Anda di halaman 1dari 35

Alat Ukur Listrik

Untuk mengetahui besaran listrik DC maupun AC seperti tegangan, arus, resistansi, daya, faktor kerja,
dan frekuensi kita menggunakan alat ukur listrik.
Awalnya dipakai alat-alat ukur analog dengan penunjukan menggunakan jarum dan mem- baca dari
skala. Kini banyak dipakai alat ukur listrik digital yang praktis dan hasilnya tinggal membaca pada layar
display (Gambar 8.1).
Bahkan dalam satu alat ukur listrik dapat digunakan untuk mengukur beberapa besaran, misalnya
tegangan AC dan DC, arus listrik DC dan AC, resistansi kita menyebutnya Multim- eter. Untuk kebutuhan
praktis tetap dipakai alat ukur tunggal, misalnya untuk mengukur tegangan saja, atau daya listrik saja.
Sampai saat ini alat ukur analog masih tetap digunakan karena, ekonomis, dan praktis (Gambar 8.2).
Namun alat ukur digital makin luas dipakai, karena harganya makin terjangkau, praktis dalam pemakaian,
dan penunjukannya makin akurat dan presisi.

Gambar 8.1 Tampilan meter digital Gambar 8.2 Meter listrik analog

Ada beberapa istilah dan definisi pengukuran listrik yang harus dipahami, diantaranya
alat ukur, akurasi, presisi, kepekaan, resolusi, dan kesalahan.
a. Alat ukur, adalah perangkat untuk menentu kan nilai atau besaran dari kuantitas atau variabel.
b. Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variabel yang diukur.
c. Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau derajat untuk membedakan
satu pengukuran dengan lainnya.

d. Kepekaan, raSio atau perbandingan dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau
variabel yang diukur.
e. Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh alat ukur.
f. Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.
1.Sistem Pengukuran
Ada dua sistem pengukuran yaitu sistem analog dan sistem digital. Sistem analog berhubungan
dengan informasi dan data analog. Sinyal analog berbentuk fungsi kontinyu, misalnya penunjukan
temperatur dalam ditunjukkan oleh skala, penunjuk jarum pada skala meter, atau penunjukan skala
elektronik (Gambar 8.3a).
Sistem digital berhubungan dengan informasi dan data digital. Penunjukan angka digital berupa angka
diskret dan pulsa diskontinyu berhubungan dengan waktu. Penunjukan dis- play dari tegangan atau arus
dari meter digital berupa angka tanpa harus membaca dari skala meter. Sakelar pemindah frekuensi pada
pesawat HT juga merupakan angka digital dalam bentuk digital (Gambar 8.3b).

Gambar 8.3 Penunjukan meter analog dan meter digital

1.. Alat Ukur Listrik Analog

Gambar 8.4 Komponen alat ukur listrik analog


Alat ukur listrik analog merupakan alat ukur generasi awal dan sampai saat ini masih digunakan. Bagiannya
banyak komponen listrik dan mekanik yang saling berhubungan. Bagian listrik yang penting adalah, magnet
permanen, tahanan meter, dan kumparan putar. Bagian mekanik meliputi jarum penunjuk, skala dan sekrup
pengatur jarum penunjuk (Gambar 8.4).

Gambar 8.5 Dudukan poros jarum penunjuk

Mekanik pengatur jarum penunjuk merupakan dudukan poros kumparan putar yang diatur kekencangannya
(Gambar 8.5). Jika terlalu kencang jarum akan terhambat, jika terlalu kendor jarum akan mudah goncang.
Pengaturan jarum penunjuk sekaligus untuk memposisikan jarum pada skala nol meter.
Alat ukur analog memiliki komponen putar yang akan bereaksi begitu mendapat sinyal
listrik. Cara bereaksi jarum penunjuk ada yang menyimpang baru menunjukkan angka
pengukuran. Atau jarum penunjuk bergerak ke angka penunjukan perlahan-lahan tanpa ada
penyimpangan. Untuk itu digunakan peredam mekanik berupa pegas yang terpasang pada
poros jarum atau bilah sebagai penahan gerakan jarum berupa bilah dalam ruang udara
(Gambar 8.6). Pada meter dengan kelas industri baik dari jenis kumparan putar maupun jenis
besi putar seperti meter yang dipasang pada panel meter banyak dipakai peredam jenis
pegas.

Gambar 8.6 Pola penyimpangan jarum meter analog Gambar 8.7 Jenis skala meter analog
Bentuk skala memanjang saat kini jarang ditemukan. Bentuk skala melingkar dan skala
kuadran banyak dipakai untuk alat ukur voltmeter dan ampermeter pada panel meter
(Gambar 8.7).

Multimeter analog salah satu alat ukur yg dipakai untuk pekerjaan kelistrikan dan
bidang elektronika
Multimeter memiliki tiga fungsi pengukuran, yaitu
1. Voltmeter untuk tegangan AC dengan batas ukur
0-500 V, pengukuran tegangan DC dengan batas ukur 0-0,5 V dan 0-500 V.
2. Ampermeter untuk arus listrik DC dengan batas ukur 0-50 µA dan 0-15 A, pengukuran
arus listrik AC 0-15 A.
3. Ohmmeter dengan batas ukur dari 1-1M.
Bagian-bagian AVO meter ANALOG seperti ditunjukkan gambar di
bawah.

