Anda di halaman 1dari 50

Belajar mengenal dan menggunakan AVO

Meter
CARA MEMBACA MULTIMETER / AVOMETER ANALOG
Hy frend's, Pada tutorial hari ini saya ingin membahas lebih lengkap mengenai Cara Mudah Untuk
Membaca Alat Ukur Listrik Multimeter / Avometer Analog.
Kali ini saya mencoba membuat tutorialnya dalam bahasa yang lebih singkat dan sederhana
sehingga saya berharap dapat lebih mudah untuk di pahami.
Sebelum masuk lebih jauh mengenai cara mengukur besaran listrik seperti Tegangan (Volt), Arus
(Ampere), dan Tahanan (Ohm) ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu Multimeter atau
Avometer.
Yang dimaksud Multimeter atau Avometer adalah Alat ukur Listrik yang memungkinkan kita untuk
mengukur besarnya Besaran listrik yang ada pada suatu rangkaian baik itu Tegangan, Arus, maupun
Nilai Hambatan/Tahanan. AVOmeter adalah singkatan dari Ampere Volt Ohm Meter, jadi hanya
terdapat 3 komponen yang bisa diukur dengan AVOmeter sedangkan Multimeter , dikatakan multi
sebab memiliki banyak besaran yang bisa di ukur, misalnya Ampere, Volt, Ohm, Frekuensi,
Konektivitas Rangkaian (putus ato tidak), Nilai Kapasitif, dan lain sebagainya. Terdapat 2 (dua) jenis
Multimeter yaitu Analog dan Digital, yang Digital sangat mudah pembacaannya disebabkan karena
Multimeter digital telah menggunakan angka digital sehingga begitu melakukan pengukuran Listrik,
Nilai yang diinginkan dapat langsung terbaca asalkan sesuai atau Benar cara pemasangan alat
ukurnya.
Mari mengenal bagian-bagian Multimeter atau Avometer agar lebih memudahkan dalam memahami
tulisan selanjutnya:

Bagian-Bagian Multimeter
Saya akan berikan sedikit penjelasan mengenai gambar di atas. Yang perlu untuk di perhatikan
adalah :
1.
SEKRUP PENGATUR JARUM, Sekrup ini dapat di putar dengan Obeng atau plat kecil,
Sekrup ini berfungsi mengatur Jarum agar kembali atau tepat pada posisi 0 (NOL), terkadang jarum
tidak pada posisi NOL yang dapat membuat kesalahan pada pengukuran, Posisikan menjadi NOL
sebelum digunakan.
2.
TOMBOL PENGATUR NOL OHM. Tombol ini hampir sama dengan Sekrup pengatur jarum,
hanya saja bedanya yaitu Tombol ini digunakan untuk membuat jarum menunjukkan angka NOL
pada saat Saklar pemilih di posisikan menunjuk SKALA OHM. Saat saklar pemilih pada posisi Ohm
biasanya pilih x1 pada skala Ohm kemudian Hubungkan kedua ujung TERMINAL (Ujung terminal
Merah bertemu dengan Ujung terminal Hitam) dan Lihat pada Layar penunjuk, Jarum akan bergerak
ke KANAN (Disitu terdapat angka NOL (0), Putar tombol pengatur Nol Ohm sampai jarum
menunjukkan angka NOL). Proses ini dinamakan KALIBRASI OhmMeter. Hal ini Muthlak dilakukan
sebelum melakukan pengukuran tahanan (OHM) suatu komponen atau suatu rangkaian.
3.
SAKLAR PEMILIH. Saklar ini harus di posisikan sesuai dengan apa yang ingin di UKUR,
misalnya bila ingin mengukur tegangan AC maka atur/putar saklar hingga menyentuh skala AC yang

pada alat ukur tertulis ACV, Begitu pula saat mengukur tegangan DC, cari yang tertulis DCV, begitu
seterusnya. Jangan Salah memilih Skala Pengukuran.
Pada setiap bagian SKALA PENGUKURAN yang dipilih dengan Saklar Pemilih, terdapat Nilai-nilai
yang tertera pada alat ukur, Misalnya Pada Skala Tegangan AC (tertulis ACV pada alat ukur) tertera
skala 10, 50, 250, dan 750 begitu pula pada Skala Tegangan DC (tertulis DCV pada alat ukur)
tertera skala 0.1 , 0.25 , 2.5 , 10 , dst. Apa maksud Skala ini?? Dan Bagaimana Memilihnya??
Pedoman Memilih SKALA Pengukuran:
Skala tersebut adalah skala yang akan digunakan untuk membaca hasil pengukuran, Semua skala
dapat digunakan untuk membaca, Hanya saja tidak semua skala dapat memberikan atau
memperlihatkan nilai yang diinginkan, misalnya kita mempunyai Baterai 9 Volt DC, kemudian kita
mengatur SAKLAR PEMILIH untuk Memilih SKALA TEGANGAN DC pada posisi 2,5 dan
menghubungkan TERMINAL Merah dengan positif (+) baterai dan Hitam dengan Negatif (-) baterai.
Apa yang akan terjadi?? Jarum akan bergerak ke Ujung Kanan dan tidak menunjukkan angka 9Volt,
Mengapa Demikian?? Sebab NILAI MAKSIMAL yang dapat diukur bila kita memposisikan Saklar
Pemilih pada skala 2.5 adalah hanya 2.5 Volt saja, sehingga untuk mengukur Nilai 9Volt maka saklar
harus di putar menuju Skala yang LEBIH BESAR sari NILAI Tegangan yang di Ukur, jadi Putar pada
Posisi 10 dan Alat ukur akan menunjukkan nilai yang diinginkan.Penjelasan Lebih Lengkap
Mengenai MEMBACA ALAT UKUR akan di Bahas selanjutnya pada tutorial ini.
Saya tidak akan membahas semua bagian-bagian alat ukur tetapi bila ingin mengetahui fungsifungsi dari tiap bagian alat ukur, Anda dapat membaca DISINI.
ALAT UKUR LISTRIK HARUS DIPASANG DENGAN BENAR, Mengapa saya katakan Demikian??
Untuk melakukan suatu pengukuran listrik, Posisi alat ukur pada rangkaian juga Mesti dan Hal wajib
yang harus di perhatikan agar pembacaan alat ukur tidak salah. Pemasangan Alat ukur yang
salah /Tidak benar memberikan hasil pengukuran yang TIDAK BENAR dan bukan kurang tepat, jadi
ini sangat perlu di perhatikan. Mari kita melihat posisi alat ukur yang benar:
1.
Posisi alat ukur saat mengukur TEGANGAN (Voltage)
Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka Alat ukur mesti di pasang
Paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel adalah kedua terminal pengukur ( Umumnya berwarna
Merah untuk positif (+) dan Hitam untuk Negatif (-) harus membentuk suatu titik percabangan dan
bukan berjejer (seri) terhadap beban. Pemasangan yang benar dapat dilihat pada gambar berikut:

Memasang Multimeter Paralel


2.
Posisi alat ukur saat mengukur ARUS (Ampere)
Untuk melakukan pengukuran ARUS yang mesti diperhatikan yaitu Posisi terminal harus dalam
kondisi berderetan dengan Beban, Sehingga untuk melakukan pengukuran arus maka rangkaian
mesti di Buka / diputus / Open circuit dan kemudian menghubungkan terminal alat ukur pada titik
yang telah terputus tersebut. Pemasanngan yang benar dapat dilihat pada gambar:

Memasang Multimeter SERI

3.
Posisi alat ukur saat mengukur Hambatan (Ohm)
Yang mesti diketahui saat pngukuran tahanan ialah JANGAN PERNAH MENGUKUR NILAI
TAHANAN SUATU KOMPONEN SAAT TERHUBUNG DENGAN SUMBER. Ini akan merusak alat
ukur. Pengukurannya sangat mudah yaitu tinggal mengatur saklar pemilih ke posisi Skala OHM dan
kemudian menghubungkan terminal ke kedua sisi komponen (Resistor) yang akan di ukur.

