Anda di halaman 1dari 44

FUNGSI AVO METER UNTUK PENGUKURAN

Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk
mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk mengukur voltase atau
tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur ohm atau hambatan.
Terakhir, yaitu meter atau satuan dari ukuran. AVO Meter sering disebut
dengan Multimeter atau Multitester. Secara umum, pengertian dari
AVO meter adalah suatu alat untuk mengukur arus, tegangan, baik
tegangan bolak-balik (AC) maupun tegangan searah (DC) dan hambatan
listrik.
AVO meter sangat penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika
karena dapat membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan
cepat, Tetapi sebelum mempergunakannya, para pemakai harus
mengenal terlebih dahulu jenis-jenis AVO meter dan bagaimana cara
menggunakannya agar tidak terjadi kesalahan dalam pemakaiannya dan
akan menyebabkan rusaknya AVO meter tersebut.
Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO meter
analog (menggunakan jarum putar / moving coil) dan AVO meter digital
(menggunakan display digital). Kedua jenis ini tentu saja berbeda satu
dengan lainnya, tetapi ada beberapa kesamaan dalam hal
operasionalnya. Misal sumber tenaga yang dibutuhkan berupa baterai DC
dan probe / kabel penyidik warna merah dan hitam.

Pada AVO meter digital, hasil pengukuran dapat terbaca langsung berupa
angka-angka (digit), sedangkan AVO meter analog tampilannya
menggunakan pergerakan jarum untuk menunjukkan skala. Sehingga
untuk memperoleh hasil ukur, harus dibaca berdasarkan range atau divisi.
AVO meter analog lebih umum digunakan karena harganya lebih murah
dari pada jenis AVO meter digital.

a. Multimeter AVO Meter Analog


AVO Meter analog menggunakan jarum sebagai penunjuk skala. Untuk
memperoleh hasil pengukuran, maka harus dibaca berdasarkan range atau divisi.
Keakuratan hasil pengukuran dari AVO Meter analog ini dibatasi oleh lebar dari
skala pointer, getaran dari pointer, keakuratan pencetakan gandar, kalibrasi nol,
jumlah rentang skala. Dalam pengukuran menggunakan AVO Meter Analog,
kesalahan pengukuran dapat terjadi akibat kesalahan dalam pengamatan
(paralax).

Keterangan :
1. Meter Korektor, berguna untuk menyetel jarum AVO meter ke arah nol, saat AVO
meter akan dipergunakan dengan cara memutar sekrupnya ke kanan atau ke kiri
dengan menggunakan obeng pipih kecil.
2. Range Selector Switch adalah saklar yang dapat diputar sesuai dengan
kemampuan batas ukur yang dipergunakan yang berfungsi untuk
memilih posisi pengukuran dan batas ukurannya. Saklar putar (range selector
switch) ini merupakan kunci utama bila kita menggunakan AVO meter. AVO meter
biasanya terdiri dari empat posisi pengukuran, yaitu :
- Posisi (Ohm) berarti AVO Meter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri dari

tiga batas ukur : x1; x10; dan K.


- Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO Meter berfungsi sebagai voltmeter AC yang
terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
- Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai voltmeter DC yang
terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
- Posisi DC mA (miliampere DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai
miliamperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur, yaitu: 0,25; 25; dan 500.
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe AVO meter yang satu dengan
yang lain batas ukurannya belum tentu sama.
3. Terminal + dan Com, terminal dipergunakan untuk mengukur Ohm, AC Volt,
DC Volt dan DC mA (yang berwarna merah untuk + dan warna hitam untuk -).
4. Pointer (Jarum Meter) merupakan sebatang pelat yang bergerak kekanan dan
kekiri yang menunjukkan besaran / nilai.
5. Mirror (cermin) sebagai batas antara Ommeter dengan Volt-Ampermeter. Cermin
pemantul pada papan skala yang digunakan sebagai panduan untuk ketepatan
membaca, yaitu pembacaan skala dilakukan dengan cara tegak lurus dimana
bayangan jarum pada cermin harus satu garis dengan jarum penunjuk,
maksudnya agar tidak terjadi penyimpangan dalam membaca.
6. Scale (skala) berfungsi sebagai skala pembacaan meter.
7. Zero Adjusment adalah pengatur / penepat jarum pada kedudukan nol ketika
menggunakan Ohmmeter. Caranya : saklar pemilih diputar pada posisi (Ohm),
test lead + (merah) dihubungkan ke test lead - (hitam), kemudian tombol
pengatur kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke kanan sehingga menunjuk pada
kedudukan skala 0 Ohm.
9. Angka-Angka Batas Ukur, adalah angka yang menunjukkan batas kemampuan
alat ukur.
10. Kotak Meter, adalah kotak / tempat meletakkan komponen-komponen
AVOmeter.
Di sebelah kanan saklar terdapat tanda ACV (Alternating Current Volt), yaitu
Voltmeter untuk mengukur arus bolak-balik atau aliran tukar. Batas ukur ini dibagi
atas, misal 0-10 V, 0-50 V, 0-250 V, 0-500 V, 0-1000 V.

Bagian atas saklar penunjuk diberi tanda OHM dan ini merupakan batas ukur Ohm
meter yang dapat digunakan untuk mengukur nilai tahanan dan baik buruknya alatalat dalam pesawat. Pada bagian ini terdapat batas ukur, yaitu misal : x1, x10,
x100, x1K, x10K.
Di sebelah kiri dari saklar terdapat tanda DCV (Direct Current Volt) yang merupakan
bagian dari Voltmeter, yaitu bagian yang digunakan khusus untuk untuk mengukur
tegangan listrik DC. Batas ukur DCV dibagi atas, misal 0-10 V, 0-50 V, 0-250 V, 0500 V, 0-1000 V.
Pengukuran di bawah 10 Volt dipakai batas ukur 0-10 V. Bila di atas 12 Volt dan di
bawah 50 Volt dipergunakan batas ukur 0-50 V. Jika di atas 50 Volt dan di bawah
250 Volt digunakan batas ukur 0-250 V. Bila di atas 250V dan dibawah 500V
digunakan batas ukur 500 Volt. Bila lebih dari 500 V dan di bawah 1000V digunakan
batas ukur 0-1000 V. Jika lebih dari itu, maka tidak boleh menggunakan Volt meter
secara langsung.
Di bagian bawah saklar terdapat tanda DC mA yang berguna untuk mengukur
besarnya kuat arus listrik. Batas ukur dibagi atas, misal 0-0,25 mA, 0-25 mA, 0-500
mA. Bila menggunakan alat ukur ini, pertama-tama letakkanlah saklar pada batas
ukur yang terbesar / tertinggi, kemudian di bawahnya sehingga batas ukur yang
digunakan selalu lebih tinggi dari arus yang kita ukur.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam menggunakan AVO
meter :
1. Setiap kali menggunakan AVO meter harus memperhatikan batas ukur alat
tersebut. Kemampuan alat ukur (kapasitas alat ukur) harus lebih besar dari yang
hendak di ukur. Kesalahan dalam pemakaian alat ukur AVO meter dapat
mengakibatkan kerusakan.
2. AC Voltmeter hanya boleh dipergunakan untuk mengukur AC Volt, tidak boleh
dipergunakan untuk mengukur DC Volt. Demikian juga sebaliknya. Ohmmeter
tidak boleh dipergunakan untuk mengukur tegangan listrik, baik DC maupun AC
Volt karena dapat mengakibatkan rusaknya alat ukur tersebut. Jadi, pemakaian
alat ukur harus sesuai dengan fungsi alat ukur tersebut.
3. Periksa jarum meter apakah sudah tepat pada angka 0 pada skala DC mA, DCV
atau ACV posisi jarum nol di bagian kiri dan skala Ohmmeter posisi jarum nol di
bagian kanan.
AVO meter digital tidak sama halnya dengan AVO meter analog yang
menggunakan jarum. AVO meter digital menggunakan display yang
langsung dapat menampilkan hasil pengukuran berupa angka-angka.

