Anda di halaman 1dari 83

PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK

Dosen Pengampu: Sugijono, S.T., M.M.

Disusun Oleh
Kelompok 5

Ramadhia Destri Khayren (3.39.18.1.17)


Rifqi Rijal Alfani (3.39.18.1.18)
Syafrizal Primayoga A.N.L (3.39.18.1.19)
Ulima Nadia Nurfita (3.39.18.1.20)

LT-2E

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2020

PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK


PENGAMAN
(MINIATURE CIRCUIT BREAKER/MCB)

Disusun Oleh
Kelompok 5
Ramadhia Destri Khayren (3.39.18.1.17)
Rifqi Rijal Alfani (3.39.18.1.18)
Syafrizal Primayoga A.N.L (3.39.18.1.19)
Ulima Nadia Nurfita (3.39.18.1.20)
LT-2E

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2020
JOB 1. PENGAMAN HUBUNG SINGKAT

( Miniature Circuit Breaker /MCB )

I. Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
- Menjelaskan prinsip kerja MCB.
- Menjelaskan karakteristik panas dan karakteristik dingin MCB.

II. Pendahuluan

MCB (Miniature Circuit Breaker) memainkan peranan penting dalam hal proteksi arus lebih
dan juga sebagai alat disconnect pada jaringan listrik. Sebuah breaker merupakan alat yang
didesaian untuk mengisolasi rangkaian dari gangguan arus lebih : overload (beban lebih) dan
short circuit (hubung singkat). Pada umumnya, MCB bekerja menggunakan prinsip
elektromekanik (thermal/magnetik) untuk membuka kontak breaker ketika gannguan arus
lebih terjadi. Unit thermal trip bekerja berdasarkan kenaikan nilai temperatur, sedangkan unit
magnetik trip bekerja berdasarkan kenaikan nilai arus. Ketika terjadi gangguan beban lebih,
maka nilai arus yang melewati logam bimetal akan bertambah yang membuat temperatur
pada logam bimetal semakin besar hingga pada suatu saat dan temperatur tertentu logam
bimetal ini akan membengkok dan menekan trip bar yang akan membuka kontak MCB.
Waktu yang dibutuhkan bimetal untuk membengkok dan membuka kontak MCB sesuai
dengan kenaikan besar arus, semakin besar arus gangguan yang terjadi semakin cepat logam
bimetal membengkok.

Gambar 2. 1 Prinsip Kerja MCB Berdasarkan Bimetal

Ketika gangguan hubung singkat terjadi, maka nilai arus yang melewati MCB akan
bertambah besar secara signifikan yang akan menghasilkan medan magnet yang cukup
besar. Medan magnet ini akan mendorong hammer trip, hammer trip ini nantinya akan
mendorong moving contact yang membuat kontak akan terbuka. Proses terbukanya kontak
breaker ketika terjadi gangguan hubung singkat umumnya terjadi setelah 5 milidetik setelah
terjadi gangguan.

Gambar 2. 2 Prinsip Kerja MCB Berdasarkan Elektromagnetik

III. Alat dan Bahan


 VACPS Variabel 0-220 V ; 6 A 1 buah
 Trafo arus 2000 V ; 200 A/10 A 1 buah
 MCB 2A 3 buah
 Multimeter 1 buah
 Tang Amper 1 buah
 Stopwatch 1 buah
 Kipas angin 1 buah
 Kabel Jumper 20 buah

IV. Gambar Rangkaian


Tang Ampere
A

220 V MCB

VACPS Trafo Arus


2000 VA

V. Langkah Kerja
1. Pastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak rusak, lalu buat
rangkaian seperti pada gambar diagram percobaan, sekunder atau trafo pada 0 Volt.
2. Naikkan tegangan sumber sambil melihat arus pada tang amper sama dengan arus
gangguan.
3. Start stopwatch dan tunggu hingga MCB trip dan stop stopwatch.
4. Untuk MCB karakteristik panas, ulangi langkah 1-3 setelah MCB didinginkan
menggunakan kipas angin.
5. Untuk MCB karakteristik dingin, ulangi langkah 1-3 setelah MCB diganti dengan MCB
yang lain. Ulangi sampai MCB terakhir.
6. Jika percobaan telah selesai dilakukan, lepas semua rangkaian dan kembalikan alat ke
tempat semula.

VI. Hasil Percobaan


 Tabel 4. 1 MCB Karakteristik Panas

No IN = 2 A x Arus Nominal Waktu


1 3 1,5 58,60 detik
2 4 2 29,70 detik
3 5 2,5 18,50 detik
4 6 3 10,50 detik
5 8 4 6,40 detik
6 10 5 4,10 detik

 Tabel 4. 2 MCB Karakteristik Dingin

No IN = 2 A x Arus Nominal Waktu


1 3 1,5 >3 menit
2 4 2 34,90 detik
3 5 2,5 28,05 detik
4 6 3 13,60 detik
5 8 4 7,80 detik
6 10 5 3,80 detik
 Gambar Grafik

VII. Analisa Data

Pada percobaan MCB karakteristik panas diperoleh hasil pada tabel 4. 1 yang menjelaskan
bahwa semakin besar nilai pengali arusnya maka semakin cepat pula waktu tripnya. Begitu
pula pada tabel 4. 2 menjelaskankan percobaan MCB karakteristik dingin. Semakin besar
nilai pengali arusnya maka semakin cepat pula waktu tripnya.

Untuk membuat MCB trip, dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu yang pertama menambah
besar arus pengalinya, kedua memperbesar beban yang dipasang pada MCB, dan yang
ketiga menghubungsingkatkan rangkaian.

VIII. Pertanyaan dan Tugas


1. Jelaskan prinsip kerja MCB
2. Terangkan gunanya karakteristik panas dan karakteristik dingin
3. Bagaimana cara mengetahui bahwa MCB masih bagus

Jawab
1. Ketika terjadi arus lebih maka arus lebih tersebut akan menghasilkan panas pada
bimetal, saat terkena panas bimetal akan melengkung sehingga kontak MCB
trip/terbuka. Ketika terjadi hubung singkat (terdapat panas yang terlalu tinggi), hal ini
menyebabkan koil terinduksi dan mempunyai medan magnet. Akibatnya poros yang
terdapat didekatnya akan tetarik dan menjalankan tuas pemutus.
2. Untuk membandingkan dan mengetahui waktu trip saat MCB dalam kondisi panas (saat
keadaan bimetal masih sedikit melengkung) dengan MCB dalam kondisi dingin (saat
bimetal benar-benar lurus). Pada karakteristik panas kerja MCB lebih cepat memutus
disebabkan oleh aliran listrik sehingga electromagnet bekerja mendorong koil yang
menyebabkan MCB trip. Pada karekteristik dingin kerja MCB lambat memutus
disebabkan proses pemuaian panas bimetal ketika beban lebih yang melebihi arus IN
yang tertera pada MCB.
3. Cek kontak pada MCB dengan ohmmeter. Alirkan arus gangguan pada MCB melebihi
IN (2x, 3x, 4x), jika trip dalam waktu singkat maka MCB masih bagus.

IX. Kesimpulan
1. MCB mempunyai 2 prinsip kerja yaitu menggunakan bimetal ketika terjadi arus beban
lebih dan menggunakan elektromagnetik ketika terjadi arus hubung singkat.
2. Baik MCB karakteristik panas maupun karakteristik dingin apabila pengali arusnya
semakin besar maka waktu tripnya semakin cepat.
3. Menurut table MCB karakteristik panas lebih cepat tripnya dibandingkan MCB
karakteristik dingin.
4. Karakteristik panas dan karakteristik dingin berguna untuk membandingkan dan
mengetahui waktu trip saat MCB dalam kondisi panas (saat keadaan bimetal masih
sedikit melengkung) dengan MCB dalam kondisi dingin (saat bimetal benar-benar
lurus).
PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
PENGAMAN ARUS BOCOR TANAH
(EARTH LEAKAGE CIRCUIT BREAKER/ELCB)

Disusun Oleh

Kelompok 5

Ramadhia Destri Khayren (3.39.18.1.17)


Rifqi Rijal Alfani (3.39.18.1.18)
Syafrizal Primayoga A.N.L (3.39.18.1.19)
Ulima Nadia Nurfita (3.39.18.1.20)

LT-2E

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2020
JOB 2. PENGAMAN ARUS BOCOR TANAH

(Earth Leakage Circuit Breaker /ELCB)

I. TUJUAN
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
 Mahasiswa dapat menentukan besarnya arus bocor maksimum yang dapat diamankan
oleh Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB).
 Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip kerja dari ELCB.
 Mahasiswa mengetahui bagaimana cara memilih ELCB yang bagus dan masih baik

II. PENDAHULUAN
Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) adalah suatu alat listrik yang dipergunakan
sebagai pengaman bila terjadi arus bocor pada salah satu penghantar yang melalui alat
tersebut Pengaman ini memiliki sebuah transformator arus dengan inti berbentuk gelang
(Gambar 2.1). Inti ini melingkari semua hantaran suplai ke mesin atau sistem yang
diamankan, termasuk penghantar netral.
Gambar2.1 Prinsip-prinsip dari ELCB

Keterangan :

a. Kumparan sekunder b. Detektor arus gangguan

c. Mekanisme penahan d. Tombol uji

Dalam keadaan normal, jumlah arus yang dilingkari oleh inti transformator sama
dengan nol. Kalo ada arus bocor ke tanah, keadaan seimbang akan terganggu. Karena itu
dalam inti transformator akan timbul suatu medan magnetik yang membangkitkan tegangan
dalam kumparan sekunder. Apabila arus bocor tersebut mencapai pada suatu harga tertentu
maka relay pada ELCB akan bekerja melepaskan kontak-kontaknya. Berdasarkan PUIL
2000 pada bagian 3.15.1.2 pemilihan ELCB untuk proteksi tambahan dari sentuhan
langsung dipilih ELCB dengan arus operasi arus sisa pengenal 30 mA.
ELCB bekerja pada peralatan listrik bekerja normal maka total arus yang mengalir pada
kawat plus dan netral adalah sama sehingga tidak ada perbedaan arus. Namun bila
seseorang tersengat listrik, kawat “plus” akan mengalirkan arus tambahan melewati tubuh
orang yang tersengat ke tanah.

Gambar2.2 arus bocor yang melewati tubuh manusia

Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa pada kawat plus atau fasa akan mengalir
tambahan arus sebesar ΔI bila ada seseorang yang tersengat aliran listrik. Bila ELCB
terpasang, maka tambahan arus tersebut dideteksi oleh rangkaian khusus. Bila ada tambahan
arus maka berarti ada perbedaan arus yang mengalir antara kawat plus dan netral.
Perbedaan sebesar 30 mA sudah cukup untuk mengaktifkan relay untuk memutus MCB.
Dengan demikian ELCB dapat melindungi orang dari bahaya tersengat aliran listrik.

Secara prinsip pemasangan ELCB sederhana, yakni dengan menyisipkan ELCB antara
peralatan listrik dengan sumber listrik. Kedua kawat baik plus maupun netral dilewatkan
ELCB sebelum mencapai titik yang dilindungi.

