Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Komunikasi digital dimulai sebagai sebuah evolusi dari sinyal amplitudo termodulasi
menjadi komunikasi biner 0 dan 1. Teknik komunikasi ini memberikan kondisi data yang
lebih baik dalam mengendalikan perubahan kuat sinyal dan noise karena data yang
dibentuk dalam bentuk pulsa, bukan amplitudo. Seiring meningkatnya kebutuhan
komunikasi, teknologi komunikasi digital diaplikasikan untuk laju komunikasi yang
meningkat tersebut. Aplikasi utilitas elektrikal juga ikut bertambah seiring dengan
kelebihan dan karakteristik dari berbagai teknologi komuikasi digital yang mudah
dipahami. Pengaplikasian teknik digital dalam dunia proteksi dan kontrol sistem tenaga
listrik dimulai pada tahun 1969, sejak saat itu, minat untuk pengaplikasiannya semakin
meningkat. Perkembangan kemampuan komputer digital dan relay digital membuat
teknik digital ini menjadi lebih kuat dan murah dibanding relay dan teknik komunikasi
analog. Kemajuan perkembangan hardware engineering dan diikuti juga dengan seiring
riset percepatan proteksi tenaga listrik melalui algoritma proteksi digital. Tujuan utama
dari riset tersebut adalah untuk mengurangi waktu operasi peralatan ketika gangguan, dan
meningkatkan keamanan dan selektifitas dari algoritma tersebut. Proteksi dan kontrol
sistem tenaga listrik semakin berkembang dengan teknik digital dengan
dimungkinkannya suatu substation / gardu induk untuk dimonitor, dikontrol dan
disupervisi dari pusat kontrol jarak jauh dengan perantara komunikasi digital.

1.1. Latar Belakang

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Telekounikasi Analog dan Digital. Makalah ini disusun dengan referensi jurnal mengenai
sistem proteksi dan kontrol tenaga listrik dengan teknik komunikasi digital, dimana dari
referensi jurnal tersebut dapat menjadi pembelajaran kepada kita mengenai penerapan
komunikasi digital dalam proteksi dan kontrol sistem tenaga listrik.

1.2. Tujuan

Tujuan yang diharapkan penulis dalam penyusunan makalah ini antara lain:
a) Mengetahui perbedaan mendasar relay proteksi digital dan konvensional
(analog)
b) Mengetahui kelebihan relay proteksi digital dibanding relay konvensional
c) Mengetahui struktur dan operasi relay digital
d) Mengetahui penerapan komunikasi digital dalam proteksi dan kontrol sistem
tenaaga listrik

1.3. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah dapat memahami
cara kerja relay proteksi digital dan penerapannya dalam proteksi dan kontrol sistem
tenaga listrik dengan teknik komunikasi digital.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perbedaan Relay Digital dan Relay Konvensional

Dalam beberapa tahun terakhir, telah timbul ketertarikan yang cukup besar pada
penggunaan teknik digital dalam proteksi sistem tenaga listrik. Fitur utama yang
diutamakan para periset dalam meneliti kelayakan dalam proses desain relay digital untuk
sistem tenaga listrik antara lain ekonomis, keandalan, fleksibilitas, performa yang lebih
baik dari relay konvensional, dan kemungkinan pengintegrasian relay digital tersebut ke
dalam sistem hirarkis komputer.
Sebuah hal penting untuk menyebutkan perbedaan mendasar antara teknologi
digital dan teknologi elektromekanikal dan analog statis yang sudah dikenal sebelumnya,
sehingga karakteristik dan kemungkinan-kemungkinan yang terkait dengan proteksi
berbasis mikroprosesor (digital) dapat dipahami. Sebuah relay digital diartikan sebagai
sebuah peralatan yang berisi mikrokomputer atau mikroprosesor yang bekerja untuk
mendeteksi kondisi gangguan pada peralatan tenaga listrik.
Perbedaan utama antara relay digital dan relay analog atau konvensional antara
lain:
2.1.1. Filtering
Pada relay elektromekanis, filtering yang melekat terjadi karena massa dan inersia
yang terjadi bersamaan, contohnya saat torsi tertahan nilainya proporsional dengan
komponen sinyal harmonik dan noise. Dalam hal ini tingkat kesesuaian tertentu dapat
ditelusuri, jika nilai pengukuran mendekati set value, waktu pengukuran secara otomatis
akan meningkat. Sedangkan pada relay statis analog, filtering dilakukan oleh sirkit
elektronik pasif dan/atau aktif. Selain itu, beberapa filtering alami terjadi karena lebar pita
(bandwidth) yang terbatas pada sirkit elektronik.