Karena tidak menggunakan jarum, AVO meter digital ini bentuk fisiknya
lebih kecil daripada AVO meter analog dan tidak perlu melakukan kalibrasi
lagi sebelum melakukan pengukuran. Selain itu, ketelitian di dalam
pengukurannya juga jauh lebih bagus daripada AVO meter analog.
http://www.wahanaponsel.com/articles/basic_repairing/fungsi-avo-meter-untukpengukuran.html 16;27

Pengertian,Fungsi Multimeter Analog dan Digital


Berdasarkan pembacaan hasil ukurnya, multimeter ada dua
jenis yaitu:

1.

Multimeter Analog, yaitu multimeter yang pembacaan hasil


ukurnya menggunakan penunjuk jarum..

1.

Multimeter Digital, yaitu multimeter yang pembacaan hasil


ukurnya berupa digit angka.

Fungsi Multimeter :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Mengukur tegangan DC
Mengukur tegangan AC
Mengukur kuat arus DC
Mengukur nilai hambatan sebuah resistor
Mengecek hubung-singkat / koneksi
Mengecek transistor
Mengecek kapasitor elektrolit
Mengecek dioda, led dan dioda zener
Mengecek induktor
Mengukur HFE transistor (type tertentu)
Mengukur suhu (type tertentu)
A. Cara Menggunakan Multimeter Analog

1.

Untuk memulai setiap pengukuran, hendaknya jarum


menunjukkan angka nol apabila kedua penjoloknya dihubungkan.
Putarlah penala mekanik apabila jarum belum tepat pada angka nol
(0).
Putarlah sakelar pemilih ke arah besaran yang akan diukur,
misalnya ke arah DC mA apabila akan mengukur arus DC, ke arah AC
V untuk mengukur tegangan AC, dan ke arah DC V untuk mengukur
tegangan DC.
Untuk mengukur tahanan (resistor), sakelar pemilih diarahkan ke
sekala ohm dan nolkan dahulu dengan menggabungkan probe positif
dan negatif. Apabila belum menunjukkan angka nol cocokkan dengan
memutar ADJ Ohm.
Sambungkan penjolok warna merah ke jolok positif dan penjolok
warna hidam ke jolok negatif.
Untuk pengukuran besaran DC, jangan sampai terbalik kutub
positif dan negatifnya karena bisa menyebabkan alat ukurnya rusak.
B. Cara Menggunakan Multimeter Digital

2.

3.

4.
5.

Cara menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih


sederhana dan lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena
menggunakan display 4 digit sehingga mudah membaca dan
memakainya.
Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan
setelah alat ukur siap dipakai.
2.
Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah
disambungkan dengan alat ukur.
3.
Catat angka yang tertera pada multimeter digital.
4.
Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun
probenya terpasang terbalik karena display dapat memberitahu.
1.

a) Mengukur tegangan DC
1.
2.

3.
4.

5.

Atur Selektor pada posisi DCV.


Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan
yang akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur
posisi skala di batas ukur 50V.
Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka
atur batas ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan
yang akan dicek, probe warna merah pada posisi (+) dan probe warna
hitam pada titik (-) tidak boleh terbalik.
Baca hasil ukur pada multimeter.
b) Mengukur tegangan AC

Atur Selektor pada posisi ACV.


Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan
yang akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur
posisi skala di batas ukur 50V.
3.
Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya
4.
Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan
yang akan dicek. Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.
5.
Baca hasil ukur pada multimeter.
c) Mengukur kuat arus DC
1.
2.

1.
2.

3.

4.

5.

6.

1.
2.

Atur Selektor pada posisi DCA.


Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang
akan di cek, misal : arus yang di cek sekitar 100mA maka atur posisi
skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang
mampu diukur oleh multimeter karena jika melebihi batas maka fuse
(sekring) pada multimeter akan putus dan multimeter sementara
tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti dulu.
Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat
pengukuran tegangan DC dan AC, karena mengukur arus berarti kita
memutus salah satu hubungan catu daya ke beban yang akan dicek
arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+)
catu daya dan probe (-) pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian
yang akan dicek pemakaian arusnya.
Baca hasil ukur pada multimeter.
d)
Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap
Atur Selektor pada posisi Ohmmeter....
Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.

Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya


hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali
sesuai batas ukur.
4.
Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor
boleh terbalik.
5.
Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan
multimeter sama dengan nilai yang ditunjukkan oleh gelang warna
resistor.
e)
Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)
3.

Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor
(VR)yang akan diukur.
3.
Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya
hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali
sesuai batas ukur.
4.
Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor
boleh terbalik.
5.
Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi
variabel resistor dan pastikan penunjukan jarum multimeter berubah
sesuai dengan putaran VR.
f)
Mengecek hubung-singkat / koneksi
1.
2.

Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu).
Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung
kabel/terminal yang akan dicek koneksinya.
4.
Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan
yang ditunjukkan maka semakin baik konektivitasnya.
5.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau
terminal tersebut putus.
g)
Mengecek diode
1.
2.
3.

Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


ilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
Hubungkan probe multimeter (-) pada anoda dan probe (+)
pada katoda.
4.
Jika diode yang dicek berupa led maka batas ukur pada X1 dan
saat dicek, led akan menyala.
5.
Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar
5-20K) berarti dioda baik, jika tidak menunjuk berarti dioda rusak
putus.
6.
Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+)
pada anoda dan probe (-) pada katoda.
1.
2.
3.

7.

Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti


dioda baik, jika bergerak berarti dioda rusak bocor tembus katodaanoda.
h)
Mengecek transistor NPN

Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada
kolektor .
4.
Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 520K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor
rusak putus B-C.
5.
Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+)
pada basis dan probe (-) pada kolektor.
6.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus BC.
7.
Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada
emitor.
8.
Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar
5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor
rusak putus B-E.
9.
Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+)
pada basis dan probe (-) pada emitor.
10.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus BE.
11.
Hubungkan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-)
pada kolektor.
12.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus CE.
Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+)
padakolektor tidak diperlukan.
1.
2.
3.

i) Mengecek transistor PNP


Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada
kolektor.
4.
Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 520K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor
rusak putus B-C.
1.
2.
3.

Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-)


pada basis dan probe (+) pada kolektor.
6.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus BC.
7.
Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada
emitor.
8.
Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 520K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor
rusak putus B-E.
9.
Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-)
pada basis dan probe (+) pada emitor.
10.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus BE.
11.
Hubungkan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+)
pada kolektor.
12.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti
transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus CE.
Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-)
pada kolektor tidak diperlukan.
5.

j) Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko).


1.
2.

3.
4.
5.
6.

Atur Selektor pada posisi Ohmmeter..


Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10
untuk untuk nilai elko diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko
10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah 10uF.
Hubungkan probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe
(+) pada kaki (-) elko.
Pastikan jarum multimeter bergerak kekanan sampai nilai
tertentu (tergantung nilai elko) lalu kembali ke posisi semula.
Jika jarum bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko
bocor.
Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.
http://13121002elektronikadasarbsi.blogspot.co.id/2013/03/pengertianfungsimultimeter-analog-dan.html

Memahami apa fungsi multimeter digital maupun analog akan membawa pada pemahaman
mengenai pengertian multimeter secara menyeluruh yang mencakup pada alat pengukuran
tegangan, arus, dan tahanan dalam dunia elektronika. Multimeter adalah alat ukur yang

dipakai untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi). Itu adalah
pengertian multimeter secara umum, sedangkan pada perkembangannya multimeter masih
bisa digunakan untuk beberapa fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi, frekuensi,
dan sebagainya. Ada juga orang yang menyebut multimeter dengan sebutan AVO meter,
mungkin maksudnya A (ampere), V(volt), dan O(ohm).
Multimeter dibagi menjadi dua jenis yaitu multimeter analog dan multimeter digital.

Multimeter analog
Multimeter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan sehari-hari, seperti para tukang
servis TV atau komputer kebanyakan menggunakan jenis yang analog ini. Kelebihannya
adalah mudah dalam pembacaannya dengan tampilan yang lebih simple. Sedangkan
kekurangannya adalah akurasinya rendah, jadi untuk pengukuran yang memerlukan ketelitian
tinggi sebaiknya menggunakan multimeter digital. Namun multimeter jenis ini lebih mudah
digunakan sehingga banyak para teknisi yang familiar menggunakan tester analog daripada
digital.

Multimeter digital
Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan yang
lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt,

dan ohm saja. Multimeter digital biasanya dipakai pada penelitian atau kerja-kerja mengukur
yang memerlukan kecermatan tinggi, tetapi sekarang ini banyak juga bengkel-bengkel
komputer dan service center yang memakai multimeter digital. Kekurangannya adalah susah
untuk memonitor tegangan yang tidak stabil. Jadi bila melakukan pengukuran tegangan yang
bergerak naik-turun, sebaiknya menggunakan multimeter analog.

