Meter
CARA MEMBACA MULTIMETER / AVOMETER ANALOG
Hy frend's, Pada tutorial hari ini saya ingin membahas lebih lengkap mengenai Cara Mudah Untuk
Membaca Alat Ukur Listrik Multimeter / Avometer Analog.
Kali ini saya mencoba membuat tutorialnya dalam bahasa yang lebih singkat dan sederhana
sehingga saya berharap dapat lebih mudah untuk di pahami.
Sebelum masuk lebih jauh mengenai cara mengukur besaran listrik seperti Tegangan (Volt), Arus
(Ampere), dan Tahanan (Ohm) ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu Multimeter atau
Avometer.
Yang dimaksud Multimeter atau Avometer adalah Alat ukur Listrik yang memungkinkan kita untuk
mengukur besarnya Besaran listrik yang ada pada suatu rangkaian baik itu Tegangan, Arus, maupun
Nilai Hambatan/Tahanan. AVOmeter adalah singkatan dari Ampere Volt Ohm Meter, jadi hanya
terdapat 3 komponen yang bisa diukur dengan AVOmeter sedangkan Multimeter , dikatakan multi
sebab memiliki banyak besaran yang bisa di ukur, misalnya Ampere, Volt, Ohm, Frekuensi,
Konektivitas Rangkaian (putus ato tidak), Nilai Kapasitif, dan lain sebagainya. Terdapat 2 (dua) jenis
Multimeter yaitu Analog dan Digital, yang Digital sangat mudah pembacaannya disebabkan karena
Multimeter digital telah menggunakan angka digital sehingga begitu melakukan pengukuran Listrik,
Nilai yang diinginkan dapat langsung terbaca asalkan sesuai atau Benar cara pemasangan alat
ukurnya.
Mari mengenal bagian-bagian Multimeter atau Avometer agar lebih memudahkan dalam memahami
tulisan selanjutnya:
Bagian-Bagian Multimeter
Saya akan berikan sedikit penjelasan mengenai gambar di atas. Yang perlu untuk di perhatikan
adalah :
1.
SEKRUP PENGATUR JARUM, Sekrup ini dapat di putar dengan Obeng atau plat kecil,
Sekrup ini berfungsi mengatur Jarum agar kembali atau tepat pada posisi 0 (NOL), terkadang jarum
tidak pada posisi NOL yang dapat membuat kesalahan pada pengukuran, Posisikan menjadi NOL
sebelum digunakan.
2.
TOMBOL PENGATUR NOL OHM. Tombol ini hampir sama dengan Sekrup pengatur jarum,
hanya saja bedanya yaitu Tombol ini digunakan untuk membuat jarum menunjukkan angka NOL
pada saat Saklar pemilih di posisikan menunjuk SKALA OHM. Saat saklar pemilih pada posisi Ohm
biasanya pilih x1 pada skala Ohm kemudian Hubungkan kedua ujung TERMINAL (Ujung terminal
Merah bertemu dengan Ujung terminal Hitam) dan Lihat pada Layar penunjuk, Jarum akan bergerak
ke KANAN (Disitu terdapat angka NOL (0), Putar tombol pengatur Nol Ohm sampai jarum
menunjukkan angka NOL). Proses ini dinamakan KALIBRASI OhmMeter. Hal ini Muthlak dilakukan
sebelum melakukan pengukuran tahanan (OHM) suatu komponen atau suatu rangkaian.
3.
SAKLAR PEMILIH. Saklar ini harus di posisikan sesuai dengan apa yang ingin di UKUR,
misalnya bila ingin mengukur tegangan AC maka atur/putar saklar hingga menyentuh skala AC yang
pada alat ukur tertulis ACV, Begitu pula saat mengukur tegangan DC, cari yang tertulis DCV, begitu
seterusnya. Jangan Salah memilih Skala Pengukuran.
Pada setiap bagian SKALA PENGUKURAN yang dipilih dengan Saklar Pemilih, terdapat Nilai-nilai
yang tertera pada alat ukur, Misalnya Pada Skala Tegangan AC (tertulis ACV pada alat ukur) tertera
skala 10, 50, 250, dan 750 begitu pula pada Skala Tegangan DC (tertulis DCV pada alat ukur)
tertera skala 0.1 , 0.25 , 2.5 , 10 , dst. Apa maksud Skala ini?? Dan Bagaimana Memilihnya??
