i
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Bagaimana cara mengunakan AVO meter / multimeter?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan tentang AVO meter / multimeter
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Avometer
1. Pengertian Avometer
2. Fungsi AVOmeter
1. Mengukur tegangan DC
2. Mengukur tegangan AC
3. Mengukur kuat arus DC
4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor
5. Mengecek hubung-singkat / koneksi
6. Mengecek transistor
7. Mengecek kapasitor elektrolit
8. Mengecek dioda, led dan dioda zener
9. Mengecek induktor
10. Mengukur HFE transistor (type tertentu)
11. Mengukur suhu (type tertentu)
3
1.1 Bagian dan Fungsi Avometer Analog
Dari gambar multimeter dapat dijelaskan bagian-bagian dan fungsinya :
1. Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk (Zero Adjust Screw), berfungsi
untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara memutar sekrupnya ke
kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.
2. Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero (Zero Ohm Adjust
Knob), berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol. Caranya :
saklar pemilih diputar pada posisi (Ohm), test lead + (merah dihubungkan ke test
lead – (hitam), kemudian tombol pengatur kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke
kanan sehingga menunjuk pada kedudukan 0 .
3. Saklar pemilih (Range Selector Switch), berfungsi untuk memilih posisi
pengukuran dan batas ukurannya. Multimeter biasanya terdiri dari empat posisi
pengukuran, yaitu :
ü Posisi (Ohm) berarti multimeter, berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri dari
tiga batas ukur : x 1; x 10; dan K
ü Posisi ACV (Volt AC) berarti multimeter, berfungsi sebagai voltmeter AC yang
terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
ü Posisi DCV (Volt DC) berarti multimeter,berfungsi sebagai voltmeter DC yang
terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
ü Posisi DCmA (miliampere DC) berarti multimeter
ü berfungsi sebagai mili amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur : 0,25;
25; dan 500.
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe multimeter yang satu dengan yang
lain batas ukurannya belum tentu sama.
4
4. Lubang kutub + (V A Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya test lead
kutub + yang berwarna merah.
5. Lubang kutub – (Common Terminal), Berfungsi sebagai tempat masuknya test
lead kutub – yang berwarna hitam.
6. Saklar pemilih polaritas (Polarity Selector Switch), berfungsi untuk memilih
polaritas DC atau AC.
7. Kotak meter (Meter Cover), berfungsi sebagai tempat komponen-komponen
multimeter.
8. Jarum penunjuk meter (Knife –edge Pointer), Berfungsi sebagai penunjuk
besaran yang diukur.
9. Skala (Scale), berfungsi sebagai skala pembacaan meter.
1.2 Cara Menggunakan Multimeter Analog :
1. Untuk memulai setiap pengukuran, hendaknya jarum menunjukkan angka nol
apabila kedua penjoloknya dihubungkan. Putarlah penala mekanik apabila
jarum belum tepat pada angka nol (0).
2. Putarlah sakelar pemilih ke arah besaran yang akan diukur, misalnya ke arah
DC mA apabila akan mengukur arus DC, ke arah AC V untuk mengukur
tegangan AC, dan ke arah DC V untuk mengukur tegangan DC.
3. Untuk mengukur tahanan (resistor), sakelar pemilih diarahkan ke sekala ohm
dan nolkan dahulu dengan menggabungkan probe positif dan negatif. Apabila
belum menunjukkan angka nol cocokkan dengan memutar ADJ Ohm.
4. Sambungkan penjolok warna merah ke jolok positif dan penjolok warna
hidam ke jolok negatif.
5. Untuk pengukuran besaran DC, jangan sampai terbalik kutub positif dan
negatifnya karena bisa menyebabkan alat ukurnya rusak.
1.3 Kelebihan dan Kelemahan Avometer Analog
Kelebihan :
▪ Sangat baik digunakan untuk pengukuran sinyal yang bersifat fluktuatif
dimana pada type digital sinyal fluktuatif sangat sulit untuk diukur.