Gambar 2.3 skema pemasangan ELCB

Gambar 2.4 aplikasi pemasangan ELCB


III. ALAT DAN BAHAN
Tabel 3.1 Alat Dan Bahan

NO Nama Jumlah

1 VACPS 220 V 1

3 Multimeter digital 1

4 Multimeter analog 1
5 ELCB 2

6 Tahanan 1KΩ 1

7 Kabel Jumper 20

IV. GAMBAR RANGKAIAN

AMPERE METER

A
DIGITAL
R RV

ELCB
220 V N S

2
1
VACPS

Gambar 4.1 Rangkaian ELCB


Gambar 4.2 Hasil praktek rangkaian ELCB

V. LANGKAH KERJA
1. Memastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak rusak, lalu
membuat rangkaian seperti gambar diagram percobaan, sekunder atau trafo pada 0 Volt.
2. Menghubungkan posisi saklar S dengan posisi 1.
3. Meng ON kan power supply ACPS dan memutar pelan-pelan hingga ELCB trip, dan
hentikan pengaturan tegangan ACPS.
4. Mengukur arus tripping ELCB dengan jalan memindahkan posisi S ke posisi 2. Ulangi
sampai 4 kali.
5. Mengulangi langkah 1 hingga 4 diatas untuk masing-masing terminal (R, S, T).
6. Setelah selesai menggunakan ELCB spesifikasi 1gunakan ELCB spesifikasi 2 dengan
mengulangi langkah 1-4.
7. Jika kedua percobaan telah selesai dilakukan, lepas semua rangkaian dan kembalikan
alat ke tempat semula.

VI. LEMBAR KERJA


Tabel 6.1 Percobaan ELCB

Arus Tripping Tegangan Sentuh


(IΔN = mA) (V)
No Kutub IΔN (mA) %
1 218 72

2 R 227 73,3 50 V

1 220 89,8

2 S 224 74,6
40 V

1 215 71,66

2 T 222 74
30 V

VII. ANALISA
Pada percobaan dengan menggunakan ELCB diatas diperoleh hasil pada tabel 6.1
yang menjelaskan bahwa nilai arus tripping yang terjadi pada setiap kutub ELBC tidak
melebihi arus yang tertera pada name plate ELCB. Dengan dua kali pengecekkan pada
tiap kutubnya terbukti bahwa besarnya arus tripping pada tiap kutubnya tidak jauh
berbeda.
Hasi percobaan diatas mempunyai tegangan sentuh sekitar 30-50 V, hal ini
diakibatkan karena pada saat melakukan percobaan, untuk membuat trip ELCB didapat
dengan cara memperkecil tahanan pada resistor dan pada saat diukur tegangan dengan
multimeter menunjukkan tegangan sentuh sekitar 30-50 V. dan cara lain yang dapat
dilakukan adalah dengan memutar ACPS hingga ELCB tersebut menjadi trip. Dengan kata
lain ELCB akan trip jika tegangan sentuh hampir mndekati nominalnya.
Untuk membuat ELBC trip, dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu yang pertama
dengan mengubah tegangan sentuhnya melalui VACPS seperti yang dilakukan pada
percobaan pertama, maupun dengan menetapkan besarnya tegangan sentuh maksimal
kemudian mengubah besar resistansi pada resistor gesernya.dan ELCB tersebut akan
bekerja apabila ketika terjadi kontak antara arus positif,arus negatif dan grounding pada
instalasi listrik.Dan yang lebih penting lagi ELCB bisa memutuskan arus listrik ketika
terjadi kontak antara listrik dan tubuh manusia Perbedaan sebesar 30 mA sudah cukup
untuk mengaktifkan relay untuk memutus MCB. Dengan demikian ELCB dapat
melindungi orang dari bahaya tersengat aliran listrik. Dan juga dalam pemakaian ELCB
harus memenuhi standart seperti pertimbangan untuk pemakaian dari ELCB itu sendiri
digunakan, misalnya untuk proteksi pada perumahan,perkantoran, dan sector industri yang
kemampuan hantar arus dari masing-masing berbeda.
Dari data percobaan juga dapat diketahui bahwa presentase I ΔN yang diperoleh dari
percobaan dibandingkan dengan yang tertera pada nameplate, rata – rata sebesar 76,9%.

VIII. PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Bandingkan hasil pengamatan dengan harga yang tertera pada ELCB!
2. Jelaskan factor apa yang mendasari penentuan nilai arus trip.!
3. Jelaskan prinsip kerja ELCB!
4. Jelaskan cara menentukan bahwa kondisi ELCB masih bagus!

JAWABAN
1. Perbandingan hasil pengamatan dengan harga yang tertera pada ELCB adalah
besarnya arus trip pada hasil pengamatan tidak melebihi arus trip yang tertera pada
name plate ELCB. Pada nameplate IΔN = 30 mA dan pada waktu dilakukan percobaan
IΔN maksimal mencapai 23,5 mA.

2. Faktor yang mendasari penentuan nilai arus trip:


Prinsip prinsip pengaman ini berdasarkan pada arus bocor yang terjadi. Arus bocor ini
berdasarkan standar, umumnya tidak lebih dari 30 mA, alasan penetapan ini
berdasarkan pada resistansi tubuh bila dikenai tegangan. Hal ini sesuai dengan PUIL
2000 pada bagian 3.15.1.2. Komponen ini tidak memiliki pengaman thermal dan
magnetis, sehingga ELCB harus diamankan terhadap hubung singkat dan beban lebih
oleh MCB di sisi atasnya. ELCB mempunyai mekanisme trip tersendiri dan juga
dapat dioperasikan secara manual seperti saklar. Alat ini digunakan jika pengamanan
arus bocor dibutuhkan pada sekelompok circuit yang maksimum terdiri dari 4 circuit.

3. Prinsip kerja ELCB :


Pada saat terjadi gangguan arus yang mengalir dipenghantar phasa tidak sama lagi
dengan arus yang mengalir pada netral ( I L = IN + If ) atau sistim dikatatakan dalam
keadaan tidak seimbang, arus differensial ini dibandingkan dalam sebuat sistim trafo
toroida. Ketidak seimbangan antara arus phasa dengan arus netral menandakan
adanya arus bocor ketanah akibat kegagalan isolasi, ketidak seimbangan arus ini akan
menyebabkan fluks magnet pada toroida sehingga pada bilitan sekunder toroida akan
dibangkitkan suatu tegangan yang berfungsi untuk menggerakan relai pemutus
mekanisme kontak, kemudian kontak utama ELCB akan memutuskan hubungan
dengan peralatan.

4. Cara menentukan kondisi ELCB :


Untuk melakukan pengetesan kondisi ELCB dengan cara mengetahui arus jatuh
nominal ELCB dan waktu pemutusan ELCB ketika mengalir arus gangguan yang
melebihi arus jatuh nominal. Jika waktu pemutusan berjalan lama dan tegangan
sentuh sudah melampaui batas dan ELCB tidak trip, maka ELCB tersebut kondisinya
tidak layak pakai. Namun, apabila sebaliknya berarti ELCB masih dalam kondisi
bagus.

Cara pengujian dilakukan sebagai berikut:

a. Pasangkan beban yang sesuai dengan kepekaan teraan ELCB tersebut. 


Misalnya jika nameplate ELCB 220 V, 16 A/30 mA, maka dapat diberi beban
lampu pijar 10 watt. 
b. Lakukan hubung singkat (dijamper) antara hantaran Nol (Netral) dengan hantaran
arde (grounding) dengan kabel lepasan, misalnya di stop kontak.
c. Jika ELCB baik dan pentanahannya (arde) juga baik, maka ELCB akan trip.
Artinya jika kita tersengat listrik maka listriknya akan mati. 
d. Jika ELCB tidak trip maka grounding harus diukur ulang supaya memenuhi
syarat (5 Ohm). Jika groundingnya baik berati ELCBnya tidak bekerja dengan
baik.
IX. KESIMPULAN
1. ELCB digunakan sebagai pengaman bila terjadi arus bocor tanah yang melalui ELCB
tersebut.
2. Jika ELCB mampu mendeteksi kebocoran arus kurang dari rating yang terdapat pada
name plate maka ELCB itu dalam keadaan baik.
3. Pada percobaan IΔN dari hasil praktek < IΔN pada name plate, namun selisihnya tidak
terlalu jauh.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK

PENGAMAN BEBAN LEBIH


(Thermal Over Load Relay / TOLR)

Disusun Oleh

Kelompok 5 LT 2E

Ramadhia Destri Khayren (3.39.18.1.17)


Rifqi Rijal Alfani (3.39.18.1.18)
Syafrizal Primayoga A.N.L (3.39.18.1.19)
Ulima Nadia Nurfita (3.39.18.1.20)

PROGRAM STUDI TEKNIK

LISTRIK JURUSAN TEKNIK

ELEKTRO POLITEKNIK

NEGERI SEMARANG 2019/2020


JOB 3. PENGAMAN BEBAN LEBIH
(Thermal Over Load Relay / TOLR)

1. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa dapat :
- Menggambarkan dan menjelaskan karakteristik Thermal Over Load Relay
(TOLR)
- Menjelaskan prinsip kerja TOLR

2. Pendahuluan

TOLR (Thermal Over Load Relay) adalah alat pengaman terhadap arus gangguan
beban lebih. TOLR selalu dipasang dengan kontaktor magnetik dan bekerja
berdasarkan panas akibat arus listrik yang melaluinya melebihi harga nominal.
Energi panas itu diubah menjadi energi mekanik oleh logam bimetal untuk
melepaskan kontak-kontak rele yang dapat digunakan untuk membuka rangkaian
listrik sehingga melindungi peralatan listrik dari kerusakan akibat arus lebih.
TOLR terutama digunakan sebagai pelindung motor - motor listrik terhadap
gangguan beban lebih.

3. Daftar Alat
VACPS 0 -220 V 1 buah.
Trafo Arus 2.000 VA 1 buah.
TOLR 1 buah
Kontaktor 1 buah
Tang Amper 1 buah
Stop Watch 1 buah

Kipas Angin 1 buah


Voltmeter 1 buah
Kabel Jumper 20 buah.
4. Gambar Kerja

AC 220 V

1 3 5
A1
K

A2 2 4 6

95 97
PS.DC
F
96 98

Gambar 1. Rangkaian Percobaan TOLR

5. Langkah Kerja

A. Percobaan TOLR Karakteristik Panas.


1) Memastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik, lalu
merangkai peralatan seperti pada gambar rangkaian dan mengatur arus
nominal IN dari TOLR sebesar nilai minimal.
2) Memberi tegangan pada koil magnet dari kontaktor hingga bekerja.
3) Memberi dan mengatur arus pada TOLR sehingga didapatkan nilai arus lebih
yang dikehendaki.
4) Bersamaan dengan tercapainya nilai arus lebih itu, start stopwatch dan tunggu
hingga TOLR trip.
5) Saat TOLR trip, stop stopwatch dan catat waktu yang diperlukan TOLR
untuk trip tersebut.
6) Reset TOLR dan ulangi langkah nomor 3 hingga 5 untuk nilai arus lebih lain
yang dikehendaki. Gunakan kipas angin untuk mendinginkan TOLR jika
belum dapat direset.
7) Menggambar kurva karakteristik panas dari data tabel.
B. Percobaan TOLR Karakteristik Dingin

1) Memastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik, lalu
merangkai peralatan seperti pada gambar rangkaian dan mengatur arus
nominal IN dari TOLR sebesar nilai minimal.
2) Memberi tegangan pada koil magnet dari kontaktor hingga bekerja.
3) Memberi dan mengatur arus pada TOLR sehingga didapatkan nilai arus lebih
yang dikehendaki.
4) Bersamaan dengan tercapainya nilai arus lebih itu, start stopwatch dan tunggu
hingga TOLR trip.
5) Saat TOLR trip, stop stopwatch dan catat waktu yang diperlukan TOLR
untuk trip tersebut.
6) Ambil TOLR lain sejenis yang dingin dan sudah diatur arus nominalnya
sebesar nilai minimal.
7) Ulangi langkah kerja nomor 3 hingga 6 untuk nilai arus lebih lain yang
dikehendaki.
8) Menggambar kurva karakteristik dingin dari data tabel.