Filtering dalam relay berbasis mikroprosesor terjadi pada bagian ADC (Analog to
Digital Converter). Pembatasan “pita” dilakukan secara analog dimaksudkan untuk
mencegah anti-aliasing. Namun demikian, filtering tambahan dengan teknik numerik
cukup kompleks dan membutuhkan kemampuan pemrosesan yang tinggi.

Dalam filtering digital, input dan output dihitung dan fungsi sistem (i.e. fungsi filter
atau transfer) dikenali secara numerik. Elemen mendasar dari sebuah filter antara lain;
delay (i.e. interval sampel), pengali konstan, dan penjumlah. Jika sebuah filter hanya
bergantung pada input, dan tidak pada output sebelummnya, maka filter ini disebut Filter
Non-Recursive. Diagram rangkaian filter non-recursive ditunjukkan dalam Gambar 1 di
bawah ini.

2
Gambar 1. Diagram Rangkaian Filter Non-Recursive

Persamaan fungsi transfer filter non-recursive diekspresikan dalam Persamaan (i)


di bawah ini.

𝑌(𝑛) = ∑ 𝑎𝑘 𝑥(𝑛 − 𝑘) … … … … … … … … … (𝑖)


𝑘=0

Persamaan (i) di atas menyatakan sampel output Y(n) dihasilkan dari


penjumlahan sampel input x(n-k) yang dikalikan dengan faktor a(k).
Filter recursive memiliki feedback tertentu dari output menuju input. Diagram
rangkaian filter recursive ditunjukkan dalam Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Diagram Rangkaian Filter Non-Recursive

Persamaan fungsi transfer filter recursive diekspresikan dalam Persamaan (ii) di


bawah ini.

𝑌(𝑛) = ∑ 𝑎𝑘 𝑥(𝑛 − 𝑘) + ∑ 𝑏𝑘 𝑦(𝑛 − 𝑘) … … … … … … … … … (𝑖𝑖)


𝑘=0
𝑘=0

Persamaan (ii) di atas menyatakan sampel output Y(n) dihasilkan dari penjumlahan
sampel input x(n-k) yang dikalikan dengan faktor a(k) kemudian ditambah penjumlahan
dari sampel output y(n-k) yang dikalikan dengan faktor b(k).

Secara umum, filter digital dapat memproses sinyal dengan tingkat akurasi dan
stabilitas yang sulit diperoleh dari peralatan analog. Pengubahan sederhana pada

3
pengkalian dan/atau penjumlahan koefisien-koefisien dapat mengubah karakteristik filter
itu sendiri.

2.1.2. Stabilitas

Relay elektromekanis ataupun relay elektronik statis secara alami menjadi tidak
stabil dalam jangka waktu yang panjang. Friksi mekanis, degradasi komponen,
temperatur, kelembaban, dsb, pada akhirnya akan mempengaruhi akurasi dan kinerja
peralatan itu sendiri.

Pada relay digital, jumlah komponen yang terpengaruh faktor lingkungan,


jumlahnya jauh lebih sedikit. Oleh karena tingkat akurasi yang tinggi dalam pemrosesan
sinyal digital, kinerja peralatan akan stabil selama tingkat degradasi komponen tidak
berlebihan. Atau lebih praktisnya, dengan penggunaan metode yang modern dan kalibrasi
otomatis, keseluruhan efek tadi dapat dielimiasi.

2.1.3. Penyimpanan Data

Agaknya terlalu sulit dan mahal untuk menyimpan data dalam jangka waktu yang
panjang dengan metode analog. Sama halnya dengan transmisi data analog dalam jarak
jauh. Karena tentunya dibutuhkan upaya lebih untuk memastikan tingkat noise/derau dan
akurasi masih dalam batas normal.

Dengan menggunakan teknik digital, penyimpanan data dalam waktu yang panjang
dapat dimungkinkan. Pengiriman data ke berbagai user dapat dilakukan secara sederhana
dan biaya menengah. Dengan memanfaatkan fiber optik dan protokol pengiriman yang
efisien, keamanan dan akurasi yang tinggi dapat dicapai sekalipun dalam rate transfer
data yang tinggi.