Multimeter digital, yang ini memakai sumber daya listrik, bukan baterai

http://www.sisilain.net/2014/08/pengertian-jenis-fungsi-multimeter.html

Multimeter atau sering juga disebut dengan istilah multitester merupakan salah satu toolkit
penting bagi para praktisi elektronika. Multimeter adalah gabungan dari beberapa alat ukur
elektronik yang dikemas dalam satu kemasan. Pada umumnya setiap multimeter minimal
memiliki 3 fungsi ukur yaitu sebagai alat ukur arus (Ampere Meter), alat ukur tegangan
(Volt Meter) dan alaut ukur resistansi (Ohm Meter). Karena 3 fungsi ukur tersebut selalu
dimiliki oleh multimeter / multitester maka sering juga disebut sebagai AVO meter. Akan
tetapi sesuai perkembangan teknologi maka multimeter pada saat ini ada yang telah memiliki
fungsi lain sebagai alut ukur kapasitansi kapasitor, sebagai alat ukur frekuensi dan sebagai
alat ukur faktor penguatan transistor.

Jenis Multimeter
Berdasarkan tampilan display atau meter yang digunakan maka multimeter /multitester
dibedakan menjadi 2 jneis yaitu :
1. Multimeter Analog

Multimeter analog merupakan jenis multimeter / multitester yang menggunakan display ukur
(meter) dengan tipe jarum penunjuk. Sehingga untuk membaca hasil ukur harus dilakukan
dengan cara melihat posisi jarum penunjuk pada meter dan melihat posisi saklar selektor pada
posisi batas ukur kemudian melakukan perhitungan secara manual untuk mendapatkan hasil
ukurnya. Kondisi atau proses pembacaan hasil ukur yang masih manual inilah yang
menyebabkan multimeter / multitester janis ini dinamakan sebagai multimeter analog.
2. Multimeter Digital

Multimeter digital atau sering juga disebut sebagai digital multitester sama merupakan jenis
multimeter yang talah menggunakan display digital sebagai penampil hasil ukurnya. Hasil
ukur yang ditampilkan pada multitester digital merupakan hasil yang telah sesuai, sehingga
tidak perlu dilakukan lagi perhitungan antara hasil ukur dan batas ukur.

Fungsi Multimeter
Fungsi ukur yang dimiliki setiap multimeter ada beberapa macam tergantung tipe dan merk
multimeter. Akan tetapi pada umumnya setiap multimeter / multitester memiliki 3 fungsi ukur
utama yaitu sebagai alat ukur arus, tegangan dan resistansi. Berikut adalah beberapa fungsi
ukur yang ada pada multimeter.
1. Ampere Meter

Ampere meter adalah salah satu fungsi ukur pada multimeter yang berfungsi untuk mengukur
arus listrik. Pada multimeter pada umumnya terdiri dari 2 jenis ampere meter yaitu ampere
meter DC dan amper meter AC. Pada multimeter analog dan digital pada fungsi ampere meter
ini saklar selektor berfungsi sebagai batas ukur maksimum, oleh karena itu arus yang akan
diukur harus diprediksikan dibawah batas ukur multimeter yang digunakan. Hal ini bertujuan
untuk menghindari kerusakan pada multimeter.
2. Volt Meter

Volt meter merupakan fungsi ukur untuk mengetahui level tegangan listrik. Sama halnya
dengan fungsi multimeter sebagai ampere meter. Pada fungsi volt meter ini saklar selektor
yang ada pada multimeter baik digital maupun analog berfungsi sebagaibatas ukur
maksimum, oleh karenaitu harus diprediksikan level tegangan yang akan diukur harus
dibawah nilai batas ukur yang dipilih.
3. Ohm Meter

Ohm meter merupakan salah satu fungsi multimeter yang berfungsi untuk mengetahui nilai
resistansi suatu resistor atau komponen elektronika yang memiliki unsur resistansi. Pada
fungsi ohm meter ini untuk multimeter analog saklar selektor berfungsi sebagai multiplier
sedangkan pada multimeter digital saklar selektor berfungsi sebagai bats ukur maksimum
suatu resistansi yang dapat dihitung oleh multimeter tersebut.
4. Hfe Meter

Hfe Meter tidak selalu terdapat pada setiap multimeter, fungsi Hfe meter ini digunakan untuk
mengetahui nilai faktor penguatan transistor. Pada fungsi ini pada umumnya multimeter yang
memiliki fungsi Hfe meter dapat diguanakan untuk mengukur faktor penguatan transistor tipe
NPN dan PNP.
5. Kapasitansi Meter

Kapasitansi meter merupakan fungsi yang tidak selalu terdapat pada setiap multimeter.
Fungsi kapasitansi meter ini berguna untuk mengetahui nilai kapastansi suatu kapasitor. Pada
multi meter analog yang telah memiliki fungsi kapasitansi meter saklar selektor pada fungsi
ini berfungsi sebagai multiplier atau faktor pengali dari nilai yang ditunjukan oleh jarum
meter. Sedangkan pada multimeter digital dengan fungsi kapasitansi meter maka saklar
selektor berfungsi sebagai batas ukur maksimum.
6. Frekuensi Meter

Frekuensi meter hanya terdapat pada tipe multimeter digital tertentu. Fungsi frekuensi meter
ini digunakan untuk mengetahui frekuensi suatu sinyal atau isyarat pada suatu rangkaian
elektronika.
Kualitas suatu multimeter ditentukan dari akurasi hasil ukur dan daya tahan multimeter
tersebut. Berapa merk multimeter umum dan memiliki kualitas diantaranya adalah multimeter
dengan merk sanwa dan heles. Harga jual multimeter analog maupun multimeter digital merk
sanwa dan heles tergantung pada tipe multimeter tersebut.
http://zonaelektro.net/mengenal-jenis-dan-fungsi-pada-multimeter/

fungsi,pengertian, dan cara kerja AVOMETER part 2


jika pada posting yang dulu mungkin tidak lengkap tentang apa, fungsi dan cara
kerja maka kali ini aku ingin share rtikel seputar avometer part 2 tentang
fungsi,pengertian, dan cara kerja part2 nya monggo disimak
Pengertian

AVO

Meter

Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk
mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk mengukur voltase atau
tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur ohm atau hambatan. Terakhir, yaitu
meter atau satuan dari ukuran. AVO Meter sering disebut dengan Multimeter
atau Multitester. Secara umum, pengertian dari AVO meter adalah suatu alat

untuk mengukur arus, tegangan, baik tegangan bolak-balik (AC) maupun


tegangan searah (DC) dan hambatan listrik.
AVO meter sangat penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika karena
dapat membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat, Tetapi
sebelum mempergunakannya, para pemakai harus mengenal terlebih dahulu
jenis-jenis AVO meter dan bagaimana cara menggunakannya agar tidak terjadi
kesalahan dalam pemakaiannya dan akan menyebabkan rusaknya AVO meter
tersebut.
Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO meter analog
(menggunakan jarum putar / moving coil) dan AVO meter digital (menggunakan
display digital). Kedua jenis ini tentu saja berbeda satu dengan lainnya, tetapi
ada beberapa kesamaan dalam hal operasionalnya. Misal sumber tenaga yang
dibutuhkan berupa baterai DC dan probe / kabel penyidik warna merah dan
hitam.
Pada AVO meter digital, hasil pengukuran dapat terbaca langsung berupa angkaangka

(digit),

sedangkan

AVO

meter

analog

tampilannya

menggunakan

pergerakan jarum untuk menunjukkan skala. Sehingga untuk memperoleh hasil


ukur, harus dibaca berdasarkan range atau divisi. AVO meter analog lebih umum
digunakan karena harganya lebih murah dari pada jenis AVO meter digital.
1. AVO Meter Analog
AVO

Meter

analog

menggunakan

jarum

sebagai

penunjuk

skala.

