Anda di halaman 1dari 32

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

“ Besaran dan Satuan Listrik ”

Disusun Oleh:

Nama : Wira Zhafran

NIM : 03051181823009

Kelas : Teknik Mesin A Indralaya

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
Besaran dan Satuan Listrik

Avometer berasal dari kata ”AVO” dan ”meter”. ‘A’ artinya ampere,
untuk mengukur arus listrik. ‘V’ artinya voltase, untuk mengukur voltase atau
tegangan. ‘O’ artinya ohm, untuk mengukur ohm atau hambatan. Terakhir, yaitu
meter atau satuan dari ukuran. AVO Meter sering disebut dengan Multimeter
atau Multitester. Secara umum, pengertian dari AVO meter adalah suatu alat
untuk mengukur arus, tegangan, baik tegangan bolak-balik (AC) maupun
tegangan searah (DC) dan hambatan listrik.

AVO meter sangat penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika


karena dapat membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat,
Tetapi sebelum mempergunakannya, para pemakai harus mengenal terlebih
dahulu jenis-jenis AVO meter dan bagaimana cara menggunakannya agar tidak
terjadi kesalahan dalam pemakaiannya dan akan menyebabkan rusaknya AVO
meter tersebut. .

Berdasarkan prinsip kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO
meter analog (menggunakan jarum putar / moving coil) dan AVO meter digital
(menggunakan display digital). Kedua jenis ini tentu saja berbeda satu dengan
lainnya, tetapi ada beberapa kesamaan dalam hal operasionalnya. Misal sumber
tenaga yang dibutuhkan berupa baterai DC dan probe / kabel penyidik warna
merah dan hitam.

Pada AVO meter digital, hasil pengukuran dapat terbaca langsung berupa
angka-angka (digit), sedangkan AVO meter analog tampilannya menggunakan
pergerakan jarum untuk menunjukkan skala. Sehingga untuk memperoleh hasil
ukur, harus dibaca berdasarkan range atau divisi. AVO meter analog lebih
umum digunakan karena harganya lebih murah dari pada jenis AVO meter
digital
Avometer Analog

Multimeter analog atau yang biasa disebut multimeter jarum adalah alat


pengukur besaran listrik yang menggunakan tampilan dengan jarum yang
bergerak ke range-range yang kita ukur dengan probe . Multimeter ini tersedia
dengan kemampuan untuk mengukur hambatan ohm, tegangan (Volt) dan arus
(mA). Analog tidak digunakan untuk mengukur secara detail suatu besaran nilai
komponen, tetapi kebanyakan hanya digunakan untuk baik atau jeleknya
komponen pada waktu pengukuran atau juga digunakan untuk memeriksa suatu
rangkaian apakah sudah tersambung dengan baik sesuai dengan rangkaian blok
yang ada.