▪ Untuk pengecekan kerusakan rangkaian, atau komponen lebih mudah.
▪ Harga relatif lebih murah (terjangkau).
▪ Bisa digunakan walaupun tanpa baterai.
Kelemahan :
▪ Menggunakan rumus tertentu untuk menghitung nilai yang ditunjuk jarum.
▪ Diperlukan ketelitian saat pembacaan alat ukur.
▪ Diperlukan kalibrasi penunjuk jarum.
▪ Rawan rusak di bagian spul atau penunjuk jarum.
5
karena bisa menampilkan angka di belakang koma. Umumnya terdapat
4 digit yang ditampilkan.
2.1 Bagian da fungsi avometer digital
Layar tampilan, berfungsi untuk menampilkan hasil pengukuran.
i. Saklar pemilih, berfungsi untuk menentukan posisi pengukuran
dan batas ukurnya.
Kelebihan :
▪ Pembacaan yang lebih akurat.
6
▪ Harga relatif lebih mahal.
▪ Penggunaan lebih mudah(praktis) artinya tidak perlu menghitung
nilai yang kita ukur, karena pada multimeter digital langsung
keluar hasil pengukuran.
▪ Umumnya sudah dilengkapi dengan auto polaritas sehingga tidak
masalah jika salah terminal probe (+) dan (-).
Kelemahan :
▪ Sulit digunakan untuk mengukur kerusakan komponen seperti elco,
transistor dan sebagainya.
▪ Diperlukan supply dari baterai sehingga jika baterai sudah habis
maka tidak bisa digunakan sama sekali atau bahkan angka
pengukuran yang ditampilkan menjadi tidak akurat.
1. Mengukur tegangan DC
7
3. Mengukur kuat arus DC
a. Atur Selektor pada posisi DCA.
b. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan
di cek, misal : arus yang di cek sekitar 100mA maka atur posisi
skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
c. Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu
diukur oleh multimeter karena jika melebihi batas maka fuse
(sekring) pada multimeter akan putus dan multimeter sementara
tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti dulu.
d. Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat pengukuran
tegangan DC dan AC, karena mengukur arus berarti kita memutus
salah satu hubungan catu daya ke beban yang akan dicek arusnya,
lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
e. Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu
daya dan probe (-) pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian
yang akan dicek pemakaian arusnya.
f. Baca hasil ukur pada multimeter.
4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)
a. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b. Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang
akan diukur.
c. Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya
hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali
sesuai batas ukur.
d. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor
boleh terbalik.
e. Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi
variabel resistor dan pastikan penunjukan jarum multimeter
berubah sesuai dengan putaran VR.
5. Mengecek hubung-singkat / koneksi
a. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b. Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu).
c. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung
kabel/terminal yang akan dicek koneksinya.
d. Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan
yang ditunjukkan maka semakin baik konektivitasnya.
8
e. Jika jarum multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel
atau terminal tersebut putus.
6. Mengecek transistor NPN
a. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
c. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada
kolektor .
d. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-
20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor
rusak putus B-C.
e. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada
basis dan probe (-) pada kolektor.
f. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus
B-C.
g. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada
emitor.
h. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-
20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor
rusak putus B-E.
i. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada
basis dan probe (-) pada emitor.
j. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus
B-E.
k. Hubungkan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada
kolektor.
l. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus
C-E.
pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+)
padakolektor tidak diperlukan.
7. Mengecek transistor PNP
a. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
9
c. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada
kolektor.
d. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-
20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor
rusak putus B-C.
e. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada
basis dan probe (+) pada kolektor.
f. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus
B-C.
g. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada
emitor.
h. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-
20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor
rusak putus B-E.
i. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada
basis dan probe (+) pada emitor.
j. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus
B-E.
k. Hubungkan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada
kolektor.
l. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus
C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-)
pada kolektor tidak diperlukan.
8. Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko)
a. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b. Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10
untuk untuk nilai elko diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko
10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah 10uF.
c. Hubungkan probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+)
pada kaki (-) elko.
d. Pastikan jarum multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu
(tergantung nilai elko) lalu kembali ke posisi semula.
e. Jika jarum bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor.
10
f. Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.
9. Cara Menggunakan Amperemeter Pada Multimeter
a. Pastikan terlebih dahulu arus apakah yang akan diukur. AC atau DC
b. Putar saklar pemilih pada posisi mA atau A DC untuk mengukur
arus DC dan mA atau A AC untuk mengukur arus AC
c. Hitung terlebih dahulu berapa nilai arus yang akan diukur. Jika
tidak bisa dihitung tentukan nilai kira-kira arus yang akan mengalir
melewati rangkaian tersebut
d. Letakkan saklar pemilih pada batas ukur yang terbesar jika nilai
arus yang akan diukur belum diketahui. Jika arus yang akan diukur
telah diketahui perkiraannya, letakkan saklar pemilih pada batas
ukur yang paling mendekati
e. Untuk mengukur arus AC kabel penghubung dapat dihubungkan
dengan sumber arus dan rangkaian atau beban secara bebas.
Mengukur arus DC kabel penghubung harus sesuai. Kabel
penghubung warna merah dihubungkan ke kutub positif sumber
arus, sedangkan warna hitam ke rangkaian.
f. Multimeter harus dipasang seri terhadap rangkaian yang diukur
g. Hubungkan kabel penghubung terhadap rangkaian yang akan
diukur
10. Pengukuran Resistansi Pada Multimeter
a. Putar saklar pemilih pada posisi Ohm. Selanjutnya putar saklar
pemilih sekaligus mementukan batas ukur yang dipakai. Untuk
mengetes kabel misalnya gunakan batas ukur x1. Untuk
mengukur resistor yang tidak diketahui nilainya gunakan batas
ukur yang paling besar. Jika nantinya setelah diukur jarum
penunjuk hanya bergerak sedikit ke kiri, maka saklar putar dapat
ke batas ukur yang lebih kecil lagi.
b. Hubung singkatkan kabel hitam dan merah pada multimeter. Atur
pengatur nol sehingga jarum penunjuk berada pada tepat nol
sebelah kanan skala
c. Hubungkan kabel hitam dan merah secara bebas ke komponen
yang akan ditest. Lihat skala apakah jarum bergerak atau tidak.
Jika skala perlu dibaca untuk mengetahui resistansi maka bacalah
skalalnya.
11. Menguji Kondensator dengan multimeter
a. Mula-mula saklar multimeter diputar ke atas. Tanda panah ke atas
tepatnya R x Ohm
11
b. Kalibrasi sampai jarum multimeter menunjukkan angka nol tepat
saat dua colok (+) dan colok (-) dihubungkan. Putar adjusment
untuk menyesuaikan.
c. Hubungkan colok (-) dengan kaki berkutub negatif kondensator,
sedangkan colok (+) dengan kaki positif kondensator. Lihat
jarum. Apabila bergerrak dan tidak kembali berarti komponen
tersebut masih baik. Jika bergerak dan kembali tetapi tidak seperti
posisi semula berarti komponen rusak. Dan apabila jarum tidak
bergerak sama sekali dipastikan putus.
12. Menguji Dioda dengan multimeter
Komponen ini memiliki sepasang kaki yang mana masing-masing
berkutub negatif dan positif. Oleh karena itu dalam menguji nanti
hendaknya dilakukan dengan benar dan cermat. Tujuan pengujian
alat ini adalah untuk mengetahui tingkat kerusakan akibat beberapa
hal . Pada dioda yang pernah dipakai dalam suatu rangkaian biasanya
disebabkan besarnya tekanan arus sehingga tidak mampu ditahan
dan diubah menjadi DC.
