Anda di halaman 1dari 437

PENGOLAHAN SINYAL

DIJITAL
1

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Outline

Pendahuluan
(Sejarah Perkembangan PSD)
Sinyal & Sistem
Transformasi Fourier Waktu Diskrit
Transformasi Z
Transformasi Fourier Diskrit
Sampling & Rekonstruksi Sinyal
Filter Dijital
Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

TT-3113
Pengolahan Sinyal Dijital
BAB #1
PENDAHULUAN

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Outline

Pendahuluan (Sejarah Perkembangan


PSD)
Sinyal & Sistem
Transformasi Fourier Waktu Diskrit
Transformasi Z
Transformasi Fourier Diskrit
Filter Dijital

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Tujuan

Mengetahui
perkembangan
teknologi
pemrosesan sinyal dijital
Mengetahui keuntungan dan kerugian
pengolahan secara dijital
Mengetahui bidang yang terkait dengan
pengolahan sinyal dijital
Mengetahui aplikasi pengolahan sinyal
dijital

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

DEFINISI

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Definisi

Sinyal diartikan sebagai suatu fungsi dari sekumpulan


variabel bebas. Sinyal membawa suatu informasi yang
kemungkinan besar terdapat dalam suatu pengamatan.
Pengolahan diartikan sebagai suatu operasi dalam suatu
bentuk tertentu pada suatu sinyal, yang untuk selanjutnya
diekstrak ke dalam suatu bentuk yang lebih bermanfaat.
Dalam banyak kasus, pengolahan akan berlaku sebagai
suatu transformasi yang bersifat non destruktif yang
menghasilkan sinyal data.
Dijital memberi arti bahwa pengolahan yang dilakukan
menggunakan komputer dijital atau perangkat keras dijital
khusus.
Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sejarah Perkembangan

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Tahun 1807 : Foirier mengembangkan Transformasi


Fourier untuk menyelesaikan permasalahan pada suatu
persamaan yang sulit.
Awal abad 18 : Laplace memodifikasi Transformasi
Fourier di atas untuk menyelesaikan persamaanpersamaan diferensial yang lebih luas.
Masih di awal abad 18 : Gauss menemukan suatu metode
yang dapat secara cepat digunakan untuk menghitung
Transformasi Fourier. Gauss kemudian mengembangkan
dasar-dasar filter dijital untuk proses penelitian tentang
planet dan komet.

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

10

Tahun 1900-1n : Bunsen menggunakan analisis spektral


untuk menemukan elemen-elemen baru.
Awal 1900-an : Einstein menunjukkan hubungan yang
penting antara spektrum daya dan fungsi korelasi.
Tahun 1940-an : Teknologi radar dan sonar telah
dikembangkan . Kemajuan-kemajuan dalam bidang
pemrosesan sinyal digunakan pada sistem komunikasi.
Tahun 1960-an : Kalman mengembangkan filter yang
praktis untuk menunjukkan optimasi dari suatu
filter/kontrol.

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

11

Tahun 1960-an : Filter dijital yang lebih kompleks berikut


sistem-sistem kontrol dijital diimplementasikan di NASA
dan tempat-tempat lain. Pada masa ini pula filter adaptif
telah mulai dikembangkan.
Tahun 1964 : Kecepatan Transformasi Fourier
dikembangkan kembali. Algoritma-algoritma Markov yang
penting telah dikembangkan.
Tahun 1970 : Teori dn pengertian dari filter/kontrol dijital
telah mapan.
Awal tahun 1980-an : Filter dijital sudah sangat populer
dikenal.

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

12

Tahun 1980-an : terjadi kemajuan yang pesat pada bidang


pengkodean gambar dan sinyal bicara, pengenalan
sinyalbicara, pencitraan bentuk radar, pencitraan di
bidang medis, dsb.
Akhir tahun 1980-an : Jaringan syaraf, Wavelets, dan
fractal mulai ditemukan. TV dijital mulai semakin
dikembangkan.
Tahun 1990-an : Terjadi ledakan di dalam penggunaan
teknik-teknik pengolahan sinyal dijital untuk menggantikan
sirkit-sirkit elektronik konvensional (seperti : filter, kodekode, modulator, dsb).

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

KAPABILITAS
PENGOLAH
SINYAL DIJITAL
13

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

14

Perkembangan Chip tidak lepas dari teknologi IC yaitu LSI


(Large Scale Integration) dan VLSI (Very Large Scale
Integration), ULSI (Ultra Large Scale Integration) serta
GSI (Giant Scale Integration).
LSI mengandung 1.000 sampai 9.999 transistor per chip.
VLSI mengandung 10.000 sampai 99.999 transistor per
chip.
ULSI mengandung 100.000 sampai 999.999 transistor per
chip.
GSI mengandung jutaan transistor per chip.

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Kecepatan suatu prosesor juga tergantung waktu siklus


(cycle time) uaitu selang waktu antara pemanggilan (call)
akan informsi dan penyerahannya (delivery) dari piranti
penyimpan. Waktu siklus ini merupakan parameter unjuk
kerja dari kecepatan prosesor yang terkait dengan proses
pengepakan rangkaian.

15

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

16

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Semakin rumit aplikasi, maka nilai BIPS (Billion Input Per


Second)/GFLOPS (Giga Floating Point Solutions) juga
semakin tinggi. Nilai BIPS/GFLOPS menunjukkan input
dalam satu detik sebagai solusi pengolahan bagi
banyaknya data floating.

17

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Kebutuhan Kinerja Berdasarkan Servis


18

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Aplikasi yang menggunakan Chip DSP sebagai unjuk data


perbandingan adalah :
Video Conferencing
Graphics Processing
Speech Processing
Virtual reality
Video Recognisers
Radar/Sonar Processing

19

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

20

Sebagai gambaran pertumbuhan kecepatan konverter A/D


dari tahun ke tahun untuk tipe 12 bit adalah :
Tahun 1983
: 100.000 sampel / detik
Tahun 1987
: dalam jutaan sampel / detik
Tahun 1993
: 30 juta sampel / detik
Tahun 1996
: 50 juta sampel / detik
Saat ini
: ????

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Dari sisi harga dapat ditunjukkan bahwa :

Tahun 1982
US$300

Tahun 1996
: Chip TMS320C30 (kecepatannya lebih
tinggi dibanding TMS320C10) biayanya berkisar US$30

21

: Chip TMS320C10 biayanya berkisar

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Grafik Pertumbuhan Pasar Chip DSP


22

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

SEKILAS
PENGOLAHAN
SINYAL DIJITAL
23

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Pengolahan sinyal dijital secara umum meliputi 3 tahap yaitu

Sinyal analog didigitasi melalui proses pencuplikan dan


kuantisasi , sehingga sinyal dikuantisasi ke bentuk bit-bit
sejumlah terbatas. Proses ini disebut konversi Analog ke
dijital.

Sampel-sampel terdigitasi diolah oleh Digital Signal


Processor (DSP).

Sinyal keluaran DSP dikonversi kembali ke bentuk analog


oleh analog reconstructor (yang disebut dengan proses
Digital to Analog Convertion/DAC)

24

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Keuntungan :

25

Toleransi terhadap harga komponen tidak kritis


Performansi relatif tidak sensitif terhadap lingkungan ,
misalnya temperatur
Akurasi tinggi, karena dapat dikontrol secara presisi.
Keakurasian tergantung dari panjang word.
Rangkaian mudah direproduksi
Dapat merealisasikan sistem yang relatif ideal, misal filter
berfasa linear.
Parameter-parameter filter seperti frekuensi cut-off, dapat
dikontrol dengan mudah.

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Keuntungan :

26

Mudah dikembangkan ke sistem adaptif.


Teori matematika yang komplek sekalipun dapat
diimplementasikan seperti : Aljabar linear untuk
Coding/Decoding dalam error control, Transformasi Diskrit
(DFT, DCT dsb), Teori filter kalman untuk pemrosesan
sinyal acak.
Simulasi
software
dapat
secara
eksak
menunjukkan/mewakili performansi hasil.
Dengan perkembangan teknologi VLSI : Reliabilitas tinggi,
Ukuran Kecil, Pemrosesan kompleks, Harga murah.
Dan sebagainya

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Kerugian :

27

DSP selalu menggunakan daya listrik, tidak ada rangkaian


dijital pasif.
Keterbatasan frekuensi tinggi yang diolah, karena
keterbatasan frekuensi ADC.
Sinyal alam adalah sinyal analog.
Dan sebagainya

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Bidang Ilmu Terkait

28

Teori Komunikasi
Analisis Numerik
Statistik dan Probabilitas
Pemrosesan SinyalAnalog
Teori Keputusan
Elektronika Dijital dan Elektronika Analog
Dan sebagainya

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Aplikasi PSD
Medical :
Pencitraan untuk diagnosis
Analisis Elektrokardiogram
Medical Image
Komersial :
Kompresi Suara dan Citra untuk Multimedia
Efek Spesial pada film
Video Conferencing

29

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Telephon :
Kompresi data dan Voice
Reduksi Echo
Multipleksing Sinyal
Filtering
Pengkodean sinyal bicara, Pemrosesan Sinyal bicara dan Audio,
Pengenalan sinyal Bicara

Militer :
Radar
Sonar
Pemandu Koordinat
Keamanan Komunikasi

30

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Industri :
Kontrol dan monitoring proses
Pengetesan non destruktif
CAD

Scientific :
Perekaman dan analisis gempa
Akuisisi data
Analisis Spektral
Simulasi dan pemodelan

31

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Ruang angkasa :
Perbaikan kualitas foto udara
Kompresi data
Remote sensing

32

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Penyebab Perkembangan PSD

33

Teknologi Piranti : Mikroelektronik, Superkonduktor, dsb


Teknologi Sensor : Sistem Intelegen, Interface mesinmanusia.
Teknologi algoritma : Sistem adaptif, Sistem Expert,
Algoritma pemodelan (jaringan syaraf tiruan, Fuzzy logic,
algoritma genertika dsb)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

TT-3113
Pengolahan Sinyal Dijital
BAB #2
SINYAL & SISTEM

34

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

DEFINISI

35

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

36

Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek


yang disusun membentuk proses dengan tujuan tertentu.
Sebagai model matematik yang menghubungkan antara
input dan output, umum disebut I/O system
Masukan dari enviroment ke system dan keluaran dari
system ke enviroment di sebut sinyal.
Diskrit : hanya terdefinisi pada bilangan integer.
Kontinyu : di luar definisi diskrit.

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Input
Sinyal

Input Output
System

Outpu
t
Sinyal

environment

37

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sinyal bisa digambarkan sebagai fungsi


waktu/time signals dan fungsi frekuensi. Sinyal
fungsi waktu dapat dibedakan menjadi Sinyal
Waktu Kontinyu (t) dan Sinyal Waktu Diskrit (n).

Sistem yang menghubungkan sinyal input


kontinyu dengan sinyal output kontinyu disebut
Sistem Waktu Kontinyu (SWK) dan Sistem yang
menghubungkan sinyal input diskrit dengan sinyal
output diskrit disebut Sistem Waktu Diskrit.

38

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Konvensi :
- t = waktu kontinyu
- n = waktu diskrit
- = frekuensi kawasan waktu kontinyu
- = frekuensi kawasan waktu diskrit

39

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

x(t)

x(t)

SWK

y(t)

y(t)=T(x(t))

x(n)

y(n)
x(n)

SWD

y(n)
y(n)=T(x(n))
n

40

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sampling

Waktu Diskrit

Waktu Kontinyu t

t
Rekonstruksi
Pasangan

Pasangan
-1

Kontinyu

Frekuensi

Sampling

Kontinyu

-1
Diskrit

Frekuensi

Diskrit

Rekonstruksi

41

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sinyal-sinyal Dasar

42

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sinyal impulse (t),(n)

Sinyal impuls / delta kontinyu


(t )

1, t 0
(t)
0, t lainnya

1
t

Sinyal impuls / delta diskrit


(n)
1
n

43

1, n 0
(n)
0, n lainnya

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

44

Setiap sinyal waktu diskrit dapat dinyatakan sebagai


deretan sinyal impuls yang dikalikan dengan suatu
koefisien (konstanta)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sinyal langkah satuan u(t),u(n)

Sinyal impuls / delta kontinyu


(t )

1, t 0
u(t)
0, t lainnya

1
t

Sinyal impuls / delta diskrit


(n)
1
n

45

1, n 0
u (n)
0, n lainnya

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sinyal Segitiga
(t)
1
-1

(t ) 1 t ; - 1 t 1

46

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sinyal Persegi Rect(t) atau (t)


t

t
-0,5
Rect(t) = (t)=

0,5
1 , -0,5 t 0,5
0 , t lainnya

47

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sinyal sinc atau [sin(t)/t]


sinc (t)

-2

-1 0

2 3

sin t
sin c( t )
~ t ~
t
48

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Fungsi Genap
&
Fungsi Ganjil
49

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Seperti halnya fungsi waktu kontinyu, maka fungsi waktu


diskrit dapat dibedakan menjadi fungsi genap, fungsi ganjil
dan bukan fungsi genap maupun ganjil. Namunseperti
fungsi waktu kontinyu, setiap fungsi waktu diskrit dapat
diuraikan menjadi bagian genap dan bagian ganjil. Berikut
contoh fungsi genap dan fungsi ganjil waktu diskrit.

Fungsi Genap Waktu Diskrit

50

Fungsi Ganjil Waktu Diskrit

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Diberikan g(n) adalah fungsi waktu diskrit maka bila ge(n) adalah bagian
genap dari g(n) dan go(n) adalah bagian ganjil dari g(n) maka :

ge(n) = [g(n) + g(-n)]/2 dan go(n) = [g(n) + g(-n)]/2


Bila g(n) adalah fungsi genap maka :
ge(n) = [g(n) + g(-n)]/2 = g(n) dan go(n) = [g(n) + g(-n)]/2 = 0

Bila g(n) adalah fungsi ganjil maka :


ge(n) = [g(n) + g(-n)]/2 = 0 dan go(n) = [g(n) + g(-n)]/2 = g(n)

51

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh soal 2.1.


Periksalah apakah g(n) = sin (2n/7)(1+n2) merupakan
fungsi genap atau fungsi ganjil?

52

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh soal 2.2.


Sketsalah bagian genap dan bagian ganjil dari g(n) = u(n) u(n-4)
Solusi :
Bagian genap dari g(n) adalah :

Bagian genap dari g(n)

53

Bagian ganjil dari g(n)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Latihan :
1. Sketsalah bagian genap dan bagian ganjil dari g(n) = cos[2n/4]
2. Diberikan sinyal sebagai berikut :

Sketsalah
a. g(-n)

54

b. g(2-n)

c. g(2n) d. g(n/2)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Operasi Sinyal

55

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sinyal dapat dioperasikan berdasar amplitudonya


maupun waktunya. Pada kuliah ini, operasi sinyal
yang dibahas adalah berdasar waktunya seperti :

56

Pencerminan
Penskalaan Waktu
Pergeseran

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sinyal Waktu Diskrit f(n)

f (an b) f a (n

57

b
a

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sifat & Klasifikasi Sistem

58

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

a). Statis (memoryless) dan Dinamis (with


memory)
Sistem statis jika keluaran sistem hanya
tergantung/hanya
dipengaruhi
pada
masukan saat itu (memoryless), sedangkan
sistem dinamis jika keluaran sistem dapat
mengingat masa lalu (with memory)

59

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

b). Linieritas dan homogenitas


Sistem linier jika memenuhi prinsip superposisi
x1[n]

x2[n]
x1[n]+x1[n]

SWD

y1n]

SWD

y2[n]

SWD

y1[n]+y1[n]

Dan homogenitas
x1(n)+ x2(n) = y1(n) + y2 (n)
60

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Mengapa diperlukan sistem yang linear ?