Dari gambar AVO meter dapat dijelaskan bagian-bagian dan


fungsinya :
1. Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk (Zero Adjust
Screw), berfungsi untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk
dengan cara memutar sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan
menggunakan obeng pipih kecil.
2. Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero (Zero
Ohm Adjust Knob), berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk
pada posisi nol. Caranya : saklar pemilih diputar pada posisi
(Ohm), test lead + (merah dihubungkan ke test lead –
(hitam), kemudian tombol pengatur kedudukan 0 diputar ke kiri
atau ke kanan sehingga menunjuk pada kedudukan 0 .
3. Saklar pemilih (Range Selector Switch), berfungsi untuk
memilih posisi pengukuran dan batas ukurannya. AVO meter
biasanya terdiri dari empat posisi pengukuran, yaitu :
a. Posis(Ohm) berarti AVO Meter berfungsi sebagai ohmmeter,
yang terdiri dari tiga batas ukur : x 1; x 10; dan K .
b. Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO Meter berfungsi sebagai
voltmeter AC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50;250;
500; dan 1000.
c. Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai
voltmeter DC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50;
250; 500; dan 1000.
d.Posisi DCmA (miliampere DC) berarti AVO meter berfungsi
sebagai mili amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas
ukur : 0,25; 25; dan 500.
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe AVO meter yang
satu dengan yang lain batas ukurannya belum tentu sama.
4. Lubang kutub + (V A Terminal), berfungsi sebagai tempat
masuknya test lead kutub + yang berwarna merah.

5. Lubang kutub – (Common Terminal), berfungsi sebagai


tempat masuknya test lead kutub - yang berwarna hitam.
6. Saklar pemilih polaritas (Polarity Selector Switch), berfungsi
untuk memilih polaritas DC atau AC.
7. Kotak meter (Meter Cover), berfungsi sebagaitempat
komponen-komponen AVO meter.
6. Jarum penunjuk meter (Knife –edge Pointer), berfungsi
sebagai penunjuk besaran yang diukur.
7. Skala (Scale), berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

PENGUKURAN TEGANAN LIST

2.. Alat Ukur Digital


Alat ukur digital banyak dipakai dengan berbagai kelebihannya, murah,
mudah dioperaikan, dan praktis.
Multimeter digital mampu menampilkan beberapa pengukuran untuk arus miliamper,
temperatur °C, tegangan milivolt, resistansi ohm, frekuensi Hz, daya listrik mW sampai
kapasitansi nF (Gambar 8.9).
Gambar 8.9 Tampilan penunjukan digital

Pad a dasa rny a data / info rmas i yang aka n diu kur be rsifa t ana log. Blo k diagram alat
ukur digital terdiri dari komponen sensor, penguat sinyal analog, analog to digital converter,
mikroprosesor, alat cetak, dan display digital (Gambar 8.10).

Gambar 8.10 Prinsip kerja alat ukur digital

Sen sor menguba h besara n listri k dan non elektri k menjadi tegangan, karena tegangan
masih dalam orde mV perlu diperkuat oleh penguat input.

Sinyal input analog yang sudah diperkuat, dari sinyal analog diubah menjadi sinyal digi- tal dengan
(ADC) analog to digital akan diolah oleh perangkat PC atau mikroprosessor dengan program
tertentu dan hasil pengolahan disimpan dalam sistem memori digital. Informasi digi- tal ditampilkan
dalam display atau dihubungkan dicetak dengan mesin cetak.

Display digital akan menampilkan angka diskrit dari 0 sampai angka 9 ada tiga jenis, yaitu 7-
segmen, 14-segmen dan dot matrik 5 x 7 (Gambar 8.11). Sinyal digital terdiri atas 0
dan 1, ketika sinyal 0 tidak bertegangan atau OFF, ketika sinyal 1 bertegangan atau ON.
Gambar 8.11 Tiga jenis display digital

Gbr 8.12 multimeter digital AC dan dc

Sebuah multimeter digital, terdiri dari tiga jenis alat ukur sekaligus, yaitu mengukur
tegangan, arus, dan tahanan. Mampu untuk mengukur besaran listrik DC maupun AC
(Gambar 8.12).
Sakelar pemilih mode digunakan untuk pemilihan jenis pengukuran tegangan AC/DC,
pengukuran arus AC/DC, pengukuran tahanan, pengukuran diode, dan pengukuran
kapasitor.
Terminal kabel untuk tegangan dengan arus berbeda. Terminal untuk pengukuran arus
kecil 300 mA dengan arus sampai 10 A dibedakan.

jnis alat ukur listrik

1.

