergantung pada keluaran
waktu t diluar dari x(t).
133
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Sama dengan cara untuk waktu sinyal kontinyu, maka sinyal waktu diskrit adalah.
1.) Plot terlebih dahulu y[n] digeser sebanyak 2 unit ke kanan, sehingga didapatkan
sinyal y[n-2].
2.) Sinyal masukan x[n] digeser 2 unit ke kanan untuk mendapatkan sinyal x[n-2].
3.) Sistem respon S[x[n-2]] terhadap sinyal masukan x[n-2] dikomputerisasi dan
jika sama dengan y[n-2], maka sistem tersebut invarian waktu.
134
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Dapat disimpulkan bahwa, untuk y1(t)=3x(t) adalah invertible, karena sistem pertama
adalah satu persatu sebagai nilai masukan yang berbeda pada nilai keluaran yang
berbeda (keduanya sama). Sedangkan, untuk y2(t)=x2(t) tidak satu persatu yaitu nilai
masukan yang berbeda dengan nilai keluaran. Sehingga, hubungan i/o y2(t)=x2(t)
adalah tidak invertible.
Hubungan i/o pada sistem pertama adalah z1[n]=(1/3)y1[n], sedangkan pada sistem
kedua (meskipun sistem ini bukan invertible) kita coba dengan hubungan i/o z2[n]=
√ y 1 [n ].
Dengan sinyal masukan x(t)=cos(2πt), digunakan pada hubungan i/o y1(t)=x2(t) dan
y2(t)=tx(t).
136
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
E. Tugas
Tentukan sistem yang memiliki hubungan i/o y(t)=cos (x(t)) apakah statis atau dinamis!
137
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
PERCOBAAN 12
A. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengaplikasikan Model Elektrostatis Antara Dua Beban Bola pada
Software CST EM STUDIO.
C. TEORI DASAR
Model elektrotatis antara dua beban bola ini dapat dengan mudah dikonstruksikan dan
disimulasikan dengan menggunakan software CST EM STUDIO, frekuensi rendah dan
statika modul CST STUDIO SUITE.
Model CAD memiliki sebuah objek yang telah ditetapkan dan sehingga setup cepat
dilakukan. Pilihan pada sebuah definisi potensial dapat ditemukan dalam simulasi pita
(ribbon). Dengan memilih open boundary conditions, bidang simetri yang tepat dan
tetrahedral mesh dengan elemen kurva, simulasi dapat dengan mudah dan akurat. Dalam
rangka meningkatkan akurasi simulasi. Sebuah vakum bola yang ditetapkan disetiap
lingkup PEC. Dengan radius 0,1 m lebih besar dari lingkup PEC. Ini menghasilkan mesh
padat di sekitar bola, dimana gradien bidang diharapkan menjadi yang terbesar.
138
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Agar dapat mengekstrak nilai bidang pada titik tertentu dalam domain perhitungan 3
dimensi, proses pemasangan template 3d “Evaluasi bidang pada koordinat acak” yang
digunakan.
D. Langkah Percobaan
1. Buka program CST pada PC/Komputer.
2. Klik file > new akan muncul tampilan seperti berikut:
3. Pilih CST EM STUDIO > Ok
139
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
140
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
141
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
6. Gambar model Sphere di bawah ini, terlihat pada tampilan 3D (atas) dan di 2D
menggunakan potongan bagian(bawah).
142
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
9. Pilih Menu Boundary Condition pilih Boundaries dan parameter yang ada di dalamnya
harus semuanya “Open”. Kemudian pilih Symetry Planes dan pada YZ pilih “Electric”.
Dan pada XZ dan XY pilih “Magnetic” seperti gambar di bawah ini.
143
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
144
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
10. Pada menu Simulation pilih Mesh Properties dan masukan nilai Cells per max modl box
edge pada bagian Model sebesar 60 dan Background sebesar 12, seperti gambar di bawah
ini.
11. Pada menu Simulation pilih Setup Solver dan matikan “Mesh Adaption” dan klik Start.
12. Setelah itu buka “Templated Based Post Processing” pada menu bar “2D and 3D Field
Results” pilih “Evaluate Field in arbitrary Coordinates”.
145
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
146
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
13. Setelah template telah dibuat, klik "Evaluate All" untuk menghitung bidang pada titik
P2.