Untuk

memperoleh hasil pengukuran, maka harus dibaca berdasarkan range atau


divisi. Keakuratan hasil pengukuran dari AVO Meter analog ini dibatasi oleh lebar
dari skala pointer, getaran dari pointer, keakuratan pencetakan gandar, kalibrasi
nol, jumlah rentang skala. Dalam pengukuran menggunakan AVO Meter Analog,
kesalahan pengukuran dapat terjadi akibat kesalahan dalam pengamatan
(paralax).
Keterangan :
1. Meter Korektor, berguna untuk menyetel jarum AVO meter ke arah nol,
saat AVO meter akan dipergunakan dengan cara memutar sekrupnya ke
kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.

2. Range Selector Switch adalah saklar yang dapat diputar sesuai dengan
kemampuan batas ukur yang dipergunakan yang berfungsi untuk memilih posisi
pengukuran dan batas ukurannya. Saklar putar (range selector switch) ini
merupakan kunci utama bila kita menggunakan AVO meter. AVO meter biasanya
terdiri dari empat posisi pengukuran, yaitu :
- Posisi (Ohm) berarti AVO Meter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri
dari tiga batas ukur : x1; x10; dan K.
- Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO Meter berfungsi sebagai voltmeter AC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
- Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai voltmeter DC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
- Posisi DC mA (miliampere DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai
miliamperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur, yaitu: 0,25; 25; dan 500.
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe AVO meter yang satu

CARA MEMBACA MULTIMETER / AVOMETER ANALOG


Pada tutorial akan dibahas lebih lengkap mengenai Cara Mudah Untuk Membaca
Alat

Ukur

Listrik

Multimeter

Avometer

Analog.

Yang dimaksud Multimeter atau Avometer adalah Alat ukur Listrik yang
memungkinkan kita untuk mengukur besarnya Besaran listrik yang ada pada
suatu rangkaian baik itu Tegangan, Arus, maupun Nilai Hambatan/Tahanan.
AVOmeter adalah singkatan dari Ampere Volt Ohm Meter, jadi hanya terdapat 3
komponen yang bisa diukur dengan AVOmeter sedangkan Multimeter , dikatakan
multi sebab memiliki banyak besaran yang bisa di ukur, misalnya Ampere, Volt,
Ohm, Frekuensi, Konektivitas Rangkaian (putus ato tidak), Nilai Kapasitif, dan lain
sebagainya. Terdapat 2 (dua) jenis Multimeter yaitu Analog dan Digital, yang
Digital sangat mudah pembacaannya disebabkan karena Multimeter digital telah
menggunakan angka digital sehingga begitu melakukan pengukuran Listrik, Nilai
yang diinginkan dapat langsung terbaca asalkan sesuai atau Benar cara
pemasangan

alat

ukurnya.

Mari mengenal bagian-bagian Multimeter atau Avometer agar lebih memudahkan


dalam memahami tulisan selanjutnya :

Bagian-Bagian Multimeter
1. SEKRUP PENGATUR JARUM, Sekrup ini dapat di putar dengan Obeng atau
plat kecil, Sekrup ini berfungsi mengatur Jarum agar kembali atau tepat
pada posisi 0 (NOL), terkadang jarum tidak pada posisi NOL yang dapat
membuat kesalahan pada pengukuran, Posisikan menjadi NOL sebelum
digunakan.
2. TOMBOL PENGATUR NOL OHM. Tombol ini hampir sama dengan Sekrup
pengatur jarum, hanya saja bedanya yaitu Tombol ini digunakan untuk
membuat jarum menunjukkan angka NOL pada saat Saklar pemilih di
posisikan menunjuk SKALA OHM. Saat saklar pemilih pada posisi Ohm
biasanya pilih x1 pada skala Ohm kemudian Hubungkan kedua ujung
TERMINAL (Ujung terminal Merah bertemu dengan Ujung terminal Hitam)
dan Lihat pada Layar penunjuk, Jarum akan bergerak ke KANAN (Disitu
terdapat angka NOL (0), Putar tombol pengatur Nol Ohm sampai jarum
menunjukkan angka NOL). Proses ini dinamakan KALIBRASI OhmMeter. Hal
ini Muthlak dilakukan sebelum melakukan pengukuran tahanan (OHM)
suatu komponen atau suatu rangkaian.
3. SAKLAR PEMILIH. Saklar ini harus di posisikan sesuai dengan apa yang
ingin di UKUR, misalnya bila ingin mengukur tegangan AC maka atur/putar
saklar hingga menyentuh skala AC yang pada alat ukur tertulis ACV,
Begitu pula saat mengukur tegangan DC, cari yang tertulis DCV, begitu
seterusnya. Jangan Salah memilih Skala Pengukuran. Pada setiap bagian

SKALA PENGUKURAN yang dipilih dengan Saklar Pemilih, terdapat Nilainilai yang tertera pada alat ukur, Misalnya Pada Skala Tegangan AC
(tertulis ACV pada alat ukur) tertera skala 10, 50, 250, dan 750 begitu pula
pada Skala Tegangan DC (tertulis DCV pada alat ukur) tertera skala 0.1 ,
0.25 , 2.5 , 10 , dst. Apa maksud Skala ini?? Dan Bagaimana Memilihnya??

Pedoman Memilih SKALA Pengukuran :

Skala tersebut adalah skala yang akan digunakan untuk membaca hasil
pengukuran, Semua skala dapat digunakan untuk membaca, Hanya saja
tidak semua skala dapat memberikan atau memperlihatkan nilai yang
diinginkan, misalnya kita mempunyai Baterai 9 Volt DC, kemudian kita
mengatur SAKLAR PEMILIH untuk Memilih SKALA TEGANGAN DC pada
posisi 2,5 dan menghubungkan TERMINAL Merah dengan positif (+)
baterai dan Hitam dengan Negatif (-) baterai. Apa yang akan terjadi??
Jarum akan bergerak ke Ujung Kanan dan tidak menunjukkan angka 9Volt,
Mengapa Demikian?? Sebab NILAI MAKSIMAL yang dapat diukur bila kita
memposisikan Saklar Pemilih pada skala 2.5 adalah hanya 2.5 Volt saja,
sehingga untuk mengukur Nilai 9Volt maka saklar harus di putar menuju
Skala yang LEBIH BESAR sari NILAI Tegangan yang di Ukur, jadi Putar pada
Posisi 10 dan Alat ukur akan menunjukkan nilai yang diinginkan.Penjelasan
Lebih Lengkap Mengenai MEMBACA ALAT UKUR akan di Bahas selanjutnya
pada tutorial ini.

ALAT UKUR LISTRIK HARUS DIPASANG DENGAN BENAR, Mengapa saya katakan
Demikian??
Untuk melakukan suatu pengukuran listrik, Posisi alat ukur pada rangkaian
jugaMesti dan Hal wajib yang harus di perhatikan agar pembacaan alat ukur
tidak salah. Pemasangan Alat ukur yang salah /Tidak benar memberikan hasil
pengukuran yang TIDAK BENAR dan bukan kurang tepat, jadi ini sangat perlu di
perhatikan. Mari kita melihat posisi alat ukur yang benar :
1. Posisi alat ukur saat mengukur TEGANGAN (Voltage)
Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka Alat
ukur mesti di pasang Paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel adalah kedua
terminal pengukur ( Umumnya berwarna Merah untuk positif (+) dan Hitam

untuk Negatif (-) harus membentuk suatu titik percabangan dan bukan berjejer
(seri) terhadap beban. Pemasangan yang benar dapat dilihat pada gambar
berikut:

Memasang

Multimeter

Paralel

disamping itu avometer memiliki kegunaan juga sebagai alat ukur arus ampere
meter
so
ikuti
di
link
berikut
fungsi,pengertian, dan cara kerja AVOMETER part 3 maklum buat ngilangin
bounce rate and disamping itu capek juga khan nulis banyak so dibaca yang
lengkapya meski di halaman baru lagi klik sini aja ........
http://bo-gorhealty.blogspot.co.id/2014/03/cara-kerja-avometer.html

CARA MEMBACA MULTIMETER / AVOMETER ANALOG


Hy Reader, Pada tutorial hari ini saya ingin membahas lebih lengkap mengenai Cara Mudah
Untuk Membaca Alat Ukur Listrik Multimeter / Avometer Analog. Ini merupakan tutorial
jilid 2 dari Tutorial saya yang sebelumnya yaitu CARA MEMBACA MULTIMETER /
AVOMETER JILID 1, hal ini saya lakukan mengingat dan melihat begitu banyaknya
pertanyaan yang timbul pada tutorial jilid 1 tersebut, sepertinya kurang jelas penjelasannya.
Kali ini saya mencoba membuat tutorialnya dalam bahasa yang lebih singkat dan sederhana
sehingga saya berharap dapat lebih mudah untuk di pahami.
Sebelum masuk lebih jauh mengenai cara mengukur besaran listrik seperti Tegangan (Volt),
Arus (Ampere), dan Tahanan (Ohm) ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu
Multimeter atau Avometer.

