Disusun Oleh
Kelompok 5
LT-2E
Disusun Oleh
Kelompok 5
Ramadhia Destri Khayren (3.39.18.1.17)
Rifqi Rijal Alfani (3.39.18.1.18)
Syafrizal Primayoga A.N.L (3.39.18.1.19)
Ulima Nadia Nurfita (3.39.18.1.20)
LT-2E
I. Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
- Menjelaskan prinsip kerja MCB.
- Menjelaskan karakteristik panas dan karakteristik dingin MCB.
II. Pendahuluan
MCB (Miniature Circuit Breaker) memainkan peranan penting dalam hal proteksi arus lebih
dan juga sebagai alat disconnect pada jaringan listrik. Sebuah breaker merupakan alat yang
didesaian untuk mengisolasi rangkaian dari gangguan arus lebih : overload (beban lebih) dan
short circuit (hubung singkat). Pada umumnya, MCB bekerja menggunakan prinsip
elektromekanik (thermal/magnetik) untuk membuka kontak breaker ketika gannguan arus
lebih terjadi. Unit thermal trip bekerja berdasarkan kenaikan nilai temperatur, sedangkan unit
magnetik trip bekerja berdasarkan kenaikan nilai arus. Ketika terjadi gangguan beban lebih,
maka nilai arus yang melewati logam bimetal akan bertambah yang membuat temperatur
pada logam bimetal semakin besar hingga pada suatu saat dan temperatur tertentu logam
bimetal ini akan membengkok dan menekan trip bar yang akan membuka kontak MCB.
Waktu yang dibutuhkan bimetal untuk membengkok dan membuka kontak MCB sesuai
dengan kenaikan besar arus, semakin besar arus gangguan yang terjadi semakin cepat logam
bimetal membengkok.
Ketika gangguan hubung singkat terjadi, maka nilai arus yang melewati MCB akan
bertambah besar secara signifikan yang akan menghasilkan medan magnet yang cukup
besar. Medan magnet ini akan mendorong hammer trip, hammer trip ini nantinya akan
mendorong moving contact yang membuat kontak akan terbuka. Proses terbukanya kontak
breaker ketika terjadi gangguan hubung singkat umumnya terjadi setelah 5 milidetik setelah
terjadi gangguan.
220 V MCB
V. Langkah Kerja
1. Pastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak rusak, lalu buat
rangkaian seperti pada gambar diagram percobaan, sekunder atau trafo pada 0 Volt.
2. Naikkan tegangan sumber sambil melihat arus pada tang amper sama dengan arus
gangguan.
3. Start stopwatch dan tunggu hingga MCB trip dan stop stopwatch.
4. Untuk MCB karakteristik panas, ulangi langkah 1-3 setelah MCB didinginkan
menggunakan kipas angin.
5. Untuk MCB karakteristik dingin, ulangi langkah 1-3 setelah MCB diganti dengan MCB
yang lain. Ulangi sampai MCB terakhir.
6. Jika percobaan telah selesai dilakukan, lepas semua rangkaian dan kembalikan alat ke
tempat semula.
Pada percobaan MCB karakteristik panas diperoleh hasil pada tabel 4. 1 yang menjelaskan
bahwa semakin besar nilai pengali arusnya maka semakin cepat pula waktu tripnya. Begitu
pula pada tabel 4. 2 menjelaskankan percobaan MCB karakteristik dingin. Semakin besar
nilai pengali arusnya maka semakin cepat pula waktu tripnya.
Untuk membuat MCB trip, dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu yang pertama menambah
besar arus pengalinya, kedua memperbesar beban yang dipasang pada MCB, dan yang
ketiga menghubungsingkatkan rangkaian.
Jawab
1. Ketika terjadi arus lebih maka arus lebih tersebut akan menghasilkan panas pada
bimetal, saat terkena panas bimetal akan melengkung sehingga kontak MCB
trip/terbuka. Ketika terjadi hubung singkat (terdapat panas yang terlalu tinggi), hal ini
menyebabkan koil terinduksi dan mempunyai medan magnet. Akibatnya poros yang
terdapat didekatnya akan tetarik dan menjalankan tuas pemutus.
2. Untuk membandingkan dan mengetahui waktu trip saat MCB dalam kondisi panas (saat
keadaan bimetal masih sedikit melengkung) dengan MCB dalam kondisi dingin (saat
bimetal benar-benar lurus). Pada karakteristik panas kerja MCB lebih cepat memutus
disebabkan oleh aliran listrik sehingga electromagnet bekerja mendorong koil yang
menyebabkan MCB trip. Pada karekteristik dingin kerja MCB lambat memutus
disebabkan proses pemuaian panas bimetal ketika beban lebih yang melebihi arus IN
yang tertera pada MCB.
3. Cek kontak pada MCB dengan ohmmeter. Alirkan arus gangguan pada MCB melebihi
IN (2x, 3x, 4x), jika trip dalam waktu singkat maka MCB masih bagus.
IX. Kesimpulan
1. MCB mempunyai 2 prinsip kerja yaitu menggunakan bimetal ketika terjadi arus beban
lebih dan menggunakan elektromagnetik ketika terjadi arus hubung singkat.
2. Baik MCB karakteristik panas maupun karakteristik dingin apabila pengali arusnya
semakin besar maka waktu tripnya semakin cepat.
3. Menurut table MCB karakteristik panas lebih cepat tripnya dibandingkan MCB
karakteristik dingin.
4. Karakteristik panas dan karakteristik dingin berguna untuk membandingkan dan
mengetahui waktu trip saat MCB dalam kondisi panas (saat keadaan bimetal masih
sedikit melengkung) dengan MCB dalam kondisi dingin (saat bimetal benar-benar
lurus).
PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
PENGAMAN ARUS BOCOR TANAH
(EARTH LEAKAGE CIRCUIT BREAKER/ELCB)
Disusun Oleh
Kelompok 5
LT-2E
I. TUJUAN
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
Mahasiswa dapat menentukan besarnya arus bocor maksimum yang dapat diamankan
oleh Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB).
Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip kerja dari ELCB.