2.1.4. Kegunaan/functionality

Kegunaan suatu peralatan yang menggunakan teknik analog ditentukan oleh desain
perangkat kerasnya. Hanya perubahan minor dari karakteristik peralatan tersebut yang
dapat dimungkinkan dengan adjustment atau setting.

Dengan menggunakan teknik digital, fungsi yang saling berbeda dapat dikenali
dalam hardware/perangkat yang sama. Kemampuan perangkat-perangkat digital
ditentukan oleh software dan kemampuan pemrosesan data. Penting untuk disebutkan
bahwa kegunaan peralatan digital ini dapat diubah sebagai fungsi dari System State atau
fungsi dari perhitungan sebelumnya ataupun instruksi yang diterima dari reamote station.

2.1.5. Algoritma

Berbicara mengenai relaying, algoritma utamanya merujuk pada pengukuran.


Untuk relay analog konvensional, tugas ini dikerjakan dengan cara yang berbeda. Salah
satu yang paling sederhana adalah relay input tunggal (i.e. detektor). Untuk relay dengan
input banyak, pemrosesan sinyal seringkali memerlukan operasi vektor. Sedangkan pada
relay statis, sinyal-sinyal analog yang berkaitan diubah menjadi urutan-urutan biner.
Phase comparator selanjutnya melakukan perhitungan vektoral dan memungkinkan
karakteristik-karakteristik yang berbeda untuk dapat dikenali.

4
Pada relay digital, fungsi-fungsi pengukuran yang kompleks dapat dieksekusi.
Algoritma digital dapat diextract dengan bantuan teknik filtering. Teknik digital
memerlukan kemampuan pemrosesan yang besar, dikarenakan tingginya resolusi dan
waktu operasi (i.e. multiplikasi, pembagian, akar kuadrat, dsb.) yang harus dilaksanakan.

Perlu disebutkan bahwa tidak ada algoritma yang ideal atau sempurna. Tiap-tiap
pendekatan memiliki kelebihan dan keterbatasan masing-masing. Desain algoritma yang
baik yang memenuhi proteksi yang dikehendaki dapat berfungsi di segala kemungkinan
gangguan.

2.1.6. Komunikasi Mesin-Manusia (MMC)

Elemen MMC pada relay elektromekanis dan statis sangatlah sederhana dan secara
langsung (direct). Dalam hal ini komunikasi bisa dalam bentuk jarum penunjuk, knob,
label dsb.

Pada relay digital, MMC berdasarkan pada dialog antara pengguna dengan
peralatan proteksi.

2.1.7. Komunikasi

Teknik analog menawarkan teknik komunikasi yang sangat terbatas. Biasanya


hanya berupa informasi on/off yang tersedia pada kontaknya. Informasi lain seperti
setting atau event hanya bisa diperoleh langsung dari site atau field.
Teknik digital melaksanakan komunikasi yang penting untuk menyesuaikan
aktivitas proteksi dan kontrol.

2.1.8. Self-Monitoring dan Self-Diagnosis

Self-monitoring dan self-diagnosis meupakan fitur yang rumit dan mahal untuk
dipenuhi dengan perangkat analog. Dengan menggunakan perangkat digital berbasis
mikroprosesor, fitur-fitur tersebut dapat diperoleh dengan mudah. Waktu pemrosesan
tertentu dapat ditetapkan secara periodik untuk melaksanakan pengecekan dan verifikasi
yang telah diseleksi. Hasil pengecekan tersebut dapat dilihat, disimpan dan dibandingkan
dengan hasil pengecekan sebelumnya. Setiap hasil yang mendeteksi kondisi abnormal
dapat menginisiasi algoritma korektif atau mengendalikan fungsi tertentu, atau bahkan
keseluruhan sistem.