Yang dimaksud Multimeter atau Avometer adalah Alat ukur Listrik yang memungkinkan kita
untuk mengukur besarnya Besaran listrik yang ada pada suatu rangkaian baik itu Tegangan,
Arus, maupun Nilai Hambatan/Tahanan. AVOmeter adalah singkatan dari Ampere Volt Ohm
Meter, jadi hanya terdapat 3 komponen yang bisa diukur dengan AVOmeter sedangkan
Multimeter , dikatakan multi sebab memiliki banyak besaran yang bisa di ukur, misalnya
Ampere, Volt, Ohm, Frekuensi, Konektivitas Rangkaian (putus ato tidak), Nilai Kapasitif, dan
lain sebagainya. Terdapat 2 (dua) jenis Multimeter yaitu Analog dan Digital, yang Digital
sangat mudah pembacaannya disebabkan karena Multimeter digital telah menggunakan
angka digital sehingga begitu melakukan pengukuran Listrik, Nilai yang diinginkan dapat
langsung terbaca asalkan sesuai atau Benar cara pemasangan alat ukurnya.
Mari mengenal bagian-bagian Multimeter atau Avometer agar lebih memudahkan dalam
memahami tulisan selanjutnya:

Bagian-Bagian Multimeter
Saya akan berikan sedikit penjelasan mengenai gambar di atas. Yang perlu untuk di
perhatikan adalah :
1. SEKRUP PENGATUR JARUM, Sekrup ini dapat di putar dengan Obeng atau plat
kecil, Sekrup ini berfungsi mengatur Jarum agar kembali atau tepat pada posisi 0

(NOL), terkadang jarum tidak pada posisi NOL yang dapat membuat kesalahan pada
pengukuran, Posisikan menjadi NOL sebelum digunakan.
2. TOMBOL PENGATUR NOL OHM. Tombol ini hampir sama dengan Sekrup
pengatur jarum, hanya saja bedanya yaitu Tombol ini digunakan untuk membuat
jarum menunjukkan angka NOL pada saat Saklar pemilih di posisikan menunjuk
SKALA OHM. Saat saklar pemilih pada posisi Ohm biasanya pilih x1 pada skala
Ohm kemudian Hubungkan kedua ujung TERMINAL (Ujung terminal Merah
bertemu dengan Ujung terminal Hitam) dan Lihat pada Layar penunjuk, Jarum akan
bergerak ke KANAN (Disitu terdapat angka NOL (0), Putar tombol pengatur Nol
Ohm sampai jarum menunjukkan angka NOL). Proses ini dinamakan KALIBRASI
OhmMeter. Hal ini Muthlak dilakukan sebelum melakukan pengukuran tahanan
(OHM) suatu komponen atau suatu rangkaian.
3. SAKLAR PEMILIH. Saklar ini harus di posisikan sesuai dengan apa yang ingin di
UKUR, misalnya bila ingin mengukur tegangan AC maka atur/putar saklar hingga
menyentuh skala AC yang pada alat ukur tertulis ACV, Begitu pula saat mengukur
tegangan DC, cari yang tertulis DCV, begitu seterusnya. Jangan Salah memilih Skala
Pengukuran.
Pada setiap bagian SKALA PENGUKURAN yang dipilih dengan Saklar Pemilih,
terdapat Nilai-nilai yang tertera pada alat ukur, Misalnya Pada Skala Tegangan AC
(tertulis ACV pada alat ukur) tertera skala 10, 50, 250, dan 750 begitu pula pada Skala
Tegangan DC (tertulis DCV pada alat ukur) tertera skala 0.1 , 0.25 , 2.5 , 10 , dst. Apa
maksud Skala ini?? Dan Bagaimana Memilihnya??
Pedoman Memilih SKALA Pengukuran:
Skala tersebut adalah skala yang akan digunakan untuk membaca hasil pengukuran,
Semua skala dapat digunakan untuk membaca, Hanya saja tidak semua skala dapat
memberikan atau memperlihatkan nilai yang diinginkan, misalnya kita mempunyai
Baterai 9 Volt DC, kemudian kita mengatur SAKLAR PEMILIH untuk Memilih
SKALA TEGANGAN DC pada posisi 2,5 dan menghubungkan TERMINAL Merah
dengan positif (+) baterai dan Hitam dengan Negatif (-) baterai. Apa yang akan
terjadi?? Jarum akan bergerak ke Ujung Kanan dan tidak menunjukkan angka 9Volt,
Mengapa Demikian?? Sebab NILAI MAKSIMAL yang dapat diukur bila kita
memposisikan Saklar Pemilih pada skala 2.5 adalah hanya 2.5 Volt saja, sehingga
untuk mengukur Nilai 9Volt maka saklar harus di putar menuju Skala yang LEBIH
BESAR sari NILAI Tegangan yang di Ukur, jadi Putar pada Posisi 10 dan Alat ukur
akan menunjukkan nilai yang diinginkan.Penjelasan Lebih Lengkap Mengenai
MEMBACA ALAT UKUR akan di Bahas selanjutnya pada tutorial ini.
Saya tidak akan membahas semua bagian-bagian alat ukur tetapi bila ingin mengetahui
fungsi-fungsi dari tiap bagian alat ukur, Anda dapat membaca DISINI.
ALAT UKUR LISTRIK HARUS DIPASANG DENGAN BENAR, Mengapa saya katakan
Demikian??
Untuk melakukan suatu pengukuran listrik, Posisi alat ukur pada rangkaian juga Mesti dan
Hal wajib yang harus di perhatikan agar pembacaan alat ukur tidak salah. Pemasangan Alat
ukur yang salah /Tidak benar memberikan hasil pengukuran yang TIDAK BENAR dan
bukan kurang tepat, jadi ini sangat perlu di perhatikan. Mari kita melihat posisi alat ukur yang
benar:

1. Posisi alat ukur saat mengukur TEGANGAN (Voltage)


Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka Alat ukur
mesti di pasang Paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel adalah kedua terminal
pengukur ( Umumnya berwarna Merah untuk positif (+) dan Hitam untuk Negatif (-)
harus membentuk suatu titik percabangan dan bukan berjejer (seri) terhadap beban.
Pemasangan yang benar dapat dilihat pada gambar berikut:

Memasang Multimeter Paralel


2. Posisi alat ukur saat mengukur ARUS (Ampere)
Untuk melakukan pengukuran ARUS yang mesti diperhatikan yaitu Posisi terminal
harus dalam kondisi berderetan dengan Beban, Sehingga untuk melakukan
pengukuran arus maka rangkaian mesti di Buka / diputus / Open circuit dan kemudian
menghubungkan terminal alat ukur pada titik yang telah terputus tersebut.
Pemasanngan yang benar dapat dilihat pada gambar:

Memasang Multimeter SERI


3. Posisi alat ukur saat mengukur Hambatan (Ohm)
Yang mesti diketahui saat pngukuran tahanan ialah JANGAN PERNAH
MENGUKUR NILAI TAHANAN SUATU KOMPONEN SAAT TERHUBUNG
DENGAN SUMBER. Ini akan merusak alat ukur. Pengukurannya sangat mudah
yaitu tinggal mengatur saklar pemilih ke posisi Skala OHM dan kemudian
menghubungkan terminal ke kedua sisi komponen (Resistor) yang akan di ukur.