Memasang Multimeter untuk mengukur tahanan


Kali ini saya tidak akan membahas mengenai mengapa alat ukur di pasang paralel saat mngukur
tegangan dan Seri pada saat mengukur Arus, sebab itu lebih kompleks kecuali ada yang
membutuhkannya. Hal ini erat kaitannya dengan Rangkaian dalam suatu alat ukur.
Setelah mengetahui Cara mengatur Saklat Pemilih yang Benar, Mengetahui Jenis Skala yang akan
digunakan, dan Cara pemasangan alat ukur yang benar, maka tiba saatnya kita melakukan
Pengukuran Besaran Listrik.
MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) DC
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
1.

Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).

2.
Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda
angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
3.
Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol
Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 , x10, x100, x1k, atau
x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum
AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
4.
Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Tegangan yang anda ingin ukur,
ACV untuk tegangan AC (bolak balik) dan DCV untuk tegangan DC (Searah).
5.
Posisikan SKALA PENGUKURAN pada nilai yang paling besar terlebih dahulu seperti 1000
atau 750 jika anda TIDAK TAHU berapa nilai tegangan maksimal yang mengalir pada rangkaian.
6.

Pasangkan alat ukur PARALEL terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.

7.
Baca Alat ukur.
Cara Membaca Nilai Tegangan yang terukur:
1.
Misalkan Nilai tegangan yang akan diukur adalah 15 VOLT DC (Belum kita ketahui
sebelumnya, itulah saya katakan Misalnya).
2.
Kemudian Kita memposisikan saklar pemilih pada posisi DCV dan memilih skala paling
besar yang tertera yaitu 1000. Nilai 1000 artinya Nilai tegangan yang akan diukur bisa mencapai
1000Volt.
3.
Saat memperhatikan Alat ukur maka Dalam Layar penunjuk jarum tidak terdapat skala
terbesar 1000 yang ada hanya 0-10, 0-50, dan 0-250. Maka Untuk memudahkan membaca
perhatikan skala 0-10 saja.

4.
Skala penunjukan 0-10 berarti saat jarum penunjuk tepat berada pada angka 10 artinya nilai
tegangan yang terukur adalah 1000 Volt, jika yang di tunjuk jarum adalah angka 5 maka nilai
tegangan sebenarnya yang terukur adalah 500 Volt, begitu seterusnya.
5.
Kembali Pada Kasus no. 1 dimana nilai tegangan yang akan diukur adalah hanya 15 Volt
sementara kita menempatkan saklar pemilih pada Posisi 1000, maka jarum pada alat ukur hanya
akan bergerak sedikit sekali sehingga sulit bagi kita untuk memperkirakan berapa nilai tegangan
sebenarnya yang terukur. Untuk itu Pindahkan Saklar Pemilih ke Nilai Skala yang dapat membuat
Jarum bergerak lebih banyak agar nilai pengukuran lebih akurat.
6.
Misalkan kita menggeser saklar pemilih ke Posisi 10 pada skala DCV. Yang terjadi adalah,
jarum akan bergerak dengan cepat ke paling ujung kanan. Hal ini disebabkan nilai tegangan yang
akan di ukur LEBIH BESAR dari nilai Skala maksimal yang dipilih. Jika Hal ini di biarkan terus
menerus maka alat ukur DAPAT RUSAK, Jika jarum alat ukur bergerak sangat cepat ke kanan,
segera pisahkan alat ukur dari rangkaian dan ganti Skala SAKLAR PEMILIH ke posisi yang lebih
Besar. Saat saklar Pemilih diletakkan pada angka 10 maka yang di perhatikan dalam layar
penunjukan jarum adalah range skala 0-10, dan BUKAN 0-50 atau 0-250.

Multimeter Over, Awas Rusak


7.
Telah saya jelaskan bahwa saat memilih skala 10 untuk mengukur nilai tegangan yang lebih
besar dari 10 maka nilai tegangan sebenarnya tidak akan terukur / diketahui. Solusinya adalah
Saklar Pemilih di posisikan pada skala yang lebih besar dari 10 yaitu 50. Saat memilih Skala 50
pada skala tegangan DC (tertera DCV), maka dalam Layar Penunjukan Jarum yang mesti di
perhatikan adalah range skala 0-50 dan BUKAN lagi 0-10 ataupun 0-250.
8.
Saat Saklar pemilih berada pada posisi 50 maka Jarum Penunjuk akan bergerak Tepat di
tengah antara Nilai 10 dan 20 pada range skala 0-50 yang artinya Nilai yang ditunjukkan oleh alat
ukur bernilai 15 Volt.
Perhatikan gambar berikut:

Nilai tegangan Terlihat Benar


9.

Untuk mengetahui berapa nilai tegangan yang terukur dapat pula menggunakan RUMUS:

Jadi misalnya, tegangan yang akan di ukur 15 Volt maka:


Tegangan Terukur
= (50 / 50) x 15
Nilai Tegangan Terukur = 15
Berikut saya akan berikan Contoh agar kita lebih mudah dalam memahaminya:
Contoh I.
Saat melakukan pengukuran ternyata Jarum Alat Ukur berada pada posisi seperti yang terlihat pada
gambar:

Berapakah Nilai tegangan DCV yang terukur saat Saklar Pemilih berada pada Posisi:
1.

2.5

2.

10

3.

50

4.
1000
Jawab:
1.
Skala saklar pemilih = 2.5
Skala terbesar yang dipilih = 250
Nilai yang ditunjuk jarum = 110 (perhatikan skala 0-250)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (2.5/250)x 110 = 1.1 Volt
2.
Skala saklar pemilih = 10
Skala terbesar yang dipilih = 10
Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (10/10)x 4.4 = 4.4 Volt
3.
Skala saklar pemilih = 50
Skala terbesar yang dipilih = 50
Nilai yang ditunjuk jarum = 22 (perhatikan skala 0-50)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (50/50)x 22 = 22 Volt
4.
Skala saklar pemilih = 1000
Skala terbesar yang dipilih = 10
Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (1000/10)x 4.4 = 440 Volt
MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) AC
1.
Untuk mengukur Nilai tegangan AC anda hanya perlu memperhatikan Posisi Sakelar Pemilih
berada pada SKALA TEGANGAN AC (Tertera ACV) dan kemudian memperhatikan Baris skala yang
berwarna Merah pada Layar Penunjuk Jarum.
2.

Selebihnya sama dengan melakukan pengukuran Tegangan DC di atas.

MENGUKUR ARUS LISTRIK (Ampere) DC


Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
1.

Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).

2.

Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0)

3.

Lakukan Kalibrasi alat ukur

4.

Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Arus DCA

5.

Pilih SKALA PENGUKURAN yang diinginkan seperti 50 Mikro, 2.5m , 25m , atau 0.25A.

6.

Pasangkan alat ukur SERI terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.

7.
Baca Alat ukur (Pembacaan Alat ukur sama dengan Pembacaan Tegangan DC diatas)
MENGUKUR NILAI TAHANAN / RESISTANSI RESISTOR (OHM)
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
1.

Pastikan alat ukur tidak rusak secara Fisik (tidak peccah).

2.
Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda
angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
3.
Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol
Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 , x10, x100, x1k, atau
x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum
AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
4.
Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala OHM yang diinginkan yaitu pada
x1 , x10, x100, x1k, atau x10k, Maksud tanda x (kali /perkalian) disini adalah setiap nilai yang
terukur atau yang terbaca pada alat ukur nntinya akan di KALI kan dengan nilai Skala OHM yang
dipilih oleh saklar Pemilih.
5.
Pasangkan alat ukur pada komponen yang akan di Ukur. (INGAT JANGAN PASANG ALAT
UKUR OHM SAAT KOMPONEN MASIH BERTEGANGAN)
6.
Baca Alat ukur.
Cara membaca OHM METER
1.

Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah mudah.