Dengan self-monitoring dan self-diagnosis, tugas-tugas berikut dapat dimungkinan


untuk dikerjakan, antara lain:
- Inisialisasi setelah start-up
- Pengecekan memori (RAM, ROM, read, write, dsb.)
- Supervisi A/D dan multiplekser
- Supervisi suplai tegangan
- Verifikasi nilai setting sebelum memberikan perintah trip
- Tampilan dan operasi Man-machine
- Eksekusi program dengan supervisi

5
2.2. Kelebihan Penggunaan Teknik Digital dalam Proteksi Sistem Tenaga Listrik

Kelebihan penggunaan relay digital dalam proteksi sistem tenaga listrik diantaranya
adalah:

2.2.1. Kinerja peralatan yang lebih baik

Kinerja suatu relay dapat dilihat dari perspektif yang berbeda. Beberapa aspek
penting tersebut antara lain:
- Kompleksitas dan pemrosesan sinyal yang baik’
- Selektifitas dan akurasi yang tinggi
- Waktu respons yang lebih singkat
- Deteksi lokasi gangguan yang lebih cepat dan akurat
- Fleksibilitas yang mumpuni, mengingat kegunaan peralatan lebih ditentukan dari
softwarenya.
- Spare parts yang lebih sederhana dan terkelola dengan baik
2.2.2. Stabilitas jangka panjang
Stabilitas jangka panjang suatu peralatan mempengaruhi pemeliharaan dan
pengujian rutin, oleh karenanya dapat mengurangi biaya total lifetime dari peralatan itu
sendiri. Sistem proteksi dan digital memberikan kelebihan sebagai berikut:
- Kinerja peralatan secara umum tidak terpengaruh umur
- Kemampuan untuk pengkalibrasian dan pengaturan secara otomatis
- Abnormalitas dapat dideteksi dengan self-monitoring, sehingga mengurangi
resiko malfungsi peralatan
- Tingkat ketersediaan yang lebih tinggi

2.2.3. Keamanan dan ketersediaan

Relay proteksi berbasis teknik digital dapat sepenuhnya melaksanakan self-


monitoring dan self-diagnosis elemen-elemennya dengan perkiraan daya pemrosesan 5-
10 %. Sebagai tambahan, ketersediaan dan keamanan dapat ditingkatkan dalam waktu
yang bersamaan.

Tingkat ketersediaan menigkat sejalan sejalan dengan fungsi-fungsi utama telah


diuji secara periodik dan dalam interval waktu pendek. Interval tersebut umumnya dalam
satuan milisecond per 1 atau 2 tahun ketika pengujian manual. Berkat adanya diagnosis
yang komprehensif, bagian yang mengalami gangguan dapat diidentifikasi dan digantikan
dengan mudah. Akibatnya, ketersediaan peralatan proteksi meningkat secara besar.
Dengan adanya fitur self-monitoring dan self-diagnosi, keamanan sistem peralatan
menjadi lebih baik karena aktivitas abnormal dapat dideteksi dan diblok secara otomatis.
Sebagai tambahan, gangguan pada komponen dan sistem interkoneksi dapat dideteksi
dengan segera setelah gangguan terjadi, dan memungkinkan untuk dilakukan
pernormalan gangguan sebelum adanya kemungkinan misoperasi. Bagaimanapun,

6
software relay digital selayaknya harus didesain untuk memastikan keandalan dan
keamanannya.

2.2.4. Fungsi tambahan lain yang terkait


Salah satu aspek penting dalam fungsi tambahan suatu relay digital adalah aspek
komunikasi. Yang tujuannya untuk menyederhanakan proses monitoring dari
keseluruhan sistem dan memanfaatkan informasi & kemampuan yang dimiliki.
Lokasi gangguan dan pemecahan masalah dapat disederhanakan dengan lebih
mudah dan singkat apabila informasi mengenai operasi dari peralatan individu proteksi
dan kontrol tersedia tepat waktu. Hal ini mengurangi waktu trip / down suatu sistem
tenaga listrik. Dengan komunikasi dua arah, setting dapat diinfokan ataupun setting baru
dapat dicantumkan. Lebih jauh lagi, status dari masing-masing relay memungkinkan
untuk dimonitor. Data yang tersimpan dan urutan event dapat ditransfer ke ruang kendali
untuk dianalisa dan dicetak. Fungsi tambahan yang lain seperti supervisi sirkit,
monitoring beban, metering, dsb. bergantung pada kemampuan pemrosesan dan ruang
penyimpanan memori.
2.2.5. Biaya/harga
Dari hal-hal lain yang disetarakan, biaya dari suatu relay merupakan pertimbangan
yang dapat diterima. Selama bertahun-tahun, biaya dari komputer digital secara perlahan
telah berkurang. Sedangkan biaya untuk relay analog secara perlahan bertambah dalam
jangka waktu yang sama dikarenakan beberapa perbaikan desain. Bahkan diperkirakan
bahwa harga dari relay digital yang paling canggih sekalipun setara dengan harga relay
analog.

