Anda di halaman 1dari 39

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur Allah Yang Maha Esa karena atas rahmat dan anugerah-Nya,
tim penyusun dapat menyelesaikan modul praktikum Pengukuran Lingkungan/ Otomatisasi
1. Modul Praktikum Pengukuran Lingkungan/Otomatisasi 1 ini merupakan salah satu bahan
ajar pendukung untuk mata kuliah Pengukuran Lingkungan/Otomatisasi 1. Dengan adanya
modul ini, diharapkan mahasiswa dapat mempelajari, memahami, dan mempraktikan teori-
teori dan materi-materi yang telah diajarkan di perkuliahan dengan mudah.

Modul Praktikum Pengukuran Lingkungan/Otomatisasi 1 ini disusun dengan maksud-


maksud tersebut di atas, yaitu agar mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan praktikum
secara baik dan benar sehingga sasaran pengajaran dapat dipenuhi. Penyusun berharap
agar modul ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan pembaca dan dapat dipergunakan
sebaik-baiknya.

Malang, 14 Oktober 2022

Tim Pengajar dan Asisten


Pengukuran Lingkungan/Otomatisasi 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
MATERI 1. PENGENALAN ALAT........................................................................................ 1
1.1 Pendahuluan .................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum............................................................................................................ 1
1.3 Dasar Teori ..................................................................................................................... 1
MATERI 2. SENSOR CAHAYA .......................................................................................... 14
2.1 Pendahuluan ................................................................................................................ 14
2.2 Tujuan Praktikum.......................................................................................................... 14
2.3 Dasar Teori ................................................................................................................... 14
2.4 Metodologi .................................................................................................................... 16
MATERI 3. OPERATIONAL AMPLIFIER SEBAGAI KOMPARATOR ............................. 18
3.1 Pendahuluan ................................................................................................................ 18
3.2 Tujuan Praktikum.......................................................................................................... 18
3.3 Dasar Teori ................................................................................................................... 18
3.4 Metodologi .................................................................................................................... 20
MATERI 4. SIGNAL PROCESSING DAN DISPLAY ......................................................... 23
4.1 Pendahuluan ................................................................................................................ 23
4.2 Tujuan Praktikum.......................................................................................................... 23
4.3 Dasar Teori ................................................................................................................... 23
4.4 Alat dan Instrumentasi.................................................................................................. 25
4.5 Skematik dan Program File .......................................................................................... 27
4.6 Data Hasil Praktikum .................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 29
LAMPIRAN DATA SHEET ................................................................................................. 30

iii
MATERI 1. PENGENALAN ALAT

1.1 Pendahuluan
Pada prinsipnya penelitian adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial
maupun alam. Dalam proses pengukuran penggunaan alat sebagai sarana fisik untuk
mendapatkan variabel sangat diperlukan. Dalam mendapatkan suatu variabel yang sesuai
diperlukan alat pengukuran yang baik. Alat ukur inilah yang disebut sebagai instrumen
pengukuran. Instrumen pengukuran menjadi salah satu alternatif alat yang dapat
menggantikan fungsi panca indera kita untuk mendapatkan ukuran dari suatu variabel
dimana variabel yang akan kita ukur tidak memungkinkan diukur dengan panca indera kita.
Selain karena tidak dapat diukur oleh panca indera kita, tuntutan lain yang harus dipenuhi
dalam suatu penelitian adalah ketepatan serta tingkat akurasi pengukuran yang berkaitan
erat dengan kestabilan kinerja itu sendiri.
Dalam suatu kegiatan pengukuran, kita akan membandingkan suatu besaran standar
dengan besaran yang kita ukur. Pada dasarnya, penggunaan instrumen dimaksudkan
untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih akurat, teliti, dan pasti. Sedangkan
penggunaan panca indera akan sangat rentan terhadap penilaian subjektivitas dari setiap
individu. Padahal dalam suatu penelitian kita dituntut untuk objektif.

1.2 Tujuan Praktikum


Untuk mengenalkan kepada mahasiswa alat alat yang umum digunakan dalam suatu
instrumen.

1.3 Dasar Teori


1.3.1 Multimeter
Secara umum, multimeter adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan
listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi). Namun, pada perkembangannya multimeter
masih bisa digunakan untuk beberapa fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi
frekuensi, dan sebagainya. Multimeter juga dapat disebut AVO meter, kepanjangan dari A
(ampere), V (volt), dan O (ohm). Alat ini biasa dipakai dipakai untuk mengukur harga
resistansi (tahanan), tegangan AC (Alternating Current), tegangan DC (Direct Current), dan
arus DC. Bagian-bagian multimeter ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

1
Gambar 1.1. Multimeter

Berikut adalah bagian-bagian dari multimeter beserta dan fungsinya:


1. Sekrup pengatur kedudukan jarum petunjuk (Zero Adjust Screw), berfungsi untuk
mengatur kedudukan jarum petunjuk dengan cara memutar sekrup ke kanan atau kiri
menggunakan obeng pipih kecil.
2. Tombol pengatur jarum penujuk pada kedudukan zero (Zero Ohm Adjust Knob),
berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol. Caranya: saklar pemilih
diputar pada posisi W (Ohm), test lead + (merah) dihubungkan ke test lead + (hitam),
kemudian tombol pengatur kedudukan 0 W diputar ke kiri atau ke kanan sehingga
menunjuk pada kedudukan 0 W.
3. Saklar pemilih (Range Selection Switch), berfungsi untuk memilih posisi pengukuran
dan batas ukurannya. Multimeter biasanya terdiri dari empat posisi pengukuran:
• Posisi W (Ohm) berarti multimeter berfungsi sebagai ohmmeter. Posisi yang
terdiri dari tiga batas ukur: x l: x 10: dan K W.
• Posisi ACV (Volt AC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter AC yang
terdiri dari lima batas ukur 10; 50: 250; 500; dan 1000.
• Posisi DC V (Volt DC) berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter DC yang
terdiri dari lima batas ukur: 10; SO: 250: 500: dan 1000.
• Posisi DCmA (miliampere DC) berarti multimeter berfungsi sebagai mili
amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur 0.25; 25; dan 500.
4. Lubang kutub + (V A W Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya lest lead
kutub + yang berwarna merah.
5. Lubang kutub – (Common Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya test lead
kutub – yang berwarna hitam.
6. Saklar pemilih polaritas (Polarity Selector Switch), berfungsi untuk memilih polaritas
DC atau AC.
7. Kotak meter (Meter Cover), berfungsi sebagai tempat komponen-komponen
multimeter.

