Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN LABORATORIUM

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

01.
PRAKTIKUM MULTIMETER 1

NAMA PRAKTIKAN :

NAMA REKAN KERJA :

KELAS / KELOMPOK : TT 1C / 5
TANGGAL PELAKSANAAN PRAKTIKUM : 13/09/18 dan 20/09/18
TANGGAL PENYERAHAN LAPORAN : 26/09/18

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
26 SEPTEMBER 2018
DAFTAR ISI
Daftar isi ..................................................................................................... 2
Judul ............................................................................................................ 3
Tujuan Percobaan ....................................................................................... 3
Dasar Teori ..................................................................................................... 3
Alat-Alat yang Digunakan ......................................................................... 11
Langkah Percobaan ......................................................................................... 12
Data Hasil Percobaan ................................................................................ 13
Analisa dan Pembahasan ................................................................................ 15
Kesimpulan ..................................................................................................... 17
Daftar Pustaka .............................................................................................. 18
Lampiran ..................................................................................................... 19

Judul
Praktikum Multimeter 1

2|P a g e
Tujuan Percobaan
 Menjelaskan karakteristik dan penggunaan multimeter non elektronis
(multimeter analog) dan multimeter elektronis digital (multimeter digital).
 Menggunakan multimeter dengan benar.
 Dapat mengukur tegangan dan hambatan pada rangkaian listrik sederhana
secara tepat.

Dasar Teori
Dalam membuat suatu rangkaian litrik kita harus mengetahui nilai nilai dari
komponen komponen penyusun rangkaian tersebut, sehingga dapat menghasilkan
suatu rangkaian yang baik dan benar. Manusia membutuhkan alat bantu untuk
mengetahui suatu besaran yang terdapat atau yang akan dipakai untuk membuat
suatu rangkaian listrik tersebut. Alat ukur listrik merupakan peralatan yang
diperlukan oleh manusia. Karena besaran listrik seperti : tegangan, arus, daya,
frekuensi dan sebagainya tidak dapat secara langsung ditanggapi oleh panca indera.
Untuk mengukur besaran listrik tersebut, diperlukan alat pengubah. Atau besaran
ditransformasikan ke dalam besaran mekanis yang berupa gerak dengan
menggunakan alat ukur. Perlu disadari bahwa untuk dapat menggunakan berbagai
macam alat ukur listrik perlu pemahanan pengetahuan yang memadai tentang
konsep - konsep teoritisnya.

Dalam mempelajari pengukuran dikenal beberapa istilah, antara lain :


 Instrumen : adalah alat ukur untuk menentukan nilai atau besaran suatu
kuantitas atau variabel.
 Ketelitian : harga terdekat dengan mana suatu pembacaan instrumen
mendekati harga sebenarnya dari variabel yang diukur.
 Ketepatan : suatu ukuran kemampuan untuk hasil pengukuran yang serupa.

3|P a g e
 Sensitivitas : perbandingan antara sinyal keluaran atau respons instrumen
terhadap perubahan masukan atau variabel yang diukur.
 Resolusi : perubahan terkecil dalam nilai yang diukur yang mana instrumen
akan memberi respon atau tanggapan.
 Kesalahan : penyimpangan variabel yang diukur dari harga (nilai) yang
sebenarnya.

Saat melakukan pengamatan besaran listrik dibutuhkan suatu pengukuran dengan


tepat. Perangkat yang digunakan untuk mengukur arus, tegangan, dan hambatan
pada suatu rangkaian listrik, berturut-turut disebut dengan amperemeter, voltmeter,
dan ohmmeter. Pada umumnya ketiga perangkat tersebut menyatu dalam sebuah
perangkat yang disebut dengan multimeter. Ada dua jenis multimeter umum
digunakan, yaitu multimeter analog (multimeter non elektronis) dan multimeter
digital (multimeter elektronis). Multimeter analog berhubungan dengan informasi
dan data analog yang menghasilkan bacaan pengukuran berupa gerakan jarum
penunjuk dalam busur skala terkalibrasi. Multimeter digital berhubungan dengan
informasi dan data digital yang menghasilkan bacaan pengukuran berupa angka
diskret secara langsung tanpa membaca skala.

1. Multimeter Analog
Multimeter analog menghasilkan bacaan pengukuran berupa gerakan jarum
penunjuk dalam busur skala terkalibrasi.

