PENDAHULUAN
Komunikasi digital dimulai sebagai sebuah evolusi dari sinyal amplitudo termodulasi
menjadi komunikasi biner 0 dan 1. Teknik komunikasi ini memberikan kondisi data yang
lebih baik dalam mengendalikan perubahan kuat sinyal dan noise karena data yang
dibentuk dalam bentuk pulsa, bukan amplitudo. Seiring meningkatnya kebutuhan
komunikasi, teknologi komunikasi digital diaplikasikan untuk laju komunikasi yang
meningkat tersebut. Aplikasi utilitas elektrikal juga ikut bertambah seiring dengan
kelebihan dan karakteristik dari berbagai teknologi komuikasi digital yang mudah
dipahami. Pengaplikasian teknik digital dalam dunia proteksi dan kontrol sistem tenaga
listrik dimulai pada tahun 1969, sejak saat itu, minat untuk pengaplikasiannya semakin
meningkat. Perkembangan kemampuan komputer digital dan relay digital membuat
teknik digital ini menjadi lebih kuat dan murah dibanding relay dan teknik komunikasi
analog. Kemajuan perkembangan hardware engineering dan diikuti juga dengan seiring
riset percepatan proteksi tenaga listrik melalui algoritma proteksi digital. Tujuan utama
dari riset tersebut adalah untuk mengurangi waktu operasi peralatan ketika gangguan, dan
meningkatkan keamanan dan selektifitas dari algoritma tersebut. Proteksi dan kontrol
sistem tenaga listrik semakin berkembang dengan teknik digital dengan
dimungkinkannya suatu substation / gardu induk untuk dimonitor, dikontrol dan
disupervisi dari pusat kontrol jarak jauh dengan perantara komunikasi digital.
1.2. Tujuan
Tujuan yang diharapkan penulis dalam penyusunan makalah ini antara lain:
a) Mengetahui perbedaan mendasar relay proteksi digital dan konvensional
(analog)
b) Mengetahui kelebihan relay proteksi digital dibanding relay konvensional
c) Mengetahui struktur dan operasi relay digital
d) Mengetahui penerapan komunikasi digital dalam proteksi dan kontrol sistem
tenaaga listrik
1.3. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah dapat memahami
cara kerja relay proteksi digital dan penerapannya dalam proteksi dan kontrol sistem
tenaga listrik dengan teknik komunikasi digital.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam beberapa tahun terakhir, telah timbul ketertarikan yang cukup besar pada
penggunaan teknik digital dalam proteksi sistem tenaga listrik. Fitur utama yang
diutamakan para periset dalam meneliti kelayakan dalam proses desain relay digital untuk
sistem tenaga listrik antara lain ekonomis, keandalan, fleksibilitas, performa yang lebih
baik dari relay konvensional, dan kemungkinan pengintegrasian relay digital tersebut ke
dalam sistem hirarkis komputer.
Sebuah hal penting untuk menyebutkan perbedaan mendasar antara teknologi
digital dan teknologi elektromekanikal dan analog statis yang sudah dikenal sebelumnya,
sehingga karakteristik dan kemungkinan-kemungkinan yang terkait dengan proteksi
berbasis mikroprosesor (digital) dapat dipahami. Sebuah relay digital diartikan sebagai
sebuah peralatan yang berisi mikrokomputer atau mikroprosesor yang bekerja untuk
mendeteksi kondisi gangguan pada peralatan tenaga listrik.
Perbedaan utama antara relay digital dan relay analog atau konvensional antara
lain:
2.1.1. Filtering
Pada relay elektromekanis, filtering yang melekat terjadi karena massa dan inersia
yang terjadi bersamaan, contohnya saat torsi tertahan nilainya proporsional dengan
komponen sinyal harmonik dan noise. Dalam hal ini tingkat kesesuaian tertentu dapat
ditelusuri, jika nilai pengukuran mendekati set value, waktu pengukuran secara otomatis
akan meningkat. Sedangkan pada relay statis analog, filtering dilakukan oleh sirkit
elektronik pasif dan/atau aktif. Selain itu, beberapa filtering alami terjadi karena lebar pita
(bandwidth) yang terbatas pada sirkit elektronik.
Filtering dalam relay berbasis mikroprosesor terjadi pada bagian ADC (Analog to
Digital Converter). Pembatasan “pita” dilakukan secara analog dimaksudkan untuk
mencegah anti-aliasing. Namun demikian, filtering tambahan dengan teknik numerik
cukup kompleks dan membutuhkan kemampuan pemrosesan yang tinggi.
Dalam filtering digital, input dan output dihitung dan fungsi sistem (i.e. fungsi filter
atau transfer) dikenali secara numerik. Elemen mendasar dari sebuah filter antara lain;
delay (i.e. interval sampel), pengali konstan, dan penjumlah. Jika sebuah filter hanya
bergantung pada input, dan tidak pada output sebelummnya, maka filter ini disebut Filter
Non-Recursive. Diagram rangkaian filter non-recursive ditunjukkan dalam Gambar 1 di
bawah ini.
2
Gambar 1. Diagram Rangkaian Filter Non-Recursive
Persamaan (ii) di atas menyatakan sampel output Y(n) dihasilkan dari penjumlahan
sampel input x(n-k) yang dikalikan dengan faktor a(k) kemudian ditambah penjumlahan
dari sampel output y(n-k) yang dikalikan dengan faktor b(k).
Secara umum, filter digital dapat memproses sinyal dengan tingkat akurasi dan
stabilitas yang sulit diperoleh dari peralatan analog. Pengubahan sederhana pada
3
pengkalian dan/atau penjumlahan koefisien-koefisien dapat mengubah karakteristik filter
itu sendiri.
2.1.2. Stabilitas
Relay elektromekanis ataupun relay elektronik statis secara alami menjadi tidak
stabil dalam jangka waktu yang panjang. Friksi mekanis, degradasi komponen,
temperatur, kelembaban, dsb, pada akhirnya akan mempengaruhi akurasi dan kinerja
peralatan itu sendiri.
Agaknya terlalu sulit dan mahal untuk menyimpan data dalam jangka waktu yang
panjang dengan metode analog. Sama halnya dengan transmisi data analog dalam jarak
jauh. Karena tentunya dibutuhkan upaya lebih untuk memastikan tingkat noise/derau dan
akurasi masih dalam batas normal.
Dengan menggunakan teknik digital, penyimpanan data dalam waktu yang panjang
dapat dimungkinkan. Pengiriman data ke berbagai user dapat dilakukan secara sederhana
dan biaya menengah. Dengan memanfaatkan fiber optik dan protokol pengiriman yang
efisien, keamanan dan akurasi yang tinggi dapat dicapai sekalipun dalam rate transfer
data yang tinggi.
2.1.4. Kegunaan/functionality
Kegunaan suatu peralatan yang menggunakan teknik analog ditentukan oleh desain
perangkat kerasnya. Hanya perubahan minor dari karakteristik peralatan tersebut yang
dapat dimungkinkan dengan adjustment atau setting.
Dengan menggunakan teknik digital, fungsi yang saling berbeda dapat dikenali
dalam hardware/perangkat yang sama. Kemampuan perangkat-perangkat digital
ditentukan oleh software dan kemampuan pemrosesan data. Penting untuk disebutkan
bahwa kegunaan peralatan digital ini dapat diubah sebagai fungsi dari System State atau
fungsi dari perhitungan sebelumnya ataupun instruksi yang diterima dari reamote station.
2.1.5. Algoritma
4
Pada relay digital, fungsi-fungsi pengukuran yang kompleks dapat dieksekusi.
Algoritma digital dapat diextract dengan bantuan teknik filtering. Teknik digital
memerlukan kemampuan pemrosesan yang besar, dikarenakan tingginya resolusi dan
waktu operasi (i.e. multiplikasi, pembagian, akar kuadrat, dsb.) yang harus dilaksanakan.
Perlu disebutkan bahwa tidak ada algoritma yang ideal atau sempurna. Tiap-tiap
pendekatan memiliki kelebihan dan keterbatasan masing-masing. Desain algoritma yang
baik yang memenuhi proteksi yang dikehendaki dapat berfungsi di segala kemungkinan
gangguan.
Elemen MMC pada relay elektromekanis dan statis sangatlah sederhana dan secara
langsung (direct). Dalam hal ini komunikasi bisa dalam bentuk jarum penunjuk, knob,
label dsb.
Pada relay digital, MMC berdasarkan pada dialog antara pengguna dengan
peralatan proteksi.
2.1.7. Komunikasi
Self-monitoring dan self-diagnosis meupakan fitur yang rumit dan mahal untuk
dipenuhi dengan perangkat analog. Dengan menggunakan perangkat digital berbasis
mikroprosesor, fitur-fitur tersebut dapat diperoleh dengan mudah. Waktu pemrosesan
tertentu dapat ditetapkan secara periodik untuk melaksanakan pengecekan dan verifikasi
yang telah diseleksi. Hasil pengecekan tersebut dapat dilihat, disimpan dan dibandingkan
dengan hasil pengecekan sebelumnya. Setiap hasil yang mendeteksi kondisi abnormal
dapat menginisiasi algoritma korektif atau mengendalikan fungsi tertentu, atau bahkan
keseluruhan sistem.
5
2.2. Kelebihan Penggunaan Teknik Digital dalam Proteksi Sistem Tenaga Listrik
Kelebihan penggunaan relay digital dalam proteksi sistem tenaga listrik diantaranya
adalah:
Kinerja suatu relay dapat dilihat dari perspektif yang berbeda. Beberapa aspek
penting tersebut antara lain:
- Kompleksitas dan pemrosesan sinyal yang baik’
- Selektifitas dan akurasi yang tinggi
- Waktu respons yang lebih singkat
- Deteksi lokasi gangguan yang lebih cepat dan akurat
- Fleksibilitas yang mumpuni, mengingat kegunaan peralatan lebih ditentukan dari
softwarenya.
- Spare parts yang lebih sederhana dan terkelola dengan baik
2.2.2. Stabilitas jangka panjang
Stabilitas jangka panjang suatu peralatan mempengaruhi pemeliharaan dan
pengujian rutin, oleh karenanya dapat mengurangi biaya total lifetime dari peralatan itu
sendiri. Sistem proteksi dan digital memberikan kelebihan sebagai berikut:
- Kinerja peralatan secara umum tidak terpengaruh umur
- Kemampuan untuk pengkalibrasian dan pengaturan secara otomatis
- Abnormalitas dapat dideteksi dengan self-monitoring, sehingga mengurangi
resiko malfungsi peralatan
- Tingkat ketersediaan yang lebih tinggi
6
software relay digital selayaknya harus didesain untuk memastikan keandalan dan
keamanannya.
Relay digital terdiri dari subsistem-subsistem dengan fungsi yang terdefinisi. Blok
diagram dalam Gambar 3 di bawah ini menunjukkan prinsip subsistem dari relay digital.
7
Gambar 3 Struktur Relay Digital
Prosesor merupakan “otak” utama dalam organisasi ini yang bertanggun jawab
pada eksekusi program relay, pemeliharaan berbagai fungsi waktu, dan
mengkomunikasikan dengan peralatan luarnya.
Skema pada Gambar 3 di atas terdiri dari beberapa jenis memory yang masing-
masing melayani kebutuhan yang spesifik. Random Access Memory (RAM) memuat data
sampel input yang dimasukkan dan diproses. RAM dalam skema ini juga dapat
difungsikan sebagai buffer data untuk penyimpanan selanjutnya dalam media yang lebih
permanen. RAM dibutuhkan sebagai penanda awal selama eksekusi algoritma relay.
Read Only Memory (ROM) atau Programmable Read Only Memory (PROM)
digunakan untuk menyimpan program-program secara permanen. Dalam beberapa kasus,
program-program tersebut dapat mengeksekusi langsung dari ROM jika waktu bacanya
(read time) cukup singkat. Atau jika tidak, maka program harus dicopy dari ROM ke
RAM saat masa inisialisasi, dan selanjutnya eksekusi real-time akan dilaksanakan di
RAM.
Erasable PROM (EPROM) dibutuhkan untuk menyimpan parameter-parameter
tertentu (seperti setting relay) yang mana dapat berubah dari waktu ke waktu, namun
tetap harus ditetapkan sekalipun suplai daya listrik ke komputer terputus. Memori
dengan tipe core atau papan baterai yang membackup RAM dapat sesuai dengan fungsi
ini.
EPROM dengan kapasitas besar diperkirakan akan menjadi fitur yang dibutuhkan oleh
sebuah relay komputer. Memori tersebut sangat berguna sebagai media penyimpanan data
arsip, penyimpanan tabulasi-tabulasi data gangguan terkait, event logs, dan pengecekkan
8
rekam investigasi juga perubahan setting yang dilakukan pada relay. Pertimbangan
utamanya adalah biaya untuk kapasitas memori seperti di atas. Apabila cukup murah,
memori tersebut dapat digunakan sebagai media penyimpanan sementara sebelum
dikirim ke remote station dan disimpan dalam media yang lebih permanen.
Inputan pada relay merupakan sinyal analog arus dan tegangan ataupun sinyal
digital yang mengindikasi status suatu kontak. Yang mana umumnya memakai trafo arus
(CT) dan trafo tegangan (VT) konvensional sebagai peralatan sensingnya. Apabila
digunakan CT dan CVT (Coupling Voltage Transformer) elektronik, rangkaian input
akan sangat berbeda dan data inputan akan ditransfer langsung menuju memori prosesor.
Sinyal analog dalam struktur ini perlu dikonversikan menjadi sinyal tegangan yang sesuai
dengan konversi ke bentuk digital.
Gambar 5 di bawah ini menunjukkan koneksi menuju VT. Sebuah rangkaian fuse
(sekring) disediakan untuk masing-masing intrumen sensing atau relay lain, dan
rangkaian yang serupa juga diberikan untuk relay digital. Tegangan nominal pada
9
sekunder VT dapat dikurangi nilainya dengan menggunakan pembagi tegangan sehingga
memberi nilai impedansi tertentu yang sesuai untuk mengatur langkah-langkah
selanjutnya yaitu filter dan amplifier. Meskipun auxiliary VT dapat digunakan juga dalam
rangkaian ini, namun hal ini tidak menambah isolasi, sehingga tidak menjadi keharusan.
2.4. Telekomunikasi Digital untuk Proteksi dan Kontrol Sistem Tenaga Listrik
Dalam dunia proteksi dan kontrol, sumber data informasi sangat bersinggungan
dengan waktu. Kebutuhan informasi secara real time bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas dan untuk memperkecil biaya operasi menjadi faktor penggerak pengenalan
teknologi baru yang memungkinkan pengumpulan dan transmisi data. Melalui pemikiran
inilah, dan untuk mempercepat ketersediaan informasi ke stake holder lain, maka
diperkenalkanlah RTU dan PLC.
10
(Supervisory Control and Data Acquisition System) melalui pentransmisian data
telemeteri ke sistem dan/atau mengubah keadaan dari objek yang terhubung dengan
berdasarkan pesan kendali yang diterima dari sistem pusat.
PLC sendiri merupakan komputer digital yang digunakan untuk otomasi proses
elektromekanis. PLC digunakan dalam berbagai industri dan mesin. Tidak seperti
komputer pada umumnya, PLC didesain untuk serangkaian multiple input dan output,
yang dilengkapi juga dengan range temperatur, ketahanan terhadap noise elektris, dan
ketahanan terhadap getaran. Program untuk proses kontrol operasi umumnya disimpan
dalam sebuah non-volatile memory.
RTU dan PLC memungkinkan pusat kontrol jarak jauh untuk menerima informasi
melalui beberapa cara hubungan komunikasi. Pusat kontrol jarak jauh ini merupakan
lokasi dari SCADA.
Dengan RTU dan PLC, komunikasi serial menjadi pilihan teknologi, dan
memungkinkan enjiner kontrol dan proteksi untuk menghadapi kebutuhan untuk
memahami konsep-konsep yang tidak familiar (bagi mereka) seperti media komunikasi
(tipe kabel, konektor), kendala instalasi untuk meminimalisir interferensi noise, data
baud rate, dan protokol komunikasi (Modbus RTU, Profibus, DeviceNet, ASCII,
protokol-protokol paten, dsb.).
Dalam sistem komunikasi baru ini, transmiter dan receiver dalam peralatan
bertanggung jawab untuk pertukaran informasi antara substation (gardu induk) dengan
11
pusat kontrol jarak jauh dimana SCADA berada. Pada ujung gardu induk, link
komunikasi bermula pada RTU dengan menggunakan sistem komunikasi berikut:
- Power Line Carrier
- Koneksi Dial-Up menggunakan jaringan telepon melalui modem
- Sistem Synchronous Optical network (SONET)
- Ethernet Local Area Network (LAN)
Pada lokasi SCADA atau pusat kontrol jarak jauh, link komunikasi berujung di
master komputer SCADA yang dapat dikoneksikan dengan sistem komunikasi di atas.
Akuisisi data bermula dari level RTU atau PLC dan termasuk juga pembacaan meter &
status peralatan dibutuhkan yang dikomunikasikan ke SCADA. Data-data tersebut
kemudian dicompile dan diformat sedemikian rupa di dalam sebuah ruang kontrol dan
ditampilkan menggunakan Human Machine Interface (HMI) sehingga operator dapat
membuat tindakan supervisi yang tepat yang dibutuhkan untuk mengontrol RTU atau
PLC.
Sedangkan link komunikasi level 2 terbentuk antara konsentrator data gardu induk
dan pusat kontrol jarak jauh dengan menggunakan sistem komunikasi power line carrier,
dial-up telepon via modem, SONET, ataupun LAN.
12
Gambar 7 Blok Diagram SCADA – RTU – Relay numerik (digital)
13
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan makalah ini antara lain:
1. Relay digital berbasis mikroprosesor memiliki perbedaan mendasar dibanding
relay analog dalam hal fitering, stabilitas, penyimpanan data, functionality,
algoritma, interface dengan manusia dan komunikasi.
2. Relay digital menawarkan kelebihan-kelebihan dibanding relay analog dalam hal
kinerja peralatan yang lebih baik, stabilitas jangka panjang, keamanan &
ketersediaan yang terkelola dengan baik, dan harga yang lebih murah.
3. Filtering dalam relay digital dilakukan dengan A/DC (Analog to Digital
Converter) yang memungkinkan data analog dari peralatan ukur CT dan VT dapat
diterjemahkan menjadi sinyal digital.
4. Komunikasi level 1 merupakan link komunikasi antara relay digital dengan data
konsentrator data dalam gardu induk yaitu RTU (Remote Terminal Unit) atau PLC
(Programmable Logic Control) yang berupa komunikasi serial ataupun
komenikasi ethernet menggunakan kabel fiber optik.
5. Komunikasi level 2 merupakan link komunikasi antara data konsentrator gardu
induk (RTU atau PLC) dengan pusat kontrol jarak jauh (SCADA) yang dapat
berupa sistem power line carrier, atau dengan koneksi dial-up jaringan telepon
dengan modem, atau dengan sistem SONET (Synchronous Optical Network)
ataupun menggunakan jaringan LAN
14