Pada gambar di bawah ini,pada gambar (a) terlihat bahwa
suatu sinyal sebagai masukan sistem yang linear akan
dihasilkan sinyal output yang sama dengan sinyal
inputnya, hanya mengalami penundaan (delay).
Sedangkan pada gambar (b) terlihat bahwa suatu sinyal
sebagai masukan suatu sistem yang tidak linear akan
menghasilkan sinyal output yang mengalami distorsi
phasa.

61

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

62

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Pergeseran Waktu

Sistem tak ubah waktu jika output sistem tidak berubah


bentuk walaupun inputnya digeser tetapi outputnya akan
bergeser sejauh pergeseran input.
x[n]

x[n - k]

63

SWD

y[n]

SWD

y[n - k]

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Dengan kata lain :

Jika y1 (n) adalah output sistem dengan input x1 (n)


y2 (n) adalah output sistem dengan input x2 (n)
dan x(n) = x1 (n-k) maka y(n) = y1 (n k)
Sistem disebut LTW (Linear dan Tak Berubah terhadap
Waktu) atau LTI (Linear Time Invariant) jika Linier dan tak
ubah waktu

64

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

d). Kausalitas
Sistem LTW disebut kausal adalah sistem yang dapat
direalisasikan. Sistem LTW disebut kausal bila keluaran
pada waktu n=n0 (untuk SWD) hanya bergantung pada
harga-harga dari masukan n<n0 (sebelumnya dan
sekarang)dan keluaran-keluaran sebelumnya.

Dengan kata lain bahwa keluaran saat ini y(n) (untuk SWD)
hanya bergantung pada harga-harga dari masukan saat
ini x(n) dan atau masukan-masukan sebelumnya dan atau
keluaran-keluaran sebelumnya.

65

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Kondisi Perlu dan Cukup (KPC) untuk menyatakan


kausalitas adalah :
h (n) = 0 untuk n < 0 . h(n) adalah respon impuls sistem.
Respons impuls
h(n)

h(n)
kausal

Non kausal

n
0

66

n
0

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

e). Stabilitas
Sistem LTW disebut stabil bila setiap masukan terbatas
menghasilkan keluaran terbatas BIBO Bounded input
Bounded output.
Kondisi yang diperlukan dan cukup (KPC)untuk menyatakan
stabilitas adalah :

h n

untuk SWD

h t dt

untuk SWK

67

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh : Respons impuls LTW suatu SWD


h(n)
Stabil
.......
n
0
h(n)
Tidak Stabil
.......
n
0

68

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Stabilitas sistem dapat juga dilihat dari letak pola dari fungsi
transfer sistem:
Untuk SWK stabil, letak pole di sebelah kiri sumbu
imajiner
Untuk SWD stabil, letak pole didalam lingkaran satuan
Jadi untuk kuliah sinyal dan sistem ini sistem yang perlu
adalah LTW/LTI (Linier tak ubah waktu / linier time
invariant) dengan memeriksa apakah sistem tersebut
kausal dan stabil.

69

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh soal 2.3.


Diketahui suatu SWD yang merupakan transformasi deretan
masukan x(n) dengan hubungan input output sebagai
berikut :
y(n) = ax2(n-1)
y(n) = ax(n-2) + bx(n+2)
Periksa sifat sistem diatas

70

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Solusi :
y(n) = ax2 (n-1)
Linearitas
Jika input x1(n) maka output y1 (n) = ax12 (n-1)
Input x2 (n) maka output y2 (n) = ax22 (n-1)
Ambil x(n) = x3(n) = x1 (n) + (3x2(n)
Maka
y(n) = y3(n) = a [x(n-1)]2
= a [ x1(n-1) + x2 (n-1)]2
= a [2 x12 (n-1) + 2x1 (n-1) x2 (n-1) + 2 x2 (n-1)]
y1(n) + y2 (n)
71

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Pergeseran waktu
Jika input x1 (n) maka output y1 (n) = a x12 (n-1)
Jika input x1 (n-k) maka output y1(n) = a x12 (n-k-1)
= y1 (n-k)
Syarat kausal : output saat ini hanya tergantung pada
input saat ini dan/atau input saat sebelumnya dan / atau
output saat sebelumnya.
Stabilitas
y(n) = a x2 (n-1) jika < M maka

Jadi sistem tsb nonlinier time invariant kausal stabil


72

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

y(n) = a x(n-2) + b x (n + 2)
Bukti kausal dapat dilihat dari respons impuls

h(n)
b

-2

non causal
karena h(n) ada untuk n < 0

73

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Diambil x(n) = x3(n) = x1(n) + x2(n)


maka y(n) = y3 (n) = {a x1(n-2 + b x(n+2)}+ {a x2(n-2) + b
x2 (n+2)}
= y1(n) + y2(n)
sistem Linier
Jika x(n) = x1(n) maka y(n) = y1(n) = ax1(n-2) +bx1(n+2)
Jika x(n) = x (n-k) maka y (n) = a x1 (n-k-2) + b x1 (n-k-2)
= y1 (n-k-t)
Kesimpulan sistem : Linier, Tak ubah waktu, Non kausal,
Stabil
74

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sistem Operator

75

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sistem operator :
L = Output/Input =Fungsi alih sistem (fungsi transfer sistem)
Untuk SWK L(p) = N(p)/D(p) = Numerator/Denumerator
Dimana p = operator diferensial d/dt
p-1 = operator integral (.) dt
Untuk SWD L(q) = N(q)/D(q) = Numerator/Denumerator
Dimana q = operator maju
q-1 = operator tunda
q-1.x(n) = x(n-1)
q.x(n) = x(n+1)
Untuk menganalisis suatu sistem maka buat dulu model matematis
(hubungan input-outputnya).

76

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh soal: 2.4.


Carilah sistem operator (Fungsi transfer sistem) dari Sistem
Waktu Diskrit dengan hubungan input-output sebagai
berikut :
3y(n) + 4y(n-1) + 7y(n-2) = 2x(n) + 5x(n-1)
Solusi :
Dengan menggunakan operator q didapat :
y(n)(3 + 4q-1 + 7q-2 ) = x(n) (2 + 5q-1)

y( n )
2 5q 1
q2
2q 2 5
L( q )

x 2 2
1
2
x ( n ) 3 4q 7q
q
3q 4q 7
77

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Solusi Persamaan Difference


(Perbedaan)

78

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Persamaan Perbedaan (u/ SWD)


Bentuk umum sistem LTW
N

a y( n i ) b x( n i ) M 0
i 0

i 0

Untuk penyederhanaan , ambil a0 = 1


y(n) + a1y(n-1) + + aNy(n-N) = b0x(n) + + bMx(n-M)
dengan operator q :
dimana q-1 x(n) = x(n-1) dan q x(n) = x(n+1),
maka didapat:
y(n) (1 + a1q-1 + + aNq-N ) = x(n) (b0 + b1q-1 + + bMq-M)

79

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

y ( n ) N ( q ) b0 b1q 1 ... bM q M
L( q )

x ( n ) D( q )
q a1q 1 ... aN q N

jadi :

80

D(q). y(n) = N(q). x(n)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Seperti halnya SWK ,maka pada SWD juga ada dua macam
solusi yaitu solusi komplementer (solusi umum) dan solusi
partikular (solusi khusus) :
y(n) = yc(n) + yp(n)

Solusi komplementer jika deretan masukan x(n) = 0


D(q) yc(n) = N(q).0 = 0, maka D(q) = 0 dengan solusi :
m

k 1

k 1

yc ( n ) Ak yk ( n ) Ak rk
81

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

dimana rk = akar polynomial D(q) dengan solusi :


(i) . rk riil dan tunggal yk(n) = rkn
(ii). rk riil dan jamak sejumlah m buah
yk (n) = rn, nrn, n2rn,,nm-1rn
(iii). rk kompleks tapi tunggal , rk = + j = rej
yk(n) = rn cos n dan rn sin n
(iv). rk kompleks dan jamak sejumlah m buah
yk(n) = rn cos n ; rn sin n
= nrn cos n ; nrn sin n
.
= nm-1rn cos n ; nm-1rn sin n
82

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Solusi khusus jika deretan masukan ada


D(q) yp(n) = N(q)x(n)

yp(n) = N ( q ) x ( n ) L( q ) x ( n )
D( q )

Kasus khusus jika input eksponensial , ambil x(n) = A(s)n


didapat : yp(n) = L(q)x(n)
q=s
Stabilitas sistem SWD stabil jika magnitudo akar polynomial
D(q) < 1 (atau didalam lingkaran satuan).

83

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh soal 2.5.


y(n + 3) 8y(n + 2) + 37y(n+1) 50y(n) = 8(0,5)n , y(0) = 2,
y(1) = 3, y(2) = 5
dengan operator q
y(n) (q3 8q2 + 37q - 50) = 8(0,5)n
y( n ) N ( q )
8( 0,5 ) n

L( q ) 3
x ( n ) D( q )
q 8q 2 37q 50

D(q) = (q3 8q2 + 37q 50) = (q 2)(q2 6q + 25)

84

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

D(q) = (q3 8q2 + 37q 50) = (q 2)(q2 6q + 25)


Akar-akar D(q)
q1 = 2
q2,3

6 j 36 100
3 j4
=
2

q2 = 3 + j4 = 5 < 0,927 rad


q3 = 3 j4 = 5 < -0,927 rad
Solusi komplementer
yc(n) = A(2)n + B(5)n cos 0,927n + C(5)n sin 0,927n
85

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

solusi partikular
8( 0,5 ) n
yp(n) = L(q) x(n) = q 3 8q 2 37q 50
q=s

q = 0,5

8( 0,5 ) n
69
n

(
0
,
5
)
yp(n) =
( 0,5 ) 3 8( 0,5 ) 2 37( 0,5 ) 50
267

solusi total/lengkap

y( n )

86

64
( 0,5 ) n A( 2 ) n B ( 5 ) n cos 0,927n C ( 5 ) n sin 0,927n
267

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

y ( 0)

64
A B C 2
267

y ( 1)

32
2A 5B cos 0,927 5C sin 0,927 3
267

y ( 2)

didapat :

87

16
4A 25B cos 1,8546 25 sin 1,8546 5
267

A = 2,1886
B = 0,05108
C = 0,35666
Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sehingga:
y( n )

64
( 0,5 ) n 2,1886( 2 ) n 0,05108( 5 ) n cos 0,927n 0,35666( 5 ) n sin 0,927n
267

- cek stabilitas :
Plot akar D(q) :
x

Im D(q)

Re D(q)

x
sistem tidak stabil (karena ada akar polinomial D(q) yang
terletak di luar lingkaran satuan)
88

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Realisasi SWD

89

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Syarat sistem dapat direalisasi jika kausal dapat direalisir


dalam bentuk
struktur langsung tipe I
struktur langsung tipe II

90

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Realisasi SWD
Struktur Langsung Tipe I :
Hubungan input-output Sistem Waktu Diskrit dapat dituliskan
sebagai berikut
N

a y( n i ) b x ( n i )
i 0

i 0

Untuk penyederhanaan, ambil


hubungan berikut :
N

i 0

i 0

a0 = 1, sehingga didapat

y ( n ) b i x ( n i ) a i y( n i )
b 0 x (n ) b1 x (n 1) ... b n x (n n )
a 1 y(n 1) ... a n y(n m)

91

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

q-1

q-1

bN

b1
x(n)
b0

q-1
+

aN

y(n)

aN-1
q-1

92

q-1

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Struktur Langsung Tipe II


Mengacu pada hubungan input-outpur SWD berikut ini,
N

a y( n i ) b x ( n i )
i 0

i 0

a 0 y(n ) a 1 y(n 1) ... a n y(n n )


b 0 x (n ) b1 x (n 1) ... b n x (n n )

93

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

y(n ) a 0 a 1 q 1 ... _ a n q n x (n ) b 0 b 1 q 1 ... b n q n


N(q ) y(n ) b 0 b 1 q 1 ... b n q n
L (q )

D(q ) x (n ) a 0 a 1 q 1 ... a n q n

n
1

a i q 1
n

i i 0

a
q

L2 (q )
0
i

L1 ( q )

94

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Fungsi Transfer L(q) diuraikan menjadi 2, sehingga L(q) =


L1(q). L2(q) . Masing-masing fungsi transfer dapat
digambarkan struktur realisasinya dan kemudian digabung
kembali, hingga didapat L(q) total.
n
(n )
L1(q )

(n ) a iq 1 x (n )
n
x (n )
1
i 0
a
q
i

i 0

(n ) x (n ) a i(n i)

95

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

x(n)

(n)

+
q-1
-a1
q-2
-a2
q-N
-aN

N
y( n ) N
L 2 (q )
b i q 1 y(n ) (n ) b i q 1
(n ) i 0
i 0

96

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

(n)

b0
+

y(n)

q-1
b1
q-2
b2
q-N
bN

97

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Rangkaian total digabung :


L(q) = L1(q) . L2(q)

y(n ) (n ) y(n )

.
x (n ) x (n ) (n )
x (n)

b0

y(n)

q-1
b1

-a1
q-2

b2

-a2

-aN

98

q-N

bN

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh soal 2.6.


Buat realisasi tipe I dan tipe II dari SWD dengan hubungan
input-output sebagai berikut:
y(n) + 3y(n-1) + 5(n-2) + 7y(n-2) = 6 x(n) + 4 x(n-1)
Jawab :
Struktur langsung tipe I :
y(n) = 6x(n) + 4x(n-1) 3y(n-1) 5y (n-2) 7y(n-3)

99

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

x (n)

6
y (n)

+
q-1

q-1
4
-3

q-1
-5

q-1

-7

100

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Struktur langsung tipe II :


y(n) [1 + 3q-1 + 5q-2 + 7q-3] = x(n) [6 + 4q-1]
y( n )
6 4q 1
1

x 6 4q 1
x (n ) 1 3q 1 5q 2 7q 3 1 3q 1 5q 2 7q 3

(n)/x(n) = 1/[1 + 3q-1 + 5q-2 + 7q-3]


x(n) = (n) + 3(n-1) + 5(n-2) + 7(n-3)
(n) = x(n)-3(n-1)-5(n-2)-7(n-3)
y( n )
6 4q 1
(n )

101

y(n)=6(n) + 4(n-1)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

x (n)

y(n)

q-1
-3

n-1

q-2
-5
n-2

q-1
-7
n-3

102

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Respons Impulse

103

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Respons impuls adalah respons sistem (output sistem) jika masukannya


diberi sinyal impuls
(n
)
h
(n)

SWD
(t)

SWK

Respons impuls

h
(t)

Sistem sering digambarkan dengan respons impulsnya karena dengan


respons impuls dapat dilihat apakah sistem tersebut kausal dan stabil
atau tidak.