2
8. Jarum penunjuk meter (Knife-edge Pointer), berfungsi sebagai penunjuk besaran
yang diukur.
9. Skala (Scale), berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

Jenis multimeter yang sering digunakan dalam kegiatan pengukuran adalah:


⚫ Multimeter Analog
Kelebihannya adalah mudah dalam pembacaannya dengan tampilan yang lebih
sederhana. Kekurangannya yaitu tingkat akurasinya rendah sehingga memerlukan
ketelitian tinggi dalam pengukurannya. Untuk tingkat akurasi yang tinggi, sebaiknya
menggunakan multimeter digital.
⚫ Multimeter Digital
Kelebihannya adalah memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan kegunaan yang lebih
banyak jika dibandingkan dengan multimeter analog. Kekurangannya yaitu sulit
untuk memonitor tegangan yang tidak stabil sehingga jika ingin melakukan
pengukuran tegangan yang bergerak naik-turun, sebaiknya menggunakan
multimeter analog.

Seperti halnya pada pengukuran tegangan tegangan DC, perkiraan tegangan yang
akan diukur, letakkan jangkah pada skala yang lebih tinggi. Pada umumnya multimeter
hanya dapat mengukur tegangan sinus dengan frekuensi tegangan antara 30Hz–30KHz.
Hasil pengukuran adalah tegangan efektif (Veff).

Berikut adalah cara melakukan pengukuran tegangan AC menggunakan multimeter:


1. Atur selektor pada posisi ACV.
2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan dicek, jika
tegangan yang dicek sekitar 12 Volt maka atur posisi skala batas ukur 50 Volt.
3. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada
posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
4. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek.
Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.
5. Baca hasil ukur pada multimeter.

Mengukur tegangan DC menggunakan multimeter:


1. Atur selektor pada posisi DCV.
2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan dicek. Jika
tegangan yang dicek sekitar 12 Volt, maka atur posisi skala di batas ukur 50V.

3
3. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada
posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
4. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek.
Probe warna merah pada posisi (+) dan probe warna hitam pada titik (-) tidak boleh
terbalik.
5. Baca hasil ukur pada multimeter.

1.3.2 Sensor
Sensor adalah komponen yang dapat digunakan untuk mengkonversi suatu besaran
tertentu menjadi satuan analog sehingga dapat dibaca oleh satuan rangkaian elektronik.
Sensor merupakan suatu piranti yang dapat mengubah besaran fisik ke besaran fisik lain.
Sensor merupakan komponen utama dari suatu transduser, sedangkan transduser
merupakan sistem yang melengkapi agar sensor tersebut mempunyai keluaran sesuai
yang kita inginkan dan dapat langsung dibaca pada keluarannya. Transduser dapat
dijadikan sebagai tanggapan terhadap kondisi dan kuantitas kondisi masukan. Sensor
sangat berguna dalam dunia industri, diantaranya untuk monitoring, kontroling, dan
proteksi. Sensor tidak terbatas pada pengukuran besaran fisik saja, tetapi juga pada kimia
dan biologis (Nurhasan, 2012).
Secara umum, berdasarkan fungsi dan penggunaannya, sensor dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Sensor Suhu
Sensor suhu atau sensor termal merupakan sensor yang digunakan untuk
mendeteksi gejala perubahan panas, temperatur, dan suhu pada suatu benda atau pada
ruang tertentu. Beberapa contoh sensor suhu yaitu:
a. LM35
Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk
mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor
Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika
elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35 memiliki keakuratan
tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain,
LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi
sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta
tidak memerlukan penyetelan lanjutan.

4
Gambar 1.2. Struktur Sensor LM35

Gambar diatas menunjukkan bentuk dari LM35 tampak depan dan tampak
bawah. 3 pin LM35 menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1 berfungsi
sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai
tegangan keluaran atau V1.

b. Thermocouple
Thermocouple terdiri atas sepasang penghantar yang berbeda yang disambung
dengan las dan dilebur bersama satu sisi membentuk “hot” atau sambungan
pengukuran yang memiliki ujung-ujung bebas untuk dihubungkan dengan
sambungan referensi. Agar sensor suhu thermocouple dapat bekerja, maka harus
terdapat perbedaan suhu antara sambungan pengukuran dengan sambungan
referensi.

Gambar 1.3. Thermocouple

2. Sensor Mekanis
Sensor mekanis merupakan sensor yang berfungsi untuk mendeteksi adanya
perubahan gerak mekanis, seperti perpindahan atau pergeseran posisi, gerak lurus dan
melingkar, dan sebagainya. Sensor mekanis ada beberapa macam, yaitu sensor posisi
atau sensor jarak (seperti HCSR04), sensor kecepatan, sensor tekanan, sensor level, dan
sebagainya.

3. Sensor Cahaya
Sensor cahaya merupakan sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber
cahaya, dimana pantulan cahaya dapat mengenai benda atau ruangan. Beberapa contoh
sensor diantaranya:

5
a. LDR
LDR atau Light Dependent Resistor adalah salah satu jenis resistor yang nilai
hambatannya dipengaruhi oleh cahaya yang diterima olehnya. Besarnya nilai
hambatan pada LDR tergantung pada besar kecilnya yang diterima oleh LDR itu
sendiri. Contoh penggunaannya adalah pada lampu taman dan lampu di jalan yang
bisa menyala di malam hari dan padam di siang hari secara otomatis. Atau bisa juga
kita gunakan di kamar kita sendiri.

Gambar 1.4. LDR

Karakteritik LDR adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan


resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya. Karakteristik LDR terdiri dari dua
macam yaitu Laju Recovery dan Respon Spektral:
1) Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya
tertentu ke dalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati bahwa
nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada
keadaan ruangan gelap tersebut.
2) Respon Spektral
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang
gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna).

b. Photodioda
Sensor photodioda merupakan salah satu jenis dan sensor yang peka dan
sensitif terhadap cahaya. Cara kerja sensor ini dimana photodioda akan mengalirkan
arus yang membentuk hubungan linier dengan intensitas cahaya. Ukuran arus pada
sensor ini teratur dengan besarnya power density (Dp).