Pedoman Memilih SKALA Pengukuran:
Skala tersebut adalah skala yang akan digunakan untuk membaca hasil pengukuran, Semua skala
dapat digunakan untuk membaca, Hanya saja tidak semua skala dapat memberikan atau
memperlihatkan nilai yang diinginkan, misalnya kita mempunyai Baterai 9 Volt DC, kemudian kita
mengatur SAKLAR PEMILIH untuk Memilih SKALA TEGANGAN DC pada posisi 2,5 dan
menghubungkan TERMINAL Merah dengan positif (+) baterai dan Hitam dengan Negatif (-) baterai.
Apa yang akan terjadi?? Jarum akan bergerak ke Ujung Kanan dan tidak menunjukkan angka 9Volt,
Mengapa Demikian?? Sebab NILAI MAKSIMAL yang dapat diukur bila kita memposisikan Saklar
Pemilih pada skala 2.5 adalah hanya 2.5 Volt saja, sehingga untuk mengukur Nilai 9Volt maka saklar
harus di putar menuju Skala yang LEBIH BESAR sari NILAI Tegangan yang di Ukur, jadi Putar pada
Posisi 10 dan Alat ukur akan menunjukkan nilai yang diinginkan.Penjelasan Lebih Lengkap
Mengenai MEMBACA ALAT UKUR akan di Bahas selanjutnya pada tutorial ini.
Saya tidak akan membahas semua bagian-bagian alat ukur tetapi bila ingin mengetahui fungsifungsi dari tiap bagian alat ukur, Anda dapat membaca DISINI.
ALAT UKUR LISTRIK HARUS DIPASANG DENGAN BENAR, Mengapa saya katakan Demikian??
Untuk melakukan suatu pengukuran listrik, Posisi alat ukur pada rangkaian juga Mesti dan Hal wajib
yang harus di perhatikan agar pembacaan alat ukur tidak salah. Pemasangan Alat ukur yang
salah /Tidak benar memberikan hasil pengukuran yang TIDAK BENAR dan bukan kurang tepat, jadi
ini sangat perlu di perhatikan. Mari kita melihat posisi alat ukur yang benar:
1.
Posisi alat ukur saat mengukur TEGANGAN (Voltage)
Pada saat mengukur tegangan baik itu teggangan AC maupun DC, maka Alat ukur mesti di pasang
Paralel terhadap rangkaian. Maksud paralel adalah kedua terminal pengukur ( Umumnya berwarna
Merah untuk positif (+) dan Hitam untuk Negatif (-) harus membentuk suatu titik percabangan dan
bukan berjejer (seri) terhadap beban. Pemasangan yang benar dapat dilihat pada gambar berikut:
3.
Posisi alat ukur saat mengukur Hambatan (Ohm)
Yang mesti diketahui saat pngukuran tahanan ialah JANGAN PERNAH MENGUKUR NILAI
TAHANAN SUATU KOMPONEN SAAT TERHUBUNG DENGAN SUMBER. Ini akan merusak alat
ukur. Pengukurannya sangat mudah yaitu tinggal mengatur saklar pemilih ke posisi Skala OHM dan
kemudian menghubungkan terminal ke kedua sisi komponen (Resistor) yang akan di ukur.
2.
Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda
angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
3.
Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol
Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 , x10, x100, x1k, atau
x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum
AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
4.
Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala Tegangan yang anda ingin ukur,
ACV untuk tegangan AC (bolak balik) dan DCV untuk tegangan DC (Searah).
5.
Posisikan SKALA PENGUKURAN pada nilai yang paling besar terlebih dahulu seperti 1000
atau 750 jika anda TIDAK TAHU berapa nilai tegangan maksimal yang mengalir pada rangkaian.
6.
Pasangkan alat ukur PARALEL terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
7.
Baca Alat ukur.
Cara Membaca Nilai Tegangan yang terukur:
1.
Misalkan Nilai tegangan yang akan diukur adalah 15 VOLT DC (Belum kita ketahui
sebelumnya, itulah saya katakan Misalnya).
2.
Kemudian Kita memposisikan saklar pemilih pada posisi DCV dan memilih skala paling
besar yang tertera yaitu 1000. Nilai 1000 artinya Nilai tegangan yang akan diukur bisa mencapai
1000Volt.
3.
Saat memperhatikan Alat ukur maka Dalam Layar penunjuk jarum tidak terdapat skala
terbesar 1000 yang ada hanya 0-10, 0-50, dan 0-250. Maka Untuk memudahkan membaca
perhatikan skala 0-10 saja.
4.
Skala penunjukan 0-10 berarti saat jarum penunjuk tepat berada pada angka 10 artinya nilai
tegangan yang terukur adalah 1000 Volt, jika yang di tunjuk jarum adalah angka 5 maka nilai
tegangan sebenarnya yang terukur adalah 500 Volt, begitu seterusnya.