14. Analisis Hasil Grafiknya E-Field [Es].
147
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
PERCOBAAN 13
LILITAN HELMHOLTZ
A. Tujuan Percobaan
C. Pendahuluan
Dua buah kawat melingkar yang sesumbu, masing-masing terdiri dari N-buah lilitan
dan diberi arus I yang searah.
148
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Jika titik P berada di tengah-tengah kumparan (z=b), maka karena arusnya searah,
induksi magnet di titik P sama dengan nol.
Di z=b, maka:
Turunan ini menjadi nol, jika R2-4b2=0, maka jarak kedua kumparan adalah
2b=R
Berarti bahwa jarak antara kedua kumparan harus sama dengan jari-jari kumparan.
Sehingga induksi magnet di titik P menjadi:
149
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
B = const.I
N
Maka besarnya konstanta adalah: const.=0,72µ0
R
D. Langkah-Langkah Percobaan
1. Mulai modul CST EM STUDIO tanpa project template dan pilih M-static solver
(gambar ) pada bagian home.
2. Masuk pada toolbar modeling, lalu pilih circle pada bagian curves.
151
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Untuk membuat lingkaran kedua, pilih kembali toolbar transform translate. Dan
pilih copy, lalu pada posisi Z isikan dengan parameter 2*d.
152
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
4. Pilih simulation current path klik lingkaran yang berada di depan (berwarna
putih). Dan masukan parameter I. Dengan nilai I = 1 A.
Lakukan hal yang sama pada lingkaran yang berada di posisi belakang.
5. Pilih pada toolbar simulation, pilihan background, dan masukan data sesuai tampilan
berikut.
153
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
6. Pilih Boundaries pada toolbar simulations. Dan masukan data sesuai pilihan berikut.
154
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Pada sub-bagian tools boundaries, pilih symetry planes. Dan masukan data sesuai
tampilan berikut.
155
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
7. Untuk membuat line diantara kedua lingkaran, aktifkan working coordinate system
(WCS) pada toolbar modeling.
Kemudian pilih curves line, untuk membuat garis. Dan masukan data sesuai
tampilan berikut.
156
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Setelah membuta garis tersebut, matikan WCS untuk mengembalikan pada tampilan
awal.
8. Lakukan simulasi pertama, dengan memilih simulation Mesh view. Setelah mesh
tools terbuka, pilih update. Setelah proses meshing selesai, dengan ditandai ‘meshing
157
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
succesful’ pada layar bawah, ceklis background pada mesh tools, dan pilih cutting
plane. Amati tampilan pada layar.
9. Setelah selesai, tutup tampilan simulasi mesh tadi dengan memiliih close mesh view.
11. Buat ‘torus’ untuk kedua lingkaran dan garis ditengahnya. Pilih modeling torus.
Tekan escape, untuk sebarang koordinat. Dan masukan parameter, sesuai tampilan
berikut.
158
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
13. Buat silinder untuk garis diantara kedua lingkaran. Pilih cylinder pada shapes dalam
toolbar modeling. Pilih escape untuk koordinat sebarang.
159
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
14. Pilih global properties pada toolbar home. Sehingga muncul mesh properties –
tetrahedral. Masukan parameter sesuai tampilan 5.24. Lalu pilih apply dan OK.
160
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
15. Setelah itu akan muncul mesh properties. Pilih update. Setelah selesai, ceklis bagian
background dan pilih cutting plane. Amati hasilnya. Bandingkan dan analisis hasil
simulasi dengan hasil simulasi sebelumnya.
16. Setelah selesai, aktifkan setup solver pada toolbar home. Masukan parameter sesuai
tampilan berikut.
161
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
17. Setelah simulasi selesai, pilih template based post processing pada toolbar post
processing. Kemudian pada scroll down kedua pilih Evaluate Field on Curve.
Setelah muncul tampilan evaluate field on curve, pada pull down pertama (browse
results..) pilih B-Field (Ms). Dan pada component, pilih komponen Z. Pilih OK.
Setelah itu, pada template based postprocessing, klik pull down pertama dan pilih
General-1D. Dan pada pull down kedua, pilih Mix Template Results. Pada tampilan
Mix Template Results, pilih pada bagian A= Field Along Curves\curve1\Coordinates\
Z, dan paste pada bagian enter expression. Pilih OK. Berikut tampilan Mix template
results.
18. Setelah itu, pada navigation tree (bagian kiri layar), pilih folder Tables pada daftar
paling bawah. Pilih 1D Results. Maka akan muncul pilihan dua hasil, yaitu curve
1_B-Field (Ms) dan Mix 1D. Jika kita memilih salah satu, akan muncul grafik pada
layar. Amati kedua grafik tersebut.
