Anda di halaman 1dari 37

MODUL PRAKTIKUM

PENGUKURAN LISTRIK

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

11
Aturan Umum
Laboratorium Pengukuran Litrik
Kelengkapan
Setiap praktikan wajib berpakaian lengkap, mengenakan celana panjang/ rok, kemeja dan
mengenakan sepatu. Untuk memasuki ruang laboratorium praktikan wajib membawa
kelengkapan berikut:
 Modul praktikum
 Alat tulis dan kalkulator
 Kartu Praktikum.

Persiapan/Sebelum Praktikum
Sebelum mengikuti percobaan sesuai jadwalnya, sebelum memasuki laboratorium
praktikan harus mempersiapkan diri dengan melakukan hal-hal berikut:
 Membaca dan memahami isi modul praktikum,
 Mengerjakan hal-hal yang dapat dikerjakan sebelum praktikum dilaksanakan,
misalnya mengerjakan perhitungan-perhitungan, menyalin source code, mengisi
Kartu Praktikum dlsb.,

Selama Praktikum
Setelah dipersilahkan masuk dan menempati bangku dan meja kerja, praktikan haruslah:
 Memperhatikan dan mengerjakan setiap percobaan dengan waktu sebaik- baiknya,
diawali dengan kehadiran praktikan secara tepat waktu,
 Mengumpulkan Kartu Praktikum pada asisten,

Setelah Praktikum
Setelah menyelesaikan percobaan, praktikan harus :
 Mengembalikan kunci loker dan melengkapi administrasi pengembalian kunci
loker (pastikan kartu identitas KTM/ SIM/ KTP diperoleh kembali).
 Mengerjakan laporan dalam bentuk tulisan tangan

11
Panduan Umum Keselamatan dan Penggunaan
Peralatan Laboratorium
Keselamatan
Pada prinsipnya, untuk mewujudkan praktikum yang aman diperlukan partisipasi seluruh
praktikan dan asisten pada praktikum yang bersangkutan. Dengan demikian, kepatuhan setiap
praktikan terhadap uraian panduan pada bagian ini akan sangat membantu mewujudkan
praktikum yang aman.

Bahaya Listrik
Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop-kontak dan circuit breaker) dan cara
menyala-matikannya. Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi menimbulkan bahaya,
laporkan pada asisten.
 Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan listrik/
strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang terkelupas dll.
 Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiri atau
orang lain.
 Keringkan bagian tubuh yang basah karena, misalnya, keringat atau sisa air wudhu.
 Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum.
Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus listrik. Berikut ini
adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika hal itu terjadi:
 Jangan panik,
 Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing-masing dan
di meja praktikan yang tersengat arus listrik,
 Bantu praktikan yang tersengat arus listrik untuk melepaskan diri dari sumber listrik,
 Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di sekitar anda tentang
terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik.

Bahaya Api atau Panas berlebih


Jangan membawa benda-benda mudah terbakar (korek api, gas dll.) ke dalam ruang praktikum
bila tidak disyaratkan dalam modul praktikum.
 Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api atau panas yang
berlebihan
 Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau panas berlebih
pada diri sendiri atau orang lain.
 Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas berlebih pada setiap aktivitas praktikum.

Bahaya Lain
Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama pelaksanaan percobaan
perhatikan juga hal-hal berikut:
2
 Jangan membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke ruang praktikum bila
tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan.
 Hindari daerah, benda atau logam yang memiliki bagian tajam dan dapat melukai
 Hindari melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau orang
lain, misalnya bermain-main saat praktikum

Lain-lain
Praktikan dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum.
Penggunaan Peralatan Praktikum
Berikut ini adalah panduan yang harus dipatuhi ketika menggunakan alat-alat praktikum:
 Sebelum menggunakan alat-alat praktikum, pahami petunjuk penggunaan alat itu.
 Perhatikan dan patuhi peringatan (warning) yang biasa tertera pada badan alat.
 Pahami fungsi atau peruntukan alat-alat praktikum dan gunakanlah alat-alat tersebut
hanya untuk aktivitas yang sesuai fungsi atau peruntukannya. Menggunakan alat
praktikum di luar fungsi atau peruntukannya dapat menimbulkan kerusakan pada alat
tersebut dan bahaya keselamatan praktikan.
 Pahami rating dan jangkauan kerja alat-alat praktikum dan gunakanlah alat-alat tersebut
sesuai rating dan jangkauan kerjanya. Menggunakan alat praktikum diluar rating dan
jangkauan kerjanya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan
praktikan.
 Pastikan seluruh peralatan praktikum yang digunakan aman dari benda/ logam tajam, api/
panas berlebih atau lainnya yang dapat mengakibatkan kerusakan pada alat tersebut.
 Tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor, coretan, goresan atau
sejenisnya pada badan alat-alat praktikum yang digunakan.
 Kerusakan instrumentasi praktikum menjadi tanggung jawab bersama rombongan
praktikum ybs. Alat yang rusak harus diganti oleh rombongan tersebut.