5.
Kembali Pada Kasus no. 1 dimana nilai tegangan yang akan diukur adalah hanya 15 Volt
sementara kita menempatkan saklar pemilih pada Posisi 1000, maka jarum pada alat ukur hanya
akan bergerak sedikit sekali sehingga sulit bagi kita untuk memperkirakan berapa nilai tegangan
sebenarnya yang terukur. Untuk itu Pindahkan Saklar Pemilih ke Nilai Skala yang dapat membuat
Jarum bergerak lebih banyak agar nilai pengukuran lebih akurat.
6.
Misalkan kita menggeser saklar pemilih ke Posisi 10 pada skala DCV. Yang terjadi adalah,
jarum akan bergerak dengan cepat ke paling ujung kanan. Hal ini disebabkan nilai tegangan yang
akan di ukur LEBIH BESAR dari nilai Skala maksimal yang dipilih. Jika Hal ini di biarkan terus
menerus maka alat ukur DAPAT RUSAK, Jika jarum alat ukur bergerak sangat cepat ke kanan,
segera pisahkan alat ukur dari rangkaian dan ganti Skala SAKLAR PEMILIH ke posisi yang lebih
Besar. Saat saklar Pemilih diletakkan pada angka 10 maka yang di perhatikan dalam layar
penunjukan jarum adalah range skala 0-10, dan BUKAN 0-50 atau 0-250.
Untuk mengetahui berapa nilai tegangan yang terukur dapat pula menggunakan RUMUS:
Berapakah Nilai tegangan DCV yang terukur saat Saklar Pemilih berada pada Posisi:
1.
2.5
2.
10
3.
50
4.
1000
Jawab:
1.
Skala saklar pemilih = 2.5
Skala terbesar yang dipilih = 250
Nilai yang ditunjuk jarum = 110 (perhatikan skala 0-250)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (2.5/250)x 110 = 1.1 Volt
2.
Skala saklar pemilih = 10
Skala terbesar yang dipilih = 10
Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (10/10)x 4.4 = 4.4 Volt
3.
Skala saklar pemilih = 50
Skala terbesar yang dipilih = 50
Nilai yang ditunjuk jarum = 22 (perhatikan skala 0-50)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (50/50)x 22 = 22 Volt
4.
Skala saklar pemilih = 1000
Skala terbesar yang dipilih = 10
Nilai yang ditunjuk jarum = 4.4 (perhatikan skala 0-10)
Maka nilai Tegangan yang terukur adalah:
Teg VDC = (1000/10)x 4.4 = 440 Volt
MENGUKUR TEGANGAN LISTRIK (VOLT / VOLTAGE) AC
1.
Untuk mengukur Nilai tegangan AC anda hanya perlu memperhatikan Posisi Sakelar Pemilih
berada pada SKALA TEGANGAN AC (Tertera ACV) dan kemudian memperhatikan Baris skala yang
berwarna Merah pada Layar Penunjuk Jarum.
2.
2.
Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0)
3.
4.
5.
Pilih SKALA PENGUKURAN yang diinginkan seperti 50 Mikro, 2.5m , 25m , atau 0.25A.
6.
Pasangkan alat ukur SERI terhadap beban/ sumber/komponen yang akan di ukur.
7.
Baca Alat ukur (Pembacaan Alat ukur sama dengan Pembacaan Tegangan DC diatas)
MENGUKUR NILAI TAHANAN / RESISTANSI RESISTOR (OHM)
Yang perlu di Siapkan dan Perhatikan:
1.
2.
Atur Sekrup pengatur Jarum agar jarum menunjukkan Angka NOL (0), bila menurut anda
angka yang ditunjuk sudah NOL maka tidak perlu dilakukan Pengaturan Sekrup.
3.
Lakukan Kalibrasi alat ukur (Telah saya bahas diatas pada point 2 mengenai Tombol
Pengatur Nol OHM). Posisikan Saklar Pemilih pada SKALA OHM pada x1 , x10, x100, x1k, atau
x10k selanjutnya tempelkan ujung kabel Terminal negatif (hitam) dan positif (merah). Nolkan jarum
AVO tepat pada angka nol sebelah kanan dengan menggunakan Tombol pengatur Nol Ohm.
4.
Setelah Kalibrasi Atur SAKLAR PEMILIH pada posisi Skala OHM yang diinginkan yaitu pada
x1 , x10, x100, x1k, atau x10k, Maksud tanda x (kali /perkalian) disini adalah setiap nilai yang
terukur atau yang terbaca pada alat ukur nntinya akan di KALI kan dengan nilai Skala OHM yang
dipilih oleh saklar Pemilih.