2.3. Struktur dan Operasi Relay Proteksi Digital

Relay digital terdiri dari subsistem-subsistem dengan fungsi yang terdefinisi. Blok
diagram dalam Gambar 3 di bawah ini menunjukkan prinsip subsistem dari relay digital.

7
Gambar 3 Struktur Relay Digital

Prosesor merupakan “otak” utama dalam organisasi ini yang bertanggun jawab
pada eksekusi program relay, pemeliharaan berbagai fungsi waktu, dan
mengkomunikasikan dengan peralatan luarnya.
Skema pada Gambar 3 di atas terdiri dari beberapa jenis memory yang masing-
masing melayani kebutuhan yang spesifik. Random Access Memory (RAM) memuat data
sampel input yang dimasukkan dan diproses. RAM dalam skema ini juga dapat
difungsikan sebagai buffer data untuk penyimpanan selanjutnya dalam media yang lebih
permanen. RAM dibutuhkan sebagai penanda awal selama eksekusi algoritma relay.
Read Only Memory (ROM) atau Programmable Read Only Memory (PROM)
digunakan untuk menyimpan program-program secara permanen. Dalam beberapa kasus,
program-program tersebut dapat mengeksekusi langsung dari ROM jika waktu bacanya
(read time) cukup singkat. Atau jika tidak, maka program harus dicopy dari ROM ke
RAM saat masa inisialisasi, dan selanjutnya eksekusi real-time akan dilaksanakan di
RAM.
Erasable PROM (EPROM) dibutuhkan untuk menyimpan parameter-parameter
tertentu (seperti setting relay) yang mana dapat berubah dari waktu ke waktu, namun
tetap harus ditetapkan sekalipun suplai daya listrik ke komputer terputus. Memori
dengan tipe core atau papan baterai yang membackup RAM dapat sesuai dengan fungsi
ini.

EPROM dengan kapasitas besar diperkirakan akan menjadi fitur yang dibutuhkan oleh
sebuah relay komputer. Memori tersebut sangat berguna sebagai media penyimpanan data
arsip, penyimpanan tabulasi-tabulasi data gangguan terkait, event logs, dan pengecekkan

8
rekam investigasi juga perubahan setting yang dilakukan pada relay. Pertimbangan
utamanya adalah biaya untuk kapasitas memori seperti di atas. Apabila cukup murah,
memori tersebut dapat digunakan sebagai media penyimpanan sementara sebelum
dikirim ke remote station dan disimpan dalam media yang lebih permanen.

Inputan pada relay merupakan sinyal analog arus dan tegangan ataupun sinyal
digital yang mengindikasi status suatu kontak. Yang mana umumnya memakai trafo arus
(CT) dan trafo tegangan (VT) konvensional sebagai peralatan sensingnya. Apabila
digunakan CT dan CVT (Coupling Voltage Transformer) elektronik, rangkaian input
akan sangat berbeda dan data inputan akan ditransfer langsung menuju memori prosesor.
Sinyal analog dalam struktur ini perlu dikonversikan menjadi sinyal tegangan yang sesuai
dengan konversi ke bentuk digital.

Input arus perlu dikonversi menjadi tegangan menggunakan resistor shunt


sehingga menghasilkan nilai tegangan yang diinginkan untuk A/DC. Rangkaian alternatif
dalam konversi ini bisa dengan menggunakan auxiliary CT untuk mengurangi nilai arus.
Namun, ketidakakuratan pada auxiliary CT ini berkontribusi pada total error dalam
proses konversi, dimana nilai arus harus dijaga agar nilainya sekecil mungkin. Auxiliary
CT ini juga memberikan isolasi elektris antara CT utama dengan sistem input komputer.
Dalam hal ini, resistor shunt sebaiknya digroundkan pada titik tengahnya sehingga
keseimbangan inputan tetap terjaga. Pertimbangan di atas diilustrasikan dalam Gambar 4
di bawah ini.

Gambar 4. Rangkaian input sinyal arus dari


CT ke relay digital. (a) koneksi langsung
dalam sekunder CT, (b) koneksi menggunakan
auxiliary CT.