104

SWD

SWK

x (n)

x (t)

h(n)

y (n)

h(t)

y (t)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Respons Impuls SWD


Diketahui SWD - LTW
y(n) + a1 y(n-1) + a2 y(n-2) + .+ an y(n-N) = x(n)
Respons impuls sistem adalah respons sistem (output) jika
x(n) = (n)
Sehingga dapat dituliskan h(n) = y(n)
x(n) = (n)
Jadi
h(n) + a1 h(n-1) + a2 h(n-2) + . + aN h(n-N) = (n)
karena SWD kausal ==> h(n) = 0 untuk n<0

105

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

maka
n = 0 h(0) = (0) = 1 ; h(n-1) ; h(n-2) dst = 0
n = 1 h(1) + a1 h(0) + 0 + .+ 0 = (1) = 0
n = 2 h(2) + a1 h(1) + a2 h(0) + = (2) = 0
dst
ingat solusi persamaan y(n) = yc(n) + yp(n)
D(q) y(n) = N(q) x(n)
yc(n) D(q) yc(n) = 0 D(q) = 0 maka yc(n) =

n
A
r
kk

k 1

106

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

yp(n) yp(n) = L(q) x(n)q=s untuk x(n) = A(s)n


tetapi input disini bukan eksponesial maka yp(n)=0

107

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh soal 2.7.


y(n) 0,8y(n-1) + 0,15 y(n-2) = x(n)
Respons impuls
h(n)-0,8 h(n-1) + 0,15 h(n-2) = (0)
n=0 h(0) 0,8 h(-1) + 0,15 h(-2) = (0) = 1 h(0) = 1
n=1 h(1) 0,8 h(0) + 0,15 h(-1) = (1) = 0 h(1) = 0,8
n=2 h(2) 0,8 h(1) + 0,15 h(0) = (2) = 0 h(2) = 0,8 x
0,8 0,15 = 0,49

108

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

solusi
yc(n) =

Ak rk A1 (r1 ) n A2 (r2 ) n
n

k 1

dimana

y(n) [1- 0,8 q-1 + 0,15 q-2] = x(n)

L(q) =

109

q2

q2

q2
x

1
2
3
2
1 0,8q 0,15q
2
q 0,8q 0,15 (q 0,5)(q 0,3)
1

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Jadi
yc(n) = A (0,5)n + B (0,3)n
n=0 y(n) =
A + B = h(0) = 1
n=1 y(n) = 0,15A + 0,3 B = h(1) = 0,8
A + 0,6 B = 1,6
A+
B=1
- 0,4B = 0,6 B = -1,5
A = 2,5
Maka y(n) = h(n) = [2,5 (0,5)n 1,5 (0,3)n] u(n)
Bagaimana kalau imputnya superposisi ?
Karena sistem linier maka outputnya juga superposisi
110

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh soal 2.8.


y(n) 2y(n-1) + 1,31 y(n-2) 0,28 y(n-3) = x(n) + 3x(n-2)
respons impuls didapat jika x(n) = (n) dan 3x(n-2) = 3(n-2)
y(n) [1 2 q-1 + 1,31 q-2 0,28 q-3] = x(n) [1 + 3 q-2]
L(q) = y(n)/x(n) = N(q)/D(q) = [1 + 3 q-2] / [1 2 q-1 + 1,31
q-2 0,28 q-3]
Kalikan L(q) dengan q3 / q3 , didapat :

L (q )

111

q 3 3q
q 3 2q 2 1,31q 0,28

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

D(q) = q3-2 q2 + 1,31 q - 0,28 = (q - 0,5) (q - 0,7) (q - 0,8)


yc(n)=A(0,5)n + B(0,7)n + C(0,8)n
Input 1 : (n) maka h(n) = 2h(n-q) + 1,31 h(n-2)-0,28 h(n-3)=(n)]
n = 0 h(0) = 1
n =1 h(1) 2h(0) + 0 + 0 = 0 h(1) = 2
n = 2 h(2) 2h(1) + 1,31 h(0) 0 = 0 h(2) = 2,69

dimana
h ( 0) A B C 1

A 25 / 6

h(1) 0,5 A 0,7 B 0,8C 2


B 49 / 2
h(2) 0,25 A 0,49 B 0,64C 2,69 C 64 / 3

112

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Jadi

25
49
69
n
n
h 1 (n )
(0,5)
(0,7)
(0,8) n
1
2
3

Input 2 : 3(n-2)

outputnya
n=0
n=1
n=2

113

untuk n 0

h(n) 2h(n-1) + 1,31 h(n-2) 0,28 h(n-3) = 3 (n-2)


h(0) 2h(-1) + 1,31 h(-2) 0,28 h(-3) = 3 (-2) = 0
h(0) = 0
h(1) 2h(0) + 0 0 = 3 (-1) = 0 h(1) = 0
h(2) 2 h(1) + 1,31 h(0) 0 = 3 (0) = 3 h(2) = 3

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Maka
h(0) = A
+
B
+
C
=0
A= 50
h(1) = 0,5A +
0,7B +
0,8C = 0
B = -150
h(2) = 0,25A +
0,49B +
0,64C = 3
C = 100
jadi
h2(n) = 50(0,5)n 150 (0,7)n + 100 (0,8)n n 2
Maka : h(n) = h1 (n) + h2 (n)
64
25
n 49
n
n

(
0
,
5
)

(
0
,
7
)

(
0
,
8
)
untuk n 0 dan 1
6
2
3
h (n )
325
n 349
n 364

(0,5)
(0,7)
(0,8) n
untuk n 2
2
3
6

114

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Latihan :
Carilah respons impuls sistem dengan persamaan
perbedaan berikut :
y(n) = x(n) +0,8 y(n-1)
25y(n) + 6y(n-1) + y(n-2) = x(n)
2y(n) + 6y(n-2) = x(n) x(n-2)

115

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Konvolusi

116

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Konvolusi
Adalah suatu operasi perkalian sekaligus penjumlahan
dalam kawasan waktu (SWD) atau suatu operasi
perkalian sekaligus integral dalam kawasan waktu (SWK).
Dapat digunakan untuk mendapatkan respons sistem
terhadap masukan bebas. Jadi merupakan transformasi
dari masukan ke keluaran.

117

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Penjumlahan Konvolusi
Jika x(n) adalah input suatu SWD LTW dan y(n) adalah
output sistem tersebut dimana y(n) = T.[x(n)] , maka :

y( n )

x (k )h (n k )

k ~

x (n k )h (k )

k ~

dimana operasi diatas didefinisikan


konvolusi * , sehingga

y( n ) x ( n ) * h ( n )

x (k )h (n k )

k ~

sebagai

operator

x (n k ) * (k )

k ~

Dimana h (n) adalah respons impuls


118

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Blok diagram penjumlahan konvolusi

x[n]

y[n]

x(n) * h(n) = y(n)

119

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sifat-sifat Konvolusi :
Komutatif :
x(n) * y(n) = y(n) * x(n)
Asosiatif :
x(n) * [y(n) * z(n)] = [x(n) * y(n)] * z(n)
Distributif untuk operasi penjumlahan
x(n) * [y(n) + z(n)] = x(n) * y(n) + x(n) * z(n)
Memiliki elemen identity : (n)
x(n) * (n) = (n) * x(n) = x(n)
Konvolusi dari suatu deretan pulsa sampling tertunda dengan x(n)
x(n) * (n-k) = x(n-k)

Lihat lagi operasi pencerminan dan pergeseran


120

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh soal 2.9.


x[n]

y[n]

h(n)
Dengan input x(n) dan respons impuls h(n) seperti di bawah
ini, dapatkan output sistem y(n) = x(n)*h(n)
x (n)

h (n)
3
2

0,5

121

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Jawab :

y( n ) x ( n ) * h ( n )

x (k )h (n k )

k ~

Disini k merupakan variabel penjumlahan untuk harga n


tertentu. Misalnya diberikan harga suatu n=N0 maka
jumlahkan semua perkalian antara deretan x(k) dengan
h(n0-k) untuk semua k [-~ , ~], dimana h(n0-k) = h-(k-n)
yaitu pencerminan dari h(k) kemudian digeserkan sejauh
n0.

122

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Dengan kata lain dapat dituliskan langkah-langkah


penjumlahan konvolusi sebagai berikut :

123

Gambarkan x(n) dan h(n)


Ubah peubahnya dari n menjadi k, sehingga didapat x(k)
dan h(k)
Lakukan pencerminan terhadap sumbu vertikal dari h(k)
atau x(k) sehingga didapat h(-k) atau x(-k)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Misalkan yang dicerminkan adalah h(k) maka didapat h(k) dan x(k). Geser h(-k) untuk n =0 dan kalikan besaran
pada h(-k) dan x(k) pada waktu yang sama dan
jumlahkan. Sehingga akan dikalikan h(-k) dengan x(k).
Geser lagi h(-k) untuk n=1, maka kita akan mengalikan
h(1-k) dengan x(k), begitu seterusnya hingga antara h(n-k)
dan x(k) tidak bersinggungan lagi.

124

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Energi & Daya Sinyal

125

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Energi Sinyal
Energi sinyal waktu diskrit x(n) didefinisikan sebagai Ex
berikut :

126

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh 2.10.
Carilah energi sinyal waktu diskrit x(n) = ()n u(n)
Solusi :
Dari definisi :

= 1/[1-1/4] = 4/3

127

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Daya Sinyal
Daya rata-rata sinyal waktu diskrit didefinisikan sebagai
berikut :

Untuk sinyal waktu diskrit periodik, daya rata-ratanya adalah


:

128

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Latihan :
Carilah energi dan daya sinyal berikut ini :
x(n) = 10 sin (2n/4)

129

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

TT-3113
Pengolahan Sinyal Dijital
BAB #3
TRANSFORMASI FOURIER
WAKTU DISKRIT
130

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Tujuan

Memahami prinsip dasar deret Fourier dan


Transformasi Fourier Waktu Diskrit serta
dapat menerapkannya pada berbagai
Sinyal Waktu Diskrit

Memahami sifat-sifat deret Fourier dan


Transformasi Fourier Waktu Diskrit dan
menerapkan dalam analisis sinyal

131

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Deret Fourier Waktu Diskrit


(DFWD)

132

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

DFWD bentuk Trigonometri


Diberikan sebuah sinyal waktu diskrit x(n) periodik dengan
periode N :
x(n)=x(n+kN)

0 1
7

133

x(n) = an cos ( 2n/N)

x(n) = bn sin ( 2n/N)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

DFWK :

x(t ) a0 (an cos n0t bn sin n0t )


n 1

x(n) a0 (ak cos kwo n bk sin kwo n)

DFWD :
Dimana frekuensi sudut = 2/periode 0 = 2/T; 0 =
2/N
Bentuk-bentuk trigonometri yang penting :
cos(N0n)=cos (2n)=cos (00n)
cos([N+1]0n)=cos(0n)
cos([N+2]0n)=cos(20n)
cos([N+k]0n)=cos(k0n)
k 1

134

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

DFWD bentuk Eksponensial

c e

DFWK : x(t )

jn 0t

1 t 0 T
cn
x(t )e jn 0 t dt
T t0

DFWD :

x ( n)

N 1

ak e

, n 0,1,2,....

k 0

1
ak
N

135

jk0n

N 1

jk0 n

x
n
e
, k 0,1,2...N 1

n 0

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Disingkat penulisannya :

x (n )

N 1

a
k 0

1
ak
N
wN e

136

w kn
N , n 0,1,2,....

N 1

kn

x
n
w

N , k 0,1,2...N 1
n 0

j 2
N

w e
k
N

e j0

j2 k
N

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Bentuk DFWD cukup dianalisis 1 periode dari n =0 sampai


dengan N-1, karena sifat eksponensial dan periodisitas :

jk0 N

j 2k
N

e j 2k 1

Dimana k adalah integer sejumlah N dari 0 sampai N-1.

137

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Respons Steady State thd


masukan sinusoidal

138

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sistem dalam notasi operator q : L(q) = y(n)/x(n) = N(q)/D(q)


Respons sistem : y(n) = yc(n) + yp(n)
Respons steady state input eksponensial x(n) = A e jk n
yss(n) = [N(q)/D(q)] x(n) dimana q= e j
Jika input sinusoidal maka ubah dahulu ke dalam bentuk
eksponensial
0

139

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh
Tentukan respon tunak (steady state) dari sistem waktu
diskrit berikut :
y(n+2)-0.8y( n+1)+0.15y(n)= x(n) dimana x(n) = 5 + 2 ej2n/10
Jadi disini seolah-olah inputnya ada 2 buah yaitu x1(n) = 5
dan x2(n) = ej2n/10
Dengan menggunakan operator q, dapat ditulis :
y(n)[q2 0,8 q + 0,15] = x(n)
1

L(q) = y(n)/x(n)
q 2 0.8q 0.15
yss1(n) = L(q) x1(n) dengan q = ej0

140

5
5 / 0,35 14,286
e j 0 0,8e j 0 0.15
Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

yss2(n) = L(q) x2(n) dengan q = ej2/10


2e

j 4
10

j 2n
10

0,8e

j 2
10

0.15
j 2n
10

2e
(cos 0,4 j sin 0,4 0,8 cos 0.2 j 0,8 sin 0.4 ) 0,15
j 2n
10

2e
3,873e j ( 0, 2n 1,94)
0,188 j 0,488

Sehingga : yss(n) = 14,286 3,873e j (0, 2n1,94)

141

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Transformasi Fourier
Waktu Diskrit
(TFWD)
142

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Tinjau sinyal waktu diskrit terbatas :


x(n) 0 , 0 n N1
Buatlah x(n) menjadi sinyal periodik
(dimana N> N1)
x(n)

dengan periode N

n
0

(a)

N1-1

~
x ( n)
-N

143

(b)

0 N1-1

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Dengan menggunakan analisis DFWD dapat ditulis :


~
x (n )

N 1

( jk0 n )
a
e
k
n 0

1 N 1 ~
a k x (n ) e ( jk0 n )
N n 0

Karena =0, n> N1, maka


1
ak
N

N 1

( jk0 n )
x
(
n
)
e

n 0

1
ak
N

144

N 1

kn
x
(
n
)
w

N
n 0

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Karena x(n) 0, 0nN1 maka

1
ak
N
1
ak
N

kn
x
(
n
)
w

n
n

( jk0 n )
x
(
n
)
e

Perlu diingat bahwa 0 = 2/N


Perlu diperhatikan bahwa akan mendekati x(n) untuk nilai N
yang semakin tinggi.

145

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sehingga dapat dinyatakan :

lim ~
x (n ) x (n )

Sedangkan bila N ~ maka 0 0 sehingga spektrumnya


kontinyu.