Gambar 1.5. Photodioda

6
1.3.3 Light Emitting Diode (LED)
LED adalah komponen elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik
ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Warna-warna cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis
bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar
inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote
Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.

Gambar 1.6. LED

1.3.4 Resistor
Resistor adalah suatu komponen elektronika yang fungsinya untuk menghambat arus
listrik. Dalam rumus resistor dilambangkan R (resistance) yang berpengaruh terhadap nilai
tegangan dan arus. Hubungan tersebut dapat dituliskan dengan rumus V = I x R dimana
nilai resistor memiliki satuan ohm. Resistor dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Resistor Tetap
Resistor tetap adalah resistor yang memiliki besaran nilai hambatan yang tetap.
Resistor memiliki batas kemampuan daya misalnya: 1/16 watt, 1/8 watt, ¼ watt, ½ watt dsb.
Artinya resistor hanya dapat dioperasikan dengan daya maksimal sesuai dengan
kemampuan dayanya.

Gambar 1.7. Simbol Resistor Tetap

Untuk mengetahui nilai hambatan suatu resistor dapat dilihat atau dibaca dari warna
yang tertera pada bagian luar badan resistor tersebut yang berupa gelang warna.

7
Gambar 1.8. Nilai Hambatan Berdasarkan Gelang Warna

Sebagai contoh, hijau-biru-kuning-merah adalah 56 x 103 Ω = 560 kΩ ± 2%. Deskripsi


yang lebih mudah adalah: pita pertama, hijau, mempunyai harga 5 dan pita kedua, biru,
mempunyai harga 6, dan keduanya dihitung sebagai 56. Pita ketiga, kuning, mempunyai
harga 104, yang menambahkan empat nol dibelakang 56, sedangkan pita keempat, merah,
merupakan kode untuk toleransi ± 2%, memberikan nilai 560.000Ω pada keakuratan ± 2%.

b. Resistor yang Tidak Tetap (Variabel)


Resistor tidak tetap adalah resistor yang nilai resistansinya (tahanannya) dapat
diubah-ubah sesuai dengan keperluan dan perubahannya dapat dilakukan dengan
menggeser atau memutar pengaturannya dan beberapa jenis lainnya dapat berubah sesuai
dengan sifat dari jenis bahan pembuatnya. Jenis resistor tidak tetap antara lain hambatan
geser, trimpot, dan potensiometer. Maksud dan tujuan dari pemasangan resistor tidak tetap
dalam suatu rangkaian adalah:
₋ Untuk mengatur besar kecilnya arus dan tegangan dalam suatu rangkaian
₋ Sebagai pembagi tegangan
₋ Sebagai pembagi arus

(a) (b)
Gambar 1.9. (a) Trimpot; (b) Potensiometer

8
1.3.5 Catu Daya
Catu daya (power supply) merupakan sebuah instrument elektronik sebagai penyedia
tegangan atau sumber daya bagi peralatan elektronik. Prinsip kerjanya mengubah
tegangan listrik yang tersedia dari jaringan distribusi transmisi listrik ke level yang
diinginkan sehingga berimplikasi pada pengubahan daya listrik dalam sistem pengubahan
daya.

Gambar 1.10. Catu Daya

1.3.6 Project Board


Project Board atau breadboard adalah sejenis papan rangkaian yang umum
digunakan untuk mencoba sebuah rangkaian elektronika, sebelum rangkaian elektronika
tersebut dicetak pada papan rangkaian tercetak (PCB). Bentuk breadboard dapat dilihat
seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 1.11. Project Board

Jalur A dan jalur C adalah sama, tiap titik terhubung secara horizontal dan tidak
terhubung secara vertikal, sedangkan jalur B hanya terhubung secara vertikal tapi tidak
terhubung secara horizontal. Jalur A dan C umumnya digunakan sebagai jalur sumber arus
listrik. Jalur B digunakan sebagai tempat untuk memasang komponen elektronika yang
akan kita rangkai.

1.3.7 Integrated Circuit (IC)


Integrated Circuit atau sering disebut IC adalah suatu media yang berisi berbagai
macam komponen elektronika yang terintegrasi dan terhubung satu dengan yang lainnya
sedemikian rupa untuk melaksanakan suatu fungsi tertentu. komponen-komponen

9
elektronika antara lain seperti resistor, kapasitor, dioda dan transistor yang terangkai
berbentuk chip kecil. Dalam suatu IC dapat berisi ribuan bahkan jutaan komponen
elektronika. IC umumnya berwarna hitam dengan kaki-kaki yang banyak sehingga sering
disebut juga komponen “kaki seribu”. Bahan utama yang membentuk suatu Integrated
Circuit (IC) adalah bahan semikonduktor. Silikon merupakan bahan semikonduktor yang
paling sering digunakan dalam teknologi fabrikasi Integrated Circuit (IC). Dalam bahasa
Indonesia IC sering diterjemahkan menjadi sirkuit terpadu.

Gambar 1.12. Integrated Circuit (IC)

Berdasarkan aplikasi dan fungsinya Integrated Circuit (IC) dapat dibedakan menjadi
IC Linier, IC Digital, dan IC gabungan dari keduanya.
a) IC Linier
IC Linier atau IC Analog adalah IC yang pada umumnya berfungsi sebagai:
₋ Penguat daya (Power Amplifier)
₋ Penguat Sinyal (Signal Amplifier)
₋ Penguat Operasional (Operational Amplifier/ Op Amp)
₋ Penguat Sinyal Mikro (Microwave Amplifier)
₋ Penguat RF dan IF (RF and IF Amplifier)
₋ Voltage Comparator
₋ Multiplier
₋ Penerima Frekuensi Radio (Radio Receiver)
₋ Regulator Tegangan (Voltage Regulator) (IC7805)
b) IC Digital
IC Digital pada dasarnya adalah serangkaian switching yang tegangan Input dan
Outputnya hanya memiliki 2 (dua) level yaitu “Tinggi” dan “Rendah” atau dalam kode
Binary dilambangkan dengan “1” dan ”0”. IC Digital pada umumnya berfungsi
sebagai:
₋ Flip-flop
₋ Gerbang Logika (Logic Gates)
₋ Timer
₋ Counter