163
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
19. Kita dapat membandingkan kedua hasil tersebut, dengan cara pilih 1D Results pada
daftar navigation tree. Klik kanan, dan pilih New Tree Folder.
Drag kedua hasil grafik tadi pada folder compare. Maka, akan tampak kedua grafik
tersebut pada satu layar.
Referensi:
164
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Bahtiar, Ayi. (2007). Handout Kuliah Listrik Magnet II. [online]. tersedia di
phys.unpad.ac.id/wp-content/uplads/2009/02/handout-listrik-magnet-ii.pdf (08-05-2016)
CST.com
165
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
PERCOBAAN 14
E. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengaplikasikan Model Elektrostatis Antara Dua Beban Bola pada
Software CST EM STUDIO.
G. TEORI DASAR
Ini adalah model yang sangat sederhana di mana wave plane (yang dihasilkan
menggunakan Waveguide port) dengan polarisasi linear melalui volume udara dibagi
oleh slab dielektrik, seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah ini. Permitivitas
dielektrik pada parameter untuk memungkinkan koefisien refleksi harus dihitung untuk
berbagai skenario yang berbeda. Model ini disimulasikan dengan solver domain
frekuensi pada frekuensi 1 GHz.
166
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
H. LANGKAH PERCOBAAN
1. Mulai Prozect wizard dengan new project.
167
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
168
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
3. Kemudian klik pada pick operation dan pilih extrude. Buat kawasan dielektrik dengan
panjang 299,79 mm. Buat mterial baru dengan parameter permittivity. Permittivity
meruakan bahan dielektrik yang seharusnya di parameter “eps”. Dengan nilai awal 4.
169
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
4. Lakukan lagi operasi extrude untuk membuat kawasan bidang yang kedua. Seperti
gambar di bawha ini.
5. Untuk membuat port wavegiude pada model. Piih end face pada model dan pilih
“Waveguide port” pada simulasi ribbon.
6. Langkah berikutnya adalah meniru Plane Wave dengan port Waveguide. Yaitu denga
cara menghasilkan TEM mode (kedua bidang E dan H yang memiliki transversal
170
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
komponen ke arah propagasi). Hal ini dapat docapai dengan menggunakan kondisi batas
yang tepat. Dengan menegakkan mode TEM sehingga vektor medan magnet hanya
menunjuk arah y, dan medan listrik nya dititik x.
7. Dan kemudian mode TEM, port pada simulasi ditunjukkan E-Field (kiri) dan H-Field
(kanan)
171
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
9. Tentukan hasil 0D, “ Y at given x” evaluasi pada x = 1 (dimana “x” adalah frekuensi).
Gunakan “S-Parameter\S1,1”. Hasil untuk menemukan fasa, klik “Ph”, kemudian
tentukan magnitudenya , dengan cara klik “Mag”.
172
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
173
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
10. Model ini disimulasikan dengan domain frekuensi solver. Untuk percobaan ini, kita tidak
perlu melakukan broadband sweep. Sebaliknya, kita mensimulasikan hanya pada satu
titik 1 GHz. Sebuah parameter sweep digunakan untuk bervariasi permetivitas (“eps”)
dari dielektrik slab. Untuk melihat hasil grafik, parameter sweep di jalankan dari 1
sampai 10, dengan interval 0,25.
174
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
PERCOBAAN 15
A. Tujuan Percobaan
C. Pendahuluan
Antena dipole yang sering digunakan adalah antena dipole tunggal atau antena dipole
setengah gelombang. Panjang antena dipole tunggal adalah ½ λ pada frekuensi operasi yang
mempunyai titik feeder di tengah, impedansi input yang sesuai (73Ω), dan mempunyai pola
radiasi berbentuk angka delapan terhadap arah depan kawat, dapat dilihat pada gambar 1.
175
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Gambar 1. Arus, Tegangan, dan Pola Radiasi pada Antena Dipole Tunggal
Gambar 1 memperlihatkan pendekatan tentang distribusi tegangan dan arus antena
yang dimisalkan bahwa antena adalah suatu potongan saluran transmisi dalam hubungan
terbuka sepanjang ¼ λ yang terkembang.