3. KWH Meter

KWH meter adalah alat pengukur energi listrik yang mengukur secara
langsung hasil kali tegangan, arus, faktor kerja, selama jangka waktu tertentu .
KWH biasanya digunakan untuk mengukur daya listrik. Pemakaian energi
listrik di industri maupun rumah tangga menggunakan satuan kilo watt hour
(KWH). Alat yang digunakan untuk mengukur energi pada industri dan rumah tangga
dikenal dengan watt hour meters. KWH ada dua jenis yaitu: KWH meter analog dan
KWH meter digital.

a.KWH Meter Analog

KWH meter analog adalah KWH meter yang sistem pengoperasiannya


untuk mengukur daya listrik dengan sistem pembacaan angka yang tertera pada
KWH. KWH meter ini biasanya dipakai pada tarif listrik reguler. Besar tagihan
listrik berdasarkan pada angka-angka yang tertera pada KWH meter setiap
bulannya. Bagian-bagian sebuah KWH meter adalah kumparan tegangan,
kumparan arus, sebuah piringan aluminium, sebuah magnet tetap yang tugasnya
menetralkan piringan alumunium dari induksi medan magnet dan gear mekanik
yang mencatat jumlah perputaran piringan alumunium. Alat ini bekerja
menggunakan metode induksi medan magnet yang dibangkitkan oleh arus yang
mengalir melalui kumparan arus dan medan magnet akan menggerakan counter
digit sebagai tampilan jumlah KWH-nya.Berikut contoh gambar KWH meter
analog seperti gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1 KWH Meter Analog

Kontruksi dari KWH meter analog dapat digambarkan pada gambar 2.2 di
bawah ini.

Gambar 2.2 Kontruksi KWH Meter


Keterangan gambar ;
a. Kumparan Tegangan b. Kumparan Arus
c. Piringan Alumunium d. Magnet Permanen
e. Terminal Klemp f. Dari Sumber
g. Ke beban

1. Piringan KWH Meter ditempatkan dengan dua buah bantalan (atas dan bawah)
yang digunakan agar piringan KWH meter dapat berputar dengan mendapat
gesekan sekecil mungkin.
2. Rem magnet terbuat dari magnit permanen, mempunyai satu pasang kutub
(utara dan selatan) yang gunanya mengatasi akibat adanya gaya berat dari
piringan KWH meter dan menghilang/mengerem ayunan perputaran piringan
serta alat kalibrasi semua batas arus.
3. Roda gigi dan alat pencatat (register), sebagai transmisi perputaran piringan,
sehingga alat pencatat merasakan adanya perputaran untuk mencatat jumlah
energi yang diukur oleh KWH meter tersebut dan mempunyai satuan ,
puluhan, ratusan, ribuan dan puluh ribuan.
4. Kumparan tegangan terdiri atas KWH meter 1 phasa sebanyak 1 set, KWH
meter 3 phasa 3 kawat sebanyak 2 set dan KWH meter 3 phasa 4 kawat
sebanyak 3 set.
5. Kumparan arus sama jumlah setnya dengan kumparan tegangan. Pada
kumparan arus dilengkapi dengan kawat tahanan atau lempengan besi yang
berfungsi sebagai pengatur cosinus phi (faktor kerja).
6. Magnit permanen berfungsi sebagai pengereman dan memberikan perlawanan
putaran ikutan dari piringan alumunium.
7. Register/ Pencatat sebagai pencatat atau penghitung jumlah energi terpakai
ditempat pelanggan. (Modul PT PLN Unit Pendidikan dan Pelatihan Pandaan)

Prinsip Kerja KWH Meter Analog

Meter dihubungkan ke daya satu fasa, maka piringan mendapat torsi yang
membuatnya berputar seperti motor dengan tingkat kepresisian yang tinggi.
Semakin besar daya yang terpakai, mengakibatkan kecepatan piringan semakin
besar, demikian pula sebaliknya. Pada piringan KWH meter terdapat suatu garis
penanda (biasanya berwarna hitam atau merah).
Garis ini berfungsi sebagai indikator putaran piringan. Satu KWH
biasanya setara dengan 900 putaran (ada juga 450 putaran tiap KWH). Saat beban
banyak memakai daya listrik, maka putaran piringan KWH ini akan sema
cepat. Hal ini tampak dari cepatnya garis penanda ini melintas. Sensor infrared dan
photodiode dipakai untuk mendeteksi lewatnya garis penanda ini, sehingga
mikrokontroler dapat menghitung jumlah putaran piringan KWH meter. Gambar
2.3dibawah ini menunjukkan cara kerja dari sebuah KWH meter.
A B

Keterangan gambar A.
Cp = Inti besi kumparan tegangan
Cc = Inti besi kumparan arus
Wp = Kumparan tegangan
Wc = Kumparan arus
D = Kepingan roda Aluminium
J = Roda-roda pencatat ( register )
M = Magnet permanen sebagai pengerem keping aluminium saat beban kosong
S = Kumparan penyesuai beda fase arus dan tegangan

Gambar 2.3 Cara Kerja KWH Meter Analog


A. Prinsip suatu meter penunjukenergi listrik arus B-B (jenis induksi ).
B. Arus-arus eddy pada suatu piring

KWH meter bekerja sebagai pengukur energi listrik yang mengukur secara
langsung hasil kali tegangan, arus factor kerja, kali waktu tertentu (U I Cos φ t) yang
bekerja padanya selama jangka waktu tertentu tersebut. Hal ini berdasarkan bekerjanya

induksi megnetis oleh medan magnit yang dibangkitkan oleh arus melalui kumparan arus
terhadap disc (piringan putar) KWH meter, dimana induksi megnetis ini berpotongan
dengan induksi mgnetis yang dibangkitkan oleh arus melewati kumparan tegangan
terhadap piringan putar yang sama.
Koppel putar dapat dibangkitkan terhadap piringan putar karena induksi
magnetis kedua medan magnit tersebut diatas bergeser fasa sebesar 90 derajat satu
terhadap lainnya (azas Ferrari). Hal ini dimungkinkan dengan konstruksi
kumparan tegangan dibuat dalam jumlah besar gulungan sehingga dapat dianggap
induktansimurni.

b. KWH Meter Digital

KWH meter digital yaitu KWH yang dirancang dengan menggunakan


KWH elektronik.KWH meter elektronik termasuk dalam KWH meter statik yang
menggunakan komponen elektronik sebagai pemproses utama. Komponen
elektronik mendeteksi tegangan dan arus sesaat dan diproses untuk menghasilkan
pulsa yang mempunyai frekuensi sebanding dengan energi yang diukur (KWH).
Sistem pembayaran atau pengisian listriknya adalah dengan menggunakan chip
card. Chip card adalah suatu jenis kartu pembayaran yang semakin populer
seiring dengan kemajuan teknologi mikroelektronika serta semakin meningkatnya
tuntutan masyarakat terhadap alat pembayaran yang praktis. Kehadiran chip card
tidak dapat dihindari dimana penggunaannya semakin luas. Salah satu
kemungkinan aplikasi chip card adalah sebagai alat bayar konsumsi energi listrik.
Salah satu contoh pada KWH meter merek Actaris ACE9000 IBS
komponen-komponen bagian paling luar dari KWH meter prabayar ini sangat
mudah dikenali dan secara signifikan bisa membedakan antara satu tipe dengan tipe
yang lainnya. Fitur standar dapat dilihat pada gambar 2.6dibawah ini.

Keterangan
1. Label Informasi : Informasi umum untuk mengetahui nomor meter, daya
maksimal,
2. Indikator LED Rate, 1000 pulsa/KWH: Informasi untuk mengetahui ketika
pulsa hampir habis,
3. Indikator Contactor ON/OFF : Informasi untuk mengetahui status light,
4. Segel Metrologi : Informasi untuk mengetahui segel tera dan segel metrology,
5. LCD 7 segment untuk 8 karakter : Informasi untuk pengisian TOKEN,
6. Keypad dengan lapis karet.

Gambar 2.6 KWH Meter Prabayar merk Actaris type ACE9000 IBS
(Sumber. PT. PLN (Persero) 2013)

Prinsip Kerja KWH Meter Digital

Listrik dari PLN yang akan dialirkan ke rumah tangga (beban), terlebih
dahulu dialirkan melalui MCB yang berfungsi sebagai pembatas arus sekaligus
pengaman bila terjadi short circuit. Kemudian dialirkan juga ke dalam KWHmeter
yang berfungsi untuk menghitung daya yang terpakai. Sistem prabayar ini tetap
mempergunakan KWH meter yang sudah ada dengan sedikit modifikasi untuk
memasang sensor dan unit sistem. Hal ini bertujuan untuk lebih mendayagunakan
peralatan KWH meter yang sudah ada. Berikut alat-alat pada sistem KWH meter
digital diantaranya: KWH meter, mikrokontroler, LCD, keypad, RTC, EEPROM,
downloader usbasp. Blok diagram sistem KWH meter digital dapat dilihat pada
gambar 2.7 di bawah ini.
PLN
Tombol Display
isi LED

MCB
Power
MIKROKONTROLER MEMORI
Supply
RELAY
KARTU
SENSOR
CHIP
KWH

BEBAN

Gambar 2.7 Blok Diagram Sistem KWH Meter Prabayar


(Sumber. http://www.eepisits.edu/uploadta/search.php diakses 01 - 4- 2013)

KWH meter digital termasuk dalam KWH meter statik yang menggunakan
komponen elektronik sebagai pemroses utama. Komponen elektronik mendeteksi
tegangan dan arus sesaat diproses untuk menghasilkan pulsa yang mempunyai

frekuensi sebanding dengan energi yang diukur (KWH). KWH meter digital ini
mempunyai empat bagian utama yaitu :
1. Bagian sensor tegangan dan arus
2. Bagian pemproses
3. Bagian pengali
4. Bagian tampilan/display

Cara kerja KWH meter digital secara umum terdiri dari 3 tahap, yaitu :

1. Mendeteksi tegangan dan arus sesaat.


2. Mengalikan kedua besaran (tegangan dan arus) untuk memperoleh daya sesaat.
3. Mengintegrasikan/mengakumulasi hasil perkalian tegangan dan arus pada butir
2 di atas. Berikut gambar blok aliran sistem prabayar dapat dilihat pada
gambar2.8berikut.
Arus
ADE7757
Tegangan Mikrokontroler

Relay

Gambar 2.8 Blok Aliran Sistem Prabayar


(Sumber. http://www.eepisits.edu/uploadta/search.php diakses 01 - 4- 2013)

Bagian pengali adalah bagian alat ukur yang mengintegrasikan besaran


tegangan dan besaran arus. Rangakaian sensor digital berfungsi untuk membaca
tegangan dan arus listrik PLN yang digunakan oleh rumah tangga. Pada KWH

digital ini menggunakan sensor digital ADE7757. Fungsi IC ini mengubah input
analog menjadi digital. Input IC ini berupa tegangan dan arus. Akan tetapi IC ini
tidak dapat menerima masukan arus dan tegangan yang besar. Maka dirancang
sebuah desain input tidak terlalu besar.