Mahasiswa mengetahui bagaimana cara memilih ELCB yang bagus dan masih baik
II. PENDAHULUAN
Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB) adalah suatu alat listrik yang dipergunakan
sebagai pengaman bila terjadi arus bocor pada salah satu penghantar yang melalui alat
tersebut Pengaman ini memiliki sebuah transformator arus dengan inti berbentuk gelang
(Gambar 2.1). Inti ini melingkari semua hantaran suplai ke mesin atau sistem yang
diamankan, termasuk penghantar netral.
Gambar2.1 Prinsip-prinsip dari ELCB
Keterangan :
Dalam keadaan normal, jumlah arus yang dilingkari oleh inti transformator sama
dengan nol. Kalo ada arus bocor ke tanah, keadaan seimbang akan terganggu. Karena itu
dalam inti transformator akan timbul suatu medan magnetik yang membangkitkan tegangan
dalam kumparan sekunder. Apabila arus bocor tersebut mencapai pada suatu harga tertentu
maka relay pada ELCB akan bekerja melepaskan kontak-kontaknya. Berdasarkan PUIL
2000 pada bagian 3.15.1.2 pemilihan ELCB untuk proteksi tambahan dari sentuhan
langsung dipilih ELCB dengan arus operasi arus sisa pengenal 30 mA.
ELCB bekerja pada peralatan listrik bekerja normal maka total arus yang mengalir pada
kawat plus dan netral adalah sama sehingga tidak ada perbedaan arus. Namun bila
seseorang tersengat listrik, kawat “plus” akan mengalirkan arus tambahan melewati tubuh
orang yang tersengat ke tanah.
Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa pada kawat plus atau fasa akan mengalir
tambahan arus sebesar ΔI bila ada seseorang yang tersengat aliran listrik. Bila ELCB
terpasang, maka tambahan arus tersebut dideteksi oleh rangkaian khusus. Bila ada tambahan
arus maka berarti ada perbedaan arus yang mengalir antara kawat plus dan netral.
Perbedaan sebesar 30 mA sudah cukup untuk mengaktifkan relay untuk memutus MCB.
Dengan demikian ELCB dapat melindungi orang dari bahaya tersengat aliran listrik.
Secara prinsip pemasangan ELCB sederhana, yakni dengan menyisipkan ELCB antara
peralatan listrik dengan sumber listrik. Kedua kawat baik plus maupun netral dilewatkan
ELCB sebelum mencapai titik yang dilindungi.
NO Nama Jumlah
1 VACPS 220 V 1
3 Multimeter digital 1
4 Multimeter analog 1
5 ELCB 2
6 Tahanan 1KΩ 1
7 Kabel Jumper 20
AMPERE METER
A
DIGITAL
R RV
ELCB
220 V N S
2
1
VACPS
V. LANGKAH KERJA
1. Memastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak rusak, lalu
membuat rangkaian seperti gambar diagram percobaan, sekunder atau trafo pada 0 Volt.
2. Menghubungkan posisi saklar S dengan posisi 1.
3. Meng ON kan power supply ACPS dan memutar pelan-pelan hingga ELCB trip, dan
hentikan pengaturan tegangan ACPS.
4. Mengukur arus tripping ELCB dengan jalan memindahkan posisi S ke posisi 2. Ulangi
sampai 4 kali.
5. Mengulangi langkah 1 hingga 4 diatas untuk masing-masing terminal (R, S, T).
6. Setelah selesai menggunakan ELCB spesifikasi 1gunakan ELCB spesifikasi 2 dengan
mengulangi langkah 1-4.
7. Jika kedua percobaan telah selesai dilakukan, lepas semua rangkaian dan kembalikan
alat ke tempat semula.
2 R 227 73,3 50 V
1 220 89,8
2 S 224 74,6
40 V
1 215 71,66
2 T 222 74
30 V
VII. ANALISA
Pada percobaan dengan menggunakan ELCB diatas diperoleh hasil pada tabel 6.1
yang menjelaskan bahwa nilai arus tripping yang terjadi pada setiap kutub ELBC tidak
melebihi arus yang tertera pada name plate ELCB. Dengan dua kali pengecekkan pada
tiap kutubnya terbukti bahwa besarnya arus tripping pada tiap kutubnya tidak jauh
berbeda.
Hasi percobaan diatas mempunyai tegangan sentuh sekitar 30-50 V, hal ini
diakibatkan karena pada saat melakukan percobaan, untuk membuat trip ELCB didapat
dengan cara memperkecil tahanan pada resistor dan pada saat diukur tegangan dengan
multimeter menunjukkan tegangan sentuh sekitar 30-50 V. dan cara lain yang dapat
dilakukan adalah dengan memutar ACPS hingga ELCB tersebut menjadi trip. Dengan kata
lain ELCB akan trip jika tegangan sentuh hampir mndekati nominalnya.
Untuk membuat ELBC trip, dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu yang pertama
dengan mengubah tegangan sentuhnya melalui VACPS seperti yang dilakukan pada
percobaan pertama, maupun dengan menetapkan besarnya tegangan sentuh maksimal
kemudian mengubah besar resistansi pada resistor gesernya.dan ELCB tersebut akan
bekerja apabila ketika terjadi kontak antara arus positif,arus negatif dan grounding pada
instalasi listrik.Dan yang lebih penting lagi ELCB bisa memutuskan arus listrik ketika
terjadi kontak antara listrik dan tubuh manusia Perbedaan sebesar 30 mA sudah cukup
untuk mengaktifkan relay untuk memutus MCB. Dengan demikian ELCB dapat
melindungi orang dari bahaya tersengat aliran listrik. Dan juga dalam pemakaian ELCB
harus memenuhi standart seperti pertimbangan untuk pemakaian dari ELCB itu sendiri
digunakan, misalnya untuk proteksi pada perumahan,perkantoran, dan sector industri yang
kemampuan hantar arus dari masing-masing berbeda.
Dari data percobaan juga dapat diketahui bahwa presentase I ΔN yang diperoleh dari
percobaan dibandingkan dengan yang tertera pada nameplate, rata – rata sebesar 76,9%.