10
₋ Multiplexer
₋ Kalkulator
₋ Memory
₋ Clock
₋ Microprocessor (Mikroprosesor)
₋ Mikrokontroller (seperti AT Mega 16)

1.3.8 Mikrokontroler ATMega16


Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer lengkap dalam satu chip.
Mikrokontroler lebih dari sekedar sebuah mikroprosesor karena sudah terdapat atau
berisikan ROM (Read Only Memory), RAM (Read Write Memory), beberapa Port masukan
maupun keluaran, ADC (Analog to Digital Converter), DAC (Digital to Analog Converter)
dan serial komunikasi. Salah satu mikrokontroler yang banyak digunakan saat ini yaitu
mikrokontroler AVR. AVR adalah mikrokontroler RISC (Reduced Instruction Set Compute)
8 bit berdasarkan arsitektur Harvard. Secara umum mikrokontroler AVR dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu keluarga AT90Sxx, ATMega dan ATtiny.

Gambar 1.13. Mikrokontroler ATMega16

1.3.9 Liquid Crystal Display (LCD)


Liquid Crystal Display (LCD) adalah sebuah peralatan elektronik yang berfungsi
untuk menampilkan keluaran sebuah sistem dengan cara membentuk suatu citra atau
gambaran pada sebuah layar. Secara garis besar komponen penyusunan LCD terdiri dari
kristal cair (Liquid Crystal) yang dapat diapit oleh 2 buah elektroda transparan dan 2 buah
filter polarisasi (Polarizing filter).

Gambar 1.14. Konfigurasi pin LCD

11
Keterangan pin:
VSS : digunakan untuk menyalakan LCD (ground)
VDD : digunakan untuk menyalakan LCD (+5 Volt)

1.3.10 Seven Segment


Seven Segment adalah tujuh segmen yang digunakan menampilkan angka. Seven
Segment ini tersusun atas 7 buah LED yang disusun membentuk angka 8 yang diberikan
label dari a.... sampai g.... dan satu lagi untuk Dot Point (DP). Setiap segmen ini terdiri dari
1 atau 2 Light Emitting Diode (LED). Salah satu terminal LED dihubungkan menjadi sebagai
kaki common.

Gambar 1.15. Seven Segment

1.3.11 Kabel Jumper


Kabel jumper yang didesain khusus untuk Breadboard, mudah ditancapkan di
Breadboard dan menggunakan kabel serabut lentur. Terdiri dari 60 buah kabel dengan 5
ukuran yang berbeda. Beberapa spesifikasi kabel jumper diantaranya: 240 mm x 4, 200
mm x 4, 150 mm x 4, 160 mm x 4, dan 110 mm x 44.

Gambar 1.16. Kabel Jumper

1.3.12 IC LM324
IC LM324 merupakan IC Operational Amplifier, IC ini mempunyai 4 buah Op-Amp
yang berfungsi sebagai komparator. IC ini mempunyai tegangan antara +5 volt sampai +15
volt untuk +Vcc dan -5 volt sampai -15 volt untuk -Vcc. Adapun definisi dari masing-masing
pin IC LM324 adalah sebagai berikut:

12
Gambar 1.17. IC LM324

o Pin 1,7,8,14 (Output): merupakan sinyal output.


o Pin 2,6,9,13 (Inverting Input): Semua sinyal Input yang berada di pin ini akan
mempunyai output yang berkebalikan dari input.
o Pin 3,5,10,12 (Non-Inverting Input): Semua sinyal input yang berada di pin ini akan
mempunyai output yang sama dengan input (tidak berkebalikan).
o Pin 4 (+Vcc): Pin ini dapat beroperasi pada tegangan antara +5 volt sampai +15
volt.
o Pin 11 (-Vcc): Pin ini dapat beroperasi pada tegangan antara -5 volt sampai 15 volt.

1.3.13 IC LM393
IC ini merupakan IC Op-Amp comparator yang peranannya pada alat ini sangatlah
penting, yaitu membandingkan antara tegangan masuk dan tegangan referensi. IC LM393
ini memuat 2 buah Op-Amp Comparator di dalamnya.

Gambar 1.18. IC LM393

13
MATERI 2. SENSOR CAHAYA

2.1 Pendahuluan
Secara umum sensor didefinisikan sebagai alat yang mampu menangkap fenomena
fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal elektrik baik arus ataupun
tegangan listrik. Fenomena fisik yang mampu menstimulasi sensor untuk menghasilkan
sinyal elektrik meliputi temperatur, tekanan, gaya, medan magnet, cahaya, pergerakan, dan
sebagainya. Sensor merupakan komponen yang berfungsi untuk mengubah bentuk energi,
dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Sedangkan transduser merupakan komponen untuk
mengubah besaran fisis non elektrik menjadi sinyal atau besaran fisis listrik (seperti arus
atau tegangan). Untuk keperluan praktis, istilah sensor dan transduser dianggap identik.
Dalam sistem pengukuran/pendeteksian, sensor atau transduser merupakan piranti yang
pertama kali menerima kesan atau sensasi dari besaran yang diukur/dideteksi (Sumarna,
2011). Salah satu sensor yang umum digunakan yaitu sensor cahaya. Sensor cahaya
merupakan sensor yang berfungsi untuk mendeteksi perubahan cahaya dari sumber
cahaya, dimana pantulan cahaya dapat mengenai benda atau ruangan.

2.2 Tujuan Praktikum


a. Memahami karakteristik sensor cahaya LDR (Light Dependent Resistor) dan
Photodioda
b. Memahami dan mampu menerapkan rangkaian sederhana dari sensor cahaya
LDR dan Photodioda
c. Memahami pengkonversian energi dari sensor cahaya LDR dan Photodioda.