6. Lembar Kerja

Tabel 1. Percobaan TOLR Karakteristik Panas

I (A) Faktor pengali


No.
IN ~ Reset ( 2 A ) arus nominal Waktu
1. 3 1,5 1 menit 28 detik

2. 4 2 16,6 detik

3. 5 2,5 3,3 detik

4. 6 3 3 detik
I (A) Faktor pengali
No.
IN ~ Reset ( 1 A ) arus nominal Waktu
1. 3 1,5 1 menit 52 detik

2. 4 2 23,1 detik

3. 5 2,5 9,3 detik

4. 6 3 6,8 detik

5. 8 4 4,2 detik

6. 10 5 2,4 detik

Tabel 2. Percobaan TOLR Karakteristik Dingin


7. Pertanyaan dan Tugas

1) Gambarkan kurva karakteristik panas dan dingin dalam satu kertas grafik.
2) Jelaskan prinsip kerja dan grafik karakteristik TOLR.
Cara kerja alat ini adalah dengan menkonversi arus yang mengalir menjadi
panas untuk mempengaruhi bimetal. Bimetal inilah yang menggerakkan tuas
untuk menghentikan aliran listrik pada motor. Pembatasan dilakukan dengan
mengatur besaran arus pada dial di alat tersebut. Jadi alat tersebut memiliki
range adjustment misal TOR dengan range 1 - 3,2 Ampere disetting 2,5
Ampere. Artinya, kita membatasi arus dengan TOR pada level 2,5 Ampere
saja.
3) Apa gunanya karakteristik panas dan dingin ?
- Kegunaan karakteristik panas TOLR untuk mengetahui jangka
waktu trip TOLR ketika bimetal masih sedikit melengkung
- Kegunaan karakteristik dingin TOLR untuk mengetahui jangka
waktu trip TOLR ketika TOLR dalam keadaan dingin (bimetal
belum melengkung sama sekali)

4) Jelaskan cara menentukan bahwa kondisi TOLR masih bagus.


Cara mengetahui keadaan TOLR masih bagus adalah dengan
mengalirkan arus 3 x In pada 3 kontak utama TOLR, jika TOLR dapat
trip dalam jangka waktu tidak terlalu lama maka TOLR masih bagus

5) Mengapa TOLR banyak digunakan untuk pengaman motor listrik ?


TOLR berfungsi untuk melindungi motor listrik dari beban lebih yang
ditunjukkan oleh arus yang mengalir pada jaringan listrik. Apabila arus
yang mengalir melebihi nilai TOLR, maka timbul panas pada TOLR,
kemudian TOLR membuka dan memerintahkan untuk memutuskan
jaringan listrik yang masuk ke motor tsb, sehingga motor terhindar dari
kerusakan

6) Berikan kesimpulan.
a. Percobaan TOLR karakteristik panas digunakan untuk mengetahui
jangka waktu trip TOLR saat bimetal dalam keadaan sedikit
melengkung
b. Percobaan TOLR karakteristik dingin digunakan untuk mengetahui
jangka waktu trip TOLR saat bimetal dalam keadaan lurus
c. Waktu trip TOLR karakteristik panas lebih cepat daripada TOLR
karakteristik dingin
d. TOLR akan trip jika dialiri arus yang melebihi arus nominalnya
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
MAGNETISASI INTI TRANSFORMATOR

Kelompok 5 LT 2E

Ramadhia Destri Khayren (3.39.18.1.17)


Rifqi Rijal Alfani (3.39.18.1.18)
Syafrizal Primayoga A.N.L (3.39.18.1.19)
Ulima Nadia Nurfita (3.39.18.1.20)

Program Studi Teknik Listrik


Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Semarang
2019/2020
JOB 4 MAGNETISASI INTI TRANSFORMATOR

I. Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat :
 Mengambarkan kurva karakteristik magnetisasi inti transformator.
 Menjelaskan jerat histerisis.

II. Pendahuluan
Arus listrik yang mengalir pada kumparan transformator menimbulkan gaya gerak
magnet (g.g.m.) : F = N.I yang mampu mengalirkan fluksi pada inti trafo.

E
(Volt)
Øm

F=N.I
I
(amp)

Gambar 2.1. Transformator

Kemampuan untuk mengalirkan arus magnet /fluksi persatuan panjang inti disebut kuat
medan magnet H yang menginduksikan fluksi dengan kerapatan B. Gambar 4.1.
memperlihatkan perubahan kuat medan H terhadap kerapatan fluksi B. Perubahan harga
ggl. E terhadap arus eksitasi I (arus beban 0) dikenal sebagai lengkung magnetisasi E – I
yang mula-mula linear kemudian melengkung atau berarti bahwa inti transformator mulai
jenuh.

III. Alat dan Bahan


 ACPS Variabel 0-220 V ; 6A 1 buah
 Transformator 220 V/48 V 50 VA 1 buah
 Multimeter analog 1 buah
 Multimeter digital 1 buah
 Kabel jumper 10 buah
IV. Gambar Rangkaian

A
220 Volt
V TT TR

0-200 Volt 220V/48V


50VA
Gambar 4.1. Rangkaian Percobaan Karakteristik Magnetisasi Inti

V. Langkah Kerja
1. Pastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak rusak,
lalu buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian.
2. Amati hasil pengukuran V dan I, Kemudian isikan pada tabel hasil
pengamatan dan buat grafik V = f (I).
3. Amati grafik V = f (I), pada tegangan naik tidak sama dengan pada saat
tegangan turun.
4. Berikan koreksi terhadap kurva magnetisasi hasil pengamatan dibandingkan
kurva magnetisasi sebenarnya (V terhadap I dibandingkan E terhadap I).

VI. Hasil Percobaan


 Tabel 6.1. Percobaan Karakteristik Magnetisasi Inti Transformator

Tegangan Naik Tegangan Turun


No
V (V) I (mA) V (V) I (mA)
1 10 48 200 398
2 20 69 180 304
3 30 82 150 215
4 40 92 120 173
5 50 102 100 151
6 60 113 90 143
7 70 130 80 135
8 80 135 70 126
9 90 145 60 116
10 100 154 50 107
11 120 170 40 96
12 150 217 30 84
13 180 303 20 68
14 200 398 10 48

 Gambar Grafik

VII. Analisa Data


Dalam percobaan magnetisasi inti transformator diketahui bahwa pada inti trafo akan
muncul medan magnet jika dialiri arus, dan akan mengalir fluksi Φm dengan kerapatan B.
Berdasarkan data hasil percobaan diketahui bahwa pada saat pengisian (trafo mulai diberi
tegangan dari rendah ke tinggi) arus akan mengalir dan terus meningkat, tetapi ketika
pengosongan (trafo diberi tegangan dari tinggi ke rendah) arus yang mengalir akan
semakin berkurang. Tetapi pada batas minimum arus tidak akan bernilai 0. Hal ini
dikarenakan oleh adanya magnet sisa yang terdapat dalam belitan trafo.
VIII. Pertanyaan dan Tugas
1. Gambarkan grafik magnetisasi inti transformator
2. Jelaskan mengapa kurva pada saat tegangan naik tidak sama dengan saat tegangan
turun.
3. Terangkan jerat histerisis yang baik untuk inti transformator.

Jawab
1.

2. Karena inti trafo merupakan bahan feromagnetik, jika bahan feromagnetik teraliri arus
maka akan timbul garis gaya magnet, sehingga akan ada energi yang hilang. Energi
yang hilang tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan pada nilai arusnya.
3. Jerat histerisis yang baik untuk inti transformator jika luasan pada kurva histerisis
tidak terlalu besar.

IX. Kesimpulan
1. Dari percobaan diatas kita dapat menggambarkan kurva
histerisisnya.
2. Dari kurva histerisis kita dapat mengetahui loses yang terjadi
yang berupa panas.
3. Adanya selisih tegangan yang terukur dari tegangan naik dan
tegangan turun.
4. Dari kurva histerisis kita dapat mengetahui bahwa trafo masih
dalam keadaan baik karena loses yang terjadi sedikit.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR

Kelompok 5 LT 2E

Ramadhia Destri Khayren (3.39.18.1.17)


Rifqi Rijal Alfani (3.39.18.1.18)
Syafrizal Primayoga A.N.L (3.39.18.1.19)
Ulima Nadia Nurfita (3.39.18.1.20)

Program Studi Teknik Listrik


Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Semarang
2019/2020

JOB 5 PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR

I. Tujuan
- Setelah melaksanakan praktek ini, diharapkan mahasiswa dapat menentukan
transformator step up atau transformator step down.

II. Pendahuluan
Salah satu syarat kerja paralel transformator harus diketahui perbandingan belitan masing-
masing trafo yang akan kerja paralel, sehingga diperlukan percobaan untuk mengetahui
perbandingan belitan dari suatu transformator. Rangkaian pengganti transformator dalam
keadaan terbuka adalah sebagai berikut :

R1 X1 R2 X2

V1 E1 E2

Gambar 2.1. Belitan primer dan sekunder Transformator

Mengabaikan hilang tegangan pada tahanan dan reaktansi bocor kumparan primer (R1 dan
X1) dapat diperoleh :

V 1 / V 2 = E1 / E 2 = N 1 / N 2 = a

Keterangan :

V1 = tegangan masuk / sisi primer (Volt)


V2 = tegangan keluar / sisi sekunder (Volt)

E1 = ggl. induksi pada sisi primer (Volt)

E2 = ggl. induksi pada sisi sekunder (Volt)

N1 = jumlah lilitan sisi primer

N2 = jumlah lilitan sisi sekunder

a = perbandingan belitan / transformasi

III. Alat dan Bahan


 ACPS Variabel 0-220 V ; 6 A 1 buah

 Transformator 220 V/48 V 50 VA 1 buah

 Multimeter Analog 2 buah

 Multimeter Digital 1 buah

 Kabel Jumper 20 buah

IV. Gambar Rangkaian

V1 TR TT V2

0-200V 48/220V
STEP UP

Gambar 4.1. Rangkaian Transformator Step Up


V1 TT TR V2

0-200V 220/48V
STEP DOWN

Gambar 4.2. Rangkaian Transformator Step Down

V. Langkah Kerja
1. Pastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak rusak,
lalu buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian.
2. Lakukan pengukuran tegangan V1 dan V2 dengan sumber tegangan pada
sisi tegangan rendah (sebelum tegangan sumber dihidupkan harus dipastikan mulai
dari nol volt), lalu catat hasil pengamatan tersebut ke dalam tabel.
3. Ulangi langkah 2 dengan sumber tegangan pada sisi tegangan tinggi.
4. Hitung nilai ar dan at .

VI. Hasil Pekerjaan


 Tabel 6.1. Praktikum Perbandingan Belitan Trafo

Sisi primer tegangan rendah Sisi primer tegangan tinggi


No
V1 (V) V2 (V) ar V1 (V) V2 (V) at
1 48 195,7 0,245 220 53,2 4,135
2 40 164,3 0,243 200 48,3 4,14
3 30 122 0,245 150 36,2 14,143
4 20 81,2 0,246 100 24,36 4,105
5 10 40 0,25 50 12,16 4,111

VII. Analisa Data


Pada praktikum kali ini, yaitu praktikum perbandingan belitan transformator, kita akan

menganalisa data yang telah diperoleh, diantaranya :

 Trafo dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :


1. Transformator Step Up atau transformator penaik tegangan adalah tranformator

yang digunakan untuk menaikkan tegangan dari rendah ke tegangan yang lebih

tinggi.

2. Transformator Step Down atau transformator penurun tegangan adalah

transformator yang digunakan untuk menurunkan tegangan dari tinggi ke tegangan

yang lebih rendah.

 Cara kerja transformator adalah sebagai berikut :

1. Jika kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan arus AC, maka pada

kumparan primer timbul garis-garis gaya magnet yang berubah-ubah.

2. Perubahan garis-garis gaya dari kumparan primer ini menginduksi kumparan

sekunder sehingga pada kumparan sekunder timbul arus bolak-balik.

Dengan memilih jumlah lilitan yang sesuai untuk tiap kumparan dapat dihasilkan GGL

kumparan sekunder yang berbeda dengan GGL kumparan primer. Hubungan GGL atau

tegangan primer (Vp) tegangan sekunder (Vs), jumlah lilitan kumparan primer (np) dan

jumlah lilitan kumparan sekunder (ns) dapat dinyatakan dengan rumus :

Tegangan primer Jumlah lilitan primer Vp np


= =
Tegangan sekunder Jumlah lilitan sekunder Vs ns

yang biasa disebut dengan perbandingan transformasi. Dengan memperhatikan

perbandingan transformasi kita dapat mengetahui jenis dari transformator tersebut apakah

Transformator Step Up atau Step Down.

Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik

rendah menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan sekunder

lebih banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np). Transformator step down yaitu

transformator yang mengubah tegangan bolak-balik tinggi menjadi rendah, transformator


ini mempunyai jumlah lilitan kumparan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan

sekunder (Np > Ns).

Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh kumparan sekunder

adalah:

1. Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns)

2. Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP)

3. Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer

Pengukuran perbandingan belitan adalah untuk mengetahui perbandingan jumlah


kumparan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah pada setiap tapping, sehingga
tegangan output yang dihasilkan oleh transformator sesuai dengan yang dikehendaki,
toleransi yang diijinkan adalah:

a. 0,5 % dari rasio tegangan

b. 1/10 dari persentase impedansi pada tapping nominal

VIII. Pertanyaan dan Tugas


1. Terangkan cara mendapatkan perbandingan belitan trafo
2. Apa guananya perbandingan belitan trafo?
3. Terangkan cara mengetahui bahwa kondisi sebuah trafo masih baik
4. Hitung tegangan sekunder trafo 100 VA 220 V/110 V jika diberi sumber 100 V pada
sisi tegangan tinggi
Jawab:
1. Cara mendapatkan perbandingan trafo dengan menggunakan rumus relay berikut :

N1 E1 I 2
= =
N 2 E2 I 1
Dimana :
N1 = belitan primer
N2 = belitan sekunder
I1 = besar arus pada belitan primer (A)
I2 = besar arus pada belitan sekunder (A)
E1 = besar tegangan pada belitan primer (V)
E2 = besar tegangan pada belitan sekunder (V)

2. Guna perbandingan trafo adalah untuk menentukan jenis trafo step up atau step down.

3. Cara mengetahui bahwa kondisi trafo masih baik atau tidak adalah dengan
menggunakan Ohmmeter. Pertama cek sisi primer, bila saling dihubungkan akan
terukur dengan nilai resistansi yang kecil. Begitupula pada sisi sekundernya.

4. E1 = 220 V

E1 V 1
=
E2 V 2
220V 100V
110 V = V2
110 V .100 V
V2 =
220 V
V2 = 50 V
Jadi, tegangan sekunder trafo tersebut adalah 50 V.

IX. Kesimpulan
5. Pada percobaan sisi primer tegangan rendah terbukti tegangan
primer lebih rendah dari tegangan sekunder.
6. Pada percobaan sisi primer tegangan tinggi terbukti tegangan
primer lebih tinggi dari tegangan sekunder.
7. Perbandingan belitan dapat diketahui dari perbandingan
tegangan, perbandingan arus, dan perbandingan jumlah belitan.
8. Dari percobaan diatas kita dapat mengetahui jenis trafo, apakah
step up atau step down.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
TRANSFORMATOR TANPA BEBAN

Disusun Oleh

Kelompok 5 LT 2E

Ramadhia Destri Khayren (3.39.18.1.17)


Rifqi Rijal Alfani (3.39.18.1.18)
Syafrizal Primayoga A.N.L (3.39.18.1.19)
Ulima Nadia Nurfita (3.39.18.1.20)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG


2019/2020

JOB 6. TRANSFORMATOR TANPA BEBAN

I. Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:

 Menentukan besarnya rugi inti/rugi besi.

 Menjelaskan rugi besi, rugi histerisis, dan rugi arus pusar (eddy current).

 Menentukan konstanta Ro dan Xo.

II. Pendahuluan
Transformator dalam keadaan tanpa beban mengambil arus dari jala-jala yang terdiri
atas arus yang bersifat resistif berupa rugi inti dan arus yang bersifat induktif untuk
membangkitkan fluksi. Rugi inti trafo dapat dibedakan atas rugi histerisis dan rugi arus
pusar. Rugi histerisis disebabkan oleh terjadinya gesekan antara molekul-molekul logam
inti dalam usaha menyesuaikan diri dengan perubahan arah fluksi magnet.

Ph = Kh . f . Bm . X

Keterangan : Ph = rugi histerisis (watt)

Kh = konstanta yang tergantung bahan dan dimensi inti

Bm = kerapatan fluksi maksimum

f = frekuensi (hertz)

X = faktor steinmetz tergantung macam bahan (1,6 s/d 2,0)

Rugi arus pusar disebabkan oleh adanya aliran arus induksi dalam logam inti.

Pe = Ke .f 2. Bm2

Keterangan : Pe = rugi arus pusar (watt)


Ke = konstanta yang tergantung bahan dan dimensi inti

Bm = kerapatan fluksi maksimum

f = frekuensi (hertz)

Dengan melaksanakan percobaan 2 frekuensi yang berlainan , dapat diperoleh pemisahan


rugi inti menjadi rugi histeresis dan rugi arus pusar.

P/f

[W/HZ]
Ke.f.Bm2 = rugi arus pusar
f

Xh.Bmx = rugi histerisis


f

F (Hz)
t1 t2

Gambar 2.1. Konstanta Transformator Ro dan Xo

Rangkaian pengganti transformator tanpa beban adalah sebagai berikut :

R1 x1 R1 X2

Io

I he Ix

V1 R0 X2

Gambar 2.2. Rangkaian Percobaan Trafo Tanpa Beban

Daya masuk : P = V1 . Io . cos 


Arus resistif berupa rugi inti : Ihe = Io cos 

Arus induktif pembangkit fluksi : Ix = Io sin 

Ro = V1 / Ihe

Xo = V1/ Ix

III. Alat dan Bahan


 ACPS Variabel 0-220 V ; 6 A 1 buah

 Transformator 220 V/48 V 50 VA 1 buah

 Multimeter Analog 1 buah

 Multimeter Digital 1 buah

 Wattmeter 1 buah

 Kabel Jumper 20 buah

IV. Gambar Rangkaian


a. Percobaan Trafo 2 Belitan Tanpa Beban
Power supply AC

W A

Gambar 4.1. Rangkaian Percobaan Trafo 2 Belitan Tanpa Beban


b. Percobaan Trafo Auto Tanpa Beban

W A
I
220 V V

VACPS

Gambar 4.2. Rangkaian Percobaan Trafo Auto Tanpa Beban

c. Tes Polaritas 1

V3

220 V V1 V2
0 – 220V

Gambar 4. 3. Rangkaian Percobaan Tes Polaritas 1

d. Tes Polaritas 2

V3

V1 V2
220 V
0 – 220V

Gambar 4. 4. Rangkaian Percobaan Tes Polaritas 2


V. Langkah Kerja
 Langkah Percobaan
5. Siapkan alat dan bahan yang digunakan, antara lain, regulator tegangan,
Wattmeter, Amperemeter, Voltmeter, dan Transformator.
6. Rangkai alat dan bahan yang dibutuhkan sesuai dengan rangkaian
percobaan. Amperemeter dipasang seri dengan trafo, Voltmeter dipasang paralel
dengan trafo, sedangkan Wattmeter dipasang untuk dapat membaca tegangan, arus
pada trafo. Sisi trafo sekunder dibuat terbuka/open circuit.
7. Pemasukan tegangan pada sisi primer diatur oleh regulator tegangan.
Penentuan besar tegangannya tergantung pada name plate trafo.
8. Baca besaran arus pada Amperemeter, bila terlalu kecil dan tidak bias dibaca
dengan alat ukur, gulung kabel sebanyak n lalu masukkan kembali ke Tang
Ampere. Maka arus yang sebenarnya adalah arus yang terbaca dibagi n.

 Langkah Uji Polaritas


1. Hubungkan Voltmeter (V3) pada polaritas ‘+’ sisi primer dan pada polaritas sisi
sekunder.

2. Hubung singkatkan polaritas ‘-‘ sisi primer dengan polaritas ‘-‘ sisi sekunder.

3. Hubungkan Voltmeter (V1) pada sisi primer.

4. Hubungkan Voltmeter (V2) pada sisi sekunder.

5. Beri tegangan masuk pada sisi primer, jika V3 = V1 + V2 maka A1 = (+) ; a1 = (-).
Jika V3 = V1 – V2 maka A1 = (+) ; a1 = (+).

VI. Hasil Pekerjaan


 Tabel 6.1. Praktikum Trafo 2 Belitan 50 VA 220V/48 V Tanpa Beban

Trafo Frekuensi (Hz) V (V) P (W) I (A)


2000 VA
200 V/10 V 50 220 20 0,49
10 A/200 A

50 VA
220 V/48 V 50 220 Mendekati 0 0,02
0,25 A/1 A
 Tabel 6. 2. Praktikum Autotrafo 50 VA 220V/48 V Tanpa Beban

Trafo Frekuensi (Hz) V (V) P (W) I (A)


2000 VA
200 V/10 V 50 240 Mendekati 0 0,01
10 A/200 A

 Tabel 6.3. Tes Polaritas 1

V1 V2 V3 Keterangan
100 25 125 V3 = V1 + V2

 Tabel 6. 3. Tes Polaritas 2

V1 V2 V3 Keterangan
100 25 75 V3 = V1 - V2

VII. Analisa Data


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pada suatu
transformator terdapat rugi-rugi pada saat trafo diberi tegangan. Rugi-rugi tersebuat adalah
rugi histerisis dan rugi arus pusar.

Rugi histerisis diakibatkan oleh terjadinya gesekan antara molekul-molekul logam inti
dalam usaha menyesuaikan diri dengan perubahan arah fluksi magnet sedangkan rugi arus
pusar disebabkan oleh adanya aliran arus induksi dalam logam inti.

Dan dari hasil tabel, arus trafo dengan spesifikasi 2000 VA 200 V/10 V lebih besar
daripada trafo dengan spesifikasi 50 VA 220 V/48 V. Dikarenakan pada gambar rangkaian
autotrafo tanpa beban dan trafo 2 belitan tanpa beban konfigurasinya masing masing
berbeda yang mengakibatkan nilai dari daya dan arus kedua rangkaian tersebut berbeda.
Pada percobaan trafo 2 belitan 50 VA 220 V/48 V rugi daya mendekati nol dikarenakan
rugi yang terdapat pada trafo tersebut lebih kecil dibandingkan trafo 2000 VA 220 V/10 V.

Pengukuran menggunakan wattmeter pembacaanya juga kurang presisi, hal tersebut


dikarenakan faktor human error yang disebabkan peralatan yang digunakan masih berupa
analog. Sebelum melakukan percobaan auto trafo, polaritas trafo harus dicari terlebih
dahulu.
VIII. Pertanyaan dan Tugas
5. Apakah rugi inti trafo itu?
6. Sebutkan 4 langkah urutan percobaan.
Jawab:
1. Rugi inti trafo adalah rugi-rugi yang ada pada inti besi trafo. Pada rugi inti trafo ada
dua jenis yaitu rugi histerisis dan rugi Eddy Current. Rugi histerisis adalah rugi yang
disebabkan fluks bolak-balik pada inti trafo/inti besi. Sedangkan rugi Eddy Current
adalah rugi yang disebabkan oleh arus pusar pada inti besi/inti trafo.
2.
a. Siapkan alat dan bahan yang digunakan, antara lain, regulator tegangan,
Wattmeter, Amperemeter, Voltmeter, dan Transformator.
b. Rangkai alat dan bahan yang dibutuhkan sesuai dengan rangkaian percobaan.
Amperemeter dipasang seri dengan trafo, Voltmeter dipasang paralel dengan trafo,
sedangkan Wattmeter dipasang untuk dapat membaca tegangan, arus pada trafo.
Sisi trafo sekunder dibuat terbuka/open circuit.
c. Pemasukan tegangan pada sisi primer diatur oleh regulator tegangan. Penentuan
besar tegangannya tergantung pada name plate trafo.
d. Baca besaran arus pada Amperemeter, bila terlalu kecil dan tidak bias dibaca
dengan alat ukur, gulung kabel sebanyak n lalu masukkan kembali ke Tang
Ampere. Maka arus yang sebenarnya adalah arus yang terbaca dibagi n.

IX. Kesimpulan
9. Daya yang terukur pada tes trafo tanpa beban merupakan
besarnya rugi inti besi pada trafo tersebut.
10. Semakin kecil arus yang terukur maka semakin kecil pula daya
yang terukur.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
TRAFO 2 BELITAN DAN AUTOTRAFO HUBUNG SINGKAT

Disusun Oleh

Kelompok 5 LT 2E

Ramadhia Destri Khayren (3.39.18.1.17)


Rifqi Rijal Alfani (3.39.18.1.18)
Syafrizal Primayoga A.N.L (3.39.18.1.19)
Ulima Nadia Nurfita (3.39.18.1.20)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG


2019/2020

JOB 7. TRANSFORMATOR HUBUNG SINGKAT

I. Tujuan
Setelah melaksanakan praktek ini, diharapkan mahasiswa dapat :
 Menentukan prosentase tegangan hubung singkat terhadap tegangan nominal.
 Menentukan rugi tembaga ( PCU ) dan konstanta Rek dan Xek .

II. Pendahuluan
Prosentase tegangan primer pada saat terjadi hubung singkat terhadap tegangan
nominal dapat ditentukan sebagai berikut :

Vhs
X 100 %
Vnom

Dari prosentase tegangan hubung singkat terhadap tegangan nominal tersebut di atas dapat
diketahui besar arus hubung singkat yang terjadi bila trafo bekerja pada tegangan nominal.

Pada percobaan trafo hubung singkat tegangan primer relatif kecil ( antara 0 hingga 15%
dari tegangan nominal ), maka mutual fluks yang dihasilkan oleh inti trafo dapat diabaikan,
sehingga rangkaian pengganti trafo dalam keadaan hubung singkat dapat digambarkan
sebagai berikut :

R ek X ek

V in I hs

Gambar 2. 1. Rangkaian Pengganti Trafo

Dari rangkaian pengganti tersebut dapat ditentukan besar rugi tembaga (Pcu) dan
konstanta trafo pada beban nominal, yaitu :
Pcu = Phs = daya hubung singkat

Phs Vin
Xek =√ Z 2 ek−R2 ek Rek= Zek =
Ihs 2
Ihs

Xek =√ Z 2 ek−R2 ek

Dari harga Rek dan Xek ini dapat ditentukan rugi tegangan pada trafo saat berbeban.

III. Alat dan Bahan


 ACPS Variabel 0-220 V ; 6 A 1 buah

 Transformator 220 V/48 V 50 VA 1 buah

 Multimeter Analog 2 buah

 Tang Ampere 1 buah

 Wattmeter 1 buah

 Kabel Jumper 20 buah

IV. Gambar Rangkaian


a. Percobaan Transformator 2 Belitan Hubung Singkat

Power supply AC

A1 W

TT TR
V A2

Gambar 4.1. Rangkaian Percobaan Transformator 2 Belitan Hubung Singkat


b. Percobaan Transformator Auto Hubung Singkat

Tang
W A Ampere

I1 A I2
220 V V

VACPS

Gambar 4.2. Rangkaian Percobaan Transformator Auto Hubung Singkat

c. Tes Polaritas 1
V3

220 V V1 V2
0 – 220V

Gambar 4. 3. Rangkaian Percobaan Tes Polaritas 1

d. Tes Polaritas 2
V3

V1 V2
220 V
0 – 220V

Gambar 4. 4. Rangkaian Percobaan Tes Polaritas 2

V. Langkah Kerja
 Langkah Percobaan
9. Siapkan alat dan bahan yang sudah dicek.
10. Rangkai Amperemeter yang diseri dengan polaritas (+) sisi primer trafo.
Rangkai Wattmeter sesuai dengan rangkaian yang tertera di name plate. Hubungkan
Voltmeter pada sisi primer trafo. Sisi sekunder trafo diberi Amperemeter.
11. Masukkan tegangan pada sisi primer trafo dengan variable regulator
tegangan. Amati sisi sekunder trafo pada Amperemeter (A2). Lakukan percobaan
tersebut higga I2 menunjukkan nilai sesuai dengan tabel hasil praktikum.
12. Amatilah pada sisi primer trafo yaitu pada Voltmeter, Amperemeter, dan
Wattmeter kemudian catatlah pada tabel hasil praktikum.

 Langkah Uji Polaritas


1. Hubungkan Voltmeter (V3) pada polaritas ‘+’ sisi primer dan pada polaritas sisi
sekunder.

2. Hubung singkatkan polaritas ‘-‘ sisi primer dengan polaritas ‘-‘ sisi sekunder.

3. Hubungkan Voltmeter (V1) pada sisi primer.

4. Hubungkan Voltmeter (V2) pada sisi sekunder.

5. Beri tegangan masuk pada sisi primer, jika V3 = V1 + V2 maka A1 = (+) ; a1 = (-).
Jika V3 = V1 – V2 maka A1 = (+) ; a1 = (+).
VI. Hasil Pekerjaan
 Tabel 6.1. Praktikum Transformator 2 Belitan 50VA 220V/48 V Hubung Singkat

No Frekuensi (Hz) Vin (V) I1 (A) I2 (A) P (W)


1 50 Hz 5,5 0,066 0,25 17
2 50 Hz 12 0,128 0,5 18
3 50 Hz 18 0,193 0,75 19
4 50 Hz 24 0,26 1 20

 Tabel 6.2. Praktikum Transformator Autotrafo 50 VA 220V/48 V Hubung Singkat

No Frekuensi (Hz) Vin (V) I1 (A) I2 (A) P (W)


1 50 Hz 7,2 0,3 0,25 Mendekati 0
2 50 Hz 13,5 0,28 0,5 Mendekati 0
3 50 Hz 20,5 0,24 0,75 0,8
4 50 Hz 27,5 0,21 1 1

 Tabel 6. 3. Tes Polaritas 1

V1 V2 V3 Keterangan
100 25 125 V3 = V1 + V2

 Tabel 6. 4. Tes Polaritas 2

V1 V2 V3 Keterangan
100 25 75 V3 = V1 - V2

VII. Analisa Data


Sebelum memulai percobaan, setiap trafo harus diketahui polaritasnya menggunakan uji
tes polaritas sesuai gambar 4. 3 dan 4. 4.

Pada percobaan ini trafo yang digunakan adalah trafo berukuran 50 VA agar arusnya
juga kecil.

Jika V3 = V1+V2 maka trafo tersebut bersifat aditif. Pada percobaan kali ini
menggunakan beban berupa resistor geser 330 ; 1,5 A. Prosentase tegangan primer pada
saat terjadi hubung singkat terhadap tegangan nominal dapat ditentukan sebagai berikut :
Vhs
X 100 %
Vnom

Dari prosentase tegangan hubung singkat terhadap tegangan nominal tersebut di atas
dapat diketahui besar arus hubung singkat yang terjadi bila trafo bekerja pada tegangan
nominal.

Pada percobaan trafo hubung singkat tegangan primer relatif kecil ( antara 0 hingga
15% dari tegangan nominal ), maka mutual fluks yang dihasilkan oleh inti trafo dapat
diabaikan, sehingga rangkaian pengganti trafo dalam keadaan hubung singkat dapat
digambarkan sebagai berikut :

R ek X ek

V in I hs

Gambar 7. 1. Rangkaian Pengganti Trafo

Dari rangkaian pengganti tersebut dapat ditentukan besar rugi tembaga (Pcu) dan
konstanta trafo pada beban nominal, yaitu :

Pcu = Phs = daya hubung singkat

Phs Vin
Xek =√ Z 2 ek−R2 ek Rek= Zek =
Ihs 2
Ihs

Xek =√ Z 2 ek−R2 ek Dari harga Rek dan Xek ini dapat ditentukan rugi tegangan pada trafo
saat berbeban.

VIII. Pertanyaan dan Tugas


7. Apakah rugi tembaga trafo itu?
8. Tuliskan 4 langkah urutan percobaannya!
9. Berapakah arus maksimum hubung singkat trafo 50 VA 220 V/48 V?
Jawab:
5. Rugi tembaga adalah rugi-rugi yang disebabkan oleh pemanasan yang timbul akibat
arus mengalir pada hambatan kawat penghantar yang terdapat pada kumparan
sekunder dan primer trafo.

6.

a. Siapkan alat dan bahan yang sudah dicek.


b. Rangkai Amperemeter yang diseri dengan polaritas (+) sisi primer trafo. Rangkai
Wattmeter sesuai dengan rangkaian yang tertera di name plate. Hubungkan
Voltmeter pada sisi primer trafo. Sisi sekunder trafo diberi Amperemeter.
c. Masukkan tegangan pada sisi primer trafo dengan variable regulator tegangan.
Amati sisi sekunder trafo pada Amperemeter (A2). Lakukan percobaan tersebut
higga I2 menunjukkan nilai sesuai dengan tabel hasil praktikum.
d. Amatilah pada sisi primer trafo yaitu pada Voltmeter, Amperemeter, dan
Wattmeter kemudian catatlah pada tabel hasil praktikum.
S
7. Ihs maks = V

50VA
= 48 V

Ihs maks = 1,041 A


Jadi, arus hubung singkat maksimum trafo tersebut adalah 1,041 A.

IX. Kesimpulan
11. Pada kedua trafo, semakin besar arus hubung singkat (I2) maka
semakin besar tegangan inputnya.
12. Berbanding terbalik dengan tegangan input, arus sisi primer
semakin kecil nilainya jika arus hubung singkat (I2) semakin besar.
13. Dari data diatas dapat dibandingkan bahwa pada trafo 2 belitan
memiliki tegangan input (Vin) yang lebih rendah dan arus primer (I1) yang lebih tinggi
dibandingkan trafo auto.
14. Trafo auto memiliki tegangan input (Vin) yang lebih tinggi dan
arus primer (I1) yang lebih rendah dibandingkan trafo 2 belitan.
15. Jika dicermati, daya yang dihasilkan tidak sesuai dengan
perhitungan daya antara tegangan dan arus, dikarenakan pada trafo terdapat rugi-rugi.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
TRAFO 2 BELITAN DAN AUTOTRAFO 50 VA 220 V/48 V BERBEBAN

Disusun Oleh

Kelompok 5 LT 2E

Ramadhia Destri Khayren (3.39.18.1.17)


Rifqi Rijal Alfani (3.39.18.1.18)
Syafrizal Primayoga A.N.L (3.39.18.1.19)
Ulima Nadia Nurfita (3.39.18.1.20)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2019/2020
JOB 8 TRANSFORMATOR BERBEBAN

1. Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:

 Merangkai transformator dengan beban resistor geser

 Menghitung efisiensi transformator

2. Pendahuluan
Transformator dalam keadaan berbeban mengambil arus dari jala-jala yang terdiri atas
arus yang bersifat resistif berupa beban resistor geser dan arus yang bersifat induktip untuk
membangkitkan fluksi. Dengan beban resistor geser maka dapat dihitung efisiensi
transformator. Rumus effisiensi transformator yaitu :

 = ( P out / Pin ) x 100 %

Keterangan :  = Efisiensi trafo

P out = Daya output trafo

P in = Daya input trafo

3. Alat dan Bahan


 ACPS Variabel 0-220 V ; 6 A 1 buah

 Transformator 220 V/48 V 50 VA 1 buah

 Multimeter Analog 2 buah

 Tang Ampere 1 buah

 Wattmeter 1 buah
 Resistor Variabel 1 buah

 Kabel Jumper 20 buah

4. Gambar Rangkaian
c. Percobaan Trafo 2 Belitan Berbeban

Power supply AC

A1 W

TT TR
V

Gambar 4.1. Rangkaian Percobaan Trafo 2 Belitan Berbeban

d. Percobaan Trafo Auto Berbeban

Tang
W A Ampere

I1 A I2
220 V V

VACPS R geserr

Gambar 4.2. Rangkaian Percobaan Trafo Auto Berbeban

g. Tes Polaritas 1
V3

220 V V1 V2
0 – 220V

Gambar 4. 3. Rangkaian Percobaan Tes Polaritas 1

h. Tes Polaritas 2

V3

V1 V2
220 V
0 – 220V

Gambar 4. 4. Rangkaian Percobaan Tes Polaritas 2

5. Langkah Kerja
 Langkah Percobaan
13. Siapkan alat dan bahan yang sudah dicek.
14. Hubungkan Amperemeter (A1) pada polaritas ‘+’ trafo sisi primer.
Hubungkan Wattmeter sesuai rangkaian yang tertera di name plate. Hubungkan
Voltmeter pada sisi primer trafo. Hubungkan Tangampere (A 2) pada sisi sekunder
trafo dan tahanan.
15. Naikkan tegangan mencapai 220 V dengan mengatur regulator tegangan
pada sisi primer trafo hingga mencapai (I 2) pada nilai sesuai dengan tabel serta
dengan menggeser tahanan geser pada sisi sekunder.
16. Amati hasil pengukuran Amperemeter (A1) dan Wattmeter.
17. Tulislah hasil pengukuran ke dalam hasil pengamatan.

 Langkah Uji Polaritas


6. Hubungkan Voltmeter (V3) pada polaritas ‘+’ sisi primer dan pada polaritas sisi
sekunder.

7. Hubung singkatkan polaritas ‘-‘ sisi primer dengan polaritas ‘-‘ sisi sekunder.

8. Hubungkan Voltmeter (V1) pada sisi primer.

9. Hubungkan Voltmeter (V2) pada sisi sekunder.

10. Beri tegangan masuk pada sisi primer, jika V3 = V1 + V2 maka A1 = (+) ; a1 = (-).
Jika V3 = V1 – V2 maka A1 = (+) ; a1 = (+).

6. Hasil Pekerjaan
 Tabel 6.1. Praktikum Trafo 2 Belitan 50 VA 220 V/48 V Berbeban

V (V) I1 (A) P (W) I2 (A) Beban (%)

220 0,08 10 0,25 25

220 0,16 30 0,5 50

220 0,24 45 0,75 75

220 0,32 60 1 100

 Tabel 6.2. Praktikum Autotrafo 50 VA 220 V/48 V Berbeban

V (V) I1 (A) P (W) I2 (A) Beban (%)

220 0,04 10 0,25 25

220 0,11 20 0,5 50

220 0,18 30 0,75 75

220 0,25 50 1 100

 Tabel 6. 3. Tes Polaritas 1

V1 V2 V3 Keterangan

100 25 125 V3 = V1 + V2
 Tabel 6. 4. Tes Polaritas 2

V1 V2 V3 Keterangan

100 25 75 V3 = V1 - V2

7. Analisa Data
Sebelum memulai percobaan, setiap trafo harus diketahui polaritasnya menggunakan
uji tes polaritas sesuai gambar 4. 3 dan 4. 4.

Pada percobaan ini trafo yang digunakan adalah trafo berukuran 50 VA agar arusnya
juga kecil.

Jika V3 = V1+V2 maka trafo tersebut bersifat aditif. Pada percobaan kali ini
menggunakan beban berupa resistor geser 330 ; 1,5 A. Prinsip kerja dari rangkaian ini
adalah transformator dalam keadaan berbeban mengambil arus dari jala-jala yang terdiri
atas arus yang bersifat resistif berupa beban resistor geser dan arus yang bersifat induktif
untuk membangkitkan fluksi.

Pada percobaan ini pengukuran daya (Watt), arus (I1) dan arus (I2) dilakukan dengan
tegangan input 220 V dan diukur setiap pada beban 25%, 50%, 75%, dan 100%.

8. Pertanyaan dan Tugas


 Trafo Berbeban
10. Tuliskan 5 langkah percobaannya.
11. Berapa efisiensi trafo jika terukur daya beban = 1 Watt ; daya hubung singkat = 2
Watt ; dan daya setengah beban penuh = 20 Watt.
Jawab:
3.
a. Siapkan alat dan bahan yang sudah dicek.
b. Hubungkan Amperemeter (A1) pada polaritas ‘+’ trafo sisi primer.
Hubungkan Wattmeter sesuai rangkaian yang tertera di name plate. Hubungkan
Voltmeter pada sisi primer trafo. Hubungkan Tangampere (A 2) pada sisi
sekunder trafo dan tahanan.
c. Naikkan tegangan mencapai 220 V dengan mengatur regulator tegangan
pada sisi primer trafo hingga mencapai (I2) pada nilai sesuai dengan tabel serta
dengan menggeser tahanan geser pada sisi sekunder.
d. Amati hasil pengukuran Amperemeter (A1) dan Wattmeter.
e. Tulislah hasil pengukuran ke dalam hasil pengamatan.
2.

 Autotrafo

1. Apakah ototrafo itu?

2. Tuliskan 5 langkah urutan dalam pengujian kutub 1 polaritas!

3. Gambar rangkaian penjumlah/aditif dan pengurang/subtraktif dari uji polaritas.

4. Gambarkan rangkaian ototrafo step up dan step down.

Jawab :

1. Ototrafo adalah suatu trafo yang dimana lilitan primer dan sekundernya
dihubungkan pada sistem yang ditanahkan langsung.

2.

a. Hubungkan Voltmeter (V3) pada polaritas ‘+’ sisi primer dan pada polaritas sisi
sekunder.

b. Hubung singkatkan polaritas ‘-‘ sisi primer dengan polaritas ‘-‘ sisi sekunder.

c. Hubungkan Voltmeter (V1) pada sisi primer.

d. Hubungkan Voltmeter (V2) pada sisi sekunder.

e. Beri tegangan masuk pada sisi primer, jika V3 = V1 + V2 maka A1 = (+) ; a1 =


(-). Jika V3 = V1 – V2 maka A1 = (+) ; a1 = (+).

3.
V3 V3
+ - - + + -

V1 V2 V1 V2

- + - +

Gambar 1 Rangkaian Aditif Gambar 2 Rangkaian Subtraktif

4.

V3 V3
+ +

V1 V2 V1 V2

- -

Gambar 1 Ototrafo Step Down Gambar 2 Ototrafo Step Up

9. Kesimpulan
16. Bias kita lihat dari kedua tabel, semakin besar arus beban sisi
sekunder (I2) maka semakin besar dayanya.
17. Perbandingan dari kedua tabel I1 (arus pada sisi primer) lebih
kecil dibanding I2 (arus yang terukur pada beban disisi sekunder).
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
HUBUNGAN KUMPARAN TRANSFORMATOR 3 FASA

Disusun Oleh

Kelompok 5 LT 2E

Ramadhia Destri Khayren (3.39.18.1.17)


Rifqi Rijal Alfani (3.39.18.1.18)
Syafrizal Primayoga A.N.L (3.39.18.1.19)
Ulima Nadia Nurfita (3.39.18.1.20)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2019/2020
JOB 9. HUBUNGAN KUMPARAN TRANSFORMATOR

3 FASA

1. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini, mahasiswa dapat :

- Mengindentifikasi terminal kumparan transformator 3 fasa sesuai dengan


rekomendasi IEC.
- Menentukan dengan benar simbol hubungan dari rangkaian transformator 3 fasa.
- Menggambarkan diagram vektor tegangan transformator 3 fasa sesuai dengan
macam hubungannya.