2.
Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum Penunjuk dan
kemudian mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih dengan sakelar pemilih.
3.
Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih
sebelumnya dengan sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 2000 ohm
atau setara dengan 2 Kohm.
Misalkan pada gambar berikut terbaca nilai tahanan suatu Resistor:

Kemudian saklar pemilih menunjukkan perkalian skala yaitu x 10k maka nilai resistansi tahanan /
resistor tersebut adalah:
Nilai yang di tunjuk jarum = 26
Skala pengali
= 10 k
Maka nilai resitansinya
= 26 x 10 k
= 260 k = 260.000 Ohm.
Itulah tutorial mengenai cara membaca ALAT UKUT LISTRIK MULTIMETER atau OHMMETER.
Semoga Informasi ini dapat berguna bagi anda dan dapat memberikan anda kemudahan dalam
membaca suatu alat ukut.
Untuk mendownload File pdf tentang artikel ini silakan klik DISINI.

Bahagian Multimeter Analog & Fungsinya

Dari gambar multimeter dapat dijelaskan bagian-bagian dan


fungsinya :

(1) Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk (Zero


Adjust Screw), berfungsi untuk mengatur kedudukan
jarum penunjuk dengan cara memutar sekrupnya ke
kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih
kecil.

(2) Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero


(Zero Ohm Adjust Knob), berfungsi untuk mengatur
jarum penunjuk pada posisi nol. Caranya : saklar
(Ohm), test lead + (merahpemilih diputar pada posisi
dihubungkan ke test lead (hitam), kemudian tombol
diputar ke kiri atau ke kananpengatur kedudukan 0
.sehingga menunjuk pada kedudukan 0

(3) Saklar pemilih (Range Selector Switch), berfungsi untuk


memilih posisi pengukuran dan batas ukurannya.
Multimeter biasanya terdiri dari empat posisi
pengukuran, yaitu :

(Ohm) berarti multimeter berfungsi sebagai(4) Posisi


ohmmeter, yang terdiri dari tiga batas ukur : x 1; x 10;
dan K

(5) Posisi ACV (Volt AC) berarti multimeter berfungsi


sebagai voltmeter AC yang terdiri dari lima batas ukur :
10; 50; 250; 500; dan 1000.

(6) Posisi DCV (Volt DC) berarti multimeter berfungsi


sebagai voltmeter DC yang terdiri dari lima batas ukur :
10; 50; 250; 500; dan 1000.

(7) Posisi DCmA (miliampere DC) berarti multimeter


berfungsi sebagai mili amperemeter DC yang terdiri dari
tiga batas ukur : 0,25; 25; dan 500.

(8) Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe


multimeter yang satu dengan yang lain batas ukurannya
belum tentu sama.

Terminal), berfungsi sebagai(9) Lubang kutub + (V A


tempat masuknya test lead kutub + yang berwarna
merah.

(10) Lubang kutub (Common Terminal), berfungsi


sebagai tempat masuknya test lead kutub - yang
berwarna hitam.

(11) Saklar pemilih polaritas (Polarity Selector Switch),


berfungsi untuk memilih polaritas DC atau AC.

(12) Kotak meter (Meter Cover), berfungsi sebagai tempat


komponen-komponen multimeter.

(13) Jarum penunjuk meter (Knife edge Pointer), berfungsi


sebagai penunjuk besaran yang diukur.

(14) Skala (Scale), berfungsi sebagai skala pembacaan


meter.
P O S T E D B Y S H A M AT 1 1 : 5 7 P M

Berada di > Home > Alat Ukur Listrik > Cara Menggunakan Avometer (Multimeter) Dengan Benar
Abu Akhdan
Alat Ukur Listrik

Cara menggunakan avometer ; hallo sobat masih senang membaca bukan?


Pembahasan kita kali ini berkaitan dengan alat ukur yang biasa di gunakan pada bidang
kelistrikan dan elektronika. Judul posting kali ini tentang cara menggunakan avometer

atau bisa di sebut juga sebagai multimeter. Avometer sesuai dengan namanya terdiri
dari tiga macam alat ukur yang di gabungkan yaitu Amperemeter, Voltmeter dan Ohm
meter, dengan demikian mempunyai fungsi fungsi yang berbeda pula. Selain dari
fungsinya, berikut juga akan saya jelaskan bagaimana cara menggunakan avometer
tersebut. sekarang kita lihat satu persatu bagian dari avometer :

Cara Menggunakan Avometer


1.

Amperemeter

Amperemeter pada perangkat avometer berfungsi untuk mengukur arus listrik yang

mengalir pada
suatu rangkaian. Biasanya pengukuran
dengan amperemeter ini dilakukan untuk arus dc (arus searah) yang kecil misalnya
pengukuran pada perangkat elektronika. Sedangkan untuk pengukuran arus AC (arus
bolak balik) yang besar menggunakan tang amper (clamp meter). Selanjutnya
bagaimana cara menggunakan avometer untuk mengukur arus listrik pada sebuah
rangkaian ?, caranya : (1). Atur terlebih dahulu switch selector pada posisi DCA (direct
current ampere) yang berfungsi untuk mengukur arus searah atau lihat pada gambar
diatas. (2). Lakukan pengukuran dengan meletakkan kedua probe alat ukur pada
rangkaian yang akan di ukur (alat ukur harus di pasang seri terhadap rangkaian). Untuk
avometer
digital
untuk
nilainya
langsung
bisa

dilihat.

2.

Voltmeter

Voltmeter pada perangkat avometer berfungsi untuk mengukur besarnya tegangan

pada sumber
listrik DC maupun AC sesuai dengan fungsi
voltmeter tersebut. cara menggunakan avometer untuk mengukur arus dan
tegangan pastilah berbeda, kalau amperemeter dipasang seri terhadap rangkaian yang
hendak diukur maka voltmeter harus dipasang paralel terhadap sumber yang akan
diukur. Hal hal yang harus dilakukan sebelum melakukan pengukuran dengan avometer
adalah (1). Atur terlebih dahulu switch selector avometer pada posisi ACV (jika yang
ingin diukur adalah tegangan bolak balik) atau DCV (jika yang ingin diukur adalah
tegangan searah) lihat gambar disamping kiri. (2). Selanjutnya lakukan pengukuran
tegangan dengan meletakkan kedua probe pada sumber listrik secara langsung (lihat
gambar berikut), jika menggunakan avometer digital nilainya bisa langsung dilihat.

3.

Ohm Meter

Ohm meter pada perangkat avometer berfungsi untuk mengukur besarnya nilai

hambatan /
resistansi pada komponen komponen
ektronika misalnya resistor, transistor, dioda dan lain lain. Namun ohm meter juga bisa
digunakan untuk mengetahui kondisi kabel listrik apakah masih baik atau sudah putus.
Prosedur atau cara menggunakan avometer yang harus dilakukan untuk mengukur
hambatan pada avometer adalah (1). Atur terlebih dahulu selector switch avometer
pada posisi Ohm atau lihat gambar berikut. (2). Hubungkan kedua probe alat ukur
langsung pada resistor atau kabel yang hendak di ukur. Jika menggunakan avometer
digital nilai bisa langsung di lihat. Perlu di ketahui bahwa untuk mengukur hambatan
suatu komponen maka komponen tersebut harus bebas dari adanya tegangan listrik.

Demikian pembahasan singkat mengenai cara menggunakan avometer mudah


mudahan bermanfaat.

