Anda di halaman 1dari 287

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

Nama : Roy Sam Retraubun

Nim : 2018-11-222

Kelas :E

Jurusan : S1 Teknik Elektro

Tanggal Praktikum : 1. 03 November 2021

2. 10 November 2021

3. 17 November 2021

4. 24 November 2021

Tanggal Presentasi : 01 Desember 2021

Asisten : Fadilah Ayu Aprilia

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK

INSTITUT TEKNOLOGI PLN

JAKARTA

2021
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
MODUL I
DIAGRAM SALURAN TUNGGAL
(SINGLE LINE DIAGRAM)

I. TUJUAN
1. Mempelajari fungsi ETAP dalam sistem tenaga listrik.
2. Dapat memahami cara pengoperasian program software ETAP.
3. Dapat menggambar diagram saluran tunggal sistem tenaga listrik dan setting beberapa
komponennya pada software ETAP.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. 1 unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
III. TEORI MODUL
Setiap komponen Sistem Tenaga Listrik dapat digambarkan dalam worksheet atau ruang kerja
program dengan lambang-lambang tertentu. Spesifikasi masing-masing komponen dapat
disesuaikan keadaan sebenarnya atau kondisi nyata di lapangan. Spesifikasi ini juga dapat
dipilih sesuai data umumnya yang dapat diambil dari library atau data yang ada pada program.
Misalnya, panjang dan ukuran kabel, kapasitas dan rating trafo, kapasitas dan tegangan beban
dan lain-lain. Simbol elemen listrik yang digunakan dalam analisa dengan menggunakan
ETAP pun berbeda

Gambar 1.1 AC Toolbar

Beberapa elemen yang digunakan dalam suatu diagram saluran tunggal adalah :
1. Power Grid merupakan sumber tegangan yang ideal, artinya sumber tegangan yang
mampu mensuplai daya dengan tegangan tetap sekalipun daya yang diserap cukup besar.
Power Grid dapat berupa sebuah generator yang besar, atau sebuah Gardu Induk yang
merupakan bagian dari sebuah sistem tenaga listrik interkoneksi yang cukup besar.

Gambar 1.2 Simbol Power Grid di ETAP

2. Transformator atau trafo adalah sebuah alat untuk menaikkan atau menurunkan tegangan
sistem. Spesifikasi yang pokok pada sebuah trafo adalah:
a. Kapasitas trafo yaitu daya maksimum yang dapat bekerja pada kapasitas trafo terus-
menerus tanpa mengakibatkan kerusakan.
b. Tegangan primer dan sekunder trafo.
c. Impedansi trafo yang merupakan gabungan antara resistansi kawat dan reaktansi
kumparan trafo.
d. Tap trafo yang dapat digunakan untuk mengubah perbandingan antara kumparan
primer dengan kumparan sekunder dari perbandingan semula.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Gambar 1.3 Simbol Transformator di ETAP

3. Busbar atau sering disingkat bus, yaitu tempat penyambungan beberapa komponen sistem
tenaga listrik (saluran transmisi, jaringan distribusi, Power Grid, beban atau generator).
Level tegangan bus disesuaikan dengan level tegangan yang dihubungkan dengan bus
tersebut.

Gambar 1.4 Simbol Busbar di ETAP

4. Beban yaitu peralatan listrik yang memanfaatkan atau menyerap daya dari jaringan. Salah
satu jenis beban sistem tenaga listrik adalah Static load, merupakan beban yang tidak
banyakmengandung motor listrik, sehingga tidak banyak mempengaruhi tegangan sistem
ketika start. Spesifikasi yang pokok pada sebuah beban statis adalah kapasitas daya dan
factor daya atau cos Ɵ.

Gambar 1.5 Simbol beban statis di ETAP

Selain komponen AC yang telah dijelaskan diatas, ETAP juga memiliki berbagai komponen
DC diantaranya : Inverter, DC cable, DC static load, Battery, Variable frequency drive,
Uninterruptible power supply, DC single throw switch, DC circuit breaker, dll. Yang tentunya
memiliki fungsi nya masing-masing dan dapat digunakan sesuai kebutuhan dari one line
diagram.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
IV. LANGKAH PERCOBAAN
Setting ETAP
Standard : IEC
Frequency : 50 Hz Unit
System : Metric
Pemodelan Sistem Tenaga pada ETAP
1. Dengan mengacu pada sistem tenaga listrik yang tergambar pada gambar s/d gambar,
gambarkan model one-line-diagram yang lengkap dari sistem tenaga listrik tersebut pada
software analysis sistem tenaga ETAP
2. Dengan menggunakan data yang ada pada tabel s/d tabel , lengkapi data base dari peralatan
pada sistem tenaga listrik di atas!
3. Analisa data yang dapat langsung digunakan, dan data yang perlu dikonversi lebih lanjut!
Amati asumsi-asumsi yang diperlukan dalam pengisian data.
4. Pada menu bar project, klik information dan standard, lalu isi data seperti di bawah ini:

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
5. Susun rangkaian seperti gambar di bawah ini

Gambar 1.1 Rangkaian Percobaan Membuat Single Line Diagram

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Gambar 1.2 Network2 Gambar 1.4 Cmtr1

Isi rating berdasarkan data yang telah ditentukan asisten :


A. Generator

PLTU Unit I

PLTU Unit II

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
PLTU Unit III

PLTG Unit I

PLTA Unit I

B. Power Grid

C. PV Array
PLTS 1; PLTS 2
Manufacturer : Q CELLS
Model : QQ..BBAASSEE 215-230
Series Panel : 5
Parallel Panel : 4
Irradiance : 919 W/m2

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

D. Inverter
kW : 7.78
V : 0,4
Eff : 90 %
PF : 100 %

E. Transformator

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
F. Static Load

G. Lumped Load

H. Induction Machine (Motor Induksi)

I. Synchronous Motor

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
J. Transmission Line

Conductor Lib : Metric; 50 Hz; AAAC; Pirelli; KRYPTON 158 mm2


Impedance (User-Defined)
SUTET I dan SUTET II

SUTT I, SUTT II, SUTT III, SUTT IV, dan SUTT V

K. Cable

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
V. GAMBAR RANGKAIAN
• Sebelum Running Load Flow

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Sesudah Running Load Flow

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VI. TEORI TAMBAHAN
Diagram Satu Garis

Dengan mengasumsikan bahwa sistem tiga fasa dalam keadaan seimbang,


penyelesaian rangkaian dapat dikerjakan dengan menggunakan rangkaian 1 fasa dengan
sebuah jalur netral sebagai jalan balik. Seringkali dengan diagram semacam itu
disederhanakan dengan mengabaikan jalur netralnya dan menunjukkan bagian-bagian
komponen dengan lambang standar sebagai ganti rangkaian ekuivalennya. Diagram sistem
tenaga listrik secara sederhana ini disebut diagram satu garis (one line diagram). Pembuatan
diagram segaris ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang ringkas dari suatu sistem
tenaga listrik. Lambang peralatan-peralatan yang biasa digunakan untuk membuat diagram
segaris dapat dilihat pada standar yang berlaku.

Keterangan mengenai beberapa sifat yang penting dari suatu sistem akan berbeda-
beda, hal ini tergantung pada masalah yang akan ditinjau sesuai dengan maksud diagram
tersebut dibuat. Misalnya lokasi dari pemutus rangkaian dan rele tidak penting apabila
diagram tersebut digunakan untuk studi aliran daya, keterangan tentang pemutus rangkaian
dan rele akan menjadi sangat penting untuk studi tentang kestabilan suatu sistem tenaga listrik
dalam keadaan peralihan karena adanya gangguan. Untuk menghitung besarnya arus yang
mengalir pada saat terjadi gangguan yang menyebabkan ketidakseimbangan pada sistem tiga
fasa, harus diketahui letak dari titik dimana sistem tersebut dihubungkan dengan tanah.

Pada umumnya titik netral transformator pada sistem transmisi selalu ditanahkan
secara langsung (solidly grounded). Netral generator biasanya ditanahkan melalui resistansi
yang cukup tinggi atau melalui reaktansi induktif yang ditala (tuned) terhadap resonansi
paralel dengan kapasitansi terhadap tanah yang tersebar dalam generator, kumparan
transformator tegangan rendah dan dalam saluran antara generator dengan transformator.
Kumparan semacam ini disebut penetral gangguan tanah (ground fault neutralizer), kumparan
ini juga dapat digunakan pada transformator.

Gambar 1.17, menunjukkan contoh diagram segaris suatu sistem tenaga listrik yang
sederhana.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Diagram Impedansi dan Reaktansi

Untuk mengetahui perilaku sebuah sistem tenaga listrik dalam keadaan berbeban atau
pada saat sistem mengalami gangguan, diagram segaris harus diubah terlebih dahulu menjadi
diagram impedansi yang menunjukkan ekuivalen dari setiap komponen sistem tersebut
dengan berpedoman pada salah satu sisi yang sama pada transformator.

Gambar 1.18 menunjukkan rangkaian ekuivalen dari diagram segaris gambar 1.17.
Pada gambar 1.18, rangkaian ekuivalen untuk sebuah saluran transmisi dinyatakan dengan
rangkaian nominal dimana resistansi dan reaktansi induktif total pada cabang simpangnya.
Rangkaian ekuivalen untuk generator ditunjukkan sebagai sebuah sumber tegangan yang
terhubung seri dengan resistansi dan reaktansi sinkronnya, dimana reaktansi untuk generator
pada saat terjadi gangguan adalah reaktansi sub peralihan (sub transient reactances). Untuk
rangkaian ekuivalen transformator diberikan dalam bentuk resistansi, reaktansi bocor dan
sebuah jalur untuk arus megnetisasi. Pada umumnya admitansi simpangnya diabaikan, karena
arus megnetisasi sangat kecil dibandingkan dengan arus beban penuh. Rangkaian untuk beban
ditunjukkan dengan resistansi dan reaktansi dalam hubunan seri atau paralel. Gambar 1.19,
menunjukkan diagram impedansi dengan mengabaikan admitansi simpangnya.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Dalam penggambaran diagram impedansi, impedansiimpedansi pembatas arus yang
ditunjukkan pada diagram segaris tidak diikutsertakan sebab dalam keadaan yang seimbang
tidak ada arus yang mengalir melalui impedansi-impedansi tersebut dan netral generator
terletak pada potensial yang sama dengan netral pada sistem.

Harga-harga reaktansi yang terdapat pada gambar 1.19 dinyatakan terhadap sisi
tegangan tinggi dari transformator. Karena saluran transmisi berada pada sisi tegangan tinggi,
harga reaktansinya tidak perlu dikoreksi. Demikian juga untuk kedua transformator, reaktansi
bocornya tidak perlu dikoreksi karena data dari diagram satu garis menunjukkan bahwa
reaktansi tersebut dinyatakan terhadap sisi tegangan tinggi. Generator-generator yang terlihat
pada gambar adalah berada pada sisi tegangan rendah dari transformator, sehingga
reaktansireaktansinya harus dikoreksi dan dinyatakan terhadap sisi tegangan tinggi dari
transformator.

SUMBER :
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132296049/pendidikan/OPERASI+SISTEM+TENAG
A+LISTRIK+2D.pdf

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VII. ANALISA

Pada pertemuan minggu pertama dari Praktikum Analisa Sistem Tenaga Listrik, kita
membahas modul 1 yang berjudul Diagram Saluran Tunggal. Sebelum melangkah lebih jauh,
alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu ETAP. ETAP atau Electric Transient
Analysis Program adalah salah satu perangkat atau software yang fungsinya untuk membantu
sistem tenaga listrik. Adapun fungsi dari software ETAP ini ada enam. Pertama, menggambarkan
data-data beban pada jaringan. Kedua, Mensetting atau mengatur data-data beban pada jaringan.
Ketiga, merancang diagram satu garis. Keempat, menganalisis aliran daya. Kelima, menghitung
gangguan hubung singkat. Dan keenam, menganalisis motor starting serta kestabilan transient.
Standar dari ETAP itu ada dua, yakni IEC dan ANSI. IEC atau International Electrotechnical
Commission ini adalah standar dari nilai frekuensi yang digunakan yakni sebesar 50 Hz.
Sementara itu, untuk ANSI atau American National Standards Institute adalah standar dari nilai
frekuensi yang digunakan sebesar 60 Hz. Untuk percobaan kita menggunakan IEC karena di
Indonesia sendiri frekuensi yang digunakan adalah 50 Hz.

Tujuan dari percobaan Diagram Saluran Tunggal ini adalah mempelajari fungsi ETAP
dalam sistem tenaga listrik, Bisa memahami cara penggunaan program pada software ETAP, serta
mampu menggambar diagram saluran tunggal sistem tenaga listrik dan mengatur sejumlah
komponennya dengan menggunakan software ETAP. Yang dimaksud dengan diagram saluran
tunggal atau single line diagram itu adalah sebuah notasi yang sudah disederhanakan untuk sebuah
sistem jaringan tenaga listrik tiga fasa atau kata lainnya diagram satu fasa yang merepresentasikan
tiga fasa. Tujuan digunakannya single line diagram ini adalah untuk mempermudah kita dalam
membuat dan ketika membaca diagram, serta ketika menganalisa rangkaian karena jika kita
menggunakan diagram tiga fasa itu akan lebih rumit. Adapun sejumlah komponen-komponen yang
digunakan dalam software etap ini meliputi komponen AC dan juga komponen DC. Sejumlah
komponen AC yang digunakan adalah Power grid, Transformator, Busbar, dan Beban (Static load,
Motor, dan Lumped Load). Sejumlah komponen-komponen AC yang digunakan diantaranya
adalah Power grid yang merupakan sumber tegangan yang dapat mensuplai daya dengan nilai
tegangan yang tetap meskipun daya yang diserap lumayan besar.

Komponen AC yang kedua adalah Transformator atau trafo yang mana ialah sebuah
peralatan listrik yang fungsinya itu untuk menaikkan ataupun menurunkan tegangan pada sistem
tergantung jenis trafonya apakah step up atau step down, Busbar yang mana ialah tempat
penyambungan/bertemunya sejumlah komponen sistem tenaga listrik, dan beban yang

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
pengertiannya ialah peralatan listrik yang menyerap daya dari jaringan. Beban ini dibedakan
menjadi tiga, yakni beban statis (static load), beban motor (motor load), dan beban gabungan
(lumped load). Pengertian dari beban statis (static load) itu adalah beban yang sedikit mengandung
motor jadi tidak terlalu berpengaruh ke tegangan sistem. Beban Motor (Motor Load) itu adalah
beban yang menyerap daya reaktif. Sedangkan Lumped Load itu adalah gabungan dari beban statis
dan juga beban motor. Adapun komponen DC yang terdapat dalam software ETAP diantaranya
adalah DC circuit breaker, DC static load, baterai, DC cable, serta inverter. Namun saya hanya
dapat menyebutkan saja karena belum mengetahui pengertian dari masing-masing komponen
diatas.

Sistem tenaga listrik terbagi menjadi tiga bagian, yakni pembangkitan, transmisi, dan
distribusi. Pembangkit itu adalah daerah yang mengkonversi energi mekanik dari turbin menjadi
energi listrik. Dengan kata lain pembangkit itu menghasilkan energi listrik yang akan disuplai
sampai kepada beban atau konsumen. Pembangkit itu bisa dikelompokkan menjadi dua yakni
pembangkit skala kecil dan pembangkit skala besar. Untuk pembangkit skala kecil itu contohnya
adalah panel surya atau plts. Untuk pembangkit skala besar itu seperti PLTU, PLTG, PLTMG,
PLTA dan sebagainya. Setelah dari pembangkit, ada namanya transmisi. Transmisi itu adalah
menyalurkan daya dari gardu induk satu ke gardu induk lainnya. Pada transmisi ini, tegangan yang
dihasilkan akan dinaikkan misalnya sebesar 500 kV dengan menggunakan trafo step up. Tujuan
dari dinaikkannya tegangan ini adalah guna mengurangi rugi-rugi pada jaringan karena kalau jarak
dari pembangkit hingga ke suatu daerah beban itu sangat jauh maka harus dinaikkan tegangannya
untuk mengurangi rugi-rugi. Tapi kalau misalnya jarak dari pembangkit ke daerah beban tidak
terlalu jauh, maka tidak perlu dinaikkan tegangannya.

Yang selanjutnya, adalah distribusi. Yang dimaksud dengan jaringan distribusi itu adalah
jaringan yang dipergunakan untuk membawa energi listrik dari sistem transmisi hingga sampai ke
beban atau konsumen. Distribusi juga dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni distribusi primer
dan distribusi sekunder. Distribusi primer ini adalah keluaran dari gardu induk yang tidak masuk
ke trafo. Jadi, nilai tegangannya itu 20 kV. Sementara itu, distribusi sekunder ini adalah keluaran
dari gardu induk yang masuk ke trafo. Jadi, tegangan yang tadinya 20 kV diturunkan menjadi 220
v dengan menggunakan trafo step down untuk disuplai ke rumah-rumah pelanggan atau beban.
Dalam praktikum ini, pada PLTU unit 1 dan unit 2 mode operasi yang digunakan adalah PF
Control. Yang dimaksud dengan generator dengan mode PF control ini adalah generator yang
mengatur keluaran faktor dayanya. Sedangkan untuk PLTU unit 3 mode operasi yang digunakan
adalah Mvar Control. Yang dimaksud dengan Mvar control ini adalah mengatur keluaran daya
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
reaktif dari generator. Untuk mode operasi voltage control ini adalah mengatur tegangan keluaran
dari generator. Sedangkan untuk mode operasi swing ini yang bisa diatur adalah nilai tegangan
dan juga sudutnya karena mode swing ini dia menyesuakan tegangan dengan kebutuhan beban.

Misalkan satu generator mensuplai 3 MW sementara bebannya memerlukan 5 MW jadi


selisihnya masih ada 2 MW. Selisih inilah yang akan disuplai oleh generator dengan mode operasi
swing tersebut. Hal ini hanya berlaku pada kondisi steady state saja. Untuk mode PF control dan
Mvar control biasanya digunakan pada PLTU, PLTG, dan PLTGU. Sedangkan untuk mode
operasi swing biasa digunakan pada PLTA. Beda antara cable dan transmission line adalah kalau
transmission line itu adalah suatu kawat penghantar yang tidak memiliki isolasi sedangkan cable
itu adalah penghantar yang memiliki isolasi. Alasan digunakannya cable pada tegangan 20 kV ke
bawah adalah sebagai faktor pengaman atau keselamatan untuk pelanggan. Dalam rangkaian
modul satu ini terdapat network dan CMTR. Fungsi dari keduanya itu sama yakni sama-sama
untuk menyederhanakan rangkaian. Akan tetapi terdapat sedikit perbedaan, yakni kalau pada
network kita bisa menambahkan semua komponen sedangkan pada CMTR kita hanya bisa
memasukkan beban-beban saja jadi transformator, transmission line, dll tidak bisa digunakan.

Konfigurasi jaringan dibedakan menjadi empat, yakni konfigurasi jaringan radial,


konfigurasi jaringan loop, konfigurasi jaringan spindel, dan konfigurasi jaringan tie line. Untuk
konfigurasi jaringan radial, hanya berupa satu jalur yang terdiri dari banyak cabang ke beban.
Kelebihan dari konfigurasi jaringan radial ini adalah biayanya yang murah sedangkan
kekurangannya adalah jika terjadi gangguan pada suatu titik, maka daerah yang berada setelah titik
gangguan tidak dapat disuplai dan paada ujungnya pasti terjadi drop tegangan. Untuk konfigurasu
jaringan loop, berupa dua buah jaringan radial yang saling terhubung. Kelebihannya adalah apabila
daerah satu mengalami gangguan, maka akan disuplai oleh daerah lain. Kekurangannya adalah
biayanya lebih mahal dari radial dan pada daerah yang menjadi ujung akan mengalami jatuh
tegangan juga.

Untuk konfigurasi spindel, sama seperti loop hanya saja penyulangnya lebih banyak dan
terdapat penyulang langsung (express feeder) yang ditempatkan dalam tanah untuk menghindari
gangguan-gangguan. Kelebihannya adalah apabila salah satu daerah mengalami gangguan akan
langsung di suplai dengan penyulang langsung jadi kualitas tegangannya lebih baik karena
bebannya lebih sedikit. Untuk konfigurasi jaringan tie line, digunakan banyak penyulang untuk
menyuplai satu gardu yang mana tiap penyulangnya tidak terdapat beban. Kelebihannya adalah
kehandalannya tinggi karena satu gardu disuplai oleh banyak penyulang. Kekurangannya adalah

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
biayanya yang paling mahal dibandingkan konfigurasi jaringan yang lain. Konfigurasi jaringan tie
line ini biasa digunakan pada tempat-tempat penting seperti istana presiden, bandara, rumah sakit.
Rangkaian dari modul 1 ini menggunakan konfigurasi radial.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VIII. KESIMPULAN
− Fungsi dari software ETAP ini ada enam. Pertama, menggambarkan data-data beban
pada jaringan. Kedua, Mensetting atau mengatur data-data beban pada jaringan. Ketiga,
merancang diagram satu garis. Keempat, menganalisis aliran daya. Kelima, menghitung
gangguan hubung singkat. Dan keenam, menganalisis motor starting serta kestabilan
transient.

− Yang dimaksud dengan diagram saluran tunggal atau single line diagram itu adalah
sebuah notasi yang sudah disederhanakan untuk sebuah sistem jaringan tenaga listrik
tiga fasa atau kata lainnya diagram satu fasa yang merepresentasikan tiga fasa. Tujuan
digunakannya single line diagram ini adalah untuk mempermudah kita dalam membuat
dan ketika membaca diagram, serta ketika menganalisa rangkaian karena jika kita
menggunakan diagram tiga fasa itu akan lebih rumit.

− Mode PF control ini adalah generator yang mengatur keluaran faktor dayanya. Mode
Mvar control ini adalah mengatur keluaran daya reaktif dari generator. Mode operasi
voltage control ini adalah mengatur tegangan keluaran dari generator. Mode operasi
swing ini yang bisa diatur adalah nilai tegangan dan juga sudutnya karena mode swing
ini dia menyesuakan tegangan dengan kebutuhan beban.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
IX. REPORT

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
X. TUGAS AKHIR
• Sebelum Running Load Flow

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Sesudah Running Load Flow

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XI. PERTANYAAN

1. Pada rangkaian yang anda buat, konfigurasi apa yang anda pakai ? Dan berikan alasan anda
memakai konfigurasi itu !
Jawab : Konfigurasi yang saya gunakan adalah konfigurasi jaringan spindel. Konfigurasi
jaringan radial itu hanya berupa satu jalur yang terdiri dari banyak cabang ke beban.
Kelebihan dari konfigurasi jaringan radial ini adalah biayanya yang murah sedangkan
kekurangannya adalah jika terjadi gangguan pada suatu titik, maka daerah yang berada
setelah titik gangguan tidak dapat disuplai dan paada ujungnya pasti terjadi drop
tegangan. Alasannya adalah lebih mudah dalam menyusunnya dan karena saya belum
paham cara membuat konfigurasi jaringan lainnya.