2.3 Dasar Teori


2.3.1 Pengertian Sensor Cahaya
Transduser adalah alat yang bila digerakkan oleh suatu energi di dalam sebuah
sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama ataupun
berlainan ke sistem transmisi berikutnya. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik,
kimia, optik (radiasi), ataupun termal (panas). Bagian masukan dari transduser disebut
sensor, karena dapat mengindera suatu kuantitas fisik tertentu dan mengubahnya menjadi
bentuk energi yang lain.
Sensor adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan berfungsi untuk mengukur
magnitude sesuatu. Sensor adalah jenis transduser yang digunakan untuk mengubah
variasi mekanis, magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik.
Sensor biasanya dikategorikan melalui pengukur dan memegang peranan penting dalam
pengendalian proses pabrikasi modern. Sensor cahaya merupakan salah satu jenis sensor

14
yang sering dijumpai dalam dunia industri. Sensor cahaya berfungsi mendeteksi perubahan
cahaya baik secara langsung atau pantulan cahaya yang mengenai benda atau ruangan.

2.3.2 Klasifikasi Sensor Cahaya


a) Fotovoltaic
Fotovoltaic adalah alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi
energi listrik. Sel solar silicon yang modern pada dasarnya adalah sambungan PN dengan
lapisan P yang transparan. Jika ada cahaya pada lapisan transparan P akan menyebabkan
gerakan elektron antara bagian P dan N, jadi menghasilkan tegangan DC yang kecil sekitar
0,5 volt per sel pada sinar matahari penuh. Sel fotovoltaic adalah jenis tranduser
sinar/cahaya seperti pada gambar.

Gambar 2.1. Cahaya pada sel fotovoltaic menghasilkan tegangan

b) Fotokonduktif
Energi yang jatuh pada sel fotokonduktif akan menyebabkan perubahan tahanan sel.
Apabila permukaan alat ini gelap maka tahanan alat menjadi tinggi. Ketika menyala dengan
tahanan terang tahanan turun pada tingkat harga yang rendah. Seperti yang terlihat pada
gambar.

Gambar 2.2. (a) Sel Fotokonduktif; (b) Cahaya pada sel fotokonduktif
mengubah harga resistansi

15
Sensor cahaya yang termasuk ke dalam jenis fotokonduktif antara lain LDR dan
photodioda.
• LDR (Light Dependent Resistor)
LDR (Light Dependent Resistor) merupakan suatu jenis resistor yang nilai
resistansinya berubah-ubah karena adanya intensitas cahaya yang diserap. LDR
dibentuk dari Cadmium Sulfide (CdS) yang dihasilkan dari serbuk keramik. Prinsip
kerja LDR adalah ketika mendapatkan cahaya maka tahanan LDR turun, sehingga
pada saat LDR mendapat kuat cahaya terbesar maka akan dihasilkan tegangan
yang tertinggi.
• Photodioda
Photodioda adalah dioda yang bekerja berdasarkan intensitas cahaya, jika
photodioda terkena cahaya maka photodioda bekerja seperti dioda pada pada
umumnya, tetapi jika tidak mendapat cahaya maka photodioda akan berperan
seperti resistor dengan nilai tahanan yang besar sehingga arus listrik tidak
mengalir. Photodioda merupakan sensor cahaya semikonduktor yang dapat
mengubah besaran cahaya menjadi besaran listrik. Photodioda merupakan
sebuah diode dengan sambungan p-n yang dipengaruhi cahaya dalam kerjanya.
Cahaya yang dapat dideteksi oleh photodioda ini mulai dari cahaya inframerah,
cahaya tampak, ultra ungu sampai dengan sinar X (Fitri, 2012).

2.4 Metodologi
2.4.1 Alat dan Bahan
1) LDR (Light Dependent Resistor)
• LDR
• Avometer
• Senter
• Penggaris

2) Photodioda
• Photodioda
• Project board
• Kabel jumper
• Resistor 100 ohm
• Avometer
• Penggaris

16
2.4.2 Rangkaian Sensor
1) LDR

Gambar 2.3. Rangkaian LDR

2) Photodioda

Gambar 2.4. Rangkaian Photodioda

2.4.3 Data Hasil Praktikum


1) Sensor LDR
No. Jarak Resistansi
1.
2.
3.

2) Sensor Photodioda
No. Jarak Arus
1.
2.
3.

17
MATERI 3. OPERATIONAL AMPLIFIER SEBAGAI KOMPARATOR

3.1 Pendahuluan
Elektronika merupakan ilmu yang mempelajari dasar-dasar fisika, peralatan dan
pemakaian komponen-komponen yang berdasarkan sifat mengalirnya elektron di
dalamnya. Rangkaian elektronika adalah gabungan komponen-komponen listrik dan
komponen elektronika yang membentuk rangkaian tertentu. Misalnya rangkaian penguat
terpadu rangkaian penguat operasional. Rangkaian Terpadu Penguat Operasional Op-
Amp memberikan sifat-sifat penguatan yang ideal. Penggunaan dari rangkaian Op-Amp
meliputi: penguat pembalik Inverting, penguat tak membalik Non-Inverting, rangkaian
integrator, rangkaian diferensiator, rangkaian penjumlahan, rangkaian penguat
instrumentasi. Penggunaan dari Op-Amp disesuaikan dengan kebutuhan keluaran yang
diperlukan.
Salah satu aplikasi op-amp dalam bidang keteknikan pertanian adalah pada sensor
kadar air. rangkaian penguat op-amp berfungsi sebagai penyangga (buffer) karena pada
rangkaian ini diharapkan umpan balik satu satuan. Proses kerja dari penguat op amp
dimulai dari saat input non inverting (pin 3) dari op-amp mendapat tegangan masukan.
Tegangan tersebut dikuatkan 1 kali, karena output langsung diumpankan ke input inverting
(pin 2) tanpa melalui hambatan umpan balik sehingga tegangan output yang dihasilkan
stabil. Tegangan output dari rangkaian op-amp diumpankan ke rangkaian input ADC.

3.2 Tujuan Praktikum


Dengan praktikum materi Operational Amplifier sebagai Komparator diharapkan
praktikan dapat:
a. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian komparator sebagai aplikasi dari
rangkaian Op-Amp.
b. Mahasiswa dapat merangkai rangkaian komparator sebagai aplikasi dari
rangkaian Op-Amp.
c. Mahasiswa dapat menganalisis karakteristik rangkaian komparator sebagai
aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

3.3 Dasar Teori


3.3.1 Pengertian Operational Amplifier
Penguat Operasional atau Operational Amplifier (biasa dikenal dengan Op-Amp)
merupakan sebuah komponen elektronika yang tersusun dari resistor, diode, dan
transistor. Penyusunan dari Op-Amp tersebut disusun dalam sebuah rangkaian yang

18
terintegrasi atau yang biasa dikenal dengan Integrated Circuit (IC). Op-Amp dalam
aplikasinya biasa digunakan sebagai penguat (Nuryanto, 2017).