N .ak
N .ak
146

( jk0 n )
x
(
n
)
e

n
n

( jn )
x
(
n
)
e

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

N .ak X (e j )
Dengan = k.0
inilah yang disebut sebagai Transformasi Fourier Waktu
Diskrit dari x(n).
Kembali ke persamaan sebelumnya :
~
x ( n)

N 1

( a )e
n 0

~
x ( n)

N 1

[
n 0

147

( jk0 n )

1
X (k0 )]e ( jk0n )
N

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom


~
x (n ) 0 X(k0 ) e jk0 n )
n 0 2
N

Untuk N~, 0 0 maka x(n)


Sehingga 0 berubah menjadi suatu elemen frekuensi d,
dengan demikian :
1 2
jkn )
x (n )
X
(

)
e
d

0
2

148

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Jadi pasangan Transformasi Fourier Waktu Diskrit (TFWD)


dan inversenya adalah sebagai berikut :
X ( )

( jn )
x
(
n
)
e

1
x ( n)
2

149

X ( ) e jkn ) d

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

TFWD
Sinyal Sinusoidal

150

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

x (n ) Ae
X()

j0 n

2(

2k )

A j 0 n
x n A cos 0 n (e
e j 0 n )
2

X() ( 0 2k ) ( 0 2k )
k

151

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Dengan cara yang sama kita dapat menunjukkan bahwa


TFWD dari fungsi sinus
x (n ) A sin 0 n

A
( e j 0 n e j 0 n )
(2 j)

Adalah :

X() j [( 0 2k ) ( 0 2k )
k

152

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

TFWD sinyal cosinusoidal


X(n)

-2

TFWD sinyal sinusoidal


X(n)

-2

153

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sifat-sifat TFWD

154

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

a. Periodik atau berulang

X(+2)=X()
b. Linearitas
Jika F x1 (n ) X1 () dan
Maka :

F x 2 ( n ) X 2 ()

F a1x1 (n ) a 2 x 2 (n ) a1X1 () a 2 X 2 ()

155

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

maka

c. Pergeseran waktu dan frekuensi

Jika F x (n ) X () maka

Jika F x (n ) X () maka

156

F x(n n 0 ) e jn 0 X()

F e jn 0 x(n) X( 0 )

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

d. Penskalaan waktu dan frekuensi

Jika F x (n ) X() maka F x (nk ) X ( / k )


dimana k 1
e. Differensiasi dan penjumlahan
Jika F x (n ) X()
Dan

157

maka F x (n ) x (n 1) (1 e j) X()

1
n

F x ( m)
X() X(0) ( 2k )
j
k
m
1 e

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

f. Differensiasi dalam frekuensi

Jika F x (n ) X() maka

F nx (n ) j

dX()
d ()

g.Teorema Parseval

Jika F x (n ) X() maka

x (n )

h. Konvolusi

Jika y(n) x (k )h (n k ) maka

1 2
2
X
(

)
d

0
2

Y() H()X()

158

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

i. Konvolusi Periodik/Konvolusi sirkular


kN

N 1

k 1

m 0

y(n ) x1 m x 2 n m ~x1 (m)~x 2 (n m)R N (n )

dimana ,
k adalah integer, ekspresi r adalah r modulo N untuk r
integer sembarang, N adalah perioda
x1(n)=x2(n)= deretan terbatas
y(n) adalah respons sistem

159

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

TT-3113
Pengolahan Sinyal Dijital

BAB #4
Transformasi Z
160

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Tujuan
Memahami sifat-sifat Transformasi Z
Memahami hubungan antara Transformasi Z dengan
Transformasi Fourier Waktu Diskrit serta hubungan
Transformasi Z dengan Transformasi Laplace
Dapat menggunakan Transformasi Z untuk memecahkan
persamaan perbedaan dengan kondisi awal.

161

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Bila ada deretan x(n) maka TZ[x(n)] didefinisikan sebagai :

X ( z)

n
x
(
nT
).
z

TZ 2 sisi

X ( z ) x(nT ).z n
n 0

162

TZ 1 sisi

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Definisi diperluas :

TZ[h(n)] = H(z) =

Untuk z = ej

h(n) z-n

didapat H(ej)

Sehingga bila ada respons impulse h(n), dapat dihitung


H(z), kemudian z diganti dengan ej didapat H(ej ) yaitu
Respons Frekuensi.
Dengan kata lain, untuk mencari respons frekuensi dapat
dilakukan melalui TZ.
163

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Daerah Konvergensi

164

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Daerah Konvergensi merupakan tempat kedudukan (hargaharga) dari z yang menyebabkan TZ nya berharga
berhingga.
a. Diberikan sinyal kausal x(n) = An u(n), || >0 maka :

X(z) =

An

u(n).z-n

=
n 0

An

z-n

A (/z)n
n 0

X(z) akan berhingga bila (/z) < 1 atau |z| > ||


Sehingga X(z) = A 1 , |z| > || dengan daerah konvergensi
1 z
di setiap titik di luar lingkaran dengan jari-jari .
165

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

b. Diberikan sinyal antikausal x(n) = A-n u(-n), || >0 maka :

X(z) =

A-n

u(-n).z-n

A-n

z-n

= A

-n

z-n

= A (.z)n
n 0

X(z) akan berhingga bila (z) < 1 atau |z| < |1/|
Sehingga X(z) = A , |z| < |1/| dengan daerah konvergensi
1 z
di
setiap titik di dalam lingkaran dengan jari-jari 1/.

166

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Deretan
dalam Waktu Terbatas

167

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Bila x(n) 0, n [N1,N2] dengan N1< N2 dan N1,N2 terbatas,


maka :
N2
X(z) = x(n).z-n
n N1

X(z) konvergen di setiap titik pada bidang z dengan


kemungkinan pengecualian di z = 0 atau z = ~.
x(-3) = 2, x(-2) = -5, x(-1) = 3, x(0) = 0, x(1) = 4, x(2) = 2, x(3)
= -4, x(4) = -2
x(n)

3
2

2
-2

-3

3
-1

2
-2
-4

-5

168

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

X ( z ) 2 z 5 z 3z 4 z 2 z 4 z 2 z
3

Terlihat bahwa bila ada z berpangkat positif, maka z = ~ tidak berlaku


karena hasilnya tak terhingga. Begitu pula bila ada z berpangkat
negative maka z = 0 tidak berlaku karena hasilnya juga tak terhingga.
Bila deretan dengan waktu terbatas adalah Respons Impuls h(n) dari
suatu sistem linear dan tak berubah terhadap waktu maka sistem
tersebut disebut dengan SISTEM RESPONS IMPULS TERBATAS
(RIT) atau FINITE IMPULSE RESPONSE SYSTEM (FIR SYSTEM).
Bila N1 = -~ dan/ N2 = ~ maka sistemnya disebut dengan SISTEM
RESPONS IMPULS TAK TERBATAS atau INFINITE IMPULSE
RESPONSE SYSTEM (IIR SYSTEM).

169

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Deretan Kausal

170

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Bila x(n) 0, n [N1,~] dengan N1 0 , maka :

-n
X(z) = n
x(n).z
N1

Contoh :
Diberikan sinyal x(n) = an u(n)
X(z) = 1
, |z| > ||
1 az 1

X(z) konvergen di setiap titik di luar lingkaran dengan jari-jari


a. Bila a < |1|, maka sistem stabil.

171

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Deretan Tidak Kausal

172

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Bila x(n) 0, n [-~, N1] dengan N1 <0 , maka :


N1

X(z) =

x(n).z-n

Contoh :
Diberikan sinyal x(n) = - bn u(-n-1)

n.z - n = -b-n.z n = - b-n.z n = 1 - b-n.z n


X(z) = n
-b
n 1

n 1

=1-

n 0

(b-1.z) n

n 0

173

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

X(z) akan konvergen bila |b-1.z| < 1.

X(z) = 1 -

1
1 b 1 z

z
=
, |z| < |b|
z b

X(z) konvergen di setiap titik di dalam lingkaran dengan jarijari b.

174

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Deretan Dua Sisi

175

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Bila x(n) 0, n [-~, ~], maka :

X(z) = x (n)
n

z-n

Contoh :
Diberikan sinyal x(n)

X(z) =

176

z
za

z
z b

=
n 0

x(n).

z-n

+ x(n). z-n

= an u(n)
= - bn u(-n-1)

, |a| < |b|

z (2 z a b

=( z a)( z b) , dengan ROC |a| < |z| < |b|

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

TZ
beberapa Sinyal

177

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

a. Sinyal impuls
1, n 0
(n)
0, n lainnya

X (z) =
n 0

x(n) z-n = 1

b. Deretan konstan
x(n) A,

n 0,1,2,.........,

x(n) z-n = A( 1 + z-1 + z-2 + )


X(z) =
n 0

= 1 Az
178

, |z| > |1|

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

c. Deretan eksponensial
n
x
(
n
)

A
.
r

u(n) A

-1 )n = 1 rz
X (z) = n 0 A rn z-n =
A
(r
z
n 0

AZ
zr

>

d. Deretan sinusoidal/cosinusoidal
x(n) A. cos n
Diberikan sinyal cosinusoidal
Ae

Ae

A cos n

X(z) = TZ
TZ 2 2
jn

X(z) = (A/2)

=
179

z
z e j

jn

z
z e j

Az z e j z e j

2 z 2 ze j ze j 1
Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Az 2 z 2 cos

2 z 2 2 z cos 1

Az[ z cos
z 2 2 z cos 1

, z >1
Im[z]
lingkaran
satuan

180

Re[z]

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Diberikan sinyal sinusoidal


X(z) =TZ [A.sin n ] = TZ Ae2 j

jn

=
=

Ae jn

2j

A z
z

2 j z e
z e j

Az sin
z 2 2 z cos 1

; z

>1
Im[z]
lingkaran
satuan

181

Re[z]

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sifat-sifat TZ

182

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Linearitas
Bila deretan x(n) = x1(n) + x2(n), dengan dan konstan,
maka :
X(z) = TZ x1 (n) x2 (n)

x1 (n).z
n 0

x 2 (n).z n
n 0

X 1 ( z ) X 2 ( z )

dengan

183

X1(z) = TZ[x1(n)]
X2(z) =TZ[x2(n)]
X(z) = Z [x(n)],

, ROC R1 -< z < R1+;


, ROC R2 -< z <R2+ dan

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Maka TZ[x1(n) + x2(n)] dengan ROC dari hasil TZ ini


diberikan oleh irisan ROC dari X1 (z) dan ROC dari X 2 (z).
ROC : max [R1 - ; R2-] < z < min [R1+ ; R2+]

184

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Pergeseran Deretan
Diberikan xk(n) = x(n-k) adalah deretan x(n) yang tergeser
sebesar k cuplikan dan bila
TZ[x(n)] = X(z) maka :
TZ[x(n-k)] = Xk(z)

= xk(n) z-n =
n

x(n-k) z-n

Sebut n-k = m maka Xk(z) =

x(m)z-(m+k)=z-k

x(m) z-m

= z-k X(z)

185

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Bila TZ[x(n)] = X(z) ,


Rx -< z < Rx+;
Maka :
TZ[x(n-k)] = z-k X(z),
Rx -< z < Rx+;
Jadi daerah konvergensi (ROC) dari x(n) dan x(n-k) adalah
sama , dengan kemungkinan pengecualian di z = 0 dan z
= ~.

186

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Perkalian dengan n (diferensiasi)


Jika : X(z) = TZ [x(n)], maka :

TZ nx(n) z

d
X ( z)
dz

d m x( z )
n x ( n) ( z )
dz m

Bentuk umum :

nx(n) z n z nx(n) z n 1
Bukti TZ nx(n)
n 0
n 0

z x(n)(n.z
n 0

n 1

) z x(n). z z n
dz

n 0

d
d

z x(n).z n z X ( z )
dz n 0
dz

187

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Perkalian dengan rn
Jika : X(z) = TZ [x(n)], maka : TZ r

z
x ( n) X ( )
r

Bukti :

x(n) r x(n).z
n

n 0

188

z
x(n).
r
n 0

z
X ( )
r

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Penjumlahan Konvolusi
Jika X (z) =TZ [x (n)]
, ROC R1- < z < R1+;
X (z)=TZ[ x (n)]
, ROC R2 -< z < R2+,

Maka :X1(z) X2(z) = TZ x (k ).x (n k )

Bukti :

k 0

TZ


n
x
(
k
).
x
(
n

k
)

x
(
k
).
x
(
n

k
)

1
2
1
2

.z
k 0
n 0 k 0

k 0

n 0

x1 (k ) x 2 (m).z m k , m n k

x1 (k ) z
k 0

x (m).z ,

n 0

X 1 ( z ). X 2 ( z )

189

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh :

-n =
x(n) = u(n), maka X(z) =
z
n 0

1
1 z 1

, |z| > |1|

h(n) = an u(n), maka H(z) = anz-n = 1 1 , |z| > |a|, dengan


n 0
1 az
a < 1, maka :
Y(z) = X(z).H(z)

190

1
1
=
.
1 z 1 1 az 1

z2

( z a)( z b)

|z| > |1|

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Teorema Nilai Awal


Jika

: X(z) = Z [x(n)], maka :

x(0) lim X ( z )
z

Penerapan utama dari sifat ini adalah untuk menentukan


nilai awal x(0) secara langsung dari X(z), tanpa
melakukan evaluasi inverse TZ. Buktinya diberikan seperti
berikut ini :
Dari persamaan definisi TZSS,
X(z) = x(0) + x(1). z-1 + x(2).z-2 + x(3).z-3 + ....
Bila z , maka seluruh suku akan menjadi sangat kecil,
kecuali suku pertama. Hal ini membuktikan persamaan
nilai awal di atas.
191

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Teorema Nilai Akhir


Jika TZ [x(n)] = X(z) dan semua pole X(z) terletak didalam
lingkaran satuan, dengan pengecualian yang mungkin dari
pole yang sederhana pada z = 1, maka nilai x(n) pada n
diberikan oleh :
lim x(n)= lim z 1 X (z)

z1

Bukti :
Dengan mempertimbangkan TZ [ x(n 1) x(n)] , Dari sifat
pergeseran maka dapat dituliskan :
TZ [ x(n 1) x(n)] [ zX ( z) zx(0)] X ( z)
k

lim [ x(n 1) x(n)]z n


k

192

n 0

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Hal ini dapat disusun kembali sebagai :


k

( z 1) X ( z ) x(0) lim [ x(n 1) x(n)]z n


k

n 0

dengan pengambilan z pada kedua sisi, kita dapatkan :


l im ( z 1) X ( z ) x(0) [ x(1) x(0)] [ x(2) x(1)] ... [ Xk ) x(k 1)] ...
z 1

lim x(k )
k

193

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Penskalaan
Bila TZ[x(n)] = X(z) maka :

TZ[n x(n)]

= n x(n) z-n =

n 0

n 0

x(n) (z/)-n

= G(z/)

Dengan cara yang sama :


TZ

194

j0 n
e
[
x(n)] = G(z ) e j

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Latihan
Carilah hasil TZ dan daerah konvergensi dari sinyal :
x(n) = [3(4/5)n (2/3)2n] u(n)
x(n) = 2n u(n) + 3n u(-n)

195

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Inverse Transformasi Z

196

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Tujuan dari Inverse Transformasi Z atau


sering dituliskan dengan Z-1[...] adalah
mengembalikan dari kawasan frekuensi (z)
ke kawasan waktu (n).

Ada
beberapa
metode
Transformasi Z, antara lain :

197

Inverse

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Metode Penyesuaian Koefisien

Jika X (z) = an z n

maka : x (n) = a untuk n=0,1,2,

n 0

Contoh :
3z 5 z
X (z) = z 4 z 6 z 4
lakukan pembagian :
x (z) = 0z0 +3z-1 +7z-2 +
2

a0

a1

a2

x(0) x(1)
198

x(2)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Metode Deret Taylor


Merefer pada suatu bilangan komplek c dimana |c| < 1.