Cara Menggunakan Multimeter Multimeter adalah alat yang berfungsi untuk mengukur
Voltage (Tegangan), Ampere (Arus Listrik), dan Ohm (Hambatan/resistansi) dalam satu unit.
Multimeter sering disebut juga dengan istilah Multitester atau AVOMeter (singkatan dari Ampere Volt
Ohm Meter). Terdapat 2 jenis Multimeter dalam menampilkan hasil pengukurannya yaitu Analog
Multimeter (AMM) dan Digital Multimeter (DMM).
Sehubungan dengan tuntutan akan keakurasian nilai pengukuran dan kemudahan pemakaiannya
serta didukung dengan harga yang semakin terjangkau, Digital Multimeter (DMM) menjadi lebih
populer dan lebih banyak dipergunakan oleh para Teknisi Elektronika ataupun penghobi Elektronika.
Dengan perkembangan teknologi, kini sebuah Multimeter atau Multitester tidak hanya dapat
mengukur Ampere, Voltage dan Ohm atau disingkat dengan AVO, tetapi dapat juga mengukur
Kapasitansi, Frekuensi dan Induksi dalam satu unit (terutama pada Multimeter Digital). Beberapa
kemampuan pengukuran Multimeter yang banyak terdapat di pasaran antara lain :

Voltage (Tegangan) AC dan DC satuan pengukuran Volt

Current (Arus Listrik) satuan pengukuran Ampere

Resistance (Hambatan) satuan pengukuran Ohm

Capacitance (Kapasitansi) satuan pengukuran Farad

Frequency (Frekuensi) satuan pengukuran Hertz

Inductance (Induktansi) satuan pengukuran Henry

Pengukuran atau Pengujian Dioda

Pengukuran atau Pengujian Transistor

Bagian-bagian penting Multimeter


Multimeter atau multitester pada umumnya terdiri dari 3 bagian penting, diantanya adalah :

1. Display
2. Saklar Selektor
3. Probe
Gambar dibawah ini adalah bentuk Multimeter Analog dan Multimeter Digital beserta bagian-bagian

pentingnya.

Cara Menggunakan Multimeter untuk Mengukur Tegangan, Arus listrik dan


Resistansi
Berikut ini cara menggunakan Multimeter untuk mengukur beberapa fungsi dasar Multimeter seperti
Volt Meter (mengukur tegangan), Ampere Meter (mengukur Arus listrik) dan Ohm Meter (mengukur
Resistansi atau Hambatan)

1. Cara Mengukur Tegangan DC (DC Voltage)


1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCV
2. Pilihlah skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin
mengukur 6 Volt, putar saklar selector ke 12 Volt (khusus Analog Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan untuk
memilih skala tegangan yang lebih tinggi untuk menghindari terjadi kerusakan
pada multimeter.
3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Probe Merah pada
terminal Positif (+) dan Probe Hitam ke terminal Negatif (-). Hati-hati agar jangan
sampai terbalik.

4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

2. Cara Mengukur Tegangan AC (AC Voltage)


1. Atur Posisi Saklar Selektor ke ACV
2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin
mengukur 220 Volt, putar saklar selector ke 300 Volt (khusus Analog Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan untuk
memilih skala tegangan yang tertinggi untuk menghindari terjadi kerusakan pada
multimeter.
3. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Untuk Tegangan AC,
tidak ada polaritas Negatif (-) dan Positif (+)
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

3. Cara Mengukur Arus Listrik (Ampere)


1. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCA
2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan arus yang akan diukur. Jika Arus yang akan
diukur adalah 100mA maka putarlah saklar selector ke 300mA (0.3A). Jika Arus
yang diukur melebihi skala yang dipilih, maka sekering (fuse) dalam Multimeter
akan putus. Kita harus menggantinya sebelum kita dapat memakainya lagi.
3. Putuskan Jalur catu daya (power supply) yang terhubung ke beban,
4. Kemudian hubungkan probe Multimeter ke terminal Jalur yang kita putuskan
tersebut. Probe Merah ke Output Tegangan Positif (+) dan Probe Hitam ke Input
Tegangan (+) Beban ataupun Rangkaian yang akan kita ukur. Untuk lebih jelas,
silakan lihat gambar berikut ini.
5. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

4. Cara Mengukur Resistor (Ohm)


1. Atur Posisi Saklar Selektor ke Ohm ()
2. Pilih skala sesuai dengan perkiraan Ohm yang akan diukur. Biasanya diawali ke
tanda X yang artinya adalah Kali. (khusus Multimeter Analog)
3. Hubungkan probe ke komponen Resistor, tidak ada polaritas, jadi boleh terbalik.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter. (Khusus untuk Analog Multimeter,
diperlukan pengalian dengan setting di langkah ke-2)

Pengertian dan Fungsi Fuse (Sekering) serta Cara Mengukurnya


Posted on 03/04/2015 by Dickson Kho in Komponen Elektronika // 0
Comments

Pengertian dan Fungsi Fuse (Sekering) serta Cara Mengukurnya Fuse atau
dalam bahasa Indonesia disebut dengan Sekering adalah komponen yang berfungsi
sebagai pengaman dalam Rangkaian Elektronika maupun perangkat listrik. Fuse
(Sekering) pada dasarnya terdiri dari sebuah kawat halus pendek yang akan meleleh
dan terputus jika dialiri oleh Arus Listrik yang berlebihan ataupun terjadinya hubungan
arus pendek (short circuit) dalam sebuah peralatan listrik / Elektronika. Dengan
putusnya Fuse (sekering) tersebut, Arus listrik yang berlebihan tersebut tidak dapat
masuk ke dalam Rangkaian Elektronika sehingga tidak merusak komponenkomponen yang terdapat dalam rangkaian Elektronika yang bersangkutan. Karena
fungsinya yang dapat melindungi peralatan listrik dan peralatan Elektronika dari
kerusakan akibat arus listrik yang berlebihan, Fuse atau sekering juga sering disebut
sebagai Pengaman Listrik.
Fuse (Sekering) terdiri dari 2 Terminal dan biasanya dipasang secara Seri dengan
Rangkaian Elektronika / Listrik yang akan dilindunginya sehingga apabila Fuse
(Sekering) tersebut terputus maka akan terjadi Open Circuit yang memutuskan
hubungan aliran listrik agar arus listrik tidak dapat mengalir masuk ke dalam Rangkaian
yang dilindunginya.
Berikut ini adalah Simbol Fuse (Sekering) dan posisi pemasangan Fuse secara umum:

Bentuk Fuse (Sekering) yang paling sering ditemukan adalah berbentuk tabung
(silinder) dan Pisau (Blade Type). Fuse yang berbentuk tabung atau silinder sering
ditemukan di peralatan listrik Rumah Tangga sedangkan Fuse yang berbentuk Pisau
(blade) lebih sering digunakan di bidang Otomotif (kendaraan bermotor).
Nilai Fuse biasanya tertera pada badan Fuse itu sendiri ataupun diukir pada Terminal
Fuse, nilai Fuse diantaranya terdiri dari Arus Listrik (dalam satuan Ampere (A) ataupun
miliAmpere (mA) dan Tegangan (dalam satuan Volt (V) ataupun miliVolt (mV).
Dalam Rangkaian Eletronika maupun Listrik, Fuse atau Sekering ini sering dilambangkan
dengan huruf F.

Cara Mengukur Fuse (Sekering) dengan Multimeter Digital


Pada umumnya Fuse memiliki bungkusan transparan yang terbuat dari Kaca maupun
Plastik sehingga kita dapat melihat langsung apakah Kawat halus Fuse tersebut putus
atau tidak. Tetapi ada juga jenis Fuse yang bungkusannya menutupi Kawat halus di
dalamnya sehingga kita sulit untuk melihat isi daripada Fuse tersebut. Oleh karena itu,
kita perlu mengukur Fuse dengan Multimeter untuk mengetahui apakah Fuse tersebut
masih baik atau sudah terputus.
Berikut ini adalah cara untuk mengukur Fuse dengan menggunakan Multimeter Digital :
1. Aturlah posisi Saklar Multimeter pada posisi Ohm ()
2. Hubungkan Probe Multimeter pada masing-masing Terminal Fuse / Sekering
seperti pada gambar berikut ini. Fuse atau Sekering tidak memiliki polaritas, jadi
posisi Probe Merah dan Probe Hitam tidak dipermasalahkan.
3. Pastikan nilai yang ditunjukan pada Display Multimeter adalah 0 Ohm. Kondisi
tersebut menandakan Fuse tersebut dalam kondisi baik (Short).

4. Jika Display Multimeter menunjukan Tak Terhingga, maka Fuse tersebut


dinyatakan telah putus atau terbakar.