4. Osiloskop
Osilosko p terma suk a lat ukur e lekt ron ik , d igunaka n untuk meliha t bentu k
ge lombang , menganalisis gelombang, Dengan osiloskop dapat melihat amplitudo tegangan
dan gelombang kotak, oleh karena itu harga rata-rata, puncak, RMS (root mean square),
maupun harga puncak kepuncak atau Vp-p dari tegangan dapat kita
ukur. Selain itu, juga hubungan antara frekuensi dan
pha sa anta r a dua ge lomban g juga dapa t d ibandingka n . Ad a dua jen is osilo skop ,
ya it u osiloskop analog dan osiloskop digital.
Osiloskop dapat digunakan untuk
mengamati tingkah tegangan bolak balik.
Dengan cara-cara sederhana piranti itu
akan dapat cepat mengukur empat
karakteristik
1. harga puncak-puncak
2. waktu perioda
3. bentuk gelombang fasa
4. selisih fasa dengan gelombang lain

Disamping itu masih banyak kegunaan lain yang sangat luas, misalnya dapat
berguna sebagai:
alat ukur volt (DC)
alat ukur cacat
alat ukur frekuensi alat
ukur fasa

Kekurangan osiloskop adalah alat ini tidak dapat dipakai dalam pekerjaan
pengukuran sangat cermat. Untuk mengukur amplitudo, dengan memakai alat ukur volt
akan lebih cermat; untuk mengukur waktu perioda akan lebih cermat memakai alat
ukur( atau pencacah) frekuensi.

Konstanta waktu masukan osiloskop (pengarah saklar AC-DC)ini berguna


untuk mengukur tegangan bolak-balik dan searah. Namun perlu diperhatikan bila
saklar AC-DC kita taruh pada AC maka akan terdapat cacat bentuk gelombang, hal ini
terjadi karena kemungkinan besar ada kondensator 0,1uF berderet dalam jalan masuk

PENGUKURAN AC
Dalam pengukuran AC sama seperti yang sudah dipelajari pada mata kuliah
RL I, dimana harus mengetahui dasar pengukuran pada osiloskop.
Berikut penjelasan singkat mengenai osiloskop :
1

Panel osiloskop

Tombol-tombol yang terdapat di panel osiloskop antara lain :

Focus : Digunakan untuk mengatur fokus


Intensity : Untuk mengatur kecerahan garis yang ditampilkan di layar
Trace rotation
: Mengatur kemiringan garis sumbu Y=0 di layar
Volt/div : Mengatur berapa nilai tegangan yang diwakili oleh satu div di layar
Time/div : Mengatur berapa nilai waktu yang diwakili oleh satu div di layar
Position : Untuk mengatur posisi normal sumbu X (ketika sinyal masukannya
nol) AC/DC : Mengatur fungsi kapasitor kopling di terminal masukan osiloskop.
Jika
tombol pada posisi AC maka pada terminal masukan diberi kapasitor
kopling sehingga hanya melewatkan komponen AC dari sinyal
masukan. Namun jika tombol diletakkan pada posisi DC maka sinyal
akan terukur
dengan komponen DC-nya dikutsertakan.
Ground : Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layar.
Channel : Memilih saluran / kanal yang digunakan chanel 1 atau 2
X-Y : Memposisikan masukan sebagai sumbu X dan Y

PENGUKURAN DC

 TEGANGAN
Pengukuran agak sedikit berbeda, karena arus searah(DC) bila ditampilkan
dalam osiloskop hanya berbentuk garis lurus sehingga kita harus mengetahui
dimana letak yang tegangannya 0 volt. Dengan perubahan skala ketinggian
vertikal dikali dengan kepekaan maka akan didapat nilai tegangannya.

Taruh saklar AC-DC pada posisi DC


Atur kepekaan pada 1V/div
Hubungkan jalan masuk osiloskop ke bumi (ground) sehingga
dapat mengetahui posisi 0 volt berupa garis lurus.

Posisi 0 volt

Setelah mengetahui posisi 0 voltnya, lalu hubungkan osiloskop ke sumber


DC, maka akan didapat:

Posisi 3 volt DC

Posisi 0 volt

 ARUS
Perlu diingat bahwa osiloskop hanya dapat megukur tegangan, namun ada
kalanya kita ingin mengukur arus, untuk itu kita deretkan pelawan kecil didalam
rangkaian. Pelawan ini kita namai pelawan ukur(Ru). Harganya kurang lebih 5%
dari hambatan total atau sering dipakai 100 Ω. Hal ini berguna agar terjadi
penyimpangan yang terlalu besar.

Perhitungan Kesalahan alat ukur:


Arus sebenarnya = 5 mA
Bila menggunakan perlawanan ukur =
5 / ( 1k Ω + 100 Ω) = 4,54 mA

Kesalahan ukur = 4,54 mA – 5mA = - 0,46 mA

Kesalahan dalam % = -0,46 / 5 x 100 % = -9,2%

Tanda minus berarti penyimpangan pada alat ukur


Dari hasil keluaran di osiloskop hanya tegangan , maka kita harus
membagi dengan nilai perlawanan ukur sehingga akan didapat arus yang lewat pada
rangkaian.