Sanksi
Pengabaian uraian panduan di atas dapat dikenakan sanksi tidak lulus mata kuliah praktikum
yang bersangkutan

3
PERCOBAAN I
PENGENALAN INSTRUMENTASI LABORATORIUM

1.1. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami dan mengoperasikan peralatan multitester
analog dan digital secara benar, juga menggunakan osiloskop sebagai pengukur
tegangan dan frekuensi dari berbagai bentuk gelombang.

1.2. Dasar Teori


Multimeter adalah alat pengukur listrik yang juga sering disebut sebagai
VOM (Volt - Ohm Meter), dapat digunakan untuk mengukur tegangan (Volt
meter), hambatan (Ohm meter) maupun arus (Ampere meter). Terdapat dua jenis
multimeter, yaitu multimeter non elektronis dan multimeter elektronis.

Multimeter non elektronis


Multimeter jenis non elektronik biasanya disebut juga AVO-meter, VOM
(Volt-Ohm-Meter), Multitester, atau Circuit Tester. Pada dasarnya alat ini
merupakan gabungan dari alat ukur searah, tegangan searah, resistansi, dan
tegangan bolak-balik.
Spesifikasi yang harus diperhatikan terutama adalah:
 Batas ukur dan skala pada setiap besaran yang diukur: tegangan searah
(DC volt), tegangan bolak-balik (AC volt), arus searah (DC amp, mA,
µA), arus bolak-balik (AC amp) resistansi (ohm, kilo ohm).
 Sensitivitas yang dinyatakan dalam ohm-per-volt pada pengukuran
tegangan searah dan bolak-balik.
 Ketelitian yang dinyatakan dalam %.
 Daerah frekuensi yang mampu diukur pada pengukuran tegangan bolak-
balik (misalnya antara 20 Hz sampai dengan 30 KHz).

4
-

Gambar 1.1. Multimeter Analog

Gambar 1.2. Bagian-bagian Multimeter Analog

Dari gambar multimeter dapat dijelaskan bagian-bagian dan fungsinya :


1. Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk (Zero Adjust Screw) berfungsi
untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara memutar sekrupnya
ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil

5
2. Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero (Zero Ohm Adjust
Knob), berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol.
Caranya : saklar pemilih diputar pada posisi (Ohm), test lead + (merah
dihubungkan ke test lead – (hitam), kemudian tombol pengatur kedudukan 0
diputar ke kiri atau ke kanan sehingga menunjuk pada kedudukan 0
3. Saklar pemilih (Range Selector Switch), berfungsi untuk memilih posisi
pengukuran dan batas ukurannya. Multimeter biasanya terdiri dari empat posisi
pengukuran, yaitu :
a. Posisi (Ohm) berarti multimeter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri
dari tiga batas ukur : x 1; x 10; dan K W
b. Posisi (Volt AC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter AC yang
terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
c. Posisi (Volt DC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter DC yang
terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
d. Posisi DCmA (miliampere DC) berarti multimeter berfungsi sebagai mili
amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur : 0,25; 25; dan 500. Tetapi
ke empat batas ukur di atas untuk tipe multimeter yang satu dengan yang
lain batas ukurannya belum tentu sama.
4. Jarum penunjuk meter (Knife –edge Pointer), berfungsi sebagai penunjuk
besaran yang diukur.
5. Skala (Scale), berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

Multimeter Elektronis
Alat ini mempunyai fungsi seperti multimeter non elektronis. Adanya
rangkaian elektronis menyebabkan alat ini mempunyai beberapa kelebihan.
Multimeter dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu multimeter analog dan digital.
Multimeter analog menggunakan peraga jarum moving coil dan besaran ukur
berdasarkan arus (elektronis dan non elektronis). Sedangkan multimeter digital
menggunakan peraga bilangan digital dan besaran ukur berdasarkan tegangan
yang dikonversi ke sinyal digital.

6
Gambar 1.2. Multimeter Digital
Osiloskop

Mengukur Tegangan

Kesalahan yang mungkin timbul dalam pengukuran tegangan, dapat disebabkan oleh
osiloskopnya sendiri seperti kalibrasi osiloskop yang sudah buruk dan kesalahan penggunaan‐nya,
misalnya pengaruh impendansi input, kabel penghubung serta gangguan parasitik. Untuk mengurangi
kesalahan yang disebabkan oleh impedansi input, dapat digunakan probe yang sesuai (dengan
memperhitungkan maupun dengan kalibrasi dari osiloskop). Besar tegangan sinyal dapat langsung
dilihat dari gambar pada layar dengan mengetahui nilai volt/div yang digunakan. Gunakan skala
tegangan V/div yang terkecil yang masih memberikan gambar sinyal tidak melewati ukuran layar
osiloskop. Osiloskop mempunyai impedansi input yang relative besar (1 MΩ, 10‐50 pF) jadi dalam
mengukur rangkaian dengan impedansi rendah, maka impedansi input osiloskop dapat dianggap open
circuit (impedansi input osiloskop tipe CRC 5401, 1 MΩ parallel dengan 30 pF).

Mengukur Tegangan

Pengukuran beda fasa antar dua buah sinyal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
 dengan osiloskop “dual trace”, dan
 dengan metoda “lissajous”.
Pengukuran beda fasa hanya dapat dilakukan pada sinyal dengan frekuensi yang tepat sama.