Multimeter analog memiliki 3 fungsi pengukuran, yaitu:


a. Sebagai Voltmeter, untuk mengukur tegangan AC dengan batas ukur 0 –
500V dan tegangan DC dengan batas ukur 0 – 0,5 V dan 0 – 500 V.
b. Sebagai ammeter, untuk mengukur arus DC dengan batas ukur 0 – 50 I A
dan 0 – 15 A, arus AC dengan batas ukur 0 – 15 A.

4|P a g e
c. Sebagai Ohmmeter, untuk mengukur tahanan dengan batas ukut 1 - 1M.

Bagian utama sebuah multimeter analog secaa singkat dijelaskan sebagai


berikut:
1) Sekrup pengatur posisi nol jarum penunjuk (Zero adjust screw) berfungsi
untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara memutar sekrup
ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.
2) Tombol pengatur jarum penunjuk pada posisi hambatan nol (Zero ohm
adjust) berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi hambatan
nol.
3) Saklar pilih (range selector switch) berfungsi untuk memilih modus
pengukuran dan batas ukurnya. Multimeter biasanya memiliki 4 posisi
pengukuran, yaitu:
 Posisi (ohm), berarti multimeter berfungsi sebagai ohmmeter, yang
terdiri dari 3 batas ukur: x1Ω; x10Ω; dan 1kΩ.
 Posisi ACV (Volt AC), berarti multimeter berfungsi sebagai voltmeter
arus bolak balik yang terdiri dari 5 batas ukur: 10volt; 50volt;
250volt; 500volt; dan 1000 volt.
 Posisi DCV (Volt DC), berate multimeter berfungsi sebagai voltmeter
arus searah yang terdiri dari 5 batas ukur: 10volt; 50volt; 250volt;
500volt; dan 1000 volt.
 Posisi DCmA (miliampere DC), berarti multimeter berfungsi sebagai
miliamperemeter DC yang terdiri dari 3 batas ukurs: 0,25mA; 25mA;
dan 500 mA.
Keempat batas ukur di atas untuk tipe multimeter yang satu dengan yang
lain belum tentu sama batas ukurnya.
4) Lubang kutub + (terminal VA) berfungsi sebagai tempat masuknya test
lead kutub + yang bewarna merah.

5|P a g e
5) Lubang kutub – (common terminal) berfungsi sebagai tempat masuknya
test lead kutub – yang bewarna hitam.
6) Jarum penunjuk meter ( knife edge pointer) berfungsi sebagai penunjuk
besaran yang diukur.
7) Skala (scale) berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

2. Multimeter Digital
Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan fungsinya lebih banyak
dibanding dengan multimeter analog. Multimeter digital memiliki tambahan -
tambahan satuan yang lebih akurat, dan juga opsi pengukurannya lebih banyak,
tidak terbatas pada pengukuran arus, tegangan, dan hambatan saja.

Multimeter digital biasanya digunakan pada pengukuran yang membutuhkan


kecermatan tinggi. Kekurangannya adalah sulit untuk memonitor tegangan
yang berfluktasi. Jadi, jika melakukan pengukuran tegangan yang berfluktasi,
sebaiknya digunakan multimeter analog.

Beberapa kelebihan multimeter digital dibanding multimeter analog, di


antaranya :
 Menggunakan layar digital.
 Menampilkan nilai yang dikur dalam bilangan actual.
 Cocok untuk pengukuran pada rangkaian dengan komponen elektronik
yang sensitive (misalnya ECU ) karena memiliki hambatan dalam
(impedansi) yang tinggi.
 Karena meiliki hambatan dalam (impedansi) yang tinggi, akurasinya lebih
tinggi dibanding multimeter analog.
 Tidak sensitive terhadap polaritas. Bila menggunakan voltmeter, probe
data terhubung dalam polaritas terbalik tanpa memengaruhi keakuratan

6|P a g e
pembacaan atau merusak meter. Meter akan menunjukkan kondisi
polaritas terbalik niMeter akan menunjukkan kondisi polaritas terbalik ini
dengan menempatkan simboll “-“ di layar.
 Kurang rentan terhadap kerusakkan dari goncangan mekanik daripada
multimeter analog.
 Memiliki daya tahan baterai yang lebih lama.