5.
Pasangkan alat ukur pada komponen yang akan di Ukur. (INGAT JANGAN PASANG ALAT
UKUR OHM SAAT KOMPONEN MASIH BERTEGANGAN)
6.
Baca Alat ukur.
Cara membaca OHM METER
1.
Untuk membaca nilai Tahanan yang terukur pada alat ukur Ohmmeter sangatlah mudah.
2.
Anda hanya perlu memperhatikan berapa nilai yang di tunjukkan oleh Jarum Penunjuk dan
kemudian mengalikan dengan nilai perkalian Skala yang di pilih dengan sakelar pemilih.
3.
Misalkan Jarum menunjukkan angka 20 sementara skala pengali yang anda pilih
sebelumnya dengan sakelar pemilih adalah x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 2000 ohm
atau setara dengan 2 Kohm.
Misalkan pada gambar berikut terbaca nilai tahanan suatu Resistor:
Kemudian saklar pemilih menunjukkan perkalian skala yaitu x 10k maka nilai resistansi tahanan /
resistor tersebut adalah:
Nilai yang di tunjuk jarum = 26
Skala pengali
= 10 k
Maka nilai resitansinya
= 26 x 10 k
= 260 k = 260.000 Ohm.
Itulah tutorial mengenai cara membaca ALAT UKUT LISTRIK MULTIMETER atau OHMMETER.
Semoga Informasi ini dapat berguna bagi anda dan dapat memberikan anda kemudahan dalam
membaca suatu alat ukut.
Untuk mendownload File pdf tentang artikel ini silakan klik DISINI.
Berada di > Home > Alat Ukur Listrik > Cara Menggunakan Avometer (Multimeter) Dengan Benar
Abu Akhdan
Alat Ukur Listrik
atau bisa di sebut juga sebagai multimeter. Avometer sesuai dengan namanya terdiri
dari tiga macam alat ukur yang di gabungkan yaitu Amperemeter, Voltmeter dan Ohm
meter, dengan demikian mempunyai fungsi fungsi yang berbeda pula. Selain dari
fungsinya, berikut juga akan saya jelaskan bagaimana cara menggunakan avometer
tersebut. sekarang kita lihat satu persatu bagian dari avometer :
Amperemeter
Amperemeter pada perangkat avometer berfungsi untuk mengukur arus listrik yang
mengalir pada
suatu rangkaian. Biasanya pengukuran
dengan amperemeter ini dilakukan untuk arus dc (arus searah) yang kecil misalnya
pengukuran pada perangkat elektronika. Sedangkan untuk pengukuran arus AC (arus
bolak balik) yang besar menggunakan tang amper (clamp meter). Selanjutnya
bagaimana cara menggunakan avometer untuk mengukur arus listrik pada sebuah
rangkaian ?, caranya : (1). Atur terlebih dahulu switch selector pada posisi DCA (direct
current ampere) yang berfungsi untuk mengukur arus searah atau lihat pada gambar
diatas. (2). Lakukan pengukuran dengan meletakkan kedua probe alat ukur pada
rangkaian yang akan di ukur (alat ukur harus di pasang seri terhadap rangkaian). Untuk
avometer
digital
untuk
nilainya
langsung
bisa
dilihat.
2.
Voltmeter
pada sumber
listrik DC maupun AC sesuai dengan fungsi
voltmeter tersebut. cara menggunakan avometer untuk mengukur arus dan
tegangan pastilah berbeda, kalau amperemeter dipasang seri terhadap rangkaian yang
hendak diukur maka voltmeter harus dipasang paralel terhadap sumber yang akan
diukur. Hal hal yang harus dilakukan sebelum melakukan pengukuran dengan avometer
adalah (1). Atur terlebih dahulu switch selector avometer pada posisi ACV (jika yang
ingin diukur adalah tegangan bolak balik) atau DCV (jika yang ingin diukur adalah
tegangan searah) lihat gambar disamping kiri. (2). Selanjutnya lakukan pengukuran
tegangan dengan meletakkan kedua probe pada sumber listrik secara langsung (lihat
gambar berikut), jika menggunakan avometer digital nilainya bisa langsung dilihat.
3.
Ohm Meter
Ohm meter pada perangkat avometer berfungsi untuk mengukur besarnya nilai
hambatan /
resistansi pada komponen komponen
ektronika misalnya resistor, transistor, dioda dan lain lain. Namun ohm meter juga bisa
digunakan untuk mengetahui kondisi kabel listrik apakah masih baik atau sudah putus.
Prosedur atau cara menggunakan avometer yang harus dilakukan untuk mengukur
hambatan pada avometer adalah (1). Atur terlebih dahulu selector switch avometer
pada posisi Ohm atau lihat gambar berikut. (2). Hubungkan kedua probe alat ukur
langsung pada resistor atau kabel yang hendak di ukur. Jika menggunakan avometer
digital nilai bisa langsung di lihat. Perlu di ketahui bahwa untuk mengukur hambatan
suatu komponen maka komponen tersebut harus bebas dari adanya tegangan listrik.
Cara Menggunakan Multimeter Multimeter adalah alat yang berfungsi untuk mengukur
Voltage (Tegangan), Ampere (Arus Listrik), dan Ohm (Hambatan/resistansi) dalam satu unit.
Multimeter sering disebut juga dengan istilah Multitester atau AVOMeter (singkatan dari Ampere Volt
Ohm Meter). Terdapat 2 jenis Multimeter dalam menampilkan hasil pengukurannya yaitu Analog
Multimeter (AMM) dan Digital Multimeter (DMM).
Sehubungan dengan tuntutan akan keakurasian nilai pengukuran dan kemudahan pemakaiannya
serta didukung dengan harga yang semakin terjangkau, Digital Multimeter (DMM) menjadi lebih
populer dan lebih banyak dipergunakan oleh para Teknisi Elektronika ataupun penghobi Elektronika.
Dengan perkembangan teknologi, kini sebuah Multimeter atau Multitester tidak hanya dapat
mengukur Ampere, Voltage dan Ohm atau disingkat dengan AVO, tetapi dapat juga mengukur
Kapasitansi, Frekuensi dan Induksi dalam satu unit (terutama pada Multimeter Digital). Beberapa
kemampuan pengukuran Multimeter yang banyak terdapat di pasaran antara lain :
1. Display
2. Saklar Selektor
3. Probe
Gambar dibawah ini adalah bentuk Multimeter Analog dan Multimeter Digital beserta bagian-bagian
pentingnya.
Pengertian dan Fungsi Fuse (Sekering) serta Cara Mengukurnya Fuse atau
dalam bahasa Indonesia disebut dengan Sekering adalah komponen yang berfungsi
sebagai pengaman dalam Rangkaian Elektronika maupun perangkat listrik. Fuse
(Sekering) pada dasarnya terdiri dari sebuah kawat halus pendek yang akan meleleh
dan terputus jika dialiri oleh Arus Listrik yang berlebihan ataupun terjadinya hubungan
arus pendek (short circuit) dalam sebuah peralatan listrik / Elektronika. Dengan
putusnya Fuse (sekering) tersebut, Arus listrik yang berlebihan tersebut tidak dapat
masuk ke dalam Rangkaian Elektronika sehingga tidak merusak komponenkomponen yang terdapat dalam rangkaian Elektronika yang bersangkutan. Karena
fungsinya yang dapat melindungi peralatan listrik dan peralatan Elektronika dari
kerusakan akibat arus listrik yang berlebihan, Fuse atau sekering juga sering disebut
sebagai Pengaman Listrik.
Fuse (Sekering) terdiri dari 2 Terminal dan biasanya dipasang secara Seri dengan
Rangkaian Elektronika / Listrik yang akan dilindunginya sehingga apabila Fuse
(Sekering) tersebut terputus maka akan terjadi Open Circuit yang memutuskan
hubungan aliran listrik agar arus listrik tidak dapat mengalir masuk ke dalam Rangkaian
yang dilindunginya.
Berikut ini adalah Simbol Fuse (Sekering) dan posisi pemasangan Fuse secara umum:
Bentuk Fuse (Sekering) yang paling sering ditemukan adalah berbentuk tabung
(silinder) dan Pisau (Blade Type). Fuse yang berbentuk tabung atau silinder sering
ditemukan di peralatan listrik Rumah Tangga sedangkan Fuse yang berbentuk Pisau
(blade) lebih sering digunakan di bidang Otomotif (kendaraan bermotor).
Nilai Fuse biasanya tertera pada badan Fuse itu sendiri ataupun diukir pada Terminal
Fuse, nilai Fuse diantaranya terdiri dari Arus Listrik (dalam satuan Ampere (A) ataupun
miliAmpere (mA) dan Tegangan (dalam satuan Volt (V) ataupun miliVolt (mV).
Dalam Rangkaian Eletronika maupun Listrik, Fuse atau Sekering ini sering dilambangkan
dengan huruf F.
Fuse yang sudah putus harus diganti dengan Fuse yang spesifikasinya yang sama.