Bagian-bagian dan Fungsinnya


1. Meter Korektor, berguna untuk menyetel jarum AVO meter ke arah nol, saat
AVO meter akan dipergunakan dengan cara memutar sekrupnya ke kanan
atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.
2. Range Selector Switch adalah saklar yang dapat diputar sesuai dengan
kemampuan batas ukur yang dipergunakan yang berfungsi untuk
memilih posisi pengukuran dan batas ukurannya. Saklar putar (range selector
switch) ini merupakan kunci utama bila kita menggunakan AVO meter. AVO
meter biasanya terdiri dari empat posisi pengukuran, yaitu :
- Posisi (Ohm) berarti AVO Meter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri
dari tiga batas ukur : x1; x10; dan K.
- Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO Meter berfungsi sebagai voltmeter AC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
- Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai voltmeter DC
yang terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
- Posisi DC mA (miliampere DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai
miliamperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur, yaitu: 0,25; 25; dan
500.
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe AVO meter yang satu dengan
yang lain batas ukurannya belum tentu sama.
3. Terminal + dan – Com, terminal dipergunakan untuk mengukur Ohm, AC
Volt, DC Volt dan DC mA (yang berwarna merah untuk + dan warna hitam
untuk -).
4. Pointer (Jarum Meter) merupakan sebatang pelat yang bergerak kekanan
dan kekiri yang menunjukkan besaran / nilai.
5. Mirror (cermin) sebagai batas antara Ommeter dengan Volt-Ampermeter.
Cermin pemantul pada papan skala yang digunakan sebagai panduan untuk
ketepatan membaca, yaitu pembacaan skala dilakukan dengan cara tegak
lurus dimana bayangan jarum pada cermin harus satu garis dengan jarum
penunjuk, maksudnya agar tidak terjadi penyimpangan dalam membaca.
6. Scale (skala) berfungsi sebagai skala pembacaan meter.
7. Zero Adjusment adalah pengatur / penepat jarum pada kedudukan nol ketika
menggunakan Ohmmeter. Caranya : saklar pemilih diputar pada posisi
(Ohm), test lead + (merah) dihubungkan ke test lead - (hitam), kemudian
tombol pengatur kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke kanan sehingga
menunjuk pada kedudukan skala 0 Ohm.
9. Angka-Angka Batas Ukur, adalah angka yang menunjukkan batas
kemampuan alat ukur.
10. Kotak Meter, adalah kotak / tempat meletakkan komponen-komponen
AVOmeter.
Di sebelah kanan saklar terdapat tanda ACV (Alternating Current Volt), yaitu
Voltmeter untuk mengukur arus bolak-balik atau aliran tukar. Batas ukur ini
dibagi atas, misal 0-10 V, 0-50 V, 0-250 V, 0-500 V, 0-1000 V.
Bagian atas saklar penunjuk diberi tanda OHM dan ini merupakan batas ukur
Ohm meter yang dapat digunakan untuk mengukur nilai tahanan dan baik
buruknya alat-alat dalam “pesawat”. Pada bagian ini terdapat batas ukur, yaitu
misal : x1, x10, x100, x1K, x10K.
Di sebelah kiri dari saklar terdapat tanda DCV (Direct Current Volt) yang
merupakan bagian dari Voltmeter, yaitu bagian yang digunakan khusus untuk
untuk mengukur tegangan listrik DC. Batas ukur DCV dibagi atas, misal 0-10
V, 0-50 V, 0-250 V, 0-500 V, 0-1000 V.
Pengukuran di bawah 10 Volt dipakai batas ukur 0-10 V. Bila di atas 12 Volt
dan di bawah 50 Volt dipergunakan batas ukur 0-50 V. Jika di atas 50 Volt dan
di bawah 250 Volt digunakan batas ukur 0-250 V. Bila di atas 250V dan
dibawah 500V digunakan batas ukur 500 Volt. Bila lebih dari 500 V dan di
bawah 1000V digunakan batas ukur 0-1000 V. Jika lebih dari itu, maka tidak
boleh menggunakan Volt meter secara langsung.
Di bagian bawah saklar terdapat tanda DC mA yang berguna untuk mengukur
besarnya kuat arus listrik. Batas ukur dibagi atas, misal 0-0,25 mA, 0-25 mA, 0-
500 mA. Bila menggunakan alat ukur ini, pertama-tama letakkanlah saklar pada
batas ukur yang terbesar / tertinggi, kemudian di bawahnya sehingga batas ukur
yang digunakan selalu lebih tinggi dari arus yang kita ukur.

Cara Penggunaan Avometer Digital

Alat ukur listrik harus dipasang dengan benar, Untuk melakukan suatu
pengukuran listrik, Posisi alat ukur pada rangkaian juga Mesti dan Hal wajib
yang harus di perhatikan agar pembacaan alat ukur tidak salah. Pemasangan
Alat ukur yang salah /Tidak  benar memberikan hasil pengukuran yang TIDAK
BENAR dan bukan kurang tepat, jadi ini sangat perlu di perhatikan. Mari kita
melihat posisi alat ukur yang benar:

1. Posisi alat ukur saat mengukur TEGANGAN (Voltage)

Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka
Alat ukur mesti di pasang Paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel
adalah kedua terminal pengukur ( Umumnya berwarna Merah untuk
positif (+) dan Hitam untuk Negatif (-) harus membentuk suatu titik
percabangan dan bukan berjejer (seri) terhadap beban. Pemasangan yang
benar dapat dilihat pada gambar berikut:

Memasang Multimeter Paralel

2. Posisi alat ukur saat mengukur ARUS (Ampere)

Untuk melakukan pengukuran ARUS yang mesti diperhatikan yaitu


Posisi terminal harus dalam kondisi berderetan dengan Beban, Sehingga
untuk melakukan pengukuran arus maka rangkaian mesti di Buka /
diputus / Open circuit dan kemudian menghubungkan terminal alat ukur
pada titik yang telah terputus tersebut. Pemasanngan yang benar dapat
dilihat pada gambar:
Memasang Multimeter SERI

3. Posisi alat ukur saat mengukur Hambatan (Ohm)

Yang mesti diketahui saat pengukuran tahanan ialah JANGAN PERNAH


MENGUKUR NILAI TAHANAN SUATU KOMPONEN SAAT
TERHUBUNG DENGAN SUMBER. Ini akan merusak  alat ukur.
Pengukurannya sangat mudah yaitu tinggal mengatur saklar pemilih ke
posisi Skala OHM dan kemudian menghubungkan terminal ke kedua sisi
komponen (Resistor) yang akan di ukur.
Memasang Multimeter untuk mengukur tahanan

Setelah mengetahui cara mengatur saklat pemilih yang benar, mengetahui jenis
skala yang akan digunakan, dan cara pemasangan alat ukur yang benar, maka
tiba saatnya kita melakukan pengukuran besaran listrik.

MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) DC


Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:

1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).


2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0),
bila menurut anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu
dilakukan Pengaturan Sekrup.
3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2
mengenai Tombol Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada
SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya
tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah).
Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan
menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Tegangan
yang anda ingin ukur, ACV untuk tegangan AC (bolak balik) dan DCV
untuk tegangan DC (Searah).
5. Posisikan SKALA PENGUKURAN pada nilai yang paling besar terlebih
dahulu seperti 1000 atau 750 jika anda TIDAK TAHU berapa nilai
tegangan maksimal yang mengalir pada rangkaian.
6. Pasangkan alat ukur PARALEL terhadap beban/ sumber/komponen yang
akan di ukur.
7. Baca Alat ukur.

Cara Membaca Nilai Tegangan yang terukur:

1. Misalkan Nilai tegangan yang akan diukur adalah 15 VOLT DC (Belum


kita ketahui sebelumnya, itulah saya katakan Misalnya).
2. Kemudian Kita memposisikan saklar pemilih pada posisi DCV dan
memilih skala paling besar yang tertera yaitu 1000.  Nilai 1000 artinya
Nilai tegangan yang akan diukur bisa mencapai 1000Volt.
3. Saat memperhatikan Alat ukur maka Dalam Layar penunjuk jarum tidak
terdapat skala terbesar 1000 yang ada hanya 0-10, 0-50, dan 0-250.  Maka
Untuk memudahkan membaca perhatikan skala 0-10 saja.
4. Skala penunjukan 0-10 berarti saat jarum penunjuk tepat berada pada
angka 10 artinya nilai tegangan yang terukur adalah 1000 Volt, jika yang
di tunjuk jarum adalah angka 5 maka nilai tegangan sebenarnya yang
terukur adalah 500 Volt, begitu seterusnya.
5. Kembali Pada Kasus no. 1 dimana nilai tegangan yang akan diukur adalah
hanya 15 Volt sementara kita menempatkan saklar pemilih pada Posisi
1000, maka jarum pada alat ukur hanya akan bergerak sedikit sekali
sehingga sulit bagi kita untuk memperkirakan berapa nilai tegangan
sebenarnya yang terukur. Untuk itu Pindahkan Saklar Pemilih ke Nilai
Skala yang dapat membuat Jarum bergerak lebih banyak agar nilai
pengukuran lebih akurat.
6. Misalkan kita menggeser saklar pemilih ke Posisi 10 pada skala DCV.
Yang terjadi adalah, jarum akan bergerak dengan cepat ke paling ujung
kanan. Hal ini disebabkan nilai tegangan yang akan di ukur LEBIH
BESAR dari nilai Skala maksimal yang dipilih. Jika Hal ini di biarkan
terus menerus maka alat ukur DAPAT RUSAK, Jika jarum alat ukur
bergerak sangat cepat ke kanan, segera pisahkan alat ukur dari rangkaian
dan ganti Skala SAKLAR PEMILIH ke posisi yang lebih Besar. Saat
saklar Pemilih diletakkan pada angka 10 maka yang di perhatikan dalam
layar penunjukan jarum adalah range skala 0-10, dan BUKAN 0-50 atau
0-250.

Multimeter Over, Awas Rusak

7. Saat memilih skala 10 untuk mengukur nilai tegangan yang lebih besar
dari 10 maka nilai tegangan sebenarnya tidak akan terukur / diketahui.
Solusinya adalah Saklar Pemilih di posisikan pada skala yang lebih besar
dari 10 yaitu 50. Saat memilih Skala 50 pada skala tegangan DC (tertera
DCV), maka dalam Layar Penunjukan Jarum yang mesti di perhatikan
adalah range skala 0-50 dan BUKAN lagi 0-10 ataupun 0-250.
8. Saat Saklar pemilih berada pada posisi 50 maka Jarum Penunjuk akan
bergerak Tepat di tengah antara Nilai 10 dan 20 pada range skala 0-50
yang artinya Nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur bernilai 15 Volt.
Perhatikan gambar berikut:

Nilai tegangan Terlihat Benar

9. Untuk mengetahui berapa nilai tegangan yang terukur dapat pula


menggunakan RUMUS:

Jadi misalnya, tegangan yang akan di ukur 15 Volt maka:


Tegangan Terukur             = (50 / 50) x 15
Nilai Tegangan Terukur  = 15

MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) AC

1. Untuk mengukur Nilai tegangan AC anda hanya perlu memperhatikan


Posisi Sakelar Pemilih berada pada SKALA TEGANGAN AC (Tertera
ACV) dan kemudian memperhatikan Baris skala yang berwarna Merah
pada Layar Penunjuk Jarum.
2. Selebihnya sama dengan melakukan pengukuran Tegangan DC di atas.