Bagian-bagian Multimeter Digital


 Pencacah / Peraga Bagian ini terdiri pencacah 3 ½ digit, memory, decoder
dan piranti peraga. Bagian ini memiliki input, count, transfer dan reset.
Dari bagian pencacah juga memberikan keluaran untuk mengontrol fungsi
pengukuran analog.
 Control Logic Bagian ini berfungsi membangkitkan pulse yang diperlukan
oleh rangkaian untuk perputaran masukan, dihitung dan mengontrol fungsi
pencacah.
 Master Clock Rangkaian ini terdiri kristal osilator, pembagi frekuensi
untuk pewaktuan semua pengukuran.
 Pembentuk gelombang masukan (Input Wave Shaper) Rangkaian ini
difungsikan selama pengukuran frekuensi, perioda mengubah sinyal
masukan ke dalam bentuk yang tepat untuk dihubungkan ke rangkaian
logic.
 Time Control Fungsi bagian ini digunakan untuk memulai dan
menghentikan pencacah pada saat pengukuran.
 Voltmeter dan Pengubah Analog ke Digital Bagian ini berisi rangkaian
impedansi masukan yang tinggi, penyearah, pengubah tegangan ke waktu
dual-ramp digunakan untuk pengukuran tegangan dan resistansi. Prinsip
perubahan tegangan analog ke digital dijelaskan di bawah ini.

7|P a g e
Selain alat yang dipakai, dalam membuat suatu rangkaian listrik juga terdapat
aliran listrik yang dapat membuat suatu rangkaian tersebut menjadi
beroperasi.Aliran tersebut berupa arus listrik yang menghubungkan satu alat
dengan alat yang lainnya.Arus listrik adalah sebuah aliran yang terjadi akibat
jumlah muatan listrik yang yang mengalir dari satu titik ke titik lain dalam suatu
rangkaian tiap satuan waktu. Arus listrik juga terjadi akibat adanya beda
potensial atau tegangan pada media penghantar antara dua titik. Semakin besar
nilai tegangan antara kedua titik tersebut, maka akan semakin besar pula nilai
arus yang mengalir pada kedua titik tersebut. Satuan arus listrik dalam
internasional yaitu A (ampere), yang dimana dalam penulisan rumus arus listrik
ditulis dalam simbol I (current).

Pada umumnya, aliran arus listrik sendiri mengikuti arah aliran muatan positif.
Dengan kata lain, arus listrik mengalir dari muatan positif menuju muatan
negatif, atau bisa pula diartikan bahwa arus listrik mengalir dari potensial
menuju potensial rendah. Berdasarkan arah alirannya, arus listrik dibagi
menjadi 2 (dua) kategori, yakni :
 Arus Searah (Direct Current/DC), dimana arus ini mengalir dari titik
berpotensial tinggi menuju titik berpotensial rendah.
 Arus Bolak-Balik (Alternating Current/AC), dimana arus ini mengalir
secara berubah-ubah mengikuti garis waktu.

Dalam membuat suatu rangkaian listrik, supaya tidak terjadi pengeluaran


energy yang terlalu besar yang dapat memberikan dampak negative, maka
diperlukan suatu hambatan. Hambatan listrik ialah sebuah perbandingan antara
tegangan listrik dari suatu komponen elektronik (misalnya resistor) dengan
arus listrik yang melewatinya. Salah satu komponen adalah resistor. Resistor
mempunyai sifat resistif namun beberapa bahan seperti tembaga, perak, emas

8|P a g e
dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil.

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi


jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya
resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum
Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang
mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau
dilambangkan dengan simbol W (Omega).

Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di
kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode
warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur
besarnya dengan Ohmmeter.

Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA
(Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.

faktor
Warna Nilai Toleransi
pengali

Hitam 0 1

Coklat 1 10 1%

Merah 2 100 2%

Jingga 3 1.000

Kuning 4 10.000

Hijau 5 100.000

Biru 6 106

Violet 7 107

9|P a g e
Abu-abu 8 108

Putih 9 109

Emas - 0.1 5%

Perak - 0.01 10%

Tanpa
- - 20%
warna

Tabel - 1 : nilai warna gelang


Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi
berwarna coklat, merah, emas atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini
berada pada badan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih
menonjol, sedangkan warna gelang yang pertama agak sedikit ke dalam.