2. Pendahuluan
Sebelum merangkai kumparan transformator 3 fasa perlu diadakan pengetesan polaritas
agar didapatkan hasil rangkaian sesuai dengan yang diinginkan.
Identifikasi terminal transformator 3 fasa sesuai dengan rekomendasi IEC adalah sebagai
berikut :
Terminal tegangan tinggi ( TT ) :
Untuk polaritas rendah adalah A1, B1, dan C1
Untuk polaritas tinggi adalah A2, B2, dan C2
Untuk neteral adalah N
Terminal tegangan rendah ( TR ) :

Untuk polaritas rendah adalah a1, b1, dan c1


Untuk polaritas tinggi adalah a2, b2, dan c2
Untuk netral adalah n
Macam hubungan kumparan transformator 3 fasa baik primer maupun sekunder ada tiga,
yaitu hubungan bintang (Y), segitiga () dan zig- zag (Z).

Kumparan primer dan sekunder dapat dirangkai dalam hubungan yang berbeda dan berarti
terdapat selisih fasa antara kedua kumparan tersebut. Untuk memudahkan dalam
mengingatnya biasa digunakan sistem ‘jam’ untuk menyatakan selisih fasa antara sisi
primer dan sisi sekunder pada suatu fasanya. Jarum panjang (menit) menyatakan arah
vektor tegangan primer ( selalu menunjuk angka 12 ) dan jarum pendek ( jam )
menyatakan vektor tegangan sekunder. Selisih fasanya adalah besar sudut yang dibentuk
oleh kedua jarum tersebut.

Contoh : Yd5 artinya kumparan tegangan tinggi dalam hubungan bintang (Y) dan
kumparan tegangan rendah dalam hubungan segitiga (), dan selisih fasanya sebesar sudut
yang dibentuk jarum panjang dan jarum pendek pada saat pukul 5 (lima).

Gambar diagram fasa tegangannya adalah sebagai berikut :

12 12
A

C B

Gambar 1. Diagram Fasa Vektor Primer Sekunder

3. Daftar Alat
- ACPS 3x220 V dan 3x380 V 1 buah.
- Transformator 1 fasa 220 V / 48 V 3 buah
- Multimeter Analog/ Digit 1 buah
- Kabel Jumper 20 buah.
4. Gambar Rangkaian

Melakukan uji kutub (pole test) untuk menentukan polaritas positif atau negatif dari ujung-
ujung belitan transformator.

- Tes Pole 1

V3

220 V V1 V2
0 – 220V

Gambar 2. Rangkaian percobaan tes pole 1

Tabel 1. Polaritas 1

V1 V2 V3 Keterangan

100 25 125 V3 = V1 + V2

- Tes Pole 2

V3

220 V V1 V2
0 – 220V

Gambar 3. Rangkaian percobaan tes pole 2

Tabel 2. Polaritas 2

V1 V2 V3 Keterangan
100 25 75 V3 = V1 – V2

A a
A2 a2
A
A2 a2

A1 a1
A1 a1
a
B b
B2 b2 B
B2 b2

B1 b1 B1 b1
b

C c C
C2 c2 C2 c2

C1 c1
C1 c1 N c
N

A a A
A2 a2 A2 a2

A1 a1 A1 a1
a

B b B
B2 b2 B2 b2

B1 b1 B1 b1
b

C c C
C2 c2 C2 c2

C1 c1
N C1 c1
c

A a
A2 a2

A1 a1

B b
B2 b2

B1 b1

C c
C2 c2

C1 c1

5. LANGKAH KERJA
1) Menentukan polaritas terminal masing-masing transformator satu fasa yang akan
dirangkai menjadi sebuah transformator tiga fasa. Menandai terminal-terminalnya sesuai
dengan rekomendasi IEC.
2) Membuat rangkaian seperti gambar rangkaian 1.
3) Menghubungkan primer transformator tiga fasa yang telah dirangkai tersebut dengan
sumber tegangan AC tiga fasa 3 x 380 V ( A pada L1, B pada L2, C pada L3 dan N pada N ).
Mencatat tegangan-tegangannya pada tabel 1.
4) Untuk mengetahui tipe hubungannya atau kelompok jamnya, sambungkan terminal A
dengan terminal a. kemudian catat tegangan antara terminal C dan c, B dan c, C dan b serta A
dan B pada tabel 2.
5) Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk rangkaian 2, dan 3
6) Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk rangkaian 4 dan 5 , tetapi karena sisi tegangan
tinggi terhubung segitiga maka diberi sumber tegangan AC tiga fasa 3 x 220 Volt.

6. DATA

Tabel 9.3. Pengukuran Tegangan Primer dan Sekunder

Tegangan PERCOBAAN
Gb. 4.1 Gb. 4.2 Gb. 4.3 Gb. 4.4 Gb. 4.5
( Volt )
AB 398 390 392 215,7 216,6

BC 398 393 396 219,3 219,5

CA 401 389 392 217,5 218

AN 230 222 224 - -

BN 230 227 229 - -

CN 230 225 227 - -

ab 97 55 55 52,4 90,9

bc 97 54 55,2 53 91,7

ca 97,7 54 54 52,9 92,2

an 55,8 - - - -

bn 55,7 - - - -

cn 56 - - - -
Tabel 9.4. Pengukuran Tegangan Antar Primer - Sekunder

Tegangan PERCOBAAN
Gb. 4.1 Gb. 4.2 Gb. 4.3 Gb. 4.4 Gb. 4.5
( volt )
Cc 500 343 441 197,8 300

Bc 456 344 440 53 234

Cb 458 394 391 250 300

AB 398 390 392 215,7 216,6

Catatan Yy0 Yd11 Yd5 Dy7 Dy9

7. Pembahasan

Pada percobaan ini trafo yang digunakan adalah trafo berukuran 220/48 VA agar arusnya
juga kecil. Jika V3= VI+V2 maka trafo tersebut bersifat aditif. prinsip kerja dari rangkaian ini
adalah hubungan kumparan transformator 3 fasa baik primer maupun sekunder ada tiga, yaitu
hubungan bintang (Y), segitiga (Δ) dan zig- zag (Z).
Untuk mengetahui tipe hubungannya atau kelompok jamnya, sambungkan terminal A dengan
terminal a. kemudian catat tegangan antara terminal C dan c, B dan c, C dan b serta A dan B
pada tabel 2.
Kumparan primer dan sekunder dapat dirangkai dalam hubungan yang berbeda dan berarti
terdapat selisih fasa antara kedua kumparan tersebut. Pada percobaan ini bertujuan mencari
pengukuran Tegangan Antar Primer – Sekunder. Dalam pelaksanaanya, tiga buah lilitan
phasa pada sisi primer dan sisi sekunder dapat dihubungkan dalam bermacam-macam
hubungan, seperti bintang dan segitiga, dengan kombinasi Y-Y, Y-Δ, Δ-Y, Δ-Δ, bahkan
untuk kasus tertentu liltan sekunder dapat dihubungakan secara berliku-liku (zig-zag),
sehingga diperoleh kombinasi Δ-Z, dan Y-Z.

a. Hubungan Wye-wye (Y-Y)


Pada hubungan bintang-bintang, rasio tegangan fasa-fasa (L-L) pada primer dan sekunder
adalah sama dengan rasio setiap trafo. Sehingga, tejadi pergeseran fasa sebesar 30° antara
tegangan fasa-netral (L-N) dan tegangan fasa-fasa (L-L) pada sisi primer dan sekundernya.
Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan perbandingan belitan
transformator maka, perbandingan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder pada
transformator hubungan Y-Y adalah :
b. Hubungan Wye-delta (Y-Δ)
Transformator hubungan Y-Δ, digunakan pada saluran transmisi sebagai penaik tegangan.
Rasio antara sekunder dan primer tegangan fasa-fasa adalah 1/√3 kali rasio setiap trafo.
Terjadi sudut 30° antara tegangan fasa-fasa antara primer dan sekunder yang berarti bahwa
trafo Y-Δ tidak bisa diparalelkan dengan trafo Y-Y atau trafo Δ-Δ. Hubungan transformator
Y-Δ dapat dilihat pada Gambar  Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer
sebanding dengan tegangan phasa primer (VLP=√3VPhP), dan tegangan kawat ke kawat
sekunder sama dengan tegangan phasa (VLS=VphS), sehingga diperoleh perbandingan
tegangan pada hubungan Y-Δ adalah:

c. Hubungan Delta-wye (Δ-Y)


Transformator hubungan Δ-Y, digunakan untuk menurunkan tegangan dari tegangan
transmisi ke tegangan rendah. Transformator hubungan Δ-Y dapat dilihat pada Gambar Pada
hubungan Δ-Y, tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan phasa primer
(VLP=VphP ), dan tegangan sisi sekundernya ( VLS=√3VphS), maka perbandingan tegangan
pada hubungan Δ-Y adalah :

d. Hubungan Delta – delta (Δ-Δ)


Pada transformator hubungan Δ-Δ, tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa sama untuk
sisi primer dan sekunder transformator (VRS = VST = VTR = VLN), maka perbandingan
tegangannya adalah :
Sedangkan arus pada transformator hubungan Δ-Δ adalah :
IL=√3Ip
Dimana :
IL = arus line to line
IP = arus phasa

e. Hubungan Zigzag
Transformatorzig–zag merupakan transformator dengan tujuan khusus. Salah satu aplikasinya
adalah menyediakan titik netral untuk sistem listrik yang tidak memiliki titik netral. Pada
transformator zig–zag masing–masing lilitan tiga fasa dibagi menjadi dua bagian dan
masing–masing dihubungkan pada kaki yang berlainan. Transformator tiga phasa hubungan
zig-zag. Perbandingan Rugi-rugi untuk tiap kumparan yang terhubung Y, Δ, Zig-zag adalah:

Dimana :

iY = arus pada kumparan yang terhubung Y

ρ = hambatan jenis tembaga

LY = panjang kumparan yang terhubung Y

AY = Luas penampang kumparan yang terhubung Y

AΔ = Luas penampang kumparan yang terhubung Δ

AZZ = Luas penampang kumparan yang terhubung Zig-zag

8. Jawaban Pertanyaan
1. V sumber merupakan tegangan yang nilainya sama dengan V antar fasa pada
rangkaian. Karena pada hubungan segitiga nilai tegangan antar fasanya 220 V
maka tidak dapat disuplai V sumber yang nilainya 3 x 380 namun bisa disuplai
V sumber yang nilainya 3 x 220
2. a. Yy0 d. Dy7

Jam 0 Jam 7
Sudut beda fasa 0o Sudut beda fasa 150o
b. Yd11

Jam 11 e. Dy9
Sudut beda fasa 30o
c. Yd5

Jam 5 Jam 9
Sudut beda fasa 150o sudut beda fasa 90

3. Misal diambil data Yy0 dimana


VLp = AB = 398 VphP = AN = 230
VLp = ab = 97 VphS = an = 55.8
Dibuktikan dengan rumus

Maka
398 √ 3 .230
=
97 √3 . 55,8
398 230
=
97 55,8
4.11=4.12
Jadi hasil dari percobaan dan teori nilainya hampir sama.
4. a. Perbandingan tegangan sama
b. Mengetahui polaritas transformator
c. Impedansi sama
d. Perbandingan reaktansi sama.
9. Kesimpulan
1. Untuk kerja parallel transformator+ transformator harus memiliki perbandingan belitan
dan tegangan kerja yang sama.
2. Konfigurasi yang umum dipakai adalah sisi tegangan tinggi parallel+tegangan rendah
parallel.
3. Hubungan belitan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah harus dirangkai dengan
polaritas yang benar agar tegangan keluarannya normal.
4. Hampir tidak ada perubahan pada tegangan rendah trafo saat saklar ditutup ataupun
dibuka
5. Terjadi sedikit perubahan nilai tegangan pada tegangan tinggi trafo saat saklar ditutup

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK


TRANSFORMATOR PARALEL
Disusun Oleh

Kelompok 5 LT 2E

Ramadhia Destri Khayren (3.39.18.1.17)


Rifqi Rijal Alfani (3.39.18.1.18)
Syafrizal Primayoga A.N.L (3.39.18.1.19)
Ulima Nadia Nurfita (3.39.18.1.20)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2019/2020
Job. 10 Transformator Paralel
1. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa dapat :

- Menentukan besaran tegangan line dan tegangan fasa,

- Menentukan besaran arus line dan arus fasa,

- Menggambar vektor diagram tegangan dan arus,

- Menentukan daya nyata, daya semu, daya buta dengan menggunakan metode :

o Cos ф meter dan Voltmeter, Ampermeter.


o Satu Wattmeter 3 fasa dan Voltmeter, Ampermeter.
o Tiga Wattmeter 1 fasa dan Voltmeter, Ampermeter.
o Dua Wattmeter 1 fasa dan Voltmeter, Ampermeter.