Dengan Osiloskop Dual Trace

Sinyal pertama dihubungkan pada kanal A, sedangkan sinyal kedua dihubungkan pada kanal B dari os
iloskop. Pada layar osiloskop akan terlihat gambar bentuk tegangan kedua sinyal tersebut. Beda fasa
0
dapat dihitung φ = Δt/T*360 .
Gambar 1‐1 Pengukuran beda fasa dengan dual trace

Dengan Metoda Lissajous

Sinyal pertama dihubungkan pada kanal B, dan sinyal kedua dihubungkan pada kanal A osilosk
op. Ubah mode osiloskop menjadi mode x-
y. Pada layar akan terlihat suatu lintasan berbentuk lingkaran, garis lurus, atau ellips dimana da
pat langsung ditentukan beda fasa antara kedua sinyal tersebut dengan

Gambar 1‐2 Pengukuran beda fasa dengan lissajous

Mengukur Frekuensi

Pengukuran frekuensi suatu sinyal listrik dengan osiloskop dapat dilakukan dengan beberapa car a,
antara lain:

 Cara langsung,
 Dengan osiloskop dual trace,
 Metoda Lissajous,
 Metoda cincin modulasi.

Beberapa osilokop yang dimiliki Lab. Dasar memiliki penghitung frekuensi langsungnya. Hatihat i
menggunakannya, karena frekuensi yang ditampilkan tidak selalu benar bergantung setting
pengukurannya.
Cara Langsung
Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal B osiloskop. Frekuensi sinyal langsung dapat ditentu
kan dari gambar, dimana f = 1/T, untuk T = periode gelombang.

Gambar 1‐3 Perhitungan perioda

Pengukuran langsung hanya dapat dilakukan bila kalibrasi skala waktu osilokop dalam keadaan baik.

Dengan Osiloskop Dual Trace

Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal A. Generator dengan frekuensi yang diketahui dihub
ungkan pada kanal B. Bandingkan kedua gelombang tersebut dengan menampilkannya secara be
rsamaan. Frekuensi generator kemudian diubah sampai perioda sinyal yang diukur sama dengan
perioda sinyal generator. Pada keadaan ini, frekuensi generator sama dengan frekuensi sinyal yan g
diukur. Pengukuran dengan cara dual trace ini dapat dilakukan pada osiloskop yang kalibrasi waktun
ya kurang baik, tetapi frekuensi generator sinyal harus terkalibrasi baik.

Metoda Lissajous

Sinyal yang akan diukur dihubungkan pada kanal A, sedangkan generator dengan frekuensi yan g
diketahui (sebagai sinyal rujukan) dihubungkan pada kanal B. Ubah mode osiloskop menjadi
mode y. Frekuensi generator sinyal kemudian diatur, sehingga pada layar didapat suatu lintasan seperti
pa da Gambar 1‐4.

Gambar 1‐4 Contoh lissajous 1:2

Pada Gambar tersebut, perbandingan fx:fy adalah 1:2. Cara ini hanya mudah dilakukan untuk pe
rbandingan frekuensi yang mudah dan bulat (1:2, 1:3, 3:4 dan seterusnya).
Metoda Cincin Modulasi

Hubungkan generator sinyal sebagai input rangkaian penggeser fasa. Sambungkan output rangkai an
penggeser fasa ini ke input kanal B osiloskop. Hubungkan input kanal A dengan sinyalyang akan di
ukur. Ubah mode kerja osiloskop menjadi mode x‐y.

Gambar 1‐5 Rangkaian pembentuk gambar cincin modulasi

Pada layar akan didapat lintasan berbentuk ellips atau lingkaran dengan puncakpuncak (lihat gambar
1-6 ). Bila jumlah puncak pada gambar adalah n, maka fx = n*fy

Gambar 1‐6 Contoh gambar cincin modulasi

Metoda ini biasa digunakan pada perbandingan frekuensi yang besar, dimana metoda lissajous sukar di
gunakan.

Mengukur Faktor Penguatan


Ada beberapa cara pengukuran faktor penguatan antara lain:
 Cara langsung,
 Dengan osiloskop dual trace.

Cara Langsung
Hubungkan keluaran Generator Sinyal pada masukan rangkaian penguat. Input rangkaian pengua
t ini juga dihubungkan pada kanal 1 osiloskop. Hubungkan keluaran rangkaian penguat pada kanal 2
osiloskop. Gunakan mode ‘X‐Y’.

Gambar 1‐7 Pengukuran penguatan dengan membaca slope pada mode xy

Pada layar osiloskop akan didapat suatu garis lurus dengan sudut α terhadap sumbuhorizontal. Besar
fa ktor penguatan langsung dapat diketahui dari gambar, dimana penguatan merupakan gradient
kemiring an.

Dengan Osiloskop Dual Trace


Generator sinyal dihubungkan pada input rangkaian penguat yang akan diamati penguatannya, dan
pad a kanal A osiloskop. Output rangkaian penguat dihubungkan pada kanal B osiloskop.