Hukum yang mendasari pekerjaan pembuatu suatu rangkaian listrik tersebut


ada sebagai berikut:
1. Hukum Ohm
Jika sebuah penghantar/hambatan/resistansi dilewati oleh sebuah arus,
maka pada kedua ujung enghantar tersebut akan muncul beda potensial.
Menurt Hukum Ohm , beda potensial atau tegangan tersebut berbanding
lurus dengan arus yang mengalir melalui bahan tersebut. Secara matematis
dapat ditulis:
V=IxR
Keterangan
 V adalah tegangan
 I adalah arus.
 Satuan SI untuk Hambatan adalah Ohm (R).

2. Hukum Kirchhoff I (Kirchhoff’s Current Law, KCL)

10 | P a g e
Jumlah arus yang memasuki suatu percabangan/node/simpul sama dengan
arus yang meninggalkan percabangan/node/simpul sama dengan nol.
Secara matematis:
  Arus pada satu titik percabangan = 0
  Arus yang masuk percabangan =  Arus yang keluar
percabangan

3. Hukum Kirchhoff (Kirchhoff’s Voltage Law, KVL)


Jumlah tegangan pada suatu lintasan tertutup sama dengan nol. Atau,
penjumlahan tegangan pada masing masing komponen penyusun yang
membentuk satu lintasan tertutup akan bernilai sama dengan nol.
Secara matematis:
∑V = 0

Alat – Alat yang Digunakan :


 1 buah multimeter SANWA (Analog)
 1 buah multimeter digital
 1 buah sumber tegangan DC (Power Supply)
 Bermacam-macam harga R (47Ω; 220Ω; 4,7KΩ; 10KΩ, 1MΩ)
 1 buah protoboard
 Kabel-kabel penghubung

R1

V R2

11 | P a g e
Langkah Percobaan
A. Praktikum minggu pertama (menghitung nilai resistor)
1. Siapkan semua alat yang dibutuhkan.
2. Putar selector kearah pmeghitungan hambatan ()
3. Sebelum menghitung nilai resistor lakukan kalibrasi terhadap mltimeter
analog terlebih dahulu. Masukan kabel hitam kedalam lubang
bertuliskan com dan kabel merah kedalam lubang bertanda + pada
multimeter analog. Pada ujung lainnya kabel satukan kedua ujungnya.
Putar zero ohm adjustmen sehingga penujuk jarum tepat berada diangka
0.
4. Setelah terkalibrasi hitunglah resistror yang tersedia dengen
menempalkan ujung kabel hitam dan merah ke ujung resistor yang
berbeda.
5. Tulislah pada table hasil yang terlihat dengan arah mata sejajar dengan
multimeter analog.
6. Lakukan perhitungan dengan menggunakan multimeter digital, tanpa
kelibrasi terlebih dahulu.
7. Kabel hitam pada lubang bertuliskan com, sedangkan merah pada
bertuliskan +.
8. Lalu tuliskan hasil pada table.

B. Praktikum minggu kedua (menghitung arus yang terdapat pada Vab


1. Siapkan alat alat yang akan digunakan
2. Putar selector kearah yang bertuliskan DCV pada multimeter analog.
Kalibrasikan multimeter analog dengan cara menggunakan obeng pipih
dengan memutarkan obeng sampai jarum menu angka 0.

12 | P a g e
3. Pastikan power supplye pada tegangan yang peling rendah.
4. Sambungkan kabel hitam ke lubang yang bertuliskan com pada
multimeter analoh dan ujungnya ke lubang bertuliskan com pada power
supply. Masukkan kabel merah ke lubang yang bertuliskan + pada
multimeter analog dan power supply.
5. Naikan tegangan pwer supplye sehinga terdapat tulisan 6 volt pada
multimeter analog.
6. Buat rangkaian di protoboard seperti gambar.
7. Masukan kabel hitam ke pada tulisan com, dan kabel merah pada tulisan
+ pada power supply. Lalu sambungkan ke protoboard
8. Masukan kabel hitam ke pada tulisan com, dan kabel merah pada tulisan
+ pada multimeter analog. Lalu sambungkan kabel ke daerah bertuliskan
Vab
9. Tuliskan hasil yang dikur dari multimeter analog
10. Lakukan hal yang sama pada multimeter digital, lalu tuliskan hasilnya
pada tabel.