JAWABAN
1. Perbandingan hasil pengamatan dengan harga yang tertera pada ELCB adalah
besarnya arus trip pada hasil pengamatan tidak melebihi arus trip yang tertera pada
name plate ELCB. Pada nameplate IΔN = 30 mA dan pada waktu dilakukan percobaan
IΔN maksimal mencapai 23,5 mA.
Disusun Oleh
Kelompok 5 LT 2E
ELEKTRO POLITEKNIK
1. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa dapat :
- Menggambarkan dan menjelaskan karakteristik Thermal Over Load Relay
(TOLR)
- Menjelaskan prinsip kerja TOLR
2. Pendahuluan
TOLR (Thermal Over Load Relay) adalah alat pengaman terhadap arus gangguan
beban lebih. TOLR selalu dipasang dengan kontaktor magnetik dan bekerja
berdasarkan panas akibat arus listrik yang melaluinya melebihi harga nominal.
Energi panas itu diubah menjadi energi mekanik oleh logam bimetal untuk
melepaskan kontak-kontak rele yang dapat digunakan untuk membuka rangkaian
listrik sehingga melindungi peralatan listrik dari kerusakan akibat arus lebih.
TOLR terutama digunakan sebagai pelindung motor - motor listrik terhadap
gangguan beban lebih.
3. Daftar Alat
VACPS 0 -220 V 1 buah.
Trafo Arus 2.000 VA 1 buah.
TOLR 1 buah
Kontaktor 1 buah
Tang Amper 1 buah
Stop Watch 1 buah
AC 220 V
1 3 5
A1
K
A2 2 4 6
95 97
PS.DC
F
96 98
5. Langkah Kerja
1) Memastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik, lalu
merangkai peralatan seperti pada gambar rangkaian dan mengatur arus
nominal IN dari TOLR sebesar nilai minimal.
2) Memberi tegangan pada koil magnet dari kontaktor hingga bekerja.
3) Memberi dan mengatur arus pada TOLR sehingga didapatkan nilai arus lebih
yang dikehendaki.
4) Bersamaan dengan tercapainya nilai arus lebih itu, start stopwatch dan tunggu
hingga TOLR trip.
5) Saat TOLR trip, stop stopwatch dan catat waktu yang diperlukan TOLR
untuk trip tersebut.
6) Ambil TOLR lain sejenis yang dingin dan sudah diatur arus nominalnya
sebesar nilai minimal.
7) Ulangi langkah kerja nomor 3 hingga 6 untuk nilai arus lebih lain yang
dikehendaki.
8) Menggambar kurva karakteristik dingin dari data tabel.
6. Lembar Kerja
2. 4 2 16,6 detik
4. 6 3 3 detik
I (A) Faktor pengali
No.
IN ~ Reset ( 1 A ) arus nominal Waktu
1. 3 1,5 1 menit 52 detik
2. 4 2 23,1 detik
4. 6 3 6,8 detik
5. 8 4 4,2 detik
6. 10 5 2,4 detik
1) Gambarkan kurva karakteristik panas dan dingin dalam satu kertas grafik.
2) Jelaskan prinsip kerja dan grafik karakteristik TOLR.
Cara kerja alat ini adalah dengan menkonversi arus yang mengalir menjadi
panas untuk mempengaruhi bimetal. Bimetal inilah yang menggerakkan tuas
untuk menghentikan aliran listrik pada motor. Pembatasan dilakukan dengan
mengatur besaran arus pada dial di alat tersebut. Jadi alat tersebut memiliki
range adjustment misal TOR dengan range 1 - 3,2 Ampere disetting 2,5
Ampere. Artinya, kita membatasi arus dengan TOR pada level 2,5 Ampere
saja.
3) Apa gunanya karakteristik panas dan dingin ?
- Kegunaan karakteristik panas TOLR untuk mengetahui jangka
waktu trip TOLR ketika bimetal masih sedikit melengkung
- Kegunaan karakteristik dingin TOLR untuk mengetahui jangka
waktu trip TOLR ketika TOLR dalam keadaan dingin (bimetal
belum melengkung sama sekali)
6) Berikan kesimpulan.
a. Percobaan TOLR karakteristik panas digunakan untuk mengetahui
jangka waktu trip TOLR saat bimetal dalam keadaan sedikit
melengkung
b. Percobaan TOLR karakteristik dingin digunakan untuk mengetahui
jangka waktu trip TOLR saat bimetal dalam keadaan lurus
c. Waktu trip TOLR karakteristik panas lebih cepat daripada TOLR
karakteristik dingin
d. TOLR akan trip jika dialiri arus yang melebihi arus nominalnya
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
MAGNETISASI INTI TRANSFORMATOR
Kelompok 5 LT 2E
I. Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat :
Mengambarkan kurva karakteristik magnetisasi inti transformator.
Menjelaskan jerat histerisis.
II. Pendahuluan
Arus listrik yang mengalir pada kumparan transformator menimbulkan gaya gerak
magnet (g.g.m.) : F = N.I yang mampu mengalirkan fluksi pada inti trafo.
E
(Volt)
Øm
F=N.I
I
(amp)
Kemampuan untuk mengalirkan arus magnet /fluksi persatuan panjang inti disebut kuat
medan magnet H yang menginduksikan fluksi dengan kerapatan B. Gambar 4.1.
memperlihatkan perubahan kuat medan H terhadap kerapatan fluksi B. Perubahan harga
ggl. E terhadap arus eksitasi I (arus beban 0) dikenal sebagai lengkung magnetisasi E – I
yang mula-mula linear kemudian melengkung atau berarti bahwa inti transformator mulai
jenuh.
A
220 Volt
V TT TR
V. Langkah Kerja
1. Pastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak rusak,
lalu buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian.
2. Amati hasil pengukuran V dan I, Kemudian isikan pada tabel hasil
pengamatan dan buat grafik V = f (I).
3. Amati grafik V = f (I), pada tegangan naik tidak sama dengan pada saat
tegangan turun.
4. Berikan koreksi terhadap kurva magnetisasi hasil pengamatan dibandingkan
kurva magnetisasi sebenarnya (V terhadap I dibandingkan E terhadap I).