Medan listrik antena dipole tunggal bisa diketahui dari persamaan berikut:
Eθ=
r | sin θ |
j 60[ I 0 ] cos [ ( βLcos θ /2) ] −cos(βL/2)
D. Langkah Percobaan
Antena kawat dipole yang dirancang bekerja pada frekuensi 1 GHz, yang memiliki
panjang total 150 mm. Antena dimodelkan dengan sebuah silinder metal dengan panjang 150
mm dan diameter 5 mm. Silinder kedua dibuat dari vacuum yang dimasukan (operasi
Boolean) pada silinder pertama, untuk membuat sebuah ruang sebesar 20 mm. Parameter
pada model ditunjukan pada tabel 1.
176
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Berikut merupakan hasil template yang dibuat untuk antena kawat dipole.
Silinder PEC dibuat dengan panjang antena keseluruhan L (gambar ) dan diameter D,
sepanjang sumbu-Z.
177
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Gambar 3. Hasil Silinder PEC Yang Digunakan Sebagai Bagian Metal dari Antena
Kawat Dipole
Silinder vacuum digunakan sebagai gap yang dibuat dengan panjang gap dan
diameter D, dan dimasukan di tengah-tengah silinder PEC sebelumnya.
Gambar 4. Silinder Vacuum (Objek Imitasi) Yang Dimasukan Pada Silinder PEC
Sebagai Gap Antena
178
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Tampilan terminal diskrit dibuat dengan mengambil dua tepi dalam batang metal dan
impedansinya disesuaikan dengan Z0 (73 ohm). Model akhir ditampilkan sebagai berikut.
E. Referensi
Fadlilah, Umi. (). Simulasi pola radiasi antena dipole tunggal. [online]. diakses dari
https://core.ac.uk/download/files/379/11724681.pdf (16-05-2016)
179
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
PERCOBAAN 16
A. TUJUAN
Mahasisa dapat membuat dan memahami model rectangular waveguide
menggunakan software cst em studio.
C. TEORI DASAR
Sebuah Waveguide berongga adalah saluran transmisi yang terlihat seperti sebuah
pipa logam kosong. Mendukung propagasi Transverse Electric (TE) dan mode
transverse magnetik (TM). Ada jumlah mode yang tidak terbatas yang dapat
mempropagasi selama frekuensi operasi diatas frekuensi cut off. Notasi TE mn dan
TMmn biasanya digunakan untuk menunjukkan jenis gelombang dan tipe gelombang,
di mana m dan n adalah jumlah model dalam arah horisontal dan vertikal masing-
masing. Mode dengan frekuensi cutoff terendah disebut model dasar atau model
dominan. Untuk Rectangular Waveguide berongga mode dominan adalah TE 10 dan E
nya, bidang H dan J ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.
180
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
181
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
Bagian dari model Rectangulah Waveguide dalam CST STUDIO Suite® dan 3
mode pertama dihitung dan distribusi analisis medan. Dimensi yang digunakan adalah
standar untuk WR-90 Waveguide. Karena background diatur untuk material perfectly
electrical conductor (PEC), kita hanya perlu model hampa udara dalam Waveguide,
dengan port Waveguide di setiap akhir. Kondisi batas "listrik" ke segala arah, dan
model disimulasikan menggunakan time domain solver. Dalam model ini 3 mode
pertama dihitung, dan E dan monitor H-bidang yang set-up di 10, 13,5 dan 15 GHz.
D. LANGKAH KERJA
1. Model ini hanya dibangun vacuum brick dengan dimensi dalam Rectangular
Waveguide WR90, karena material background secara otomatis pengaturan oleh
template adalah PEC. The "Waveguide Couplers & Divide " project template
yang harus digunakan, dengan rentang frekuensi dan monitor ditentukan pada
Gambar dibawah ini.
182
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
2. Pada Tabel adalah parameter yang akan digunakan dalam model ini.
3. Waveguide dibuat sebagai vacuum brick dengan dimensi Tabel seperti di atas.
183
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
4. Port Waveguide ditempatkan di ujung kedua dari brick dengan memilih tampilan
dan memilih "Waveguide Port" pada Simulasi. Ketika mendefinisikan port
waveguide, itu penting bahwa jumlah mode diatur ke "3" (Gambar di bawah ini).
Ini berarti bahwa mode port solver akan mengambil lebih tinggi mode orde kedua
ke account.
184
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
5. Model akhir akan muncul seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
185
MODUL PRAKTIKUM TELEKOMUNIKASI S1 – TEKNIK ELEKTRO
186