Gambar 5 di bawah ini menunjukkan koneksi menuju VT. Sebuah rangkaian fuse
(sekring) disediakan untuk masing-masing intrumen sensing atau relay lain, dan
rangkaian yang serupa juga diberikan untuk relay digital. Tegangan nominal pada

9
sekunder VT dapat dikurangi nilainya dengan menggunakan pembagi tegangan sehingga
memberi nilai impedansi tertentu yang sesuai untuk mengatur langkah-langkah
selanjutnya yaitu filter dan amplifier. Meskipun auxiliary VT dapat digunakan juga dalam
rangkaian ini, namun hal ini tidak menambah isolasi, sehingga tidak menjadi keharusan.

Gambar 5. Rangkaian input sinyal tegangan dari VT


ke relay digital dengan pembagi tegangan.

Konversi sinyal menjadi bentuk digital dilaksanakan oleh Analog to Digital


Converter (A/DC). Sinyal arus dan tegangan (yang diperoleh dari belitan sekunder CT
dan VT) harus dikondisikan sedemikian rupa. Kemungkinan terbesar error pada level
sinyal harus diantisipasi, dan hubungan antara nilai rms dengan nilai puncaknya harus
diperhitungkan. Dalam banyak kasus, tingginya frekuensi komponen transien dari sinyal
dihilangkan menggunakan filter anti-aliasing, yang memiliki frekuensi cut-off rendah.
Filter anti-aliasing merupakan filter analog low-pass yang didesain untuk menyesuaikan
pemilihan spesifik dari sampling rate yang diterapkan. Sampling itu sendiri ditentukan
oleh sampling clock yang menghasilkan pulsa dengan besaran tetap. Pada waktu tertentu
yang telah ditentukan oleh clock, konversi dari sinyal input analog yang berupa nilai
pengukuran menjadi sinyal digital dilaksanakan oleh A/DC, untuk kemudian diteruskan
menuju prosesor.

2.4. Telekomunikasi Digital untuk Proteksi dan Kontrol Sistem Tenaga Listrik

Dalam dunia proteksi dan kontrol, sumber data informasi sangat bersinggungan
dengan waktu. Kebutuhan informasi secara real time bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas dan untuk memperkecil biaya operasi menjadi faktor penggerak pengenalan
teknologi baru yang memungkinkan pengumpulan dan transmisi data. Melalui pemikiran
inilah, dan untuk mempercepat ketersediaan informasi ke stake holder lain, maka
diperkenalkanlah RTU dan PLC.

RTU merupakan peralatan elektronik mikroprosesor yang menjadi objek interface


antara dunia fisik menuju sistem kontrol terdistribusi atau yang dikenal dengan SCADA

10
(Supervisory Control and Data Acquisition System) melalui pentransmisian data
telemeteri ke sistem dan/atau mengubah keadaan dari objek yang terhubung dengan
berdasarkan pesan kendali yang diterima dari sistem pusat.

PLC sendiri merupakan komputer digital yang digunakan untuk otomasi proses
elektromekanis. PLC digunakan dalam berbagai industri dan mesin. Tidak seperti
komputer pada umumnya, PLC didesain untuk serangkaian multiple input dan output,
yang dilengkapi juga dengan range temperatur, ketahanan terhadap noise elektris, dan
ketahanan terhadap getaran. Program untuk proses kontrol operasi umumnya disimpan
dalam sebuah non-volatile memory.

Gambar 6. Blok Diagram Sistem RTU/PLC

RTU dan PLC disesuaikan dengan peralatan interfacing seperti transducer,


serangkaian input & output (I/Os) untuk menghimpun informasi yang di-digital-kan dan
dikirimkan ke lokasi jarak jauh seperti pusat kontrol. Sinyal arus dan tegangan diperoleh
langsung dari trafo instrumen (CT dan VT) dan informasi tambahan seperti sinyal trip
dan alarm diperoleh dari relay digital melalui I/O cards.

RTU dan PLC memungkinkan pusat kontrol jarak jauh untuk menerima informasi
melalui beberapa cara hubungan komunikasi. Pusat kontrol jarak jauh ini merupakan
lokasi dari SCADA.

Dengan RTU dan PLC, komunikasi serial menjadi pilihan teknologi, dan
memungkinkan enjiner kontrol dan proteksi untuk menghadapi kebutuhan untuk
memahami konsep-konsep yang tidak familiar (bagi mereka) seperti media komunikasi
(tipe kabel, konektor), kendala instalasi untuk meminimalisir interferensi noise, data
baud rate, dan protokol komunikasi (Modbus RTU, Profibus, DeviceNet, ASCII,
protokol-protokol paten, dsb.).