2. Pada rangkaian yang anda buat, mode generator apa yang dipakai ? Jelaskan definisi mode
operasi generator swing, Voltage control, Mvar control, dan PF control !
Jawab : Mode generator yang digunakan adalah mode PF control dan Mvar control. Mode
operasi swing ini yang bisa diatur adalah nilai tegangan dan juga sudutnya karena
mode swing ini dia menyesuakan tegangan dengan kebutuhan beban. Mode operasi
voltage control ini adalah mengatur tegangan keluaran dari generator. Mode Mvar
control ini adalah mengatur keluaran daya reaktif dari generator. Mode PF control ini
adalah generator yang mengatur keluaran faktor dayanya.

3. Pada rangkaian yang anda buat, jenis saluran apa saja yang anda pakai ? Dan berikan alasan!
Jawab : Saluran yang dipakai adalah SUTET, SUTT, SKUTM, dan SUTR. Alasan
digunakannya SUTET karena jaraknya jauh yakni 90 km agar tidak terjadi rugi-rugi.
SUTT digunakan karena tegangannya 150 kV. SKUTM digunakan karena faktor
keselamatan pelanggan dari tegangan 20 kV. SUTR digunakan karena sudah masuk
distribusi ke perumahan dengan tegangan sebesar 0,4 kV.

4. Jelaskan perbedaan power grid dan generator !


Jawab : Perbedaannya adalah kalau power grid itu terdiri dari beberapa generator ataupun gardu
induk sedangkan generator itu hanya berupa 1 komponen yakni generator itu sendiri.

5. Jelaskan perbedaan Transmission line dan cable !


Jawab : Perbedaannya adalah kalau transmission line itu hanya berupa kawat penghantar tanpa
isolasi sedangkan cable itu mempunyai isolasi.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
MODUL II
ANALISA ALIRAN DAYA
(LOAD FLOW ANALYSIS)

I. TUJUAN

1. Mempelajari konsep dan tujuan analisa aliran daya dalam sistem tenaga listrik.
2. Menganalisa masalah-masalah aliran daya pada sistem tenaga listrik.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN

1. 1 unit PC
2. Software ETA

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
III. TEORI MODUL

Analisis aliran daya merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui kondisi
sistem tenaga listrik, apakah masih dalam keadaaan aman atau tidak, sehingga sangat
dibutuhkan dalam perencanaan sistem untuk masa yang akan datang dan merupakan bahan
evaluasi terhadap sistem yang ada. Hasil perhitungan aliran daya digunakan juga sebagai data
awal untuk analisis gangguan sistem, analisis stabilitas sistem. Studi aliran daya juga
memberikan informasi mengenai beban saluran transmisi di sistem, tegangan di setiap lokasi
evaluasi regulasi kinerja sistem tenaga listrik dan bertujuan untuk menentukan besarnya daya
nyata (real power), daya reaktif (reactive power) di berbagai titik pada sistem daya yang dalam
keadaan berlangsung atau diharapkan untuk operasi normal. Perencanaan, pendesainan dan
pengoperasian sistem tenaga membutuhkan perhitungan-perhitungan tersebut untuk
menganalisis performansi sistem pada kondisi mantap pada berbagai macam kondisi operasi.

Pada praktikum ini, solusi analisis aliran daya diperoleh dengan menggunakan
program komputer khusus untuk keperluan ini (pada praktikum ini digunakan ETAP, untuk
mengerti detail formula perhitungan aliran daya, praktikan disarankan untuk membaca buku
teks mengenai analisis sistem tenaga). Permasalahan mendasar yang dipecahkan dengan studi
aliran daya ini adalah menemukan aliran daya pada setiap saluran dan trasformator di jaringan,
serta besar tegangan dan sudut phasa pada setiap busbar di jaringan, setelah data konsumsi
daya pada titik-titik beban dan produksi daya pada sisi generator diketahui.
Secara umum tujuan analisa aliran daya adalah:
1. Untuk memeriksa tegangan dan sudut fasa masing-masing bus.
2. Untuk memeriksa kemampuan semua peralatan yang ada dalam sistem apakah cukup
besar untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
3. Untuk memperoleh kondisi awal bagi studi-studi selanjutnya, yakni studi hubung singkat,
studi rugi-rugi transmisi, studi analisa aliran daya harmonisa dan studi stabilitas.

Bus terdiri dari 3 jenis dan diklasifikasikan sebagai:


1. Bus PQ (bus beban) – Umumnya, dalam bus PQ, daya nyata dan daya reaktif yang
dibangkitkan akan dianggap nol. Namun, daya akan mengalir keluar, dengan demikian,
daya nyata dan daya reaktif akan menjadi negatif. The Beban Bus akan digunakan untuk
menemukan tegangan bus dan sudut.
2. Bus PV (Bus generator/pembangkit) – Daya dan tegangan sebenarnya ditentukan untuk
bus yang merupakan generator. Bus-bus ini memiliki pembangkit listrik yang konstan,

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
dikendalikan melalui penggerak utama, dan tegangan bus yang konstan.
3. Slack bus (Bus referensi atau Bus Swing) – bus ini untuk menyeimbangkan daya aktif dan
reaktif dalam sistem. Hal ini juga dikenal sebagai Bus Referensi atau Bus Swing . Bus
slack akan berfungsi sebagai referensi sudut untuk semua bus lain dalam sistem, yang
diatur ke 0°. Besarnya tegangan juga diasumsikan 1 p.u. pada slack bus.

Bus slack menyediakan atau menyerap daya aktif dan reaktif ke dan dari saluran
transmisi untuk menyediakan kerugian, karena variabel ini tidak diketahui sampai solusi akhir
ditetapkan. Bus slack adalah satu-satunya bus yang sudut fasa referensi sistemnya ditentukan.
Dari sini, berbagai perbedaan sudut dapat dihitung dalam persamaan aliran daya. Jika bus
slack tidak ditentukan, maka bus generator dengan daya nyata maksimum |P| bertindak
sebagai bus kendur. Skema yang diberikan dapat melibatkan lebih dari satu slack bus.

Pada tiap-tiap bus terdapat 4 Variabel besaran, yaitu :


1. Daya real atau daya aktif |P|
2. Daya reaktif |Q|
3. tegangan |V|
4. Sudut fasa |δ|

Tabel Besaran Yang Diketahui dan Dihitung Pada Bus

Studi analisa aliran daya meliputi tiga langkah besar berikut :


1. Pemodelan komponen sistem tenaga dan jaringan
2. Pembuatan persamaan aliran daya
3. Memecahkan persamaan aliran beban menggunakan teknik numerik

Untuk melakukan kalkulasi aliran daya, terdapat 3 metode yang biasa digunakan:
1. Sistem Gauss-Seidel– Seidel Method
Sistem Gauss-Seidel adalah salah satu jenis analisis yang paling umum. Keunggulan dari
sistem ini adalah kesederhanaannya dalam pengoperasian, daya komputasi yang
diperlukan terbatas, dan waktu penyelesaian yang lebih sedikit. Namun, tingkat

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
konvergensinya yang lambat menghasilkan banyak iterasi. Jumlah bus yang lebih banyak
meningkatkan iterasi ini.

2. Metode Newton–Raphson
Metode Newton-Raphson adalah metode yang lebih canggih, menggunakan konvergensi
kuadrat, dan dapat digunakan untuk situasi yang lebih kompleks. Metode ini
membutuhkan lebih sedikit iterasi untuk mencapai konvergensi, dan oleh karena itu juga
membutuhkan lebih sedikit waktu komputer. Ini juga lebih akurat karena kurang sensitif
terhadap faktor-faktor rumit seperti pemilihan bus kendur atau transformator regulasi.
Salah satu kelemahannya adalah pemrograman bisa jadi rumit dan membutuhkan memori
komputer yang besar.

Metode Newton-Raphson dikembangkan dari Deret Taylor dengan mengabaikan


derivative pertama fungsi dengan satu variabel dari persamaan Deret Taylor berikut ini
[2].

Jika :

Maka Persamaan 2 menjadi [2]

Untuk I, k = 1, 2, 3, ... , n
G = Konduktansi
B = Suseptansi
Y = Admitansi
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Daya pada bus ke-i adalah [2]:

Untuk I, k = 1, 2, 3, …, n
Besaran per unit (p.u) didefinisikan sebagai perbandingan harga yang sebenarnya dengan
harga dasar ( Base value )

3. Fast Decoupled Method


Keuntungan utama dari metode ini adalah menggunakan lebih sedikit memori komputer.
Kecepatan kalkulasi 5x lebih cepat daripada metode Newton – Raphson, menjadikannya
pilihan populer untuk manajemen jaringan listrik secara real-time. Namun, ini bisa
menjadi kurang akurat karena asumsi digunakan untuk mendapatkan penghitungan cepat.
Karena lebih sulit untuk mengubah program komputer ini untuk mencari masalah lain
seperti keamanan atau aliran sistem daya, cakupannya menjadi terbatas.

Adanya drop voltage maka akan mempengaruhi besar daya yang diterima dan terjadi rugi-
rugi daya (Plooses) yang dirumuskan dengan
Plooses = I2.R
Dimana :
Plooses = Rugi-rugi daya (W)
I = Arus (A)
R = Hambatan (Ohm)

Qlooses = I2.X
Dimana :
Qlooses = Rugi-rugi daya (W)
I = Arus (A)
X = Reaktansi (Ohm)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
IV. LANGKAH PERCOBAAN

1. Gambarkan model one line diagram lanjutan dari modul 1

Gambar 2.1 OLV1 (Sebelum Diberi Gangguan)

2. Klik menu , kemudian klik study case akan tampil seperti dibawah ini: klik alert.
untuk mensetting batas kritis dan marginal system sesuai standard. Pada critical
undervoltage diganti standardnya menjadi 90% dan marginal undervoltage menjadi 95%.

3. Running Load Flow dan amati warna bus :


• Jika bus berwarna merah artinya level tegangan dalam kondisi kritis.
• Jika bus berwarna pink artinya level tegangan dalam kondisi marginal

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Jika bus berwarna hitam artinya level tegangan sesuai standard

4. Catat datanya pada table data pengamatan

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
V. GAMBAR RANGKAIAN

• Sebelum Running Load Flow

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Sesudah Running Load Flow dengan menampilkan KW & KVAR

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VI. TEORI TAMBAHAN

Studi Aliran Daya


Pada bagian ini akan dipaparkan penjelasan mengenai studi aliran daya dengan cara
prnurunan rumus dari suatu model matematis dan fisik sistem tenaga listrik seperti pada
gambar 2.2. Sebagai permulaan, akan dijelaskan terkebih dahulku istilah-istilah yang
menggambarkan kondisi tiap bus:
1. Ground bus : secara umum adalah bus yang terhubung ke tanah.
2. slackbus : Bus sistem yang tidak terhubung ke tanah. Pada bus ini diketahui nilai dari
tegangan real dan imajinernya (dalam gambar di atas adalah bus 1).
3. P-Q bus : Bus yang hanya diketahui nilai daya aktif dan reaktifnya saja (dalam gambar dia
atas adalah bus 3).
4. P-V bus : Pada bus ini nilai yang diketahui adalah nilai daya reaktif dan besar tegangannya
saja (dalam gambar di atas adalah bus 2).

Pada analisis studi aliran daya, nilai yang dibutuhkan adalah nilai Y bus matriks,
pembebanan terjadwal dan pembangkitan terjadwal. Sedangkan nilai yang dicapai adalah nilai
tegangan bus yang belum diketahui dan aliran daya pada tiap saluran. Atau lebih jelasnya, tiap
bus yang ada digambarkan dengan parameter yakni P,Q, Ereal,dan Eimajiner . Dua parameter
tersebut diketahui, sedangkan parameter yang lain harus dicari.

Generator dan beban yang ada sering diasumsikan sebagai sumber dan beban tegangan
3 fase seimbang. Dengan demikian aliran daya sistem 3 fase tersebut dapat dimodelkan
dengan aliran daya sistem 1 fase.

Aplikasi utama studi aliran daya pada perencanaan sistem tenaga listrik multimesin
dalah untuk mengetahui apakah desain yang dilakukan terhadap sistem memungkinkan sistem
untuk berkembang lebih lanjut (dikaitkan dengan tegangan yang ada) atau tidak. Sedangkan
aplikasi pada bagian operasi diperlukan terutama untuk mengatasi masalah optimisasi sistem
dan kestabilan sistem.

Model Sistem Untuk Aliran Daya

Dengan memperhatikan gambar 2.2 akan paparkan variabel-variabel dan parameter-


parameter yang berhubungan dengan bus p dan bus q dinyatakan dengan notasi sebagai
berikut:

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Tegangan bus
Dalam bentuk polar

Dalam bentuk rectanguler

Admitansi bus
Dalam bentuk polar

Dalam bentuk rectanguler

Daya kompleks

Apabila indeks urutan menggunakan i dan indeks jenis bus G untuk pembangkit dan L untuk
beban, maka:

Arus bus:

Elemen-elemen dari matriks I bus adalah arus yang mengalir pada simpul jaringan
dimana unit sumber adalah tegangan antara simpul dengan referensi. Dari persamaan ( ) dan
( ) untuk sistem n bus, diperoleh:

Dari persamaan ( ) didapat:

Bentuk persamaan daya

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Dalam bentuk persamaan koordinat polar

Sehingga :

Penggunaan Metoda Newton Raphson dalam studi aliran daya


Persamaan ( ) dan ( ) adalah tidak linear dan diperlukan untuk memecahkan 2(n-1)
persamaan yang mengandung |Vi|, δi , Pi , dan Qi pada masing-masing bus i untuk solusi
aliran daya. Khusus untuk slackbus, daya netto pada bus ini dihitung setelah semua variabel
|Vi | dan δi diketahui. Disamping itu dapat dihitung daya pembangkitan daya aktif pada
slackbus setelah losses semua saluran pada sistem tenaga listrik dihitung.

Persamaan ( ) dan ( ) menghasilkan satu himpunan persamaan non linear simultan.


Setiap bus mempunyai persamaan non linear dua buah. Pada bus beban, daya aktif dan daya
reaktif (P dan Q) diketahui kemudian dicari besar tegangan dan sudut fasenya (V dan δ ). Pada
bus pembangkit, daya aktif dan besar tegangan (P dan |V|) diketahui, kemudian dicari sudut
fase (δ). Setelah proses perhitungan selesai.,dicari daya aktif pada bus pembangkit . Pada
slackbus, besar tegangan dan sudut fase tertentu dan tetap.

Dalam tulisan ini akan ditinjau metode Newton Raphson yang merupakan salah satu
metoda yang digunakan dalam memecahkan persamaan non linear simultan. Ide dasar dari
metoda ini adalah penggunaan deret Taylor untuk reformulasi suatu fungsi non linear dengan
dua variabel.

SUMBER :

https://www.scribd.com/doc/116535656/Studi-Aliran-Daya
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VII.DATA PENGAMATAN

Tabel 2.1 Analisa Aliran Daya pada Bus dengan Metode Newton Rhapson
Adaptive Newton Raphson
No. Bus Precision = 0,0001
kV Angle (°) Mag (%)
1 GI KIT IA 13,8 0,3 100,255
2 GITET 500 0 100
3 GI I 150 -1,4 98,418
4 GI III 150 -1,5 98,275
5 BUS BEBAN IX 0,4 -5,5 86,479

Jumlah Iterasi =3
Losses = 0,079 MW , -0,614 Mvar

Tabel 2.2

Busbar (MW) (Mvar) (kA) (kV)


GI KIT IIA - GI KIT II 0,3 0,13 0,0137 13,8
GI I - GI IA 0,252 0,133 0,0011 150
GD IA - BUS BEBAN I 0,248 0,125 0,4182 0,4
GI III - GI IIIA 0,316 0,203 0,0015 150
GI IIIA - BUS BEBAN III 0,205 0,177 0,008 20

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VIII. PENGOLAHAN DATA

Rugi-rugi saluran distribusi di SKUTM V dan SUTR V


• SKUTM V
Diket : I = 10,8 A X = 0,089 Ω
R = 0,064 Ω l = 10 km
Ditanya : Plosses & Qlosses
Dijawab : Plosses = 3. I2. R . l
Plosses = 3. (10,8 A)2. 0,064 Ω . 10 km
Plosses = 232,9488 W = 0,23294 kW

Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (10,8 A)2. 0,089 Ω . 10 km
Qlosses = 311,428 var = 0,3114 kvar

• SUTR V
Diket : I = 578,2 A X = 0,071 Ω
R = 0,064 Ω l = 0,25 km
Ditanya : Plosses & Qlosses
Dijawab : Plosses = 3. I2. R . l
Plosses = 3. (578,2 A)2. 0,064 Ω . 0,25 km
Plosses = 16047,131 = 16,047 kW

Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (578,2 A)2. 0,071 Ω. 0,25 km
Qlosses = 17802,286 var = 17,802 kvar

Jatuh tegangan di SKUTM V dan SUTR V


• SKUTM V
Diket :I = 10,8 A l = 10 km
R = 0,064 Ω X = 0,089 Ω
𝑄 193,6 𝑘𝑣𝑎𝑟
Cos ɵ = 0,8498 Sin ɵ = 𝑆 = = 0,976
198,3 𝑘𝑣𝑎

Ditanya : Vd
Dijawab : Vd = √3 . I . (R cos ɵ + X sin ɵ) . l

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Vd = √3 . 10,8 . ((0,064 . 0,8498) + (0,089 . 0,976)) . 10
Vd = 26,422 KVVD

• SUTR V
Diket :I = 578,2 A l = 0,25 km
R = 0,064 Ω X = 0,071 Ω
𝑄 13,4 𝑘𝑣𝑎𝑟
Cos ɵ = 0,9994 Sin ɵ = 𝑆 = = 0,033
402 𝑘𝑣𝑎

Ditanya : Vd
Dijawab : Vd = √3 . I . (R cos ɵ + X sin ɵ) . l
Vd = √3 . 578,2 . ((0,064 . 0,9994) + (0,071 . 0,033)) . 10
Vd = 664,021 KVVD

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
IX. ANALISA

Pada pertemuan minggu kedua dari praktikum analisa sistem tenaga listrik, kita
mempelajari mengenai modul 2 yang mempunyai judul Analisis aliran daya atau load flow
analysis. Tujuan dari dilakukan percobaan modul dua ini ada dua yakni mengetahui konsep serta
tujuan dari analisa aliran daya dalam sistem tenaga listrik, serta mampu menganalisa masalah-
masalah aliran daya yang terjadi pada sistem tenaga listrik. Yang dimaksud dengan analisis aliran
daya itu merupakan analisis yang dipakai supaya mengetahui apakah sistem tenaga listrik berada
dalam kondisi baik atau tidak. Tujuan tersendiri dari dilakukannya analisis aliran daya ini ada tiga,
yakni untuk memeriksa serta melihat tegangan serta sudut fasa dari tiap-tiap bus, agar memeriksa
dan melihat kemampuan dari peralatan-peralatan yang ada pada sistem tenaga listrik apakah
mampu mendistribusikan daya sesuai keinginan, serta agar mendapatkan kondisi awal untuk studi
berikutnya baik itu studi hubung singkat, rugi-rugi transmisi, aliran daya harmonisa dan stabilitas.

Analisis aliran daya yang dianalisis disini adalah Daya aktif (P ; satuannya Watt), Daya
reaktif (Q ; satuannya VAR), Daya semu (S ; satuannya VA), Tegangan (V), Arus (I ; satuannya
ampere), Sudut fasa (δ ; satuannya º), Magnitude, dan faktor daya (cos ɵ). Besaran-besaran diatas
ini akan dilihat apakah sesuai dengan standart dari PLN atau tidak. Selain bisa menganalisis aliran
daya, kita juga dapat menganalisis susut daya. Yang dimaksud dengan susut daya ini ialah
kurangnya pasokan daya dari sisi pembangkitan hingga ke sisi beban. Contohnya rating lampu
tertulis 5 watt tapi saat dipasang lampu ini hanya menyerap 4,5 watt. Ini yang dinamakan susut
daya. Susut daya ini disebabkan oleh impedansi yang ada pada komponen-komponen sistem
tenaga listrik seperti generator, transformator, dan saluran tansmisi yang terdapat resistansi.
Impedansi inilah yang nantinya menyerap daya sehingga terjadi losses yang mengakibatkan daya
yang diserap pada sisi beban itu dibawah dari yang seharusnya.

Dampak buruk dari susut daya ini pada sisi beban adalah lampu di rumah bisa saja tiba-
tiba redup. Rumus dari rugi-rugi daya aktif ini adalah Plooses = I2 × R dan untuk rugi-rugi daya
reaktif rumusnya adalah Qlooses = I2 × X. Kalau pada rangkaian modul milik saya, contohnya itu
ada pada lump 1 dimana rating dari lump 1 ini adalah 230 kVA tetapi yang diserap oleh lump 1
ini hanya 223,6 kVA. Hal ini disebabkan oleh susut daya semu. Untuk susut daya aktif contohnya
masih sama pada lumped load 1, dimana kalau dilihat pada nameplate rating tegangannya 195,5
kW tapi yang diserap nyatanya hanya 190,1 kW jadi terjadi selisih sebesar 5,4 kW. Nah 5,4 kW
inilah yang diserap oleh generator, trafo, dan saluran transmisi. Tegangan yang ada pada saluran
transmisi harus dinaikkan guna mengurangi rugi-rugi. Hal ini juga bisa dibuktikan dengan rumus

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
2
dimana rumus rugi-rugi daya adalah Plooses = I × R, untuk rumus daya semu S = V × I atau 𝐼 =
S S
. Maka bisa disubtitusikan menjadi 𝑃𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒𝑠 = (V)2 × 𝑅.
V

Jadi, bisa dilihat dari persamaan disamping bahwa apabila tegangannya dinaikkan, maka
rugi-ruginya akan semakin turun. Kita akan membuktikkan sesuai rumus bahwa jika nilai
resistansi pada SUTR I dinaikkan apakah susut dayanya makin besar atau makin kecil. Caranya
adalah buka menu impedance pada SUTR 1 lalu ubah nilai R yang sebelumnya bernilai 0,064
menjadi 0,1 maka didapatkan nilai daya yang diserap lump 1 ini berkurang menjadi 189,2 kW.
Berarti terbukti bahwa semakin besar resistansi maka akan semakin besar juga susut daya aktif-
nya. Pada sistem tenaga listrik, diwajibkan terdapat satu pembangkit yang bermode swing. Contoh
mode swing dari rangkaian modul ini adalah jaringan transmisi TET. Mode swing ini adalah mode
pembangkit dimana pembangkit atau generator tersebut menyesuaikan dengan keperluan beban
atau bisa dibilang untuk memikul beban puncak. Apabila tidak ada pembangkit mode swing dalam
rangkaian maka rangkaian tersebut akan error atau tidak bisa dirunning.