Memasang Multimeter untuk mengukur tahanan

Kali ini saya tidak akan membahas mengenai mengapa alat ukur di pasang paralel saat
mngukur tegangan dan Seri pada saat mengukur Arus, sebab itu lebih kompleks kecuali ada
yang membutuhkannya. Hal ini erat kaitannya dengan Rangkaian dalam suatu alat ukur.
Setelah mengetahui Cara mengatur Saklat Pemilih yang Benar, Mengetahui Jenis Skala yang
akan digunakan, dan Cara pemasangan alat ukur yang benar, maka tiba saatnya kita
melakukan Pengukuran Besaran Listrik.
MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) DC
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut
anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol
Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 , x10,
x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan
positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan
menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Tegangan yang anda
ingin ukur, ACV untuk tegangan AC (bolak balik) dan DCV untuk tegangan DC
(Searah).
5. Posisikan SKALA PENGUKURAN pada nilai yang paling besar terlebih dahulu
seperti 1000 atau 750 jika anda TIDAK TAHU berapa nilai tegangan maksimal yang
mengalir pada rangkaian.
6. Pasangkan alat ukur PARALEL terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di
ukur.
7. Baca Alat ukur.
Cara Membaca Nilai Tegangan yang terukur:
1. Misalkan Nilai tegangan yang akan diukur adalah 15 VOLT DC (Belum kita ketahui
sebelumnya, itulah saya katakan Misalnya).
2. Kemudian Kita memposisikan saklar pemilih pada posisi DCV dan memilih skala
paling besar yang tertera yaitu 1000. Nilai 1000 artinya Nilai tegangan yang akan
diukur bisa mencapai 1000Volt.
3. Saat memperhatikan Alat ukur maka Dalam Layar penunjuk jarum tidak terdapat
skala terbesar 1000 yang ada hanya 0-10, 0-50, dan 0-250. Maka Untuk memudahkan
membaca perhatikan skala 0-10 saja.

4. Skala penunjukan 0-10 berarti saat jarum penunjuk tepat berada pada angka 10 artinya
nilai tegangan yang terukur adalah 1000 Volt, jika yang di tunjuk jarum adalah angka
5 maka nilai tegangan sebenarnya yang terukur adalah 500 Volt, begitu seterusnya.
5. Kembali Pada Kasus no. 1 dimana nilai tegangan yang akan diukur adalah hanya 15
Volt sementara kita menempatkan saklar pemilih pada Posisi 1000, maka jarum pada
alat ukur hanya akan bergerak sedikit sekali sehingga sulit bagi kita untuk
memperkirakan berapa nilai tegangan sebenarnya yang terukur. Untuk itu Pindahkan
Saklar Pemilih ke Nilai Skala yang dapat membuat Jarum bergerak lebih banyak agar
nilai pengukuran lebih akurat.
6. Misalkan kita menggeser saklar pemilih ke Posisi 10 pada skala DCV. Yang terjadi
adalah, jarum akan bergerak dengan cepat ke paling ujung kanan. Hal ini disebabkan
nilai tegangan yang akan di ukur LEBIH BESAR dari nilai Skala maksimal yang
dipilih. Jika Hal ini di biarkan terus menerus maka alat ukur DAPAT RUSAK, Jika
jarum alat ukur bergerak sangat cepat ke kanan, segera pisahkan alat ukur dari
rangkaian dan ganti Skala SAKLAR PEMILIH ke posisi yang lebih Besar. Saat saklar
Pemilih diletakkan pada angka 10 maka yang di perhatikan dalam layar penunjukan
jarum adalah range skala 0-10, dan BUKAN 0-50 atau 0-250.

Multimeter Over, Awas Rusak


7. Telah saya jelaskan bahwa saat memilih skala 10 untuk mengukur nilai tegangan yang
lebih besar dari 10 maka nilai tegangan sebenarnya tidak akan terukur / diketahui.
Solusinya adalah Saklar Pemilih di posisikan pada skala yang lebih besar dari 10 yaitu
50. Saat memilih Skala 50 pada skala tegangan DC (tertera DCV), maka dalam Layar
Penunjukan Jarum yang mesti di perhatikan adalah range skala 0-50 dan BUKAN lagi
0-10 ataupun 0-250.
8. Saat Saklar pemilih berada pada posisi 50 maka Jarum Penunjuk akan bergerak Tepat
di tengah antara Nilai 10 dan 20 pada range skala 0-50 yang artinya Nilai yang
ditunjukkan oleh alat ukur bernilai 15 Volt.
Perhatikan gambar berikut:

Nilai tegangan Terlihat Benar


9. Untuk mengetahui berapa nilai tegangan yang terukur dapat pula menggunakan
RUMUS:

Jadi misalnya, tegangan yang akan di ukur 15 Volt maka:


Tegangan Terukur

= (50 / 50) x 15

Nilai Tegangan Terukur = 15


Berikut saya akan berikan Contoh agar kita lebih mudah dalam memahaminya:
Contoh I.
Saat melakukan pengukuran ternyata Jarum Alat Ukur berada pada posisi seperti yang terlihat
pada gambar:

Berapakah Nilai tegangan DCV yang terukur saat Saklar Pemilih berada pada Posisi:
1. 2.5
2. 10
3. 50
4. 1000
Jawab:
1. Skala saklar pemilih = 2.5
Skala terbesar yang dipilih = 250
Nilai yang ditunjuk jarum = 110 (perhatikan skala 0-250)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (2.5/250)x 110 = 1.1 Volt
2. Skala saklar pemilih = 10
Skala terbesar yang dipilih = 10
Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (10/10)x 4.4 = 4.4 Volt
3. Skala saklar pemilih = 50
Skala terbesar yang dipilih = 50
Nilai yang ditunjuk jarum = 22 (perhatikan skala 0-50)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (50/50)x 22 = 22 Volt
4. Skala saklar pemilih = 1000
Skala terbesar yang dipilih = 10
Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (1000/10)x 4.4 = 440 Volt
MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) AC

1. Untuk mengukur Nilai tegangan AC anda hanya perlu memperhatikan Posisi Sakelar
Pemilih berada pada SKALA TEGANGAN AC (Tertera ACV) dan kemudian
memperhatikan Baris skala yang berwarna Merah pada Layar Penunjuk Jarum.
2. Selebihnya sama dengan melakukan pengukuran Tegangan DC di atas.

MENGUKUR ARUS LISTRIK (Ampere) DC


Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0)
3. Lakukan Kalibrasi alat ukur
4. Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Arus DCA
5. Pilih SKALA PENGUKURAN yang diinginkan seperti 50 Mikro, 2.5m , 25m , atau
0.25A.
6. Pasangkan alat ukur SERI terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
7. Baca Alat ukur (Pembacaan Alat ukur sama dengan Pembacaan Tegangan DC diatas)
MENGUKUR NILAI TAHANAN / RESISTANSI RESISTOR (OHM)
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).
2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut
anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol
Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 , x10,
x100, x1k, atau x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan

positif (merah). Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan
menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala OHM yang diinginkan
yaitu pada x1 , x10, x100, x1k, atau x10k, Maksud tanda x (kali /perkalian) disini
adalah setiap nilai yang terukur atau yang terbaca pada alat ukur nntinya akan di
KALI kan dengan nilai Skala OHM yang dipilih oleh saklar Pemilih.
5. Pasangkan alat ukur pada komponen yang akan di Ukur. (INGAT JANGAN PASANG
ALAT UKUR OHM SAAT KOMPONEN MASIH BERTEGANGAN)
6. Baca Alat ukur.
Cara membaca OHM METER
1. Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah
mudah.
2. Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum
Penunjuk dan kemudian mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih
dengan sakelar pemilih.
3. Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih
sebelumnya dengan sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah
2000 ohm atau setara dengan 2 Kohm.
Misalkan pada gambar berikut terbaca nilai tahanan suatu Resistor:

Kemudian saklar pemilih menunjukkan perkalian skala yaitu x 10k maka nilai resistansi
tahanan / resistor tersebut adalah:
Nilai yang di tunjuk jarum = 26
Skala pengali
Maka nilai resitansinya

= 10 k
= 26 x 10 k

= 260 k = 260.000 Ohm.


Itulah tutorial mengenai cara membaca ALAT UKUT LISTRIK MULTIMETER atau
OHMMETER. Semoga Informasi ini dapat berguna bagi anda dan dapat memberikan anda
kemudahan dalam membaca suatu alat ukut.
https://efraimmasarrang.wordpress.com/2012/07/31/cara-membaca-multimeteravometer-jilid-2/

Multimeter, Kegunaan dan Cara Menggunakannya


Multimeter, Kegunaan dan Cara Menggunakannya

1. Pengertian :

Multimeter atau multitester merupakan alat pengukur listrik yang sering dikenal sebagai
VOM (Volt-Ohm meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter),
maupun arus (amperemeter).