Dalam sistem komunikasi baru ini, transmiter dan receiver dalam peralatan
bertanggung jawab untuk pertukaran informasi antara substation (gardu induk) dengan

11
pusat kontrol jarak jauh dimana SCADA berada. Pada ujung gardu induk, link
komunikasi bermula pada RTU dengan menggunakan sistem komunikasi berikut:
- Power Line Carrier
- Koneksi Dial-Up menggunakan jaringan telepon melalui modem
- Sistem Synchronous Optical network (SONET)
- Ethernet Local Area Network (LAN)

Pada lokasi SCADA atau pusat kontrol jarak jauh, link komunikasi berujung di
master komputer SCADA yang dapat dikoneksikan dengan sistem komunikasi di atas.
Akuisisi data bermula dari level RTU atau PLC dan termasuk juga pembacaan meter &
status peralatan dibutuhkan yang dikomunikasikan ke SCADA. Data-data tersebut
kemudian dicompile dan diformat sedemikian rupa di dalam sebuah ruang kontrol dan
ditampilkan menggunakan Human Machine Interface (HMI) sehingga operator dapat
membuat tindakan supervisi yang tepat yang dibutuhkan untuk mengontrol RTU atau
PLC.

Terobosan dalam teknologi elektronik terfasilitasi dengan adanya relay numerik


(relay digital), sebuah generasi baru dari peralatan kontrol dan proteksi multifungsi yang
mengkombinasi fungsi proteksi multifungsi dalam satu perangkat dan dapat
berkomunikasi langsung dengan RTU, PLC, ataupun peralatan lain dan gateway. Relay
digital bertukar informasi dengan konsentrator data gardu induk (RTU, PLC, atau
Gateway) yang disebut Komunikasi Level 1. Link komunikasi level 1 ini dapat
menggunakan sistem komunikasi berikut:
- Komunikasi serial RS-232, RS-485 atau RS422
- Komunikasi ethernet via RJ45 atau kabel fiber optik

Sedangkan link komunikasi level 2 terbentuk antara konsentrator data gardu induk
dan pusat kontrol jarak jauh dengan menggunakan sistem komunikasi power line carrier,
dial-up telepon via modem, SONET, ataupun LAN.

12
Gambar 7 Blok Diagram SCADA – RTU – Relay numerik (digital)

Seiring dengan transfer data yang meningkat karena banyaknya peralatan


komunikasi data, peralatan tambahan bantu dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi dan
mempercepat transfer informasi dari relay digital ke pusat kontrol. Dalam hal ini Gateway
dan prosesor komunikasi digunakan untuk mengatasi tantangan-tantangan dalam sistem
komunikasi berikut:
- Konversi protokol
- Komunikasi antara komponen peralatan dan sistem
- Dukungan legasi peralatan dan pusat kontrol
- Monitoring peralatan dan kontrol (I/O)

Gambar 7 Gateway dalam Sistem Komunikasi SCADA - RTU

13
BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan makalah ini antara lain:
1. Relay digital berbasis mikroprosesor memiliki perbedaan mendasar dibanding
relay analog dalam hal fitering, stabilitas, penyimpanan data, functionality,
algoritma, interface dengan manusia dan komunikasi.
2. Relay digital menawarkan kelebihan-kelebihan dibanding relay analog dalam hal
kinerja peralatan yang lebih baik, stabilitas jangka panjang, keamanan &
ketersediaan yang terkelola dengan baik, dan harga yang lebih murah.
3. Filtering dalam relay digital dilakukan dengan A/DC (Analog to Digital
Converter) yang memungkinkan data analog dari peralatan ukur CT dan VT dapat
diterjemahkan menjadi sinyal digital.
4. Komunikasi level 1 merupakan link komunikasi antara relay digital dengan data
konsentrator data dalam gardu induk yaitu RTU (Remote Terminal Unit) atau PLC
(Programmable Logic Control) yang berupa komunikasi serial ataupun
komenikasi ethernet menggunakan kabel fiber optik.
5. Komunikasi level 2 merupakan link komunikasi antara data konsentrator gardu
induk (RTU atau PLC) dengan pusat kontrol jarak jauh (SCADA) yang dapat
berupa sistem power line carrier, atau dengan koneksi dial-up jaringan telepon
dengan modem, atau dengan sistem SONET (Synchronous Optical Network)
ataupun menggunakan jaringan LAN

14

Anda mungkin juga menyukai