Gambar Grafik
Jawab
1.
2. Karena inti trafo merupakan bahan feromagnetik, jika bahan feromagnetik teraliri arus
maka akan timbul garis gaya magnet, sehingga akan ada energi yang hilang. Energi
yang hilang tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan pada nilai arusnya.
3. Jerat histerisis yang baik untuk inti transformator jika luasan pada kurva histerisis
tidak terlalu besar.
IX. Kesimpulan
1. Dari percobaan diatas kita dapat menggambarkan kurva
histerisisnya.
2. Dari kurva histerisis kita dapat mengetahui loses yang terjadi
yang berupa panas.
3. Adanya selisih tegangan yang terukur dari tegangan naik dan
tegangan turun.
4. Dari kurva histerisis kita dapat mengetahui bahwa trafo masih
dalam keadaan baik karena loses yang terjadi sedikit.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR
Kelompok 5 LT 2E
I. Tujuan
- Setelah melaksanakan praktek ini, diharapkan mahasiswa dapat menentukan
transformator step up atau transformator step down.
II. Pendahuluan
Salah satu syarat kerja paralel transformator harus diketahui perbandingan belitan masing-
masing trafo yang akan kerja paralel, sehingga diperlukan percobaan untuk mengetahui
perbandingan belitan dari suatu transformator. Rangkaian pengganti transformator dalam
keadaan terbuka adalah sebagai berikut :
R1 X1 R2 X2
V1 E1 E2
Mengabaikan hilang tegangan pada tahanan dan reaktansi bocor kumparan primer (R1 dan
X1) dapat diperoleh :
V 1 / V 2 = E1 / E 2 = N 1 / N 2 = a
Keterangan :
V1 TR TT V2
0-200V 48/220V
STEP UP
0-200V 220/48V
STEP DOWN
V. Langkah Kerja
1. Pastikan alat dan bahan yang digunakan dalam keadaan baik dan tidak rusak,
lalu buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian.
2. Lakukan pengukuran tegangan V1 dan V2 dengan sumber tegangan pada
sisi tegangan rendah (sebelum tegangan sumber dihidupkan harus dipastikan mulai
dari nol volt), lalu catat hasil pengamatan tersebut ke dalam tabel.
3. Ulangi langkah 2 dengan sumber tegangan pada sisi tegangan tinggi.
4. Hitung nilai ar dan at .
yang digunakan untuk menaikkan tegangan dari rendah ke tegangan yang lebih
tinggi.
1. Jika kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan arus AC, maka pada
Dengan memilih jumlah lilitan yang sesuai untuk tiap kumparan dapat dihasilkan GGL
kumparan sekunder yang berbeda dengan GGL kumparan primer. Hubungan GGL atau
tegangan primer (Vp) tegangan sekunder (Vs), jumlah lilitan kumparan primer (np) dan
perbandingan transformasi kita dapat mengetahui jenis dari transformator tersebut apakah
rendah menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan sekunder
lebih banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np). Transformator step down yaitu
Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh kumparan sekunder
adalah:
N1 E1 I 2
= =
N 2 E2 I 1
Dimana :
N1 = belitan primer
N2 = belitan sekunder
I1 = besar arus pada belitan primer (A)
I2 = besar arus pada belitan sekunder (A)
E1 = besar tegangan pada belitan primer (V)
E2 = besar tegangan pada belitan sekunder (V)
2. Guna perbandingan trafo adalah untuk menentukan jenis trafo step up atau step down.
3. Cara mengetahui bahwa kondisi trafo masih baik atau tidak adalah dengan
menggunakan Ohmmeter. Pertama cek sisi primer, bila saling dihubungkan akan
terukur dengan nilai resistansi yang kecil. Begitupula pada sisi sekundernya.
4. E1 = 220 V
E1 V 1
=
E2 V 2
220V 100V
110 V = V2
110 V .100 V
V2 =
220 V
V2 = 50 V
Jadi, tegangan sekunder trafo tersebut adalah 50 V.
IX. Kesimpulan
5. Pada percobaan sisi primer tegangan rendah terbukti tegangan
primer lebih rendah dari tegangan sekunder.
6. Pada percobaan sisi primer tegangan tinggi terbukti tegangan
primer lebih tinggi dari tegangan sekunder.
7. Perbandingan belitan dapat diketahui dari perbandingan
tegangan, perbandingan arus, dan perbandingan jumlah belitan.
8. Dari percobaan diatas kita dapat mengetahui jenis trafo, apakah
step up atau step down.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
TRANSFORMATOR TANPA BEBAN
Disusun Oleh
Kelompok 5 LT 2E
I. Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
Menjelaskan rugi besi, rugi histerisis, dan rugi arus pusar (eddy current).
II. Pendahuluan
Transformator dalam keadaan tanpa beban mengambil arus dari jala-jala yang terdiri
atas arus yang bersifat resistif berupa rugi inti dan arus yang bersifat induktif untuk
membangkitkan fluksi. Rugi inti trafo dapat dibedakan atas rugi histerisis dan rugi arus
pusar. Rugi histerisis disebabkan oleh terjadinya gesekan antara molekul-molekul logam
inti dalam usaha menyesuaikan diri dengan perubahan arah fluksi magnet.
Ph = Kh . f . Bm . X
f = frekuensi (hertz)
Rugi arus pusar disebabkan oleh adanya aliran arus induksi dalam logam inti.
Pe = Ke .f 2. Bm2
f = frekuensi (hertz)
P/f
[W/HZ]
Ke.f.Bm2 = rugi arus pusar
f
F (Hz)
t1 t2
R1 x1 R1 X2
Io
I he Ix
V1 R0 X2
Ro = V1 / Ihe
Xo = V1/ Ix
Wattmeter 1 buah
W A
W A
I
220 V V
VACPS
c. Tes Polaritas 1
V3
220 V V1 V2
0 – 220V
d. Tes Polaritas 2
V3
V1 V2
220 V
0 – 220V
2. Hubung singkatkan polaritas ‘-‘ sisi primer dengan polaritas ‘-‘ sisi sekunder.
5. Beri tegangan masuk pada sisi primer, jika V3 = V1 + V2 maka A1 = (+) ; a1 = (-).
Jika V3 = V1 – V2 maka A1 = (+) ; a1 = (+).
50 VA
220 V/48 V 50 220 Mendekati 0 0,02
0,25 A/1 A
Tabel 6. 2. Praktikum Autotrafo 50 VA 220V/48 V Tanpa Beban
V1 V2 V3 Keterangan
100 25 125 V3 = V1 + V2
V1 V2 V3 Keterangan
100 25 75 V3 = V1 - V2
Rugi histerisis diakibatkan oleh terjadinya gesekan antara molekul-molekul logam inti
dalam usaha menyesuaikan diri dengan perubahan arah fluksi magnet sedangkan rugi arus
pusar disebabkan oleh adanya aliran arus induksi dalam logam inti.
Dan dari hasil tabel, arus trafo dengan spesifikasi 2000 VA 200 V/10 V lebih besar
daripada trafo dengan spesifikasi 50 VA 220 V/48 V. Dikarenakan pada gambar rangkaian
autotrafo tanpa beban dan trafo 2 belitan tanpa beban konfigurasinya masing masing
berbeda yang mengakibatkan nilai dari daya dan arus kedua rangkaian tersebut berbeda.
Pada percobaan trafo 2 belitan 50 VA 220 V/48 V rugi daya mendekati nol dikarenakan
rugi yang terdapat pada trafo tersebut lebih kecil dibandingkan trafo 2000 VA 220 V/10 V.
IX. Kesimpulan
9. Daya yang terukur pada tes trafo tanpa beban merupakan
besarnya rugi inti besi pada trafo tersebut.
10. Semakin kecil arus yang terukur maka semakin kecil pula daya
yang terukur.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
TRAFO 2 BELITAN DAN AUTOTRAFO HUBUNG SINGKAT
Disusun Oleh
Kelompok 5 LT 2E
I. Tujuan
Setelah melaksanakan praktek ini, diharapkan mahasiswa dapat :
Menentukan prosentase tegangan hubung singkat terhadap tegangan nominal.
Menentukan rugi tembaga ( PCU ) dan konstanta Rek dan Xek .
II. Pendahuluan
Prosentase tegangan primer pada saat terjadi hubung singkat terhadap tegangan
nominal dapat ditentukan sebagai berikut :
Vhs
X 100 %
Vnom
Dari prosentase tegangan hubung singkat terhadap tegangan nominal tersebut di atas dapat
diketahui besar arus hubung singkat yang terjadi bila trafo bekerja pada tegangan nominal.
Pada percobaan trafo hubung singkat tegangan primer relatif kecil ( antara 0 hingga 15%
dari tegangan nominal ), maka mutual fluks yang dihasilkan oleh inti trafo dapat diabaikan,
sehingga rangkaian pengganti trafo dalam keadaan hubung singkat dapat digambarkan
sebagai berikut :
R ek X ek
V in I hs
Dari rangkaian pengganti tersebut dapat ditentukan besar rugi tembaga (Pcu) dan
konstanta trafo pada beban nominal, yaitu :
Pcu = Phs = daya hubung singkat
Phs Vin
Xek =√ Z 2 ek−R2 ek Rek= Zek =
Ihs 2
Ihs
Xek =√ Z 2 ek−R2 ek
Dari harga Rek dan Xek ini dapat ditentukan rugi tegangan pada trafo saat berbeban.
Wattmeter 1 buah
Power supply AC
A1 W
TT TR
V A2
Tang
W A Ampere
I1 A I2
220 V V
VACPS
c. Tes Polaritas 1
V3
220 V V1 V2
0 – 220V
d. Tes Polaritas 2
V3
V1 V2
220 V
0 – 220V
V. Langkah Kerja
Langkah Percobaan
9. Siapkan alat dan bahan yang sudah dicek.
10. Rangkai Amperemeter yang diseri dengan polaritas (+) sisi primer trafo.
Rangkai Wattmeter sesuai dengan rangkaian yang tertera di name plate. Hubungkan
Voltmeter pada sisi primer trafo. Sisi sekunder trafo diberi Amperemeter.
11. Masukkan tegangan pada sisi primer trafo dengan variable regulator
tegangan. Amati sisi sekunder trafo pada Amperemeter (A2). Lakukan percobaan
tersebut higga I2 menunjukkan nilai sesuai dengan tabel hasil praktikum.
12. Amatilah pada sisi primer trafo yaitu pada Voltmeter, Amperemeter, dan
Wattmeter kemudian catatlah pada tabel hasil praktikum.
2. Hubung singkatkan polaritas ‘-‘ sisi primer dengan polaritas ‘-‘ sisi sekunder.
5. Beri tegangan masuk pada sisi primer, jika V3 = V1 + V2 maka A1 = (+) ; a1 = (-).
Jika V3 = V1 – V2 maka A1 = (+) ; a1 = (+).
VI. Hasil Pekerjaan
Tabel 6.1. Praktikum Transformator 2 Belitan 50VA 220V/48 V Hubung Singkat
V1 V2 V3 Keterangan
100 25 125 V3 = V1 + V2
V1 V2 V3 Keterangan
100 25 75 V3 = V1 - V2
Pada percobaan ini trafo yang digunakan adalah trafo berukuran 50 VA agar arusnya
juga kecil.
Jika V3 = V1+V2 maka trafo tersebut bersifat aditif. Pada percobaan kali ini
menggunakan beban berupa resistor geser 330 ; 1,5 A. Prosentase tegangan primer pada
saat terjadi hubung singkat terhadap tegangan nominal dapat ditentukan sebagai berikut :
Vhs
X 100 %
Vnom
Dari prosentase tegangan hubung singkat terhadap tegangan nominal tersebut di atas
dapat diketahui besar arus hubung singkat yang terjadi bila trafo bekerja pada tegangan
nominal.
Pada percobaan trafo hubung singkat tegangan primer relatif kecil ( antara 0 hingga
15% dari tegangan nominal ), maka mutual fluks yang dihasilkan oleh inti trafo dapat
diabaikan, sehingga rangkaian pengganti trafo dalam keadaan hubung singkat dapat
digambarkan sebagai berikut :
R ek X ek
V in I hs
Dari rangkaian pengganti tersebut dapat ditentukan besar rugi tembaga (Pcu) dan
konstanta trafo pada beban nominal, yaitu :
Phs Vin
Xek =√ Z 2 ek−R2 ek Rek= Zek =
Ihs 2
Ihs
Xek =√ Z 2 ek−R2 ek Dari harga Rek dan Xek ini dapat ditentukan rugi tegangan pada trafo
saat berbeban.
6.
50VA
= 48 V
IX. Kesimpulan
11. Pada kedua trafo, semakin besar arus hubung singkat (I2) maka
semakin besar tegangan inputnya.
12. Berbanding terbalik dengan tegangan input, arus sisi primer
semakin kecil nilainya jika arus hubung singkat (I2) semakin besar.
13. Dari data diatas dapat dibandingkan bahwa pada trafo 2 belitan
memiliki tegangan input (Vin) yang lebih rendah dan arus primer (I1) yang lebih tinggi
dibandingkan trafo auto.
14. Trafo auto memiliki tegangan input (Vin) yang lebih tinggi dan
arus primer (I1) yang lebih rendah dibandingkan trafo 2 belitan.
15. Jika dicermati, daya yang dihasilkan tidak sesuai dengan
perhitungan daya antara tegangan dan arus, dikarenakan pada trafo terdapat rugi-rugi.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
TRAFO 2 BELITAN DAN AUTOTRAFO 50 VA 220 V/48 V BERBEBAN
Disusun Oleh
Kelompok 5 LT 2E
2019/2020
JOB 8 TRANSFORMATOR BERBEBAN
1. Tujuan
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
2. Pendahuluan
Transformator dalam keadaan berbeban mengambil arus dari jala-jala yang terdiri atas
arus yang bersifat resistif berupa beban resistor geser dan arus yang bersifat induktip untuk
membangkitkan fluksi. Dengan beban resistor geser maka dapat dihitung efisiensi
transformator. Rumus effisiensi transformator yaitu :
Wattmeter 1 buah
Resistor Variabel 1 buah
4. Gambar Rangkaian
c. Percobaan Trafo 2 Belitan Berbeban
Power supply AC
A1 W
TT TR
V
Tang
W A Ampere
I1 A I2
220 V V
VACPS R geserr
g. Tes Polaritas 1
V3
220 V V1 V2
0 – 220V
h. Tes Polaritas 2
V3
V1 V2
220 V
0 – 220V
5. Langkah Kerja
Langkah Percobaan
13. Siapkan alat dan bahan yang sudah dicek.
14. Hubungkan Amperemeter (A1) pada polaritas ‘+’ trafo sisi primer.
Hubungkan Wattmeter sesuai rangkaian yang tertera di name plate. Hubungkan
Voltmeter pada sisi primer trafo. Hubungkan Tangampere (A 2) pada sisi sekunder
trafo dan tahanan.
15. Naikkan tegangan mencapai 220 V dengan mengatur regulator tegangan
pada sisi primer trafo hingga mencapai (I 2) pada nilai sesuai dengan tabel serta
dengan menggeser tahanan geser pada sisi sekunder.
16. Amati hasil pengukuran Amperemeter (A1) dan Wattmeter.
17. Tulislah hasil pengukuran ke dalam hasil pengamatan.
7. Hubung singkatkan polaritas ‘-‘ sisi primer dengan polaritas ‘-‘ sisi sekunder.
10. Beri tegangan masuk pada sisi primer, jika V3 = V1 + V2 maka A1 = (+) ; a1 = (-).
Jika V3 = V1 – V2 maka A1 = (+) ; a1 = (+).
6. Hasil Pekerjaan
Tabel 6.1. Praktikum Trafo 2 Belitan 50 VA 220 V/48 V Berbeban
V1 V2 V3 Keterangan
100 25 125 V3 = V1 + V2
Tabel 6. 4. Tes Polaritas 2
V1 V2 V3 Keterangan
100 25 75 V3 = V1 - V2
7. Analisa Data
Sebelum memulai percobaan, setiap trafo harus diketahui polaritasnya menggunakan
uji tes polaritas sesuai gambar 4. 3 dan 4. 4.
Pada percobaan ini trafo yang digunakan adalah trafo berukuran 50 VA agar arusnya
juga kecil.
Jika V3 = V1+V2 maka trafo tersebut bersifat aditif. Pada percobaan kali ini
menggunakan beban berupa resistor geser 330 ; 1,5 A. Prinsip kerja dari rangkaian ini
adalah transformator dalam keadaan berbeban mengambil arus dari jala-jala yang terdiri
atas arus yang bersifat resistif berupa beban resistor geser dan arus yang bersifat induktif
untuk membangkitkan fluksi.
Pada percobaan ini pengukuran daya (Watt), arus (I1) dan arus (I2) dilakukan dengan
tegangan input 220 V dan diukur setiap pada beban 25%, 50%, 75%, dan 100%.
Autotrafo
Jawab :
1. Ototrafo adalah suatu trafo yang dimana lilitan primer dan sekundernya
dihubungkan pada sistem yang ditanahkan langsung.
2.
a. Hubungkan Voltmeter (V3) pada polaritas ‘+’ sisi primer dan pada polaritas sisi
sekunder.
b. Hubung singkatkan polaritas ‘-‘ sisi primer dengan polaritas ‘-‘ sisi sekunder.
3.
V3 V3
+ - - + + -
V1 V2 V1 V2
- + - +
4.
V3 V3
+ +
V1 V2 V1 V2
- -
9. Kesimpulan
16. Bias kita lihat dari kedua tabel, semakin besar arus beban sisi
sekunder (I2) maka semakin besar dayanya.
17. Perbandingan dari kedua tabel I1 (arus pada sisi primer) lebih
kecil dibanding I2 (arus yang terukur pada beban disisi sekunder).
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
HUBUNGAN KUMPARAN TRANSFORMATOR 3 FASA
Disusun Oleh
Kelompok 5 LT 2E
2019/2020
JOB 9. HUBUNGAN KUMPARAN TRANSFORMATOR
3 FASA
1. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini, mahasiswa dapat :
2. Pendahuluan
Sebelum merangkai kumparan transformator 3 fasa perlu diadakan pengetesan polaritas
agar didapatkan hasil rangkaian sesuai dengan yang diinginkan.
Identifikasi terminal transformator 3 fasa sesuai dengan rekomendasi IEC adalah sebagai
berikut :
Terminal tegangan tinggi ( TT ) :
Untuk polaritas rendah adalah A1, B1, dan C1
Untuk polaritas tinggi adalah A2, B2, dan C2
Untuk neteral adalah N
Terminal tegangan rendah ( TR ) :
Kumparan primer dan sekunder dapat dirangkai dalam hubungan yang berbeda dan berarti
terdapat selisih fasa antara kedua kumparan tersebut. Untuk memudahkan dalam
mengingatnya biasa digunakan sistem ‘jam’ untuk menyatakan selisih fasa antara sisi
primer dan sisi sekunder pada suatu fasanya. Jarum panjang (menit) menyatakan arah
vektor tegangan primer ( selalu menunjuk angka 12 ) dan jarum pendek ( jam )
menyatakan vektor tegangan sekunder. Selisih fasanya adalah besar sudut yang dibentuk
oleh kedua jarum tersebut.
Contoh : Yd5 artinya kumparan tegangan tinggi dalam hubungan bintang (Y) dan
kumparan tegangan rendah dalam hubungan segitiga (), dan selisih fasanya sebesar sudut
yang dibentuk jarum panjang dan jarum pendek pada saat pukul 5 (lima).
12 12
A
C B
3. Daftar Alat
- ACPS 3x220 V dan 3x380 V 1 buah.
- Transformator 1 fasa 220 V / 48 V 3 buah
- Multimeter Analog/ Digit 1 buah
- Kabel Jumper 20 buah.
4. Gambar Rangkaian
Melakukan uji kutub (pole test) untuk menentukan polaritas positif atau negatif dari ujung-
ujung belitan transformator.
- Tes Pole 1
V3
220 V V1 V2
0 – 220V
Tabel 1. Polaritas 1
V1 V2 V3 Keterangan
100 25 125 V3 = V1 + V2
- Tes Pole 2
V3
220 V V1 V2
0 – 220V
Tabel 2. Polaritas 2
V1 V2 V3 Keterangan
100 25 75 V3 = V1 – V2
A a
A2 a2
A
A2 a2
A1 a1
A1 a1
a
B b
B2 b2 B
B2 b2
B1 b1 B1 b1
b
C c C
C2 c2 C2 c2
C1 c1
C1 c1 N c
N
A a A
A2 a2 A2 a2
A1 a1 A1 a1
a
B b B
B2 b2 B2 b2
B1 b1 B1 b1
b
C c C
C2 c2 C2 c2
C1 c1
N C1 c1
c
A a
A2 a2
A1 a1
B b
B2 b2
B1 b1
C c
C2 c2
C1 c1
5. LANGKAH KERJA
1) Menentukan polaritas terminal masing-masing transformator satu fasa yang akan
dirangkai menjadi sebuah transformator tiga fasa. Menandai terminal-terminalnya sesuai
dengan rekomendasi IEC.
2) Membuat rangkaian seperti gambar rangkaian 1.
3) Menghubungkan primer transformator tiga fasa yang telah dirangkai tersebut dengan
sumber tegangan AC tiga fasa 3 x 380 V ( A pada L1, B pada L2, C pada L3 dan N pada N ).
Mencatat tegangan-tegangannya pada tabel 1.
4) Untuk mengetahui tipe hubungannya atau kelompok jamnya, sambungkan terminal A
dengan terminal a. kemudian catat tegangan antara terminal C dan c, B dan c, C dan b serta A
dan B pada tabel 2.
5) Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk rangkaian 2, dan 3
6) Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk rangkaian 4 dan 5 , tetapi karena sisi tegangan
tinggi terhubung segitiga maka diberi sumber tegangan AC tiga fasa 3 x 220 Volt.
6. DATA
Tegangan PERCOBAAN
Gb. 4.1 Gb. 4.2 Gb. 4.3 Gb. 4.4 Gb. 4.5
( Volt )
AB 398 390 392 215,7 216,6
ab 97 55 55 52,4 90,9
bc 97 54 55,2 53 91,7
an 55,8 - - - -
bn 55,7 - - - -
cn 56 - - - -
Tabel 9.4. Pengukuran Tegangan Antar Primer - Sekunder
Tegangan PERCOBAAN
Gb. 4.1 Gb. 4.2 Gb. 4.3 Gb. 4.4 Gb. 4.5
( volt )
Cc 500 343 441 197,8 300
7. Pembahasan
Pada percobaan ini trafo yang digunakan adalah trafo berukuran 220/48 VA agar arusnya
juga kecil. Jika V3= VI+V2 maka trafo tersebut bersifat aditif. prinsip kerja dari rangkaian ini
adalah hubungan kumparan transformator 3 fasa baik primer maupun sekunder ada tiga, yaitu
hubungan bintang (Y), segitiga (Δ) dan zig- zag (Z).
Untuk mengetahui tipe hubungannya atau kelompok jamnya, sambungkan terminal A dengan
terminal a. kemudian catat tegangan antara terminal C dan c, B dan c, C dan b serta A dan B
pada tabel 2.
Kumparan primer dan sekunder dapat dirangkai dalam hubungan yang berbeda dan berarti
terdapat selisih fasa antara kedua kumparan tersebut. Pada percobaan ini bertujuan mencari
pengukuran Tegangan Antar Primer – Sekunder. Dalam pelaksanaanya, tiga buah lilitan
phasa pada sisi primer dan sisi sekunder dapat dihubungkan dalam bermacam-macam
hubungan, seperti bintang dan segitiga, dengan kombinasi Y-Y, Y-Δ, Δ-Y, Δ-Δ, bahkan
untuk kasus tertentu liltan sekunder dapat dihubungakan secara berliku-liku (zig-zag),
sehingga diperoleh kombinasi Δ-Z, dan Y-Z.
e. Hubungan Zigzag
Transformatorzig–zag merupakan transformator dengan tujuan khusus. Salah satu aplikasinya
adalah menyediakan titik netral untuk sistem listrik yang tidak memiliki titik netral. Pada
transformator zig–zag masing–masing lilitan tiga fasa dibagi menjadi dua bagian dan
masing–masing dihubungkan pada kaki yang berlainan. Transformator tiga phasa hubungan
zig-zag. Perbandingan Rugi-rugi untuk tiap kumparan yang terhubung Y, Δ, Zig-zag adalah:
Dimana :
8. Jawaban Pertanyaan
1. V sumber merupakan tegangan yang nilainya sama dengan V antar fasa pada
rangkaian. Karena pada hubungan segitiga nilai tegangan antar fasanya 220 V
maka tidak dapat disuplai V sumber yang nilainya 3 x 380 namun bisa disuplai
V sumber yang nilainya 3 x 220
2. a. Yy0 d. Dy7
Jam 0 Jam 7
Sudut beda fasa 0o Sudut beda fasa 150o
b. Yd11
Jam 11 e. Dy9
Sudut beda fasa 30o
c. Yd5
Jam 5 Jam 9
Sudut beda fasa 150o sudut beda fasa 90
Maka
398 √ 3 .230
=
97 √3 . 55,8
398 230
=
97 55,8
4.11=4.12
Jadi hasil dari percobaan dan teori nilainya hampir sama.
4. a. Perbandingan tegangan sama
b. Mengetahui polaritas transformator
c. Impedansi sama
d. Perbandingan reaktansi sama.
9. Kesimpulan
1. Untuk kerja parallel transformator+ transformator harus memiliki perbandingan belitan
dan tegangan kerja yang sama.
2. Konfigurasi yang umum dipakai adalah sisi tegangan tinggi parallel+tegangan rendah
parallel.
3. Hubungan belitan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah harus dirangkai dengan
polaritas yang benar agar tegangan keluarannya normal.
4. Hampir tidak ada perubahan pada tegangan rendah trafo saat saklar ditutup ataupun
dibuka
5. Terjadi sedikit perubahan nilai tegangan pada tegangan tinggi trafo saat saklar ditutup
Kelompok 5 LT 2E
2019/2020
Job. 10 Transformator Paralel
1. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa dapat :
- Menentukan daya nyata, daya semu, daya buta dengan menggunakan metode :
2. Pendahuluan
Dalam percobaan ini beban dihubungkan bintang. Hubungan bintang diperoleh dengan
cara menghubungkan ketiga pangkal lilitan fasa menjadi satu, dan pada sistem saluran 4
kawat hubungan ketiga pangkal lilitan fasa tersebut disebut titik nol (netral) dan apabila
dihubungkan dengan suatu kawat, maka kawat tersebut dikatakan penghantar netral. Pada
beban simetri penghantar netral praktis tidak berarus. Dengan kata lain pada beban
simetri hubungan bintang bisa tanpa penghantar netral.
VL = Vp 3 (Volt)
IL = Ip (Amper)
In = Ip1 + Ip2 + Ip3 = 0
P = 3 Vp. Ip cos
P = VL. IL. 3 cos
S = VL. IL. 3 (VA)
P = S cos (Watt)
Q = S sin (VAR)
Q = P tg
3. Daftar Alat
4. Gambar Rangkaian
Trafo 1 Fasa
Gambar 1. Rangkaian Percobaan Paralel Pole Sama Tanpa Beban
0 0
0 0
0 0
Tr.2 = Yy0 S
0 0
0 0
0 0
F
6. Langkah Kerja Pararel Transformator 3 Fasa
Trafo 1 Fasa
Trafo 3 Fasa
8. Pembahasan
Dua buah transformator dikatakan bekerja secara pararel apabila kedua sisinya
(primer dan sekunder) dihubungkan untuk melayani beban. Tujuan utama
kerja paralel adalah agar beban yang dipikul sebanding dengan kemampuan
KVA masing–masing transformator, hingga tidak terjadi pembebanan lebih
dan pemanasan lebih.
Untuk maksud diatas diperlukan beberapa syarat yaitu :
1) Perbandingan tegangan harus sama Jika perbandingan tidak sama, maka
tegangan induksi pada kumparan sekunder masing–masing transformator tidak
sama. Perbedaan ini menyebabkan terjadinya arus pusar pada kumparan
sekunder ketika transformator dibebani. Arus ini menimbulkan panas pada
kumparan sekunder tersebut.
2) Polaritas tansformator harus sama
3) Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama
4) Perbandingan transformasi (a) harus sama
5) Frekuensi kerja harus sama
6) Perbandingan antara tahanan dan reaktansi bocor harus sama
7) Pada transformator tiga fasa urutan fasa harus sama.
9. Jawaban Pertanyaan
1. Syarat parallel trafo
Untuk kerja paralel transformator ini diperlukan beberapa syarat :
1. Kumparan primer dari transformator harus sesuai dengan tegangan
danfrekuensi sitem suplai (jala – jala) ;
2. Polaritas transformator harus sama ;
3. Perbandingan tegangan harus sama ;
4. Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama ;
5. Perbandingan reaktansi terhadap resistansi sebaiknya sama.
10.Kesimpulan
1. Untuk kerja parallel transformator- transformator harus memiliki
perbandingan belitan dan tegangan kerja yang sama.
2. Konfigurasi yang umum dipakai adalah sisi tegangan tinggi parallel-tegangan
rendah parallel.
3. Hubungan belitan sisi tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah harus
dirangkai dengan polaritas yang benar agar tegangan keluaranya normal.
4. Hampir tidak ada perubahan pada tegangan rendah trafo saat saklar ditutup
ataupun dibuka.
5. Terjadi sedikit perubahan nilai tegangan pada tegangan tinggi trafo saat saklar
ditutup.
LAMPIRAN