MENGUKUR ARUS LISTRIK (Ampere) DC


Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:

1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).


2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0)
3. Lakukan Kalibrasi alat ukur
4. Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Arus DCA
5. Pilih SKALA PENGUKURAN yang diinginkan seperti 50 Mikro, 2.5m ,
25m , atau 0.25A.
6. Pasangkan alat ukur SERI terhadap beban/ sumber/komponen yang akan
di ukur.
7. Baca Alat ukur (Pembacaan Alat ukur sama dengan Pembacaan 
Tegangan DC diatas)

MENGUKUR NILAI TAHANAN / RESISTANSI RESISTOR (OHM)


Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:

1. Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).


2. Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0),
bila menurut anda angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu
dilakukan Pengaturan Sekrup.
3. Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2
mengenai Tombol Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada
SKALA OHM pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k selanjutnya
tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah).
Nolkan jarum AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan
menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
4. Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala OHM yang
diinginkan yaitu pada x1 Ω, x10, x100, x1k, atau x10k, Maksud tanda x
(kali /perkalian) disini adalah setiap nilai yang terukur atau yang terbaca
pada alat ukur nntinya akan di KALI kan dengan nilai Skala OHM yang
dipilih oleh saklar Pemilih.
5. Pasangkan alat ukur pada komponen yang akan di Ukur. (INGAT
JANGAN PASANG ALAT UKUR OHM SAAT KOMPONEN MASIH
BERTEGANGAN)
6. Baca Alat ukur.

Cara membaca OHM METER

1. Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter
sangatlah mudah.
2. Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh
Jarum Penunjuk dan kemudian mengalikan dengan nilai perkalian Skala
yang di pilih dengan sakelar pemilih.
3. Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang
anda pilih sebelumnya dengan sakelar pemilih adalah x100, maka nilai
tahanan tersebut adalah 2000 ohm atau setara dengan 2 Kohm.

Misalkan pada gambar berikut terbaca nilai tahanan suatu Resistor:

Kemudian saklar pemilih menunjukkan perkalian skala yaitu x 10k maka nilai
resistansi tahanan / resistor tersebut adalah:
Nilai yang di tunjuk jarum   = 26
Skala pengali                           = 10 k
Maka nilai resitansinya       = 26 x 10 k
= 260 k = 260.000 Ohm.
Kelebihan dan Kekurangan Avometer Analog

Kelebihan :

 Mengecek kerusakan dari rangkaian atau komponen dengan lebih mudah

 Harga relatif lebih murah

Kekurangan :

 Rawan rusak di bagian spul atau jarum

 Menggunakan rumus tertentu untuk menghitung nilai yang dihitung jarum

Avometer Digital

AVO meter digital tidak sama halnya dengan AVO meter analog yang
menggunakan jarum. AVO meter digital menggunakan display yang langsung
dapat menampilkan hasil pengukuran berupa angka-angka. Karena tidak
menggunakan jarum, AVO meter digital ini bentuk fisiknya lebih kecil daripada
AVO meter analog dan tidak perlu melakukan kalibrasi lagi sebelum melakukan
pengukuran. Selain itu, ketelitian di dalam pengukurannya juga jauh lebih bagus
daripada AVO meter analog.

Bagian-Bagian dan Fungsinnya

1.

Tombol On/Off adalah tombol untuk menghidupkan multimeter.


2. Led Indikator adalah led sebagai indikator jika kedua probe disatukan dan
posisinya pada simbol freeze.

3. Simbol freeze, jika posisi selektor pada freeze dan probe disatukan antara
probe positif (merah) dan probe negatif (hitam) maka freeze akan berbunyi
dan led merah akan nyala. Fungsinya untuk mengukur jalur yang ada pada PC
(Print Circuit Board) jika menyambung maka freeze akan berbunyi dan led
menyala, jika jalur putus maka freeze tidak akan berbunyi dan led tidak akan
menyala.

4. Simbol Tegangan DC (V=) berfungsi untuk mengukur tegangan DC atau


searah, ini digunakan untuk mengukur tegangan DC yang ada pada
Handphone, Laptop, Ipad, LCD, dll.

5.Simbol Tegangan AC berfungsi untuk mengukur tegangan AC atau bolak-


balik , kebanyakan digunakan untuk mengukur tegangan listrik yang memiliki
voltase 220-240 VAC.

6. Simbol Arus DC (Searah), digunakan untuk mengukur arus searah seperti


    pengukuran arus yang ada pada baterai hp, laptop dll.