 HARGA EFEKTIF
Pengukuran tegangan menggunakan multimeter, maka tampilan nilai
tegangan pada multimeter dapat dianggap menunjukkan nilai tegangan yang
sebenarnya. Tapi tidak halnya untuk sumber tegangan AC. Karena seperti di
ketahui bahwa tegangan AC merupakan tegangan dengan fungsi dari waktu.. Oleh
karena itu dikenal istilah tegangan maksimum dan tegangan efektif yang dirangkai
dengan persamaan :

2
Veff Vmaks Vmaks
2 2

Pada pengukuran osiloskop yang digunakan adalah harga maksimum, selain itu
bila osiloskop yang kita gunakan menghasilkan sinyal sinus dimana tegangan
yang dihasilkan

Vpp(volt peak to peak) = 2 x V maks

Vpp

Kegunaan osilator seperti gambar disamping


merupakan pembangkit sinus dan sinyal kotak yang
dilengkapi dengan frekuensi variabel yang dapat diubah-ubah.
Osilator meruipakan alat pembangkit secara umum, dimana
gambar disamping hanyalah salah satu contoh yang dapat
diambil dan masih banyak contoh lain yang dapat
membangkitkan sinyal kotak, segitiga dll.

Kekurangan pada osilator tipe ini adalah tampilan


pengubah frekuensi masih analog sehingga untuk menentukan
nilai yang akurat sangat sulit.
4. Osiloskop
Osilosko p terma suk a lat ukur e lekt ron ik ,
d igunaka n untuk meliha t bentu k gelo mbang ,
menganalisis gelombang, dan fenomena lain dalam
rangkaian elektronika ( Gambar 8.31 ). Dengan
osiloskop dapat melihat amplitudo tegangan dan
gelombang kotak, oleh karena itu harga rata-rata,
puncak, RMS (root mean square), maupun harga Gambar 8.30 Bentuk fisik osiloskop
puncak kepuncak atau Vp-p dari tegangan dapat kita
ukur. Selain itu, juga hubungan antara frekuensi dan
pha sa anta r a dua ge lomban g juga dapa t
d ibandingka n . Ada dua jeni s osilo skop , yaitu
osiloskop analog dan osiloskop digital.
Data Teknik Osiloskop
• Arah Vertikal
Menampilkan Kanal-1 (K-1) atau Kanal-2 (K-2), Kanal-1 dan Kanal-2 AC atau chop
Menjumlah atau Mengurangkan nilai Kanal-1 dan Kanal-2
Tampilan X-Y : Melalui K-1 dan K-2 (K-2 dapat dibalik/
diinvers) Lebar-Pita : 2 x 0 . . . . 40 MHz (-3dB)
Kenaikan waktu : 7 ns, simpangan: < 1%
Koefisien : di set 1 mV/cm . . . 20V/cm ± 3%
Impedansi Input : 1 M II 20 pF
Kopel Input : DC-AC-GND (Ground)
Tegangan Input maks. : 400 V

• Arah Horisontal:
Koefisien waktu: 21 × 0,5 s sampai 100 ns/cm ± 3% (1-2-5 bagian),
Lebar-pita penguat-X: 0……2,5 MHz (-3dB)
• Pembeda
Ukuran layar : 8 × 10 cm, raster dalam
Tegangan akselarasi : 2000 V
Kalibrator : generator kotak 1 kHz atau 1 MHz
Output : 0,2 V ± 1%

a. Osiloskop Analog
Blok diagram dasar osiloskop yang terdiri dari
pemancar elektron (Electron Beam), pembelok vertikal
(Penguat-Y), pembelok horizontal (penguat-X), generator
basis waktu (Sweep Generator), catu daya, dan tabung
hampa (CRT) lihat Gambar 8.32.

Gambar 8.31 Blok diagram sistem osiloskop

Pemancar Elektron:
Merupakan bagian terpenting sebuah
osiloskop. Katode di dalam CRT (Cathode Ray
Tube) akan mengemisikan elektron-elektron ke
layar CRT melalui elektrode-elektrode pemfokus
intensitas pancaran elektron ditentukan oleh
banyaknya elektron yang diemisikan oleh katode
Gambar 8.33.

Gambar 8.32 Pancaran elektron ke layar


pendar CRT
Bahan yang memantulkan cahaya pada layar CRT dapat diperoleh dari sulfid, oksid
atau silikat dari kadmium, yang diaktifkan melalui bahan tambahan dari perak, emas atau
tembaga. Pada umumnya dipilih warna hijau untuk tampilan cahaya pada layar CRT,
karena mata manusia pada umumnya peka terhadap warna ini.

Penguat Vertikal:
Penguat ini dapat memberikan tegangan hingga 100 V. Penguat ini harus dapat
menguatkan tegangan DC maupun AC dengan penguatan yang sama. Pengukuran sinyal
dapat diatur melalui tombol POS (position).