Gambar 1‐8 Pengukuran penguatan dengan membaca dan membandingkan dua amplitude

Pada layar akan didapat sinyal input dan output rangkaian penguat. Dengan mengukur tegangan siny
al input dan sinyal output rangkaian penguat, maka faktor penguatan dapat ditentukan. Cara ini da
pat juga dilakukan dengan osiloskop single trace dengan membaca input dan output bergiliran. Namun
untuk ini, perlu diyakinkan pembebanan rangkaian tidak berubah pada kedua pengukuran terseb
ut.

Mengamati Karakteristik Komponen Dua terminal

Osiloskop dapat digunakan untuk mengamati karakteristik tegangan terhadap arus dari suatu kompone
n dua terminal. Suatu sumber tegangan bolak‐ balik dihubungkan pada komponen dua terminal ini.
Tegangan pada komponen dua terminal dihub
ungkan pada input X osiloskop, sedangkan tegangan pada resistor R, yang sebanding dengan besarnya
arus yang melalui komponen dua terminal adalah I = ‐ VR/R, dihubungkan pada input Y osiloskop. Pa
da layar osiloskop akan didapat grafik, dimana sumbu Y menyatakan besarnya arus yang melal ui
komponen dua terminal dan sumbu X menyatakan besarnya tegangan pada komponen dua terminal.
Pada sumbu y, arus bernilai terbalik sehingga untuk mendapatkan karakteristik tegangan terhad ap
arus komponen yang baik, jangan lupa untuk menekan tombol invert.

Gambar 1‐9 Rangkaian untuk menggambarkan kurva iv

1.3. Alat dan Bahan

1. Multimeter analog 1 buah


2. Multimeter digital 1 buah
3. Osiloskop
4. Resistor berbagai macam ukuran
5. Kabel penghubung secukupnya
6. Power Supply DC
7. Generator Sinyal
8. Kit Multimeter
9. Kit Osiloskop dan Generator Sinyal
10.Kit Box Osilator

1.4. Langkah Percobaan


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengukur beberapa resistor dengan berbagai
macam hambatan.
2. Sesuaikan batas ukur dengan besar resistor yang akan diukur.
3. Aturlah kedudukan jarum penunjuk pada posisi nol ohm dengan menghubungkan test lead (+) dan
test lead negatif kemudian memutar tombol pengatur pada kedudukan nol ke kanan atau ke kiri.
4. Ukurlah hambatan tersebut dan masukan hasilnya dalam table
5. Ulangilah langkah 2 sampai 4 untuk resistor dengan nilai yang berbeda
6. Bandingkan hasilnya antara yang tertera pada body resistor dengan hasil pengukuran.

Menggunakan Osiloskop

Mengukur Tegangan Searah

1. Atur tegangan output dari power supply DC sebesar 2 V (diukur dengan multimeter).

2. Kemudian ukur besar tegangan ini dengan osiloskop. Yakinkan posisi source coupling
pada DC.

3. Tuliskan hasil pengukuran pada Tabel 1‐7

Tabel 1‐7 Hasil pengukuran tegangan DC dengan multimeter dan osiloskop

Tegangan Bolak-balik

4. Atur generator sinyal pada frekuensi 1 kHz gelombang sinus, dengan tegangan
sebesar 2 Vrms diukur dengan multimeter digital.

5. Kemudian ukur tegangan ini dengan osiloskop. Yakinkan posisi Source Coupling pada
AC.

6. Lakukan lagi untuk frekuensi 100 Hz dan 10 kHz.

7. Tuliskan hasil pengukuran pada Tabel 1‐8.

Tabel 1‐8 Hasil pengukuran tegangan DC dengan multimeter dan osiloskop


Mengukur Beda Fasa

8. Gunakan kit Osiloskop dan Generator Sinyal. Atur generator sinyal pada frekuensi
1 kHz gelombang sinus, dengan tegangan sebesar 2 Vpp.

9. Hubungkan generator sinyal ini dengan input rangkaian penggeser fasa pada kit
praktikum (rangkaian RC).

Gambar 1‐15 Rangkaian penggeser fasa

10. Ukur beda fasa antar sinyal input dan output rangkaian penggeser fasa dengan
menggunakan cara membaca dual trace dan Lissajous. Pada pengukuran beda fasa
dengan dual trace, yakinkan Source Trigger bukan vertical.

11. Amatilah untuk beberapa kedudukan potensio R!

Tuliskan hasil pengukuran pada Tabel 1‐9, lakukan Lakukan analisa dan
sampaikan hasilnya dalam laporan.

Tabel 1‐9 Hasil pengukuran beda fasa dengan osiloskop

Mengukur Frekuensi

12. Gunakan kit Box Osilator. Hubungkan dengan sumber tegangan DC 5 V.

13. Gunakan keluaran dari osilator dan amati pada osiloskop.

14. Ukur frekuensi osilator f1, f2 dan f3 dengan menggunakan cara langsung dan
cara Lissajous.
15. Tuliskan hasil pengukuran pada Tabel 1‐10.