- Membuktikan rumus-rumus 3 fasa hubungan bintang.

- Membandingkan daya yang didisipasikan beban menggunakan beberapa metode.

- Menjelaskan penghantar netral arusnya nol.

2. Pendahuluan
Dalam percobaan ini beban dihubungkan bintang. Hubungan bintang diperoleh dengan
cara menghubungkan ketiga pangkal lilitan fasa menjadi satu, dan pada sistem saluran 4
kawat hubungan ketiga pangkal lilitan fasa tersebut disebut titik nol (netral) dan apabila
dihubungkan dengan suatu kawat, maka kawat tersebut dikatakan penghantar netral. Pada
beban simetri penghantar netral praktis tidak berarus. Dengan kata lain pada beban
simetri hubungan bintang bisa tanpa penghantar netral.
VL = Vp 3 (Volt)

IL = Ip (Amper)
In = Ip1 + Ip2 + Ip3 = 0

P = 3 Vp. Ip cos 
P = VL. IL. 3 cos 
S = VL. IL. 3 (VA)
P = S cos  (Watt)
Q = S sin  (VAR)
Q = P tg 

3. Daftar Alat

ACPS 3 x 380 V 1 buah

Multimeter analog 2 buah

Wattmeter 3 fasa dan 1 fasa 3 buah

Lampu pijar 100 W 220 V 3 buah

Balast 220 V 3 buah

Kondensator AC 3  F 250 V 3 buah.

Cos ф meter 1 buah

Ampermeter tang 1 buah

Kabel hubung 20 buah

4. Gambar Rangkaian
Trafo 1 Fasa
Gambar 1. Rangkaian Percobaan Paralel Pole Sama Tanpa Beban

Gambar 2. Rangkaian Percobaan Paralel Pole Beda Tanpa Beban

Gambar 3. Rangkaian Percobaan Paralel Berbeban

5. Langkah Kerja Paralel Transformator 1 Fasa


1) Memastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik.
2) Menentukan polaritas dari dua buah transformator 1 fasa yang memenuhi syarat
paralel.
3) Membuat rangkaian seperti gambar.
4) Membuka saklar S (belum paralel), dan memberikan tegangan masukan pada sisi
tegangan tinggi TT.
5) Mengukur tegangan - tegangan pada Transformator 1 & Transformator 2, dan
mengisi tabel.
6) Menutup saklar S (kerja paralel), dan mengukur tegangan tegangan pada
transformator Transformator 1 & Transformator 2, dan mengisi tabel.
7) Membuat rangkaian seperti gambar. (hubungkan sekunder Transformator 2
polaritas dibalik).
8) Mengulangi langkah 3 hingga 5 untuk mengisi tabel.
9) Membuat rangkaian seperti gambar.
10) Membuka saklar S (belum paralel), dan menutup saklar beban SB, dan mengatur
nilai beban R1 & R2 terbesar.
11) Memberikan tegangan masukan pada sisi tegangan tinggi TT dan mengatur nilai
beban R1 & R2 hingga terukur arus sekunder transformator Tr.1 & Tr.2 sebesar
nominal.
12) Mencatat arus transformator Tr.1 & Tr.2 dan arus beban R1 & R2 dalam tabel.
13) Membuka saklar beban SB dan menutup saklar S (kerja paralel),
14) Mengukur dan mencatat arus transformator Tr.1 & Tr.2 dan arus beban R1 & R2
ke dalam tabel.

Gambar Rangkaian Trafo 3 Fasa


TT Tr.1 = Yy0 TR

0 0

0 0

0 0

Tr.2 = Yy0 S

0 0

0 0

0 0

F
6. Langkah Kerja Pararel Transformator 3 Fasa

1) Buatlah 2 buah transformator 3 fasa masing-masing Yy0 yang memenuhi syarat


pararel.
2) Buatlah rangkaian seperti gambar 6
3) Buka saklar pararel S.
4) Berikan tegangan masukan pada sisi tegangan tinggi TT.
5) Ukurlah tegangan-tegangan pada sisi tegangan tinggi TT dan rendah TR serta
isilah tabel 7.
6) Tutup saklar pararel S.
7) Tunggu beberapa saat, jika tidak terjadi kenaikan temperature /panas, ukurlah
tegangan-tegangan sisi tegangan tinggi TT dan rendah TR serta isilah tabel 8.

7. Data Hasil Percobaan

Trafo 1 Fasa

 Tabel 3. Pengamatan Gambar 3.

Tegangan pada saat saklar S (Volt)


Di buka Di tutup
Sisi Belitan
Trafo 1 Trafo 2 Trafo 1 Trafo 2
Teg. Tinggi
224 223 223 223
(TT)
Teg. Rendah
54,4 54,4 54 54,4
(TR)

 Tabel 4. Pengamatan Gambar 4.

Tegangan pada saat saklar S (Volt)


Sisi Belitan Di buka Di tutup
Trafo 1 Trafo 2 Trafo 1 Trafo 2
Teg. Tinggi
221 222 221 221
(TT)
Teg. Rendah
54 54,1 54 54,1
(TR)
 Tabel 5. Pengamatan Gambar 5. sebelum diparalel

Arus sebelum diparalel (Ampere)


Sisi Belitan
Trafo 1 Trafo 2 Beban 1 Beban 2

Teg. Rendah 1,005 0,002 1 -


(TR)

 Tabel 6. Pengamatan Gambar 5. sesudah diparalel

Arus sesudah diparalel (Ampere)


Sisi Belitan
Trafo 1 Trafo 2 Beban 1 Beban 2

Teg. Rendah 0,45 0,55 1,03 -


(TR)

Trafo 3 Fasa

Tabel 1 saklar paralel S dibuka

sisi Tegangan trafo Tr 1 Tegangan Trafo Tr2


Vrs Vst Vtr Vrs Vst Vtr
T P T P T P T P T P T P
TT 658 658 658 660 658 658 658 658 658 659 658 657
TR 143 142,5 143 140 143 142,5 143 142,5 143 142.6 143 142,4
*T = Teori
P = Praktikum
Tabel 2 saklar paralel ditutup

sisi Tegangan trafo Tr 1 Tegangan Trafo Tr2


Vrs Vst Vtr Vrs Vst Vtr
T P T P T P T P T P T P
TT 658 660 658 659 658 658 658 658 658 657, 658 657,8
7
TR 143 142,6 143 140 143 141 143 141 143 142 143 143,3
*T = Teori
P = Praktikum

8. Pembahasan
Dua buah transformator dikatakan bekerja secara pararel apabila kedua sisinya
(primer dan sekunder) dihubungkan untuk melayani beban. Tujuan utama
kerja paralel adalah agar beban yang dipikul sebanding dengan kemampuan
KVA masing–masing transformator, hingga tidak terjadi pembebanan lebih
dan pemanasan lebih.
Untuk maksud diatas diperlukan beberapa syarat yaitu :
1) Perbandingan tegangan harus sama Jika perbandingan tidak sama, maka
tegangan induksi pada kumparan sekunder masing–masing transformator tidak
sama. Perbedaan ini menyebabkan terjadinya arus pusar pada kumparan
sekunder ketika transformator dibebani. Arus ini menimbulkan panas pada
kumparan sekunder tersebut.
2) Polaritas tansformator harus sama
3) Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama
4) Perbandingan transformasi (a) harus sama
5) Frekuensi kerja harus sama
6) Perbandingan antara tahanan dan reaktansi bocor harus sama
7) Pada transformator tiga fasa urutan fasa harus sama.

9. Jawaban Pertanyaan
1. Syarat parallel trafo
Untuk kerja paralel transformator ini diperlukan beberapa syarat : 
1. Kumparan  primer  dari  transformator harus  sesuai  dengan  tegangan 
danfrekuensi sitem suplai (jala – jala) ;
2. Polaritas transformator harus sama ;
3. Perbandingan tegangan  harus  sama ;
4. Tegangan  impedansi  pada  keadaan beban penuh harus sama ;
5. Perbandingan reaktansi terhadap resistansi sebaiknya sama. 

2. Penyebab terjadi Panas dalam parallel trafo (dapat terbakar)


Terjadinya perbedaan belitan trafo, hal tersebut menyebabkan terjadinya arus pusar
pada kumparan sekunder ketika trafo dibebani. Sehningga arus ini menimbulkan
panas pada kumparan dan dapat menyebabkan kebakaran

3. Perbandingan belitan trafo harus sama


Jika perbandingan tidak sama, maka tegangan induksi pada kumparan sekunder
masing–masing transformator tidak sama. Perbedaan ini menyebabkan terjadinya arus
pusar pada kumparan sekunder ketika transformator dibebani. Arus ini menimbulkan
panas pada kumparan sekunder tersebut.
4. Distribusi daya beban dipikul tiap trafo
Distribusi daya beban yang dipikul tiap trafo adalah sama, karena syarat parallel trafo
dari segi tegangan, arus, frekuensi, rasio belitan itu harus sama sehingga distrubusi
daya beban yang dipikul oleh setiap trafo sama. Misal daya beban 100 kVA dipikul
oleh 2 trafo, maka beban yang dipikul masing-masing trafo adalah 50%

10.Kesimpulan
1. Untuk kerja parallel transformator- transformator harus memiliki
perbandingan belitan dan tegangan kerja yang sama.
2. Konfigurasi yang umum dipakai adalah sisi tegangan tinggi parallel-tegangan
rendah parallel.
3. Hubungan belitan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah harus
dirangkai dengan polaritas yang benar agar tegangan keluaranya normal.
4. Hampir tidak ada perubahan pada tegangan rendah trafo saat saklar ditutup
ataupun dibuka.
5. Terjadi sedikit perubahan nilai tegangan pada tegangan tinggi trafo saat saklar
ditutup.

LAMPIRAN

Rangkaian Trafo parallel 3 fasa


Rangkaian Trafo parallel 1 fasa

Anda mungkin juga menyukai