Cara pengujian:
a. Saklar diputar pada posisi Ohmmeter, 1x dan Kalibrasi.
b. Hubungkan colok (-) dengan kaki negatif (anoda) dan colok (+)
dengan kaki positif (katoda).
c. Kemudian pindahkan pencolok (-) pada kaki anoda dan colok (+)
pada kaki katoda. Bila jarum bergerak berarti dioda tersebut
rusak. Jika sebaliknya (tak bergerak) maka dioda dalam keadaan
baik.
13. Menguji Transformator
Transformator saat kita beli harus dan wajib untuk kita check
apakah masih baik dan berfungsi. Karena untuk trafo biasanya tidak
diberi garansi apabila rusak setelah dibeli. Hal ini dimungkinkan
adanya pemutusan hubungan di gulungan/lilitan sekunder atau
primer.
Langkah-langkah:
a. Putar multimeter saklar pada posisi Ohm 1x.Kalibrasi.
b. Hubungkan colok (-) dengan salah satu kaki di gulungan primer,
colok (+) pada kaki yang lain di gulungan primer. Bila jarum
bergerak maka trafo dalam keadaan baik.
c. Pada gulungan sekunder lakukan hal yang sama. Apabila jarum
multimeter bergerak-gerak maka trafo dalam keadaan baik.
Selisih nilai sama dengan selisih tegangan yang tertera pada trafo.
12
d. Letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu kaki di gulungan
primer kemudian colok yang lain ke gulungan sekunder. Apabila
jarum tidak bergerak maka trafo dalam keadaan baik,
menandakan tidak adanya korsleting gulungan primer dengan
sekunder dengan body trafo. Lakukan hal sebaliknya.
e. Langkah terakhir, letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu
kaki di gulungan primer atau sekunder kemudian colok yang lain
ke plat pengikat gulungan yang berada di tengah. Apabila jarum
tidak bergerak maka trafo dalam keadaan baik, menandakan tidak
adanya korsleting gulungan dengan body trafo.
B. Resistor
1. Pengertian Resistor
Secara umum bahan pembuat resistor adalah isolator yang memiliki besar
hambatan dengan nilai tertentu. Di bagian luar resistor terdapat cincin warna
sebagai indikator nilai resistansi yang terkandung didalamnya. Biasanya pada satu
resistor terdapat 4-5 cincin warna indikator. Tiga sampai empat cincin pertama
menunjukan besarnya nilai hambatan resistor, sedangkan cincin warna yang
terakhir menunjukan nilai toleransinya. Anda dapat memahami dari rumus hukum
ohm dibawah ini.
13
V=IR
keterangan:
V = Tegangan (Volt/V)
I = Arus (Ampere/A)
R = Resistansi atau Hambatan (Ohm/W)
Dengan menganggap R sebagai variable bebas yang nilainya berubah-ubah, dari rumus
tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa:
Jika V sebagai konstanta yang bernilai tetap, maka semakin besar nilai R resistor, arus I
yang mengalir melalui hambatan tersebut semakin kecil. Begitupun sebaiknya. Sehingga
dalam kasus ini resistor berfungsi sebagai penghambat arus.
Berdasarkan hukum ohm, Ketika suatu tegangan melewati hambatan maka akan terjadi
drop tegangan yang sebanding dengan besarnya resistansi hambatan tersebut. Hal ini
dibuktikan dengan adanya beda tegangan pada dua kutub resistor ketika disambungkan
ke power supply. Dengan konsep ini kita dapat menggunakan resistor sebagai
pembagi tegangan dengan menggunakan dua resistor yang dirangkai seri.
2. Fungsi Resistor
14
arus yang terukur pada multimeter akan menunjukan angka yang lebih rendah
jika dibandingkan rangkaian listrik tanpa resistor.