Fuse yang sudah putus harus diganti dengan Fuse yang spesifikasinya yang sama.
Apabila Spesifikasi Fuse yang diganti tersebut berbeda, maka fungsi Fuse yang sebagai
pengaman ini tidak dapat berfungsi secara maksimal atau tidak dapat melindungi
Rangkaian / Peralatan Elektronika ataupun peralatan listrik dengan baik.

Fungsi Transistor dan Cara Mengukurnya


Posted on 04/08/2014 by Dickson Kho in Komponen Elektronika // 4
Comments

Fungsi Transistor dan Cara Mengukurnya Transistor merupakan salah satu


Komponen Elektronika Aktif yang paling sering digunakan dalam rangkaian Elektronika,
baik rangkaian Elektronika yang paling sederhana maupun rangkaian Elektronika yang
rumit dan kompleks. Transistor pada umumnya terbuat dari bahan semikonduktor
seperti Germanium, Silikon, dan Gallium Arsenide. Secara umum, Transistor dapat
dibagi menjadi 2 kelompok Jenis yaitu Transistor Bipolar (BJT) dan Field Effect Transistor
(FET).

Fungsi Transistor
Fungsi-fungsi Transistor diantaranya adalah :

sebagai Penyearah,

sebagai Penguat tegangan dan daya,

sebagai Stabilisasi tegangan,

sebagai Mixer,

sebagai Osilator

sebagai Switch (Pemutus dan Penyambung Sirkuit)

Struktur Dasar Transistor


Pada dasarnya, Transistor adalah Komponen Elektronika yang terdiri dari 3 Lapisan
Semikonduktor dan memiliki 3 Terminal (kaki) yaitu Terminal Emitor yang disingkat

dengan huruf E, Terminal Base (Basis) yang disingkat dengan huruf B serta Terminal
Collector/Kolektor yang disingkat dengan huruf C. Berdasarkan strukturnya, Transistor
sebenarnya merupakan gabungan dari sambungan 2 dioda. Dari gabungan tersebut ,
Transistor kemudian dibagi menjadi 2 tipe yaitu Transistor tipe NPN dan Transistor tipe
PNP yang disebut juga dengan Transistor Bipolar. Dikatakan Bipolar karena memiliki 2
polaritas dalam membawa arus listrik.
NPN merupakan singkatan dari Negatif-Positif-Negatif sedangkan PNP adalah singkatan
dariPositif-Negatif-Positif.
Berikut ini adalah gambar tipe Transistor berdasarkan Lapisan Semikonduktor yang
membentuknya beserta simbol Transistor NPN dan PNP.

Cara Mengukur Transistor


Kita dapat menggunakan Multimeter Analog maupun Multimeter Digital untuk mengukur
ataupun menguji apakah sebuah Transistor masih dalam kondisi yang baik. Perlu
diingatkan bahwa terdapat perbedaan tata letak Polaritas (Merah dan Hitam) Probe
Multimeter Analog dan Multimeter Digital dalam mengukur/menguji sebuah Transistor.
Berikut ini adalah Cara untuk menguji atau mengukur Transistor dengan Mengunakan
Multimeter Analog dan Multimeter Digital.

A. Mengukur Transistor dengan Multimeter Analog

Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Analog


1. Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM () x1k atau x10k
2. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada Terminal
Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti
Transistor tersebut dalam kondisi baik
3. Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jika jarum bergerak ke kanan
menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Analog
1. Atur Posisi Saklar pada Posisi OHM () x1k atau x10k
2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada Terminal
Emitor (E), Jika jarum bergerak ke kanan menunjukan nilai tertentu, berarti
Transistor tersebut dalam kondisi baik
3. Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jika jarum bergerak ke kanan
menunjukan nilai tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
Catatan :
Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka Jarum pada
Multimeter Analog harus tidak akan bergerak sama sekali atau Open.

B. Mengukur Transistor dengan Multimeter Digital


Pada umumnya, Multimeter Digital memiliki fungsi mengukur Dioda dan Resistansi
(Ohm) dalam Saklar yang sama. Maka untuk Multimeter Digital jenis ini, Pengujian

Multimeter adalah terbalik dengan Cara Menguji Transistor dengan Menggunakan


Multimeter Analog.

Cara Mengukur Transistor PNP dengan Multimeter Digital


1. Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda
2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Basis (B) dan Probe Merah pada Terminal
Emitor (E), Jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti
Transistor tersebut dalam kondisi baik
3. Pindahkan Probe Merah pada Terminal Kolektor (C), jika Display Multimeter nilai
Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
Cara Mengukur Transistor NPN dengan Multimeter Digital
1. Atur Posisi Saklar pada Posisi Dioda
2. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Basis (B) dan Probe Hitam pada Terminal
Emitor (E), Jika Display Multimeter menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti
Transistor tersebut dalam kondisi baik
3. Pindahkan Probe Hitam pada Terminal Kolektor (C), jika Display Multimeter
menunjukan nilai Voltage tertentu, berarti Transistor tersebut dalam kondisi baik.
Catatan :
Jika Tata letak Probe dibalikan dari cara yang disebutkan diatas, maka Display
Multimeter Digital harus tidak akan menunjukan Nilai Voltage atau Open

Cara Mengukur Komponen

Komponen Elektronika

Semikonduktor

Transistor

Pengertian dan Fungsi Induktor beserta Jenis-jenisnya


Posted on 18/08/2014 by Dickson Kho in Komponen Elektronika // 3
Comments

Pe
ngertian dan Fungsi Induktor beserta jenis-jenisnya Selain Resistor dan
Kapasitor, Induktor juga merupakan komponen Elektronika Pasif yang sering ditemukan
dalam Rangkaian Elektronika, terutama pada rangkaian yang berkaitan dengan
Frekuensi Radio. Induktor atau dikenal juga dengan Coil adalah Komponen Elektronika
Pasif yang terdiri dari susunan lilitan Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Pada
dasarnya, Induktor dapat menimbulkan Medan Magnet jika dialiri oleh Arus Listrik.
Medan Magnet yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu yang
relatif singkat. Dasar dari sebuah Induktor adalah berdasarkan Hukum Induksi Faraday.
Kemampuan Induktor atau Coil dalam menyimpan Energi Magnet disebut dengan
Induktansi yang satuan unitnya adalah Henry (H). Satuan Henry pada umumnya terlalu
besar untuk Komponen Induktor yang terdapat di Rangkaian Elektronika. Oleh Karena
itu, Satuan-satuan yang merupakan turunan dari Henry digunakan untuk menyatakan

kemampuan induktansi sebuah Induktor atau Coil. Satuan-satuan turunan dari Henry
tersebut diantaranya adalah milihenry (mH) dan microhenry (H). Simbol yang
digunakan untuk melambangkan Induktor dalam Rangkaian Elektronika adalah huruf L.

Simbol Induktor
Berikut ini adalah Simbol-simbol Induktor :

Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :

Jumlah Lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi Induktasinya

Diameter Induktor, Semakin besar diameternya semakin tinggi pula


induktansinya

Permeabilitas Inti, yaitu bahan Inti yang digunakan seperti Udara, Besi
ataupun Ferit.

Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek inductor (Koil) tersebut semakin


tinggi induktansinya.

Jenis-jenis Induktor (Coil)


Berdasarkan bentuk dan bahan inti-nya, Induktor dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
diantaranya adalah :

Air Core Inductor Menggunakan Udara sebagai Intinya

Iron Core Inductor Menggunakan bahan Besi sebagai Intinya

Ferrite Core Inductor Menggunakan bahan Ferit sebagai Intinya

Torroidal Core Inductor Menggunakan Inti yang berbentuk O Ring (bentuk


Donat)

Laminated Core Induction Menggunakan Inti yang terdiri dari beberapa lapis
lempengan logam yang ditempelkan secara paralel. Masing-masing lempengan
logam diberikan Isolator.

Variable Inductor Induktor yang nilai induktansinya dapat diatur sesuai


dengan keinginan. Inti dari Variable Inductor pada umumnya terbuat dari bahan
Ferit yang dapat diputar-putar.