Apabila Spesifikasi Fuse yang diganti tersebut berbeda, maka fungsi Fuse yang sebagai
pengaman ini tidak dapat berfungsi secara maksimal atau tidak dapat melindungi
Rangkaian / Peralatan Elektronika ataupun peralatan listrik dengan baik.
Fungsi Transistor
Fungsi-fungsi Transistor diantaranya adalah :
sebagai Penyearah,
sebagai Mixer,
sebagai Osilator
dengan huruf E, Terminal Base (Basis) yang disingkat dengan huruf B serta Terminal
Collector/Kolektor yang disingkat dengan huruf C. Berdasarkan strukturnya, Transistor
sebenarnya merupakan gabungan dari sambungan 2 dioda. Dari gabungan tersebut ,
Transistor kemudian dibagi menjadi 2 tipe yaitu Transistor tipe NPN dan Transistor tipe
PNP yang disebut juga dengan Transistor Bipolar. Dikatakan Bipolar karena memiliki 2
polaritas dalam membawa arus listrik.
NPN merupakan singkatan dari Negatif-Positif-Negatif sedangkan PNP adalah singkatan
dariPositif-Negatif-Positif.
Berikut ini adalah gambar tipe Transistor berdasarkan Lapisan Semikonduktor yang
membentuknya beserta simbol Transistor NPN dan PNP.
Komponen Elektronika
Semikonduktor
Transistor
Pe
ngertian dan Fungsi Induktor beserta jenis-jenisnya Selain Resistor dan
Kapasitor, Induktor juga merupakan komponen Elektronika Pasif yang sering ditemukan
dalam Rangkaian Elektronika, terutama pada rangkaian yang berkaitan dengan
Frekuensi Radio. Induktor atau dikenal juga dengan Coil adalah Komponen Elektronika
Pasif yang terdiri dari susunan lilitan Kawat yang membentuk sebuah Kumparan. Pada
dasarnya, Induktor dapat menimbulkan Medan Magnet jika dialiri oleh Arus Listrik.
Medan Magnet yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu yang
relatif singkat. Dasar dari sebuah Induktor adalah berdasarkan Hukum Induksi Faraday.
Kemampuan Induktor atau Coil dalam menyimpan Energi Magnet disebut dengan
Induktansi yang satuan unitnya adalah Henry (H). Satuan Henry pada umumnya terlalu
besar untuk Komponen Induktor yang terdapat di Rangkaian Elektronika. Oleh Karena
itu, Satuan-satuan yang merupakan turunan dari Henry digunakan untuk menyatakan
kemampuan induktansi sebuah Induktor atau Coil. Satuan-satuan turunan dari Henry
tersebut diantaranya adalah milihenry (mH) dan microhenry (H). Simbol yang
digunakan untuk melambangkan Induktor dalam Rangkaian Elektronika adalah huruf L.
Simbol Induktor
Berikut ini adalah Simbol-simbol Induktor :
Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :
Permeabilitas Inti, yaitu bahan Inti yang digunakan seperti Udara, Besi
ataupun Ferit.
Laminated Core Induction Menggunakan Inti yang terdiri dari beberapa lapis
lempengan logam yang ditempelkan secara paralel. Masing-masing lempengan
logam diberikan Isolator.
Transformator (Transformer)
Motor Listrik
Solenoid
Relay
Speaker
Microphone
Induktor sering disebut juga dengan Coil (Koil), Choke ataupun Reaktor.
Fungsi Dioda dan Cara mengukurnya Dioda (Diode) adalah Komponen Elektronika
Aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk
menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah
sebaliknya. Oleh karena itu, Dioda sering dipergunakan sebagai penyearah dalam
Rangkaian Elektronika. Dioda pada umumnya mempunyai 2 Elektroda (terminal) yaitu
Anoda (+) dan Katoda (-) dan memiliki prinsip kerja yang berdasarkan teknologi
pertemuan p-n semikonduktor yaitu dapat mengalirkan arus dari sisi tipe-p (Anoda)
menuju ke sisi tipe-n (Katoda) tetapi tidak dapat mengalirkan arus ke arah sebaliknya.
Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai
penyearah arus AC ke arus DC.
Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai
penstabil tegangan.
Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu penerangan
Simbol Dioda
Gambar dibawah ini menunjukan bahwa Dioda merupakan komponen Elektronika aktif
yang terdiri dari 2 tipe bahan yaitu bahan tipe-p dan tipe-n :
6. Balikan Probe Merah ke Terminal Anoda dan Probe Hitam pada Terminal Katoda
(tanda gelang).
