Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM LISTRIK

RUGI TEGANGAN (VOLTAGE DROP)

Kelompok 4 :
1. M Rijal Ubaidillah (0516040088)
2. Natiqa Mutafania P (0517040035)
3. Juliana Nurmalasari (0517040038)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi listrik merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
modern dewasa ini. Dimana energi listrik mempunyai suatu fungsi yang dapat
memberikan suatu kebutuhan atau pelayanan bagi daya listrik yang diperlukan
oleh konsumen.Bagaimana luas dan pentingnya kegunaan energi listrik dalam
kehidupan manusia tergambar pula pada suatu kenyataan bahwa intensitas
kegunaan energi listrik dalam masyarakat tertentu telah pula digunakan
sebagai salah satu indikator dalam mengukur taraf hidup masyarakat yang
bersangkutan sehingga makin bertambahnya konsumsi energi listrik perkapita
dalam suatu masyarakat hal ini dapat menunjukan kenaikan standar kehidupan
masyarakat tersebut, sehingga dituntut pula dibangunnya pusat-pusat
pembangkit listrik untuk disalurkan ke pusat beban. Untuk menjangkau
konsumen sebagai beban yang tersebar dalam area yang luas diperlukan suatu
sistem distribusi tenaga listrik yang dapat diandalkan untuk menyalurkan
kebutuhan tenaga listrik. Dalam penyaluran energi listrik dari pusat
pembangkit ke pusat beban menggunakan saluran transmisi yang bertegangan
tinggi. Daya listrik bertegangan tinggi tersebut diubah menjadi daya listrik
bertegangan menengah kemudian disalurkan pada jaringan distribusi. Jaringan
ini dibedakan menjadi jaringan distribusi primer dan sekunder. Jaringan
distribusi primer adalah jaringan dari trafo gardu induk (GI) sampai ke gardu
distribusi, sedangkan jaringan distribusi sekunder adalah jaringan dari gardu
distribusi sampai ke pelanggan atau beban. Jaringan distribusi primer lebih
dikenal dengan jaringan tegangan menengah (JTM 20 kV) sedangkan jaringan
distribusi sekunder adalah jaringan tegangan rendah (JTR 220V/380V).
Penyaluran daya listrik pada jaringan distribusi dari sisi pengirim ke sisi
penerima dipengaruhi oleh jenis material dan dimensi saluran (panjang dan
luas penarnpang saluran) serta besarnya daya pada beban. Jenis material dan
dimensi saluran meghasilkan parameter saluran (resistansi dan induktansi)
sebagai impedansi saluran, sedangkan daya beban menghasilkan arus saluran.
Impedansi dan arus saluran akan mengakibatkan timbulnya jatuh tegangan
(voltage drop) pada saluran, dikenal sebagai rugi tegangan penyaluran dan
selanjutnya menghasilkan rugi daya pada saluran sehingga daya yang diterima
pada sisi penerima akan selalu lebih kecil dari pada daya yang dikirim pada
sisi pengirim. Bila sistem penyaluran energi listrik tersebut sudah terdapat
banyak rugi-rugi tegangan dan rugi-rugi daya, maka energi listrik yang
disalurkan mulai dari pembangkit hingga pusat beban tidaklah 100% murni
tersalurkan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum rugi tegangan ini adalah :
1. Mengetahui tahanan isolasi dari kabel
2. Mengetauhi kerugian tegangan pada saluran distribusi tegangan rendah
AC 220 V
3. Menghitung besar kerugian tegangan AC 220 V
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Definisi
Kerugian tegangan dalam saluran listrik adalah berbanding lurus terhadap
panjang saluran dan beban, namun berbanding terbalik terhadap penampang
saluran. Kerugian ini harus tetap berada dalam batas-batas tertentu.
Dalam peraturan instalasi listrik, telah ditentukan bahwa rugi tegangan
pada suatu titik dari suatu instalasi, tidak boleh melebihi 2% dari tegangan
yang dipakai untuk instalasi penerangan dan 5% dari tegangan yang dipakai
untuk instalasi tenaga seperti motor listrik dan lain-lain. Perhitungan-
perhitungan menggunakan notasi berikut :
E= Tegangan antara 2 saluran (Volt)
Q = Penampang saluran dalam (mm2)
N = Beban (watt)
Ev = Rugi tegangan (Volt)
p = Rugi tegangan (%)
L= Panjang saluran (m)
ξ = Daya hantara Jenis saluran, yaitu
Tembaga (Cu) = 56
Alumunium (Al) = 32.7
Besi (Fe) = 7
Dalam peraturan instalasi tenaga listrik ( SPLN ) secara
umum, ditetapkan bahwa kerugian tegangan disuatu titik beban
terhadap sumber listrik adalah untuk instalasi penerangan tidak
boleh melebihi dari 2%, dan untuk instalasi tena ga 5%. Kerugian
tegangan ini disebabkan karena terdapat tahanan sebesar R.
U=I.R( Hukum Ohm )…………………………………………(1)