Namun meskipun misalnya kita menyusun rangkaian listrik tanpa resistor,
bukan berarti tidak ada hambatan listrik didalamnya. Karena setiap konduktor
pasti memiliki nilai hambatan, meskipun relatif kecil. Namun dalam
perhitungan matematis, biasanya kita abaikan nilai hambatan pada konduktor
tersebut, dan kita anggap konduktor dalam kondisi ideal. Itu berarti besar
resistansi konduktor adalah nol.
3. Jenis-jenis Resistor
Umumnya berbagai jenis pada resistor dibuat dari bahan dan sifat atau
karakteristik yang berbeda. Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam
memilih resitor pada suatu rancangan selain besar resistansi adalah besar
watt-nya. Akibat dari resistor yang bekerja dengan konsep dialiri arus listrik,
maka akan terjadi suatu kondisi yang disebut disipasi daya berupa panas
sebesar W=I2R Watt.
Semakin besar fisik atau ukuran dari suatu resistor maka hal ini akan
berbanding lurus dengan semakin besar kemampuan disipasi daya resistor
tersebut. Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt.
Resistor yang memiliki disipasi daya dari 5, 10 hingga 20 watt umumnya
memiliki bentuk fisik atau berbentuk kubik memanjang persegi empat yang
berwarna putih, meskipun juga terdapat bentuk lain seperti berbentuk
silinder. Tetapi umumnya untuk jenis resistor yang berukuran lebih besar
(jumbo) nilai resistansi dicetak langsung dibadannya sehingga dapat
terlihat, misalnya 100Ω 5W.
Resistor tetap merupakan jenis resistor yang nilainya sudah tertulis pada
badan resistor dengan menggunakan kode warna ataupun angka. Resistor ini
banyak digunakan sebagai penghambat arus listrik secara permanen. Untuk
jenis resistor tetap, salah satu cirinya yang dapat kalian ingat adalah nilai dari
resistansinya yang tidak dapat berubah karena dalam proses pembuatannya
15
telah ditentukan nilai tetap dari resistor tersebut.
Jenis Resistor komposisi karbon dibuat dari campuran karbon atau grafit
dengan bahan isolasi yang berfungsi untuk membungkusnya. Jenis
Resistor komposisi karbon merupakan resistor jenis rendah yang memiliki
induktansi yang rendah sehingga sangat ideal dipergunakan dalam
frekuensi tinggi tetapi umumnya resistor jenis ini cukup menganggu
karena menimbulkan noise dan kurang stabil ketika panas. Jenis Resistor
komposisi karbon merupakan jenis resistor yang tergolong murah
dipasaran dan umumnya dipergunakan dalam suatu rangkaian listrik.
Jenis Resistor Jenis Carbon Film ini terdiri dari filem tipis karbon yang
diendapkan atau dibungkus isolator yang dipotong berbentuk spiral.
Nilai resistansinya tergantung pada proporsi antara karbon dan isolator.
16
Pada prinsipnya semakin besar campuran bahan karbonnya yang
terdapat pada resistor maka semakin kecil nilai resistansi yang
didapatkan.
Nilai resistansi resistor film karbon yang umumnya terdapat di pasaran
berkisar diantara 1Ω hingga 10MΩ dengan nilai daya berkisar 1/6W
sampai 5W. Karena rendahnya kepekaan terhadap suhu, Carbon Film
Resistor dapat bekerja dengan baik di suhu yang berkisar antara -55°C
hingga 155°C.
Jenis Resistor jenis film metal memiliki kestabilan suhu yang lebih
baik dibanding film karbon, tidak mudah noise serta memiliki
frekuensi yang lebih baik atau diaplikasikan dalam frekuensi radio.
Metal Film Resistor adalah jenis Resistor yang dilapisi dengan Film
logam yang tipis ke Subtrat Keramik dan dipotong berbentuk spiral.
Nilai Resistansinya dipengaruhi oleh panjang, lebar dan ketebalan
spiral logam.