Input-Y (Vert. Input):


Bagian ini terhubung dengan tombol
pembagi tegangan , untuk membagi
tegangan yang akan diukur, dengan
perbandingan 10 : 1 atau 100 : 1.
(Gambar
8.34). Tombol ini harus dibantu dengan
sinyal kotak untuk kompensasi.

Penguat Horisontal:
Penguat ini memiliki dua input, satu dari sweep generator, menghasilkan trace
(sapuan) horizontal lewat CRT dan input yang lain menguatkan sinyal eksternal dan
ditampilkan pada CRT hanya pada sumbu horizontal.
Skala pada sumbu Horisontal CRT Osiloskop, digunakan untuk mengukur waktu (periode)
dari sinyal yang diukur, misalnya 2 ms/ divisi.

Generator-Waktu
Generator waktu menghasilkan sinyal gigi
gergaji, yang frekuensinya dapat diatur, dengan
cara mengatur periodenya melalui tombol TIME
BASE. CRT akan menampilkan sinyal yang
diukur (sinyal input) hanya jika periode sinyal
tersebut persis sama dengan periode sinyal gigi
gergaji ini atau merupakan kelipatan periodenya.

Triggering dan bias waktu


Sinyal gigi gergaji akan mulai muncul jika
ada sinyal trigger (Gambar 8.35). Pada saat
sinyal input melewati level trigger, maka sinyal
gigi gergaji mulai muncul.

Gambar 8.34 Trigering memunculkan


sinyal gigi gergaji
Catu Daya
Kinerja catu daya ini sangat mempengaruhi kinerja bagian lainnya di dalam osiloskop.
Catu daya yang tidak terregulasi dengan baik akan menyebabkan kesalahan pengukuran
dan tampilan yang tidak baik pada CRT (fokus, kecerahan/ brightness, sensitifitas, dan
sebagainya).

Osiloskop Dua Kanal


Seringkali orang perlu melakukan pengukuran dua sinyal AC yang berbeda dalam
waktu yang sama. Misalnya kanal-1 mengukur sinyal input dan kanal-2 mengukur sinyal
output secara bersamaan, maka osiloskop dua kanal mampu menampilkan dua sinyal
dalam waktu
bersamaan dalam satu layar.

Gambar 8.35 Blok diagram Osiloskop dua kanal

Blok diagram osiloskop dua kanal Gambar 8.36 mempunyai sebuah sistem
pembangkit sinar (electron gun). Dua sinyal input dapat dimasukkan melalui kanal-1 dan
kanal-2 (masing- masing penguat-Y). Pengaktifan kedua penguat-Y tersebut dipilih secara
elektronik, melalui frekuensi yang berbeda untuk tiap kanal. Kedua sinyal input tersebut
akan masuk melalui satu elektron-gun secara bergantian lalu ditampilkan pada CRT.
Jika sinyal input mempunyai frekuensi rendah, maka sakelar elektronik akan
mengaturnya pada frekuensi tinggi. Sebaliknya, jika input sinyal mempunyai frekuensi
tinggi, maka sakelar elektronik akan mengaturnya pada frekuensi yang lebih rendah.
Tampilan sapuan ganda (dual-trace) dari electron beam tunggal dapat dilakukan
dengan
2 cara, yaitu chop time sharing dan alternate time sharing. Pemilihan kanal dilakukan oleh
multivibrator yang akan mengoperasikan sakelar elektronik secara otomatis.

b.Osiloskop Digital
Blok diagram osiloskop digital (Gambar 8.37) semua sinyal analog akan digitalisasi.
Osiloskop digital, misalnya storage osciloscope terdiri dari:
• ADC (Analog-to-Digital Converter)
• DAC (Digital-to-Analog Converter)
• Penyimpan Elektronik
Gambar 8.36 Blok diagram osiloskop digital

Pada osiloskop jenis ini, semua data yang


akan ditampilkan disimpan di dalam RAM.
Sinyal analog akan dicuplik (sampling), lalu
dikuantisasi oleh ADC, yaitu diberi nilai (biner)
sesuai dengan besarnya amplitudo tersampling
(Gambar 8.38). Nilai ini dapat ditampilkan
kembali secara langsung pada layar CRT atau
monitor PC melalui kabel penghubung RS-232.
Perbedaan antara osiloskop analog dan
digi- tal hanya pada pemproses sinyal ADC.
Pengarah pancaran elektron pada osiloskop
ini sama dengan pengarah pancaran
elektron pada osiloskop analog. Osiloskop
digital ada yang dilengkapi dengan perangkat
lunak matematik untuk analisis sinyal atau
printer.
Gambar 8.37 Sampling sinyal analog oleh ADC

Pengukuran dengan Osiloskop


Berikut ini diberikan ilustrasi pengukuran dengan menggunakan osiloskop meliputi:
1. pengukuran tegangan DC,
2. mengukur tegangan AC, periode, dan frekuensi,
3. mengukur arus listrik AC,
4. pengukuran beda phasa tegangan dengan arus listrik AC, dan
5. pengukuran sudut penyalaan thyristor.
1. Mengukur Tegangan DC,
Tahanan R1 dan R2 berfungsi sebagai pembagi
tegangan. Ground osiloskop dihubung kan ke negatip
catu daya DC. Probe kanal-1 dihubungkan ujung
sambungan R1 dengan R2. Tegangan searah diukur
pada mode DC.
Misalnya:
VDC = 5V/div. 3div = 15 V

Bentuk tegangan DC merupakan garis tebal lurus


pada layar CRT. Tegangan terukur diukur dari garis
nol ke garis horizontal DC.