Tabel 1‐10 Hasil pengukuran frekuensi dengan osiloskop

Mengukur Faktor Penguatan

16. Gunakan bagian “Penguat” (pada kit Osiloskop dan Generator Sinyal, jangan lupa
menghubungkan catu‐daya nya ke jala‐jala). Sebagai inputnya, gunakan
gelombang sinus 1 kHz 2 Vpp dari Generator Fungsi.

17. Ukur penguatan (Vo/Vi) dari sinyal di input ke output menggunakan cara langsung
(mode xy) dan dengan dual trace.

18. Tuliskan hasil pengukuran pada Buku catatan Laboratorium (Tabel 1‐11).

Tabel 1‐11 Hasil pengukuran faktor penguatan dengan osiloskop


Menggambar Karakteristik Komponen Dua Terminal

19.Gunakan rangkaian/ komponen‐komponen pada bagian kanan kit “Osiloskop


dan Generator Sinyal”. Hubungkan resistor sebagai komponen dua terminal
dengan rangkaian pada Gambar 1‐16 dibawah ini. Gunakan gelombang sinusoid
dengan frekuensi 150 Hz, 2 Vpp pada generator sinyal.

Gambar 1‐16 Rangkaian karakterisasi resistor

20.Atur osiloskop pada mode x‐y. Aktifkan tombol “INV” pada kanal Y. Perhatikan
karakteristik komponen tersebut. Catat kurva karakteristik i‐v komponen tersebut
pada Buku catatan Laboratorium.

21. Ulangilah pengukuran karakteristik di atas dengan memodifikasi komponen dua


terminal rangkaian untuk kapasitor dan dioda seperti yang digambarkan pada
gambar 1‐17 dan 1‐18 dibawah ini.

Gambar 1‐17 Rangkaian karakterisasi kapasitor

Gambar 1‐18 Rangkaian karakterisasi dioda


22.Apa yang terjadi bila bentuk gelombang yang digunakan adalah segitiga, untuk
ketiga rangkaian diatas ?. Catatlah pada BUKU CATATAN.

Mengakiri Percobaan

23.Sebelum keluar dari ruang praktikum, rapikan meja praktikum. Bereskan kabel
dan matikan osiloskop, generator sinyal, dan power supply DC. Cabut daya dari j
ala‐jala ke kit praktikum. Pastikan juga multimeter analog dan multimeter digital
ditinggalkan dalam keadaan mati ( selector menunjuk ke pilihan off) dan tertutup
kover.

17
PERCOBAAN II
PENGUKURAN TEGANGAN BOLAK-BALIK PADA
TRANSFORMATOR

2.1 Tujuan
Mahasiswa dapat mengukur tegangan bolak-balik dengan multimeter digital
maupun analog.

2.2 Teori Dasar


Maksud dari pengukuran tidak lain untuk mengetahui berapa harga dari besaran
yang sedang diukur. Dalam hal ini harga yang diinginkan tentu saja harga yang benar
(true value). Harga benar susah sekali didapatkan, yang bisa adalah harga pendekatan
dari harga yang benar. Harga pendekatan ini dilakukan dengan mengambil harga rata-
rata dari sample yang jumlahnya tak terhingga dengan asumsi deviasi positif dan
deviasi negatif hampir sama. Harga rata-rata tersebut merupakan harga terbaik atau
harga exact (best value/exact value). Dalam membaca papan skala alat ukur
merupakan hal yang mendasar dalam pengukuran alat ukur analog. Kemampuan
membaca meter analog secara tepat dan tepat adalah hal yang penting. Prosedur yang
harus diikuti; tentukan batas ukur yang dipakai, pilih skala yang tepat dan faktor
skala. Perhatikan posisi jarum. Batas ukur: merupakan skala simpangan penuh dari
alat ukur. Faktor skala adalah perbandingan antara batas ukur yang dipergunakan
dengan jumlah pembagian skala.
Multimeter merupakan alat ukur yang dapat dipergunakan untuk beberapa
besaran listrik mengukur antara lain besaran tegangan bolak-balik, searah, tahanan
dengan berbagai batas ukur yang diberikannya. Pada dasarnya dalam
melaksanakan pengukuran harus menempatkan posisi saklar langkah pada besaran
yang hendak diukur. Dengan menggunakan dua terminal yang disambungkan
dengan kabel penghubung (lead), untuk diletakkan pada bagian yang hendak
diukur. Bentuk dan jenis multimeter banyak ragamnya tetapi pada prinsipnya sama
sebagai alat pengukur besaran listrik.

18
2.3 Alat dan Bahan
1. Multimeter analog
2. Multimeter digital
3. Transformator 1 A
4. Saklar
5. Kabel Penghubung

2.4 Langkah Percobaan


0V

220 Volt

12 V

Gambar 2.1. Transformator

1. Rakitlah rangkaian seperti gambar 2.1 di atas.


2. Hubungkan rangkaian ke sumber AC 220V pada kumparan primer trafo.
3. Aturlah posisi saklar multimeter digital pada pengukuran tegangan AC
dengan batas ukur 200 volt. Ukur tegangan pada kumparan sekunder
trafo dengan menggunakan multimeter. Catat hasil penunjukan.
4. Ganti pengukuran dengan menggunakan batas ukur 750 volt.
5. Catatlah hasil percobaan.

19
PERCOBAAN 3
PENGUKURAN TEGANGAN DIRECT CURRENT

3.1. Tujuan
Mahasiswa mampu mengukur tegangan DC dengan baik dan benar

3.2. Dasar Teori


Arus searah atau arus DC (Direct Current) adalah aliran elektron dari suatu
titik yang energi potensialnya tinggi ke titik lain yang energi potensialnya rendah.
Sumber arus listrik searah biasanya adalah baterai (termasuk aki dan elemen volta)
dan juga panel surya, Arus searah biasanya mengalir pada sebuah konduktor
walaupun mungkin saja arus searah mengalir pada semikonduktor, isolator dan
ruang hampa. Arus searah dulunya dianggap sebagai arus positif yang mengalir
dari ujung positif sumber arus listrik ke ujung negatifnya. Pengamatan-
pengamatan yang lebih baru menemukan bahwa sebenarnya arus searah
merupakan arus negatif yang mengandung elektron yang mengalir dari kutub
negatif ke kutib positif. Aliran elektron ini menyebabkan terjadinya lubang-
lubang muatan positif yang tampak mengalir dari kutub positif ke kutub negatif.
Arus listrik searah adalah arus listrik yang nilainya hanya positif atau hanya
negatif saja (tidak berubah dari positif ke negatif atau sebaliknya). Arus listrik
searah dikenal dengan singkatan DC (Direct Current). Sesuai dengan namanya,
listrik arus searah ini mengalir ke satu jurusan saja dalam kawat penghantar, yaitu
dari kutub positif (+) ke kutub negatif (-). Penerapan arus listrik searah dapat
dilihat di dalam rangkaian seri dan rangkaian paralel. Selain itu, dalam penerapan
Hukum Kirchoff pada suatu rangkaian juga terdapat arus listrik searah.

3.3. Alat dan Bahan


1. Multimeter Analog 1 buah
2. Power Suplay DC Variabel (Adaptor)
3. Resistor Berbagai Macam Ukuran hambatan dan daya
4. Kabel Penghubung secukupnya

20
3.4. Langkah Percobaan
1. Rakitlah rangkaian seperti gambar 2 di atas.
2. Hubungkan powersuplay ke sumber AC 220 V.
3. Aturlah posisi saklar multimeter pada pengukuran tegangan DC dengan
batas ukur 20 volt. Ukur tegangan pada terminal outputnya.
4. Lakukan percobaan seterusnya dengan posisi pengatur tegangan 3V,
4,5V, …12V dan catat hasilnya.
5. Setelah selesai lepaskan powersupply dengan sumber 220V dan kemasi
alat dan bahan kembalikan peralatan dan bahan ke tempat semula secara
teratur dan rapi.

21
PERCOBAAN IV
PENGUKURAN ARUS DC

4.1. Tujuan
Diharapkan mahasiswa dapat menggunakan dan membaca alat ukur DC
Ampmeter dengan baik dan benar.

4.2. Dasar Teori


Amperemeter adalah alat untuk mengukur kuat arus listrik dalam rangkaian
tertutup. Amperemeter biasanya dipasang secara seri (berderet) dengan elemen
listrik. Dalam praktikum sumber listrik arus searah, amperemeter biasanya
digunakan untuk mengukur besarnya arus yang mengalir pada kawat penghantar.

Gambar 4.1. Diagram Rangkaian DC Ampermeter

4.3. Alat dan Bahan


1. Regulator DC Power Supply 1 buah
2. Multitester Analog 1 buah
3. Resistor berbagai ukuran 3 buah
4. Papan Rangkaian 1 buah
5. Kabel Penghubung secukupnya

22
4.4. Langkah Percobaan

Lampu LED
R3

A3

R2

A2

R1

A1

Sumber DC

Gambar 4.2. Rangkaian Pengukuran Arus DC

1. Rangkailah seperti pada gambar.


2. Sambungkan sumber tegangan DC power suplay
3. Atur Sumber tegangan DC Power supplay pada posisi : 3 V, 4,5 V, 6 V,
7,5 V
4. Ukur ampermeter 1 (A1), ampermeter 2 (A2) dan Ampermeter 3 (A3)
5. Ulangi langkah 1 sampai 3 untuk tiap harga tegangan

23
PERCOBAAN V
PENGUKURAN DAYA DAN FAKTOR DAYA
ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA

1. Tujuan
1.1 Mengetahui dan menguasai cara kerja alat ukur daya satu fasa dan menentukan daya serta faktor
daya dari beban.
1.2 Menguasai pengoperasaian dan pengawatan dari wattmeter dan Cos  meter satu fasa.

2. Teori
2.1 Suatu beban mendapat daya listrik dari suatu sumber. Pada beban akan mengalir arus I dan
tegangan V dengan faktor daya Cos . Besarnya daya (P) satu fasa pada beban tersebut adalah:
P = V I Cos 
Apabila daya pada beban tersebut diukur dengan watt meter satu fasa, akan diperoleh persamaan
sebagai berikut:
W = Pw fp
Dimana: Pw = pembacaan wattmeter
fp = faktor pengali
fp mempunyai harga tertentu, sebagai contoh :
Rate Voltage fp
Rated Current 120 V 240V
1A 1 2
5A 5 10

3. Alat yang digunakan


1. Sebuah wattmeter satu fasa : Klas 0,5 , 120/240 V, 1 & 5 A, fp = 1
2. Sebuah Cos Ø meter : ± 3°, 120/240 V, 1 & 5 A
3. Sebuah Voltage Regulator (VR) :AC 0–240V3KVA
4. Sebuah Voltmeter AC : Klas 0,5, 150/300 V
5. Sebuah Amperemeter AC : Klas 0,5 1 & 5 A
6. Sebuah beban : 1. Lampu pijar
2. Lampu TL / SL
3. Lampu LED
3. Kapasitor

4. Prosedur Percobaan
4.1 Buat rangkaian percobaan seperti pada gambar 2.1
4.2 Periksalah rangkaian yang dibuat kepada Asisten Pembimbing.
4.3 Atur VR pada posisi minimum (nol) dan masukkan kontak SW
4.4 Naikan tegangan dengan mengatur VR
(Besarnya tahapan tegangan diatur oleh Asisten)
4.5 Catat pembacaan Voltmeter , Amperemeter, Wattmeter dan Cos  meter.
4.6 Ulangi percobaan 4.3 s/d 4.5 untuk beban-beban lainnya.

5. Hal-hal yang perlu diperhatian :


5.1 Agar diperhatikan terminal tegangan dan arus dalam menghubungkan rangkaian dengan wattmeter
dan Cos  meter .
5.2 Catat secara benar nilai daya yang diperoleh dari hasil kali pembacaan wattmeter dan Cos 
meter sesuai dengan arus beban.( Lihat dan perhatikan “name plate” pada alat tersebut dan
ikutilah petunjuk alat tersebut )

Pemasangan Watt meter


6. Tugas dan Pertanyaan
6.1 Hitung daya aktif dan reaktif dari percobaan
6.2 Bandingkan hasil perhitungan dan pengukuran dari percobaan diatas
6.3 Hitung kesalahan dalam persen
6.4 Gambarlah vector diagram untuk setiap jenis beban
6.5 Terangkan cara kerja wattmeter induksi
6.6 Berikan kesimpulan dari percobaan di atas
7. BLANGKO PENGAMATAN
Pembacaan Pembacaan Watt meter Daya aktif P Daya nyata Daya faktor daya Pembacaan
BEBAN No. Voltmeter Amp meter reaktif Pa/P x power faktor
= P'a (W) S = V.I (VA)
(V) (A) Pembacaan Faktor (Q) 100% meter (cos)
(P') pengali (a)
PERCOBAAN VI
PEGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN

1. Tujuan
1.1 Mengukur tahanan dari suatu elektroda pentanahan dengan “earth tester“
1.2 Mengetahui cara kerja dari alat ukur tahanan pentanahan.
2. Teori
2.1. Pada pengukuran tahanan ini dapat digunakan arus bolak – balik yang dibangkitkan oleh sebuah
generator yang diputar dengan tangan atau digunakan arus searah yang polaritasnya diubah –
ubah secara periodik.untuk tanah dengan resitivity sama rata (uniform), distribusi arus sekitar
elektroda akan membentuk bidang – bidang ekipotensial setengah bola, dan tegangan jatuh yang
terbesar terjadi dekat elektroda.

Dalam mengukur tahanan pentanahan, dipakai elektroda pembantu seperti terlihat pada gambar
diatas. Hasil pengukuran tahanan tanah langsung dapat dibaca pada alat ukur tahanan tanah
dalam satuan ohm.
2.2 Untuk mengukur tahanan jenis tanah, dipakai rangkaian seperti gambar 8.2 di bawah ini :

Elektoda-elektroda C1, P1, P2 dan C2 ditanam dengan jarak yang sama, sejauh S meter. Dalam suatu
garis lurus dan elektroda G ditengah-tengah antara P 1 dan P2 . Arus mengalir melalui elektroda C1,
lewat tanah, elektroda C2 dan kembali ke sumber yang besarnya = 1 ampere antara P 1 dan P2. akan
terjadi jatuh tegangan sebesar V volt.
Bila tanahnya sejenis (homogen). Maka tahanan jenisnya :
2  S (ohm-meter) …………………(8-1)
Dimana R adalah tahanan tanah antara elektroda P 1 dan P2.
 V
R 
 I
3. Alat –alat yang digunakan
3.1 Alat ukur tahanan tanah ( Earth Tester merk YEW type 3235 )
3.2 Elektroda pentanahan dan dua buah elektroda bantu
3.3 Kabel penghubung secukupnya
4. Prosedur percobaan
4.1 Selidiki nilai tahanan elektroda , kabel penghubung dan peralatan listrik yang akan digunakan
4.2 Periksa sumber tegangan ( baterai ) untuk alat ukur tahanan tanah
4.3 Perhatikan petunjuk pada alat ukur tahanan tanah tersebut
4.4 Panam elektroda pentanahan ( E ) dan elektroda bantu ( P dan C ) pada tanah menurut garis lurus
dengan jarak ditentukan oleh asisten.
4.5 Periksa sambungan pada terminal alat ukurnya dan kontak antara elektroda – elektroda dengan
tanah harus baik ( jika perlu disiram dengan air / air garam )
4.6 Pilih batas ukur alat uji ( pilih paling tinggi ) kemudian tekan tombol merah . Jika harga dibawah
batas ukur turunkan batas ukur sampai sesuai
4.7 Ukur tahanan elektroda yang digunakan , kabel penghubung dan peralatan lainnya seperti point 4.1
5. Tugas dan pertanyaan
1. Berapa besar nilai tahanan tanah dari eletroda yang diukur dan tahanan jenis tanah bila tanah
dianggap homogen
2. Gambarkan pada kertas milimeter skala logaritma antar tahanan tanah dengan jarak tahanan jenis
tanah dengan jarak dan tahanan tanah dengan kedalaman eletroda, berikanlah penjelasan
3. Bagaimana cara untuk mendapatkan tahanan tanah yang rendah dari suatu elektroda pentanahan
4. Berapa jarak minimum yang dapat diambil antara elektroda – elektroda itu ?
5. Berikan kesimpulan dari hasil percobaan saudara.

6. Blanko pengamatan
Kedalaman Jarak (meter) Earth Rx
No. Elektroda H keterangan
(centimeter) EP PC EC Volt Ohm
1

2 Tanah kering

3 20

4
Tanah disiram air
5

6
Tanah kering
7
40
8
Tanah disiram air
9

10
Tanah kering
11
60
12
Tanah disiram air
13
LEMBAR PENGAMATAN PRAKTIKUM PBL MODUL 1
(PENGENALAN MULTIMETER)

Kelompok :

Asisten :

Tanggal Praktikum :

Tabel Pengukuran Hambatan Menggunakan Multimeter Analog

Komponen Resistor 1 Resistor 2 Resistor 3 Resistor 4 Resistor 5


Warna Gelang 1
Nilai Gelang 1
Warna Gelang 2
Nilai Gelang 2
Warna Gelang 3
Nilai Gelang 3
Warna Gelang 4
Nilai Gelang 4
Nilai Resistor
Hasil Pengukuran
Analog

Presentase
Kesalahan

Rata – rata
Kesalahan

Capture Grafik EF (fresistansi) hasil pengukuran menggunakan multimeter Analog


Tabel Pengukuran Hambatan Menggunakan Multimeter Digital

Komponen Resistor 1 Resistor 2 Resistor 3 Resistor 4 Resistor 5


Warna Gelang 1
Nilai Gelang 1
Warna Gelang 2
Nilai Gelang 2
Warna Gelang 3
Nilai Gelang 3
Warna Gelang 4
Nilai Gelang 4
Nilai Resistor
Hasil Pengukuran
Digital
Presentase
Kesalahan
Rata – rata
Kesalahan
Masing-masing resistor dilakukan pengukuran min. 5 kali

Capture Grafik EF (fresistansi) hasil pengukuran menggunakan multimeter Digital


Cocokkan Hasil Perhitungan Hambatan menggunakan Aplikasi Resistor CC (Capture hasil
perhitungan)

Resistor 1 Resistor 2

Reristor 3 Resistor 4

Resistor 5
LEMBAR PENGAMATAN PRAKTIKUM PBL
MODUL 2 (PENGUKURAN TEGANGAN AC PADA TRANSFORMATOR)

Kelompok :
Asisten :
Tanggal Praktikum :

Tabel Pengukuran Tegangan Menggunakan Multimeter Analog

No Terminal Batas Ukur 10 V Batas Ukur 50 V Persentase Selisih


1 0 – 3 Volt
2 0 – 4,5 Volt
3 0 – 6 Volt
4 0 – 7,5 Volt
No Terminal Batas Ukur 50 V Batas Ukur 250 V Persentase Selisih
1 0 – 9 Volt
2 0 – 12 Volt
Tabel Pengukuran Tegangan Menggunakan Multimeter Digital

No Terminal Batas Ukur 200 V Batas Ukur 750 V Persentase


Selisih

1 0 – 3 Volt
2 0 – 4,5 Volt
3 0 – 6 Volt
4 0 – 7,5 Volt
5 0 – 9 Volt
6 0 – 12 Volt

Rumus yang digunakan:


LEMBAR PENGAMATAN PRAKTIKUM PBL
MODUL 3 (PENGUKURAN TEGANGAN DC)

Kelompok :

Asisten :

Tanggal Praktikum :

Tabel Pengukuran Tegangan DC

Batas Ukur Hasil Batas Ukur Hasil


No Terminal Pengukuran Pengukuran
AVO Analog AVO Digital
AVO Analog AVO Digital

1
2
3
4
5
LEMBAR PENGAMATAN PRAKTIKUM PBL
MODUL 4 (PENGUKURAN ARUS DC)

Kelompok :
Asisten :

Tanggal Praktikum :

Tabel Pengukuran Arus DC

Tegangan Batas Hasil Pengukuran AVO Hasil Pengukuran AVO


Analog Analog
Sumber Ukur
A1 A2 A3 A1 A2 A3

Anda mungkin juga menyukai