Fungsi Induktor (Coil) dan Aplikasinya


Fungsi-fungsi Induktor atau Coil diantaranya adalah dapat menyimpan arus listrik dalam
medan magnet, menapis (Filter) Frekuensi tertentu, menahan arus bolak-balik (AC),
meneruskan arus searah (DC) dan pembangkit getaran serta melipatgandakan
tegangan.
Berdasarkan Fungsi diatas, Induktor atau Coil ini pada umumnya diaplikasikan :

Sebagai Filter dalam Rangkaian yang berkaitan dengan Frekuensi

Transformator (Transformer)

Motor Listrik

Solenoid

Relay

Speaker

Microphone

Induktor sering disebut juga dengan Coil (Koil), Choke ataupun Reaktor.

Fungsi Dioda dan Cara Mengukurnya


Posted on 08/08/2014 by Dickson Kho in Komponen Elektronika // 0
Comments

Fungsi Dioda dan Cara mengukurnya Dioda (Diode) adalah Komponen Elektronika
Aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk
menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah
sebaliknya. Oleh karena itu, Dioda sering dipergunakan sebagai penyearah dalam
Rangkaian Elektronika. Dioda pada umumnya mempunyai 2 Elektroda (terminal) yaitu
Anoda (+) dan Katoda (-) dan memiliki prinsip kerja yang berdasarkan teknologi
pertemuan p-n semikonduktor yaitu dapat mengalirkan arus dari sisi tipe-p (Anoda)
menuju ke sisi tipe-n (Katoda) tetapi tidak dapat mengalirkan arus ke arah sebaliknya.

Fungsi Dioda and Jenis-jenisnya


Berdasarkan Fungsi Dioda, Dioda dapat dibagi menjadi beberapa Jenis, diantaranya
adalah :

Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai
penyearah arus AC ke arus DC.

Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai
penstabil tegangan.

Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu penerangan

Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya

Dioda Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali

Simbol Dioda
Gambar dibawah ini menunjukan bahwa Dioda merupakan komponen Elektronika aktif
yang terdiri dari 2 tipe bahan yaitu bahan tipe-p dan tipe-n :

Prinsip Kerja Dioda


Untuk dapat memperjelas prinsip kerja Dioda dalam menghantarkan dan menghambat
aliran arus listrik, dibawah ini adalah rangkaian dasar contoh pemasangan dan
penggunaan Dioda dalam sebuah rangkaian Elektronika.

Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter


Untuk mengetahui apakah sebuah Dioda dapat bekerja dengan baik sesuai dengan
fungsinya, maka diperlukan pengukuran terhadap Dioda tersebut dengan menggunakan
Multimeter (AVO Meter).

Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Analog


1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM () x1k atau x100
2. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Katoda (tanda gelang)
3. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Anoda.
4. Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter
5. Jarum pada Display Multimeter harus bergerak ke kanan

6. Balikan Probe Merah ke Terminal Anoda dan Probe Hitam pada Terminal Katoda
(tanda gelang).
7. Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter
8. Jarum harus tidak bergerak.
**Jika Jarum bergerak, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah rusak.

Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital


Pada umumnya Multimeter Digital menyediakan pengukuran untuk Fungsi Dioda, Jika
tidak ada, maka kita juga dapat mengukur Dioda dengan Fungsi Ohm pada Multimeter
Digital.
Cara Mengukur Dioda dengan menggunakan Multimeter Digital
(Fungsi Ohm / Ohmmeter)
1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi OHM ()
2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)
3. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
5. Display harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.64MOhm)
6. Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda
7. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter

8. Nilai Resistansinya adalah Infinity (tak terhingga) atau Open Circuit.


**Jika terdapat Nilai tertentu, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah
Rusak.

Cara Mengukur Dioda dengan Multimeter Digital


(Menggunakan Fungsi Dioda)
1. Aturkan Posisi Saklar pada Posisi Dioda
2. Hubungkan Probe Hitam pada Terminal Katoda (tanda gelang)
3. Hubungkan Probe Merah pada Terminal Anoda.
4. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
5. Display harus menunjukan nilai tertentu (Misalnya 0.42 V)
6. Balikan Probe Hitam ke Terminal Anoda dan Probe Merah ke Katoda
7. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter
8. Tidak terdapat nilai tegangan pada Display Multimeter.
**Jika terdapat Nilai tertentu, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah
Rusak.

Catatan Penting :
Hal yang perlu diperhatikan disini adalah Cara Mengukur Dioda dengan menggunakan
Multimeter Analog dan Multimeter Digital adalah terbalik. Perhatikan Posisi Probe Merah
(+) dan Probe Hitamnya (-).
Cara-cara pengukuran tersebut diatas juga dapat digunakan untuk menentukan
Terminal mana yang Katoda dan mana yang Terminal Anoda jika tanda gelang yang
tercetak di Dioda tidak dapat dilihat lagi atau terhapus (hilang).

Cara Mengukur Kapasitor dengan Multimeter


Posted on 27/08/2014 by Dickson Kho in Pengujian Komponen // 0
Comments

Cara Mengukur Kapasitor dengan Multimeter Kapasitor adalah Komponen


Elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara. Untuk
mengukur nilai dari sebuah Kapasitor (Kondensator), kita memerlukan sebuah alat ukur
yang dinamakan dengan Capacitance Meter (Kapasitansi Meter). Capacitance Meter
adalah alat ukur yang khusus hanya mengukur nilai Kapasitansi sebuah Kapasitor.
Selain Capacitance Meter, terdapat juga alat ukur gabungan yang dapat mengukur
beberapa macam komponen elektronika, diantaranya adalah LCR Meter dan Multimeter.
LCR Meter adalah alat ukur yang dapat mengukur nilai L (Induktansi / Inductance, untuk
mengukur Induktor atau Coil), C (Kapasitansi / Capacitance, untuk mengukur Kapasitor
atau Kondensator) dan R (Resistansi / Resistance, untuk mengukur Hambatan atau
Resistor) sedangkan Multimeter adalah alat ukur gabungan yang mendapat mengukur
Arus, Tegangan, Hambatan (Resistansi) dan juga menguji beberapa macam Komponen
Elektronika seperti Dioda, Kapasitor, Transistor dan Resistor.
Saat ini, telah banyak jenis Multimeter Digital yang telah mempunyai fungsi untuk
mengukur nilai Kapasitor sehingga kita tidak perlu membeli alat khusus untuk
mengukur nilai Kapasitansi Kapasitor dan tentunya Multimeter sebagai alat ukur
gabungan memiliki batas tertentu dalam Mengukur Kapasitansi sebuah Kapasitor.
Kapasitor yang mempunyai Kapasitansi yang besar terutama pada Kapasitor Elektrolit
(ELCO) tidak semuanya dapat diukur nilainya oleh sebuah Multimeter Digital. Seperti
contoh pada salah satu Multimeter dengan merek SANWA yang bertipe CD800a, batas
pengukuran Kapasitansi Kapasitor hanya berkisar antara 50nF sampai 100F.

Untuk menguji apakah Komponen Kapasitor dapat berfungsi dengan baik, kita juga
dapat menggunakan Multimeter Analog dengan Skala Resistansi (Ohm). Multimeter
Analog tidak dapat mengetahui dengan pasti nilai Kapasitansi dari sebuah Kapasitor,
tetapi cukup bermanfaat untuk mengetahui apakah Kapasitor tersebut dalam Kondisi
baik ataupun rusak (seperti Bocor ataupun Short (hubungan pendek)).

Menguji Kapasitor dengan Multimeter Analog


Berikut ini adalah Cara menguji Kapasitor Elektrolit (ELCO) dengan Multimeter Analog :
1. Atur posisi skala Selektor ke Ohm () dengan skala x1K
2. Hubungkan Probe Merah (Positif ) ke kaki Kapasitor Positif
3. Hubungkan Probe Hitam (Negatif) ke kaki Kapasitor Negatif
4. Periksa Jarum yang ada pada Display Multimeter Analog,
Kapasitor yang baik : Jarum bergerak naik dan kemudian kembali lagi.
Kapasitor yang rusak : Jarum bergerak naik tetapi tidak kembali lagi.
Kapasitor yang rusak : Jarum tidak naik sama sekali.