Gambar 8.38 Mengukur tegangan DC


dengan osiloskop

2. Mengukur Tegangan AC, periode T, dan frekuensi F


Trafo digunakan untuk mengisolasi antara listrik
yang diukur dengan listrik pada osiloskop.
Jika menggunakan listrik PLN maka frekuensinya
50 Hz.

Misalnya: Vp = 2V/div · 3 div = 6 V

V
Vrms = 6 = 4,2 V
2
T = 2ms/div · 10 div = 20 ms
f = 1/T = 1/20ms = 50 Hz

Tegangan AC berbentuk sinusoida dengan tinggi


U dan lebar periodenya T. Besarnya tegangan 6 V
dan periodenya 20 milidetik dan frekuensinya 50 Hz.

Gambar 8.39 Mengukur tegangan AC


dengan osiloskop
3. Mengukur Arus Listrik AC
Pada dasarnya osiloskop hanya mengukur
tegangan. untuk mengukur arus dilakukan secara
tidak langsung dengan R = 1W untuk mengukur
drop tegangan.

Misalnya:
Vp = 50 mV/div · 3div
= 150 mV = 0,15 V

V
Vrms = 0,15 = 0,1 V
2
I = Vrms/R = 0,1V / 1
= 0,1 A 8-26

Bentuk sin yal a rus yan g melalu i


resistor R adalah sinusoida menyerupai tegangan.
Pada beban resistor sinyal tegangan dan sinyal arus
akan sephasa.
Gambar 8.40 Mengukur arus AC
dengan osiloskop

4. Mengukur Beda Phasa Tegangan dengan Arus Listrik AC.


Beda phasa dapat diukur dengan rangkaian C1
dan R1. Tegangan U1 menampakkan tegangan catu
dari generator AC. Tegangan U2 dibagi dengan nilai
resis- tor R1 representasi dari arus listrik AC.
Pergeseran phasa U1 dengan U2 sebesar Dx.

Misalnya:  = x · 360°/X T
= 2 div · 360°/8div = 90°
Tampilan sinyal sinusoida tegangan U1 (tegangan
catu daya) dan tegangan U2 (jika dibagi dengan
R1, representasi dari arus AC).

Pe rge sera n pha sa anta r a teganga n dan aru s


sebesar  =900

Gambar 8.41 Mengukur beda phasa


dengan Osiloskop
5. Mengukur Sudut Penyalaan TRIAC
Triac merupakan komponen elektronika daya
yang dapat memotong sinyal sinusoida pada sisi
positip dan negatip.

Trafo digunakan untuk isolasi tegangan Triac dengan


tegangan catu daya osiloskop.

Dengan mengatur sudut penyalaan triger  maka


nyala lampu dimmer dapat diatur dari paling terang
menjadi redup.

Misalnya:
 = x · 360°/X T
= (1 div. 360%) : 7
=5V

Gambar 8.42 Mengukur sudut


penyalaan TRIAC dengan osiloskop

Metode Lissajous
Dua sinyal dapat diukur beda phasanya dengan memanfaatkan input vertikal
(kanal Y) dan horizontal (kanal-X). Dengan menggunakan osiloskop dua kanal dapat
ditampilkan beda phasa yang dikenal dengan metode Lissajous.

a. Beda phasa 0° atau 360°.


Dua sinyal yang berbeda, dalam hal ini sinyal in-
put dan sinyal output jika dipadukan akan
menghasilkan konfigurasi bentuk yang sama sekali
berbeda.

Sinyal input dimasukkan ke kanal Y (vertikal) dan


sinyal output dimasukkan ke kanal X (horizontal)
berbeda 0°, dipadukan akan menghasilkan sinyal
padua n be rupa gari s lu ru s yang me mben tu k
sudut 45° (Gambar 8.44).

Gambar 8.43 Mengukur sudut penyalaan


TRIAC dengan Osiloskop
b. Beda phasa 90° atau 270°.
Sinyal vertikal berupa sinyal sinusoida. Sinyal horizontal yang berbeda phasa 90° atau
270° dimasukkan. Hasil paduan yang tampil pada layar CRT adalah garis bulat (Gambar
8.45).

Gambar 8.44 Sinyal input berbeda phasa 90° Gambar 8.45 Lissajous untuk menentukan
dengan output frekuensi

Pengukuran X-Y juga dapat digunakan untuk mengukur frekuensi yang tidak
diketahui. Misalnya sinyal referensi dimasukkan ke input horizontal dan sinyal lainnya ke
input vertikal. f v = frekuensi yang tidak diketahui
f R = frekuensi referensi
Nv = jumlah lup frekuensi yang tidak diketahui
NR = jumlah lup frekuensi referensi
Contoh Gambar 8.46 (c). Misalnya frekuensi referensi = 3 kHz, maka fV = 3. (2/3) kHz = 2
kHz

Anda mungkin juga menyukai