1
1 c

199

n
c

n 0

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Metode Ekspansi Parsiil


Metode ini merupakan metode yang paling popular, karena
cukup melihat pasangan TZ dan inversenya yang
sederhana.
N

X(z) =
i 1

a (i )
1 p (i ) z 1

a (i )
1 p (i ) z 1

a(i) pn(i)
N

Maka

200

x(n) = a(i) pn(i) , n 0


i 1
=0
,n<0

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

TT-3113
Pengolahan Sinyal Dijital

BAB #5
TRANSFORMASI FOURIER
DISKRIT
201

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Tujuan

202

Memamahi hubungan Transformasi Fourier


Diskrit dengan Transformasi Fourier Waktu Diskrit
dan Transformasi Z
Memahami sifat-sifat Transformasi Fourier Diskrit
Memahami aplikasi Transformasi Fourier Diskrit
pada pengolahan sinyal dijital

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Analisis Fourier

203

Sinyal Waktu Kontinyu Periodik, digunakan Deret Fourier Waktu


Kontinyu (DFWK), akan didapatkan spektrum yang diskrit.
Sinyal Waktu Kontinyu Non Periodik (terbatas), digunakan
Transformasi Fourier Waktu Kontinyu (TFWK), akan didapatkan
spektrum yang kontinyu.
Sinyal Waktu Diskrit Periodik, digunakan Deret Fourier Waktu Diskrit
(DFWD), akan didapatkan spektrum yang diskrit.
Sinyal Waktu Diskrit Non Periodik (terbatas), digunakan Transformasi
Fourier Waktu Diskrit (TFWD), akan didapatkan spektrum yang
kontinyu.
Sinyal Waktu Diskrit Non Periodik (terbatas), dan diinginkan
spektrum diskrit, maka digunakan Transformasi Fourier Diskrit
(TFD).

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Representasi Fourier

204

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Formulasi Transformasi Fourier Diskrit


N 1

X ( k ) x ( n )e

j 2kn
N

, k 0,1,....N 1

n 0

X (k ) X ( ) 2kn / N
1
x ( n)
N

205

N 1

kn
X
(
k
)
w

N ,

2k
X(
)
N
n 0,1,2,...N 1

k 0

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh
Diberikan respons impuls sistem adalah :
h(n)
= 1/3
,0n2
= 0
, n lainnya
Bila dicari hasil TFWD[(h(n)] yaitu H(ej) dan hasil TFD
[h(n)] yaitu H(k) seperti ditunjukkan dalam gambar berikut
ini.

206

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Hubungan antara TFWD dan TFD dari deretan kausal untuk N=4 dan N=8

207

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sifat-sifat TFD
Jika F x (n ) X(k ),

k 0,1,2,3,....N

maka:

1.Linearitas

F a1 x1 (n) a2 x2 (n) a1 X 1 (k ) a2 X 2 (k )

2.Pergeseran waktu

F[ x(n m)] X (k )wN km

3.Pergeseran frekuensi

F[ x(n)wN mn ] X (k m)

4.Dualitas

F[ x(k )] Nx(n)

5. Konvolusi Sirkular

N 1

F x[( n i ) mod N ] y (i ) X (k )Y (k )
i 0

N 1

F [ x(n) y (n)] N 1 x[( k i ) mod N ]Y (i )


i 0

6. Perkalian

N 1

7.Teorema Parseval
208

N x ( n)
n 1

N 1

X (k )

k 1

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Transformasi Fourier Cepat

209

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Komputasi langsung dari TFD tidak efisien, karena tidak


memanfaatkan sifat simetri dan sifat keperiodikan
(periodisitas).
Sifat simetri

WNkn = - WNk

Sifat periodisitas

WNk+n = WNk

TFD langsung

N2 perkalian
N2 N penjumlahan

210

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Refer TFD :
N-1

X(k) = x(n) WNkn

, k = 0, 1, ...., N-1

n=0

WNk

= e-j2/N

Bila x(n) deretan waktu diskrit dengan panjang N, maka X(k)


merupakan deretan frekuensi dengan panjang N.

211

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

TFD 2 Titik
1

X(k) = x(n) W2kn,

k = 0, 1

n=0

k =0 X(0) = x(0) + x(1)


k=1 X(1) = x(0) x(1)

Diperlukan : 4 perkalian dan 2 penjumlahan.

212

x(0)

X(0)

x(1)

X(1)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

TFD 4 Titik
3

X(k) = x(n) W2kn,

k = 0, 1 , 2 , 3

n=0

= x(0) + x(1) + x(2) + x(3)

= x(0) + x(1) W41 + x(2) W42 + x(3) W43


= x(0) -j x(1) - x(2) + j x(3)
X(2)
= x(0) + x(1) W42 + x(2) W44 + x(3) W46
= x(0) - x(1) + x(2) - x(3)
X(3)
= x(0) + x(1) W43 + x(2) W46 + x(3) W49
= x(0) +j x(1) - x(2) j x(3)
Diperlukan : 16 perkalian dan 12 penjumlahan.

213

X(0)
X(1)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

X(0)
X(1)
X(2)
X(3)

= [x(0) + x(2)] + [x(1) + x(3)]


= [x(0) - x(2)] j[ x(1) - x(3)]
= [x(0) + x(2)] - [x(1) + x(3)]
= [x(0) - x(2)] + j[ x(1) - x(3)]
x(0)
x(1)
x(2)
x(3)

214

X(0)
X(1)
X(2)
X(3)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Transformas Fourier Cepat


(Fast Fourier Transform)
FFT

215

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Algoritma FFT

216

Desimasi dalam waktu


Desimasi dalam frekuensi

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Desimasi dalam Waktu


N-1

Refer TFD : X(k) = x(n) WNkn

, k = 0, 1, ...., N-1

n=0

WN = e-j2/N

217

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Misalkan

n = 2r ,
n = 2r+1
(N/2)-1

X(k)

untuk ndeks genap


,untuk indeks ganjil
(N/2)-1

= x(2r) WN2rk +
r=0

x(2r+1) WN (2r+1)k
r=0

(N/2)-1

= x(2r) WN2rk
r=0

(N/2)-1

WN k

x(2r+1) WN 2rk
r=0

= N/2 point TFD bag genap + N/2 point TFD bag ganjil
218

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Dengan
WN2rk = exp[-j(2/N)2rk] = exp exp[-j{2/(N/2)}rk] =

WrkN/2

Sehingga :
(N/2)-1

X(k)

= x(2r) WrkN/2+
r=0

219

(N/2)-1
WkN

x(2r+1) WrkN/2

r=0

G(k)

+ WkN

H(k)

; k = 0, 1, ..., N-1

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Dimana :

G(k) = TFD N/2 titik bagian genap dari deretan x(n)

H(k) = TFD N/2 titik bagian ganjil dari deretan x(n)

220

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Gambar a
FFT 8 titik (N = 23) Desimasi dalam Waktu
TFD N titik didekomposisi dalam TFD N/2 titik

221

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Gambar b
FFT 8 titik (N = 23) Desimasi dalam Waktu
TFD N/2 titik didekomposisi dalam TFD N/4 titik

222

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Gambar b
Substitusi gambar b ke dalam gambar a

223

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Flow Graph 2 titik

224

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Flow Graph dari perhitungan TFD 8 titik dekomposisi desimasi dalam waktu

225

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Struktur FFT 8 titik

226

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Perhitungan kompleksitas perkalian dan penjumlahan dalam FFT

227

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Pengurutan kembali deretan dengan bit reversal

228

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Tugas

229

Turunkan formulasi
Frekuensi pada FFT

Desimasi

Dalam

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

TT-3113
Pengolahan Sinyal Dijital

BAB #6
SAMPLING &
REKONSTRUKSI SINYAL
230

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Tujuan

231

Memahami kaidah-kaidah pencuplikan


sinyal serta rekonstruksinya
Memahami kaidah-kaidah pada quantisasi

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Latar Belakang

232

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Pemrosesan Sinyal Dijital

233

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sampling
Sampling ideal :

234

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh
Sinyal Sinusoidal x(t) = e2jft dengan frekuensi f ,
Sebelum proses sampling : spektralnya pada frekuensi f
Setelah proses sampling :
X(nT) = e2jnft : spektralnya pada frekuensi = f yang
periodik dengan dengan n fs.

Pengulangan Spektrum akibat pencuplikan

235

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

fs = frekuensi sampling = 1/T = sampling rate


Sinyal x(t) dibuat bandlimited,
dengan frekuensi sebesar fmax

spektrumnya bandlimited

Samping rate dipilih paling tidak = 2 x frekuensi maksimum dari


sinyal yang ada.
fs 2 fmax

236

atau

T 1/(2 fmax)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sampling Rate minimum fs = 2 fmax disebut


Nyquist Rate

Sedangkan besaran fs/2 disebut frekuensi


Nyquist atau Folding frequency

[-fs/2 , fs/2 ] disebut Nyquist Interval

237

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh

238

Aplikasi
Geofisika
Biomedical
Mekanikal
Speech
Audio
Video

fmax
500 Hz
1 kHz
2 kHz
4 kHz
20 kHz
4 MHz

fs
1 kHz
2 kHz
4 kHz
8 kHz
40 kHz
8 MHz

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Untuk sinyal yang tidak bandlimited, dibuat


bandlimited dengan diprefilter oleh filter
analog Low Pass disebut sebagai
Antialiasing pre filter dengan cut off
frequency :

fmax fs/2

239

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Output dari analog Low Pass Pre Filter menjadi bandlimited

Prefilter Antialiasing
240

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Pembatasan Hardware
Bila total waktu proses atau waktu komputasi = Tprocess
dan periode pencuplikan = T, maka :
T Tprocess
Dengan kata lain : Computation Rate atau Processing
Rate adalah :

fprocess = 1/Tprocess
Sehingga berlaku :

241

2 fmax fs fprocess

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Ilustrasi
Sinyal frekuensi tunggal :
x(t) = Cos (2ft) disampling dengan 3 macam frekuensi
sampling : fs1= 8f, fs2= 4f dan fs3= 2f

Sinyal Sinusoidal pada rate fs = 8f; 4f; 2f

242

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Dari ketiga gambar tersebut di atas, apa komentar anda ???

Jumlah sample/cycle = fs/f


= (sample/sec)/(cycles/sec)
= samples/cycle
fs/f 2 samples/cycle

sehingga

fs 2f

Seringkali f dinormalisir terhadap frekuensi Nyquist :


fN = fs/2 sehingga f/ fN
243

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Dalam hal ini interval Nyquist menjadi [-1, 1]

Unit Frekuensi

244

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Analog Reconstruction & Aliasing


x(t) = ejt = ej2ft disampling dengan periode T sehingga t = nT :
x(nT) = ejnT = ej2fnT
Definisikan m=0,+-1, +-2,. xm(t) = exp2j(f+mfs)nT
Ingat : exp2jmfsnT = exp2jmn = 1

Maka : xm(t) = exp2j(f+mfs)nT = exp2jfnT. exp2jmfsnT


= exp2jfnT
= x(nT)

245

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Ideal Reconstructor

246

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Ideal Analog Reconstructor melewatkan


semua sinyal dengan komponen frekuensi
yang ada di dalam interval Nyquist [-fs/2 ,
fs/2 ] dan menghilangkan sinyal dengan
frekuensi di luar interval tersebut.

Dengan kata lain : Ideal Analog


Reconstructor bekerja sebagai LPF dengan
cut off sama dengan frekuensi Nyquist fs/2.

247

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Ilustrasi
Diberikan x(t) = 4 + 3 Cos (t) + 2 Cos (2t) + Cos (3t)
(t dalam ms). Tentukan sampling rate minimum agar tak
terjadi aliasing.
Tunjukkan bila sinyal disampling
Nyquist rate
(tunjukkan xa(t) dan x(t))
Solusi :
Frekuensi yang ada pada x(t) adalah :
f1 = 0 Hz, f2 = 0,5 kHz, f3 = 1kHz, f4 =1,5 kHz,
fmax = f4 =1,5 kHz
Nyquist rate = 2 fmax = 2f4 = 3 kHz
248

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Bila sinyal disampling 0,5 Nyquist rate :


fs = 1,5 kHz, interval Nyquist [-0,75; 0,75] kHz
f1 dan f2 tidak masalah (f1a = f1 , f2a = f2)
Tetapi f3 dan f4 di luar interval Nyquist.
f3a = f3mod(fs) = 1 mod(1,5) = 1 1,5 = -0,5 kHz
f4a = f4mod(fs) = 1,5 mod(1,5) = 1,5 1,5 = 0 kHz
Ditulis kembali x(t) dengan frekuensi yang baru :
x(t) = 4Cos 2f1t + 3Cos 2f2t 2 Cos 2f3t + Cos 2f4t
249

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Terjadi aliasing :

xa(t) = 4Cos2f1at + 3Cos 2f2at+2Cos2f3at+Cos 2f4at


= 4 + 3 Cos t + 2 Cos(-t) + Cos 0
= 5 + 5 Cos t

250

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Pada frekuensi = 0 kHz, amplitudonya (4 + 0,5 + 0,5) = 5


= +- 0,5 kHz, amplitudonya (3/2 + 2/2) = 2,5
251

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Kuantisasi

Konversi Analog ke Dijital


252

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Setelah melewati DS Processor, terapkan D/A Converter


untuk mengembalikan ke bentuk analog kembali.

Sinyal terkuantisasi xQ(nT) direpresentasikan oleh B bits


yang mempunyai nilai 2B yang mungkin
(2B level
quantisasi)
Dimana : R
= range
Q
= spasi antar level
= lebar quantisasi
= resolusi quantizer
2B
= jumlah level quantisasi

253

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Kuantisasi sinyal

254

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Dalam range skala penuh dibagi secara uniform ke dalam 2B level


quantisasi.

Q = R/(2B) atau R/Q = 2B


Misal harga R antara 1 s/d 10 volt, dengan melihat gambar
sebelumnya , maka B = 3 atau 2B = 8 level.

255

Untuk Bipolar ADC :

-R/2 xQ(nT) < R/2

Untuk Unipolar ADC :

0 xQ(nT) R/2

Dengan maksimum level :

R/2 - Q.

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Beberapa Definisi dalam Kuantisasi

256

ROUNDING : pembulatan ke harga terdekat dari level


quantisasi
TRUNCATION : memotong bagian atas (membulatkan ke
harga di bawahnya yang terdekat)
QUANTIZATION ERROR : selisih antara sinyal
terkuantisasi dengan sinyal tersample x(nT)
e(nT) = xQ(nT) x(nT) atau
e = xQ x
Q/2 e Q/2

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Mean Error

Mean Square Error

Terlihat bahwa e tidak dapat merepresentasikan error.


Perlu definisi harga rms :

Pelajari lebih lanjut mengenai probabilitas dan statistik

257

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Bila R = range dari sinyal dan Q = noise kuantisasi maka


S/N Ratio (SNR) adalah :
SNR = 20 log10(R/Q) = 20 log10 (2B)
= B. 20 log10 2
Jadi :
SNR = 20 log10(R/Q) = 6 B

(dB)

= disebut dynamic range dari quantizer


258

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh soal
Dalam aplikasi audio dijital, sinyal dicuplik pada laju
pencuplikan 44 kHz dan masing-masing cuplikan
dikuantisasi
menggunakan
A/D
konverter
yang
mempunyai range/jangkauan skala penuh 10 volt.
Tentukan jumlah bit B jika kesalahan kuantisasi efektif
(rms) dijaga di bawah 50 mikro volt. Kemudian tentukan
kesalahan (dalam rms) dan bit rate per second. Hitung
pula dynamic range dari kuantiser.

259

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Solusi
Jumlah bit B = log2 [R/(erms 12)] = log2 [10/(50.10-612)] =
15,82 , dibulatkan ke 16. Sehingga terdapat 2B = 65.536
level kuantisasi.
Dengan harga B tersebut dapat dihitung erms = R.2-B/12
= 44 mikro volt.
Bit Rate =B.fs = 16. 44 = 704 kbits/sec. Ini merupakan
tipikal bit rate untuk CD player.
Dynamic range dari kuantiser : 6B = 6. 16 = 96 dB.
Sebagai catatan, dynamic range alat pendengaran
manusia sekitar 100 dB. Ini sebagai alasan mengapa
Dijital Audio kualitas CD diperlukan minimal 16 bit
kuantisasi.

260

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

TT-3113
Pengolahan Sinyal Dijital

BAB #7
FILTER DIJITAL
261

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Tujuan

262

Memahami sifat-sifat filter dijital


Dapat merancang filter dijital respons
impuls terbatas dan filetr dijital respons
impuls tak terbatas dengan berbagai
metode

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Pendahuluan

Pemfilteran Dijital adalah pemrosesan sinyal dengan


menggunakan program komputer yakni memproses suatu
file dari sampel-sampel sinyal dan menghasilkan suatu file
baru dari sampel-sampel terfilter.

Sehingga pemfilteran dijital dapat diimplementasikan pada


suatu komputer dijital.

Dewasa
ini
ada
kecenderungan
untuk
mengimplementasikannya secara cepat, untuk desain
khusus dan murah sehingga sering ditambahkan dengan
suatu Digital Sinyal Prosessor (DSR) Chip.

263

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Deskripsi Desain Filter Dijital


Blok Diagram Pemfilteran Dijital

264

Sinyal analog band limited dicuplik periodik dan


dikonversikan dalam sampel dijital x(n), untuk n = 0, 1, 2,
.....
Prosesor Dijital mengimplementasikan operasi filtering,
mapping deretan input x(n) ke deretan output y(n)
menurut algoritma komputasi pada filter.
Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

265

Digital to Analog Converter (DAC) mengkonversi output


filter dijital ke dalam nilai-nilai analog, kemudian di
smoothing dan menghilangkan komponen frekuensi tinggi
yang
tidak
diinginkan.
Prosesor
Dijital
mengimplementasikan operasi filtering, mapping deretan
input x(n) ke deretan output y(n) menurut algoritma
komputasi pada filter.

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Keuntungan Filter Dijital

266

Filter dijital dapat mempunyai karakteristik yang tidak


dapat dipenuhi filter analog, seperti respons fasa yang
benar-benar linear.
Performansi filter dijital relatif tak berubah dengan
perubahan lingkungan seperti variasi temperatur.
Cut off, daerah transisi dsb di bawah kontrol komputer,
sehingga dapat diset high precission. Kepresisian
ditentukan panjang word
Fleksibilitas tinggi : cut off, daerah transisi dsb dapat
bervariasi dengan perubahan kecil pada program.

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

267

Mudah membangun filter linear fasa


Respons Frekuensi dapat otomatis di ajust jika
diimplementasikan menggunakan prosesor terprogram
(kasus Filter adaptif)
Dapat memfilter sejumlah input
Data terfilter & data tak terfilter dapat disimpan untuk
keperluan yang akan datang
Dengan perkembangan teknologi elektronika, filter dijital
dapat dipabrikasi dengan ukuran kecil, konsumsi daya
rendah, harga murah
Mudah dalam pengembangan ke filter adaptif.

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Aplikasi Filter Dijital

268

Kompresi Data.
Biomedical Signal Processing.
Speech Processing.
Image Processing.
Digital Audio.
Telephone Echo Cancellation.
Video Processing.
Watermaking.
Steganografi.
Inverse Filtering.
Dsb.
Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Gambaran Implementasi Sederhana

Step 1 : Pada sampel sinyal x(n) diterapkan Transformasi


Fourier, sehingga didapat fungsi di kawasan frekuensi
X(f).

Step 2 : Terapkan fungsi pemberat H(f) pada kawasan


frekuensi, sehingga didapatkan X(f) yang terfilter.

Step 3 : Terapkan Inverse Transformasi Fourier untuk


mendapatkan sinyal y(n).

269

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Implementasi Sederhana Pemfilteran Dijital

270

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Tipe Filter Dijital


Filter Respons Impuls Tak Terbatas (RITT) /Infinite Impulse
Response (IIR) :

y(n) = h(k).x(n-k)
k=0

271

Terlihat bahwa Respons Impuls IIR Filter TAK TERBATAS


Secara Praktis tidak feasibel menghitung output filter IIR
dengan persamaan di atas, karena respons impulnya
sangat panjang (teori : tak terbatas)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sehingga Filtering IIR diekspresikan dalam bentuk Rekursif


sebagai berikut :

y(n) = h(k).x(n-k)
k=0

= ak.x(n-k) - bk.y(n-k)
k=0

k=1

ak dan bk adalah koefisien filter IIR


272

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Filter Respons Impulse Terbatas (RIT) / Finite Impulse


Response (FIR) :
N-1

y(n) = h(k).x(n-k)
k=0

273

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Komparasi FIR & IIR Filter


FIR Filter :
Sederhana (+)
Stabil (+)
Hampir selalu berfasa linear (+)
Delay = 0,5 panjang h(n) (-)

IIR Filter :
Orde rendah & Delay pendek (+)
Sulit membuat fasa linear (-)
Ada kemungkinan tak stabil (-)

274

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Pertimbangan Pemilihan
1. Filter FIR dapat secara tepat mempunyai respons fasa
linear, implikasinya tak ada distorsi fasa (Perlu dalam
transmisi data, biomedical, digital audio, image processing
dsb.)
Fasa Filter FIR non linear
2. Filter FIR direalisasikan non rekursif
Filter FIR selalu stabil
Filter IIR belum tentu stabil

275

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

3. Filter FIR banyak memerlukan koefisien dibanding Filter


IIR. Kurang ekonomis dalam hal komputasi dan memory
penyimpanan
4. Filter analog dapat dengan mudah ditransform dalam
ekivalen Filter IIR menyesuaikan spesifikasi.
Tak dapat dilakukan pada Filter FIR karena tak ada
analoque counterpart nya
5. Dan sebagainya.

276

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Kompromi (Pedoman umum)

Penggunaan IIR Filter


Bila diperlukan filter dengan cut off curam, terutama
penggunaan karakteristik ellyptic akan menggunakan
koefisien yang lebih kecil dibanding ilter FIR

Penggunaan FIR Filter


Bila jumlah koefisien tidak terlalu besar dan khusunya bila
diperlukan syarat tanpa distorsi fasa (distorsi fasa yang
kecil)

277

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Ilustrasi
Dua fungsi transfer yang mempunyai respons amplitudo
hampir sama sebagai berikut :

IIR : H(z) =[a0+a1z-1+a2z-2]/[1+b1z-1+b2z-2]


dengan a0 = 0,4981819
a1 = 0,9274777
a2 = 0,4981819

278

b1 = -0,6744878
b2 = -0,3633482

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

11

FIR : H(z) = h(k) z-k


k=0

dengan

279

h(0)
h(1)
h(2)
h(3)
h(4)
h(5)

=
=
=
=
=
=

0,546.10-12
-0,450.10-1
0,691.10-1
-0,553.10-1
-0,634.10-1
0,5789.10-0

= h(11)
= h(10)
= h(9)
= h(8)
= h(7)
= h(6)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Blok Diagram IIR untuk kasus di atas :


w(n) = x(n) b1(n-1) b2(n-2)
y(n) = a0(n) + a1w(n-1) + a2w(n-2)

Jumlah perkalian = 5; jumlah penambahan = 4


Data & koefisien yang disimpan = 10 (?)
yaitu :x(n), w(n), w(n-1), w(n-2), dan koefisien : a0, a1, a2, b1, b2

280

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Blok Diagram FIR untuk kasus di atas :


11

y(n) = h(k) x(n-k)


k=0

Jumlah perkalian = 12; jumlah penambahan = 11


Data dan koefisien yang disimpan = 24 yaitu x(0) s/d x(11)
dan h(0) s/d h(11)

281

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Mengapa diperlukan Filter Fasa Linear?

282

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Filter Fasa Minimum


Secara umumn, diinginkan adanya delay sekecil-kecilnya
yang mungkin dalam suatu filter. Delay minimum atau
fasa minimum filter dapat dicapai dengan tidak
membangun Right Half Plane Zeros.
Filter berfasa minimum adalah suatu filter dimana seluruh
pole dan zero dari fungsi transfernya di dalam lingkaran
satuan. Bila dilihat dari fasanya, sistem berfasa minimum
akan memenuhi hubungan :
=

283

=0

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Filter Dijital
Respons Impuls Tak
Terbatas

284

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Respons Impuls h(n) = 0 , n < 0


y (n) a0 x(n) a1 x(n 1) ... an x(n p)
b1 y (n 1) ... bn y (n q)

Transformasi Z :

285

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Syarat :
Minimum ada sebuah ak 0
Akar-akar dari penyebut tidak dihilangkan oleh akarakar dari pembilang
Zero dapat disembarang tempat, pole harus di dalam
lingkaran satuan.
Biasanya M N
286

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Fungsi Magnitude Squared :

|H(ej)|2 = |H(z).H(z-1)| untuk z= ej

Respons Fasa :
(ej) = tan-1 {Im[H(z)}/Re[H(z)]} untuk z= ej

= (1/2j).ln[H(z)/H(z-1)] untuk z= ej

Group Delay :
g(ej) = - d(ej)/d = -( jz d/dz)| untuk z= ej

287

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Penentuan Koefisien Filter RITT


Menentukan bk dan ak agar Respons Filter mendekati
sifat yang diinginkan.
Pendekatan :
bidang z untuk filter dijital
bidang s untuk filter analog
Penentuan h(n) Filter :
Spesifikasi filter
Spesifikasi filter didekati dengan filter digital yang kausal
(pole berhingga).
Realisasi filter
288

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Metode Pendekatan :

289

Transformasi Respons Impuls


Transformasi z Bilinear (BZT Method)
Transformasi Matched Z

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Transformasi Respons Impuls

Respons Impuls Filter Dijital adalah versi cuplikan dari


respons impuls analog
Fungsi Transfer Filter Analog :
M
bk.sk
k=0
H(s) = ----------- =
N
ak . S k
k=1

290

M
(s +ck)
k=1
-----------N
(s + dk)
k=1

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Dengan perluasan pecahan parsial :


N

H(s) = ck/(s+dk)
k=1

Dimana :

ck = H(s).(s+dk)|s=dk
dk = tempat pole ke-k

291

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Respons Impuls :
N

h(t) = ck. exp[-dkt ]u(t)


k=1
Dengan pencuplikan :
N

h(nT) = ck. exp[-dknT] u(nT) ;


k=1
T= Periode pencuplikan
292

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Transformasi Z :
~

H(z) = h(nT) z-n = ck. exp[-dknT] z-n


n=0

n=0 k=1

= ck exp[-dkT. z-1]n
n=0

k=1

= ck/[1- exp(-dkT. z-1)]


k=1

293

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Hubungan Pemetaan :

1/(s+dk) 1/[1- exp(-dkT. z-1)] untuk pole sederhana


Bila dk komplek maka ck juga komplek, karena h(t) riil maka
akan ada pole dk* dan ck* , dimana * = komplek konjugate
ck/(s+dk) + ck* /(s+dk*)

294

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Bila dk = k + jk dan ck = gk + jhk


ck/(s+dk) + ck* /(s+dk*)

= 2 gk. s+2(k gk+k hk)/[s2+2 k.s +(k2+k2)

295

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Dengan pemetaan : 1/(s+dk)

1/[1- exp(-dkT. z-1)]

maka :
ck/[1- exp(-dk.T. z-1)] + ck*/[1- exp(-dk*T. z-1)]

= 2 gk- exp(-kT) . z-1 [2 gk Cos(kT)-2 hk Sin(kT)


(7.17)
1- 2 exp(-dk*T). z-1 Cos(kT) + exp(-2 kT). z-2

296

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sehingga :

s + + (h/g)

s2+2 s + 2+2
1 - exp(-T). z-1 [Cos(T) - (h/g) Sin(T)]
(7.18)
1 - 2 exp(-T). z-1 Cos(T) + exp(-2T). z-2

297

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh :
h(t) = exp(-T). Cos (t).u(t)
H(s) = (s+)/(s2+2 s+2+2)

H(z) = [1- exp(-T). z-1 Cos (T)] / [1-2 exp(-T).z-1


Cos(T)+exp(-2T) z-2]
Kesimpulan :
Koefisien filter dijital tergantung periode pencuplikan

298

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Karena respons impuls filter dijital adalah hasil cuplikan


dari respons impuls filter analog maka ada efek aliasing.
~
H(ejT) = (1/T) H(j +j l s)
l=-~
s
= 2/T = Frekuensi pencuplikan (radian) untuk
sistem dijital

299

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Transformasi Z Bilinear
Definisi : s

(2/T) [(1-z-1)/(1+z-1)]

z = [(2/T)+s]/[(2/T)-s]
Bila s = j

= 0

= ~

= -~

300

z = [(2/T) + j]/[(2/T)- j]

z=1
z = -1
z =-1

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Bila s = + j

z = [(2/T) + + j]/[(2/T)- -j]

< 0 (Bidang s sebelah kiri)


satuan)

|z | < 1 (didalam lingkaran

Fungsi transfer filter dijital didapat dengan transformasi


bilinear
H(z) = H(s) untuk s=(2/T)[(1-z-1)/(1+z-1)]

301

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Transformasi dari bidang s ke bidang z


302

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Jadi dengan transformasi Bilinear ini tidak terjadi Aliasing


303

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Hubungan Non Linear

Hubungan antara frekuensi analog dan frekuensi dijital


ditunjukkan pada persamaan sebagai berikut :
Bila s = j dan z = exp(jT) , maka :
j (2/T)[(1 exp(-jT)/ (1 + exp(-jT)]
j (2/T)[ exp(jT/2) exp(-jT/2)]. exp(-jT/2)/{[exp(jT/2
+ exp(-jT/2)]. exp(-jT/2)}
304

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Hubungan antara Frekuensi Analog dan Frekuensi Dijital


dalam Transformasi Bilinear
j (2/T) j tan (T/2)
(2/T) tan (T/2)

305

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sifat-sifat Transformasi Bilinear :


Pemetaan sederhana :
Bidang s
Bidang z
Sumbu j

Lingkaran satuan
Bila filter analog stabil dan kausal (dapat direalisasikan)
maka filter dijitalnya juga stabil dan dapat direalisasikan.
Karena
Transformasi Non Linear maka response
frekuensi filter analog harus konstan per segmen.
Response Impuls maupun response fasa filter tidak sama
dengan filter analog.