7. Simbol Arus AC, digunakan untuk mengukur arus AC atau bolak-balik,


biasanya dilakukan pengukuran arus pada listrik lampu yang ada pada
instalasi rumah.

8.Simbol Pengukuran Kapasitor, digunakan untuk mengukur nilai dari sebuah


kapasitor.

9.Simbol Pengukuran Transistor, digunakan untuk mengukur nilai transistor,


baik transistor PNP ataupun NPN.

Cara Penggunaan Avometer Digital

1. Cara Mengukur Tegangan DC (DC Voltage)

1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCV

2. Pilihlah skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika
ingin mengukur 6 Volt, putar saklar selector ke 12 Volt (khusus Analog
Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka
disarankan untuk memilih skala tegangan yang lebih tinggi untuk
menghindari terjadi kerusakan pada multimeter.

3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Probe Merah


pada terminal Positif (+) dan Probe Hitam ke terminal Negatif (-). Hati-
hati agar jangan sampai terbalik.

4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

2. Cara Mengukur Tegangan AC (AC Voltage)

1. Atur Posisi Saklar Selektor ke ACV

2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin
mengukur 220 Volt, putar saklar selector ke 300 Volt (khusus Analog
Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka
disarankan untuk memilih skala tegangan yang tertinggi untuk
menghindari terjadi kerusakan pada multimeter.

3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Untuk


Tegangan AC, tidak ada polaritas Negatif (-) dan Positif (+)
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

 3. Cara Mengukur Arus Listrik (Ampere)

1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCA

2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan arus yang akan diukur. Jika Arus yang
akan diukur adalah 100mA maka putarlah saklar selector ke 300mA
(0.3A). Jika Arus yang diukur melebihi skala yang dipilih, maka sekering
(fuse) dalam Multimeter akan putus. Kita harus menggantinya sebelum
kita dapat memakainya lagi.

3. Putuskan Jalur catu daya (power supply) yang terhubung ke beban,

4. Kemudian hubungkan probe Multimeter ke terminal Jalur yang kita


putuskan tersebut. Probe Merah ke Output Tegangan Positif (+) dan
Probe Hitam ke Input Tegangan (+) Beban ataupun Rangkaian yang akan
kita ukur. Untuk lebih jelas, silakan lihat gambar berikut ini.

5. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter


4. Cara Mengukur Resistor (Ohm)

1. Atur Posisi Saklar Selektor ke Ohm (Ω)

2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan Ohm yang akan diukur. Biasanya
diawali ke tanda “X” yang artinya adalah “Kali”. (khusus Multimeter
Analog)

3. Hubungkan probe ke komponen Resistor, tidak ada polaritas, jadi boleh


terbalik.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter. (Khusus untuk Analog
Multimeter, diperlukan pengalian dengan setting di langkah ke-2)

Kelebihan dan Kekurangan Avometer Digital

Kelebihan :

 Penggunaan lebih mudah karena semua sudah tersistem dan hasil dapat
langsung keluar dalam bentuk nominal

 Pengukuran dinilai dapat lebih akurat

Kekurangan :

 Sulit digunakan untuk mengukur kerusakan komponen, seperti : elco,


transistor, dan sebagainya

 Harga relatif lebih mahal

Resistor
Resistor atau sering juga disebut hambatan merupakan komponen dalam
rangkaian listrik yang berfungsi untuk menghambat aliran listrik. Hambatan
yang terdapat dalam resistor memiliki satuan Ohm atau sering ditulis dengan
omega (Ω). Resistor memiliki lambang R dan dalam gambar rangkaian listrik
resistor digambarkan seperti sandi rumput, yang naik turun zigzaz dengan tajam
seperti yang terlihat pada gambar dibawah.

Simbol Resistor / Hambatan dalam Rangkaian Listrik

Cara Menghitung dan Kode Warna 4,5,6 Cincin Resistor

Dalam bentuk komponen listrik, nilai hambatan yang ada dalam resistor
biasanya “ditulis” dengan menggunakan pita-pita berwarna, mulai dari 4 warna,
5 warna dan 6 warna. Konsep penggunaan warna tersebut pada dasarnya sama
aja, hanya untuk yang enam warna ditambahkan lagi dengan koefisien suhu.

 Pada resistor dengan 4 warna , warna pita 1 dan 2 menunjukkan koefisien


nilai, pita 3 sebagai pengali (multiplier), dan pita ke-4 sebagai ambang
batas toleransi.

 Pada resistor dengan 5 warna , warna pita 1, 2, dan 3 menunjukkan


koefisien nilai, pita 4 sebagai pengali (multiplier), dan pita ke-5 sebagai
ambang batas toleransi.

 Pada resistor dengan 6 warna , warna pita 1, 2, dan 3 menunjukkan


koefisien nilai, pita 4 sebagai pengali (multiplier), dan pita ke-5 sebagai
ambang batas toleransi sedangkan pita ke enam sebagai koefisien
suhu/termal.