2. Kegunaan/Fungsi :
Berfungsi untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi). Multimeter
juga dapat digunakan untuk fungsi lainnya seperti mengukur temperatur, induktansi,
frekuensi, dan sebagainya.

3. Cara Menggunakan/Mengukur :
a. Cara Mengukur Tegangan AC :

Putar Posisi Saklar Selektor ke ACV.

Pilih skala yang cocok dengan perkiraan tegangan yang ingin diukur,
contohnya jika ingin mengukur 220 V, atur saklar selector ke 300 V (Cara
ini digunakan hanya untuk Multimeter jenis Analog).

Hubungkan Probe pada terminal tegangan yang mau diukur. Probe Merah
pada terminal Positif (+) dan Probe Hitam ke terminal Negative (-). Untuk
tegangan AC tidak ada polaritas (-) Negative dan (+) Positif.

Lihat hasil pengukuran pada display Multimeter.

b. Cara Mengukur Tegangan DC :

Putar Posisi Saklar Selektor ke DCV.

Pilihlah skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang mau diukur. Jika
ingin mengukur 6 Volt, putar saklar selector ke 12 Volt (khusus Multimeter
Analog), Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka
disarankan untuk memilih skala tegangan yang lebih tinggi untuk
menghindari terjadi kerusakan pada multimeter.

Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Probe Merah


pada terminal Positif (+) dan Probe Hitam ke terminal Negatif (-).
Perhatikan dengan seksama jangan sampai terbalik.

Lihat hasil pengukuran di Display Multimeter.

c. Cara Mengukur Arus Listrik (Ampere)

Putar Posisi Saklar Selektor ke DCA.

Pilihlah Skala sesuai dengan kebutuhan. Misalkan jika Arus yang akan
diukur adalah 100mA maka putarlah saklar selector ke 300mA (0.3A). Jika
Arus yang diukur melebihi skala yang dipilih, maka sekering (fuse) dalam
Multimeter akan putus. Kita wajib menggantinya sebelum kita bisa
menggunakannya lagi.

Putuskan Jalur catu daya (power supply) yang terhubung ke beban.

Setelah itu hubungkan probe Multimeter ke terminal Jalur yang kita


putuskan tersebut. Probe Merah ke Output Tegangan Positif (+) dan Probe
Hitam ke Input Tegangan (+) Beban ataupun Rangkaian yang akan kita
ukur. Untuk lebih jelas, silakan lihat gambar berikut ini.

Lihat hasil pengukuran pada display Multimeter.

d. Cara Mengukur Resistor (Ohm)

Putar Posisi Saklar Selektor ke Ohm ().

Pilihlah skala yang sesuai dengan perkiraan Ohm yang akan diukur.
Biasanya diawali ke tanda X yang artinya adalah Kali. (khusus
Multimeter Analog).

Hubungkan probe ke komponen Resistor, menghubungkannya boleh


terbalik, karena tidak ada polaritas.

Baca hasil pengukuran di Display Multimeter. (Khusus untuk Analog


Multimeter, diperlukan pengalian dengan setting di langkah ke-2).

4. Tingkat Ketelitian :

Tingkat ketelitian multimeter ialah 0,001 volt.

5. Cara Membaca Skala dan Hasil :

Carilah skala yang tepat pada multimeter analog, Multimeter analog


mempunyai jarum penunjuk di belakang jendela kaca, yang bergerak
untuk menandakan hasilnya. biasanya, ada tiga busur yang tercetak di
belakang jarum penunjuk.

Baca skala voltase berdasarkan jangkauan pengukuran, Perhatikan dengan


cermat skala voltase, baik DC maupun AC. Ada beberapa baris angka di
bawah skala. Periksa jangkauan pengukuran mana yang Anda pilih pada
sakelar jangkauan ukur (misalnya, 10V), dan lihat label yang sesuai di
sebelah baris-baris itu. Ini adalah baris yang seharusnya Anda baca untuk
hasil pengukuran.

Perkirakan nilai di antara angka, Skala voltase pada multimeter analog


sama seperti pada penggaris biasa. Tapi skala untuk hambatan listrik
adalah logaritmik, yang artinya jarak yang sama mewakili perubahan yang
berbeda pada nilai tergantung di mana jarum berada pada skala.

Kalikan pembacaan hambatan listrik pada multimeter analog. Lihat pada


pengaturan jangkauan yang ditunjukkan pada sakelar jangkauan ukur. Hal
ini seharusnya memberi Anda sebuah angka untuk dikalikan dengan
pembacaan hasil pengukuran. misalnya, jika multimeter diatur pada R x
100 dan jarum menunjuk pada 50 ohm, maka hambatan listrik sebenarnya
adalah 100 x 50, yaitu 5000.

6. Bagian-bagian :

Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk (Zero


Adjust Screw).

Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero (Zero Ohm Adjust
Knob).

Saklar pemilih (Range Selector Switch).

Posisi ACV (Volt AC).

Posisi Ohm ()berarti multimeter berfungsi sebagai W(4) Posisi


Ohmmeter.

Posisi DCV (Volt DC).

Posisi DCmA (miliampere DC).


Terminal.

Lubang kutub (Common Terminal).

Saklar pemilih polaritas (Polarity Selector Switch).

Kotak meter (Meter Cover).

Jarum penunjuk meter (Knife edge Pointer).

Skala (Scale).

7. Cara Kalibrasi :
a. Periksa jarum penunjuk meter pastikan sudah tepat mengarah ke angka 0 pada skala ohmmeter
b. Apabila belum tepat putar sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk meter ke kiri atau
ke kanan dengan menggunakan obeng pipih (-) kecil.
c. Pasang Probe pada konektor (+) dan ().
d. Putar range selektor switch ke skala Ohm-meter.
e. Tempelkan probe psotif ke probe negatif supaya terjadi Short Circuit.
f. Pastikan jarum penunjuk sudah mengarah ke nol pada skala ohm-meter, jika belum maka
putar zero adjustment agar jarum menunjuk ke nol.

8. Nama Lain :

Multitester.

Volt Ohm Meter (VOM).

AVO Meter.

9. Jenis-jenis :

Multimeter Analog.

Multimeter Digital.

10. Cara Merawat :

Jangan menaruh Multimeter di area medan magnet yang kuat.

Jika mengukur besaran listrik yang tidak diketahui mulailah dengan


jangkauan yang terbesar.

Hindari terkenanya terik matahari secara langsung

Jangan diletakkan ditempat yang bergetar.

Jangan dicuci dengan cairan pelarut.

11. Skala Utama/Skala Nonius :

Skala Utama Ohm berada pada bagian garis atas pada display multimeter.

Skala utama DC/AC berada pada garis tengah.

Dan untuk bagian garis terbawah khusus untuk ACV 10.

http://alatukur.web.id/multimeter-kegunaan-dan-cara-menggunakannya/

HomeAlat UkurFungsi Multimeter Analog

Fungsi Multimeter Analog


Advertisement

Fungsi Multimeter adalah sebagai sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur arus
listrik, tegangan listrik, dan resistansi atau ketahanan suatu benda yang biasa disebut
avometer. Tidak hanya itu saja fungsinya, alat ini juga mampu mengukur induktansi,
frekuensi, temperatur dan masih banyak lagi, karena alasan itulah mengapa alat ini disebut
sebagai multimeter. Alat ini memiliki berbagai bagian penting yang ada di dalamnya, yang
memiliki kegunaan unik masing-masing yang terdapat pada multimeter ini. Dan berbagai
elemen yang terkandung pada multimeter ini contohnya seperti saklar rangkuman atau
pelemah masukan yang memiliki kegunaan sebagai penyeimbang atau pembatas tegangan
masukkan pada titik nilai yang diinginkan.

Contoh lain dari elemen-elemen pada multimeter atau avometer ini adalah penguat atau
pengatur DC jembatan setimbang atau biasa disebut dengan balanced bridge DC amplifier,
alat pencatat, dan yang terakhir adalah rangkaian penyearah dengan kegunaan sebagai
pengubah tegangan masukan AC ke tegangan DC yang memiliki tegangan yang sama.
Multimeter sendiri memiliki 2 kategori atau jenis, yaitu multimeter analog dan mutimeter
digital atau biasa disebut dengan DMM (Digital MultiMeter). Dilihat dari jenisnya, Fungsi
Multimeter ini bermacam-macam dan sangat berguna sekali untuk kehidupan kita.