Mengukur Kapasitor dengan Multimeter Digital


(Yang memiliki Fungsi Kapasitansi Meter)
Cara mengukur Kapasitor dengan Multimeter Digital yang memiliki fungsi Kapasitansi
Meter cukup mudah, berikut ini caranya :
1. Atur posisi skala Selektor ke tanda atau Simbol Kapasitor
2. Hubungkan Probe ke terminal kapasitor.
3. Baca Nilai Kapasitansi Kapasitor tersebut.

Hal yang perlu diingat, cara diatas hanya dapat digunakan pada Multimeter Digital yang
memiliki kemampuan mengukur Kapasitansi.
Untuk lebih akurat, tentunya kita memerlukan alat ukur khusus untuk mengukur Nilai
Kapasitansi sebuah Kapasitor seperti LCR meter dan Capacitance Meter. Cara
pengukurannya pun hampir sama dengan cara menggunakan Multimeter Digital, hanya
saja kita perlu menentukan nilai Kapasitansi yang paling dekat dengan Kapasitor yang
akan kita ukur dengan cara mengatur Sakelar Selektor LCR meter dan Kapasitansi
Meter. Dibawah ini adalah gambar bentuk Capacitance Meter, LCR Meter dan
Multimeter.

Rangkaian Seri dan Paralel Kapasitor serta Cara Menghitung Nilainya


Posted on 15/01/2015 by Dickson Kho in Teori Elektronika // 2 Comments
Rangkaian Seri dan Paralel Kapasitor serta Cara Menghitung Nilainya
Kapasitor (Kondensator) adalah Komponen Elektronika yang berfungsi untuk
menyimpan Muatan Listrik dalam waktu yang relatif dengan satuannya adalah Farad.
Variasi Nilai Farad yang sangat besar mulai dari beberapa piko Farad (pF) sampai
dengan ribuan Micro Farad (F) sehingga produsen komponen Kapasitor tidak mungkin
dapat menyediakan semua variasi nilai Kapasitor yang diinginkan oleh perancang
Rangkaian Elektronika.
Pada kondisi tertentu, Engineer Produksi ataupun penghobi Elektronika mungkin juga
akan mengalami permasalahan tidak menemukan Nilai Kapasitor yang dikehendakinya
di Pasaran. Oleh karena itu, diperlukan Rangkaian Seri ataupun Rangkaian Paralel
Kapasitor untuk mendapatkan nilai Kapasitansi Kapasitor yang paling cocok untuk
Rangkaian Elektronikanya. Yang dimaksud dengan Kapasitansi dalam Elektronika adalah
ukuran kemampuan suatu komponen atau dalam hal ini adalah Kapasitor dalam
menyimpan muatan listrik.

Berikut ini adalah nilai Kapasitansi Standar untuk Kapasitor Tetap yang umum dan dapat
ditemukan di Pasaran :

Menurut Tabel diatas, hanya sekitar 133 nilai Standar Kapasitor Tetap yang umum dan
dapat ditemukan di Pasaran. Jadi bagaimana kalau nilai kapasitansi yang paling cocok
untuk rangkaian Elektronika kita tidak ditemukan di Pasaran atau bukan nilai Standar
Kapasitor Tetap? Jawabannya adalah dengan menggunakan Rangkaian Seri ataupun
Rangkaian Paralel Kapasitor.

Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator)


Rangkaian Paralel Kapasitor adalah Rangkaian yang terdiri dari 2 buah atau lebih
Kapasitor yang disusun secara berderet atau berbentuk Paralel. Dengan menggunakan
Rangkaian Paralel Kapasitor ini, kita dapat menemukan nilai Kapasitansi pengganti yang
diinginkan.
Rumus dari Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator) adalah :
Ctotal = C1 + C2 + C3 + C4 + . + Cn
Dimana :
Ctotal = Total Nilai Kapasitansi Kapasitor
C1

= Kapasitor ke-1

C2

= Kapasitor ke-2

C3

= Kapasitor ke-3

C4
Cn

= Kapasitor ke-4
= Kapasitor ke-n

Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Paralel Kapasitor

Contoh Kasus untuk menghitung Rangkaian Paralel Kapasitor


Seorang Perancang Rangkaian Elektronika ingin merancang sebuah Peralatan
Elektronika, salah satu nilai Kapasitansi yang diperlukannya adalah 2500pF, tetapi nilai
tersebut tidak dapat ditemukannya di Pasaran Komponen Elektronika. Oleh karena itu,
Perancang Elektronika tersebut menggunakan Rangkaian Paralel untuk mendapatkan
nilai kapasitansi yang diinginkannya.
Penyelesaian :
Beberapa kombinasi yang dapat dipergunakannya antara lain :
1 buah Kapasitor dengan nilai 1000pF
1 buah Kapasitor dengan nilai 1500pF
Ctotal = C1 + C2
Ctotal = 1000pF + 1500pF
Ctotal = 2500pF
Atau

1 buah Kapasitor dengan nilai 1000pF


2 buah Kapasitor dengan nilai 750pF
Ctotal = C1 + C2 + C3
Ctotal = 1000pF + 750pF + 750pF
Ctotal = 2500pF

Rangkaian Seri Kapasitor (Kondensator)


Rangkaian Seri Kapasitor adalah Rangkaian yang terdiri dari 2 buah dan lebih Kapasitor
yang disusun sejajar atau berbentuk Seri. Seperti halnya dengan Rangkaian Paralel,
Rangkaian Seri Kapasitor ini juga dapat digunakan untuk mendapat nilai Kapasitansi
Kapasitor pengganti yang diinginkan. Hanya saja, perhitungan Rangkaian Seri untuk
Kapasitor ini lebih rumit dan sulit dibandingkan dengan Rangkaian Paralel Kapasitor.
Rumus dari Rangkaian Paralel Kapasitor (Kondensator) adalah :
1/Ctotal = 1/C1 + 1/C2 + 1/C3 + 1/C4 + . + 1/Cn
Dimana :
Ctotal = Total Nilai Kapasitansi Kapasitor
C1

= Kapasitor ke-1

C2

= Kapasitor ke-2

C3

= Kapasitor ke-3

C4

= Kapasitor ke-4

Cn

= Kapasitor ke-n

Berikut ini adalah gambar bentuk Rangkaian Seri Kapasitor

Contoh Kasus untuk menghitung Rangkaian Seri Kapasitor


Seorang Engineer ingin membuat Jig Tester dengan salah satu nilai Kapasitansi
Kapasitor yang paling cocok untuk rangkaiannya adalah 500pF, tetapi nilai 500pF tidak
terdapat di Pasaran. Maka Engineer tersebut menggunakan 2 buah Kapasitor yang
bernilai 1000pF yang kemudian dirangkainya menjadi sebuah Rangkaian Seri Kapasitor
untuk mendapatkan nilai yang diinginkannya.
Penyelesaian :
2 buah Kapasitor dengan nilai 1000pF
1/Ctotal = 1/C1 + 1/C2
1/Ctotal = 1/1000 + 1/1000
1/Ctotal = 2/1000
2 x Ctotal = 1 x 1000
Ctotal = 1000/2
Ctotal = 500pF
Catatan :

Nilai Kapasitansi Kapasitor akan bertambah dengan menggunakan Rangkaian


Paralel Kapasitor, sedangkan nilai Kapasitansinya akan berkurang jika
menggunakan Rangkaian Seri Kapasitor. Hal ini sangat berbeda
dengan Rangkaian Seri dan Paralel untuk Resitor (Hambatan). Baca : Rangkaian
Seri dan Paralel Resistor serta cara menghitung nilainya.

Pada kondisi tertentu, Rangkaian Gabungan antara Paralel dan Seri dapat
digunakan untuk menemukan nilai Kapasitansi yang diperlukan.