306

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Filter Analog sbg Counterpart


Filter Dijital

307

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Filter analog yang digunakan


Counterpart filter IIR adalah :
Filter Butterworth
Filter Chebyshev
Filter Ellyptic

308

sebagai

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Respons Frekuensi Filter


(a) Butterworth (b) Chebyshev tipe-I (c) Chebyshev tipe-II (d) Elliptic

309

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Filter Butterworth

310

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Filter yang akan kita rancang biasanya adalah filter yang


sudah dinormalisasi.
Contoh : LPF dengan Frekuensi Cut Off fco = 1 rad/det
Filter frekuensi kendali (normalisasi).
Respons Magnitude Squared :
|H( )|2 = 1/[1+(2)n]
Dengan = frekuensi cut off (1 rad/s)
n = derajad filter
H(s).H(-s) = 1/[1+(-s2)]n
311

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Tempat kedudukan pole-pole filter Butterworth


(a). n ganjil (b). n genap

312

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Fungsi transfer Filter Butterworth dapat dituliskan sebagai


berikut :
n

H(s) = k0/[ (s-sk)]


k=1

dimana sk adalah pole-pole filter Butterworth


sk = exp [j(0,5 + (2k-1)/2n] dengan k = 1, 2, , n

313

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

H(s) = 1/[ (s-sk)] = 1/Bn(s)


LHP
Poles

Dengan Bn(s) adalah polinomial Butterworth.


Pole-pole sk dicari dari hubungan sebagai berikut :

314

Untuk n ganjil : 1

k/n

; k = 0, 1, 2, ..., 2n-1.

Untuk n genap : 1

/2n + k/n; k = 0, 1, 2, ..., 2n-

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Polinomial Butterworth

315

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

316

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sifat Filter Butterworth :


Hanya mempunyai pole
Pada =1 H() = 1/2
Derajad filter n menentukan karakteristik filter
Bila redaman pada t > 1 (yaitu di daerah stopband)
sebesar A db, maka dari hubungan :
|H( )|2 = 1/[1+(2)n], terlihat bahwa H(t ) = 1/A

317

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sehingga didapat persamaan :

|(1/A)2|= 1/[1 + t2n]

Dari persamaan tersebut, derajad (orde) filter n dapat dicari :


n = log (A2 1)/(2 log t)

318

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Kuadrat respons frekuensi untuk berbagai orde filter

Semakin tinggi orde filter (n) maka semakin curam respons


frekuensi dan kuadrat respons frekuensinya.
319

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh-contoh :
1).
H(s) =k0/(s-s1) Orde-1
s1 = ej(0,5+0,5) = ej = -1
H(s) = k0/(s+1) pada s =0 maka H(s) = 1 sehingga k0=1
Didapat H(s) = 1/(s+1)

320

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

2. Diberikan LPF Butterworth dengan redaman pada t > 3


rad/detik sebesar 30 db
Berapakah orde filter tersebut?
Carilah pole-pole filter tersebut.
Carilah fungsi transfer filter tersebut.

321

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Gain Filter Butterworth untuk berbagai orde n


322

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Perencanaan Filter Dijital dengan Transformasi


Analog-Analog

Dengan Transformasi Analog-Analog

LPF
analog
c = 1

323

Transformasi PencuplikanFilter Dijital


Analog-analog

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Transformasi Analog-Analog
324

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Dengan Transformasi Dijital-Dijital


Perencanaan Filter Dijital dengan Transformasi Dijital-Dijital

LPF
Analog
c = 1

325

Pencuplikan Transformasi Filter Dijital


Dijital-Dijital

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Transformasi Dijital-Dijital
326

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Perencanaan LPF Butterworth


Bila 1 dan 2 masing-masing adalah frekuensi passband
dan frekuensi stop band serta K1 dan K2 masing-masing
gain pada frekuensi 1 dan 2 maka :

327

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Gain (dalam dB) dari LPF

328

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Gain pada passban dan Gain pada stop band

329

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Derajad filter

330

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Perencanaan BPF Butterworth


Tipikal BPF untuk ditransformasike LPF

331

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Fungsi Transfer BPF

332

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

r diambil yang lebih kecil dari harga mutlak A atau harga


mutlak B, dimana A dan B adalah kecuraman daerah
transisi dari BPF.

333

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Latihan

334

Diinginkan filter dijital yang akan melalukan


pita frekuensi dari 0 s/d 100 Hz. Jenis filter
yang dipilih adalah Butterworth derajad
(orde) 2. Frekuensi pencuplikan 625 Hz.
Perencanaan filter dengan menggunakan
Transformasi Bilinear.
Tentukan fungsi transfer filter analog H(s)
dan Fungsi Transfer filter Dijital H(z)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Filter Chebyshev

335

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Tipe I : Hanya mempunyai pole


Response Magnitude Squared :

Dimana Tn() = polinomial Chebyshev derajad n

Tn() = Cos (n Cos-1 )


= Cosh (n Cosh-1 )

|| 1
|| > 1

= parameter ripple di passband


336

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

= 1 maka |H(1)| = 1/(1 + 2)


= r maka |H(r)| = 1/A2

n ganjil

337

n genap

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Kuadrat Respon Magnitude dari Filter Che Byshev type I


untuk orde n ganjil dan n genap
Pada = 1 H(1)2 = 1/(1 +2)
= r H(r)2 = 1/A2

338

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Polinomial Chebyshev
T0()
T1()
T2()
T3()
T4()
T5()
T6()

=
=
=
=
=
=
=

2 2 1
4 3 3
8 4 8 2 + 1
16 5 20 3 + 5
32 6 48 4 + 18 2 1

Tn+1()

2 Tn() Tn-1()

Tn2() = 0,5 [T2n() + 1]


339

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

(a). plot dari polinomial Chebyshev orde 5 yaitu T5()


(b). plot kuadrat respons magnitudenya |H5(j)|2
340

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Pole=pole dari Hn(s). Hn(-s) didapat dengan menentukan


akar-akar dari persamaan :
1 + 2 Tn2(s/j) = 0

Tempat kedudukan pole-pole Filter Chebyshev adalah


sebagai berikut :
Bila sk = k + j k dengan k = 1, 2, n, maka :
k2/sinh Q + k2/cosh Q = 1
341

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Dimana :

k = - sinh Q sin[(2k-1)/2n] ;
k = cosh Q cos [(2k-1)/2n]
sinh Q = ( - -1)/2; cosh Q = ( + -1)/2
= [(1 + 1 +2 )/]1/n

342

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

(a). Tempat kedudukan pole-pole


(b). Dari H(s) untuk n=6, = 0,7647831

343

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sifat-sifat Filter Chebyshev :

344

Tempat kedudukan pole-pole nya didalam


ellip
Passband tidak rata (tipe-I)
Daerah Transisi curam
Fasanya terpengaruh ripple juga
Aplikasi filter microwave

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sifat filter Chebyshev ditentukan oleh :


Derajad filter (n)
Faktor ripple ()
Frekuensi daerah stopband (r)
Redaman pada stopband (A)

345

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Bila Faktor ripple, Redaman stopband dan frekuensi


stopband diketahui, maka orde (derajad) filter dapat dicari
dengan hubungan :
n = log (g + g2 -1)/[log(r + r2 -1]

Dimana g = [A2 1)/2]

346

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Pole-pole Filter Chebyshev dapat juga ditentukan dengan


menggunakan persamaan sebagai berikut :

347

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Fungsi Transfer :

Dimana K adalah konstanta sedemikian sehingga harga H(0)


= 1 untuk n ganjil dan H(0) = 1/(1 +2)1/2 untuk n genap.
Sedangkan Vn(s) adalah polinomial dalam s sebagai berikut :
Vn(s) = sn + bn-1 sn-1 ++ b1s + b0
348

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Sehingga Konstanta K dapat dengan mudah ditentukan


sebagai berikut :

349

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Langkah-langkah Perencanaan Tipe-I


Data-data
- r
-A
Hitung Pole dan Zero untuk mendapatkan H(s)
H(s)
rangkaian L/C (analog) dengan cara sintesa
Untuk filter dijital :
H(s) dengan pendekatan didapat H(z), dengan
transformasi Bilinear

350

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Perencanaan (seperti pada Filter Butterworth).

Low Pass Filter


Band Pass Filter
High Pass Filter
Band Stop Filter

Dengan menggunakan filter prototipe nya adalah LPF

351

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Dengan Transformasi Frekuensi :


1). LPF analog Transf. Frekuensi Pencuplikan
Filter Dijital
c=1
analog-analog
2). LPF analog
Pencuplikan
Filter Dijital
c=1
Dijital-dijital

352

Tranf. Frekuensi

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh-contoh :

LPF ke HPF
H(s) = 1/(s+1)
misal u = 2 rad/s maka H(s) = 1/(2/s +1) = s/(2 + s)
s (2/T) (1-z-1)/(1+z-1)
Didapat H(z)

353

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

LPF ke BPF
misal L = 2 rad/s, u = 3 rad/s
H(S) = 1/[{(s2+6)/s(1)}+1] = s/[s2 + s + 6]
Untuk s=0, H(s) = 0
s= ~ , H(s) = 0
s= j3, H(s) =j3/(-9+j3+6) = j3/(j3+3), |H(s)|= 3/(32) = 1/2
s=j2, H(s) = j2/(-4+j2+6) = j2/(2+j2), H(s) =2/(22) = 1/2

354

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Latihan
Transformasi Bilinear dengan bentuk umum :
s k(z-1)/(z+1)
Diinginkan filter dijital yang akan melalukan pita frekuensi dari 0 Hz
sampai 100 Hz dengan ripple 0,5 db, diluar pita frekuensi tersebut di
atas redaman akan naik secara monoton sehingga pada frekuensi
183 Hz minimum redaman 19 db. Bila k=1 dan frekuensi pencuplikan
1000 Hz :
a). Hitung frekuensi ekivalen dari 100 Hz dan 183 Hz pada domain
analog
b). Jenis filter analog adalah Chebyshev tipe-I, hitung derajad filter (n)
yang dibutuhkan
c). Hitung harga-harga pole dan tentukan fungsi transfer dari filter analog
d). Dengan menggunkan transformasi bilinear, tentukan fungsi transfer
H(z) dari filter dijital

355

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Polinomial Chebyshev Vn(s)

356

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

357

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

358

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

359

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Filter Ellyptic

360

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Respons Magnitude Squared

Dimana Rn() adalah fungsi rasional Chebyshev sebagai


fungsi yang ditentukan dari karakterisstik ripple.

361

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Kuadrat Respons Magnitude untuk LPF Ellyptic

362

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Kuadrat Respons magnitude Ternormalisasi

363

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Fungsi Transfer Filter Elliptic

364

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

365

Parameter-paremeter filter Elliptic :



A
r
G1 dan G2
Dengan hubungan sebagai berikut :

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Koefisien dari Fungsi


ternormalisasi HN(s)

366

Transfer

LPF

Elliptic

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

367

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

368

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

369

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

370

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

371

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

372

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Filter Non Rekursif

373

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Fungsi Transfer :

H(z) = Y(z)/X(z)
N-1

H(z) = h(n) z-n


N=0

Persamaan Perbedaan :
N-1

y(n) = h(i).x(n-i) = h(0).x(n) + h(1).x(n-1) + ...+ h(N-1).x(n-N+1)


i=0

374

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Struktur Filter Non Rekursif

375

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Karakteristik Filter Respons Impuls Terbatas


(RIT) dengan Fasa Linear
Bila h(n) adalah deretan waktu terbatas kausal 0 n N-1,
maka
TZ :
N-1

H(z) = h(n) z-n

= h(0) + h(1). z-1 +...+ h(N-1).z-N+1

n=0

TFWD :
N-1

H(ej) = h(n) e-jn


n=0

376

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Fungsi periodik dengan periode 2 :

H(ej) = H(ej(+2m) , m = 0, +- 1, +- 2, ...


Bila h(n) nyata : H(ej) = H(ej) ej()
H(ej) = H(e-j);
()

377

= - (-)

fungsi genap
fungsi ganjil

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Persyaratan h(n) agar karakteristik tercapai linear :

()

= - .

= konstanta pelambat fasa

maka :
N-1

H(ej) = h(n) e-jn = H(ej) e-j


n=0

378

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Bagian Riil :
N-1

H(ej) Cos =

h(n) Cos n
n=0

Bagian Imajiner :
N-1

H(ej) Sin =

h(n) Sin n
n=0
N-1

N-1

tan = Sin / Cos = h(n) Sin n /[h(0) + h(n) Cos n ]


n=0

379

n=0

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Solusi :
1). = 0 h(0) sebarang
h(n) = 0, n 0
Respons Impuls dari filter adalah sebuah impuls.
N-1

N-1

2). 0 h(n) Cos n Sin - h(n) Sin n Cos = 0


n=0

n=0

N-1

h(n) Sin [(-n)] = 0


n=0

380

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Salah satu solusi :

= (N-1)/2

h(n) = h(N-1-n) ,

0 n N-1

Untuk setiap N, hanya ada satu sehingga fasa linear dan


deretan h(n) simetris.

381

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

a). N ganjil bilangan bulat


Filter delay adalah sejumlah cuplikan yang berharga
bulat.
Contoh N = 11 = 5

382

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

b). N genap bilangan pecahan


Contoh N = 10 = 4,5

383

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Filter dengan fasa linear :

H(ej) = H(ej) ej(-)


Solusi : = (N-1)/2 dan = +- /2
h(n) = - h(N-1-n)

, 0 n N-1

maka respons impulsnya anti simetris terhadap pusat


deretan.

384

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Respons Frekuensi Filter FIR fasa Linear

H(ej) = H*(ej) ej(-)


= 0, simetris
= /2, anti simetris
Tanda * bukan menyatakan konjugate, tetapi menyatakan
amplitudo yang bukan harga mutlak.

385

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

1). Respons Impuls Simetri dan N ganjil


(N-1)/2

H(ej) =[ a(n) Cos n ] e-j(N-1)/2


n=0
(N-1)/2

H*(ej) =[ a(n) Cos n ]


n=0

a(0) = h[(N-1)/2]
a(n) = 2 h[(N-1)/2 n]
386

, n = 1, 2, ..., (N-1)/2

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Gambarkan Respons Frekuensi Sistem dengan respons


Impuls sebagai berikut :
a). h(n) = (n) + 2 (n-1) + 3 (n-2) + 2 (n-3) + (n-4)
b). h(n)
= 1 , 0 n 4
= 0 , n lainnya

387

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

2). Respons Impuls Simetri dan N genap


N/2

H(ej) =[ b(n) Cos (n-0,5) ] e-j(N-1)/2


n=1
N/2

H*(ej) =[ b(n) Cos (n-0,5) ]


n=1

Terlihat bahwa untuk = H*(ej) = 0, sehingga


tidak cocok untuk HPF.

b(n) = 2 h[(N/2) n]
388

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Gambarkan Respons Frekuensi Sistem dengan respons


Impuls sebagai berikut :
a). h(n) = - (n) - 2 (n-1) + 3 (n-2) + 3 (n-3) - 2 (n-4) (n-5)
b). h(n)
=1 ,0n5
= 0 , n lainnya

389

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

3). Respons Impuls Anti Simetri dan N ganjil


(N-1)/2

H(ej) =[ c(n) Sin n ] e-j(N-1)/2 . ej/2


n=1
(N-1)/2

H*(ej) =[ c(n) Sin n ]


n=1

Dengan : c(n) = 2 h[(N-1)/2 - n] , n = 1 , 2, ..., (N-1)/2


Terlihat bahwa respons frekuensinya imajiner.