Fungsi multimeter dengan kategori Digital Multimeter


adalah sebagai berikut :
1. Menguji dioda dengan tujuan untuk mendeteksi tingkat kerusakan akibat
suatu hal yang tidak kita ketahui
2. Menguji kondensator
3. Menguji transformator
4. Mengukur tegangan DC
5. Mengukur arus DC
6. Mengukur tegangan AC

7. Pengecekan hubungan singkat


8. Menguji transistor PNP
9. Menguji kapasitor elektrolit
10.Pengukur resistansi pada multimeter
11.Penguji transistor NPN

Dan yang terakhir adalah Fungsi Multimeter Analog, multimeter jenis ini sangat mirip
dengan digital multimeter, multimeter jenis ini biasa digunakan oleh kita pada umumnya
karena lebih mudah membacanya karena memang multimeter jenis ini termasuk multimeter
yang lebih simpel dan mudah. Tetapi bagi anda yang ingin meneliti sesuatu secara mendetail,
disarankan menggunakan Digital Multimeter.
Demikian penjelasan singkat mengenai fungsi multimeter analog, semoga artikel kali ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi anda semua. Baca juga artikel menarik lainnya, seperti
Rangkaian Penghemat Listrik, Rangkaian RC (Resistor-Kapasitor), Rangkaian Star Delta dan
Rangkaian Inverter 1000 Watt.
http://komponenelektronika.biz/fungsi-multimeter-analog.html

Pengertian,Fungsi Multimeter Analog dan Digital


Berdasarkan pembacaan hasil ukurnya, multimeter ada dua
jenis yaitu:

1. Multimeter Analog, yaitu multimeter yang pembacaan hasil

ukurnya menggunakan penunjuk jarum..

1. Multimeter Digital, yaitu multimeter yang pembacaan hasil

ukurnya berupa digit angka.

Fungsi Multimeter :

1. Mengukur tegangan DC
2. Mengukur tegangan AC
3. Mengukur kuat arus DC
4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor
5. Mengecek hubung-singkat / koneksi
6. Mengecek transistor
7. Mengecek kapasitor elektrolit
8. Mengecek dioda, led dan dioda zener
9. Mengecek induktor
10. Mengukur HFE transistor (type tertentu)
11. Mengukur suhu (type tertentu)
A. Cara Menggunakan Multimeter Analog

1. Untuk memulai setiap pengukuran, hendaknya jarum

menunjukkan angka nol apabila kedua penjoloknya dihubungkan.


Putarlah penala mekanik apabila jarum belum tepat pada angka
nol (0).
2. Putarlah sakelar pemilih ke arah besaran yang akan diukur,

misalnya ke arah DC mA apabila akan mengukur arus DC, ke


arah AC V untuk mengukur tegangan AC, dan ke arah DC V
untuk mengukur tegangan DC.
3. Untuk mengukur tahanan (resistor), sakelar pemilih diarahkan ke

sekala ohm dan nolkan dahulu dengan menggabungkan probe


positif dan negatif. Apabila belum menunjukkan angka nol
cocokkan dengan memutar ADJ Ohm.
4. Sambungkan penjolok warna merah ke jolok positif dan penjolok

warna hidam ke jolok negatif.


5. Untuk pengukuran besaran DC, jangan sampai terbalik kutub

positif dan negatifnya karena bisa menyebabkan alat ukurnya


rusak.
B. Cara Menggunakan Multimeter Digital

Cara menggunakannya sama dengan multimeter analog, hanya lebih


sederhana dan lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena
menggunakan display 4 digit sehingga mudah membaca dan
memakainya.

1. Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan

setelah alat ukur siap dipakai.


2. Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah

disambungkan dengan alat ukur.


3. Catat angka yang tertera pada multimeter digital.
4. Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun

probenya terpasang terbalik karena display dapat memberitahu.


a) Mengukur tegangan DC

1. Atur Selektor pada posisi DCV.


2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan
yang akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka
atur posisi skala di batas ukur 50V.
3. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka

atur batas ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak


rusak.
4. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan

yang akan dicek, probe warna merah pada posisi (+) dan probe
warna hitam pada titik (-) tidak boleh terbalik.
5. Baca hasil ukur pada multimeter.

b)

Mengukur tegangan AC
1. Atur Selektor pada posisi ACV.
2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan

yang akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka
atur posisi skala di batas ukur 50V.
3. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya
4. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan

yang akan dicek. Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.


5. Baca hasil ukur pada multimeter.

c)

Mengukur kuat arus DC


1. Atur Selektor pada posisi DCA.
2. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang

akan di cek, misal : arus yang di cek sekitar 100mA maka atur
posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
3. Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang

mampu diukur oleh multimeter karena jika melebihi batas


maka fuse (sekring) pada multimeter akan putus dan
multimeter sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus
diganti dulu.

4. Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat

pengukuran tegangan DC dan AC, karena mengukur arus berarti


kita memutus salah satu hubungan catu daya ke beban yang
akan dicek arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai
penghubung.
5. Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+)

catu daya dan probe (-) pada input tegangan (+) dari
beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian arusnya.
6. Baca hasil ukur pada multimeter.

d)

Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap


1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter....
2. Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.
3. Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya

hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka


pengali sesuai batas ukur.
4. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor

boleh terbalik.
5. Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan

multimeter sama dengan nilai yang ditunjukkan oleh gelang


warna resistor.
e)

Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)


1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
2. Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor

(VR)yang akan diukur.


3. Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya

hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka


pengali sesuai batas ukur.
4. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor

boleh terbalik.

5. Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi

variabel resistor dan pastikan penunjukan jarum multimeter


berubah sesuai dengan putaran VR.
f)

Mengecek hubung-singkat / koneksi


1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
2. Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu).
3. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung

kabel/terminal yang akan dicek koneksinya.


4. Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan

yang ditunjukkan maka semakin baik konektivitasnya.


5. Jika jarum multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau

terminal tersebut putus.


g)

Mengecek diode
1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
2. ilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3. Hubungkan probe multimeter (-) pada anoda dan probe (+)

pada katoda.
4. Jika diode yang dicek berupa led maka batas ukur pada X1 dan

saat dicek, led akan menyala.


5. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar

5-20K) berarti dioda baik, jika tidak menunjuk berarti dioda


rusak putus.
6. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+)

pada anoda dan probe (-) pada katoda.


7. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti

dioda baik, jika bergerak berarti dioda rusak bocor tembus


katoda-anoda.
h)

Mengecek transistor NPN

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


2. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada

kolektor .
4. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-

20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti


transistor rusak putus B-C.
5. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+)

pada basis dan probe (-) pada kolektor.


6. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti

transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor


tembus B-C.
7. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada

emitor.
8. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar

5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti


transistor rusak putus B-E.
9. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+)

pada basis dan probe (-) pada emitor.


10. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti

transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor


tembus B-E.
11. Hubungkan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-)

pada kolektor.
12. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti

transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor


tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+)
padakolektor tidak diperlukan.
i) Mengecek transistor PNP

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.


2. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
3. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada

kolektor.
4. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-

20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti


transistor rusak putus B-C.
5. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-)

pada basis dan probe (+) pada kolektor.


6. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti

transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor


tembus B-C.
7. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada

emitor.
8. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-

20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti


transistor rusak putus B-E.
9. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-)

pada basis dan probe (+) pada emitor.


10. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti

transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor


tembus B-E.
11. Hubungkan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+)

pada kolektor.
12. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti

transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor


tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-)
pada kolektor tidak diperlukan.
j) Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko).

1. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter..


2. Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10

untuk untuk nilai elko diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai


elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah 10uF.
3. Hubungkan probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe

(+) pada kaki (-) elko.


4. Pastikan jarum multimeter bergerak kekanan sampai nilai

tertentu (tergantung nilai elko) lalu kembali ke posisi semula.


5. Jika jarum bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko

bocor.
6. Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.
http://shelladesykanova.blogspot.co.id/2012/12/berdasarkan-pembacaan-hasilukurnya.html

Anda mungkin juga menyukai