7. Baca hasil Pengukuran di Display Multimeter
8. Jarum harus tidak bergerak.
**Jika Jarum bergerak, maka Dioda tersebut berkemungkinan sudah rusak.
Catatan Penting :
Hal yang perlu diperhatikan disini adalah Cara Mengukur Dioda dengan menggunakan
Multimeter Analog dan Multimeter Digital adalah terbalik. Perhatikan Posisi Probe Merah
(+) dan Probe Hitamnya (-).
Cara-cara pengukuran tersebut diatas juga dapat digunakan untuk menentukan
Terminal mana yang Katoda dan mana yang Terminal Anoda jika tanda gelang yang
tercetak di Dioda tidak dapat dilihat lagi atau terhapus (hilang).
Untuk menguji apakah Komponen Kapasitor dapat berfungsi dengan baik, kita juga
dapat menggunakan Multimeter Analog dengan Skala Resistansi (Ohm). Multimeter
Analog tidak dapat mengetahui dengan pasti nilai Kapasitansi dari sebuah Kapasitor,
tetapi cukup bermanfaat untuk mengetahui apakah Kapasitor tersebut dalam Kondisi
baik ataupun rusak (seperti Bocor ataupun Short (hubungan pendek)).
Hal yang perlu diingat, cara diatas hanya dapat digunakan pada Multimeter Digital yang
memiliki kemampuan mengukur Kapasitansi.
Untuk lebih akurat, tentunya kita memerlukan alat ukur khusus untuk mengukur Nilai
Kapasitansi sebuah Kapasitor seperti LCR meter dan Capacitance Meter. Cara
pengukurannya pun hampir sama dengan cara menggunakan Multimeter Digital, hanya
saja kita perlu menentukan nilai Kapasitansi yang paling dekat dengan Kapasitor yang
akan kita ukur dengan cara mengatur Sakelar Selektor LCR meter dan Kapasitansi
Meter. Dibawah ini adalah gambar bentuk Capacitance Meter, LCR Meter dan
Multimeter.
Berikut ini adalah nilai Kapasitansi Standar untuk Kapasitor Tetap yang umum dan dapat
ditemukan di Pasaran :
Menurut Tabel diatas, hanya sekitar 133 nilai Standar Kapasitor Tetap yang umum dan
dapat ditemukan di Pasaran. Jadi bagaimana kalau nilai kapasitansi yang paling cocok
untuk rangkaian Elektronika kita tidak ditemukan di Pasaran atau bukan nilai Standar
Kapasitor Tetap? Jawabannya adalah dengan menggunakan Rangkaian Seri ataupun
Rangkaian Paralel Kapasitor.
= Kapasitor ke-1
C2
= Kapasitor ke-2
C3
= Kapasitor ke-3
C4
Cn
= Kapasitor ke-4
= Kapasitor ke-n
= Kapasitor ke-1
C2
= Kapasitor ke-2
C3
= Kapasitor ke-3
C4
= Kapasitor ke-4
Cn
= Kapasitor ke-n
Pada kondisi tertentu, Rangkaian Gabungan antara Paralel dan Seri dapat
digunakan untuk menemukan nilai Kapasitansi yang diperlukan.
Kita juga dapat menggunakan Multimeter untuk mengukur dan memastikan Nilai
Kapasitansi dari Rangkaian Seri ataupun Paralel Kapasitor sesuai dengan Nilai
Kapasitansi yang kita inginkan. Baca juga : Cara Mengukur Nilai Kapasitor
dengan Multimeter
A. Resistor
Resistor atau disebut juga dengan Hambatan adalah Komponen Elektronika Pasif yang
berfungsi untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian
Elektronika. Satuan Nilai Resistor atau Hambatan adalah Ohm (). Nilai Resistor
biasanya diwakili dengan Kode angka ataupun Gelang Warna yang terdapat di badan
Resistor. Hambatan Resistor sering disebut juga dengan Resistansi atau Resistance.
B. Kapasitor (Capacitor)
Kapasitor atau disebut juga dengan Kondensator adalah Komponen Elektronika Pasif
yang dapat menyimpan energi atau muatan listrik dalam sementara waktu. Fungsifungsi Kapasitor (Kondensator) diantaranya adalah dapat memilih gelombang radio
pada rangkaian Tuner, sebagai perata arus pada rectifier dan juga sebagai Filter di
dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya). Satuan nilai untuk Kapasitor (Kondensator)
adalah Farad (F)
Jenis-jenis Kapasitor diantaranya adalah :
1. Kapasitor yang nilainya Tetap dan tidak ber-polaritas. Jika didasarkan pada bahan
pembuatannya maka Kapasitor yang nilainya tetap terdiri dari Kapasitor Kertas,
Kapasitor Mika, Kapasitor Polyster dan Kapasitor Keramik.