390

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Gambarkan Respons Frekuensi Sistem dengan respons


Impuls sebagai berikut :
h(n) = - (n) + 2 (n-1) - 3 (n-3) + (n-4)

391

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

4). Respons Impuls Anti Simetri dan N genap


N/2

H(ej) =[ d(n) Sin (n-0,5) ] j. e-j(N-1)/2


n=1
N/2

=[ d(n) Sin (n-0,5) ] e-j(N-1)/2 . ej/2


n=1
N/2

H*(ej) =[ d(n) Sin (n-0,5) ]

dengan

n=1

d(n) = 2 h[(N)/2 - n] , n = 1 , 2, ..., N/2


392

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Untuk = 0 H*(ej) = 0

Cocok untuk :

Transformator Hilbert
Diferensiator

Gambarkan Respons Frekuensi Sistem dengan respons


Impuls sebagai berikut :
h(n) = - (n) - 2 (n-1) + 3 (n-2) - 3 (n-3) + 2 (n-4) + (n5)

393

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Perbandingan respons impuls dari ke empat


tipe FIR linear fasa.

394

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Delay Filter FIR fasa Linear

Untuk Sistem dengan Respons Impuls Simetris Group


Delay nya sebesar :
[(N-1)/2] T

Untuk Sistem dengan Respons Impuls Anti Simetris


Group Delay nya sebesar :
[(N-1-)/2] T
Dengan T adalah Periode Pencuplikan.

395

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Perancangan Filter FIR Fasa


Linear dengan Metode
Jendela (Windowing)

396

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Respons frequensi yang diinginkan:


H (e j )

jn
jn
j ( )
h
(
n
).
e

H
(
e
)
e

Dimana :

1
h( n)
2

j
jn
H
(
e
).
e
d

Maka : koefisien dari deret Fourier h(n) identik dengan


respons impuls filter.
397

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

(a). Respons Frekuensi LPF Ideal


(b). Respons Impuls LPF Ideal

398

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Umumnya respons impuls tak kausal, dan panjangnya tak


terbatas, atau dengan kata lain akan dtemukan kesulitan
karena :
Respons Impuls tak terbatas
Filter tak dapat direalisasikan, karena diperlukan
pelambat tak terbatas agar bersifat kausal
Pendekatan :
H(ej) didekati dengan deret Fourier terbatas n = +- M
Akibatnya :
Fenomena Gibbs
Overshoot dan ripple di titik diskontinyu respons
frekuensi.
399

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Efek pemotongan(pembatasan) respons impuls terhadap respons frekuensi


(a). 13 koefisien (b). 25 koefisien (c). Koefisien tak terbatas

400

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Ilustrasi penentuan koefisien filter dengan metode jendela


401

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

h(n) Low Pass Filter :

h(n)

402

= 2.fc. Sin (nc)


; - n dan n 0
= 2.fc
; n = 0 (menggunakan aturan LHopital)

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Respons Impuls LPF, HPF, BPF dan BSF


403

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh :
a. LPF Ideal dengan

1
h( n)
2

H (e

sin c
n

).e

1
H (e )
0

jn


diluar nilai di atas

d 1 1.e jn d
2

n , n 0

n0

h(n) merupakan deretan tak terbatas dan tidak kausal


404

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

b. LPF Ideal dengan

e
H ( e j )
0

1
1
j
jn

h( n)
H (e ).e d

2
2

sin c (n )

n(n )


diluar nilai di atas

j jn
e
.e d

n , n

n0

h(n) hanya merupakan deretan h(n) pada a) yang digeser


kekanan sebesar , tetap merupakan deretan tak terbatas
dan tidak kausal

405

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

c. HPF Ideal dengan H (e j ) 1

1
h( n)
2

j
jn
H
(
e
).
e
d

sin c

diluar nilai di atas

c jn

j n
1.e d 1.e d

n , n 0

h(n) merupakan deretan tak terbatas dan tidak kausal


Untuk mendapatkan respons impuls terbatas dapat
dilakukan pemotongan respons impuls tak terbatas.
406

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Untuk membuat respons impuls terbatas maka n akan


dibatasi -M n M , diperoleh :

h ( n ) M n M
~
h ( n)
diluar nilai diatas
0
Jadi :

~ j
H (e ) H (e j ) *W (e j )
~
1
h ( n)
2

407

j
j ( n )
H
(
e
).
W
(
e
d

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Produk konvolusi antara dua buah respons frequensi


Ada perubahan bentuk spektral yang inginkan, oleh
karena itu kita harus memilih window yang baik
Zero menjadi terbatas
Ada fenomena Gibbs

408

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Agar kausal, kalikan respons impuls yang tak kausal dengan


deretan pemberat terbatas.
h(n M ) 0 n 2M
~
h ( n)
0
diluar nilai diatas

Respons frekuensi filter :

~ j
j

H (e ) H (e ) (e jM )

409

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Jenis Filter Respons Impuls Terbatas


Spesifikasi

II

III

IV

Panjang N

Ganjil

Genap

Ganjil

Genap

Derajat Filter

Genap

Ganjil

Genap

Ganjil

Sifat h(n)

Simetri

Simetri

Anti Simetri

Anti Simetri

Sifat H(ejw)

Simetri

Simetri

Anti Simetri

Anti Simetri

Perioda H(ejw)

H(1)

Sembarang

Sembarang

H(-1)

Sembarang

Sembarang

Pemakaian

LP, HP, BP,


Multiband

LP, BP

Differensiator
Transformasi Hilbert

Differensiator
Transformasi Hilbert

410

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Perbandingan Karakteristik Jendela pada Kawasan


Waktu dan Frekuensi

411

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Jendela

Persamaan

Rectangular

1 ,0 n N 1
w(n)
0 , diluar nilai diatas
1 ,0 n N 1
w(n)
0 , diluar nilai diatas

Bartlett

Tidak kausal

1 ,( N 1) / 2 n ( N 1) / 2
w(n)
0 , diluar nilai diatas
2n /( N 1)

w(n) 2 2n /( N 1)

412

Kausal

0 n ( N 1) / 2
( N 1) / 2 n ( N 1)
diluar nilai di atas

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Jendela
Hanning

Persamaan

2n
0,5 0,5 cos

w(n)
N

,0 n N 1
, diluar nilai diatas

Hamming

2n
0,54 0,46 cos

w(n)
N 1
0

,0 n N 1
, diluar nilai diatas

Blackman

2n
4n
0,42 0,5 cos
0,08 cos

w(n)
N 1
N 1

Keiser

413

2

2
n

I 0 a 1


N 1
w(n)

I 0 (a)
0

,0 n N 1
, diluar nilai diatas

,0 n N 1

, diluar nilai di atas

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Window Kaiser

x
I 0 ( x) k
k 0 2 k!
L

, L 25 adalah fungsi bessel termodifikasi orde nol

A 20 log(min{ p , s })
A 50
0,1102 ( A 8,7)

0,5842 ( A 21) 0,07886 ( A 21) 21 A 50


0
A 21

414

A 7,95
2,285 ( s p )

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Parameter dari berbagai Jendela

415

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Latihan
Diinginkan membuat filter digital respons impuls terbatas
yang mempunyai karaktersitik sbb :
j(- - ).e- j4,5

j
H (e ) j .e- j4,5
j(- ).e- j4,5

,- / 2
,- / 2 / 2
, / 2

Desain filter ini memakai metoda windowing, window yang


dipakai Blackman dengan persamaan :

2n
4n
0,42 0,5 cos

0
,
08
cos

w(n)
N

1
N

416

,0 n N 1
, diluar nilai diatas

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Frequensi sampling 20 KHz


Gambarkan respons frekuensi Amplituda
Hitung koefisien filter digital tsb.
Apakah desain saudara menghasilkan filter stabil dan
kausal?
Gambarkan realisasi filter tsb
Gambarkan respon amplituda yang didapatkan
Filter ini sebagai apa ?

417

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Perancangan Filter
FIR Metode Sampling
Frekuensi
418

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Filter Non Rekursif Sampling Frekuensi


Respons frekuensi LPF Ideal

Dengan mengambil N sample dari Respons Frekuensi pada


interval :

419

Tipe I :

fk = Fs .(k/N)
(7.116)

; k = 0, 1, 2, ..., N-1

Tipe II :

fk = Fs .(k+0,5)/N

; k = 0, 1, 2, ..., N-1

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Refer : Inverse Transformasi Fourier Diskrit (TFD)

Koefisien filter h(n) ditentukan dengan menggunakan Inverse


TFDdari sampel-sampel ideal/target respons frekuensi .

Sampel-sampel dari LPF Ideal


420

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Untuk filter fasa linear, respons impuls simetris dan N genap

Dengan = (N-1)/2

421

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Untuk filter fasa linear, respons impuls simetris dan N ganjil,


persamaannya seperti di atas hanya k = 0,1,...(N-1)/2.
Respons Frekuensi LPF yang diturunkan dari sampelsampel frekuensi gambar sebelumnya.

422

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Ada 4 kemungkinan sampling pada bidang z sebagai berikut :

423

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Contoh soal
Diberikan spesifikasi LPF Filter sebagai berikut :
Passband
0 5 KHz
Frekuensi Sampling
18 KHz
Panjang Filter
9
Tentukan koefisien filter menggunakan metoda sampling
frekuensi.

424

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Solusi
Respons Frekuensi ideal

Sampel-sampel yang diambil pada interval k. Fs/N adalah


18/9 = 2 KHz. Sehingga sampel-sampel frekuensi tersebut
adalah :
H(k)
=
1
; k = 0, 1, 2
=
0
; k = 3, 4
425

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Lanjutkan sehingga didapat :


h(0) =
0,07252
= h(8)
h(1) =
-0,1111
= h(7)
h(2) =
-0,05912
= h(6)
h(3) =
0,3199
= h(5)
h(4) =
0,5555
= h(4)

426

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Filter Rekursif Sampling Frekuensi


Transformasi Fourier Diskrit dan Inverse-nya :
N-1

H(k) = h(n) e-j(2/N)kn


n=0
N-1

h(n) = (1/N) H(k) ej(2/N)kn


n=0

dan

427

H(k) = H(z) untuk z = ej(2/N)k

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Fungsi transfer filter :

N-1

N-1

H(z) = h(n) z-n


n=0

= [(1/N) H(k) ej(2/N)kn ] z-n


n=0

N-1

N-1
k=0

N-1

= [(1/N) H(k) ej(2/N)kn ] z-n


k=0
N-1

n=0
N-1

= [(H(k)/N)] (ej(2/N)kn z-1) n


k=0

n=0

N-1

= [(H(k)/N)] [(1 - ej2k z-N) / (1 - ej2k/N z-1)]


k=0

428

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Karena ej2k = 1 , maka :


N-1

H(z) = [(1- z-N)/N)] [H(k) / (1 - ej2k/N z-1)]


k=0

= H1(z). H2(z)
Dengan : H1(z) = (1- z-N)/N)
N-1

H2(z) = [H(k) / (1 - ej2k/N z-1)]


K=0

429

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Terlihat bahwa pada bentuk rekursif, H(z) dapat


diekspresikan dengan cascade 2 filter :
H1(z) yang mempunyai N zero uniform yang terdistribusi di
sekeliling lingkaran satuan.
H2(z) yang merupakan penjumlahan
N single All-pole
filter

Zero dari H1(z) dan pole dari H2(z) terletak pada lingkaran
satuan pada titik zk = ej2k/N Pole-Zero Cancelation
membuat H(z) sebagai filter tanpa pole.

430

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Secara praktis, efek finite wordlength menyebabkan pole


dari H2(z) tidak benar-benar pada lingkaran satuan pole
tidak dihilangkan oleh zero yang ada H(z) sebuah IIR
yang potensial tidak stabil.
Problem di atas dapat dihindari dengan mencuplik H(z) pada
jari-jari r yang sedikit lebih kecil ( mendekati) jari-jari
lingkaran satuan, sehingga :
N-1

H(z) = [(1- z-N)/N)] [H(k) / (1 r.ej2k/N z-1)]


k=0

431

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Untuk kasus linear fasa dan simetris :

H(z) = [(1- z-N)/N)]


M
x { [H(k){2 cos(2k/N)-2 r cos[2k(1+)/N].z-1}/[1-2r cos(2k/N) z-1 + r2 z-2 ]
k=1

+ H(0)/(1 z-1 r)}

Dengan = (N-1)/2
Untuk N ganjil :

M = (N-1)/2

Untuk N genap :

M = (N/2) 1

432

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Latihan
1. Rancanglah filter IIR dengan spesifikasi sbb :
High pass filter dengan bandwidth 0,5 dB pada frequensi digital
f=0,375 siklus per cuplikan (cycles per sample)
Frequensi pencuplikan 20.000 Hz
Menggunakan transformasi Bilinier dan filter Low-pass anlog
ternormalisasi yang dipakai mempunyai respons impuls sbb :

1,43138
H (s) 2
s 1,4256 s 1,5162
a. Turunkan Persamaan H(s) filter High pass analog ekivalen, dan hitung
nilai pada gain = -0,5 dB
b. Turunkan persamaan H(z) filter highpass digital tsb
c. Gambarkan realisasi filter tersebut

433

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

2. Sebuah filter analog dengan fungsi transfer

s 0,1
H (s) 2
s 0,2 s 9,01

434

Filter tersebut ingin diubah menjadi filter digital respons impuls tak
terbatas dengan memakai metoda transformasi respons impuls.
Frequensi pencuplikan 20 Hz
Turunkan persamaaan fungsi transfer H(z) filter digital tsb
Turunkan dan gambarkan respons frequensi yang diinginkan H(ejw)
Gambarkan realisasi filter ini
Menurut pendapat anda filter digital ini berfungsi sebagai apa ?

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

3. Rencanakan sebuah filter Band Stop Filter respons impuls terbatas


dengan spesifikasi sbb:
Penguatan pada frequensi 0 Hz = 1 dan penuatan pada frequensi
8000 Hz = 1
Tidak melalukan daerah frequensi 3000 Hz sampai dengan 4000 Hz
Frequensi pencuplikan yang dipakai 16000 Hz
Metoda window dengan window Hamming
Jumlah koefisien filter 11
a. Gambarkan respons frequensi yang diinginkan H(ejw) sbg fungsi w
b. Hitung koefisisen filter
c. Tulis persamaan H(ejw) yang diperoleh
d. Hitung amplituda respons frekuensi pada frekuensi 4000 Hz

435

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

4. Diberikan spesifikasi filter LPF sebagai berikut :


Passband
0 4 KHz
Frekuensi Sampling
18 KHz
Panjang filter
9
Tentukan fungsi transfer dalam bentuk rekursif.
Gambarkan struktur realisasinya.

436

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Terima Kasih

437

Jangkung Raharjo, jkr@ittelkom.ac.id, Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom

Anda mungkin juga menyukai