Ramp rate itu merupakan berapa daya yang disuplai per menit. Pembangkit yang ramp
ratenya rendah (1 mw/menit) itu seperti PLTU dan PLTP. Sedangkan untuk pembangkit yang ramp
rate-nya tinggi (10 mw/menit) contohnya adalah PLTA dan PLTG. PLTA memiliki respon
menanggapi frekuensinya cepat berbeda dengan PLTU yang lambat. Untuk notasi positif (+)
berarti saluran tersebut menyerap daya dan apabila notasi negatif (-) maka alih-alih saluran
tersebut menyerap malah menyuplai ke sistem. Pada saluran sutet 1, kita memasukkan nilai Y yang
mana nilai y ini merupakan admitansi. Admitansi ini yag membuat saluran transmisi menyuplai
1 1 1 1
daya reaktif. Hal ini bisa dibuktikan dengan rumus dimana γ = 𝑍 = 𝑅+𝑗(𝑋𝑙−𝑋𝑐) = 𝑗𝑋𝑐 = 1 bisa
𝑗
2𝜋𝑓𝑐

disederhanakan lagi menjadi γ = 2πfc. Jadi apabila admitansinya semakin besar, maka kapasitansi
pada transmisi juga semakin besar atau bisa dikatakan berbanding lurus keduannya. Ada sejumlah
gejala yang sering terjadi pada saluran transmisi, yakni skin effect, corona effect, dan capacitance
effect.

Yang dimaksud dengan skin effect atau efek kulit ini adalah fenomena dimana
kecenderungan elektron yang ada pada saluran untuk mengalir pada ujung-ujung saluran. Yang
dimaksud dengan corona effect adalah munculnya suara desis yang diikuti dengan percikan
elektronnya. Yang dimaksud dengan capacitance effect ini adalah pada saluran transmisi dianggap
adaa kapasitor maka ada beban kapasitif sehingga menyuplai daya reaktif. Atau bisa dibilang yang
dianggap kapasitor ini adalah penghantar/kabel yang sebagai plat kapasitor sisi bertegangan dan

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
tanah yang merupakan sisi tidak bertegangan serta diantaranya terdapat celah yang dianggap
sebagai capacitor bank yang dianggap terhubung secara dan seolah-olah menyuplai daya reaktif
ke beban. Inilah yang disebut capacitance effect. Maksud dari tanda panah bawah dengan notasi
(+) pada pembangkit artinya pembangkit tersebut menyuplai dan jika tanda panah dengan notasi
min (-) berarti menyerap.

Sedangkan pada sisi beban, justru berbanding terbalik dengan sisibeban. Dimana apabila
tanda panah kebawah dengan notasi plus (+) artinya beban tersebut menyerap dan apabila tanda
panah kebawah dengan notasi min (-) maka artinya beban tersebut menyuplai. Pada modul 2 ini
kita belum melakukan pemasangan capasitor. Itu nanti dipasang pada sub modul 2. Mmetode yang
digunakan untuk menganalisis aliran daya pada modul 2 ini adalah newton raphson method dimana
etode ini memakai konvergensi kuadrat sehingga bisa digunakan buat situasi yang lebih kompleks.
Kelebihannya metode ini adalah memerlukan lebih sedikit iterasi supaya bisa mencapai
konvergensi sehingga membutuhkan waktu yang cepat. Kelemahannya itu pemrogrammannya
rumit seta diperlukan memori yang cukup besar. Dari data pengamatan, apabila angle nya berniai
sama dengan 0 maka artinya nilai tegangan nominal sama dengan nilai tegangan eksisting.
Contohnya GI KIT IA dan GITET.

Apabila anglenya bernilai negatif, maka artinya tegangan eksisting kurang dari nilai
tegangan nominalnya sehingga terjadi jatuh tegangan. Contohnya ada pada GI I, GI III, dan Bus
beban IX. Apabila anglenya bernilai positif, maka artinya nilai tegangan eksisting lebih besar dari
nilai tegangan nominalnya sehingga terjadi overvoltage. Untuk magnitude kurang lebih sama
seperti angle yakni perbandingan antara tegangan eksisting dengan tegangan nominal hanya saja
dalam bentuk presentase atau persen. Apabila magnitudenya bernilai lebih dari 100%, maka
artinya nilai tegangan eksisting lebih besar dari nilai tegangan nominalnya sehingga terjadi
overvoltage. Contohnya pada GI KIT IA. Apabila magnitudenya bernilai sama dengan 100%,
maka artinya nilai tegangan eksisting sama dengan nilai tegangan nominalnya sehingga normal.
Contohnya pada GITET. Apabila magnitudenya bernilai kurang dari 100%, maka artinya nilai
tegangan eksisting kurang dari nilai tegangan nominalnya sehingga terjadi undervoltage.
Contohnya pada GI I, GI III, dan Bus beban IX. Untuk lossesya, daya aktif itu 0,079 yang berarti
menyerap dan untuk daya reaktif bernilai -0,603 MVar yang berarti menyuplai daya reaktif.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
X. KESIMPULAN

− Yang dimaksud dengan susut daya ini ialah kurangnya pasokan daya dari sisi
pembangkitan hingga ke sisi beban. Contohnya rating lampu tertulis 5 watt tapi saat
dipasang lampu ini hanya menyerap 4,5 watt. Ini yang dinamakan susut daya. Susut daya
ini disebabkan oleh impedansi yang ada pada komponen-komponen sistem tenaga listrik
seperti generator, transformator, dan saluran tansmisi yang terdapat resistansi. Impedansi
inilah yang nantinya menyerap daya sehingga terjadi losses yang mengakibatkan daya yang
diserap pada sisi beban itu dibawah dari yang seharusnya. Dampak buruk dari susut daya
ini pada sisi beban adalah lampu di rumah bisa saja tiba-tiba redup.

− Admitansi ini yag membuat saluran transmisi menyuplai daya reaktif. Hal ini bisa
1 1 1 1
dibuktikan dengan rumus dimana γ = 𝑍 = 𝑅+𝑗(𝑋𝑙−𝑋𝑐) = 𝑗𝑋𝑐 = 1 bisa disederhanakan
𝑗
2𝜋𝑓𝑐

lagi menjadi γ = 2πfc. Jadi apabila admitansinya semakin besar, maka kapasitansi pada
transmisi juga semakin besar atau bisa dikatakan berbanding lurus keduannya.

− Apabila anglenya bernilai negatif, maka artinya tegangan eksisting kurang dari nilai
tegangan nominalnya sehingga terjadi jatuh tegangan. Contohnya ada pada GI I, GI III, dan
Bus beban IX. Apabila anglenya bernilai positif, maka artinya nilai tegangan eksisting lebih
besar dari nilai tegangan nominalnya sehingga terjadi overvoltage. Untuk magnitude
kurang lebih sama seperti angle yakni perbandingan antara tegangan eksisting dengan
tegangan nominal hanya saja dalam bentuk presentase atau persen.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XI. REPORT

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XII.TUGAS AKHIR

• Sebelum Running Load Flow

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Sesudah Running Load Flow dengan menampilkan KW & KVAR

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XIII. PERTANYAAN

1. Jelaskan analisis aliran daya pada bus pembangkit pada GI KIT IA hingga GI KIT I, beserta
penjelasan arah panahnya !
Jawab :
Jadi, maksud dari tanda panah bawah pada pembangkit itu adalah kedua pembangkit tersebut
menyuplai daya ke GI KIT IA masing-masing sebesar 400 kW dan dari GI KIT IA
mengirimkan daya sebesar 800 kW lalu masuk ke trafo dimana tegangannya dinaikkan untuk
sistem transmisi guna mengurangi rugi-rugi, maka daya yang diterima oleh GI KIT I menjadi
1797 kW karena sudah dijumlahkan dengan daya dari GI KIT B sebesar 1000 kW. Daya 1797
kW ini yang disuplai ke GITET.

2. Mengapa dalam suatu sistem tenaga listrik harus memiliki pembangkit mode swing ? Jelaskan!
Jawab :
Pada sistem tenaga listrik, diwajibkan terdapat satu pembangkit yang bermode swing. Contoh
mode swing dari rangkaian modul ini adalah jaringan transmisi TET. Mode swing ini adalah
mode pembangkit dimana pembangkit atau generator tersebut menyesuaikan dengan keperluan
beban atau bisa dibilang untuk memikul beban puncak. Apabila tidak ada pembangkit mode
swing dalam rangkaian maka rangkaian tersebut akan error atau tidak bisa dirunning.

3. Hitunglah rugi-rugi saluran distribusi di SKUTM V dan SUTR V!


Jawab :
• SKUTM V
Diket : I = 10,8 A X = 0,089 Ω
R = 0,064 Ω l = 10 km
Ditanya : Plosses & Qlosses
Dijawab : Plosses = 3. I2. R . l
Plosses = 3. (10,8 A)2. 0,064 Ω . 10 km
Plosses = 232,9488 W = 0,23294 kW

Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (10,8 A)2. 0,089 Ω . 10 km
Qlosses = 311,428 var = 0,3114 kvar

• SUTR V
Diket : I = 578,2 A X = 0,071 Ω
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
R = 0,064 Ω l = 0,25 km
Ditanya : Plosses & Qlosses
Dijawab : Plosses = 3. I2. R . l
Plosses = 3. (578,2 A)2. 0,064 Ω . 0,25 km
Plosses = 16047,131 W = 16,047 kW

Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (578,2 A)2. 0,071 Ω. 0,25 km
Qlosses = 17802,286 var = 17,802 kvar

4. Hitunglah jatuh tegangan saluran distribusi di SKUTM V dan SUTR V!


Jawab :
• SKUTM V
Diket :I = 10,8 A l = 10 km
R = 0,064 Ω X = 0,089 Ω
𝑄 193,6 𝑘𝑣𝑎𝑟
Cos ɵ = 0,8498 Sin ɵ = 𝑆 = = 0,976
198,3 𝑘𝑣𝑎

Ditanya : Vd
Dijawab : Vd = √3 . I . (R cos ɵ + X sin ɵ) . l
Vd = √3 . 10,8 . ((0,064 . 0,8498) + (0,089 . 0,976)) . 10
Vd = 26,422 KVVD

• SUTR V
Diket :I = 578,2 A l = 0,25 km
R = 0,064 Ω X = 0,071 Ω
𝑄 13,4 𝑘𝑣𝑎𝑟
Cos ɵ = 0,9994 Sin ɵ = 𝑆 = = 0,033
402 𝑘𝑣𝑎

Ditanya : Vd
Dijawab : Vd = √3 . I . (R cos ɵ + X sin ɵ) . l
Vd = √3 . 578,2 . ((0,064 . 0,9994) + (0,071 . 0,033)) . 10
Vd = 664,021 KVVD

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
SUB MODUL 2
ANALISA ALIRAN DAYA LANJUT
(ADVANCED LOAD FLOW ANALYSIS)

I. TUJUAN

1. Menganalisa sistem transmisi dan distribusi yang terjadi jatuh tegangan di bawah standar.
2. Memperbaiki jatuh tegangan dengan melakukan tap changer pada transfomator.
3. Memperbaiki jatuh tegangan dengan pemasangan kapasitor bank.
4. Menganalisa sistem tenaga listrik yang memiliki faktor daya di bawah standar.
5. Memperbaiki faktor daya dengan pemasangan kapasitor.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN

1. 1 unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
III. TEORI MODUL

1.1 PEMASANGAN TAP CHANGER DAN CAPACITOR UNTUK PERBAIKAN


TEGANGAN
Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan
tegangan operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari tegangan jaringan / primer
yang berubah-ubah. Untuk memenuhi kualitas tegangan pelayanan sesuai kebutuhan
konsumen (PLN Distribusi), tegangan keluaran (sekunder) transformator harus dapat
dirubah sesuai keinginan. Untuk memenuhi hal tersebut, maka pada salah satu atau pada
kedua sisi belitan transformator dibuat tap (penyadap) untuk merubah perbandingan
transformasi (rasio) trafo. Ada dua cara mengubah Tap Changer yaitu :
1. Mengubah tap dalam keadaan trafo tanpa beban. Tap changer yang hanya bisa
beroperasi untuk memindahkan tap transformator dalam keadaan transformator tidak
berbeban, disebut “Off Load Tap Changer” dan hanya dapat dioperasikan manual.
Biasanya dioperasikan dengan cara diputar untuk memilih posisi tap pada trafo (
tombol pengaturnya dibagian atas deksel trafo, diantara Bushing Primer dan sekunder.
2. mengubah tap dalam keadaan trafo berbeban. Tap changer yang dapat beroperasi
untuk memindahkan tap transformator, dalam keadaan transformator berbeban,
disebut “On Load Tap Changer (OLTC)” dan dapat dioperasikan secara manual atau
otomatis.

Transformator yang terpasang di gardu induk pada umumnya menggunakan tap changer
yang dapat dioperasikan dalam keadaan trafo berbeban dan dipasang di sisi primer.
Sedangkan transformator penaik tegangan di pembangkit atau pada trafo kapasitas kecil,
umumnya menggunakan tap changer yang dioperasikan hanya pada saat trafo tenaga
tanpa beban. OLTC terdiri dari:
1. Selector Switch
2. Diverter Switch
3. Transisi Resistor

KAPASITOR BANK
Capasitor Bank merupakan peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif yang terdiri
sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara parallel untuk mendapatkan
kapasitas kapasitif tertentu. Besaran parameter yang sering dipakai adalah KVAR
(Kilovolt ampere reaktif). Secara umum fungsi kapasitor pada sistem tenaga adalah :

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
a. Menyuplai daya reaktif sehingga memaksimalkan penggunaan daya kompleks
(KVA)
b. Memperbaiki power faktor
c. Mengurangi jatuh tegangan
d. Menghindari kelebihan beban trafo
e. Memberi tambahan daya tersedia
f. Menghindari kenaikan arus dan suhu pada kabel
g. Menghemat daya / efisiensi

Selain dapat memperbaiki nilai tegangan, pengaturan tegangan dengan


menggunakan kapasitor bank juga dapat meningkatkan nilai faktor daya. Sebab dengan
memasang kapasitor bank, akan dapat mengurangi penyerapan daya reaktif oleh beban.
Pengurangan penyerapan daya reaktif oleh beban pada sistem, akan dapat meningkatkan
nilai faktor daya. Kapasitor bank memberikan manfaat yang besar untuk kinerja sistem
distribusi. Dimana kapasitor bank dapat mengurangi losses, memperbesar kapasitas
layanan dan mengurangi drop tegangan. Dengan kata lain, Kapasitor Bank merupakan
komponen yang berfungsi untuk menghasilkan daya reaktif untuk mengkompensasi
kebutuhan daya reaktif pada beban.

Permasalahan yang sering dijumpai dalam system transmisi tenaga listrik maupun
system distribusi ialah terjadinya Jatuh Tegangan sistem yang di bawah standar. Standar
yang digunakan biasanya untuk overvoltage +5% dan untuk undervoltage -10%. Jatuh
tegangan terjadi pada saluran yang sangat panjang karena impedansi salurannya akan
terus bertambah besar.
Jatuh tegangan ditimbulkan karena adanya resistansi pada penghantar, Besar arus pada
tiap fasa.
• Jatuh Tegangan dirumuskan dengan :
∆V = Vs - Vr
Dimana :
∆V = Jatuh Tegangan (Volt).
Vs = Tegangan kirim (Volt).
Vr = Tegangan terima (Volt).

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Persentase (%) Jatuh tegangan
Vs − Vr
∆V(%) = 𝑥 100%
𝑉𝑟
Dimana :
∆V(%) = Jatuh Tegangan dalam % (Volt).
Vs = Tegangan kirim (Volt).
Vr = Tegangan terima (Volt).

Jatuh Tegangan juga dirumuskan dengan :


Vd = I.Z
Vd = I (R cos θ + X sin θ)
Dimana :
Vd = Drop Voltage (V)
I = Arus (A)
Z = Impedansi (Ohm)
R = Hambatan (Ohm)

Dengan adanya drop voltage maka akan mempengaruhi besar daya yang diterima dan
terjadi rugi-rugi daya (Plooses) yang dirumuskan dengan
Plooses = I2.R
Dimana :
Plooses : Rugi-rugi daya (W)
R = Hambatan (Ohm)
I = Arus (A)

1.2 PEMASANGAN CAPACITOR UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA


Faktor daya
Faktor daya merupakan perbandingan antara daya aktif (P) dengan magnitude dari
daya semu (|S|). Faktor daya hanya akan ada pada arus bolak-balik (AC). Faktor daya
pada arus bolak-balik (AC) bernilai mulai dari 0 sampai 1. Pada beban resistif faktor daya
akan bernilai 1 dan pada beban induktif faktor daya akan bernilai 0. Faktor daya juga
dapat didefinisikan sebagai nilai cosinus dari sudut antara daya aktif (P) dan daya semu
(S) pada segitiga daya. Daya reaktif yang baik akan memperbaiki sudut cosinus dan
sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil
atau sama dengan satu.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Faktor daya bisa dilambangkan dengan PF (power factor). Untuk persamaan dari
faktor daya adalah sebagai berikut:
PF = cos θ ( pers. 2.1 )
Maka berdasarkan pers. 2.1 dapat ditentukan sudut dari faktor daya dengan persamaan :
θ = cos -1 PF ( pers. 2.2 )

Segitiga Daya
Segitiga daya merupakan sebuah segitiga siku-siku yang merepresentasikan tiga
buah daya pada sistem arus bolak-balik (AC) yaitu daya aktif (P), daya reaktif (Q), dan
daya semu (S). Segitiga daya ini digunakan juga untuk mempermudah perhitungan dalam
menentukan besaran-besaran yang berkaitan dengan daya-daya tersebut yang terlihat
seperti Gambar 2c.1 di bawah.

Gambar 2c.1 Segitiga Daya Pemasangan Kapasitor Bank

Daya semu (S) merupakan daya yang belum sampai ke beban atau bisa
didefinisikan juga sebagai penjulamlahan vektor antara daya aktif (P) dan daya reaktif
(Q) dengan persamaan sebagai berikut :
S = V.I ( pers. 2.3 )
Daya aktif (P) merupakan daya yang diserap oleh beban yang bersifat resistif
dengan persamaan sebagai berikut :
P = V.I.cos θ ( pers. 2.4 )
Berdasarkan (pers 2.3) maka didapat :
P = S.cos θ ( pers. 2.5)
Daya reaktif (Q) merupakan daya yang diserap atau disuplai oleh beban yang
bersifat induktif atau kapasitif dengan persamaan sebagai berikut :
Q = V.I.sin θ ( pers. 2.6)
Berdasarkan (pers. 2.3) maka didapat :
Q = S. sin θ ( pers. 2.7 )
Dari (pers. 2.5) dan (pers 2.7) jika dibandingkan maka akan didapat :
Q
tan θ = ( pers. 28 )
𝑃

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Kapasitor Bank
Kapasitor bank merupakan sekelompok kapasitor dari rating yang sama yang
terhubung secara seri atau paralel satu sama lain untuk menyimpan energi listrik. Energi
dalam bentuk suplai daya reaktif yang dihasilkan kemudian digunakan untuk mengoreksi
faktor daya lagging atau pergeseran fasa dalam sistem bolak-balik (AC). Kapasitor bank
juga dapat digunakan dalam sistem arussearah (DC) untuk meningkatkan kapasitas arus
riak darisumber atau untuk meningkatkan jumlah keseluruhan energi yang tersimpan.

Gambar di atas merupakan segitiga daya dari suatu sistem yang mensuplai daya
pada sebuah beban. Terlihat bahwa bebannya adalah beban induktif yang menyerap daya
reaktif karena Q1 mengarah ke atas yang menunjukkan positif. Berdasarkan Gambar
dapat diurakan menjadi kondisi awal (sebelum pemasangan kapasitor) dan kondisi akhir
(setelah pemasangan kapasitor).
Kondisi awal :
Sudut = Ø1 Daya Aktif = P
Daya Semua = S Daya Reaktif = Q1

Setelah pemasangan kapasitor bank sebesar QC maka didapat :


Kondisi akhir :
Sudut = Ø2 Daya Semu = S2
Daya Aktif = P Daya Reaktif = Q2

Dari Gambar dan kondisi yang diuraikan diatas terlihat bahwa setelah pemasangan
kapasitor bank ada beberapa besaran dari sistem yang berubah nilainya, yaitu sudut antara
daya aktif (P) dan daya semu (S), daya reaktif (Q), dan daya semu (S). Daya aktif (P)
tidak berubah karena kapasitor bank hanya mengkompensasi daya reaktif (Q) saja. Sudut
awal (1) yang awalnya besar yang mengakibatkan faktor daya rendah setelah dipasang
kapasitor bank sudut akhirnya (2) menjadi lebih kecil yang mengakibatkan faktor daya
meningkat. Seperti itulah kapasitor bank memperbaiki faktor daya sistem.

Perbaikan PF
Berdasarkan yang terlihat pada Gambar (2d.1) maka Qc merupakan daya reaktif yang
disuplai oleh kapasitor bank untuk memperkecil besar sudut antara daya aktif (P) dan

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
daya semu (S) sehingga faktor daya menjadi meningkat yang ditunjukkan pada
persamaan di bawah :
𝑄𝑐 = 𝑄1 − 𝑄2 ( pers. 2.9 )
Pada Gambar (2d.1) terlihat pula bahwa setelah pemasangan kapasitor bank tidak
merubah (tetap) besar daya aktif yang disuplai oleh sistem. Sehingga berdasarkan (pers.
2.8) maka :
𝑄𝑐 = 𝑃1 tan θ1 − 𝑃2 tan θ2 ( pers. 2.10 )
Karena pemasangan kapasitor bank tidak mempengaruhi besar daya aktif yang disuplai
oleh sistem maka P1 sama dengan P2. Sehingga persamaan yang didapat :
𝑄𝑐 = P (tan θ1 − tan θ2 ) ( pers. 2.10 )
Kemudian berdasarkan (pers. 2.11) maka
Qc = P (tan (cos-1 ( PF1 ) ) - tan (cos-1 ( PF2 ) )) ( pers. 2.10 )
Dimana :
Qc : Q yang disuplai Kapasitor (var)
P : Daya Aktif yang disuplai sistem (W)
θ1 : Sudut dari PF1 (º)
θ2 : Sudut dari PF2 (º)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
IV. LANGKAH PERCOBAAN

1. Lakukan perbaikan tegangan pada BUS dengan cara mengubah tap changer pada
Trafo yang berhubungan dengan BUS terkait yang terjadi jatuh tegangan dengan
indikasi busbar warna merah.

2. Catat perubahan nilai sebelum di tap pada table pengamatan

3. Pilih bus yang akan dipasang kapasitor. Klik add>>

4. Apabila bus masih mengalami drop voltage (bus marginal), Lakukan perbaikan
tegangan pada BUS yang berwarna pink (marginal) dengan pemasangan kapasitor.

5. Klik optimal capacitor placement

6. Edit study case

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
7. Pada gambar diatas juga tersedia table data kapasitor yang mencakup level tegangan
8. Pilih bus yang akan dipasang kapasitor. Klik add>>

9. maksimum, kapasitas, jumlah kapsitor bank, harga dan biaya operasi.

10. Klik OK

11. Run optimal capasitor placement secara otomatis etap akan mengkalkulasikan
kapasitas dan banyaknya kapasitor minimal yang dibutuhkan untuk memperbaiki
level tegangan system.