Berdasarkan warna pita maka akan ditentukan berapa nilai resistor


sebenarnya. Pada dasarnya akan dibutuhkan minimal 2 buah pita terakhir untuk
pita pengali dan toleransi serta pita koefisien suhu khusus untuk 6 warna. Jadi
bila dipetakan maka akan terlihat sebagai berikut :
Pemetaan Pita resistor 4, 5 dan 6 warna

Adapun nilai untuk warna pita dapat dilihat pada tabel berikut :

Angka/nilai pita pada resistor

Bila pita berfungsi sebagai multiplier maka nilainya adalah 10 pangkat


angka pita. Misal pita hitam=0, sebagai multiplier nilainya adalah 100 = 1. Pita
orange=3, sebagai multiplier nilainya adalah 103 = 10k. Pita hijau=5, sebagai
multiplier nilainya adalah 105, dst.
Untuk lebih jelasnya bagaimana pita-pita tersebut memberikan maksud berapa
nilai sebuah resistor berdasarkan lingkaran pita-pita yang ada maka akan
langsung kita coba praktek menghitung nilai resistor mulai dari yang
menggunakan 4 warna hingga resistor 6 warna.
 

Menghitung Hambatan Resistor 4 Warna

Misalkan kita memiliki resistor seperti yang tampak pada gambar dibawah.
Hitunglah nilai hambatan pada resistor tersebut.
Contoh Resistor 4 warna

Biar sama persepsi, kita asumsikan pita pada resistor tersebut mulai dari pita ke
1 (paling kiri) hingga pita ke-4 (paling kanan) adalah coklat, hitam, orange dan
emas. Bagaimana kita mengetahui bahwa pita toleransi adalah pita emas bukan
pita coklat?? Salah satunya karena warna emas dan perak pasti merupakan nilai
untuk toleransi. Coba lihat tabel warna diatas. Warna emas dan perak tidak ada
dalam kolom angka/nilai. Jadi warna pita emas harus berada paling kanan
(terakhir) yang berfungsi sebagai toleransi.
Selanjutnya kita hitung nilai resistor tersebut:

Nilai Resistor 4 warna

Jadi nilai resistor tersebut adalah 10 x 103 ohm= 104 ohm = 10k ohm ± 5%
Apa maksud toleransi 5%? Maksudnya, 5% dari 10k ohm adalah 500 ohm,
sehingga nilai resistor tersebut bisa saja berada antara 9,5k ohm sampai dengan
10,5k ohm.

Menghitung Hambatan Resistor 5 Warna

Misalkan kita memiliki resistor lain dengan 5 pita warna pada resistor seperti
yang tampak pada gambar dibawah. Hitunglah nilai hambatan pada resistor
tersebut.
Contoh resistor 5 warna

Biar sama juga, kita asumsikan pita pada resistor tersebut mulai dari pita ke 1
(paling kiri) hingga pita ke-5 (paling kanan) adalah orange, orange, putih, hitam
dan coklat. Bagaimana kita juga mengetahui pita coklat sebagai toleransi dan
bukan pita orange??? Pita coklat (seperti halnya pita emas dan perak) juga
berfungsi sebagai penanda toleransi (lihat kolom 3 pada tabel warna). Pita
orange bukan sebagai penanda toleransi. Cara lainnya adalah lihat ada jarak
yang cukup lebar antara pita hitam dan pita coklat. Hal ini untuk memisahkan
antara pita angka / nilai resistor dengan pita toleransi. Dengan demikian kita
tinggal menghitung nilai resistor tersebut:

Nilai Resistor 5 warna

Jadi nilai resistor tersebut adalah 339 x 100 = 339 x 1 = 339 ohm ± 1%

Menghitung Hambatan Resistor 6 Warna

Seperti kedua contoh sebelumnya. Misalkan kita memiliki resistor lain dengan 6
pita warna pada resistor seperti yang tampak pada gambar dibawah. Hitunglah
nilai hambatan pada resistor tersebut.
Contoh resistor 6 warna

Cara menghitung resistor 6 warna sama dengan resistor 5 warna. Cuma pada
pita terakhir adalah koefisien suhu. Supaya sama, asumsikan warna pita adalah
orange, hijau, putih, merah, coklat dan merah. Jadi nilai semua pita adalah :

Nilai Resistor 6 warna

Jadi nilai resistor pada gambar adalah 359 x 102 = 359x100 = 35900 = 35,9k
ohm ± 1% 50 ppm.