Kita juga dapat menggunakan Multimeter untuk mengukur dan memastikan Nilai
Kapasitansi dari Rangkaian Seri ataupun Paralel Kapasitor sesuai dengan Nilai
Kapasitansi yang kita inginkan. Baca juga : Cara Mengukur Nilai Kapasitor
dengan Multimeter

Jenis-jenis Komponen Elektronika beserta Fungsi dan Simbolnya


Posted on 25/07/2014 by Dickson Kho in Komponen Elektronika // 10
Comments

Jenis-jenis Komponen Elektronika beserta Fungsi dan Simbolnya Peralatan


Elektronika adalah sebuah peralatan yang terbentuk dari beberapa Jenis Komponen
Elektronika dan masing-masing Komponen Elektronika tersebut memiliki fungsifungsinya tersendiri di dalam sebuah Rangkaian Elektronika. Seiring dengan
perkembangan Teknologi, komponen-komponen Elektronika makin bervariasi dan
jenisnya pun bertambah banyak. Tetapi komponen-komponen dasar pembentuk sebuah
peralatan Elektronika seperti Resistor, Kapasitor, Transistor, Dioda, Induktor dan IC
masih tetap digunakan hingga saat ini.

Jenis-jenis Komponen Elektronika


Berikut ini merupakan Fungsi dan Jenis-jenis Komponen Elektronika dasar yang sering
digunakan dalam Peralatan Elektronika beserta simbolnya.

A. Resistor
Resistor atau disebut juga dengan Hambatan adalah Komponen Elektronika Pasif yang
berfungsi untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian
Elektronika. Satuan Nilai Resistor atau Hambatan adalah Ohm (). Nilai Resistor
biasanya diwakili dengan Kode angka ataupun Gelang Warna yang terdapat di badan
Resistor. Hambatan Resistor sering disebut juga dengan Resistansi atau Resistance.

Jenis-jenis Resistor diantaranya adalah :


1. Resistor yang Nilainya Tetap
2. Resistor yang Nilainya dapat diatur, Resistor Jenis ini sering disebut juga dengan
Variable Resistor ataupun Potensiometer.
3. Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan intensitas cahaya, Resistor
jenis ini disebut dengan LDR atau Light Dependent Resistor
4. Resistor yang Nilainya dapat berubah sesuai dengan perubahan suhu, Resistor
jenis ini disebut dengan PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative
Temperature Coefficient)

Gambar dan Simbol Resistor :

B. Kapasitor (Capacitor)
Kapasitor atau disebut juga dengan Kondensator adalah Komponen Elektronika Pasif
yang dapat menyimpan energi atau muatan listrik dalam sementara waktu. Fungsifungsi Kapasitor (Kondensator) diantaranya adalah dapat memilih gelombang radio

pada rangkaian Tuner, sebagai perata arus pada rectifier dan juga sebagai Filter di
dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya). Satuan nilai untuk Kapasitor (Kondensator)
adalah Farad (F)
Jenis-jenis Kapasitor diantaranya adalah :
1. Kapasitor yang nilainya Tetap dan tidak ber-polaritas. Jika didasarkan pada bahan
pembuatannya maka Kapasitor yang nilainya tetap terdiri dari Kapasitor Kertas,
Kapasitor Mika, Kapasitor Polyster dan Kapasitor Keramik.
2. Kapasitor yang nilainya Tetap tetapi memiliki Polaritas Positif dan Negatif,
Kapasitor tersebut adalah Kapasitor Elektrolit atau Electrolyte Condensator
(ELCO) dan Kapasitor Tantalum
3. Kapasitor yang nilainya dapat diatur, Kapasitor jenis ini sering disebut dengan
Variable Capasitor.

Gambar dan Simbol Kapasitor :

C. Induktor (Inductor)
Induktor atau disebut juga dengan Coil (Kumparan) adalah Komponen Elektronika Pasif
yang berfungsi sebagai Pengatur Frekuensi, Filter dan juga sebagai alat kopel
(Penyambung). Induktor atau Coil banyak ditemukan pada Peralatan atau Rangkaian
Elektronika yang berkaitan dengan Frekuensi seperti Tuner untuk pesawat Radio. Satuan

Induktansi untuk Induktor adalah Henry (H).


Jenis-jenis Induktor diantaranya adalah :
1. Induktor yang nilainya tetap
2. Induktor yang nilainya dapat diatur atau sering disebut dengan Coil Variable.

Gambar dan Simbol Induktor :

D. Dioda (Diode)
Diode adalah Komponen Elektronika Aktif yang berfungsi untuk menghantarkan arus
listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Diode terdiri dari
2 Elektroda yaitu Anoda dan Katoda.
Berdasarkan Fungsi Dioda terdiri dari :
1. Dioda Biasa atau Dioda Penyearah yang umumnya terbuat dari Silikon dan
berfungsi sebagai penyearah arus bolak balik (AC) ke arus searah (DC).
2. Dioda Zener (Zener Diode) yang berfungsi sebagai pengamanan rangkaian
setelah tegangan yang ditentukan oleh Dioda Zener yang bersangkutan.
Tegangan tersebut sering disebut dengan Tegangan Zener.
3. LED (Light Emitting Diode) atau Diode Emisi Cahaya yaitu Dioda yang dapat
memancarkan cahaya monokromatik.
4. Dioda Foto (Photo Diode) yaitu Dioda yang peka dengan cahaya sehingga sering
digunakan sebagai Sensor.
5. Dioda Schottky (SCR atau Silicon Control Rectifier) adalah Dioda yang berfungsi
sebagai pengendali .
6. Dioda Laser (Laser Diode) yaitu Dioda yang dapat memancar cahaya Laser.
Dioda Laser sering disingkat dengan LD.

Gambar dan Simbol Dioda:

E. Transistor
Transistor merupakan Komponen Elektronika Aktif yang memiliki banyak fungsi dan
merupakan Komponen yang memegang peranan yang sangat penting dalam dunia
Elektronik modern ini. Beberapa fungsi Transistor diantaranya adalah sebagai Penguat
arus, sebagai Switch (Pemutus dan penghubung), Stabilitasi Tegangan, Modulasi Sinyal,
Penyearah dan lain sebagainya. Transistor terdiri dari 3 Terminal (kaki) yaitu Base/Basis
(B), Emitor (E) dan Collector/Kolektor (K). Berdasarkan strukturnya, Transistor terdiri dari
2 Tipe Struktur yaitu PNP dan NPN. UJT (Uni Junction Transistor), FET (Field Effect
Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide Semiconductor FET) juga merupakan keluarga dari
Transistor.

Gambar dan Simbol Transistor :

F. IC (Integrated Circuit)
IC (Integrated Circuit) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari gabungan
ratusan bahkan jutaan Transistor, Resistor dan komponen lainnya yang diintegrasi
menjadi sebuah Rangkaian Elektronika dalam sebuah kemasan kecil. Bentuk IC
(Integrated Circuit) juga bermacam-macam, mulai dari yang berkaki 3 (tiga) hingga
ratusan kaki (terminal). Fungsi IC juga beraneka ragam, mulai dari penguat, Switching,
pengontrol hingga media penyimpanan. Pada umumnya, IC adalah Komponen
Elektronika dipergunakan sebagai Otak dalam sebuah Peralatan Elektronika. IC
merupakan komponen Semi konduktor yang sangat sensitif terhadap ESD (Electro Static
Discharge).
Sebagai Contoh, IC yang berfungsi sebagai Otak pada sebuah Komputer yang disebut
sebagai Microprocessor terdiri dari 16 juta Transistor dan jumlah tersebut belum lagi
termasuk komponen-komponen Elektronika lainnya.

Gambar dan Simbol IC (Integrated Circuit) :

G. Saklar (Switch)
Saklar adalah Komponen yang digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan
aliran listrik. Dalam Rangkaian Elektronika, Saklar sering digunakan sebagai ON/OFF
dalam peralatan Elektronika.

Gambar dan Simbol Saklar (Switch) :

Anda mungkin juga menyukai