Resistor film oxide merupakan yang terbaik dalam mengalirkan arus
gelombang dengan suhu yang lebih tinggi dibanding resistor fim
metal.
17
Satu lagi tipe jenis resistor tetap yaitu resistor kawat, resistor
ini dibuat dengan cara melilitkan kawat kedalam keramik lalu
membungkusnya dengan bahan isolator. Bentuk fisik dari resistor
ini cukup bervariasi dan memiliki ukuran yang relatif besar.
Karena jenis resistor kawat umumnya memiliki besaran resistansi
yang tergolong tinggi dan tahan terhadap temperatur tinggi, resistor
ini hanya digunakan pada rangkaian power.
a. Potensiometer
18
Potensiometer merupakan jenis variable resistor yang paling sering
digunakan. Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai
resistansinya dapat berubah-ubah dengan cara memutar porosnya melalui
sebuah Tuas yang terdapat pada Potensiometer. Nilai Resistansi
Potensiometer biasanya tertulis di badan Potensiometer dalam bentuk kode
angka.
Pada umumnya, perubahan resistansi pada potensiometer terbagi menjadi
2, yakni linier dan logaritmik. Yang dimaksud dengan perubahan secara
linier adalah perubahan nilai resistansinya berbanding lurus dengan arah
putaran pengaturnya. Sedangkan, yang dimaksud dengan perubahan secara
logaritmik adalah perubahan nilai resistansinya yang didasarkan pada
perhitungan logaritmik.Untuk membedakan potensiometer linier dan
logaritmik cukup melihat kode huruf yang mana huruf A menandakan
potensiometer linier sedangkan huruf B menandakan potensiometer
logaritmik.
b. Rheostat
Rheostat merupakan jenis jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada
Tegangan dan Arus yang tinggi. Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif
dan pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan penyapu yang bergerak
pada bagian atas Toroid.
c. Preset Resistor (Trimpot)
19
juga dibagi menjadi 2, yakni linier dan logaritmik yang mana huruf A trimpot
linier dan huruf B trimpot logaritmik.
d. Thermistor (Thermal Resistor)
Thermistor adalah jenis resistor yang nilai resistansinya dapat berubah karena
dipengaruhi oleh suhu (Temperature). Thermistor merupakan Singkatan dari
“Thermal Resistor”. Terdapat dua jenis Thermistor yaitu Thermistor NTC
(Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive
Temperature Coefficient).
LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis Resistor yang nilai
Resistansinya dapat berubah karena dipengaruhi oleh intensitas Cahaya yang
diterimanya.
Menurut standar EIA-RS-279, kode warna yang ada pada resistor dibagi
kedalam tiga (3) jenis yakni :
Resistor dengan kode 4 warna.
Resistor dengan kode 5 warna.
Resistor dengan kode 6 warna.
Di Indonesia sendiri, terdapat dua jenis film pada resistor yang masing-
masing memiliki nilai toleransi yang berbeda, yakni :
20
Resistor dengan jenis film karbon : memiliki 4 warna dengan toleransi
kisaran 10%.
Resistor dengan jenis film metal : memiliki 5 warna dengan toleransi
kisaran 1% hingga 5%.
Keterangan :
Pita 1 menunjukkan nilai (angka) pertama dari resistansi.
Pita 2 menunjukkan nilai (angka) kedua dari nilai resistansi.
Pita 3 menunjukkan faktor pengali atau jumlah angka nol (0) yang
digabungan dengan pita 1 dan pita 2.
Pita 4 menunjukkan nilai toleransi resistor.
21
Contoh soal :
Bacalah nilai warna pada gambar dibawah ini :
Jawaban :
Pita 1 adalah coklat : nilai 1
Pita 2 adalah kuning : nilai 4
Pita 3 adalah merah : nilai 100
Pita 4 adalah emas : 5%
Jadi hasil yang kita dapat adalah 14 x 100 = 1400 Ohm dengan toleransi sebesar
5%.