Jenis-Jenis Resistor dan Fungsinnya

1. Jenis Resistor Tetap ( Fixed Resistor)


Resistor tetap merupakan jenis resistor yang nilainya sudah tertulis pada
badan resistor dengan menggunakan kode warna ataupun angka. Resistor ini
banyak digunakan sebagai penghambat arus listrik secara permanen. Untuk jenis
resistor tetap, salah satu cirinya yang dapat kalian ingat adalah nilai dari
resistansinya yang tidak dapat berubah karena dalam proses pembuatannya telah
ditentukan nilai tetap dari resistor tersebut.

Jenis-Jenis Resistor Tetap (Fixed Resistor)

A. Resistor Komposisi Karbon (Carbon Composition Resistor)

Jenis Resistor komposisi  karbon dibuat dari campuran karbon


atau  grafit dengan bahan isolasi yang berfungsi untuk membungkusnya. Jenis
Resistor komposisi karbon merupakan resistor jenis rendah yang memiliki
induktansi yang rendah sehingga sangat ideal dipergunakan dalam frekuensi
tinggi tetapi umumnya resistor jenis ini cukup menganggu karena menimbulkan
noise dan kurang stabil ketika panas. Jenis Resistor komposisi karbon
merupakan jenis resistor yang tergolong murah dipasaran dan umumnya
dipergunakan dalam suatu rangkaian listrik. 

Model Resistor Komposisi Karbon

Resistor komposisi  umumnya diberi awalan "CR" pada penulisannya, contoh


CR10kΩ dan tersedia dalam kemasan E6 ( ± 20% toleransi), E12 ( ± 10%
toleransi) dan E24 ( ± 5% toleransi) dengan daya 0.125 atau 1/4 Watt sampai 5
Watt. Karena memiliki nilai toleransi yang cukup besar sehingga kurang presisi
(akurat) dalam penggunaanya.
B.  Resistor Film

Jenis Resistor film dibedakan berdasarkan bahan pembuatannya yaitu resistor


film metal, resistor film karbon, resistor film oxide. Jenis resistor film umumnya
dibuat dengan memasukkan logam murni, seperti nikel atau sebuah film oxide
seperti tin-oxide yang dimasukkan kedalam keramik batang.

 Resistor Film Karbon

Jenis Resistor Jenis Carbon Film ini terdiri dari


filem tipis karbon yang diendapkan atau dibungkus isolator yang dipotong
berbentuk spiral. Nilai resistansinya tergantung pada proporsi antara karbon dan
isolator. Pada prinsipnya semakin besar campuran bahan karbonnya yang
terdapat pada resistor maka semakin kecil  nilai resistansi yang didapatkan.

Nilai resistansi resistor film karbon yang umumnya terdapat di pasaran berkisar
diantara 1Ω hingga 10MΩ dengan nilai daya berkisar 1/6W sampai 5W. Karena
rendahnya kepekaan terhadap suhu, Carbon Film Resistor dapat bekerja dengan
baik di suhu yang berkisar antara -55°C hingga 155°C.

 Resistor Film Metal

Jenis Resistor jenis film metal memiliki


kestabilan suhu yang lebih baik dibanding film karbon, tidak mudah noise serta
memiliki frekuensi yang lebih baik atau diaplikasikan dalam frekuensi radio.
Metal Film Resistor adalah jenis Resistor yang dilapisi dengan Film logam yang
tipis ke Subtrat Keramik dan dipotong berbentuk spiral. Nilai Resistansinya
dipengaruhi oleh panjang, lebar  dan ketebalan spiral logam.

Resistor film oxide merupakan yang terbaik dalam mengalirkan arus gelombang
dengan suhu yang lebih tinggi dibanding resistor fim metal.
Model Resistor Film
Metal Film Resistor umumnya ditulis dengan awalan "MFR" contohnya
MFR100kΩ dan "CF" untuk resistor film karbon. Metal film resistors tersedia
dalam beberapa tipe kemasan seperti E24 (±5% dan ±2% toleransi), E96 (±1%
toleransi) and E192 (±0.5%, ±0.25% & ±0.1% toleransi) dengan daya  0.05
(1/20th) Watt sampai 1/2 Watt.

C. Resistor Kawat (Wirewound Resistor)

Jenis Resistor kawat yang digunakan sekarang


Satu lagi tipe jenis resistor tetap yaitu resistor kawat, resistor ini dibuat dengan
cara melilitkan kawat kedalam keramik lalu membungkusnya dengan bahan
isolator. Bentuk fisik dari resistor ini cukup bervariasi dan memiliki ukuran
yang relatif besar. Karena jenis resistor kawat umumnya memiliki besaran
resistansi yang tergolong tinggi dan tahan terhadap temperatur tinggi, resistor ini
hanya digunakan pada rangkaian power.
Model Resistor Kawat
 Resistor kawat umumnya ditulis dengan awalan "WH" atau "W" contohnya
(WH10Ω) dan tersedia dalam kemasan WH aluminium  (±1%, ±2%, ±5% &
±10% toleransi) atau W yang ditutupi enamel (seperti kaca) memiliki  (±1%,
±2% & ±5% toleransi) dengan daya dari 1W to 300W atau lebih.

2. Jenis Resistor Variabel

Jenis Resistor variabel atau disebut resistor tidak tetap merupakan jenis resistor
yang nilai resistansinya tau tahananya dapat berubah dan diatur sesuai
denganyang diinginan. Pada dasarnya Variable Resistor terbagi menjadi
Potensiometer, Rheostat dan Trimpot.
A. Potensiometer

Potensiometer merupakan jenis variable resistor yang paling sering digunakan.


Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai resistansinya dapat
berubah-ubah dengan cara memutar porosnya melalui sebuah Tuas yang
terdapat pada Potensiometer. Nilai Resistansi Potensiometer biasanya tertulis di
badan Potensiometer dalam bentuk kode angka.

Pada umumnya, perubahan resistansi pada potensiometer terbagi menjadi 2,


yakni linier dan logaritmik. Yang dimaksud dengan perubahan secara linier
adalah perubahan nilai resistansinya berbanding lurus dengan arah putaran
pengaturnya. Sedangkan, yang dimaksud dengan perubahan secara logaritmik
adalah perubahan nilai resistansinya yang didasarkan pada perhitungan
logaritmik.

Untuk membedakan potensiometer linier dan logaritmik cukup melihat kode


huruf yang mana huruf A menandakan potensiometer linier sedangkan huruf B
menandakan potensiometer logaritmik.

B. Rheostat
Rheostat merupakan jenis jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada
Tegangan dan Arus yang tinggi. Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif dan
pengaturan Nilai Resistansi dilakukan dengan penyapu yang bergerak pada
bagian atas Toroid.

C. Preset Resistor (Trimpot)

Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer


Potensiometer) adalah jenis Variable Resistor yang berfungsi seperti
Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil dan tidak memiliki Tuas.
Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat bantu seperti Obeng kecil
untuk dapat memutar porosnya.

Sifat dan fisik trimpot sebenarnya sama dengan potensiometer yag membedakan
ukuran trimpot jauh lebih kecil. Perubahan nilai resistansinya juga dibagi
menjadi 2, yakni linier dan logaritmik yang mana huruf A trimpot linier dan
huruf B trimpot logaritmik.

C. Thermistor (Thermal Resistor)

Thermistor adalah jenis resistor yang nilai resistansinya dapat berubah karena
dipengaruhi oleh suhu (Temperature). Thermistor merupakan Singkatan dari
“Thermal Resistor”. Terdapat dua jenis Thermistor yaitu Thermistor NTC
(Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature
Coefficient).

Bentuk dan Simbol Thermistor :


 

D. LDR (Light Dependent Resistor)

LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis Resistor yang nilai
Resistansinya dapat berubah karena dipengaruhi oleh intensitas Cahaya yang
diterimanya.

Bentuk dan Simbol jenis LDR :  


Fungsi-fungsi Resistor

Fungsi-fungsi Resistor di dalam Rangkaian Elektronika diantaranya


adalah sebagai berikut :

 Sebagai Pembatas Arus listrik

 Sebagai Pengatur Arus listrik

 Sebagai Pembagi Tegangan listrik

 Sebagai Penurun Tegangan listrik


Daftar Pustaka
Kho, Dickson. 2017. “ Cara Menggunakan Multimeter / Multitester ”.
( Online ). https://teknikelektronika.com/cara-menggunakan-multimeter-
multitester/. ( diakses pada tanggal 9 Februari 2019 ).
Kho, Dickson. 2017. “ Pengertian Resistor dan Jenis-jenisnnya ”. ( Online ).
https://teknikelektronika.com/pengertian-resistor-jenis-jenis-resistor/.
( diakses pada tanggal 9 Februari 2019 ).
Nerdi. 2015. “ Multimeter atau AVO Meter ”. ( Online ).
http://www.geocities.ws/nerdi/multimeter_atau_avo_meter.html.
( diakses pada tanggal 9 Februari 2019 ).
Putz, Mas. 2015. “ Kelebihan dan Kekurangan Multimeter Digital VS
Analog ”. ( Online ). http://www.masputz.com/2015/11/kelebihan-dan-
kekurangan-multimeter.html. ( diakses data tanggal 9 Februari 2019 ).
Widyaningsih, Sri. 2014. “ Cara Menghitung Resistor 4,5,6 Warna ”.
( Online ). http://www.cara.aimyaya.com/2014/12/cara-menghitung-
resistor-4-5-dan-6-warna.html. ( diakses data tanggal 9 Februari ).

Anda mungkin juga menyukai