Dimana besarnya R adalah


l
R=ρ …………………………………………………………..( 2)
A
Persamaan 2 disubsitusikan ke persamaan 1 maka akan
diperoleh persamaan baru,yaitu:
I . .l 1
U= , dengan ρ= ……………………………………………… (3)
A 

sehingga persamaan 3 dapat ditulis:


I .l
U= ………………………………………………………………….. (4)
 .A
Untuk dua hantran kawat maka persamaan 4 menjadi:
2.I .l
U= …………………………………………………………………. (5)
 .A
Dimana:
R = Tahanan saluran ( Ohm )
l = Panjang saluran ( Meter )
A = Luas penampang kabel ( mm 2 )
U = Kerugian tegangan pada saluran ( Volt )
.mm2
ρ = Resistansi jenis ( )
m
m
 = Konduktansi jenis ( )
mm2

m
Untuk tembaga = 56 , ( )
.mm2
m
dan untuk aluminium = 35 ( )
.mm2

Dalam jenis sistem tegangan antara tegangan bolak balik


dengan tegangan searah adalah berbeda. Dalam hal ini adalah
pada sistem tegangan searah atau sistem Dc bukan merupakan
fungsi dari waktu (t) serta tidak memiliki adanya frekuensi.
Berikut ini merupakan bentuk grafik dar i sistem DC
U,I

t
Gambar 2.1 Bentuk gelombang arus searah

Sedangkan pada tegangan bolak -balik atau sistem AC bentuk


gelombang tegangan dan arus merupakan sinusiodal yang
tergantung pada waktu atau merupakan fungsi dari waktu dan
memiliki frekuensi.

ωt

Gambar 2.2 Bentuk Gelombang Arus Bolak -Balik

Dalam hubungan persamaan kerugian tegangan adalah:


Sistem tegangan searah ( DC )
2.l.i
ΔU= (6)
 .A
Sistem tegangan bolak balik (AC )
2.l.i. cos 
ΔU= (7)
.A
Berdasarkan PUIL No. 3.20 tentang Resistans isolasi suatu instalasi listrik
tegangan rendah :
3.20.1 Resistans isolasi suatu instalasi listrik tegangan rendah merupakan
salah satu unsur yang menentukan kualitas instalasi tersebut, mengingat
fungsi utama isolasi sebagai sarana proteksi dasar (lihat 3.4.1).
3.20.2 Resistans isolasi harus diukur :
a) antar penghantar aktif secara bergiliran sepasang-sepasang; CATATAN
1 : Dalam praktek, pengukuran hanya dapat dilakukan selama pemasangan
instalasi sebelum dihubungkan ke peranti listrik.
b) antara setiap penghantar aktif dan bumi.
CATATAN :
1) Dalam sistem TN-C, penghantar PEN dianggap sebagai bagian bumi.
2) Selama pengukuran, penghantar fase dan netral dapat dihubungkan
bersama.
Resistans isolasi yang diukur dengan nilai tegangan uji yang ditunjukkan
dalam Tabel 3.20-1, akan memuaskan jika setiap sirkit (dengan peranti tidak
terhubung)mempunyai resistans isolasi tidak kurang dari nilai yang
diberikan dalam Tabel 3.20-1.
Pengukuran harus dilakukan dengan arus searah. Aparat pengukuran harus
mampu menyuplai tegangan uji yang ditentukan dalam Tabel 3.20-1 jika
dibebani dengan 1 mA.Jika sirkit mencakup gawai elektronik, maka hanya
dilakukan pengukuran antara fase dan netral yang terhubung bersama ke
bumi.

CATATAN : Tindakan pencegahan ini diperlukan karena melakukan


pengujian tanpa hubungan antar penghantar aktif dapat menyebabkan
kerusakan dalam gawai elektronik.
Tabel 3.20-1 Nilai resistans isolasi minimum
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan pada praktikum ini yang
ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Peralatan
No Nama Peralatan Merk Type Range/ket
400 V AC
1 Digital Clamp Ampere Kyoritsu 2007 A
400 A AC
2 MEGER TES 1600 DM-1006S 1000 V
3 Kabel Jumper 6 buah
4 Roll Meter 100 cm
J3220-
5 Lampu Philips 4 buah
240/100W

3.2 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja yang akan dilakukan pada praktikum ini antara lain:
1. Sebelum melaksanakan percobaan dilakukan pengukuran panjang kabel
dengan menggunakan roll meter sesuai dengan tabel percobaan
2. Melakukan cek sambungan atau hubungan kabel dengan menggunakan
Avo meter yang diposisikan pada posisi ohm meter dengan range x 10 KΩ
sesuai tabel percobaan
3. Melakukan pengukuran tahanan isolasi pada kabel dengan menggunakan
Insulation Resistance Tester (merger) dengan range 1000 V sesuai dengan
tabel percobaan
4. Merangkai sesuai dengan gambar percobaan :
 Menggunakan kabel dengan ukuran 3 x 2.5 mm2, pertama-tama
digunakan terlebih dahulu panjang saluran pada terminal yang
terendek dengan cara menghubugkan terminal 1 ke C1 untuk
disambung ke beban yang telah ditentukan.
 Untuk terminal yang tengah (sedang), dihubungkan terminal 1 dan
terminal 2 maka akan diperoleh jarak yang lebih panjang dari pada
terminal yang pertama, yang kemudian diberi beban yang telah
ditentukan.
 Untuk panjang terminal yang paling akhir, maka semua terminal
dihubungkan pada terminal pertama dan pada terminal yang kedua,
maka akan diperoleh jarak terjauh dari rangkaian tersebut.
(perhatian: pada saat merubah panjang saluran pastikan saklar S0
dalam keadaan off)
3.3 Prosedur Keselamatan
Adapun prosedur keselamatan yang harus diperhatikan dalam praktikum
ini antara lain:
1. Perhatikan setiap langkah kerja yang akan saudara kerjakan semua harus
sesuai dengan SOP (Standar Operasi Prosedur)
2. Sebelum merangkai pastikan power dalam keadaan off atau mati
3. Periksa semua alat dan komponen dalam keadaan aman digunakan
4. Dalam melakukan pekerjaan rangkaian dilarang bercanda dan bercakap-
cakap yang tidak ada hubungannya dengan modul praktikum.
5. Sebelum mencoba pastikan dicek dahulu dengan menghubungi instruktur
bengkel/laboratorium.
3.4 Gambar Rangkaian
Sebelum melaksanakan percobaan,dilakukan pembagian panjang saluran
kabel, perlu suatu adanya conection yang permanen sehinnga pekerjaan
mengubah panjang saluran menjadi cepat dan efisien.
Untuk mudahnya gambar dibawah ini merupakan konstruksi dari bangunan
sebagai penenpatan kabel. Konstruksi dari bangunman tersebut nampak dari
depan sebelum kabel ditempatkan ke konstruksi tersebut. Gambar 3.1
merupakan konstruksi yang dipakai penempatan kabel ukuran 3 x 4 mm2.
Gambar 3.1 Konstruksi Kabel Jenis NYY 3 x 4 mm2

Gambar 3.2 Diagram Garis Tunggal Dengan Sumber AC 220V


BAB IV
ANALISA DATA

4.1 Hasil Praktikum


Tabel 4.1 Pengukuran tahanan isolasi kabel
Luas Nilai tahanan isolasi KET
Panjang saluran
NO penampang ( MΩ )
(m)
( mm 2 ) L-N L-PE N-PE
1 L1= 22,91 3x4 35 32 44 500V
2 L2= 45,17 3x4 84 73 84 500V
3 L3= 52,93 3x4 77 72 73 500V
4 L1+L2= 68,08 3x4 31 30 36 500V
5 3x4 31 30 31 500V
L1+L2+L3=

121,01
Sumber : hasil Praktikum 2019

Tabel 4.2 Pengukuran Kerugian Tegangan Dengan Sumber AC 220 Volt


Tegangan (volt) Arus Rugi tegangan
Luas
Beban Tegangan Tegangan yang %∆ =
penampang ∆U =
No yang dari pada mengalir ∆U/Us
panjang saluran Us-Ub
dipakai sumber Us beban Ub (I) x 100%
(mm²) (m) (volt) (volt) (arus) (volt) (%)
1 L1 3x4 22,91 225 224 1,4 1 0,45
2 L1+L2 3x4 68,08 225 223 1,4 2 0,89
3 L1+L2+L3 3x4 121,01 225 219 1,4 6 2,67
Sumber: Hasil praktikum 2019