Hasil Data Percobaan

Tabel 1 Hasil percobaan Mengukur Tegangan keluaran (Vab) Menggunakan


Sumber Searah (DC)
Vab (± 6V)
Besar R1 dan R2
Hitung Ukur Skala Digital

R1 = 1K 
4, 9474 V 4,85 V 10 4,89 V
R2 = 4,7K 

Rumus Menghitung volt secara teori: R1


Vab = VR2
a
IR2. R2
= R2 x Vs
R1 + R2 V R2
= 4,7K x 6V 13 | P a g e
1 + 4,7K
b
= 4,9474 V
Tabel 2 Mengukur Harga Tahanan Menggunakan Multimeter Analog
( Multimeter Non Elektronik)
Batas Ukur Penunjukkan
Harga Tulis
Nilai R yang di Harga
( Kode Warna)
pakai Tahanan ( ohm )

R1 = 4,7K  Kuning,Ungu,Merah, Emas x 100 51 


R2 = 220  Merah,Merah,Coklat, Emas x 100 2,1 
R3 = 10K  Coklat,Hitam,Orange,Emas x 1K 10,4 

R4 = 1M  Coklat, Hitam, Hijau, Emas x 10 K 110 


R5 = 47  Kuning, Ungu,Hitam,Emas x 10 4,4 

Tabel 3 Mengukur Harga Tahanan Menggunakan Multimeter Digital


Batas Ukur Penunjukkan
Harga Tulis
Nilai R yang di Harga
( Kode Warna)
pakai Tahanan ( ohm )

R1 = 4,7K  Kuning,Ungu,Merah, Emas 1K  4,5


R2 = 220  Merah,Merah,Coklat, Emas 1 216,5

R3 = 10K  Coklat,Hitam,Orange,Emas 1K  9,9


R4 = 1M  Coklat, Hitam, Hijau, Emas 1M  1M
R5 = 47  Kuning, Ungu,Hitam,Emas 1 48,4

Analisis &Pembahasan

14 | P a g e
Percobaan yang harus dilakukan menurut buku modul adalah sebanyak empat
percobaan, tetapi ketika hendak melakukan pengukuran tegangan keluaran
menggunakan sumber dua arah (AC) multimeter yang kami gunakan rusak
sehingga tidak dapat melakukan pengukuran. Jadi kami hanya melakukan tiga
percobaan, yaitu: Pertama mengukur tegangan keluaran (Vab) menggunakan
sumber searah (DC), kedua mengukur harga tahanan menggunakan Multimeter
Analog (Multimeter Non-elektronik) serta mengukur harga tahanan menggunakan
Multimeter Digital (Multimeter Elektronik).

Percobaan pertama kami mengukur harga tahanan menggunakan Multimeter


Analog. Pengukuran pertama menggunakan resistor sebesar 4,7K dengan skala
batas ukur yang dipakai di multimeter, yaitu x100 menghasilkan harga tahanan
sebesar 51. Pengukuran kedua menggunakan resistor sebesar 220 dengan skala
batas ukur yang dipakai di multimeter, yaitu x100 menghasilkan harga tahanan
sebesar 2,1. Pengukuran ketiga menggunakan resistor sebesar 10Kdengan skala
batas ukur yang dipakai di multimeter, yaitu x1K menghasilkan harga tahanan
sebesar 10,4. Pengukuran keempat menggunakan resistor sebesar 1M dengan
skala batas ukur yang dipakai di multimeter, yaitu x10K menghasilkan harga
tahanan sebesar 110. Pengukuran kelima menggunakan resistor sebesar 47
dengan skala batas ukur yang dipakai di multimeter, yaitu x10 menghasilkan harga
tahanan sebesar 4,4.

Percobaan kedua kami mengukur harga tahanan menggunakan Multimeter Digital.


Pengukuran pertama menggunakan resistor sebesar 4,7KΩ dengan skala batas ukur
yang dipakai di multimeter yaitu, 1KΩ menghasilkan harga tahanan sebesar 4,5KΩ.
Pengukuran kedua menggunakan resistor sebesar 220Ω dengan skala batas ukur
yang dipakai di multimeter yaitu, 1Ω menghasilkan harga tahanan sebesar 216,5KΩ.
Pengukuran ketiga menggunakan resistor sebesar 10KΩ dengan skala batas ukur

15 | P a g e
yang dipakai di multimeter yaitu, 1KΩ menghasilkan harga tahanan sebesar 9,9KΩ.
Pengukuran keempat menggunakan resistor sebesar 1MΩ dengan skala batas ukur
yang dipakai di multimeter yaitu, 1MΩ menghasilkan harga tahanan sebesar 1MΩ.
Pengukuran kelima menggunakan resistor sebesar 47Ω dengan skala batas ukur
yang dipakai di multimeter yaitu, 1Ω menghasilkan harga tahanan sebesar 48,4Ω.

Percobaan ketiga kami mengukur tegangan keluaran (Vab) menggunakan arus


sumber searah (DC), dengan R1: 1KΩ dan R2: 4,7KΩ. Sehingga Vab =
𝑅2 4,7𝐾
. 𝑉𝑠` = . 6 = 4,9474V (Hasil pengukuran ideal). Ketika
𝑅1+𝑅2 1+4,7𝐾

diukur menggunakan multimeter analog dengan skala maksimal di 10V, didapatkan


hasil percobaan sebesar 4,85V. Kemudian kami mengukurnya dengan multimeter
digital dengan selektor ditempatkan di posisi DCV, sehingga didapatkan hasil
sebesar 4,9V.

Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, hasil percobaan antara


pengukuran ideal menggunakan teori dengan pengukuran praktik menggunakan
multimeter analog serta digital memiliki perbedaan. Namun terdapat perbedaan
antara teori dengan praktek yang kami lakukan. Pada pengukuran Tegangan Arus
Searah (DC) perbedaan yang didapat dihitung menggunakan persentasi kesalahan.
Berikut ini adalah penghitungannya:
A. Persentase Kesalahan Pengukuran Analog
|𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 − 𝑃𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛|
. 100% = 1,968 = 1,97%
𝑃𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
B. Persentase Kesalahan Pengukuran Digital
|𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 − 𝑃𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛|
. 100% = 0,958 = 0,96%
𝑃𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛

Perbedaan hasil perhitungan antara perhitungan teori dengan praktek disebabkan


oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi perbedaan ini, ialah:

16 | P a g e
1. Alat
Alat dapat menjadi rusak dikarenakan faktor usia alat yang telah uzur maupun
terdapat komponen yang berada di dalam alat telah rusak. Faktor alat ini bisa
terjadi karena kurangnya perawatan, keruskan yang terjadi saat alat terjatuh,
dsb.
2. Komponen
Faktor komponen ini terbukti dengan perbedaan nilai tertulis pada resistor
dengan hasil perhitungan menggunakan multimeter analog daa digital.
Komponen juga dapat menjadi rusak dikarenakan perawatan komponen yang
tidak layak maupun usia komponen yang telah uzur. Karena
3. Manusia
Faktor kesalahan manusia merupakan faktor utama yang sering kali menjadi
sebab adanya perbedaan dalam pengukuran dan perhitungan. Ini disebabkan
karena manusia melakukan praktek dengan tidak seriu, tidak teliti, dan tidak
ulet. Oleh karena itu ketika melakukan pengukuran maupun perhitungan kita
harus teliti, dan tepat.

Kesimpulan
Dari percobaan, pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Multimeter ialah suatu alat untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik,
resistor dsb.
2. Multimeter dapat dipastikan dengan saklar banyak posisi meter dapat diubah
menjadi ampermeter, voltmeter dan ohmmeter secara tepat dan mudah.
3. Besar hambatan resistor ditandai dengan garis warna pada resistor yang dapat
diketahui dengan perhitungan dan penunjukkan nilai – nilai warna resistor.
4. Presentasi kesalahan pada suatu rangkaian dapat terjadi karena faktor alat,
komponen, dan manusia.

17 | P a g e
Daftar Pusaka
www.fali.unsri.ac.id/userfiles/Resistor.doc
https://www.gurupendidikan.co.id/arus-listrik-pengertian-hambatan-dan-rumus-
beserta-contoh-soalnya-secara-lengkap/
Philip, Kristanto. 2018. Alat Ukur dan Teknik Pengukuran.Yogyakarta: Penerbit
Andi
Rafsyam, Yenniwarti, SST, MT, dkk. 2012. Diktat Laboratorium Dasar
Pengukuran Teknik Elektronika. Jakarta : Politeknik Negri Jakarta
Ramdhani, Mohamad. 2008. Rangkaian Listrik. Bandung: Erlangga
Waluyanti, Sri dkk. 2008. Alat Ukur dan Teknik Pengukuran Jilid 1 untuk
smk.Jakarta:Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (Pdf diakses pada
tanggal 24 september 2018)

18 | P a g e
Lampiran

19 | P a g e
20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai