Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MULTIMETER

Nama : Fedora Ariensi K

No absen : 16

Kelas : XTKL

A. Pengertian Multimeter

Multimeter atau sering juga disebut dengan istilah multitester merupakan salah satu


toolkit penting bagi para praktisi elektronika. Multimeter adalah gabungan dari
beberapa alat ukur elektronik yang dikemas dalam satu kemasan. Pada umumnya setiap
“multimeter” minimal memiliki 3 fungsi ukur yaitu sebagai alat ukur arus (Ampere
Meter), alat ukur tegangan (Volt Meter) dan alat ukur resistansi (Ohm Meter). Karena 3
fungsi ukur tersebut selalu dimiliki oleh multimeter / multitester maka sering juga
disebut sebagai AVO meter. Akan tetapi sesuai perkembangan teknologi
maka multimeter pada saat ini ada yang telah memiliki fungsi lain sebagai alat ukur
kapasitansi kapasitor, sebagai alat ukur frekuensi dan sebagai alat ukur faktor penguatan
transistor.

B. Jenis-jenis Multimeter

Multimeter ada 2 jenis, yaitu multimeter analog dan multimeter digital

1.Multimeter Analog

Multimeter analog merupakan jenis multimeter / multitester yang menggunakan display


ukur (meter) dengan tipe jarum penunjuk. Sehingga untuk membaca hasil ukur harus
dilakukan dengan cara melihat posisi jarum penunjuk pada meter dan melihat posisi
saklar selektor pada posisi batas ukur kemudian melakukan perhitungan secara manual
untuk mendapatkan hasil ukurnya. Kondisi atau proses pembacaan hasil ukur yang
masih manual inilah yang menyebabkan multimeter / multitester janis ini dinamakan
sebagai multimeter analog. Multimeter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan
sehari-hari, seperti para tukang servis TV atau komputer kebanyakan menggunakan
jenis yang analog ini. Kelebihannya adalah mudah dalam pembacaannya dengan
tampilan yang lebih simple. Sedangkan kekurangannya adalah akurasinya rendah, jadi
untuk pengukuran yang memerlukan ketelitian tinggi sebaiknya menggunakan
multimeter digital.
Multimeter analog terdiri dari bagian-bagian penting, diantaranya adalah sebagai
berikut:

2
Cara Menggunakan Multimeter Analog :
            Multimeter analog dapat digunakan dengan cara-cara berikut ini:
1.      Untuk memulai setiap pengukuran, hendaknya jarum menunjukkan angka nol apabila
kedua penjoloknya dihubungkan. Putarlah penala mekanik apabila jarum belum tepat pada
angka nol (0).
2.      Putarlah sakelar pemilih ke arah besaran yang akan diukur, misalnya ke arah DC mA
apabila akan mengukur arus DC, ke arah AC V untuk mengukur tegangan AC, dan ke arah
DC V untuk mengukur tegangan DC.
3.      Untuk mengukur tahanan (resistor), sakelar pemilih diarahkan ke sekala ohm dan
nolkan dahulu dengan menggabungkan probe positif dan negatif. Apabila belum
menunjukkan angka nol cocokkan dengan memutar ADJ Ohm.
4.      Sambungkan penjolok warna merah ke jolok positif dan penjolok warna hitam ke jolok
negatif.
5.      Untuk pengukuran besaran DC, jangan sampai terbalik kutub positif dan negatifnya
karena bisa menyebabkan alat ukurnya rusak.

2. Multimeter Digital

2
Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan yang
lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt,
dan ohm saja. Multimeter digital biasanya dipakai pada penelitian atau kerja-kerja mengukur
yang memerlukan kecermatan tinggi, tetapi sekarang ini banyak juga bengkel-bengkel
komputer dan service center yang memakai multimeter digital.

Kekurangannya adalah susah untuk memonitor tegangan yang tidak stabil. Jadi bila
melakukan pengukuran tegangan yang bergerak naik-turun, sebaiknya menggunakan
multimeter analog.

Cara Menggunakan Multimeter Digital :

Cara menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih sederhana dan lebih
cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena menggunakan display 4 digit sehingga
mudah membaca dan memakainya.

1.      Putar sakelar pemilih  pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap
dipakai.

2.      Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan dengan
alat ukur.

3.      Catat angka yang tertera pada multimeter digital.

4.      Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik
karena display dapat memberitahu.

C. Prinsip Kerja Multimeter

2
Multimeter merupakan salah satu alat ukur kumparan putar yang bekerja atas dasar
prinsip dari adanya suatu kumparan listrik, yang ditempatkan pada medan magnet, yang
berasal dari suatu magnet pemanen. Arus yang dialirkan melalui kumparan akan
menyebabkan kumparan tersebut berputar. Alat ukur kumparan putar tidak hanya dapat
digunakan untuk mengukur arus searah, akan tetapi juga dapat digunakan untuk arus bolak-
balik. Magnet permanan yang memiliki kutub utara dan selatan dan diantara kutub-kutub
tersebut ditempatkan suatu silinder inti besi. Hal tersebut akan menyebabkan terbentuknya
medan magnet yang rata pada celah diantara kutub magnet dan silinder inti besi besi, yang
masuk melalui kutub-kutub ke dalam silinder, secara radial sesuai dengan arah-arah
panah. Dalam celah udara ini ditempatkan kumparan yang dapat melalui sumbu. Bila arus
searah yang tidak diketahui besarnya mengalir melalui kumparan tersebut, suatu gaya
elektromagnetik/yang mempunyaiarah tertentu akan dikenakan pada kumparan putar, sebagai
hasil antara arus dan medan magnet. Arah dari gaya dapat ditentukan menurut ketentuan dari
tori fleming. Besarnya dari gaya ini dapat diturunkan dengan mudah. Pada setiap ujung dari
sumbu, ditempatkan pegas yang salah satu ujungnya melakt padanya sedangkan ujung yang
lain pada dasar tetap. Setiap pegas akan memberikan gaya reaksinya yang berbanding lurus
dengan besar sudut rotasi dari sumbu dan berusaha untuk menahan perputaran. Jadi, dengan
kata lain pegas membaerikan pada sumbu yang berlawanan arahnya.

D. Batas Ukur Multimeter

Adapun batas ukur adalah angka yang menunjukkan nilai maksimum untuk defleksi
jarum maksimum.

Batas Ukur (Range) Multimeter


1. Batas Ukur (Range) Kuat Arus : biasanya terdiri dari angka-angka; 0,25 – 25 – 500
mA. Untuk batas ukur (range) 0,25, kuat arus yang dapat diukur berkisar dari 0 – 0,25
mA. Untuk batas ukur (range) 25, kuat arus yang dapat diukur berkisar dari 0 – 25
mA. Untuk batas ukur (range) 500, kuat arus yang dapat diukur berkisar dari 0 – 500
mA.
2. Batas Ukur (Range) Tegangan (ACV-DCV) : terdiri dari angka; 10 – 50 – 250 – 500 –
1000 ACV/DCV. Batas ukur (range) 10, berarti tegangan maksimal yang dapat diukur
adalah 10 Volt. Batas ukur (range) 50, berarti tegangan maksimal yang dapat diukur
adalah 50 Volt, demikian seterusnya.
3. Batas Ukur (Range) Ohm : terdiri dari angka; x1, x10 dan kilo Ohm (kΩ). Untuk
batas ukur (range) x1, semua hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada papan
skala (pada satuan Ω). Untuk batas ukur (range) x10, semua hasil pengukuran dibaca
pada papan skala dan dikali dengan 10 (pada satuan Ω). Untuk batas ukur (range) kilo
Ohm (kΩ), semua hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada papan skala (pada
satuan kΩ), Untuk batas ukur (range) x10k (10kΩ), semua hasil pengukuran dibaca
pada papan skala dan dikali dengan 10kΩ.

E. Prosedur Penggunaan Multimeter

2
Sebelum digunakan pastikan multimeter tersebut dalam keadaan masih berfungsi dengan
mengecek baterai pada multimeter tersebut. Arahkan saklar pemilih pada posisi off. Lalu
pasang test pin positif dan negative. Sebelum melakukan pengukuran (tegangan DC,
tegangan AC, dan Arus DC), posisikan jarum skala pada angka nol (disebelah kiri). Jika
belum menunjuk angka nol, atur dengan pengatur jarum skala secara pelan-pelan agar tidak
rusak.

            Untuk pengukuran tahanan, arahkan saklar pemilih pada batas ukur Ohm meter
terlebih dahulu, lalu hubungkan test pin positif (+) dan test pin negative (-) hingga ujung test
pin saling bersentuhan, setelah itu atur jarum skala hingga menunjuk angka nol disebelah
kanan dengan menggunakan knop pengatur nol ohm. Perlu di ingat bahwa setiap batas ukur
Ohm meter, Jarum skala tidak selalu menunjuk ke angka nol, untuk itu perlu di set dengan
benar setelah mengganti batas ukur yang akan digunakan. Bila proses pengukuran sudah
selesai atau multimeter sedang tidak digunakan, maka jangan lupa mengatur saklar pemlih
pada posisi mati (off) agar baterai yang digunakan tidak cepat habis.

F. Cara Mengukur dan Membaca Skala pada Multimeter

Berikut ini cara menggunakan Multimeter untuk mengukur beberapa fungsi dasar Multimeter
seperti Volt Meter (mengukur tegangan), Ampere Meter (mengukur Arus listrik) dan Ohm Meter
(mengukur Resistansi atau Hambatan)

1. Cara Mengukur Tegangan DC (DC Voltage)

1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCV


2. Pilihlah skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin
mengukur 6 Volt, putar saklar selector ke 12 Volt (khusus Analog Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan untuk
memilih skala tegangan yang lebih tinggi untuk menghindari terjadi kerusakan pada
multimeter.
3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Probe Merah pada terminal
Positif (+) dan Probe Hitam ke terminal Negatif (-). Hati-hati agar jangan sampai
terbalik.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

2
 

2. Cara Mengukur Tegangan AC (AC Voltage)

1. Atur Posisi Saklar Selektor ke ACV


2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin mengukur
220 Volt, putar saklar selector ke 300 Volt (khusus Analog Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan untuk
memilih skala tegangan yang tertinggi untuk menghindari terjadi kerusakan pada
multimeter.
3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Untuk Tegangan AC, tidak
ada polaritas Negatif (-) dan Positif (+)
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

2
 3. Cara Mengukur Arus Listrik (Ampere)

1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCA


2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan arus yang akan diukur. Jika Arus yang akan
diukur adalah 100mA maka putarlah saklar selector ke 300mA (0.3A). Jika Arus yang
diukur melebihi skala yang dipilih, maka sekering (fuse) dalam Multimeter akan
putus. Kita harus menggantinya sebelum kita dapat memakainya lagi.
3. Putuskan Jalur catu daya (power supply) yang terhubung ke beban,
4. Kemudian hubungkan probe Multimeter ke terminal Jalur yang kita putuskan tersebut.
Probe Merah ke Output Tegangan Positif (+) dan Probe Hitam ke Input Tegangan (+)
Beban ataupun Rangkaian yang akan kita ukur. Untuk lebih jelas, silakan lihat gambar
berikut ini.
5. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

4. Cara Mengukur Resistor (Ohm)

1. Atur Posisi Saklar Selektor ke Ohm (Ω)


2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan Ohm yang akan diukur. Biasanya diawali ke tanda
“X” yang artinya adalah “Kali”. (khusus Multimeter Analog)
3. Hubungkan probe ke komponen Resistor, tidak ada polaritas, jadi boleh terbalik.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter. (Khusus untuk Analog Multimeter,
diperlukan pengalian dengan setting di langkah ke-2)

Cara Membaca Nilai Tegangan yang terukur :

2
1. Misalkan Nilai tegangan yang akan diukur adalah 15 VOLT DC (Belum kita ketahui
sebelumnya, itulah saya katakan Misalnya).
2. Kemudian Kita memposisikan saklar pemilih pada posisi DCV dan memilih skala
paling besar yang tertera yaitu 1000.  Nilai 1000 artinya Nilai tegangan yang akan diukur bisa
mencapai 1000Volt.
3. Saat memperhatikan Alat ukur maka Dalam Layar penunjuk jarum tidak terdapat
skala terbesar 1000 yang ada hanya 0-10, 0-50, dan 0-250.  Maka Untuk memudahkan
membaca perhatikan skala 0-10 saja.
4. Skala penunjukan 0-10 berarti saat jarum penunjuk tepat berada pada angka 10 artinya
nilai tegangan yang terukur adalah 1000 Volt, jika yang di tunjuk jarum adalah angka 5 maka
nilai tegangan sebenarnya yang terukur adalah 500 Volt, begitu seterusnya.
5. Kembali Pada Kasus no. 1 dimana nilai tegangan yang akan diukur adalah hanya 15
Volt sementara kita menempatkan saklar pemilih pada Posisi 1000, maka jarum pada alat
ukur hanya akan bergerak sedikit sekali sehingga sulit bagi kita untuk memperkirakan berapa
nilai tegangan sebenarnya yang terukur. Untuk itu Pindahkan Saklar Pemilih ke Nilai Skala
yang dapat membuat Jarum bergerak lebih banyak agar nilai pengukuran lebih akurat.
6. Misalkan kita menggeser saklar pemilih ke Posisi 10 pada skala DCV. Yang terjadi
adalah, jarum akan bergerak dengan cepat ke paling ujung kanan. Hal ini disebabkan nilai
tegangan yang akan di ukur LEBIH BESAR dari nilai Skala maksimal yang dipilih. Jika Hal
ini di biarkan terus menerus maka alat ukur DAPAT RUSAK, Jika jarum alat ukur bergerak
sangat cepat ke kanan, segera pisahkan alat ukur dari rangkaian dan ganti Skala SAKLAR
PEMILIH ke posisi yang lebih Besar. Saat saklar Pemilih diletakkan pada angka 10 maka
yang di perhatikan dalam layar penunjukan jarum adalah range skala 0-10, dan BUKAN 0-50
atau 0-250.

7. Telah saya jelaskan bahwa saat memilih skala 10 untuk mengukur nilai tegangan yang
lebih besar dari 10 maka nilai tegangan sebenarnya tidak akan terukur / diketahui. Solusinya
adalah Saklar Pemilih di posisikan pada skala yang lebih besar dari 10 yaitu 50. Saat memilih

2
Skala 50 pada skala tegangan DC (tertera DCV), maka dalam Layar Penunjukan Jarum yang
mesti di perhatikan adalah range skala 0-50 dan BUKAN lagi 0-10 ataupun 0-250.
8. Saat Saklar pemilih berada pada posisi 50 maka Jarum Penunjuk akan bergerak Tepat
di tengah antara Nilai 10 dan 20 pada range skala 0-50 yang artinya Nilai yang ditunjukkan
oleh alat ukur bernilai 15 Volt.
Perhatikan gambar berikut:

Nilai tegangan Terlihat Benar


9. Untuk mengetahui berapa nilai tegangan yang terukur dapat pula menggunakan
RUMUS:

Jadi misalnya, tegangan yang akan di ukur 15 Volt maka:


Tegangan Terukur             = (50 / 50) x 15
Nilai Tegangan Terukur      = 15

Berikut saya akan berikan Contoh agar kita lebih mudah dalam memahaminya:
Contoh I.
Saat melakukan pengukuran ternyata Jarum Alat Ukur berada pada posisi seperti yang terlihat
pada gambar:

2
Berapakah Nilai tegangan DCV yang terukur saat Saklar Pemilih berada pada Posisi:

1. 250
2. 10
3. 50
4. 1000
Jawab:

1. Skala saklar pemilih = 250


Skala terbesar yang dipilih = 250
Nilai yang ditunjuk jarum = 110 (perhatikan skala 0-250)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (250/250)x 110 = 110 Volt
2. Skala saklar pemilih = 10
Skala terbesar yang dipilih = 10
Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (10/10)x 4.4 = 4.4 Volt
3. Skala saklar pemilih = 50
Skala terbesar yang dipilih = 50
Nilai yang ditunjuk jarum = 22 (perhatikan skala 0-50)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (50/50)x 22 = 22 Volt
4. Skala saklar pemilih = 1000
Skala terbesar yang dipilih = 10
Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (1000/10)x 4.4 = 440 Volt

2
MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) AC

1. Untuk mengukur Nilai tegangan AC anda hanya perlu memperhatikan Posisi Sakelar
Pemilih berada pada SKALA TEGANGAN AC (Tertera ACV) dan kemudian
memperhatikan Baris skala yang berwarna Merah pada Layar Penunjuk Jarum.
2. Selebihnya sama dengan melakukan pengukuran Tegangan DC di atas.

MENGUKUR ARUS LISTRIK (Ampere) DC


Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:

1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).


2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0)
3. Lakukan Kalibrasi alat ukur
4. Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Arus DCA
5. Pilih SKALA PENGUKURAN yang diinginkan seperti 50 Mikro, 2.5m , 25m , atau
0.25A.
6. Pasangkan alat ukur SERI terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
7. Baca Alat ukur (Pembacaan Alat ukur sama dengan Pembacaan  Tegangan DC diatas)
MENGUKUR NILAI TAHANAN / RESISTANSI RESISTOR (OHM)
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:

1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).


2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut
anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol
Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100,
x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif
(merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan
Tombol pengatur Nol Ohm.
4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala OHM yang diinginkan
yaitu pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k, Maksud tanda x (kali /perkalian) disini adalah

2
setiap nilai yang terukur atau yang terbaca pada alat ukur nntinya akan di KALI kan dengan
nilai Skala OHM yang dipilih oleh saklar Pemilih.
5. Pasangkan alat ukur pada komponen yang akan di Ukur. (INGAT JANGAN
PASANG ALAT UKUR OHM SAAT KOMPONEN MASIH BERTEGANGAN)
6. Baca Alat ukur.

Cara membaca OHM METER

1. Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah
mudah.
2. Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum
Penunjuk dan kemudian mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih dengan
sakelar pemilih.
3. Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih
sebelumnya dengan sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 2000
ohm atau setara dengan 2 Kohm.
Misalkan pada gambar berikut terbaca nilai tahanan suatu Resistor:

Kemudian saklar pemilih menunjukkan perkalian skala yaitu x 10k maka nilai resistansi
tahanan / resistor tersebut adalah:
Nilai yang di tunjuk jarum   = 26
Skala pengali                     = 10 k
Maka nilai resitansinya        = 26 x 10 k = 260 k = 260.000 Ohm.

Anda mungkin juga menyukai