4.2 Analisis Data


Tahanan isolasi merupakan tahanan yang digunakan untuk mengisolasi
suatu instalasi ,oleh karena itu semakin besar tahanan isolasinya semakin baik
kualitas isolasinya. Sedangkan faktor penempatan adalah untuk penempatan
yang berbeda cara atau tahanan isolasinya juga berbeda pula. Seperti untuk
instalasi yang ditanam dalam tembok harus ditutup dengan pipa PVC
sedangkan yang tidak ditanam dalam tembok tidak harus ditutup dengan pipa
PVC ,dan sebagainnya.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tahanan isolasi dipengaruhi
oleh adanya panjang saluran. Untuk saluran L1 memilki nilai tahanan isolasi
L-N sebesar 35 MΩ sedangkan L-PE sebesar 32 MΩ dan N-PE sebesar 44
MΩ. Untuk saluran L2 memilki nilai tahanan isolasi L-N sebesar 84 MΩ
sedangkan L-PE sebesar 73 MΩ dan N-PE sebesar 84 MΩ dan Untuk saluran
L3 memilki nilai tahanan isolasi L-N sebesar 77 MΩ sedangkan L-PE sebesar
72 MΩ dan N-PE sebesar 84 MΩ. Dari data tersebut dapat dianalisa semakin
panjang saluran maka tahanan isolasi pada L-N, L-PE, N-PE semakin besar,
dan nilai N-PE > L-N > L-PE. Penurunan nilai isolasi terjadi pada L-PE
karena saat melewati PE tegangan disalurkan ke tanah sehingga saat
pengukuran terjadi penurunan yang cukup besar. Sedangkan apabila ternimal
dihubungkan seperti terminal 1 (L1) , terminal 1 dan terminal 2 (L2), terminal
(L3) maka semakin besar panjang saluran maka tahanan isolasi semakin kecil.
Sedangkan untuk rugi tegangan didapatkan bahwa semakin panjang
kabel yang digunakan maka rugi tegangannya semakin besar, hal itu
disebabkan panjang penghantar berbanding lurus dengan besarnya rugi
tegangan, selain itu juga disebabkan adanya tahanan yang dimiliki oleh
penghantar itu sendiri (tahanan jenisnya). Dan semakin besar diameter
penghantar yang digunakan maka besar rugi tegangan akan semakin kecil.
Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan besarnya rugi tegangan maka
solusi yang terbaik adalah dengan memperbesar diameternya.Karena pada
aplikasi nyatanya jika harus mengurangi panjang kabel ada kondisi yang tidak
mungkin untuk dilakukan .
Selain itu juga besar rugi tegangan juga dipengaruhi oleh jenis atau
besar beban yang digunakan . Dimana besar rugi tegangan maksimal untuk
instalasi penerangan adalah 2,32%. Kemungkinan makin besarnya rugi
tegangan dimungkinkan karena semakin besar beban yang digunakan
menyebabkan timbulnya panas yang berlebih,sedangkan panas itu sendiri
berasal dari tegangan yang ada. Selain itu juga besar rugi tegangan juga
dipengaruhi oleh jenis atau besar beban yang digunakan. Dimana besar rugi
tegangan maksimal untuk instalasi penerangan adalah 2,32%.
Pada data yang kami peroleh ada beberapa data yang menunjukkan
semakin panjang penghantar yang digunakan maka semakin besar rugi
tegangannya.
BAB V
KESIMPULAN
Adapun simpulan yang dapat diambil dari praktikum voltage drop dan
tahanan isolasi adalah :
1. Semakin jauh jarak beban terhadap sumber, maka rugi tegangan juga
akan semakin besar.
2. Semakin besar luas penampang kabel yang digunakan, maka rugi
tegangan semakin kecil.
3. Isolasi kabel yang digunakan telah memenuhi persyaratan PUIL 2000.
4. Besarnya tahanan isolasi yang diukur dapat dipengaruhi oleh jenis
bahan isolasi yang digunakan, ketebalan isolasi, panjang kabel yang
diisolasi dan juga keadaan fisik isolasi tersebut, misalnya terkelupas,
sambungan terbuka.
5. Semakin panjang saluran maka tahanan isolasi pada L-N, L-PE, N-PE
semakin besar tetapi apabila terminal-terminal dihubungkan maka
semakin panjang saluran maka tahanan isolasi semakin kecil
6. Tahanan isolasi pada N-PE > L-N > L-PE
7. Nilai MΏ besar, seharusnya nilai yang dihasilkan harus melebihi 0.5
tetapi pada kenyataannya nilai yang diperoleh berada diatas 0.5 maka
kualitas kabel baik, sehingga boleh dilakukan pertambahan beban
DAFTAR PUSTAKA

Hadi , Abdul. 1994. SISTEM DISTRIBUSI DAYA LISTRIK.jakarta; Erlangga.


SNI 04-0225-2000
Tim revisi PUIL 2000, Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia 2000, LIPI,
Jakarta.
Walkins,J.A.2004,PERHITUNGAN LISTRIK (VOLUME3).Jakarta ;Erlangga
Zuhal.1990.DASAR TENAGA TEKNIK TENAGA LISTRIK DAN
ELECTRONIC DAYA.Jakarta :PT.Gramedia
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai