Anda di halaman 1dari 41

PETUNJUK

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA I

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

11
Aturan Umum
Laboratorium Elektronika
Kelengkapan

Setiap praktikan wajib berpakaian lengkap, mengenakan celana panjang/ rok, kemeja dan
mengenakan sepatu. Untuk memasuki ruang laboratorium praktikan wajib membawa
kelengkapan berikut:
 Modul praktikum
 Alat tulis dan kalkulator
 Kartu Praktikum.

Persiapan/Sebelum Praktikum

Sebelum mengikuti percobaan sesuai jadwalnya, sebelum memasuki laboratorium


praktikan harus mempersiapkan diri dengan melakukan hal-hal berikut:
 Membaca dan memahami isi modul praktikum,
 Mengerjakan hal-hal yang dapat dikerjakan sebelum praktikum dilaksanakan,
misalnya mengerjakan perhitungan-perhitungan, menyalin source code, mengisi
Kartu Praktikum dlsb.,

Selama Praktikum

Setelah dipersilahkan masuk dan menempati bangku dan meja kerja, praktikan haruslah:

 Memperhatikan dan mengerjakan setiap percobaan dengan waktu sebaik- baiknya,


diawali dengan kehadiran praktikan secara tepat waktu,
 Mengumpulkan Kartu Praktikum pada asisten,
Setelah Praktikum

Setelah menyelesaikan percobaan, praktikan harus :

 Mengembalikan kunci loker dan melengkapi administrasi pengembalian kunci


loker (pastikan kartu identitas KTM/ SIM/ KTP diperoleh kembali).

 Mengerjakan laporan dalam bentuk tulisan tangan

11
Panduan Umum Keselamatan dan
Penggunaan Peralatan Laboratorium

Keselamatan

Pada prinsipnya, untuk mewujudkan praktikum yang aman diperlukan partisipasi seluruh
praktikan dan asisten pada praktikum yang bersangkutan. Dengan demikian, kepatuhan
setiap praktikan terhadap uraian panduan pada bagian ini akan sangat membantu
mewujudkan praktikum yang aman.

Bahaya Listrik
Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop-kontak dan circuit breaker) dan
cara menyala-matikannya. Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi menimbulkan
bahaya, laporkan pada asisten.
 Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan
listrik/ strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang terkelupas dll.
 Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiri
atau orang lain.
 Keringkan bagian tubuh yang basah karena, misalnya, keringat atau sisa air
wudhu.
 Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum.
Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus listrik. Berikut
ini adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika hal itu terjadi:
 Jangan panik,
 Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing-masing dan
di meja praktikan yang tersengat arus listrik,
 Bantu praktikan yang tersengat arus listrik untuk melepaskan diri dari sumber
listrik,
 Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di sekitar anda
tentang terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik.

Bahaya Api atau Panas berlebih


Jangan membawa benda-benda mudah terbakar (korek api, gas dll.) ke dalam ruang
praktikum bila tidak disyaratkan dalam modul praktikum.
 Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api atau panas
yang berlebihan
 Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau panas berlebih
pada diri sendiri atau orang lain.

11
 Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas berlebih pada setiap aktivitas
praktikum.

Bahaya Lain
Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama pelaksanaan percobaan
perhatikan juga hal-hal berikut:
 Jangan membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke ruang praktikum
bila tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan.
 Hindari daerah, benda atau logam yang memiliki bagian tajam dan dapat melukai
 Hindari melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau
orang lain, misalnya bermain-main saat praktikum

Lain-lain
Praktikan dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum.

Penggunaan Peralatan Praktikum


Berikut ini adalah panduan yang harus dipatuhi ketika menggunakan alat-alat praktikum:

 Sebelum menggunakan alat-alat praktikum, pahami petunjuk penggunaan alat itu.


 Perhatikan dan patuhi peringatan (warning) yang biasa tertera pada badan alat.
 Pahami fungsi atau peruntukan alat-alat praktikum dan gunakanlah alat-alat tersebut
hanya untuk aktivitas yang sesuai fungsi atau peruntukannya. Menggunakan alat
praktikum di luar fungsi atau peruntukannya dapat menimbulkan kerusakan pada
alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan.
 Pahami rating dan jangkauan kerja alat-alat praktikum dan gunakanlah alat-alat
tersebut sesuai rating dan jangkauan kerjanya. Menggunakan alat praktikum
diluar rating dan jangkauan kerjanya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan
bahaya keselamatan praktikan.
 Pastikan seluruh peralatan praktikum yang digunakan aman dari benda/ logam
tajam, api/ panas berlebih atau lainnya yang dapat mengakibatkan kerusakan pada
alat tersebut.
 Tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor, coretan, goresan atau
sejenisnya pada badan alat-alat praktikum yang digunakan.
 Kerusakan instrumentasi praktikum menjadi tanggung jawab bersama rombongan
praktikum ybs. Alat yang rusak harus diganti oleh rombongan tersebut.

Sanksi

Pengabaian uraian panduan di atas dapat dikenakan sanksi tidak lulus mata kuliah
praktikum yang bersangkutan

11
BAB I
KARAKTERISTIK DIODA, PENYEARAH & FILTER

2.1. Tujuan Percobaan


1. Memahami serta mempelajari karakteristik dioda biasa dengan bahan silikon dan
germanium serta diioda zener dan aplikasi penggunaan dari dioda-dioda tersebut di
atas.
2. Memahami serta mempelajari rangkaian penyearah setengah gelombang dan
gelombang penuh.
3. Memahami serta mempelajari tapis (filter) yang digunakan pada rangkaian penyearah
setengah gelombang dan gelombang penuh pada sumber tegangan arus searah (DC).

2.2. Pendahuluan
2.2.1. Teori Dasar
Salah satu kegunaan dioda adalah untuk penyearah, yaitu mengubah arus AC (bolak-balik)
menjadi arus DC (searah). Persamaan penyearah tegangan DC yang dihasilkan oleh
rangkaian penyearah dioda adalah:

dimana Vm adalah tegangan puncak (maksimum) AC (Volt), f adalah fekuensi dari sinyal AC
[Hz], dan C adalah besarnya kapasitor yang terpasang dan berfungsi sebagai filter dikeluaran
penyearah [F, farad]. Proses penyearah menghasilkan tegangan DC yang masih mengandung
riak atau ripel (ripple), yaitu tegangan AC yang masih menumpang di atas sinyal DC. Sebuah
sumber tegangan DC ideal memiliki resistansi keluaran Ro=0. Dari persamaan di atas,
kondisi ini dapat didekati dengan nilai C sebesar mungkin. Dengan C besar, diharapkan
mendekati kondisi sumber tegangan DC ideal : R o mendekati 0, menekan ripel serendah
mungkin (filter), dan berfungsi sebagai regulator (penyetabil) tegangan DC yang keluar.

11
2.2.2. Karakteristik Dioda
Dalam percobaan ini akan kita amati karakteristik Id terhadap Vd dari tiga dioda yaitu: dioda
Si, dioda Ge, dan dioda Zener. Dioda pertama dan kedua adalah dioda umum yang berbeda
berdasarkan bahannya (Germanium dan Silicon). Dioda kedua adalah dioda zener yang
dibuat khusus yaitu sebagai penyetabil tegangan-tegangan DC. Dengan menggunakan
rangkaian kit praktikum yang tersedia, amati dan pahami tegangan nyala dioda (cut-in) dan
tegangan rusak (breakdown). Dari kurva karakteristik yang diperoleh dapat juga kita hitung
besarnya resistansi dinamis dioda pada suatu titik kerja di kurva. Terakhir adalah
mempelajari penggunaan dioda berdasarkan karakteristik tersebut.

2.2.3. Penyearah
Dalam percobaan ini akan diamati dua jenis penyearah yaitu penyearah setengah gelombang
(Half Wave), penyearah gelombang penuh (Full Wave) dengan menggunakan rangkaian
jembatan.
Menggunakan kit praktikum yang tersedia kita akan dapat memahami:
1. Perbedaan penyearah setengah gelombang dan gelombang penuh.
2. Bentuk karakteristik dioda pada keluaran.
3. Pengaruh beban untuk masing-masing jenis penyearah.

2.3. Peralatan Yang Digunakan


- Kit Praktikum Karakteristik Dioda, Penyearah dan Filter
- Osiloskop
- Catu Daya
- Multimeter digital
- Kabel Penghubung

2.4. Langkah Percobaan


2.4.1. Percobaan Karakteristik Dioda
2.4.1.1. Percobaan Karakteristik Dioda Junction
1. Membuat rangkaian karakteristik forward bias sebagai berikut ini pada modul
percobaan (rangkaian (a) atau (b)

11
(a)

(b) Forward bias

(c) Reverse bias


Gambar 2.1 Pengukuran Karakteristik Dioda
1. Hubungkan power supply, amper meter untuk mengukur arus yang melalui diode Id.
2. Hubungkan volt meter untuk mengukur tegangan pada diode Vd dan hubungkan pula
voltmeter dengan resistor untuk mengukur tegangan pada resistor VR
3. Mengatur tegangan DC power supply dari 0 V sampai 20 V dengan step sesuai table
observasi (atau sesuai petunjuk dosen).
4. Mengamati besarnya arus yang mengalir melalui dioda , tegangan diode dan tegangan
pada resistor (terlihat pada display ampermeter), isikan hasil pengamatan tersebut
pada tabel yang tersedia.
5. Baliklah polaritas sumber tegangan DC Power supply untuk rangkaian reverse bias
seperti gambar (c).

11
6. Ulangi prosedur diatas untuk perbedaan nilai tegangan sumber DC untuk reverse bias.
7. Membuat karakteristik untuk jenis dioda tersebut.

2.4.1.1. Percobaan Karakteristik Dioda Zener


1. Membuat rangkaian karakteristik forward bias sebagai berikut ini pada modul
percobaan rangkaian (a)

(a) Forward bias

(b) Reverse bias


2. Hubungkan power supply, amper meter untuk mengukur arus yang melalui diode Id.
3. Hubungkan volt meter untuk mengukur tegangan pada diode Vd dan hubungkan pula
voltmeter dengan resistor untuk mengukur tegangan pada resistor VR
4. Mengatur tegangan DC power supply dari 0 V sampai 20 V dengan step sesuai table
observasi (atau sesuai petunjuk dosen).
5. Mengamati besarnya arus yang mengalir melalui dioda , tegangan diode dan tegangan
pada resistor (terlihat pada display ampermeter), isikan hasil pengamatan tersebut
pada tabel yang tersedia.
6. Baliklah polaritas sumber tegangan DC Power supply untuk rangkaian reverse bias
seperti gambar (b).
7. Ulangi prosedur diatas untuk perbedaan nilai tegangan sumber DC untuk reverse bias.
8. Membuat karakteristik untuk jenis dioda tersebut.

11
2.4.2. Percobaan Penyearah dan Filter
2.4.2.1.Percobaan Penyearah Setengah Gelombang

Gambar 2.2 Rangkaian Percobaan Penyearah1/2 Gelombang (Half-Wave)

1. Membuat rangkaian penyearah setengah gelombang pada modul praktikum sesuai


dengan gambar 2.2 di atas.
2. Memasang beban resistor dan kapasitor sesuai petunjuk instruktur.
3. Menghubungkan titik G dan ground dengan osciloscope, juga hubungkan titik G dan
F dengan multimeter digital untuk mengukur arus DC.
4. Mengamati bentuk gelombang dan tegangan ripel pada osiloskop, juga amati besar
arus yang mengalir pada multimeter digital dan catat hasilnya pada lembar data.

2.4.2.2.Percobaan Penyearah Gelombang Penuh

11
(a)

(b) penyearah gelombang penuh dengan diode jembatan

(c) penyearah gelombang penuh dengan Transformator Center Tap (CT)


Gambar 2.3 Rangakaian Percobaan Penyearah Gelombang Penuh

1. Membuat rangkaian penyearah gelombang penuh dengan diode jembatan pada modul
praktikum sesuai dengan gambar 2.3 (a) atau (b) di atas.
2. Memasang beban resistor dan kapasitor sesuai petunjuk instruktur.
3. Menghubungkan titik G dan ground dengan oscilloscope, juga hubungkan titik G
dan F dengan multimeter digital untuk mengukur arus DC dan voltmeter pada beban
untuk mengukur tegangan beban.
4. Mengamati bentuk gelombang dan tegangan ripel pada osciloscope, dan juga amati
besarnya arus yang mengalir dan tegangan beban pada multimeter digital dan catat
hasilnya pada lembar data.
5. Membuat rangkaian penyearah gelombang penuh dengan transformator center Tap
pada modul praktikum sesuai dengan gambar 2.3 (c) di atas.

2.5. Data Hasil Percobaan


2.5.1. Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Junction Forward Bias

11
Tabel 2-1.
Data Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Junction Forward Bias
No Tegangan Arus Dioda Id Tegangan Dioda Tegangan Resistor VR
Supply (mA) Vd (Volt) (Volt)
(volt)
1 0,2
2 0,4
3 0,6
4 0,8
5 1
6 2
7 4
8 6
9 8
10 10

Tabel 2-2.
Data Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Junction Reverse Bias

Tegangan Arus Dioda Id Tegangan Dioda Tegangan Resistor VR


Supply (mA) Vd (Volt) (Volt)
(volt)
1 2
2 5
3 10
4 15
5 20
6 30

Gambar Kurva Karakteristik V-I Dioda junction

11
2.5.2. Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Zener Forward Bias
Tabel 2-3.
Data Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Zener Forward Bias
No Tegangan Arus Dioda Id Tegangan Dioda Tegangan Resistor VR
Supply (mA) Vd (Volt) (Volt)
(volt)
1 0,2
2 0,4
3 0,6
4 0,8
5 1
6 5
7 10
8 15
9 20
10 25

Tabel 2-4.
Data Hasil Percobaan Karakteristik Dioda Zener Reverse Bias

Tegangan Arus Dioda IZ Tegangan Dioda VZ Tegangan Resistor VR


Supply (mA) (Volt) (Volt)

11
(volt)
1 1
2 2
3 4
4 6
5 8
6 10
7 12
8 14
9 16
10 18

Gambar Kurva Karakteristik V-I Dioda Zener

11
2.5.3. Hasil Percobaan Penyearah ½ Gelombang tanpa kapasitor

Bentuk gelombang input pada sekunder transformator

Bentuk gelombang Output pada beban

11
2.5.4. Hasil Percobaan Penyearah ½ Gelombang dengan kapasitor filter

Bentuk gelombang input pada sekunder transformator

Bentuk gelombang Output pada beban

Observasi :

11
[1] Penyearah ½ Gelombang tanpa kapasitor filter
Tegangan Input AC (rms) Vrms= ___________
Tegangan output DC VDC = ___________
Arus DC: IDC =______________
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: __________
Ripple factor: (Vr/VDC) = ______________

[2] Penyearah ½ Gelombang dengan kapasitor filter


Tegangan Input AC (rms) Vrms= ___________
Tegangan output DC VDC = ___________
Arus DC: IDC =______________
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: __________
Ripple factor: (Vr/VDC) = ______________

2.5.5. Hasil Percobaan Penyearah Gelombang Penuh diode jembatan tanpa kapasitor
Bentuk gelombang input pada sekunder transformator

Bentuk gelombang Output pada beban

11
2.5.6. Hasil Percobaan Penyearah Gelombang penuh diode jembatan dengan kapasitor
filter

Bentuk gelombang input pada sekunder transformator

11
Bentuk gelombang Output pada beban

Observasi :
[1] Penyearah ½ Gelombang tanpa kapasitor filter
Tegangan Input AC (rms) Vrms= ___________
Tegangan output DC VDC = ___________
Arus DC: IDC =______________
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: __________
Ripple factor: (Vr/VDC) = ______________

[2] Penyearah ½ Gelombang dengan kapasitor filter


Tegangan Input AC (rms) Vrms= ___________
Tegangan output DC VDC = ___________
Arus DC: IDC =______________
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: __________
Ripple factor: (Vr/VDC) = ______________

11
2.5.7. Hasil Percobaan Penyearah Gelombang penuh dengan transformator CT tanpa
kapasitor

Bentuk gelombang input pada sekunder transformator

Bentuk gelombang Output pada beban

2.5.8. Hasil Percobaan Penyearah Gelombang penuh dengan transformator CT dengan


kapasitor

11
Bentuk gelombang input pada sekunder transformator

Bentuk gelombang Output pada beban

Observasi :
[1] Penyearah ½ Gelombang tanpa kapasitor filter
Tegangan Input AC (rms) Vrms= ___________
Tegangan output DC VDC = ___________
Arus DC: IDC =______________
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: __________
Ripple factor: (Vr/VDC) = ______________

[2] Penyearah ½ Gelombang dengan kapasitor filter


Tegangan Input AC (rms) Vrms= ___________
Tegangan output DC VDC = ___________

11
Arus DC: IDC =______________
Tegangan Output AC (Ripple voltage) Vr: __________
Ripple factor: (Vr/VDC) = ______________

11
BAB II
KARAKTERISTIK TRANSISTOR BIPOLAR

3.1. Tujuan
- Memahami dan mempelajari karakteristik Ic-VCE pada transistor bipolar.
- Memahami dan mempelajari pengertian tentang garis beban dan titik kerja pada
transistor bipolar.

3.2. Teori Dasar


Transistor merupakan sebuah komponen semikonduktor yang banyak dipergunakan pada
berbagai rangkaian elektronik sebagai penguat, saklar, dan lain-lain. Asas kerja dari dari
transistor adalah akan ada arus di antara terminal terminal kolektor-emitor (Ic) hanya apabila
ada arus yang mengalir diantara terminal basis-emitor (I B). Jadi transistor harus dioperasikan
didaerah linier agar diperoleh sinyal keluaran yang tidak cacat (distorsi). Untuk dapat
mengoperasikannya secara tepat maka pengertian tentang karakteristik, titik kerja, disipasi
daya transistor dan rangkaian bias (ada yang menyebutnya dengan prategangan, tegangan
kerja awal) amatlah penting dan harus dipahami dan dimengerti secara benar.

3.2.1. Disipasi Kolektor


Pada gambar 3.1 di bawah ini ditunjukkan karakteristik besar arus yang mengalir di kolektor
pada sebuah transistor bipolar yang disebut IC, terhadap perubahan tegangan kolektor-emitor
(VCE). Karakteristik ini disebut dengan karakteristik keluaran IC-VCE dimana transistor akan
bekerja dengan aman di daerah sebelah kiri bawah dari kurva disipasi daya kolektor. Besar
daya yang didisipasikan di kolektor transistor tersebut merupakan hasil kali tegangan
kolektor-emitor dengan arus kolektor.

Daya disipasi maksimum dari transistor tersebut tidak boleh dilampaui karena hal ini telah
ditentukan oleh pabrik pembuat transistor tersebut yang dapat kita lihat pada lembar data
atau data sheet dari buku data tentang transistor.

11
Gambar 3.1 Karakteristik Ic-Vce Sebuah Transistor Bipolar

3.2.2. Garis Beban


Perilaku penguat transistor dapat dianalisa secara grafis dimana dengan bantuan karakteristik
IC-VCE di atas dan sebuah garis beban yang kita tarik di kurva tersebut dapat kita tentukan
besar sinyal masukan Vi yang dapat diberikan ke transistor. Garis beban dapat digambar
melalui persamaan garis beban. Persamaan garis tersebut diperoleh dari hukum persamaan
Kirchoff.

Dari persamaan (1) maka tempat kedudukan dapat ditentukan dengan menghitung sepasang
koordinat (IC, VCE) yang dengan mudah diperoleh dengan memasukkan nilai istimewa, yaitu
IC=0 dan VCE=0 diperoleh koordinat (VCE, IC) yang pertama = (VCC, 0) dan koordinat yang
kedua = (0, Vcc/Rc).
Kedua titik tersebut merupakan titik potong garis beban dengan sumbu datar V CE dan sumbu
tegak IC. Garis beban kemudian dapat kita pakai untuk menentukan besar sinyal masukan Vi
ke transistor. Besar simpangan maksismum Vi bergantung kepada faktor kemiringan garis
beban = - 1/RL . Kemiringan garis beban dapat diatur dengan mengubah tegangan sumber
VCC dan nilai resistor kolektor RC.

3.2.3. Titik Kerja


Garis beban akan memotong sekelompok kurva arus basis konstan I B. Dengan IB tertentu
(yang diatur rangkaian bias), garis beban akan memotong kurva I B tersebut di Titik Q yang
disebut Titik Kerja Transistor. Titik Kerja ini menjadi kondisi awal dari pengoperasian
transisitor kelak

11
dimana transistor tersebut mempunyai tiga daerah kerja yaitu aktif (active), jenuh
(saturation), dan tersumbat (cut-off). Gambar 3.2 berikut ini akan menjelaskan tentang titik
kerja dan garis beban dari suatu transistor bipolar.

Gambar 3.2 Garis Beban Dc & Titik Kerja Sebuah Transistor Bipolar

Titik dimana garis beban memotong kurva Ib=0 dikenal sebagai titik sumbat (cut-off) . Pada
titik ini arus kolektor (Ic) sangat kecil (hanya arus bocor) sehingga dapat diabaikan , di sini
transistor kehilangan kerja normalnya. Dapat dikatakan bahwa tegangan kolektor-emitor
sama dengan ujung dari garis beban tersebut.

Perpotongan garis beban dengan kurva IB=IB sat disebut jenuh (saturation). Pada titik ini arus
kolektor maksimum atau dapat dikatakan bahwa arus kolektor sama dengan ujung dari garis
beban.

Jika arus basis IB lebih kecil dari IB (sat) maka transistor akan beroperasi pada daerah aktif,
yaitu titik kerjanya terletak disepanjang garis beban. Jadi dapat disimpulkan bahwa transistor
bipolar bekerja sebagai suatu sumber arus dimana saja sepanjang garis beban, kecuali titik
jenuh (saturation) atau titik sumbat (cut-off) dimana transistor tidak lagi bekerja sebagai
sumber arus melainkan sebagai sakalar.

3.3. Peralatan Yang Diperlukan


● Kit Praktikum Karakteristik Transistor Bipolar
● Multimeter Digital

11
● Catu Daya
● Kabel Penghubung

3.4. Langkah Percobaan Karakteristik Transistor Bipolar


1. Rangkaian modul percobaan sama seperti gambar 3.3 berikut ini

2. Menghubungkan Multimeter pada V CC kemudian atur tegangan V CC sesuai dengan


petunjuk instruktur .3. Memasang Ampere Meter dengan skala μA pada J1 untuk
mengatur arus basis I B sesuai dengan petunjuk instruktur.
4. Mengukur arus kolektor I C pada titik J2 dengan multimetr pada skala mA.
5. Memasang voltmeter Colector – Emitor untuk mengukur tegangan Colector – Emitor
VCE.
6. Mengatur tegangan Vcc mulai 0 v sampai 20 V.
7. Mengamati hasilnya dan catat pada lembar data yang tersedia.
8. Mengulangi langkah-langkah tersebut di atas untuk nilai I B yang lain dan masukan datanya
ke dalam tabel yang telah tersedia.

3.5. Data Hasil Pengukuran


No Vcc Ib = 0 Ib = 10A Ib = 20A Ib = 30A

11
Vce Ic Vce Ic Vce Ic Vce Ic
0
0,3
0,5
0,8
1
2
4
8
10
15
20

Kurva Karakteristik Keluaran IB, IC, VCE

11
BAB III
DASAR PENGUAT DAN PENGUATAN

4.1. Tujuan
● Dapat memahami dan mempelajari dasar penguatan.
● Dapat mencari impedansi masukan & keluaran pada sebuah penguat transistor bipolar
dengan konfigurasi CE (Common-Emitter).
● Dapat menghitung penguatan tegangan pada suatu penguat transistor bipolar.

4.2. Teori Dasar


Sebuah rangkaian penguat transistor bipolar dengan menggunakan konfigurasi CE
(Common-Emitter) diperlihatkan pada ganbar dibawah ini:

Gambar 4.1 Rangkaian Penguat Common Emitter


Untuk menganalisa rangkaian di atas maka dapat digunakan dua analisa yaitu analisa DC dan
analisa AC.

4.2.1. Analisa DC
Analisa ini digunakan untuk mancari titik kerja dari penguat yang akan di analisa. Untuk
menganalisa DC maka sumber AC di matikan dan semua kapasitor di buat open circuit.,
sehingga rangkaian ekivalen seperti gambar 4.2 berikut ini:

11
Gambar 4.2 Rangkaian Ekuivalen Untuk Analisa Dc

Sehingga peroleh

Dari loop antara Basis dan Emitor kita peroleh persamaan:

Arus kolektor merupakan penjumlahan dari dua arus, yaitu:

Sehingga diperoleh:

Dengan mendistribusikan persamaan (2) ke persamaan (1) ,dan untuk harga Iceo = 0 , maka
akan diperoleh:

11
Dari loop antara kolektor –emitor kita peroleh:

dengan

4.2.2. Analisa AC Untuk Frekwensi Menengah


Dengan mematikan sumber tegangan DC dan membuat short-circuit semua kapasitor maka
akan diperoleh rangkaian ekuivalen seperti gambar 4.3 di bawah ini:

Gambar 4.3 Rangkaian Ekuivalen Analisa Ac Pada Frekwensi Menengah

untuk η=1,T=25ºC, kita peroleh:


gm = 38,9 [ IC ]

setelah kita gambar rangkaian ekuivalen AC seperti di atas dan kita peroleh harga rη dan
gm , maka dapat kita cari AV1,AVS,ZI,A1,dan ap, serta zo sebagai berikut:

11
dari rangkaian ekuivalen di atas,kita lihat V=V1,maka diperoleh:

Untuk mencari Avsdapat kita gunakan persamaan berikut:

Maka:

Impedansi masukan dapat kita peroleh dengan persamaan:

Maka:

Penguatan arus dapat kita peroleh dengan persamaan:

Penguatan daya dapat diperoleh dengan persamaan:

Untuk mencari Zo maka pada rangkaian dibuat open circuit Vo terlebih dahulu sehingga
diperoleh :

Dimana :

Kemudian dibuat short circuit Io sehingga diperoleh :

11
Dimana

Maka :

4.3. PERALATAN YANG DIGUNAKAN


• Kit Praktikum Dasar Penguat dan Penguatan
• Oscilloscope
• Function Generator
• Multimeter Digital
• Catu Daya
• Kabel Penghubung

4.4. LANGKAH PERCOBAAN


4.4.1. Percobaan Mencari Impedansi Masukan
1. Memasangkan J1, hubungkan RE = 4,7 Ohm di emitter transistor, Vcc = 12 Volt, dan
mengatur Vs = ………..Vp-p. Jaga agar Vs konstan selama melakukan percobaan.
2. Dengan menggunakan kabel penghubung, hubungkan CE = 10 uF yang dipararel
dengan RE.
3. Mengatur Rx1 sehingga diperoleh Vin setengah dari Vs. Kemudian ukur dan catat
harga Rx1 sebagai Zin.
4. Memasukkan hasil pengukuran pada tabel 4.1
5. Kemudian ganti nilai RE menjadi 47 ohm. Setelah itu ulangi lagi langkah yang ke-2
dan seterusnya.

4.4.2. Percobaan Mencari Impedansi Keluaran


1. Masih dengan rangkaian percobaan diatas. Resistor Rx1 dihubung singkat, Vcc = 12
volt. Ukur dan catat tegangan Vo pada keadaan terbuka (tanpa Rx2)
2. Menghubungkan Rx2 pada keluaran sebagai beban. Sinyal masukan dijaga konstan
dengan memasang J2.

11
3. Mengatur Rx2 sehingga diperoleh Vo setengah nilai tegangan tanpa beban.
Kemudian ukur dan catat harga Rx2 sebagai Zo.
4. Memasukkan hasil pengukuran tersebut pada tabel 4.2

4.4.3. Percobaan Mencari Faktor Penguatan


1. Rangkaian penguat sama seperti pada gambar 4.1, dengan Rx1 ditentukan dan RE =
47 Ohm.
2. Dengan menggunakan kabel penghubung, hubungkanlah kapasitor dengan CE = 10
uF pararel dengan RE = 47 Ohm.
3. Membuat Vs seperti pada tabel dan Vcc = 12 Volt. Amati bentuk tegangan masukan
dan keluaran di oscilloscope dan catat harga tegangannya.
4. Menghubungkan Rx2 pada keluaran sebagai beban, dan jaga sinyal masukan agar
tetap konstan.

11
Vcc

R1 RC
J1
C2

J2
C1
Rx1

KELUARAN

MASUKAN

CE
R2 RE1 RE2
Rx2

Gambar 4.4 Rangkaian Percobaan Dasar Penguat Dan Penguatan

Komponen yang digunakan :

4.4.4. Percobaan respon frekwensi

Gambar 4.5. Rangkaian percobaan respon frekwensi

11
1. Hubungkan generator fungsi pada input rangkaian penguat.
2. Set tegangan input 10 mV dan frekwensi 100 Hz
3. Hubungkan Osciloscope pada output rangkaian penguat.
4. Amati sinyal penguatan dan ukur tegangan keluar.
5. Mengatur frekwensi dari generator fungsi dengan range frekwensi mulai 100 Hz
sampai 10 MHz.
6. Hitung penguatan (gain) tegangan dalam satuan dB.

Data Hasil Percobaan respon frekwensi

Tegangan input : 10 mV
Frekwensi Input Tegangan Gain Gain dalam
No
Hz Keluaran Vo A = Vo/Vi dB=20 log A
1 100 Hz
2 500 Hz
3 1 KHz
4 2 KHz
5 5 KHz
6 10 KHz
50 KHz
7
8 100 KHz
9 150 KHz
10 200 KHz
11 300 KHz
12 500 KHz

11
BAB IV
TRANSISTOR SEBAGAI SWITCH

Tujuan :
 Mengetahui dan mempelajari fungsi transistor sebagai switch
 Mengetahui dan mempelajari karakteristik kerja Bipolar Junction Transistor
ketika beroperasi sebagai saklar

Switch Ideal
Sebuah switch ideal harus mempunyai karakteristik pada keadaan “off” ia tidak dapat
dilalui arus sama sekali dan pada keadaan “on” ia tidak mempunyai tegangan drop.

Transistor BJT Sebagai Switch


Komponen transistor dapat berfungsi sebagai switch, walaupun bukan sebagai
switch ideal. Untuk dapat berfungsi sebagai switch, maka titik kerja transistor harus
dapat berpindah-pindah dari daerah saturasi (switch dalam keadaan “on”) ke daerah
cut-off (switch dalam keadaan “off”). Untuk jelasnya lihat gambar di bawah ini.

11
Dalam percobaan ini perpindahan titik kerja dilakukan dengan mengubah-ubah pra-tegangan
(bias) dari Emiter-Base.

MOSFET Sebagai Switch

Selain BJT, MOSFET juga dapat berfungsi sebagai switch. Dibandingkan dengan BJT, sifat
switch dari MOSFET juga lebih unggul karena membutuhkan arus yang sangat kecil untuk
operasinya.

Ada dua tipe MOSFET menurut tegangan kerjanya yaitu n-Channel MOSFET (n-MOS) dan
p-Channel MOSFET (p-MOS). Dimana n-MOS bekerja dengan memberikan tegangan positif
pada gate, dan sebaliknya, p-MOS bekerja dengan memberikan tegangan negatif di gate.n-
MOS berlaku sebagai switch dengan membuatnya bekerja di sekitar daerah saturasinya.
Daerah kerja dari n-MOS dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Rangkaian CMOS
Jika n-MOS dan p-MOS digabungkan, akan dihasilkan rangkaian CMOS (Complementary
MOS) yang ditunjukkan oleh gambar berikut ini.Untuk memperlakukan CMOS supaya
bekerja sebagai switch, kita harus mengubah-ubah daerah kerjanya antara cut-off dan
saturasi.

11
Transistor BJT Sebagai Switch

Alat dan Komponen yang digunakan

 Sumber tegangan DC (1 buah)


 Osiloskop (1 buah)
 Kit Transistor sebagai Switch (1 buah)

11
 Multimeter Analog dan Digital (2 buah)
 Kabel-kabel (2 buah)

Langkah Percobaan

1. Susun rangkaian seperti pada gambar berikut ini dengan VCC = 12 Vdc.
2. Posisikan Rvar pada nilai minimum (VBE=0). Catat harga VCE awal.
3. Naikan tegangan di Base (dengan memutar Rvar) perlahan-lahan hingga
terlihat lampu menyala (relay bekerja).
4. Tepat pada saat lampu menyala, catat harga: IB , IC,VBE dan VCE.
5. Naikkan tegangan di Base (dengan memutar Rvar), catat IB dan IC. Tentukan
tiga nilai pengukuran antara saat lampu menyala sampai potensiometer Rvar
maksimum.
6. Kemudian turunkan tegangan catu perlahan-lahan hingga lampu padam
kembali, catat harga-harga Ib, Ic, VBE dan VCE yang menyebabkan lampu
padam.
7. Ulangi langkah 3 sampai 7 dengan beberapa VCC lain (11, 10, 9 VDC, dll).
8. Gambarkan kurva yang menunjukkan VBE minimum yang menyebabkan
Saturasi, VBE maksimum yang menyebabkan Cut-Off, dan beberapa nilai VCC
& VCE yang berbeda-beda dalam satu grafik.

MOSFET Sebagai Switch

N-MOS
1. Cara Multimeter

Vdd

Rd
2,2
K
Id

Rvar
Vds
G
100K
Vgs

11
1. Buat rangkaian seperti pada gambar berikut ini dengan VDD = 5 Vdc.
2. Posisikan Rvar pada nilai minimum (Va=0). Catat harga VDS dan ID awal.
3. Naikan tegangan di Gate (dengan memutar Rvar) perlahan-lahan hingga terlihat ada
arus di Drain (ID).
4. Tepat pada saat ada arus di Drain (ID), catat harga: IG, ID, VGS dan VDS.
5. Ulangi langkah 11 sampai 13 dengan beberapa VDD lain: 6, 7.5, 9, VDC (jangan
melebihi 12V).
6. Gambarkan kurva hubungan VGS – ID.

2. Cara Osiloskop

1. Buat rangkaian seperti pada gambar berikut ini dengan VDD = 5 VDC.

Vdd

R
d

D +

G
Vin + Vo
ut

s
- -

2. Gunakan generator sinyal sebagai Vin


3. Atur bentuk gelombang fungsi generator segitiga dengan amplitude 0 – 5 V
(atur offset fungsi generator) dan kemudian hubungkan ke osiloskop

11
channel 1.
4. Hubungkan keluaran (Vout) channel 2, gunakan mode xy untuk melihat
kurva Vin – Vout.
5. Amati dan gambar kurva tersebut pada buku log praktikum.
6. Tentukan tegangan Threshold (Vth).

11
41

Anda mungkin juga menyukai