Cara membaca nilai resistor 5 warna sebenarnya tidaklah jauh berbeda dengan
cara membaca nilai resistor 4 warna. Perbedaannya hanyalah pada nilai toleransi
yang lebih spesifik dan lebih rendah.
Keterangan :
Pita 1 menunjukkan nilai (angka) pertama dari resistansi.
Pita 2 menunjukkan nilai (angka) kedua dari resistansi.
Pita 3 menunjukkan nilai (angka) kedua dari resistansi.
Pita 4 menunjukkan faktor pengali atau jumlah angka nol (0) yang digabungan
pita 1, 2 dan 3.
Pita 5 menunjukkan nilai toleransi.
Untuk lebih jelasnya, lihatlah tabel nilai kode warna resistor jenis 5 warna
dibawah ini :
Pengali Toleransi
Warna Gelang 1 Gelang 2 Gelang 3
Gelang 4 Gelang 5
Hitam 0 0 0 -
Coklat 1 1 1 10 1%
Merah 2 2 2 100 2%
22
Orenge 3 3 3 1000
Kuning 4 4 4 10000
Hijau 5 5 5 100000 0.5%
Biru 6 6 6 1000000 0.25%
Ungu 7 7 7 10000000 0.10%
Abu – Abu 8 8 8 100000000 0.05%
Putih 9 9 9 1000000000
Emas - - - 0.1 5%
Perak - - - 0.01 10%
Contoh soal :
Bacalah nilai resistor seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :
Jawaban :
Pita 1 adalah biru : nilai 6
Pita 2 adalah ungu : nilai 7
Pita 3 adalah merah : nilai 2
Pita 4 adalah coklat : nilai 10
Pita 5 adalah merah : nilai toleransi 2%
Jadi, hasil yang kita dapatkan adalah 672 x 10 = 6720 Ohm dengan toleransi 2%.
Cara membaca nilai resistor 6 warna hampir sama dengan cara membaca nilai
resistor 5 warna. Perbedaannya hanyalah pada gelang pita ke-6 yang berfungsi
untuk menunjukkan koefisien suhu.
Keterangan :
Pita 1 menunjukkan nilai (angka) pertama dari resistansi.
23
Pita 2 menunjukkan nilai (angka) kedua dari resistansi.
Pita 3 menunjukkan nilai (angka) ketiga dari resistansi.
Pita 4 menunjukkan faktor pengali atau jumlah angka nol (0) yang digabungan
pita 1, 2 dan 3.
Pita 5 menunjukkan nilai toleransi.
Pita 6 menunjukkan koefisien suhu.
Untuk lebih jelasnya, lihatlah tabel kode warna resistor 6 warna pada gambar
dibawah ini :
Contoh soal :
Bacalah nilai resistor seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :
Jawaban :
Pita 1 adalah merah : nilai 2
Pita 2 adalah kuning : nilai 4
Pita 3 adalah hijau : nilai 5
Pita 4 adalah merah : nilai 100
Pita 5 adalah cokalt : nilai toleransi 1%
Pita 6 adalah orange : nilai koefisien suhu adalah 15ppm/°C
Sehingga nilai resistor tersebut adalah 245 x 100 = 24500 Ohm = 24,5 Kilo Ohm
dengan nilai toleransi sebesar 1% dan koefisien suhu sebesar 15ppm/°C
Dari penjelasan tentang cara menghitung nilai resistor dengan 4,5 dan 6 warna
24
dapat kita simpulkan cara cepat dan sederhana dalam pembacaannya yakni seperti
pada gambar dibawah ini :
DAFTAR PUSTAKA
25
Volino, Frisky. 2016. “Pengertian, Fungsi Multimeter Analog Dan Digital Beserta
Kelebihan Dan Kekurangannya” (online).
http://friskybule.blogspot.com/2016/04/pengertianfungsi-multimeter-
analog-dan.html. (diakses pada 11 Febuari 2019)
26