2. Kapasitor yang nilainya Tetap tetapi memiliki Polaritas Positif dan Negatif,
Kapasitor tersebut adalah Kapasitor Elektrolit atau Electrolyte Condensator
(ELCO) dan Kapasitor Tantalum
3. Kapasitor yang nilainya dapat diatur, Kapasitor jenis ini sering disebut dengan
Variable Capasitor.
C. Induktor (Inductor)
Induktor atau disebut juga dengan Coil (Kumparan) adalah Komponen Elektronika Pasif
yang berfungsi sebagai Pengatur Frekuensi, Filter dan juga sebagai alat kopel
(Penyambung). Induktor atau Coil banyak ditemukan pada Peralatan atau Rangkaian
Elektronika yang berkaitan dengan Frekuensi seperti Tuner untuk pesawat Radio. Satuan
D. Dioda (Diode)
Diode adalah Komponen Elektronika Aktif yang berfungsi untuk menghantarkan arus
listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Diode terdiri dari
2 Elektroda yaitu Anoda dan Katoda.
Berdasarkan Fungsi Dioda terdiri dari :
1. Dioda Biasa atau Dioda Penyearah yang umumnya terbuat dari Silikon dan
berfungsi sebagai penyearah arus bolak balik (AC) ke arus searah (DC).
2. Dioda Zener (Zener Diode) yang berfungsi sebagai pengamanan rangkaian
setelah tegangan yang ditentukan oleh Dioda Zener yang bersangkutan.
Tegangan tersebut sering disebut dengan Tegangan Zener.
3. LED (Light Emitting Diode) atau Diode Emisi Cahaya yaitu Dioda yang dapat
memancarkan cahaya monokromatik.
4. Dioda Foto (Photo Diode) yaitu Dioda yang peka dengan cahaya sehingga sering
digunakan sebagai Sensor.
5. Dioda Schottky (SCR atau Silicon Control Rectifier) adalah Dioda yang berfungsi
sebagai pengendali .
6. Dioda Laser (Laser Diode) yaitu Dioda yang dapat memancar cahaya Laser.
Dioda Laser sering disingkat dengan LD.
E. Transistor
Transistor merupakan Komponen Elektronika Aktif yang memiliki banyak fungsi dan
merupakan Komponen yang memegang peranan yang sangat penting dalam dunia
Elektronik modern ini. Beberapa fungsi Transistor diantaranya adalah sebagai Penguat
arus, sebagai Switch (Pemutus dan penghubung), Stabilitasi Tegangan, Modulasi Sinyal,
Penyearah dan lain sebagainya. Transistor terdiri dari 3 Terminal (kaki) yaitu Base/Basis
(B), Emitor (E) dan Collector/Kolektor (K). Berdasarkan strukturnya, Transistor terdiri dari
2 Tipe Struktur yaitu PNP dan NPN. UJT (Uni Junction Transistor), FET (Field Effect
Transistor) dan MOSFET (Metal Oxide Semiconductor FET) juga merupakan keluarga dari
Transistor.
F. IC (Integrated Circuit)
IC (Integrated Circuit) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terdiri dari gabungan
ratusan bahkan jutaan Transistor, Resistor dan komponen lainnya yang diintegrasi
menjadi sebuah Rangkaian Elektronika dalam sebuah kemasan kecil. Bentuk IC
(Integrated Circuit) juga bermacam-macam, mulai dari yang berkaki 3 (tiga) hingga
ratusan kaki (terminal). Fungsi IC juga beraneka ragam, mulai dari penguat, Switching,
pengontrol hingga media penyimpanan. Pada umumnya, IC adalah Komponen
Elektronika dipergunakan sebagai Otak dalam sebuah Peralatan Elektronika. IC
merupakan komponen Semi konduktor yang sangat sensitif terhadap ESD (Electro Static
Discharge).
Sebagai Contoh, IC yang berfungsi sebagai Otak pada sebuah Komputer yang disebut
sebagai Microprocessor terdiri dari 16 juta Transistor dan jumlah tersebut belum lagi
termasuk komponen-komponen Elektronika lainnya.
G. Saklar (Switch)
Saklar adalah Komponen yang digunakan untuk menghubungkan dan memutuskan
aliran listrik. Dalam Rangkaian Elektronika, Saklar sering digunakan sebagai ON/OFF
dalam peralatan Elektronika.