Gambar 3.1. Simbol Op-Amp pada Rangkaian

3.3.2 Jenis Rangkaian Dasar pada Operational Amplifier


a. Penguat Tegangan Pembalik (Inverting Voltage Amplifier)
Pada prinsipnya sebuah penguat operasional (operational amplifier) ideal memiliki
impedansi masukan yang sangat besar hingga dinyatakan sebagai impedansi masukkan
tak terhingga (infinite input impedance). Kondisi penguat operasional yang memiliki
impedansi masukan tak terhingga tersebut menyebabkan tidak adanya arus yang melewati
masukkan membalik (inverting input) pada penguat operasional. keadaan tak berarus pada
masukan membalik tersebut membuat tegangan jatuh diantara masukan membalik dan
masukkan tak membalik bernilai 0 Volt. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tegangan
pada masukan membalik adalah bernilai 0 Volt karena kondisi masukan tak membalik (non-
inverting input) yang di hubungkan ke rel netral/ ground. Kondisi masukan membalik
(inverting input) yang memiliki tegangan 0 Volt tersebut dinyatakan sebagai pentanahan
semu (Virtual Earth/Ground).
Tegangan output adalah:

b. Penguat Tegangan Tak-Pembalik (Non-Inverting Voltage Amplifier)


Penguat Non-Inverting Voltage Amplifier merupakan kebalikan dari penguat Inverting
dimana inputnya dimasukkan pada input non-inverting sehingga polaritas output akan
sama dengan polaritas input tetapi memiliki penguatan yang tergantung pada besarnya R
feedback dan dan R input.
Tegangan output adalah:

19
3.3.3 Penerapan Operational Amplifier
a) Rangkaian Pembanding (Comparator)
Komparator merupakan salah satu aplikasi dari Op-amp yang paling dasar.
Komparator digunakan sebagai pembanding dua buah tegangan. Pada praktikum ini,
tegangan yang dibandingkan adalah tegangan dari sensor dengan tegangan referensi.
Tegangan referensi dilakukan dengan mengatur variable resistor sebagai pembanding.

b) Rangkaian Integrator
Integrator Op-amp adalah sebuah rangkaian penguat operasional (Op-amp) yang
menjalankan operasi matematika Integrasi, yaitu kita bisa membuat output merespon
perubahan tegangan input dari waktu ke waktu karena dalam integrator Op-amp ini akan
menghasilkan tegangan output yang sebanding dengan integral dari tegangan input.

c) Rangkaian Penguat Penjumlah (Summing Amplifier)


Penguat Penjumlah atau Summing Amplifier adalah jenis lain dari konfigurasi
rangkaian penguat operasional (Op-amp) yang digunakan untuk menggabungkan
tegangan hadir pada dua atau lebih input menjadi tegangan output.

d) Rangkaian Differensiator
Differensiator merupakan konfigurasi Op-Amp yang berfungsi untuk menguatkan
hasil diferensiasi dari sinyal masukan yang diberikan. Misalnya jika sinyal masukan dari
berbentuk gelombang sinus maka akan menghasilkan sinyal keluaran berupa gelombang
cosinus. Dengan fungsi tersebut, differensiator sering digunakan untuk mengubah bentuk
sinyal. Beberapa bentuk sinyal yang dapat diubah oleh differensiator yaitu gelombang
persegi menjadi gelombang spike, gelombang sinus menjadi cosinus, dan gelombang
segitiga menjadi gelombang persegi.

3.4 Metodologi
3.4.1 Alat dan Bahan
1. IC LM324N
2. Resistor
3. Catu daya
4. Potensiometer
5. LED
6. Multimeter
7. Kabel Jumper
8. Bread board
9. LDR

20
3.4.2 Langkah Kerja Beserta Rangkaian
Langkah kerja:
1. Merangkai IC LM324N dan potensiometer pada project board, dimana:
o Pin 1 IC dihubungkan pada resistor 220 ohm dan kaki lain dari resistor 220
ohm dihubungkan pada LED
o Hubungkan kaki LED yang lain pada sumber tegangan (-)
o Pin 2 IC dihubungkan pada Vout potensiometer
o Kaki LDR dihubungkan dengan pin 3 IC dan sumber tegangan (-)
o Kaki resistor 10k ohm dihubungkan dengan pin 3 IC dan sumber tegangan (+)
o Pin 4 IC dihubungkan dengan sumber tegangan (+)
o Pin 11 IC dihubungkan dengan sumber tegangan (-)
o Kaki ground potensiometer dihubungkan dengan sumber tegangan (-)
o Kaki Vin potensiometer dihubungkan dengan catudaya (+)
2. Hubungkan rangkaian dengan catu daya
3. Menghitung Vout yang dihasilkan menggunakan multimeter
4. Catat hasil

Rangkaian:

Gambar 3.2. Simulasi Rangkaian Op-Amp sebagai Komparator

Gambar 3.3. Bentuk Fisik IC sebagai Komparator

21
Fungsi Pin IC:
Pin 1 = output 1 Pin 8 = output 3
Pin 2 = input 1 negatif Pin 9 = input 3 negatif
Pin 3 = input 1 positif Pin 10 = input 3 positif
Pin 4 = VCC Pin 11 = GND
Pin 5 = input 2 positif Pin 12 = input 4 positif
Pin 6 = input 2 negatif Pin 13 = input 4 negatif
Pin 7 = output 2 Pin 14 = output 4

3.4.3 Data Hasil Praktikum

No. Tegangan Vin+ Tegangan Vin- Tegangan Vout Kondisi Lampu


1.
2.
3.
4.
5.
6.

22
MATERI 4. SIGNAL PROCESSING DAN DISPLAY

4.1 Pendahuluan
Digital Signal Processing (DSP) yaitu proses mengambil sinyal dunia nyata seperti
suara, audio, video, suhu, tekanan, atau posisi yang telah didigitalkan dan kemudian
memanipulasinya secara matematis. DSP dirancang untuk melakukan fungsi matematika
seperti "add", "reduce", "multiply" dan "divide" dengan sangat cepat. Prinsip dari DSP yaitu
merubah dan menganalisis suatu informasi yang dinyatakan dalam suatu urutan angka
diskrit. Informasi yang dianalisis merupakan bentuk sinyal analog yang diubah ke dalam
bentuk sinyal digital. Dalam dunia komunikasi DSP memiliki peranan yang sangat penting,
terutama pada pengolahan suara digital. DSP dapat dikembangkan dan diaplikasikan ke
dalam berbagai hal yang memberikan banyak kemudahan bagi manusia (Suroso et al.,
2015).
Display merupakan bagian dari lingkungan yang menyampaikan informasi mengenai
keadaannya kepada manusia baik petunjuk untuk melakukan suatu kegiatan,
meningkatkan kewaspadaan, menghindari bahaya atau hanya sebagai sumber informasi.
Maka penggunaan display sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan manusia dalam
beraktivitas. Dalam instrumentasi (pengukuran) digital, peralatan/perangkat output dari
instrumen mengidentifikasi nilai dari kuantitas yang terukur dimana pada umumnya
menggunakan digital display device (Bakashi, U., Bakshi A., 2008). Beberapa macam
digital display device adalah seperti seven segment, LCD, dan monitor.

4.2 Tujuan Praktikum


Dengan praktikum Signal Processing dan Display diharapkan praktikan mampu:
a. Mengetahui rangkaian elektronika dari sebuah LCD
b. Mengetahui prinsip kerja macam-macam digital display yang digunakan pada
sistem instrumentasi.

4.3 Dasar Teori


4.3.1 Signal Processing
Analog To Digital Converter (ADC) merubah nilai suatu masukan yang berupa arus,
tegangan listrik atau sinyal analog lainnya menjadi sinyal digital (angka). Mengapa harus
dikonversi, karena sebagian besar data/sinyal yang ada di dunia ini merupakan besaran
analog. Pengkonversian data dari analog ke digital merupakan suatu cara untuk mengolah
data analog tersebut agar dapat dimodifikasi, dimanipulasi dan mengubah karakteristiknya.
Umumnya, ADC digunakan sebagai perantara antara sensor yang kebanyakan analog
dengan sistem komputer seperti sensor suhu, cahaya, tekanan, aliran dan sebagainya

23
kemudian diukur dengan menggunakan sistem digital. DAC (Digital to Analog Converter)
merupakan perangkat atau rangkaian elektronika yang berfungsi untuk mengubah suatu
isyarat digital (kode-kode) menjadi isyarat analog (tegangan analog) sesuai harga dari
isyarat digital tersebut. DAC dapat dibangun menggunakan penguat penjumlah inverting
dari sebuah operasional amplifier (Op-Amp) yang diberikan sinyal input berupa data logika
digital 0 dan 1 (Jana, 2019).

4.3.2 Display
Display adalah “Sistem Komunikasi” yang menghubungkan fasilitas kerja maupun
mesin kepada manusia, contoh dari display di antaranya adalah jarum speedometer,
keadaan jalan raya memberikan informasi langsung ke mata, peta yang menggambarkan
keadaan suatu kota. Jalan raya merupakan contoh dari display langsung, karena kondisi
lingkungan jalan bisa langsung diterima oleh pengemudi. Jarum penunjuk speedometer
merupakan contoh display tak langsung karena kecepatan kendaraan diketahui secara tak
langsung melalui jarum speedometer sebagai pemberi informasi (Sutalaksana, 1979).
Display pada sistem manusia-mesin digunakan untuk mempresentasikan informasi
yang diberikan oleh mesin mengenai kondisi operasi kerja yang sedang atau telah berjalan.
Misalnya speedometer, fuel display, layar monitor dan lain-lain. Display juga digunakan
untuk mempresentasikan mengenai kondisi lingkungan, misalnya suhu, udara, tekanan
udara, kondisi cuaca dan sebagainya (Mujahidin, 2010).

4.3.3 Macam-Macam Display


a. Seven Segment
Seven Segment adalah suatu segmen-segmen yang digunakan untuk menampilkan
angka. Seven Segment ini tersusun atas 7 batang LED yang disusun membentuk angka 8
dengan menggunakan huruf a s/d g yang disebut dot matrix. Setiap segmen ini terdiri dari
1 atau 2 Light Emitting Diode (LED). Seven Segment merupakan gabungan dari 7 buah
LED (Light Emitting Diode) yang dirangkaikan membentuk suatu tampilan angka.

b. LCD (Liquid Crystal Display)


Liquid Crystal Display adalah suatu jenis display yang menggunakan Liquid Crystal
sebagai suatu media refleksinya. LCD sudah digunakan di berbagai bidang, sebagai
contoh: monitor, TV, kalkulator. Pada LCD berwarna semacam monitor terdapat puluhan
ribu pixel. Pixel adalah satuan terkecil di dalam suatu LCD. Pixel-pixel ini berjumlah sekitar
puluhan ribu sehingga dapat membentuk gambar yang diinginkan dengan bantuan
berbagai perangkat controller, yang terdapat pada suatu jenis display yang digunakan.

24
c. Monitor
Monitor merupakan suatu alat yang biasa digunakan sebagai output tampilan grafis
pada komputer yang digunakan. Maka dari itu komputer juga sering disebut sebagai layar
tampilan pada suatu piranti seperti komputer atau laptop. Ketajaman gambar yang
ditampilkan pada layar monitor sangat ditentukan oleh resolusi. Tipe-tipe layar atau monitor
komputer sekarang sangat beragam, mulai dari bentuknya yang besar yang memiliki layar
cembung sampai dengan monitor yang berbentuk tipis dengan layar datar.

4.4 Alat dan Instrumentasi


a) Minimum Sistem
Minimum sistem adalah suatu rangkaian minimal untuk mikrokontroler, dimana
rangkaian ini dapat difungsikan sebagai downloader juga bisa digunakan untuk simulasi
I/O pada port mikrokontroler. Diantara minimum sistem yang paling sering dijumpai ialah
Arduino Uno dan ATMega16.
• Arduino Uno adalah board mikrokontroler berbasis ATMega328 (datasheet).
Memiliki 14 pin input dari output digital dimana 6 pin input tersebut dapat
digunakan sebagai output PWM dan 6 pin input analog, 16 MHz osilator kristal,
koneksi USB, jack power, ICSP header, dan tombol reset. Untuk mendukung
mikrokontroler agar dapat digunakan, cukup hanya menghubungkan Board
Arduino Uno ke komputer dengan menggunakan kabel USB atau listrik dengan
AC yang-ke adaptor-DC atau baterai untuk menjalankannya.

Gambar 4.1. Minimum System Arduino Uno

• ATMega16 merupakan mikrokontroler CMOS 8-bit buatan Atmel keluarga AVR.


AVR mempunyai 32 register general-purpose, timer/counter dengan metode
compare, interrupt eksternal dan internal, serial UART, programmable Watchdog
Timer, ADC dan PWM internal.

25
Gambar 4.2. Minimum System ATMega16

b) Avometer
Avometer berasal dari kata “AVO” dan “meter”. ‘A’ artinya ampere, untuk mengukur
arus listrik. ‘V’ artinya Voltase atau tegangan. ‘O’ artinya Ohm, untuk mengukur ohm atau
hambatan. Terakhir, yaitu meter atau satuan dari ukuran. Avometer sering disebut dengan
multimeter atau Multitester. Secara umum, pengertian dari avometer adalah suatu alat
untuk mengukur arus, tegangan, baik tegangan bolak – balik (AC) maupun tegangan
searah (DC) dan hambatan listrik.

c) Seven Segment
Seven segment adalah suatu segmen-segmen yang digunakan menampilkan angka.
Seven segment ini tersusun atas 7 batang led yang disusun membentuk angka 8 dengan
menggunakan huruf a s/d g yang disebut dot matrix. Setiap segmen ini terdiri dari 1 atau 2
Light Emitting Diode (LED). Seven segment merupakan gabungan dari 7 buah LED (Light
Emitting Diode) yang dirangkaikan membentuk suatu tampilan angka seperti yang terlihat
pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.3. Data sheet seven segment

26
d) LCD 16 x 2
LCD 16 x 2 berarti dapat menampilkan 16 karakter per baris dan ada dua jalur
tersebut. Pada LCD ini masing – masing karakter ditampilkan dalam pixel matriks 5 x 7.
LCD ini memiliki dua register, yaitu, Perintah dan Data.

Gambar 4.4. LCD Display

4.5 Skematik dan Program File


a. Skematik LCD 16 x 2

Gambar 4.5. Skematik LCD 16 x 2

b. Program File
$regfile
"m16def.dat"
$crystal=11059200
Config LCDpin = pin,Rs = portd.1,E = Portd.0, Db4 = portd.4, Db5 = portd.5, Db6 =
portd.6, Db7 = portd.7 Config LCD = 16*2
Cursor off
Deflcdchar 0, 14, 10,14, 32, 32, 32, 32, 32
Config Adc = Single, prescaler = Auto, reference = Internal

27
Dim A As Word, Volt As Word, Volt_d As Byte
Start Adc
Cls
Do
Locate 1,1
LCD “thermometer digital”
A = Getadc(0)
Volt = A* 5
Volt_d = Volt Mod 10
Volt_d = Volt_d – 0,19
Volt_d = Volt_d/20
Volt = Volt/20
Locate 2,1
Lcd Volt ;”,”; Volt_d

Locate 2,6
Lcd chr(0); “C” loop

4.6 Data Hasil Praktikum


Warna Jarak Persentase Nilai ADC Voltase
No.
Pengamatan (cm) Cahaya Pembacaan Analog
1.
2.
3.

Perhitungan:
• Persentase Cahaya
(Nilai Resolusi Maksimal − Nilai ADC Pembacaan)
% Cahaya = x 100%
Nilai Resolusi Maksimal

• Voltase Analog
Nilai ADC Pembacaan
Va = x V input
Nilai Resolusi Maksimal

Keterangan:
Nilai resolusi maksimal = 1023
Voltase input = 5V

28
DAFTAR PUSTAKA

Ariyana W, Arifianto D. 2009. Cara Top Bikin Komputer Top. Jagakarsa: PT. Kawan
Pustaka.
Bakshi UA, Godse AP. 2009. Analog and Digital Electronics. Pune: Technical Publication
Pune.
Bakashi U. 2008. Electronic Measurements & Instrumentation. Pune: Technical Publication
Pune.
Budiharto W. 2008. Panduan Praktikum Mikrokontroler AVR Atmega16. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Fitri. 2012. Landasan Teori. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Gifson A. 2009. Sistem Pemantau Ruang Jarak Jauh dengan Sensor Passive Infrared
Berbasis Mikrokontroler. Jakarta: Universitas Budi Luhur.
Jana S. 2019. Modul Converter (ADC dan DAC) dengan Seven Segment Display.
Informatika 5(1).
Julius. 2011. Komponen Sistem Kontrol. Bandung: Universitas Maranatha.
Marpaung NL dan Ervianto E. 2012. Data Logger Sensor Suhu Berbasis Mikrokontroler
ATmega 8535 dengan PC sebagai Tampilan. Jurnal Ilmiah Elite Elektro 3(1): 37-42.
Mujahidin. 2010. Perancangan Display Visual Kuantitatif Pada Sistem Manusia Mesin.
Institut Teknologi Surabaya. 1(1): 31-39.
Pusat Penelitian Elektronika. 2007. Perkembangan Teknologi Sensor dan Aplikasinya
pada Radiasi Nuklir. Bandung: LIPI.
Sumarna. 2011. Alat Ukur Besaran Fisis Laboratorium Fisika. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Suroso A, Fitri Y, Retnowaty SF, Nurkhamdi N. 2015. Aplikasi Pengenalan Ucapan dengan
Ekstraksi Ciri Mel-Frequency Cepstrum Coefficients (MFCC) dan Jaringan Syaraf
Tiruan (JST) Propagasi Balik untuk Buka dan Tutup Pintu. Jurnal Komputer Terapan
1(2).
Tim Fakultas Teknik. 2003. Sensor dan Transducer. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

29
LAMPIRAN DATA SHEET

1. LDR

2. LM35

30
3. SEVEN SEGMENT

31
4. PHOTODIODA

5. ATMEGA16

32
6. LCD

33
7. LM324

8. LM393

34
35
36

Anda mungkin juga menyukai