12. Running Load Flow, lalu amati kondisi sebelum dan sesudah penempatan kapasitor

13. Catat datanya pada table pengamatan.

14. Pasang capasitor seperti dibawah ini untuk memperbaiki faktor daya sistem.

15. Running Load Flow kembali dan catat perubahan factor dayanya.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
V. GAMBAR RANGKAIAN

• Running “ Load Flow “ dengan kondisi Trafo Dist. IV 20/0,4 kV belum diTap Changer

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Running “ Load Flow “ dengan kondisi Trafo Dist. IV 20/0,4 kV sudah diTap Changer

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Running “Optimal Capacitor Placement” dengan kondisi kapasitor sudah terpasang pada
Bus Beban IX dan ratingnya diisi tetapi “LVCB Open”

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Running “Load Flow” dengan kondisi kapasitor sudah terpasang pada Bus Beban IX dan
ratingnya diisi “LVCB Close”

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Running “ Load Flow “dengan kondisi kapasitor sudah terpasang pada Bus Beban VIII
dan ratingnya diisi tetapi “HVCB Open” dengan menampilkan AMP & PF Ketika
Running

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Running “ Load Flow “ dengan Kondisi Kapasitor sudah terpasang pada Bus Beban VIII
dan ratingnya diisi “ LVCB Close “ dengan menampilkan AMP & PF Ketika Running.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VI. TEORI TAMBAHAN

Pengertian Drop Tegangan


Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar.
Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum berbanding lurus dengan panjang
saluran dan beban serta berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar. Besarnya
jatuh tegangan dinyatakan baik dalam persen atau dalam besaran Volt. Besarnya batas atas
dan bawah ditentukan oleh kebijaksanaan perusahaan kelistrikan. Perhitungan jatuh tegangan
praktis pada batas-batas tertentu dengan hanya menghitung besarnya tahanan masih dapat
dipertimbangkan, namun pada sistem jaringan khususnya pada sistem tegangan menengah
masalah indukstansi dan kapasitansinya diperhitungkan karena nilainya cukup berarti.
Tegangan jatuh secara umum adalah tegangan yang digunakan pada beban. Tegangan
jatuh ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui tahanan kawat. Tegangan jatuh V pada
penghantar semakin besar jika arus I di dalam penghantar semakin besar dan jika tahanan
penghantar Rℓ semakin besar pula. Tegangan jatuh merupakan penanggung jawab terjadinya
kerugian pada penghantar karena dapat menurunkan tegangan pada beban. Akibatnya hingga
berada di bawah tegangan nominal yang dibutuhkan.

Sesuai dengan standar tengangan yang ditentukan oleh Permen ESDM No. 03 Tahun
2007 dan PLN (SPLN), perancangan jaringan dibuat agar jatuh tegangan di ujung diterima
10%. Tegangan jatuh pada jaringan disebabkan adanya rugi tegangan akibat hambatan listrik
(R) dan reaktansi (X).
Penyebab Drop Tegangan
Penurunan tegangan tersebut tergantung pada dua hal, yaitu :
1. Aliran arus melalui kabel - semakin tinggi arus, semakin besar tegangan drop.
2. Impedansi konduktor - semakin besar impedansi, semakin besar tegangan drop.

Impedansi kabel merupakan fungsi dari ukuran kabel (luas penampang) dan panjang
kabel. Umumnya produsen kabel akan melampirkan data kabel yang diproduksinya seperti
nilai resistansi kabel dan reaktansi kabel dalam satuan Ω / km.
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Jatuh tegangan phasor Vd pada suatu penghantar yang mempunyai impedansi (Z) dan
membawa arus (I) dapat dijabarkan dengan rumus :
Vd=I.Z (2.1)
Dalam pembahasan ini yang dimaksudkan dengan jatuh tegangan (∆V) adalah selisih
antara tegangan kirim (Vk) dengan tegangan terima (VT), maka jatuh tegangan dapat
didefinisikan adalah :
∆V = ( Vk ) – (VT ) (2.2)
Karena adanya resistansi pada penghantar maka tegangan yang diterima konsumen
(Vr) akan lebih kecil dari tegangan kirim (Vs), sehingga tegangan jatuh (Vdrop) merupakan
selisih antara tegangan pada pangkal pengiriman (sending end) dan tegangan pada ujung
penerimaan (receiving end) tenaga listrik. Tegangan jatuh relatip dinamakan regulasi
tegangan VR (voltage regulation) dan dinyatakan oleh rumus :

(2.3)
Dimana :
Vs = tegangan pada pangkal pengiriman
Vr = tegangan pada ujung penerimaan
Untuk menghitung jatuh tegangan, diperhitungkan reaktansinya, maupun faktor
dayanya yang tidak sama dengan satu, maka berikut ini akan diuraikan cara perhitunganya.
Dalam penyederhanaan perhitungan, diasumsikan beban–bebannya merupakan beban fasa
tiga yang seimbang dan faktor dayanya (Cos φ) antara 0,6 s/d 0,85. tegangan dapat dihitung
berdasarkan rumus pendekatan hubungan sebagai berikut :
(∆V ) = I ( R . cos φ + X . sin φ ) L (2.4)
Dimana :
I = Arus beban ( Ampere )
R = Tahanan rangkaian ( Ohm )
X = Reaktansi rangkaian ( Ohm )
L = Panjang penghantar ( m )
Memperbaiki Nilai Tegangan
Dari penjelasan penyebab drop tegangan ada beberapa metode untuk memperbaiki
tegangan, sebagai berikut :
1. Menekan timbulnya rugi daya dengan mengubah ukuran penghantar ke ukuran yang
lebih besar dan pemilihan konduktor dengan tahanan yang kecil.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
2. Memperbaiki faktor daya dengan cara penambahan kapasitor bank. Dengan metode
tersebut, nilai rugi daya dan jatuh tegangan pada jaringan listrik dapat direduksi.

Perbaikan Faktor Daya


Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga
listrik, daya merupakan jumlah energi listrik yang digunakan untuk melakukan usaha. Daya
listrik biasanya dinyatakan dalam satuan Watt.Terdapat tiga macam daya yaitu :
1. Daya aktif (P) adalah daya yang terpakai untuk melakukan usaha atau energi
sebenarnya. Satuan daya aktif adalah watt.
P = V I cos φ (2.5)
2. Daya reaktif (Q) adalah daya yang di suplai oleh komponen reaktif. Satuan daya reaktif
adalah VAR.
Q = V I sin φ (2.6)
3. Daya nyata (S) adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian antara tegangan rms (Vrms)
dan arus rms (Irms) dalam suatu jaringan atau daya yang merupakan hasil penjumlahan
trigonometri antara daya aktif dan daya reaktif. Satuan daya nyata adalah VA.
S=VI (2.7)
Dinotasikan sebagai cos φ yaitu perbandingan antara arus yang dapat menghasilkan
kerja didalam suatu rangkaian terhadap arus total yang masuk ke dalam rangkaian atau dapat
dikatakan sebagai perbandingan daya aktif (kW) dan daya semu (kVA). Daya reaktif yang
tinggi akan meningkatkan sudut inidan sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi lebih
rendah. Faktor Daya menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya semu. Faktor
daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban tinggi.
Metode perbaikan faktor daya ada 2 :
1. Dengan mempertahankan nilai daya nyata nya (Watt) dan mengubah nilai daya
reaktifnya (Var) sehingga daya semu (VA) yang terpakai menjadi kecil.
2. Dengan mempertahankan nilai daya semu nya (VA) dan mengubah nilai daya reaktifnya
(Var) sehingga daya nyata (VA) yang terpakai menjadi kecil.

SUMBER :
http://eprints.umg.ac.id/5025/6/2021_TA_ELK_180603012_BAB%202.pdf

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VII.DATA PENGAMATAN

SUB MODUL 2.1 : PEMASANGAN CAPACITOR DAN TAP CHANGER UNTUK


PERBAIKAN TEGANGAN

Tabel 2.3 Pemasangan Tap Changer

Sebelum Tap Sesudah Tap


ID BUS %Tap
Tegangan Arus Tegangan Arus
BUS BEBAN IX -5 0,347 661,2 0,371 647,3
BUS BEBAN I -2,5 0,373 417,7 0,383 413,8

Tabel 2.4 Pemasangan Kapasitor


Sebelum Sesudah Penempatan
Kapasitas Kapasitor Penempatan
ID BUS Kapasitor
Kapasitor
Banks kVar Tegangan Arus Tegangan Arus
BUS BEBAN 2 100 0,371 647,3 0,388 577,6
IX

CAPACITOR PLACEMENT UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA

Tabel 2.5 Pemasangan Kapasitor

Sebelum Pemasangan Sesudah Pemasangan


ID BUS Kapasitas Kapasitor Kapasitor
Kapasitor
Banks kVar Faktor Daya Faktor Daya
GI III B 1 52,6 74,99 84,44

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VIII. PENGOLAHAN DATA

Qc untuk perbaikan faktor daya Mtr 1 hingga 85% :


𝑄𝑐 = 𝑃1[tan(𝑎𝑟𝑐 cos ɵ1) − tan(𝑎𝑟𝑐 cos ɵ2))
𝑄𝑐 = 200,9 𝑘𝑊 [tan(𝑎𝑟𝑐 cos 0,749) − 𝑡 an(𝑎𝑟𝑐 𝑐𝑜𝑠 0,85)]
𝑄𝑐 = 52,6 𝑘𝑉𝑎𝑟

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
IX. ANALISA

Pada pertemuan minggu kedua dari praktikum analisa sistem tenaga listrik, kita
mempelajari mengenai sub modul 2 yang mempunyai judul Analisis aliran daya lanjut atau
advanced load flow analysis. Tujuan dari dilakukan percobaan sub modul dua ini ada lima yakni
mampu menganalisis sistem transmisi serta distribusi yang mengalami jatuh tegangan yang di
bawah standar, dapat melakukan tap changer pada trafo guna memperbaiki jatuh tegangan, dapat
memperbaiki jatuh tegangan dengan cara memasangkan kapasitor bank, mampu menganalisis
faktor daya dari sistem tenaga listrik yang di bawah standar, serta dapat memperbaiki faktor daya
dengan memasangkan kapasitor. Yang dimaksud dengan analisis aliran daya itu merupakan
analisis yang dipakai supaya mengetahui apakah sistem tenaga listrik berada dalam kondisi baik
atau tidak.

Tujuan tersendiri dari dilakukannya analisis aliran daya ini ada tiga, yakni untuk
memeriksa serta melihat tegangan serta sudut fasa dari tiap-tiap bus, agar memeriksa dan melihat
kemampuan dari peralatan-peralatan yang ada pada sistem tenaga listrik apakah mampu
mendistribusikan daya sesuai keinginan, serta agar mendapatkan kondisi awal untuk studi
berikutnya baik itu studi hubung singkat, rugi-rugi transmisi, aliran daya harmonisa dan stabilitas.
Pada analisis aliran lanjut ini, kita akan memperbaiki jatuh tegangan dengan beberapa cara, yakni
dengan melakukan tap changer pada trafo serta pemasangan capacitor bank. Yang dimaksud
dengan tap changer ialah alat yang fungsinya mengubah perbandingan transformasi guna mencari
nilai tegangan sekunder yang diinginkan dari tegangan primer yang berubah-ubah. Cara untuk
merubah tap changer ini secara teori ada dua yakni merubahnya ketika trafo berada dalam kondisi
tanpa beban dan merubah tap ketika trafo berada dalam kondisi berbeban.

Kalau pada etap caranya dengan klik 2 kali pada trafo yang busnya mengalami jatuh
tegangan lalu atur fixed tap primarynya sesuai yang diinginkan pada menu tap. Pengertian dari
jatuh tegangan itu adalah selisih antara tegangan kirim dengan tegangan terima yang disebabkan
oleh resistansi pada penghantar. Contoh jatuh tegangan dari rangkaian modul saya adalah pada bus
beban ix dimana tegangan kirim yang ada pada GD VA adalah sebesar 0,372 kV tapi nilai tegangan
terima pada bus beban ix adalah 0,347 kV. Rumus dari jatuh tegangan untuk saluran tiga fasa
adalah 𝑉𝑑 = √3 × 𝐼 × 𝑍. Kalau dijabarkan menjadi 𝑉𝑑 = √3 × 𝐼 × (𝑅 cos 𝜃 + 𝑋 sin 𝜃) × 𝑙.
Dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai X dan juga arus (I) maka semakin besar juga nilai
voltage drop atau jatuh tegangannya. Bisa juga disimpulkan apabila semakin panjang
penghantarnya atau L, maka nilai jatuh tegangannya juga semakin besar.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Dampak dari jatuh tegangan ini pada sisi beban adalah tegangan pada kwh meter yang
harusnya bernilai 220 v malah kurang sehingga lampu di rumah bisa saja redup. Toleransi jatuh
tegangan pada sistem distribusi adalah -10% dan overvoltage +5%. Cara memperbaiki jatuh
tegangan ini adalah dengan cara melakukan tap changer pada trafo dan/atau melakukan
pemasangan capacitor bank. Tap changer pada trafo ini juga untuk menjaga outputannya tetap.
𝑉𝑝 𝑁𝑝
Berkaitan dengan rumus trafo ideal yakni = dimana untuk menaikkan tegangan di sisi
Vs 𝑁𝑠
𝑁𝑠
sekunder (Vs) maka 𝑉𝑠 = 𝑁𝑝 × 𝑉𝑝 jadi jika mengurangi jumlah lilitan di sisi primer maka

tegangan sekundernya naik. Dilakukan tap pada sisi tegangan yang lebih tinggi bukan yang lebih
rendah karena pada sisi primer tegangan yang tinggi maka arusnya kecil sehingga tidak
menimbulkan arcing karena arus yang kecil.

Kalau dilakukan pada sisi sekunder yang tegangannya kecil, maka arusnya besar sehingga
menimbulkan arcing atau busur api. Langkah percobaannya, kita atur overvoltage pada bus voltage
nya yang critical 105% dan marginal 102%. Dan untuk undervoltagenya diatur critical 90% dan
marginal 95%. Alhasil, pada bus beban 9 akan berubah menjadi warna merah atau mengalami
jatuh tegangan. Pada bus 9 ini lah yang nanti akan dipasangkan capacitor bank untuk memperbaiki
jatuh tegangan. Sebelum memasangkan capacitor, lakukan tap changer terlebih dulu pada trafo
dengan klik 2 kali trafonya lalu atur lilitan primernya jadi -5 pada menu tap. Maka dapat dilihat
ketika dilakukan tap changer, jatuh tegangan pada Bus beban IX yang tadinya menyerap 0,347 kV,
naik menjadi 0,368 kV. Maka terbukti tap changer dapat memperbaiki jatuh tegangan. Karena nilai
tegangannya masih kecil maka dilakukan lagi pemasangan kapasitor.

Pasang kapasitor pada bus beban 9 namun saklarnya masih dibuka jadi tidak terhubung
dulu. Lalu untuk mengetahui kapasitas dari capacitor banknya dilakukan dengan cara running
optimal capacitor placement. Sebelum running capacitor placement, masukkan ke cadidates dulu
bus 9 yang terkena jatuh tegangannya pada menu capacitor dari study case lalu running capacitor
placement. Kapasitas dari tiap 1 banks itu adalah 100 kVar. Hasilnya, untuk kapasitas dari
kapasitor bank yang saya dapatkan adalah 100 kvar dengan total banks nya 2 (200 kVar) serta
rated kv nya 0,4. Lalu imputkan rating tersebut pada kapasitor yang sudah dipasang tadi.
Selanjutnya, tutup saklar kapasitor yang tadi terbuka lalu running load flow. Ketika dirunning,
tegangan yang tadinya 0,368 kV naik menjadi 0,386 kV maka terbukti dengan melakukan
penambahan kapasitor dapat memperbaiki jatuh tegangan. Selain untuk memperbaiki jatuh
tegangan, kapasitor bank juga bisa memperbaiki faktor daya yang buruk. Pada rangkaian kapasitor
bank untuk memperbaiki cos phi ini dipasang pada bus beban 8 yang terdapat motor induksi karena

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
motor induksi memiliki faktor daya yang buruk akibat dari menyerap daya reaktif yang besar
sehingga cos phinya kecil. Kapasitas dari kapasitor bank untuk perbaikan faktor daya ini tidak
dapat dilakukan dengan running capacitor placement maka kita hitung manual.

Disini dilakukan perbaikan faktor daya pada sistem bukan pada motor karena faktor daya
dari motor tidak akan berubah makanya hanya dapat perbaikan faktor daya pada sistem. Dari
rangkaian, diketahui cos phi awalnya 74,99% dan cos phi target atau cos phi yang diizinkan PLN
adalah 85%. Rumusnya adalah QC = P(tan ɵ1 - tan ɵ2) disederhanakan jadi P1[tan(arc cos ɵ1) −
tan(arc cos ɵ2)]. P1 dari rangkaian didapatkan 200,9 kW. Maka masukkan 𝑄𝑐 =
200,9 𝑘𝑊 [tan (𝑎𝑟𝑐 cos 0,749) − 𝑡 an(𝑎𝑟𝑐 𝑐𝑜𝑠 0,85) maka hasilnya 52,6 kVar. Lalu masukkan
pada rating kapasitor 52,6 kVar. Bisa dilihat dengan pemasangan kapasitor bank faktor daya yang
tadinya 74,99% naik menjadi 84,4%. Yang ditargetkan 85% tapi yang didapatkan hanya 84,4%
karena menurut saya tegangan yang diberikan agak sedikit kurang jadinya motor menyerap daya
reaktif yang lebih banyak sehingga cos phinya kurang dari target.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
X. KESIMPULAN

− Rumus dari jatuh tegangan untuk saluran tiga fasa adalah 𝑉𝑑 = √3 × 𝐼 × 𝑍. Kalau
dijabarkan menjadi 𝑉𝑑 = √3 × 𝐼 × (𝑅 cos 𝜃 + 𝑋 sin 𝜃) × 𝑙. Dapat disimpulkan bahwa
semakin besar nilai X dan juga arus (I) maka semakin besar juga nilai voltage drop atau
jatuh tegangannya. Bisa juga disimpulkan apabila semakin panjang penghantarnya atau L,
maka nilai jatuh tegangannya juga semakin besar.

− Dapat dilihat ketika dilakukan tap changer, jatuh tegangan pada Bus beban IX yang tadinya
menyerap 0,347 kV, naik menjadi 0,368 kV. Maka terbukti tap changer dapat memperbaiki
jatuh tegangan. Karena nilai tegangannya masih kecil maka dilakukan lagi pemasangan
kapasitor. Ketika dirunning, tegangan yang tadinya 0,368 kV naik menjadi 0,386 kV maka
terbukti dengan melakukan penambahan kapasitor dapat memperbaiki jatuh tegangan.

− Rumusnya adalah QC = P(tan ɵ1 - tan ɵ2) disederhanakan jadi P1[tan(arc cos ɵ1) − tan(arc
cos ɵ2)]. P1 dari rangkaian didapatkan 200,9 kW. Maka masukkan 𝑄𝑐 =
200,9 𝑘𝑊 [tan (𝑎𝑟𝑐 cos 0,749) − 𝑡 an(𝑎𝑟𝑐 𝑐𝑜𝑠 0,85) maka hasilnya 52,6 kVar. Lalu
masukkan pada rating kapasitor 52,6 kVar. Bisa dilihat dengan pemasangan kapasitor bank
faktor daya yang tadinya 74,99% naik menjadi 84,4%. Yang ditargetkan 85% tapi yang
didapatkan hanya 84,4% karena menurut saya tegangan yang diberikan agak sedikit kurang
jadinya motor menyerap daya reaktif yang lebih banyak sehingga cos phinya kurang dari
target.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XI. REPORT

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XII.TUGAS AKHIR

• Running “ Load Flow “ dengan kondisi Trafo belum diTap Changer

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Running “ Load Flow “ dengan kondisi Trafo sudah diTap Changer

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Running “Optimal Capacitor Placement” dengan kondisi kapasitor sudah terpasang pada
Bus Beban II dan ratingnya diisi tetapi “LVCB Open”

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Running “Load Flow” dengan kondisi kapasitor sudah terpasang pada Bus Beban II dan
ratingnya diisi “LVCB Close”

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Running “ Load Flow “dengan kondisi kapasitor sudah terpasang pada Bus Beban III dan
ratingnya diisi tetapi “HVCB Open” dengan menampilkan AMP & PF Ketika Running

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Running “ Load Flow “ dengan Kondisi Kapasitor sudah terpasang pada Bus Beban III
dan ratingnya diisi “ LVCB Close “ dengan menampilkan AMP & PF Ketika Running.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XIII. PERTANYAAN

1. Mengapa saat melakukan tap pada trafo dilakukan pada sisi tegangan yang lebih tinggi ?
Hubungkan dengan fungsi minyak pada transformator!
Jawab :
Dilakukan tap pada sisi tegangan yang lebih tinggi bukan yang lebih rendah karena pada sisi
primer tegangan yang tinggi maka arusnya kecil sehingga tidak menimbulkan arcing karena
arus yang kecil. Kalau dilakukan pada sisi sekunder yang tegangannya kecil, maka arusnya
besar sehingga menimbulkan arcing atau busur api yang bisa menyebabkan minyak trafonya
kotor. Kalau minyak trafonya kotor bisa berakibat pada buruknya isolasi dari trafo.

2. Hitunglah Qc untuk memperbaiki faktor daya beban pada mtr1 hingga 85%!
Jawab :
𝑄𝑐 = 𝑃1[tan(𝑎𝑟𝑐 cos ɵ1) − tan(𝑎𝑟𝑐 cos ɵ2))
𝑄𝑐 = 200,9 𝑘𝑊 [tan(𝑎𝑟𝑐 cos 0,749) − 𝑡 an(𝑎𝑟𝑐 𝑐𝑜𝑠 0,85)]
𝑄𝑐 = 52,6 𝑘𝑉𝑎𝑟

3. Setelah pemasangan kapasitor, mengapa faktor daya yang ditampilkan pada software etap tidak
sesuai dengan faktor daya yang kita inginkan ? Jelaskan!
Jawab :
Bisa dilihat dengan pemasangan kapasitor bank faktor daya yang tadinya 74,99% naik menjadi
84,4%. Yang ditargetkan 85% tapi yang didapatkan hanya 84,4% karena menurut saya tegangan
yang diberikan agak sedikit kurang jadinya motor menyerap daya reaktif yang lebih banyak
sehingga cos phinya kurang dari target.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
MODUL III
ANALISA HUBUNG SINGKAT
(SHORT CIRCUIT ANALYSIS)

I. TUJUAN

1. Mempelajari karakteristik arus gangguan.


2. Mempelajari jenis gangguan pada sistem tenaga.
3. Mempelajari simulasi gangguan pada Software ETAP.
4. Mempelajari manfaat analisa gangguan.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN

1. 1 unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
III. TEORI MODUL

1.1 Pendahuluan
Dalam operasi sistem tenaga listrik sering terjadi gangguan – gangguan yang dapat
mengakibatkan terganggunya penyaluran tenaga listrik ke konsumen. Gangguan adalah
penghalang dari suatu sistem yang sedang beroperasi atau suatu keadaan dari sistem
penyaluran tenaga listrik yang menyimpang dari kondisi normal. Suatu gangguan di dalam
peralatan listrik didefinisikan sebagai terjadinya suatu kerusakan di dalam jaringan listrik
yang menyebabkan aliran arus listrik keluar dari saluran yang seharusnya.

Berdasarkan ANSI/IEEE Std. 100-1992 gangguan didefinisikan sebagai suatu kondisi


fisis yang disebabkan kegagalan suatu perangkat, komponen, atau suatu elemen untuk bekerja
sesuai dengan fungsinya. Gangguan hampir selalu ditimbulkan oleh hubung singkat antar fase
atau hubung singkat fase ke tanah. Suatu gangguan hampir selalu berupa hubung langsung
atau melalui impedansi. Istilah gangguan identik dengan hubung singkat, sesuai standard
ANSI/IEEE Std. 100- 1992.

Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk busur api) pada
impedansi yang relatif rendah terjadi secara kebetulan atau disengaja antara dua titik yang
mempunyai potensial yang berbeda. Istilah gangguan atau gangguan hubung singkat
digunakan untuk menjelaskan suatu hubungan singkat. Untuk mengatasi gangguan tersebut,
perlu dilakukan analisis hubung singkat sehingga sistem Proteksi yang tepat pada Sistem
Tenaga Listrik dapat ditentukan. Analisis hubung singkat adalah analisis yang mempelajari
kontribusi arus gangguan hubung singkat yang mungkin mengalir pada setiap cabang didalam
sistem (di jaringan distribusi, transmisi, trafo tenaga atau dari pembangkit) sewaktu gangguan
hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam sistem tenaga listrik.
Analisis Hubung Singkat memiliki tujuan, yaitu sebagai berikut.:
1. Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubung singkat.
2. Untuk menentukan arus gangguan tak simetris bagi gangguan satu dan dua line ke
tanah,gangguan line ke line, dan rangkaian terbuka
3. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi
4. Untuk menentukan kapasitas pemutus dari circuit breaker
5. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar selama
gangguan.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Hubung singkat terjadi akibat dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
dari gangguan adalah rusaknya peralatan listrik. Faktor eksternal adalah antara lain cuaca
buruk, seperti badai, hujan, dingin; bencana, seperti gempa bumi, angin ribut, kecelakaan
kendaraan; runtuhnya pohon; petir; aktivitas konstruksi, ulah manusia, dan lain-lain. Sebagian
besar gangguan terjadi karena cuaca buruk, yaitu hujan atau badai, dan pohon.

Gangguan dapat terdiri dari gangguan temporer atau permanent. Kebanyakan


gangguan temporer di amankan dengan circuit breaker (CB) atau pengaman lainnya.
Gangguan permanent adalah gangguan yang menyebabkan kerusakan permanent pada sistem.
Seperti kegagalan isolator, kerusakan penghantar, kerusakan pada peralatan seperti
transformator atau kapasitor. Pada saluran bawah tanah hampir semua gangguan adalah
gangguan permanen. Kebanyakan gangguan peralatan akan menyebabkan hubung singkat.
Gangguan permanen hampir semuanya menyebabkan pemutusan/gangguan pada konsumen.
Untuk melindungi jaringan dari gangguan digunakan fuse, recloser atau CB.

Namun, berdasarkan kesimetrisannya, gangguan terdiri dari gangguan simetris dan


asimetris. Gangguan simetris adalah gangguan yang terjadi pada semua fasanya sehingga arus
dan tegangan pada masing-masing fasa bernilai sama, yaitu di antaranya Hubung Singkat 3
fasa dan Hubung singkat 3 fasa ke tanah. Sedangkan gangguan simetris adalah gangguan yang
mengakibatkan arus yang mengalir pada setiap fasa tidak seimbang, yaitu di antaranya hubung
singkat 1 fasa ke tanah, hubung singkat fasa ke fasa, dan hubung singkat 2 fasa ke tanah.
Analisis Hubung Singkat secara umum menggunakan persamaan hubung singkat sebagai
berikut.:

𝐸𝑓
𝐼𝑓 =
𝑍𝑓
I. Komponen Simetris
Komponen simetris digunakan untuk menganalisis terutama sistem yang tidak seimbang,
misalnya saat terjadi hubung singkat tiga phasa, dua phasa dan satu phasa ke tanah. Dimana
sebuah sistem tak seimbang diubah menjadi tiga rangkaian persamaan yaitu rangkaian
urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol. Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak
seimbang dari sistem tiga phasa dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang.
Himpunan seimbang komponen itu adalah (Stevenson, 1982: 260):
1. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah
satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar 120º, dan mempunyai urutan phasa

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
yang sama seperti fasor lainnya.
2. Komponen urutan negatif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah
satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar 120º, dan mempunyai urutan phasa
yang berlawanan dengan fasor lainnya.
3. Komponen urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan dengan
pergeseran phasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain.

Tujuan lain adalah untuk memperlihatkan bahwa setiap phasa dari sistem tiga phasa tak
seimbang dapat di pecah menjadi tiga set komponen.

Gambar Vektor Diagram untuk Komponen Simetris

Komponen simetris berpengaruh terhadap besarnya impedansi saluran. Impedansi


saluran suatu sistem tenaga listrik tergantung dari jenis konduktornya yaitu dari bahan apa
konduktor itu dibuat yang juga tentunya pula dari besar kecilnya penampang konduktor
dan panjang saluran yang digunakan jenis konduktor ini. Komponen Simetris
menyebabkan tegangan jatuh sesuai dengan urutan arusnya dan tidak mempengaruhi
urutan arus lainnya, berarti tiap urutanyang seimbang akan terdiri dari suatu jaringan.
Ketidakseimbangan arus atau tegangan ini akan menimbulkan pula impedansi urutan
positif, urutan negatif, dan urutan nol. Impedansi urutan dapat didefinisikan sebagai suatu
impedansi yang dirasakan arus urutan bila tegangan urutannya dipasang pada peralatan
atau pada sistem tersebut. Seperti juga tegangan dan arus didalam metode komponen
simetris dikenal tiga macam impedansi urutan yaitu sebagai berikut.
1. Impedansi urutan positif (Z1), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila
dialiri oleh arus urutan positif.
2. Impedansi urutan negatif (Z2), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila
dialiri oleh arus urutan negatif.
3. Impedansi urutan nol (Z0), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila
dialiri arus urutan nol.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

IA = I1A + I2A + I0.


IB = a2I1A + a I2A +
I0. IC = a I1A + a2I2A+ I0.

Dari persamaan tersebut, diperoleh persamaan berikut.


1
I1A = 3(IA + aIB + a2IC)
1
I2A = 3(IA + a2IB + aIC) I0
1
I2A = 3(IA + IB + IC)

Persamaan di atas, terdapat operator a yang merupakan unit vektor yang membentuk sudut
120 derajat berlawanan jarum jam.

a. Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Diperoleh persamaan berikut.

b. Hubung Singkat 3 fasa

Pada ganguan hubung singkat tiga fasa, gangguan termasuk gangguam simetris,
sehingga tidak perlu menggunakan komponen simetris. Persamaan hubung singkat
diperoleh sebagai berikut
Va = Vf – Ia1Za1 = 0

c. Hubung Singkat 2 fasa

Dengan menggunakan komponen simetris, diperoleh persamaan berikut :

Ia0 = 0;
Sehingga diperoleh persamaan berikut

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
IV. LANGKAH PERCOBAAN

1. Buat lah project dan folder sesuai dengan nama praktikan masing-masing.
2. Atur standar yang digunakan yaitu IEC

3. Rangkai gambar 3.1 dibawah menggunakan ETAP 16.0. Pada Modul 3, rangkaian modul
melanjutkan dari Modul 2

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
4. 4. Isi rating berdasarkan data yang telah ditentukan :
• Trafo

• Lump Load

• Cable SKUTM

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Current Transformer

5. Setelah itu running rangkaian dengan load flow analysis lalu klik
6. Setelah itu jika running load flow berhasil maka lakukan running hubung singkat.

7. Sebelum melakukan running hubung singkat, yaitu run short circuit , klik edit study

case lalu pilih masing-masing bus didaerah pembangkit, transmisi dan distribusi.

Setelah itu klik run 3 phase, LG LL . Beri gangguan sesuai gambar dibawah ini.

(Gambar 3.2 Rangkaian Setelah Diberi Fault)

8. Setelah itu cetak report dengan cara klik report manager lalu pilih bagian
summary.Ketika sudah ada data tertampil pada pdf anda bisa melihat nilai arus hubung
singkat yaitu I”k pada summary

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

(Gambar Short Circuit Summary Report)

9. Lalu setelah itu tulis nilai I”k pada tabel pengamata

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
V. GAMBAR RANGKAIAN

• Sebelum Running “ Short Circuit “

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Sesudah Running “ Short Circuit “ dengan gangguan pada sisi pembangkit , distribusi dan
transmisi dengan menampilkan gangguan 3 Fasa

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Running “ Star Protection & Coordination“ dengan menampilkan urutan koordinasi
Proteksi

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Gambar Kurva yang menunjukkan waktu kerja Relay

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VI. TEORI TAMBAHAN

Komponen-Komponen Simetris
C.L. Fortescue pada tahun 1918 telah membahas cara menangani rangkaian fasa
majemuk poly-phase (berfasa banyak) tak seimbang dalam suatu sidang American Institute of
Electrical Engineers. Setelah sidang tersebut, metode komponen simetris menjadi
diperhitungkan dikala adanya penelitian atau penulisan artikel yang terkait. Dengan metode
komponen simetris ini gangguan tak simetris pada bagian sistem transmisi dapat dianalisa
seperti gangguan hubung singkat (short circuit), impedansi dari satu atau dua saluran ke tanah,
impedansi antar saluran, penghantar yang terbuka.
Teorema yang dikemukakan oleh Fortescue telah membuktikan bahwa suatu sistem
tenaga yang tidak seimbang yang terdiri dari n fasor yang berhubungan (related) dapat
diuraikan menjadi n buah sistem dengan fasor seimbang yang dapat disebut dengan
komponen-komponen simetris (symetrical components) dari fasor aslinya. N buah fasor pada
setiap himpunan komponennya adalah sama panjang, dan sudut diantara fasor yang saling
bersebelahan dalam himpunan itu memiliki besar yang sama. Walaupun metode ini berlaku
untuk setiap sistem fasa majemuk tak seimbang, materi akan dibatasi hanya sampai pada
sistem tiga fasa saja.
Gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga biasanya disebabkan oleh gangguan
asimetris, yang dapat menyebabkan tegangan dan arus menjadi tidak seimbang. C.L.
Fortesque telah membuktikan bahwa sistem tenaga listrik yang tidak seimbang dapat berasal
dari tegangan dan arus yang tidak seimbang antar fasanya, hal ini dapat dipecahkan menjad
tiga komponen simetris dari sistem tiga fasa yang seimbang. Berikut adalah pembagian dari
tiga komponen simetris tersebut:

1. Komponen urutan positif (positive sequence components)


Merupakan komponen simetris yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah 120º, serta memiliki urutan fasa yang sama seperti urutan fasor aslinya. Saat
sistem tenaga dalam keadaan normal, terdapat arus dan tegangan urutan positif, sehingga
impedansi sistem tenaga pada keadaan normal adalah impedansi urutan positif. Setelah
itu ketika terjadi suatu gangguan, cabang yang terganggu pada sistem dapat digantikan
dengan perubahan tegangan ∆V = V-V1 dan semua sumber tegangan yang ada pada sistem
dihubung singkat, sehingga akan diperoleh arus gangguan ∆V yang mengalir ke dalam
sistem, yaitu :

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Jika arus awal pada sistem tenaga sebelum terjadi gangguan adalah nol (I=0),
maka arus yang dapat mengalir pada cabang yang mengalami gangguan adalah = I1 = -
∆V sehingga didapat
V1 = V - I1Z1.....................................................................................................(1.3)

Persamaan diatas merupakan persamaan komponen urutan positif arus dan


tegangan pada cabang yang mengalami gangguan.

2. Komponen urutan negatif (negative sequence components)


Komponen urutan negatif merupakan komponen yang terdiri dari tiga fasor yang
memiliki besar yang sama, terpisah satu dengan yang lainnya dalam fasa sebesar 120º,
dan memiliki urutan fasa yang berlawanan dengan fasor aslinya. Jika pada keadaan
normal hanya terdapat komponen urutan positif, maka komponen urutan negatif hanya
ada pada saat terjadinya gangguan. Jika tidak ada komponen urutan negatif sebelum
terjadinya gangguan, maka apabila terjadi gangguan akan timul perubahan tegangan
sebesar -V2, dan arus I2 yang dapat mengalir melalui sistem tenaga ke gangguan,
ditunjukkan melalui persamaan berikut ini
V2 = -I1 Z1................................................................................................................(1.5)

3. Komponen urutan nol (Zero sequence components)


Merupakan komponen yang terdiri dari tiga fasor yang memiliki besar yang sama
dan tidak ada pergeseran fasa antara fasor yang satu dengan yang lain. Berikut adalah
persamaan komponen urutan nol saat terjadi gangguan:
Arus dan tegangan pada komponen urutan nol memiliki fasa yang sama. Sehingga arus
urtan nol untuk dapat mengalir pada sistem memerlukan jalan balik/ perputaran (return
connection) yang dapat melalui sistem pentanahan netral. Impedansi urutan nol umumnya
tidak sama dengan impedansi urutan positif, pada umumnya ini bergantung pada beberapa
faktor seperti halnya jenis peralatan pada sistem tenaga, cara menghubungkan lilitan (∆
atau Y), dan cara pentanahan titik netral.
Gambar komponen-komponen simetris.
Bermacam-macam keuntungan penggunaan metode ini dalam analisa sistem
tenaga. Pada metode ini sistem peganalisaan dengan mengetahui arus pada gangguan.
Kemudian nilai arus
- Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
- Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah
Gangguan simetris, merupakan gangguan yang terjadi pada semua fasanya sehingga
arus maupun tegangan setiap fasanya tetap seimbang setelah gangguan terjadinya.
Gangguan ini terdiri dari :
- Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa
- Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa ke Tanah

Berdasarkan lama terjadinya gangguan :


1. Gangguan Transient (temporer), merupakan gangguan yang hilang dengan
sendirinya apabila pemutus tenaga terbuka dari saluran transmisi untuk waktu yang
singkat dan setelah itu dihubungkan kembali.
2. Gangguan Permanen, merupakan gangguan yang tidak hilang atau tetap ada apabila
pemutus tenaga terbuka pada saluran transmisi untuk waktu yang singkat dan setelah
itu dihubungkan kembali.

Selain klasifikasi gangguan yang telah disebutkan diatas, terbukanya pemutus


tenaga tidak selalu disebabkan terjadinya gangguan pada sistem itu sendiri tetapi dapat
juga disebabkan adanya kerusakan pada rele, kabel kontrol atau adanya pengaruh dari
luar seperti induksi atau interferensi. Gangguan seperti ini disebut juga gangguan non-
sistem.

SUMBER :
https://www.scribd.com/doc/216465252/Makalah-Komponen-Simetris

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VII.DATA PENGAMATAN

Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat


3Ø Ø-Ø Ø-G Rating
Lokasi HS Arus
kA A kA A kA A CB
GI KIT IA 17,6 3,209 3209 2,661 2661 3,076 3076 9,4908
GI II 8,8 0,267 267 0,232 232 0,309 309 0,9036
Bus Beban
I 415 8,082 8082 7 7000 0,006 6 16,4016

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VIII. PENGOLAHAN DATA

Hubung sigkat 1 fasa ke tanah dan 3 fasa ke tanah :


3×𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎
− 1 fasa = 𝑍 × Cfactor
1 + 𝑍2 +𝑍0

3×150⁄
√3
1 fasa = (48,332+𝑗353,867)+(54,915+𝑗348,611)+(88,123+𝑗201,502) × 1,1

1 fasa = 0,309 ˂ -78,047º

𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎
− 3 fasa = Ihs = × Cfactor
𝑍1
150⁄
√3
3 fasa = (48,332+𝑗353,867) × 1,1

3 fasa = 0,266 ˂ -82,222º

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
IX. ANALISA

Pada pertemuan minggu ketiga dari praktikum analisa sistem tenaga listrik ini, kita
mempelajari modul tiga yang mempunyai judul analisa hubung singkat atau short circuit analysis.
Tujuan dari modul tiga yang berjudul analisa hubung singkat ini adalah agar kita mempelajari
karakteristik daripada arus gangguan, agar dapat mempelajari macam-macam gangguan yang
terdapat di sistem tenaga listrik, agar dapat mensimulasikan gangguan dengan menggunakan
software ETAP, serta dapat mengetahui manfaat dari analisa terhadap gangguan. Gangguan itu
merupakan kondisi sebuah sistem tenaga listrik yang tidak sesuai dengan kondisi normalnya. Salah
satu contoh gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Hubung
singkat itu merupakan sebuah hubungan tidak normal yang terjadi secara sengaja antara dua buah
titik yang potensialnya berbeda dengan impedansi yang relatih lebih kecil. Atau secara singkatnya
hubung sigkat ini adalah peristiwa dimana arus tidak mengalir sampai ke beban tetapi sudah
terhubung antar penghantarnya dengan tanah karena beda potensial dari tanah yang tidak
bertegangan itu sangat kecil atau bernilai nol. Hal ini terjadi karena arus itu cenderung mengalir
ke impedansi yang lebih kecil dibanding impedansi yang besar.

Tujuan dari menganalisis hubung singkat adalah sebagai berikut. Yang pertama, dapat
mengetahui arus maksimum dan minimum dari hubung singkat. Arus hubung singkat ini pasti
bernilai sangat besar karena tidak sampai ke beban. Yang kedua, dapat mengetahui arus gangguan
tidak simetris misalnya untuk gangguan line to line, dll. Yang ketiga, untuk menyelidiki operasi
dari rele proteksi dimana ini juga merupakan tujuan dari diketahuinya arus maksimum hubung
singkat agar mengatur rele ocr atau over current relay yang akan digunakan. Yang keempat, agar
bisa mengetahui berapa kapasitas dari pemutus atau circuit breakernya. Yang terakhir, agar
mengetahui penyaluran arus ganggian ini dan level tegangan dari busbar selama terjadinya
gangguan. Penyebab dari gangguan hubung singkat ini ada dua faktor yakni faktor internal serta
faktor eksternal. Penyebab dari dalam (internal) ini contohnya peralatan listrik yang dipakai itu
rusak. Sedangkan penyebab dari luar (eksternal) ini contohnya adalah cuaca ekstrim atau badai
sehingga menyebabkan pohon tumbang yang berakibat salah satu fasanya putus. Akibatnya terjadi
hubung singkat.

Dari segi waktu, gangguan ini dibedakan menjadi dua yakni gangguan permanent dan
gangguan temporer. Yang dimaksud dengan gangguan permanent ini adalah gangguan yang terjadi
dalam kurun waktu yang lama sehingga cara untuk memperbaiki gangguan ini adalah dengan
mengganti alat yang rusak tersebut. Sedangkan untuk gangguan temporer ini adalah gangguan

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat atau semetara saja. Dari segi simetrisnya, gangguan
dikelompokkan menjadi dua lagi yakni gangguan simetris dan gangguan asimetris. Yang dimaksud
dengan gangguan simetris adalah gangguan pada semua fasanya atau semua fasanya terjadi
hubung singkat sehingga nilai arus pada ketiga fasanya adalah sama. Yang dimaksud dengan
gangguan asimetris adalah gangguan yang hanya terjadi pada beberapa fasanya saja sehingga nilai
arus antar fasaya itu bisa berbeda-beda.

Komponen simetris dibedakan menjadi tiga, yakni komponen urutan positif, konponen
urutan negatif, dan komponen urutan nol. Komponen urutan positif ini ialah komponen yang
fasornya itu sama besar dan dipisahkan dengan sudut yang sama besar juga yakni 120 derajat pada
setiap fasanya serta arah fasornya sama. Untuk komponen urutan negatif, sama seperti komponen
urutan positif hanya saja yang membedakan itu arah fasornya. Untuk komponen urutan nol, besar
fasornya itu sama dengan pergeseran fasa nol. Pada modul tiga ini, kita akan melihat besarnya arus
hubung singkat dua fasa, tiga fasa, satu fasa ke tanah, dan satu fasa ketanah. Dimana pada modul
tiga ini dilakukan simulasi hubung singkat di tiga lokasi yakni pada pembangkit, transmisi, serta
distribusi. Caranya buka study case lalu tambahkan busbar pembangkit (GI KIT IA), transmisi (GI
II), serta distribusi (Bus beban I). Selanjutnya running short circuit maka akan muncul angka arus
hubung singkatnya. Jika yang kita pilih adalah tipe fault tiga fasa, maka nilai hubung singkatnya
hanya satu karena hubung singkat tiga fasa itu termasuk hubung singkat simetris.

Ketika hubung singkat, arus cenderung mengalir ke busbar yang short circuit karena arus
itu cenderung untuk bergerak dari potensial tinggi ke rendah dimana pada busbar yang terjadi short
circuit ini nilai tegangannya adalah nol maka arus menuju ke busbar tersebut. Pada bus beban I,
bisa dilihat dari gangguan fasa ketanah bahwa hubung singkat terjadi pada fasa R karena nilai arus
hanya terdapat pada fasa R sementara tegangan yang tidak ada hanya di fasa R. Dari report, dapat
dilihat bahwa gangguan asimetris adalah gangguan line to ground, line to line, dan line to line to
grond. Sementara gangguan simetris ada pada gangguan 3 phase. I”k ini adalah nilai hubung
singkat ketika kondisi awal. Ip adalah arus hubung singkat terbesar dalam sistem. Ib adalah arus
yang menjadi acuan pmt untuk memutus. Ik adalah arus pada kondisi steady state. Dari report juga
bisa dilihat bahwa nilai arus paling besar ada di bus beban 1 karena tegangannya 0,4 kv. Sedangkan
nilai arus terkecil ada di GI II karena tegangannya 150 kv. Hal ini bisa dibuktikan dengan rumus
𝑀𝑣𝑎𝑠𝑐
I= dimana semakin besar nilai V maka I nya akan semakin kecil karena berbanding terbalik.
𝑉×√3

Dari data pengamatan, lokasi hubung singkat ada tiga yakni GI KIT IA (pada pembangkit),
GI II (pada transmisi), dan Bus beban I (pada distribusi) didapatkan nilai arus sebelum gangguan
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
masing-masing sebesar 17,6 A; 8,8 A; dan 415 A. Untuk nilai arus gangguan 3 fasa dari masing-
masing busbar diatas adalah 3,029 kA; 0,267 kA; dan 8,082 kA. Untuk nilai arus gangguan fasa
ke fasa dari masing-masing busbar diatas adalah 2,661 kA; 0,232 kA; dan 7kA. Sedangkan untuk
nilai arus gangguan fasa ke tanah untuk masing-masing busbar didapatkan 3,076 kA; 0,309 kA;
dan 0,006 kA. Dalam mengatur rating CB, kita mencari nilai rated kV (didapat dari nilai tegangan
di busbar), Rated ampere (Nilai arus sebelum gangguan × 1,2), Making peak (Nilai Ip terbesar ×
1,2), serta Breaking (nilai Ib terbesar). Tujuan dari diatur nilai rating CB ini adalah agar kita tahu
kapasitas dari PMT yang akan dipasang berapa agar apabila terjadi gangguan hubung singkat maka
PMT tidak akan langsung memutus karena dalam mengatur rating cb ini kita menggunakan nilai
arus hubung singkat yang terbesar. Sehingga ketika terjadi hubung singkat dibawah dari arus
maksimal hubung singkat (rating cb), maka PMT tidak rusak jadi tidak perlu terlalu sering
dilakukan pergantian PMT. PMT akan rusak apabila rating Cb yang dipasang tidak sesuai dengan
besarnya arus gangguan yang terjadi (jika melebihi kapasitas cb).

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
X. KESIMPULAN

− Secara singkatnya hubung sigkat ini adalah peristiwa dimana arus tidak mengalir sampai
ke beban tetapi sudah terhubung antar penghantarnya dengan tanah karena beda potensial
dari tanah yang tidak bertegangan itu sangat kecil atau bernilai nol. Hal ini terjadi karena
arus itu cenderung mengalir ke impedansi yang lebih kecil dibanding impedansi yang
besar.

− Dari segi simetrisnya, gangguan dikelompokkan menjadi dua lagi yakni gangguan
simetris dan gangguan asimetris. Yang dimaksud dengan gangguan simetris adalah
gangguan pada semua fasanya atau semua fasanya terjadi hubung singkat sehingga nilai
arus pada ketiga fasanya adalah sama. Yang dimaksud dengan gangguan asimetris adalah
gangguan yang hanya terjadi pada beberapa fasanya saja sehingga nilai arus antar fasaya
itu bisa berbeda-beda.

− Ketika hubung singkat, arus cenderung mengalir ke busbar yang short circuit karena arus
itu cenderung untuk bergerak dari potensial tinggi ke rendah dimana pada busbar yang
terjadi short circuit ini nilai tegangannya adalah nol maka arus menuju ke busbar tersebut.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XI. REPORT

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XII.TUGAS AKHIR

• Sebelum Running “ Short Circuit “

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Sesudah Running “ Short Circuit “ dengan gangguan pada sisi pembangkit , distribusi dan
transmisi dengan menampilkan gangguan 3 Fasa

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Running “ Star Protection & Coordination“ dengan menampilkan urutan koordinasi
Proteksi

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Gambar Kurva yang menunjukkan waktu kerja Relay

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XIII. PERTANYAAN

1. Apa tujuan kita melakukan pengisian rating cb pada rangkaian ? Apa yang akan terjadi jika
rating cb tidak sesuai dengan besarnya arus gangguan yang terjadi ?
Jawab :
Tujuan dari diatur nilai rating CB ini adalah agar kita tahu kapasitas dari PMT yang akan
dipasang berapa agar apabila terjadi gangguan hubung singkat maka PMT tidak akan langsung
memutus karena dalam mengatur rating cb ini kita menggunakan nilai arus hubung singkat
yang terbesar. Sehingga ketika terjadi hubung singkat dibawah dari arus maksimal hubung
singkat (rating cb), maka PMT tidak rusak jadi tidak perlu terlalu sering dilakukan pergantian
PMT. PMT akan rusak apabila rating Cb yang dipasang tidak sesuai dengan besarnya arus
gangguan yang terjadi (jika melebihi kapasitas cb).

2. Pada saat terjadi arus hubung singkat, mengapa tegangannya bernilai nol ? Jelaskan dengan
menggunakan rumus !
Jawab :
Menggunakan rumus hukum ohm yakni V=I × Z jadi walaupun arus yang mengalir pada
sistem besar tapi impedansinya bernilai 0 maka tegangannya juga akan bernilai 0.

3. Mengapa pada saat disimulasikan dengan ETAP, beban motor menghasilkan arus kontribusi
hubung singkat pada rangkaian ? Jelaskan !
Jawab :
Apabila terjadi hubung singkat, maka motor sudah tidak menerima suplai listrik yang berarti
motor ini padam. Akan tetapi ketika padam, motor tidak langsung berhenti karena mempunyai
momen inersia dimana motor ini cenderung mempertahankan posisi awalnya yang tadinya
berputar tidak langsung diam. Akibatnya, motor ini masih menghasilkan GGL yang
menyebabkan timbulnya tegangan sehingga arus cenderung untuk mengalir ke potensial lebih
kecil yakni ke busbar yang terjadi hubung singkat daripada ke motor.

4. Hitunglah arus hubung singkat 3 fasa dan 1 fasa ketanah pada bus GI II ! (Masukkan di
pengolahan data).
Jawab :
3×𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎
− 1 fasa = 𝑍 × Cfactor
1 + 𝑍2 +𝑍0

3×150⁄
√3
1 fasa = (48,332+𝑗353,867)+(54,915+𝑗348,611)+(88,123+𝑗201,502) × 1,1

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
1 fasa = 0,309 ˂ -78,047º

𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎
− 3 fasa = Ihs = × Cfactor
𝑍1
150⁄
√3
3 fasa = (48,332+𝑗353,867) × 1,1

3 fasa = 0,266 ˂ -82,222º

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
SUB MODUL III
KOORDINASI PROTEKSI OCR PADA PENYULANG DISTRIBUSI

I. TUJUAN

1. Mempelajari koordinasi proteksi pada penyulang distribusi (OCR).


2. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN

1. 1 unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
III. TEORI MODUL

Sistem proteksi pada tenaga listrik merupakan suatu elemen yang penting dalam sistem
tenagalistrik. Karena memiliki fungsi sebagai pengaman dalam sistem tenaga listrik yang
terdiri dari pembangkitan, transmisi, dan distribusi daya listrik. Seperti yang diketahui sering
sekali terjadi gangguan pada suatu sistem tenaga listrik misalnya beban lebih, terjadi arus
hubung singkat, ataugangguan dari luar seperti petir.

Fungsi sistem proteksi adalah untuk mengamankan suatu sistem tenaga listrik dengan
cara mengetahui gangguan tersebut dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari
bagian lainyang masih dalam keadaan normal untuk mengamankan sistem keseluruhan dari
kerusakan yanglebih parah atau kerugian yang lebih besar. Sistem proteksi tenaga listrik pada
umumnya terdiri dari beberapa komponen yang di rancang untuk mengidentifikasi kondisi
sistem tenaga listrik dan bekerja berdasarkan informasi yang diperoleh dari sistem tersebut
seperti arus, tegangan atausudut fasa antara keduanya. Fungsi dari sistem proteksi adalah :
1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat adanya
gangguan (kondisi abnormal).
2. Untuk mempercepat mengamankan daerah yang terganggu sehingga efek gangguan
menjadi sekecil mungkin.
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumen.
4. Untuk melindungi manusia (terutama) terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Adapun beberapa syarat perencanaan sistem proteksi yang efektif :


1. Selektif, yaitu mampu memisahkan jaringan yang terganggu saja.
2. Sensitif, yaitu mampu merasakan gangguan sekecil apapun.
3. Andal, yaitu akan bekerja bila diperlukan dan tidak akan bekerja bila tidak diperlukan.
4. Cepat, yaitu mampu bekerja secepatnya sesuai dengan permintaan peralatan yang
dilindunginya.

Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak pelanggan.


Karena fungsinya tersebut, maka keandalan menjadi sangat penting dan untuk itu jaringan
distribusi perlu dilengkapi dengan alat pengaman. Salah satu peralatan utama dalam sistem
proteksi yang digunakan pada saluran distribusi adalah relay arus lebih (Over Current Relay)
dan relaygangguan tanah (Ground Fault Relay).

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Maka dari itu perlu adanya suatu koordinasi antara komponen penunjang sistem
proteksi tersebut yang terdiri dari Over Current Relay (OCR), dan Ground Fault Relay (GFR).
Koordinasiini bertujuan agar, disaat salah satu busbar mengalami gangguan atau tidak adanya
pengaman yang mengamankan busbar tersebut, akan mengakibatkan adanya
ketidakseimbangan yangdirasakan oleh sistem dan dapat mengakibatkan kontinyuitas aliran
daya dapat terganggu. Sistemproteksi yang handal dapat segera mengantisipasi gangguan
sedini mungkin dan meminimalisir efek yang terjadi akibat gangguan.

Relay Arus Lebih (OCR)


Relay arus lebih atau yang lebih dikenal dengan OCR (Over Current Relay )
merupakan peralatan yang mensinyalir adanya arus lebih, yang disebabkan oleh adanya
gangguan hubung singkat antar fasa. Relay ini bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus
yang melebihi nilai arusdan waktu settingnya.
• Setelan Arus
Iset primer = k × In
Iset primer
Iset sekunder =
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇

• Setelan Waktu
b
TD = 𝐼𝑓 𝑎 𝑥 𝑇𝑀𝑆
(𝐼 ) − 1
𝑠𝑒𝑡

𝐼 𝑎
TD ((𝐼 𝑓 ) − 1)
𝑠𝑒𝑡
𝑇𝑀𝑆 =
𝑏
Keterangan :
𝐼𝑛 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 (𝑘𝐴)
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑠𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 (𝑘𝐴)
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑠𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 (𝑘𝐴)
𝑇𝐷 = 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 (𝑠)
𝐼𝑓 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑓𝑎𝑠𝑎 (𝑘𝐴)
𝑇𝑀𝑆 = 𝑆𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑟𝑒lay (s)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
IV. LANGKAH PERCOBAAN

1. Buatlah project dan folder sesuai dengan nama praktikan masing-masing. Pada Sub
Modul 3, rangkaian modul melanjutkan dari Modul 3.

2. Buatlah single line diagram seperti gambar dibawah ini! Pada Sub Modul 3, rangkaian
modul melanjutkan dari Modul 3.

3. Setelah itu running rangkaian dengan Load Flow lalu klik

4. Setelah berhasil, pilih Star – Protection & Coordination , lalu edit study case

pilih fault type 3 phase (gangguan 3 fasa).

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

5. Lalu berikan gangguan (fault) pada bus saluran 1%, 25%, 50%, 75%, dan 100%,
Catat nilai arus hubung singkat 3 fasa pada lokasi relay dan isi nilai tersebut pada tabel
3.2.
6. Berdasarkan nilai arus hubung singkat yang telah didapat, carilah TMS dari masing
masing relay (Incoming dan Outgoing) lalu tuliskan pada tabel 3.3 dan 3.4.
7. Isilah data relay berdasarkan hasil yang didapat pada tabel 3.3 dan 3.4.

8. Uji waktu kerja relay dengan cara klik fault insertion , letakkan pada bus saluran

25% lalu perhatikan time viewer . Catat waktu kerja relay yang ditunjukkan oleh
time viewer pada table 3.5. Setelah itu lanjutkan untuk bus saluran 50%, 75%, dan 100%
untuk gangguan 3 fasa

9. Cetak grafik kerja relay dengan cara block kedua relay lalu Create Star View .

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
V. GAMBAR RANGKAIAN

• Running “ Star Protection & Coordination“ dengan menampilkan urutan koordinasi


Proteksi

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VI. GAMBAR GRAFIK

• Gambar Grafik yang menunjukkan kurva kerja Relay

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VII.TEORI TAMBAHAN

Komponen Proteksi Sistem Tenaga Listrik.


Sistem proteksi tenaga listrik pada umumnya terdiri dari beberapa komponen yang di
rancang untuk mengidentifikasi kondisi pada sistem tenaga listrik dan bekerja berdasarkan
informasi yang doperoleh dari sistem tersebut seperti arus, tegangan atau sudut fasa antara
keduanya. Informasi yang diperoleh dari sistem tenaga listrik aka digunakan untuk
membandingkan besarannya dengan besaran ambang-batas (threshold setting) pada peralatan
proteksi. Apabila besaran arus yang diperoleh dari sistem melebihi setting ambang-batas
peralatan proteksi, maka sistem proteksi tersebut akan bekerja untuk mengamankan kondisi
tersebut. Peralatan proteksi pada umumnya terdiri dari beberapa elemen yang dirancang untuk
mengamati kondisi sistem dan melakukan suatu tindakan berdasarkan kondisi sistem yang
diamatinya.

Sumber : Wahyu Hidayat Ade, Gusmedi Herri, Hakim Lukmanul, dan Despa Dikpride

Waktu pemutusan gangguan merupakan waktu total yang dibutuhkan peralatan


proteksi sampai terbukanya pemutus tenaga atau disebut juga fault clearing time.
𝑇𝑐 = 𝑇𝑝 + 𝑇𝑑 + 𝑇𝑎 (2.39)
Keterangan:
Tc = clearing time. Tp = comparison time.
Td = decision time. Ta = action time, including circuit breaker operating time.

Waktu pemutusan gangguan meruapakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
menentukan suatu skema proteksi. Hal ini dikarenakan suatu peralatan roteksi harus
dikoordinasikan waktunya dengan peralatan proteksi yang lain agar hanya peralatan proteksi
yang paling dekat dengan ganggguan saja yang berkerja.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Current Transformer
Untuk memperoleh besaran arus yang proposional dengan arus sistem yang dapat
digunakan dalam peralatan kontrol, rele proteksi dan peralatan instrumen yang lain, umumnya
digunakan trafo arus atau Current Transformer. Currnet Trensformer merupakan sutau
peralatan yang digunakan untuk mengambil sample atau masukan arus sistem dan
mentransformasikannya ke level yang lebih rendah untuk peralatan-peralatan proteksi,
pengukuran maupun peralatan kontrol. Trafo arus mempunyai beberapa fungi yaitu :
- Memperkecil besaran arus listrik (ampere) pada sistem tenaga listrik menjadi besaran arus
untuk sistem pengukuran dan proteksi.
- Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer, yaitu memisahkan instalasi
pengukuran dan proteksi rasio primer tegangan tinggi.

Rating dari trafo arus ditentukan berdasarkan ratio arus primer dengan arus sekunder.
Umumnya ratio trafo arus yang digunakan adalah 600:5, 800:5, 1000:5, 1600:1. Rating arus
5 ampere atau 1 ampere banyak digunakan sebagai standar pada trafo arus. Beberapa rele
proteksi menggunakan arus sekunder CT sebagai input masukan seperti rele jarak, rele arus
lebih, rele differensial dan lain-lain.

Pemutus Tenaga.
Pemutus tenaga (PMT) atau circuit breaker (CB) merupakan peralatan yang dapat
digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan arus listrik sesuai dengan kapasitas
ratingnya. CB mempunyai kemampuan untuk memutuskan arus beban dan arus gangguan
hubung singkat pada tegangan tinggi dalam waktu yang relatif sangat cepat. Energi mekanik
yang diperlukan untuk membuka kontak utama diperoleh dari gaya pegas, tekanan hidrolik,
tekanan peneumatik atau dari beberapa kombinasi diantaranya. Pada saat CB memutuskan
atau menghubungkan arus listrik akan timbul busur api dan untuk memadamkan busur api
tersebut digunakan beberapa bahan pada CB antara lain : minyak, udara, dan gas.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Rele Arus Lebih.
Rele arus lebih adalah suatu rele dimana bekerjanya berdasarkan adanya kenaikan arus
yang melewatinya. Disamping terhadap kenaikan arusnya, rele tersebut juga harus dapat
bekerja pada jangka waktu yang telah ditentukan. Pengaturan waktu ini selain untuk
keamanan peralatan juga sering dikaitkan dengan masalah koordinasi pengamanan.
Berdasarkan prinsip kerja dan konstruksinya rele ini termasuk rele yang paling sederhana,
murah dan mudah dalam penyetelan. Rele ini digunakan untuk mengamankan peralatan
terhadap gangguan hubung singkat antar fasa, hubung singkat satu fasa ketanah, dan juga
dapat digunakan sebagai pengaman beban lebih. Digunakan sebagai pengaman utama pada
jaringan distribusi dan sub transmisi system radial, sebagai pengaman cadangan untuk
generator, transformator daya dan saluran transmisi.

Penyetelan Rele Arus Lebih.


Dalam pengaturan rele arus lebih perlu ditekankan 2 hal utama dalam setting yaitu
dengan menghitung setting untuk nilai pick-up dan nilai untuk nilai time multiplier nya. Hal
tersebut dapat diterangkan sebagai berikut :
- Setting Rele Arus Lebih Waktu Inverse.
Rele arus lebih memiliki setelan pick-up dan setelan time dial atau time multiplier.
Pick-up didefinisikan sebagai nilai arus minimum yang menyebabkan rele bekerja. Untuk
menentukan setelan pick-up, harus dipertimbangkan besarnya arus nominal maksimum
atau Full Load Ampere yang mengalir. Setelan pick-up harus lebih besar dari pada arus
nominal maksimum yang mungkin mengalir, sehingga rele tidak langsung memerintahkan
circuit breaker untuk trip ketika arus yang mengalir mencapai nilai maksimum. Adapun
untuk menentukan besarnya tap yang digunakan dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut :
Is = Ip x rasio CT (2.50)
Is = Arus setting sekunder.
Ip = Arus setting primer.

Dimana Iset adalah besarnya arus pick-up dalam Ampere. Pada aplikasinya praktis
dilapangan untuk besarnya nilai pengaturan over current relay adalah sebesar 105% sampai
dengan 130% dari nilai arus beban penuh.

Sedangkan untuk menentukan nilai setting time dial dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Dimana :
Td = Waktu operasi (detik). t = Time dial.
I = Nilai arus ( Ampere). Iset = Arus pick-up (Ampere).
𝑘 = Koefisien invers 1 (lihat tabel 2.1). α = Koefisien invers 2 (lihat tabel 2.1).
β = Koefisien 3 (lihat tabel 2.1)

Tabel 2.1 Koefisien Invers Time Dial. [9]

SUMBER :
http://eprints.itn.ac.id/4097/1/SKRIPSI.pdf

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VIII. DATA PENGAMATAN

Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat

Lokasi HS (Saluran) 3Ø
kA A
1% 1,1 1100

25% 1,078 1078


50% 1,055 1055

75% 1,032 1032

100% 1,01 1010

Tabel 3.2 Perhitungan Setting Relay O.C Incoming

Inom Rasio CT Iset Primer Iset Incoming


(Ampere) Time (Ampere) Standard
Pengaman Trafo Sekunder
Delay (s)
(Ampere) (Ampere) Inverse
Primer Sekunder TMS
OCR 216,5 1000 5 0,7 227,325 1,136 0,16

Tabel 3.3 Perhitungan Setting Relay O.C Outgoing

Outgoing
Inom Rasio CT (Ampere) Time Iset Primer Iset Standard
Pengaman Beban
Delay (s) (Ampere) Sekunder Inverse
(Ampere) Primer Sekunder (Ampere) TMS
OCR 29,5 300 5 0,3 92,925 1,548 0,108

Tabel 3.4 Pemeriksaan Waktu Kerja Relay Standard Inverse

Lokasi Gangguan Relay di Incoming Relay di Outgoing


3Ø 3Ø

25% 0,708 0,3


50% 0,718 0,303
75% 0,729 0,306

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
100% 0,739 0,309

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
IX. PENGOLAHAN DATA

• Perhitungan Setting Relay O.C Incoming


I nominal trafo = 216,5 A
1000
Rasio CT = 5

I set Primer = k x I nom


= 1,05 x 216,5 A
= 227,325 A

𝐼 𝑠𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
I set Sekunder = 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇
227,325 𝐴
= 1000
5

= 1,136 A
𝐼𝑓 𝑎
𝑇𝐷( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡
TMS = 𝑏
1100 0,02
0,7( ) −1
227,325
= 0,14

= 0,16

• Perhitungan Setting Relay O.C Outgoing


I nominal beban = 29,5 A
300
Rasio CT = 5

I set Primer = 3 x k x I nom


= 3 x 1,05 x 29,5 A
= 92,925 A

𝐼 𝑠𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
I set Sekunder = 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇
92,925 𝐴
= 300
5

= 1,548 A

𝐼𝑓 𝑎
𝑇𝐷( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡
TMS = 𝑏
1100 0,02
0,7( ) −1
92,925
= 0,14
= 0,108

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Pemeriksaan Waktu Kerja Relay Standard Inverse
Relay Incoming
0,14 0,14
25% 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 = 1078 𝐴 0,02
𝑥 0,16 s = 0,708 𝑠
( ) −1 ( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 227,325 𝐴

0,14 0,14
50% 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 = 1055 𝐴 0,02
𝑥 0,16 s = 0,718 𝑠
( ) −1 ( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 227,325 𝐴

0,14 0,14
75% 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 = 1032 𝐴 0,02
𝑥 0,16 s = 0,729 𝑠
( ) −1 ( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 227,325 𝐴

0,14 0,14
100% 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 = 1010 𝐴 0,02
𝑥 0,16 s = 0,739 𝑠
( ) −1 ( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 227,325 𝐴

Relay Outgoing
0,14 0,14
25% 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 = 1078 𝐴 0,02
𝑥 0,108 s = 0,3 𝑠
( ) −1 ( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 92,925 𝐴

0,14 0,14
50% 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 = 1055 𝐴 0,02
𝑥 0,108 s = 0,303 𝑠
( ) −1 ( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 92,925 𝐴

0,14 0,14
75% 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 = 1032 𝐴 0,02
𝑥 0,108 s = 0,306 𝑠
( ) −1 ( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 92,925 𝐴

0,14 0,14
100% 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 = 1010 𝐴 0,02
𝑥 0,108 s = 0,309 𝑠
( ) −1 ( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 92,925 𝐴

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
X. ANALISA

Pada pertemuan minggu ketiga dari praktikum analisa sistem tenaga listrik ini, kita
mempelajari sub modul tiga yang berjudul koordinasi proteksi ocr pada penyulang distribusi.
Tujuan dari modul ini ada dua, yakni agar mrngrtahui koordinasi dari proteksi di penyulang
distribusi (OCR), serta menyelidiki operasi relay-relay proteksi. Sistem proteksi itu adalah elemen
penting dari sistem tenaga listrik karena peran dari sistem proteksi ini adalah sebagai pengaman
dari sistem tenaga listrik. Sistem proteksi ini memiliki sejumlah fungsi pada sistem tenaga listrik.
Yang pertama, agar mengurangi kerusakan pada peralatan listrik yang disebabkan oleh gangguan
atau kondisi tidak normal. Yang kedua, agar semakin cepat mengamankan daerah yang terjadi
gangguan agar efek dari gangguan tersebut jadi sekecil mungkin. Yang ketiga, agar pelayanan
listrik yang diberikan ke pelanggan dalam keandalan yang tinggi, serta agar melindungi manusia
dari bahaya akibat listrik. Ada terdapat beberapa syarat dalam merencanakan sistem proteksi yang
efektif, yakni selektif, sensitif, andal, dan cepat. Yang dimaksud dengan selektif adalah sistem
proteksi harus bisa memisahkan daerah yang terganggu dengan daerah yang tidak terganggu.

Yang dimaksud dengan sensitif adalah sistem proteksi harus mampu peka terhadap
gangguan skecil apapun. Yang dimaksud dengan andal adalah sistem proteksi harus bisa bekerja
ketika diperlukan dan tidak bekerja ketika tidak diperlukan. Yang dimaksud dengan cepat adalah
sistem proteksi harus dapat memutus secepat mungkin apabila terjadi gangguan. Pada sub modul
tiga ini relay yang dipakai pada rangkaian adalah relay arus lebih atau overcurrent relay (ocr).
Overcurrent relay ini adalah peralatan yang mendeteksi terjadinya arus lebih yang diakibatkan oleh
gangguan hubung singkat antar fasa. Karakteristik dari relay ocr ini adalah standar invers, difinite
time, dan instantaneous. Yang dimaksud dengan standar invers relay adalah semakin besar nilai
arus hubung singkat yang terdeteksi oleh relay ocr maka akan semakin cepat waktu kerjanya. Yang
dimaksud dengan difinite time adalah relay ocr bekerja sesuai dengan waktu kerja yang sudah
diatur dan tidak terpengaruh oleh arusnya. Yang dimaksud dengan instantaneous adalah relay ocr
akan memutus apabila terdapat arus gangguan.

Pada rangkaian juga kita menggunakan trafo ct atau current transformer yang fungsinya
adalah ketika arus hubung singkat terdeteksi maka trafo ct ini akan menurunkan arus hubung
singkat tersebut maka arus hubung singkat yang terbaca pada relay itu hanya bernilai 5 ampere.
Pada sub modul tiga ini, untuk tabel yang pertama kita akan melakukan hasil perhitungan arus
hubung singkat pada saluran 1%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Dari percobaan yang dilakukan,
didapatkan nilai arus hubung singkat pada saluran 1% adalah sebesar 1.100 A, pada saluran 25%

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
sebesar 1.078 A, pada saluran 50% sebesar 1.055 A, pada saluran 75% sebesar 1.032 A, dan pada
saluran 100% sebesar 1.010 A. Relay yang digunakan adalah relay ocr sebanyak dua buah yakni
relay outgoing yang fungsinya sebagai proteksi utama dan relay incoming yang fungsinya sebagai
proteksi backup dari relay incoming. Yang dimaksud dengan proteksi utama adalah proteksi yang
pertama kali bekerja dan proteksi backup adalah proteksi cadangan yang akan bekerja apabila
proteksi utama tidak bekerja.

Untuk tabel yang kedua kita akan melakukan perhitungan setting relay incoming dengan
menggunakan rumus 𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 = 𝐾 × 𝐼𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 . Nilai K ini adalah 1,05 yang merupakan
faktor pengali dan nilai Inominal trafo yang dipakai adalah nilai FLA pada kumparan sekunder
dari trafo tenaga empat yang bernilai 216,5. Hasil yang didapatkan untuk Iset primernya adalah
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
227,325 A. Selanjutnya mencari nilai Iset sekunder dengan rumus 𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = .
𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇

Dimana nilai Iset primer sebesar 227,325 A dan nilai dari ratio trafo ct yang digunakan dapat
dilihat pada trado ct yang terhubung dengan relay incoming dimana disini rasio trafonya adalah
1000 : 5. Hasil yang didapatkan untuk Iset sekunder adalah 1,136 A. Selanjutnya, dilakukan setting
𝑎
𝐼𝑓
𝑇𝑑×(( ) −1)
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
waktu kerja dari relay ocr dengan menggunakan rumus 𝑇𝑀𝑆 = dimana nilai
𝑏

Td atau time delay yang dipakai untuk relay incoming ini adalah 0,7 , nilai if ini adalah nilai arus
hubung singkat terbesar yakni pada saluran 1% sebesar 1.100 A, nilai Iset primer sebesar 227,325
A, nilai a sebesar 0,02 dan nilai b sebesar 0,14.

Hasil yang didapat untuk TMS nya adalah 0,16. Untuk tabel yang ketiga kita melakukan
perhitungan setting relay outgoing. Perhitungannya sama seperti pada relay incoming hanya saja
perbedaannya pada rumus 𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 = 3 × 𝐾 × 𝐼𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 dimana nilai Inominal ini
didapatkan dengan running load flow, dan juga pada time delay dimana td yang digunakan untuk
relay outgoing ini adalah 0,3. Dari perhitungan, didapatkan nilai Iset primer sebesar 92,925 A ,
Iset sekunder sebesar 1,548 A dan nilai TMS-nya adalah 0,108. Setelah itu, masukkan semua nilai
dari Iset primer, Iset sekunder, dan TMS dari masing-masing relay incoming dan outgoing diatas.

Untuk tabel terakhir adalah kita hitung waktu kerja dari relay yang sudah kita atur tadi dimana
𝑏
rumusnya adalah 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 × 𝑇𝑀𝑆. Didapatkan nilai sesuai dengan pada tabel. Dapat
( )𝑎 −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟

disimpulkan untuk tabel terakhir ini bahwa semakin jauh arus gangguan maka semakin lama waktu
kerja dari relay ocr.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Sistem koordinasi proteksi antara CT, relay, dan CB adalah ketika terjadi hubung singkat
arus masuk ke ct lalu diturunkan nilai arusnya kemudian masuk ke relay dan di relay ini akan
mendeteksi apakah arus hubung singkat sudah melewati nilai Iset primernya atau tidak. Jika
melewati maka relay akan memerintahkan cb untuk memutus. Jika terjadi kegagalan koordinasi
proteksi maka, relay incoming yang bekerja sebagai backup protection akan bekerja terlebih
dahulu daripada relay outgoing. Jika hal ini terjadi, maka peralatan-peralatan pada saluran yang
terjadi gangguan akan rusak karena relay backup protection yang bekerja duluan. Arus hubung
singkat terbesar terjadi pada saluran 1% karena impedansi pada saluran 1% lebih kecil daripada
saluran lain. Jadi, semakin panjang saluran semakin besar juga impedansinya maka arus yang
mengalir akan semakin kecil.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XI. KESIMPULAN

− Sistem koordinasi proteksi antara CT, relay, dan CB adalah ketika terjadi hubung singkat
arus masuk ke ct lalu diturunkan nilai arusnya kemudian masuk ke relay dan di relay ini
akan mendeteksi apakah arus hubung singkat sudah melewati nilai Iset primernya atau
tidak. Jika melewati maka relay akan memerintahkan cb untuk memutus. Jika terjadi
kegagalan koordinasi proteksi maka, relay incoming yang bekerja sebagai backup
protection akan bekerja terlebih dahulu daripada relay outgoing. Jika hal ini terjadi, maka
peralatan-peralatan pada saluran yang terjadi gangguan akan rusak karena relay backup
protection yang bekerja duluan.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XII.REPORT

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XIII. TUGAS AKHIR

• Running “ Star Protection & Coordination“ dengan menampilkan urutan koordinasi


Proteksi

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Gambar Kurva yang menunjukkan waktu kerja Relay

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XIV. PERTANYAAN

1. Bagaimana sistem koordinasi proteksi antara CT, Relay, dan CB ?


Jawab :
Sistem koordinasi proteksi antara CT, relay, dan CB adalah ketika terjadi hubung singkat arus
masuk ke ct lalu diturunkan nilai arusnya kemudian masuk ke relay dan di relay ini akan
mendeteksi apakah arus hubung singkat sudah melewati nilai Iset primernya atau tidak. Jika
melewati maka relay akan memerintahkan cb untuk memutus.

2. Apa saja yang dimaksud dengan main protection dan backup protection pada sistem proteksi
?
Jawab :
Yang dimaksud dengan proteksi utama adalah proteksi yang pertama kali bekerja ketika
terjadi hubung singkat dan proteksi backup adalah proteksi cadangan yang akan bekerja
apabila proteksi utama tidak bekerja.

3. Apa yang terjadi jika mengalami kegagalan koordinasi proteksi ? Jelaskan !


Jawab :
Jika terjadi kegagalan koordinasi proteksi maka, relay incoming yang bekerja sebagai backup
protection akan bekerja terlebih dahulu daripada relay outgoing. Jika hal ini terjadi, maka
peralatan-peralatan pada saluran yang terjadi gangguan akan rusak karena relay backup
protection yang bekerja duluan.

4. Mengapa arus hubung singkat terbesar terjadi di saluran 1% ?


Jawab :
Arus hubung singkat terbesar terjadi pada saluran 1% karena impedansi pada saluran 1% lebih
kecil daripada saluran lain. Jadi, semakin panjang saluran semakin besar juga impedansinya
maka arus yang mengalir akan semakin kecil.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
MODUL IV
ANALISA KESTABILAN TRANSIEN
(TRANSIENT STABILITY ANALYSIS)

I. TUJUAN
1. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi kehilangan pembangkit.
2. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi hubung singkat pada
saluran transmisi dalam selang waktu tertentu.
3. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi pelepasan beban secara
tiba-tiba.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN

1. 1 Unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
III. TEORI MODUL

Stabilitas adalah kemampuan sistem yang memiliki dua atau lebih mesin sinkron
untuk berpindah dari suatu kondisi steady-state karena adanya perubahan sistem ke kondisi
steady-state lainnya, maka sistem akan berubah dari kondisi lama ke kondisi baru. Periode
singkat antara dua kondisi itu disebut Kestabilan Peralihan (Transient Stability).

Suatu sistem tenaga listrik yang baik harus memenuhi beberapa syarat, seperti:
Reliability, Quality dan Stability.
1) Reliability adalah : Kemampuan suatu sistem untuk menyalurkan daya atau
energi secara terus menerus.
2) Quality adalah : Kemampuan sistem tenaga listrik untuk menghasilkan besaran-
besaran standart yang ditetapkan untuk tegangan dan frekuensi.
3) Stability adalah : Kemampuan dari sistem untuk kembali bekerja secara normal
setelah mengalami suatu gangguan.

Dalam sistem tenaga listrik yang baik maka ketiga syarat tersebut harus dipenuhi yaitu
sistem harus mampu memberi pasokan listrik secara terus menerus dengan standar
besaran untuk tegangan dan frekuensi sesuai dengan aturan yang berlaku dan harus
segera kembali normal bila sistem terkena gangguan.

A. Klasifikasi Kestabilan Sistem Tenaga Listrik


Kestabilan sistem tenaga listrik secara umum dapat dibagi menjadi tiga macam
kategori, yaitu: Angle Stability, Frequency stability dan Voltage stability. Angle Stability
yaitu kemampuandari mesin-mesin sinkron yang saling terkoneksi pada suatu sistem
tenaga listrik untuk tetap dalam keadaan sinkron. Frequency stability yaitu kemampuan
dari suatu sistem tenaga untuk mempertahankan kondisi steady state frekuensi akibat
gangguan Sedangkan Voltage Stability: yaitu kestabilan dari sistem tenaga listrik untuk
dapat mempertahankan nilai tegangan yang masihdapat diterima saat terjadi kontingensi
atau gangguan.

1. Kestabilan Peralihan
Kestabilan peralihan (Transient Stability) adalah kemampuan sistem untuk
mencapai titik keseimbangan atau stabilitas setelah adanya perubahan besar pada
sistem yang menyebabkan sistem sempat kehilangan stabilitasnya. Kestabilan
peralihan terjadi ketika teganganotomatis dan pengatur frekuensi belum bekerja.
Pengklasifikasian kestabilan dilakukan secara sistematis dan berdasarkan pada

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
beberapa pertimbangan, yaitu:
1) Ukuran dari gangguan.
2) Pemodelan yang tepat dan analisis gangguan yang spesifik.
3) Rentang waktu saat gangguan berlangsung.
4) Parameter sistem yang paling berpengaruh.

Transient Stability Assessment atau studi tentang kestabilan transien harus


dilakukan karena suatu sistem dapat dikatakan stabil pada kestabilan steady state,
namun belum tentu stabil pada kestabilan peralihan, sehingga studi ini perlu dilakukan
guna untuk mengetahui apakah sistem dapat bertahan saat gangguan peralihan terjadi.
Gangguan kestabilan peralihan dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu :
1) Beban lebih akibat lepasnya satu generator dari sistem.
2) Hubungan singkat (short circuit).
3) Starting pada motor.
4) Pelepasan beban yang mendadak.

Persamaan Ayunan (Swing Equation)


Persamaan ayunan adalah persamaan yang mengatur gerakan rotor suatu mesin
serempak didasarkan pada prinsip dalam dinamika yang menyatakan:
”Momen putar percepatan (accellarating torque) adalah hasil kali momen
kelembaban(moment of inertia) rotor dan percepatan sudutnya”
Untuk generator serempak, persamaan ayunan ditulis:
𝒅𝟐 𝜽𝒎
𝑰= = 𝑻𝒎 − 𝑻𝒆 = 𝑻
𝒅𝒕^𝟐
Dengan :
J = Momen inersia dari massa rotor (kg-m2)
𝜃𝑚 = Pergeseran sudut rotor terhadap sumbu yang stasioner (radian- mekanis)
t = Waktu (detik)
Tm = Momen putar mekanis atau poros (penggerak) yang diberikan oleh
penggerak mula dikurangi dengan momen putar perlambatan
(retarding) yang disebabkan oleh rugi- rugi perputaran (N-m)
Te = Momen putar elektris (N-m)

Jika Tm dan Te dianggap positif untuk generator serempak berarti


bahwa Tm adalah resultan momen putar poros yang mempunyai kecendrungan
untuk mempercepat rotor dalam arah 0myang positif
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
2. Kestabilan Frekuensi
Kestabilan ini berkaitan dengan kemampuan dari sistem untuk
mempertahankan kestabilan frekuensi akibat gangguan pada sistem yang
mengakibatkan ketidakseimbangan antara pembangkitan dan beban. Pada
umumnya masalah kestabilan frekuensi dikaitkan dengan ketidakmampuan dari
respons peralatan, koordinasi yang buruk pada peralatan kontrol danperalatan
proteksi, atau kurangnya daya cadangan pembangkitan.

Selama terjadinya penyimpangan frekuensi, besarnya tegangan mungkin


dapat berubah dengansignifikan, terutama untuk kondisi islanding yang
menggunakan underfrequency load shedding untuk melepas bebannya. Perubahan
nilai tegangan yang mungkin prosentasenya lebih besar dari perubahan frekuensi
dapat mengakibatkan ketidakseimbangan antara pembangkitan dan
beban.Equilibrium point (titik keseimbangan) antara suplai daya system dan beban
harus dipertahankan untukmenjaga system dari generator outage.

Klasifikasi kestabilan frekuensi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu jangka


panjang dan jangka pendek. Contoh fenomena jangka pendek untuk kestabilan
frekuensi adalah pada pembentukan undergenerated island dengan pelepasan beban
underfrequency yang tidak mencukupi, sehingga frekuensi menurun secara tiba-tiba
dan menyebabkan sistem mati total dalam durasi beberapa detik. Sedangkan
kestabilan frekuensi jangka panjang biasanya disebabkan oleh kontrol governor
tidak bekerja ketika terdapat gangguan. Rentang waktu fenomena jangka panjang
yaitu puluhan detik hingga beberapa menit.

3. Kestabilan Sudut Rotor


Kestabilan sudut rotor adalah kemampuan dari beberapa mesin sinkron yang
saling terinterkoneksi pada suatu sistem tenaga untuk mempertahankan kondisi
sinkron setelah terjadi gangguan. Kestabilan sudut rotor bergantung pada
kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan antara torsi elektromagnetik dan
mekanik pada mesin-mesin tersebut. Ketidakstabilan mengakibatkan peningkatan
kecepatan sudut yang berubah-ubah pada generator, yang akan menyebabkan
hilangnya sinkronisasi antar generator. Hal ini terjadi karena daya output generator
yang berubah sesuai dengan berubahnya rotor. Kestabilan sudut rotor pada
gangguan besar merupakan kemampuan sistem tenaga listrik untuk

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
mempertahankan sinkronisasi, salah satu contohnya adalah seperti hubungan
singkat pada saluran transmisi.

4. Kestabilan Tegangan
Kestabilan tegangan adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga listrik
untuk mempertahankan kestabilan tegangan pada semua bus dari sistem setelah
mengalami gangguan. Kestabilan tegangan bergantung pada kemampuan sistem
untuk mempertahankan kesetimbangan antara supply daya dari pembangkit dan
jumlah pembebanannya. Gangguan yang biasanya terjadi adalah lepasnya beban
secara tiba-tiba ataupun hilangnya sinkron dari salah satu pembangkit sehingga
tegangan menjadi turun secara drastis. Kestabilan tegangan menyangkut dengan
gangguan besar dan gangguan kecil dalam jangka waktu pendek maupun panjang.
Ketidakstabilan yang mungkin terjadi adalah terjadinya peningkatan atau jatuhnya
nilai tegangan pada beberapa bus pada sistem. Faktor utama yang menjadi
penyebab ketidakstabilan tegangan adalah ketidakmampuan dari sistem untuk
memenuhi kebutuhan daya reaktif beban.

Penurunan tegangan bus dapat juga dihubungkan dengan ketidakstabilan sudut


rotor. Contohnya, ketika terjadi loss of synchronism di antara dua grup mesin akan
mengakibatkan tegangan yang sangat rendah di tengah saluran sistem.
Kestabilan tegangan dikelompokkan menjadi dua macam, berdasarkan
gangguannya: 1). Kestabilan tegangan akibat gangguan besar.
2). Kestabilan tegangan akibat gangguan kecil.

Penambahan Beban Secara Tiba-Tiba


Penambahan beban pada suatu sistem tenaga listrik dapat mengakibatkan
timbulnya gangguan peralihan jika:
1. Jumlah beban melebihi batas kestabilan keadaan mantap untuk kondisi tegangan
dan reaktansi rangkaian tertentu.
2. Jika beban dinaikkan sampai terjadi osilasi, sehingga menyebabkan sistem
mengalami ayunan yang melebihi titik kritis yang tidak dapat kembali.

Apabila sistem tenaga listrik dilakukan pembebanan dengan beban penuh secara tiba-
tiba, maka arus yang diperlukan sangat besar akibatnya frekuensi sistem akan turun
dengan cepat. Pada kondisi demikian sistem akan keluar dari keadaan sinkron
walaupun besar beban belum mencapai batas kestabilan mantap yaitu daya

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
maksimumnya, Hal ini dikarenakan daya keluar elektris generator jauh melampaui
daya masukan mekanis generator atau daya yang dihasilkan penggerak mula, dan
kekurangan ini disuplai dengan berkurangnya energi kinetis generator. Sehingga
putaran generator turun atau frekuensi sistem turun, sudut daya bertambah besar dan
melampaui sudut kritisnya, akibatnya generator akan lepas sinkron atau tidak stabil.
Sesaat dilakukannya pembebanan tersebut, rotor generator akan mengalami ayunan
dan getaran yang besar.

Kestabilan Mantap
Kondisi kestabilan pada suatu sistem tenaga listrik bukan hanya akibat dari
kondisi peralihan seperti proses pemutusan akibat adanya gangguan, tetapi meliputi
aspek ketidakstabilan pada kondisi mantap. Bila terdapat sebuah mesin (generator)
dengan tegangan internal sebesar EG dihubungkan dengan sistem tak hingga (infinite
bus) dengan tegangan Ei melalui saluran transmisi dan rangkaian.

Dengan demikian, daya maksimum yang dapat ditransfer sebesar:

Besaran tersebut merupakan batas kestabilan mantap, sehingga pengiriman daya


yang lebih besar dari Pmax akan menyebabkan mesin tersebut keluar dari sistem.
Berdasar pada model diatas, terdapat 3 karakteristik listrik yang mempengaruhi
kestabilan, yaitu:
1. Tegangan internal generator,
2. Reaktansi antara mesin generator dengan bus tak hingga
3. Tegangan pada bus tak hingga.

Dengan demikian, makin tingginya tegangan internal generator, dan makin


rendahnya reaktansi sistem dan generator, akan mengakibatkan daya yang dapat
ditransfer akan makin tinggi.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
IV. LANGKAH PERCOBAAN

1. Buatlah one line diagram dengan susunan seperti gambar di bawah ini !

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
2. Isi rating berdasarkan data yang telah ditentukan asisten :
A. Generator
PLTU Unit I; PLTU Unit II

PLTU Unit III

PLTA Unit I

PLTG Unit I

PLTU Unit I; Unit II; Unit III

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

PLTA Unit I

PLTG Unit I

PLTU Unit I; PLTU Unit II; PLTU Unit III; PLTA Unit I; PLTG Unit I

3. klik menu, kemudian Edit Study Case maka akan tampil seperti di bawah
ini:

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Klik Events, lalu klik Add pada Events dan Actions sesuai kondisi saat Kehilangan
Pembangkit, Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi dan Pelepasan Beban. Isi Total
Simulation Time selama 60 sekon.

Kehilangan Pembangkit

3.1 Lepas PLTU Unit III dengan membuka CB3 (t=1 s) atau isi sesuai gambar di
bawah ini:

3.2 Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akan diamati
di Data Pengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT IA).

3.3 Klik untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif,
Tegangan, Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan
menggunakan Slider, lalu catat pada Data Pengamatan.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
3.4 Klik ikon untuk menampilkan grafik Device ID yang sudah diplot.

Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi

4.1 Beri gangguan hubung singkat tiga fasa pada saluran 50% (t=1 s) dan Clear (t=3
s) pada SUTET I atau isi sesuaigambar di bawah ini:

4.2 Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akan diamati di
Data Pengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT IA).

4.3 Klik ikon untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif,
Tegangan, Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan
menggunakan Slider, lalu catat pada Data Pengamatan .

4.4 Klik ikon untuk menampilkan grafik Device ID yang sudah diplot.
Pelepasan Beban

5.1 Lepas beban Lump7, Lump8 dan Load7 dengan membuka CB51 (t= 1s) atau isi
sesuai gambar di bawah ini:
5.2 Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akan diamati di
Data Pengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT IA).

5.3 Klik ikon untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif,
Tegangan, Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan
menggunakan Slider, lalu catat pada Pengamatan..

5.4 Klik ikon untuk menampilkan grafik Device ID yang sudah diplot.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
V. GAMBAR RANGKAIAN
• Sebelum Run “ Transient Stability “

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Sesudah Run “ Transient Stability “ Pada 1,0 s

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Sesudah Run “ Transient Stability “ Pada 1,001 s

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VI. GAMBAR GRAFIK
• Kondisi Kehilangan Pembangkit
− Power Angle Relative (PLTU Unit I)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
− Bus Voltage (PLTU Unit I)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
− Bus Frequency (PLTU Unit I)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Kondisi Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi
− Power Angle Relative (PLTU Unit I)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
− Bus Voltage (PLTU Unit I)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
− Bus Frequency (PLTU Unit I)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Kondisi Pelepasan Beban
− Power Angle Relative (PLTU Unit I)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
− Bus Voltage (PLTU Unit I)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
− Bus Frequency (PLTU Unit I)

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VII.TEORI TAMBAHAN
Stabilitas Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik secara umum terdiri dari unit-unit pembangkit yang terhubung
dengan saluran untuk melayani beban. Sistem tenaga listrik yang memiliki banyak mesin
biasanya menyalurkan daya kebeban melalui saluran interkoneksi. Tujuan utama dari sistem
saluran interkoneksi adalah untuk menjaga kontinuitas dan ketersediaan tenaga listtrik
terhadap kebutuhan beban yang terus meningkat. Semakin berkembang sistem tenaga listrik
dapat mengakibatkan lemahnya performansi sistem ketika mengalami gangguan. Salah satu
efek gangguan adalah osilasi elektromekanik yang jika tidak diredam dengan baik maka
sistem akan terganggu dan dapat keluar dari area kestabilannya sehingga mengakibatkan
pengaruh yang lebih buruk seperti pemadaman total (black out).

Keadaan operasi yang stabil dari sistem tenaga listrik terdapat keseimbangan antara
daya input mekanis pada prime mover dengan daya output listrik (beban listrik). Dalam
keadaan seperti ini, semua generator berputar pada kecepatan sinkron. Hal ini terjadi bila
setiap kenaikan dan penurunan beban harus diikuti dengan perubahan daya input mekanis
pada prime mover dari generator-generator. Bila daya input mekanis tidak cepat mengikuti
dengan perubahan beban dan rugi-rugi sistem maka kecepatan rotor generator (frekuensi
sistem) dan tegangan akan menyimpang dari keadaan normal terutama jika terjadi gangguan
maka 20 sesaat akan terjadi perbedaan yang besar antara daya input mekanis dan daya
output listrik dari generator.

Kestabilan sistem tenaga listrik dapat didefenisikan sebagai sifat yang


memungkinkan mesin bergerak sinkron dalam sistem untuk memberikan reaksinya terhadap
gangguan dalam keadaan normal serta balik kembali ke keadaan semula bila keadaan
menjadi normal (Stevenson, 1983:408)

Kelebihan daya mekanis terhadap daya listrik mengakibatkan percepatan pada


putaran rotor generator atau sebaliknya, bila gangguan tersebut tidak dihilangkan segera
maka percepatan (acceleration) dan perlambatan (deceleration) putaran rotor generator akan
mengakibatkan hilangnya sinkronisasi dalam sistem.

Hilangnya sinkronisasi merupakan ketidakseimbangan antara daya pembangkit


dengan beban dan menimbulkan suatu keadaan transien yang menyebabkan rotor dari mesin
sinkron berayun karena adanya torsi yang mengakibatkan percepatan atau perlambatan pada
rotor tersebut. Ini terjadi bila torsi tersebut cukup besar maka salah satu atau lebih dari
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
mesin sinkron tersebut akan kehilangan sinkronisasinya, misalnya terjadi ketidakseimbangan
yang disebabkan adanya daya pembangkit yang berlebihan maka sebagian besar dari energi
yang berlebihan akan diubah menjadi energi kinetik yang mengakibatkan percepatan sudut
rotor bertambah besar, walaupun kecepatan rotor bertambah besar, tidak berarti bahwa
sinkronisasi dari mesin tersebut akan hilang. Faktor yang 21 menentukan adalah perbedaan
sudut rotor atau daya tersebut diukur terhadap referensi putaran sinkronisasi.

Secara umum permasalahan stabilitas sistem tenaga listrik terkait dengan kestabilan
sudut rotor (rotor angle stability), kestabilan frekuensi (frequensi stability) dan kestabilan
tegangan (voltage stability) seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.1. Dimana kestabilan
yang membahas masalah frekuensi dengan tegangannya telah dibahas oleh Sanatang dengan
judul tesisnya “Perbaikan stabilitas frekuensi dan tegangan pada beban dinamik sistem
kelistrikan Sulselbar menggunakan metode linier quadratic regulator”.

Gambar 1 Klasifikasi Stabilitas Sistem tenaga (Grigsby L.L, 2001:105)

Kestabilan sudut rotor diklasifikasikan menjadi stabilitas sinyal kecil (small signal
stability) dan stabilitas transien (transient stability).Small signal stability adalah kestabilan
sistem untuk gangguan-gangguan kecil dalam bentuk osilasi elektromekanik yang tak
teredam, sedangkan transient stability dikarenakan kurang sinkronnya torsi dan diawali
dengan gangguan-gangguan besar.

Klasifikasi Stabilitas Sistem Tenaga Listrik


Studi tentang kestabilan sistem tenaga menurut IEEE/CIGRE Joint Task Force dapat
diklasifikasikan seperti pada gambar 1.
Gangguan pada sistem tenaga listrik dapat digolongkan menjadi :

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
a. Gangguan tunggal dari saluran ke tanah.
b. Gangguan antar saluran.
c. Gangguan ganda dari saluran ke tanah.
d. Gangguan 3 fasa.

Gangguan tunggal dari saluran ke tanah adalah yang paling sering terjadi, sedangkan
gangguan 3 fasa adalah yang paling jarang. Untuk keandalan yang sempurna, suatu sistem
harus dirancang untuk kestabilan peralihan terhadap gangguan tiga fasa pada lokasi yang
menimbulkan pengaruh terburuk, dan ini sudah merupakan praktek yang dijalankan secara
universal (Stevenson, 1983:437).

Stabilitas transien adalah kemampuan sistem daya untuk kembali dalam kondisi
sinkron setelah terjadi gangguan yang besar (Saadat Hadi, 1999:486). Jadi, studi stabilitas
transien dihubungkan dengan efek disturbansi-disturbansi besar.Selain melihat kondisi
kestabilan sistem, studi kestabilan transien juga bertujuan untuk menentukan berapa besar
waktu pemutusan kritis atau batas maksimum gangguan dihilangkan. Menurut Stevenson
(1984) studi kestabilan transien lebih lanjut dapat dibagi ke kedalam kestabilan ayunan
pertama (first swing) dan ayunan majemuk (multiswing). Kestabilan ayunan pertama
generator dimodelkan sederhana yaitu tanpa memasukkan sistem-sistem pengaturannya. 23
Perioda waktu yang diselidiki adalah detik pertama setelah timbulnya gangguan pada sistem
seperti yang terlihat pada Gambar 2.Jika generator-generator pada sistem tetap berada dalam
keadaan serempak sebelum berakhirnya detik pertama maka sistem dikatakan dalam
keadaan stabil. Namun umumnya lama studi kestabilan digunakan 2 sampai dengan 3 detik
agar bentuk kurva ayunan sudut rotor jelas terlihat (Kundur Praba, 1994 :827). Untuk
kestabilan ayunan majemuk meliputi periode yang lebih lama karena itu, pengaruh dari
sistemsistem pengaturan generator sudah dipertimbangkan, seperti pada gambar 2.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Gambar 2. (a) contoh analisis ayunan pertama untuk sistem stabil,


(b) contoh analisis ayunan pertama untuk sistem tidak stabil. (Kundur
Praba, 1994 : 834)

Semua studi-studi kesatabilan dibuat dalam tiga asumsi yang mendasar untuk
memudahkan dalam perhitungan yaitu :
1. Dalam gulungan-gulungan stator dan sistem daya, hanya diperhitungkan arus dan
tegangan. Karena itu arus-arus pergeseran dc (dc offset currents) dan komponen-
komponen harmonisasi semuanya diabaikan.
2. Komponen-komponen simetris digunakan dalam representasi gangguan-gangguan
tidak seimbang. 3. Tegangan yang dibangkitkan dianggap tidak dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan kecepatan mesin.

SUMBER :
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/ZDMyZjljNGJiYWY
3NTI4NmM0Y2Y0NGRjNDhiMjRlYThkZjFmMjU4Yg==.pdf

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VIII. DATA PENGAMATAN

• Kehilangan Pembangkit
Tabel 4.1. Kondisi PLTU Unit I saat Kehilangan Pembangkit
Sudut
Daya Daya Kec.
Waktu Tegangan Frekuensi Daya
NO Aktif Reaktif Rotor
(s) (kV) (Hz) Relatif
(kW) (kVar) (RPM)
(Degree)
1. 1 13,8 50 400 131,4 3000 8,39
2. 1,001 13,76 50 594,4 147,7 2999,9 8,39
3. 5 13,79 49,7 492,9 169,7 2980,3 3,92
4. 10 13,8 49,7 540,8 168,3 2983,2 5,74
5. 20 13,8 49,7 578,2 161,6 2985 7,89
6. 50 13,8 49,8 590,7 161 2985,6 8,57
7. 60 13,8 49,8 590,9 161 2985,6 8,58

• Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi

Tabel 4.2. Kondisi PLTU Unit I saat Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi

Sudut
Waktu Tegangan Frekuensi Daya Daya Kec.
Daya
No. Aktif Reaktif Rotor
(s) (kV) (Hz) Relatif
(kW) (kVar) (RPM)
(Degree)
1. 1 13,8 50 400 131,4 3000 8,39
2. 1,001 2,2 50 136,1 1679 2999,9 8,39
3. 5 20,53 49,9 2785 1499 3001 31,17
4. 10 13,86 50,1 310 343,2 3003,4 9,46
5. 20 13,8 50 374,2 116,2 3002,2 11,15
6. 50 13,8 50 369,9 117,5 3002,2 10,93
7. 60 13,8 50 369,8 117,5 3002,2 10,93

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Pelepasan Beban

Tabel 5.5. Kondisi PLTU Unit I saat Pelepasan Beban

Sudut
Waktu Tegangan Frekuensi Daya Daya Kec.
Daya
No. Aktif Reaktif Rotor
(s) (kV) (Hz) Relatif
(kW) (kVar) (RPM)
(Degree)
1. 1 13,8 50 400 131,4 3000 8,39
2. 1,001 13,83 50 328,7 112,2 3000 8,39
3. 5 13,8 50,2 352,8 112,5 3009,7 10,6
4. 10 13,8 50,1 334,1 112,5 3007,9 9,65
5. 20 13,8 50,1 318,8 114 3006,6 8,48
6. 50 13,8 50,1 315,6 114,2 3006,3 8,23
7. 60 13,8 50,1 315,6 114,2 3006,3 8,23

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
IX. ANALISA

Pada pertemuan minggu keempat dari praktikum analisa sistem tenaga listrik ini, kita
mempelajari modul empat yang mempunyai judul Analisa Kestabilan Transient atau Transient
Stability Analysis. Tujuan dari dilakukannya percobaan analisa kestabilan transient ini adalah
agar dapat mengamati lalu menganalisa kestabilan pembangkit ketika terjadi kehilangan
pembangkit, mampu mengamati serta menganalisa kestailan dari pembangkit ketika hubung
singkat terjadi pada saluran transmisi dalam selang waktu tertentu, serta dapat mengamati dan
menganalisa kestabilan dari pembangkit ketika terjadi pelepasan beban secara mendadak. Yang
dimaksud dengan stabilitas atau kestabilan itu adalah kemampuan sebuah sistem yang
didalamnya terdapat dua mesin sinkron atau lebih untuk berubah dari kondisi steady state atau
kondisi normal karena terdapat perubahan sistem ke kondisi yang baru. Syarat untuk sistem
tenaga listrik dikatakan baik adalah reliability, quality, dan stability. Maksud dari reliability itu
ialah kemampuan sistem untuk mensuplai daya terus menerus. Sedangkan maksud dari quality
itu ialah kemampuan suatu sistem tenaga listrik agar menghasilkan besaran-besaran standar.
Sementara itu yang dimaksud dengan stability adalah kemampuan sistem untuk bekerja secara
normal lagi pasca terjadinya gangguan.

Kestabilan dari sistem tenaga listrik ini dikelompokkan menjadi tiga, yakni angle
stability, frequency stability, dan voltage stability. Yang dimaksud denga angel stability atau
kestabilan sudut rotor ini ialah kemampuan dari sejumlah mesin sinkron yang terhubung satu
sama lain dalam sistem tenaga listrik untuk mempertahankan atau tetap berada pada keadaan
sinkron. Kemudian, yang dimaksud dengan frequency stability atau kestabilan frekuensi ini ialah
kemampuan sistem itu sendiri untuk menjaga frekuensinya agar tetap stabil atau kembali kepada
titik keseimbangannya setelah terjadinya gangguan yang berakibat tidak seimbang antara
pembangkitan dengan beban atau Pm = Pe. Sementara itu, voltage stability atau kestabilan
tegangan ini merupakan kemampuan sistem tenaga listrik untuk menjaga tegangan sistemnya
tetap stabil pada setiap bus setelah terdampak gangguan. Pengertian dari kestabilan transient itu
sendiri merupakan kemampuan sistem tenaga listrik untuk kembali ke titik seimbangnya atau
titik stabilnya pasca terjadi perubahan yang cukup besar pada sistem yang berakibat sistem
keluar dari titik keseimbangan atau titik stabilnya. Terdapat sejumlah faktor yang dapat
menyebabkan gangguan kestabilan transient, yakni beban lebih karena kehilangan pembangkit,
gangguan hubung singkat atau short circuit, starting dari motor, serta terlepasnya beban secara
tiba-tiba.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Ada beberapa cara untuk mengendalikan frekuensi pada sistem tenaga listrik akibat
terjadinya kehilangan pembangkit, yakni dengan cara load shading lalu load sharing. Yang
dimaksud dengan load shading atau pelepasan beban itu adalah metode yang diterapkan dalam
sistem tenaga listrik agar mengurangi beban listrik dalam jangka waktu yang singkat dengan cara
melakukan pemadaman supaya kegagalan yang terjadi pada sistem tidak meluas. Sementara itu,
yang dimaksud dengan load sharing itu adalah cara kerja dari generator dimana ketika terdapat
satu generator yang tidak terhubung dengan sistem maka generator sisanya atau yang masih
terhubung pada sistem akan bekerja secara paralel untuk mengalirkan daya ke beban dengan
pembagian daya yang merata. Untuk pelepasan beban, maka yang akan terjadi adalah P mekanik
lebih besar dari P electric sehingga frekuensinya akan naik misalnya menjadi 51 hz dan apabila P
mekanik lebih kecil dari P electric maka frekuensinya akan turun. Ada tiga jenis analisa
kestabilan, yakni kestabilan tetap (steady state), kestabilan dinamis, dan kestabilan transient.
Untuk kestabilan tetap, pengaruh ke sistemnya itu sangat kecil dan waktunya singkat contohnya
itu seperti saat kita mematikan lampu. Untuk kestabilan dinamis, pengaruh ke sistem agak besar
dan waktunya cukup lama contohnya seperti starting motor. Untuk kestabilan transient, pengaruh
ke sistemnya itu sangat besar dan mengganggu sistem contohnya pelepasan beban dan pelepasan
pembangkit.

Pada praktikum modul empat ini, power grid cb nya diopen karena seperti yang kita
ketahui power grid ini menggunakan mode swing jadi apabila power grid masih terhubung
dengan sistem maka kita tidak dapat melihat kestabilan transient dari rangkaian karena power
grid akan menutupi kekuarangan daya pada sistem apabila kita melakukan percobaan modul
empat ini. Sebagai gantinya PLTG akan diubah ke mode swing karena PLTG ini termasuk
pembangkit yang ramp rate nya tinggi. Ramp rate itu adalah berapa daya per menit yang disuplai
oleh pembangkit. Pada sistem kendali dari PLTU ini terdapat governor yang mana fungsinya
adalah ketika daya bebannya berkurang atau frekuensinya menurun maka governor ini akan
membuka katub untuk menyuplai bahan bakar kekurangan dari sistem. Pada governor PLTU,
kita menggunakan mode droop. Mode droop ini berkaitan dengan governor karena pada
governor memiliki sinyal untuk mengontrol frekuensi jadi semakin kecil droop maka semakin
peka terhadap penurunan maupun kenaikan dari frekuensinya. Ketika sistem mengalami
penurunan frekuensi maka katub governor akan dibuka untuk menyuplai bahan bakar di PLTU
agar menstabilkan frekuensinya untuk kembali ke 50 Hz.

Pada sistem tenaga listrik, toleransi untuk penurunan frekuensi adalah 2,5. Ini dibuktikan
dengan menggunakan nilai 5% pada droop PLTU lalu dikalikan dengan frekuensi yang
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
digunakan di indonesia yakni 50 hz, maka hasilnya adalah 2,5. Apabila kita masukkan nilai
droopnya 3% lalu dikalikan dengan 50 hz, hasilnya adalah 1,5. Maka ini terbukti bahwa semakin
kecil nilai droop maka semakin bagus. Pada modul empat ini kita akan melakukan tiga
percobaan, yakni kehilangan pembangkit pada PLTU Unit 3, Pelepasan beban pada SKUTM
VII, Hubung singkat transmisi 1 pada SUTET I, Hubung singkat transmisi 2 pada SUTET 1.
Dari percobaan yang dilakukan, pada grafik reactive power dari waktu 0 sampai 1 detik beum
kehilangan pembangkit maka grafiknya masih lurus dan setelah 1 detik akan naik karena
pembangkit menambahkan beban akibat kekurangan mvar lalu mengalami peralihan hingga
menemukan kondisi steady state yang baru. Disini kondisi steady state baru karena gangguannya
termasuk permanent karena pembangkit yang hilang ini termasuk gangguan permanent karena
PLTU unit 3 diputus secara terus menerus.

Untuk grafik MW nya sama seperti tadi dimana mengalami peralihan hingga ke kondisi
seimbang yang baru karena pelepasan pembangkit yang bersifat permanen agar sistem tetap
stabil. Untuk grafik kecepatan atau speed, berbeda seperti yang sebelumnya dimana pada grafik
kecepatan ini dia kembali ke kondisi awalnya karena generator ini harus tetap pada kondisi
𝑃×𝑁
sinkronnya karena ini sesuai dengan rumus F = dimana apabila N atau kecepatan putaran
120

generator turun (˂3000 rpm) maka frekuensi akan berkurang juga. Untuk grafik power angle,
sama seperti kecepatan putaran dimana mengalami peralihan lalu kembali ke kondisi awalnya
karena sudut rotor ini harus dijaga agar tetap di 90º dan juga output dari sudut rotor atau torsi ini
adalah frekuensi maka harus dijaga. Untuk grafik bus frekuensi sempat turun karena ketika
kehilangan pembangkit itu Pm < Pe maka frekuensinya turun lalu kembali ke kondisi steady
state awal. Untuk bus voltage, sempat terjadi sedikit jatuh tegangan lalu kembali ke kondisi
steady statenya setelah ditambahkan eksitasi nya karena output dari eksitasi itu adalah tegangan
jadi untuk menjaga tegangan caranya dengan menambahkan eksitasi.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
X. KESIMPULAN

− Untuk grafik reactive power dari waktu 0 sampai 1 detik beum kehilangan pembangkit
maka grafiknya masih lurus dan setelah 1 detik akan naik karena pembangkit
menambahkan beban akibat kekurangan mvar lalu mengalami peralihan hingga
menemukan kondisi steady state yang baru. Disini kondisi steady state baru karena
pembangkit yang hilang ini termasuk gangguan permanent karena PLTU unit 3 diputus
secara terus menerus.

− Untuk grafik MW nya sama seperti tadi dimana mengalami peralihan hingga ke kondisi
seimbang yang baru karena pelepasan pembangkit yang bersifat permanen agar sistem
tetap stabil.

− Untuk grafik kecepatan atau speed, berbeda seperti yang sebelumnya dimana pada grafik
kecepatan ini dia kembali ke kondisi awalnya karena generator ini harus tetap pada
𝑃×𝑁
kondisi sinkronnya karena ini sesuai dengan rumus F = dimana apabila N atau
120

kecepatan putaran generator turun (˂3000 rpm) maka frekuensi akan berkurang juga.

− Untuk grafik power angle, sama seperti kecepatan putaran dimana mengalami peralihan
lalu kembali ke kondisi awalnya karena sudut rotor ini harus dijaga agar tetap di 90º dan
juga output dari sudut rotor atau torsi ini adalah frekuensi maka harus dijaga.

− Untuk grafik bus frekuensi sempat turun karena ketika kehilangan pembangkit itu Pm <
Pe maka frekuensinya turun lalu kembali ke kondisi steady state awal.

− Untuk bus voltage, sempat terjadi sedikit jatuh tegangan lalu kembali ke kondisi steady
statenya setelah ditambahkan eksitasi nya karena output dari eksitasi itu adalah tegangan
jadi untuk menjaga tegangan caranya dengan menambahkan eksitasi.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XI. REPORT

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XII.TUGAS AKHIR
• Sebelum Run “ Transient Stability “

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Sesudah Run “ Transient Stability “ Pada 1,0 s

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
• Sesudah Run “ Transient Stability “ Pada 1,001 s

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
XIII. PERTANYAAN
1. Apa yang menyebabkan terjadinya permasalahan kestabilan transient?
Jawab :
Terdapat sejumlah faktor yang dapat menyebabkan gangguan kestabilan transient,
yakni beban lebih karena kehilangan pembangkit, gangguan hubung singkat atau short
circuit, starting dari motor, serta terlepasnya beban secara tiba-tiba.

2. Apa akibatnya apabila terjadi permasalahan kestabilan transient dalam sistem tenaga
listrik?
Jawab :
Akibatnya adalah frekuensinya tidak stabil karena frekuensi itu harus tetap dijaga di
50 hz serta terjadi juga jatuh tegangan atau tegangannya tidak stabil. Kedua hal ini
bisa mengakibatkan rusaknya peralatan listrik.

3. Apabila terjadi gangguan pada sistem tenaga, terjadi perubahan pada frekuensi.
Jelaskan cara untuk mengatur frekuensi sistem agar dapat kembali ke kondisi operasi
normal!
Jawab :
Ada beberapa cara untuk mengendalikan frekuensi pada sistem tenaga listrik akibat
terjadinya gangguan, yakni dengan cara load shading lalu load sharing. Yang
dimaksud dengan load shading atau pelepasan beban itu adalah metode yang
diterapkan dalam sistem tenaga listrik agar mengurangi beban listrik dalam jangka
waktu yang singkat dengan cara melakukan pemadaman supaya kegagalan yang
terjadi pada sistem tidak meluas. Sementara itu, yang dimaksud dengan load sharing
itu adalah cara kerja dari generator dimana ketika terdapat satu generator yang tidak
terhubung dengan sistem maka generator sisanya atau yang masih terhubung pada
sistem akan bekerja secara paralel untuk mengalirkan daya ke beban dengan
pembagian daya yang merata. Kedua hal ini dilakukan agar frekuensi sistem dapat
kembali beroperasi normal.

4. Saat terjadi kehilangan pembangkit, mengapa frekuensi sistem tidak dapat kembali ke
kondisi semula? Jelaskan!
Jawab :
Karena pembangkit yang hilang ini termasuk dalam gangguan permanent dimana
disini PLTU unit 3 diputus secara terus menerus bukan diputus sementara.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
5. Saat terjadi gangguan hubung singat, mengapa frekuensi sistem dapat kembali ke
kondisi semula? Jelaskan!
Jawab :
Hal ini dikarenakan untuk gangguan hubung singkat ini dikategorikan sebagai
kerusakan temporer atau hanya terjadi dalam kurun waktu yang singkat. Makanya
frekuensi dapat kembali ke kondisi normalnya.

6. Saat terjadi pelepasan beban, mengapa tegangan sistem naik secara tiba – tiba?
Jelaskan!
Jawab :
Karena pelepasan beban secara tiba-tiba ini mengakibatkan sistem yang tadinya
berbeban menjadi tidak berbeban sehingga terjadi over voltage.

7. Saat terjadi kehilangan pembangkit, mengapa tegangan sistem turun secara tiba –
tiba? Jelaskan!
Jawab :
Karena sesuai rumus Vd = I × Z diimana apabila kehilangan pembangkit otomatis I
nya naik sehingga V drop atau jatuh tegangannya juga akan semakin besar.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN

Anda mungkin juga menyukai