Nim : 2018-11-222
Kelas :E
2. 10 November 2021
3. 17 November 2021
4. 24 November 2021
JAKARTA
2021
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
MODUL I
DIAGRAM SALURAN TUNGGAL
(SINGLE LINE DIAGRAM)
I. TUJUAN
1. Mempelajari fungsi ETAP dalam sistem tenaga listrik.
2. Dapat memahami cara pengoperasian program software ETAP.
3. Dapat menggambar diagram saluran tunggal sistem tenaga listrik dan setting beberapa
komponennya pada software ETAP.
Beberapa elemen yang digunakan dalam suatu diagram saluran tunggal adalah :
1. Power Grid merupakan sumber tegangan yang ideal, artinya sumber tegangan yang
mampu mensuplai daya dengan tegangan tetap sekalipun daya yang diserap cukup besar.
Power Grid dapat berupa sebuah generator yang besar, atau sebuah Gardu Induk yang
merupakan bagian dari sebuah sistem tenaga listrik interkoneksi yang cukup besar.
2. Transformator atau trafo adalah sebuah alat untuk menaikkan atau menurunkan tegangan
sistem. Spesifikasi yang pokok pada sebuah trafo adalah:
a. Kapasitas trafo yaitu daya maksimum yang dapat bekerja pada kapasitas trafo terus-
menerus tanpa mengakibatkan kerusakan.
b. Tegangan primer dan sekunder trafo.
c. Impedansi trafo yang merupakan gabungan antara resistansi kawat dan reaktansi
kumparan trafo.
d. Tap trafo yang dapat digunakan untuk mengubah perbandingan antara kumparan
primer dengan kumparan sekunder dari perbandingan semula.
3. Busbar atau sering disingkat bus, yaitu tempat penyambungan beberapa komponen sistem
tenaga listrik (saluran transmisi, jaringan distribusi, Power Grid, beban atau generator).
Level tegangan bus disesuaikan dengan level tegangan yang dihubungkan dengan bus
tersebut.
4. Beban yaitu peralatan listrik yang memanfaatkan atau menyerap daya dari jaringan. Salah
satu jenis beban sistem tenaga listrik adalah Static load, merupakan beban yang tidak
banyakmengandung motor listrik, sehingga tidak banyak mempengaruhi tegangan sistem
ketika start. Spesifikasi yang pokok pada sebuah beban statis adalah kapasitas daya dan
factor daya atau cos Ɵ.
Selain komponen AC yang telah dijelaskan diatas, ETAP juga memiliki berbagai komponen
DC diantaranya : Inverter, DC cable, DC static load, Battery, Variable frequency drive,
Uninterruptible power supply, DC single throw switch, DC circuit breaker, dll. Yang tentunya
memiliki fungsi nya masing-masing dan dapat digunakan sesuai kebutuhan dari one line
diagram.
PLTU Unit I
PLTU Unit II
PLTG Unit I
PLTA Unit I
B. Power Grid
C. PV Array
PLTS 1; PLTS 2
Manufacturer : Q CELLS
Model : QQ..BBAASSEE 215-230
Series Panel : 5
Parallel Panel : 4
Irradiance : 919 W/m2
D. Inverter
kW : 7.78
V : 0,4
Eff : 90 %
PF : 100 %
E. Transformator
G. Lumped Load
I. Synchronous Motor
K. Cable
Keterangan mengenai beberapa sifat yang penting dari suatu sistem akan berbeda-
beda, hal ini tergantung pada masalah yang akan ditinjau sesuai dengan maksud diagram
tersebut dibuat. Misalnya lokasi dari pemutus rangkaian dan rele tidak penting apabila
diagram tersebut digunakan untuk studi aliran daya, keterangan tentang pemutus rangkaian
dan rele akan menjadi sangat penting untuk studi tentang kestabilan suatu sistem tenaga listrik
dalam keadaan peralihan karena adanya gangguan. Untuk menghitung besarnya arus yang
mengalir pada saat terjadi gangguan yang menyebabkan ketidakseimbangan pada sistem tiga
fasa, harus diketahui letak dari titik dimana sistem tersebut dihubungkan dengan tanah.
Pada umumnya titik netral transformator pada sistem transmisi selalu ditanahkan
secara langsung (solidly grounded). Netral generator biasanya ditanahkan melalui resistansi
yang cukup tinggi atau melalui reaktansi induktif yang ditala (tuned) terhadap resonansi
paralel dengan kapasitansi terhadap tanah yang tersebar dalam generator, kumparan
transformator tegangan rendah dan dalam saluran antara generator dengan transformator.
Kumparan semacam ini disebut penetral gangguan tanah (ground fault neutralizer), kumparan
ini juga dapat digunakan pada transformator.
Gambar 1.17, menunjukkan contoh diagram segaris suatu sistem tenaga listrik yang
sederhana.
Untuk mengetahui perilaku sebuah sistem tenaga listrik dalam keadaan berbeban atau
pada saat sistem mengalami gangguan, diagram segaris harus diubah terlebih dahulu menjadi
diagram impedansi yang menunjukkan ekuivalen dari setiap komponen sistem tersebut
dengan berpedoman pada salah satu sisi yang sama pada transformator.
Gambar 1.18 menunjukkan rangkaian ekuivalen dari diagram segaris gambar 1.17.
Pada gambar 1.18, rangkaian ekuivalen untuk sebuah saluran transmisi dinyatakan dengan
rangkaian nominal dimana resistansi dan reaktansi induktif total pada cabang simpangnya.
Rangkaian ekuivalen untuk generator ditunjukkan sebagai sebuah sumber tegangan yang
terhubung seri dengan resistansi dan reaktansi sinkronnya, dimana reaktansi untuk generator
pada saat terjadi gangguan adalah reaktansi sub peralihan (sub transient reactances). Untuk
rangkaian ekuivalen transformator diberikan dalam bentuk resistansi, reaktansi bocor dan
sebuah jalur untuk arus megnetisasi. Pada umumnya admitansi simpangnya diabaikan, karena
arus megnetisasi sangat kecil dibandingkan dengan arus beban penuh. Rangkaian untuk beban
ditunjukkan dengan resistansi dan reaktansi dalam hubunan seri atau paralel. Gambar 1.19,
menunjukkan diagram impedansi dengan mengabaikan admitansi simpangnya.
Harga-harga reaktansi yang terdapat pada gambar 1.19 dinyatakan terhadap sisi
tegangan tinggi dari transformator. Karena saluran transmisi berada pada sisi tegangan tinggi,
harga reaktansinya tidak perlu dikoreksi. Demikian juga untuk kedua transformator, reaktansi
bocornya tidak perlu dikoreksi karena data dari diagram satu garis menunjukkan bahwa
reaktansi tersebut dinyatakan terhadap sisi tegangan tinggi. Generator-generator yang terlihat
pada gambar adalah berada pada sisi tegangan rendah dari transformator, sehingga
reaktansireaktansinya harus dikoreksi dan dinyatakan terhadap sisi tegangan tinggi dari
transformator.
SUMBER :
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132296049/pendidikan/OPERASI+SISTEM+TENAG
A+LISTRIK+2D.pdf
Pada pertemuan minggu pertama dari Praktikum Analisa Sistem Tenaga Listrik, kita
membahas modul 1 yang berjudul Diagram Saluran Tunggal. Sebelum melangkah lebih jauh,
alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu ETAP. ETAP atau Electric Transient
Analysis Program adalah salah satu perangkat atau software yang fungsinya untuk membantu
sistem tenaga listrik. Adapun fungsi dari software ETAP ini ada enam. Pertama, menggambarkan
data-data beban pada jaringan. Kedua, Mensetting atau mengatur data-data beban pada jaringan.
Ketiga, merancang diagram satu garis. Keempat, menganalisis aliran daya. Kelima, menghitung
gangguan hubung singkat. Dan keenam, menganalisis motor starting serta kestabilan transient.
Standar dari ETAP itu ada dua, yakni IEC dan ANSI. IEC atau International Electrotechnical
Commission ini adalah standar dari nilai frekuensi yang digunakan yakni sebesar 50 Hz.
Sementara itu, untuk ANSI atau American National Standards Institute adalah standar dari nilai
frekuensi yang digunakan sebesar 60 Hz. Untuk percobaan kita menggunakan IEC karena di
Indonesia sendiri frekuensi yang digunakan adalah 50 Hz.
Tujuan dari percobaan Diagram Saluran Tunggal ini adalah mempelajari fungsi ETAP
dalam sistem tenaga listrik, Bisa memahami cara penggunaan program pada software ETAP, serta
mampu menggambar diagram saluran tunggal sistem tenaga listrik dan mengatur sejumlah
komponennya dengan menggunakan software ETAP. Yang dimaksud dengan diagram saluran
tunggal atau single line diagram itu adalah sebuah notasi yang sudah disederhanakan untuk sebuah
sistem jaringan tenaga listrik tiga fasa atau kata lainnya diagram satu fasa yang merepresentasikan
tiga fasa. Tujuan digunakannya single line diagram ini adalah untuk mempermudah kita dalam
membuat dan ketika membaca diagram, serta ketika menganalisa rangkaian karena jika kita
menggunakan diagram tiga fasa itu akan lebih rumit. Adapun sejumlah komponen-komponen yang
digunakan dalam software etap ini meliputi komponen AC dan juga komponen DC. Sejumlah
komponen AC yang digunakan adalah Power grid, Transformator, Busbar, dan Beban (Static load,
Motor, dan Lumped Load). Sejumlah komponen-komponen AC yang digunakan diantaranya
adalah Power grid yang merupakan sumber tegangan yang dapat mensuplai daya dengan nilai
tegangan yang tetap meskipun daya yang diserap lumayan besar.
Komponen AC yang kedua adalah Transformator atau trafo yang mana ialah sebuah
peralatan listrik yang fungsinya itu untuk menaikkan ataupun menurunkan tegangan pada sistem
tergantung jenis trafonya apakah step up atau step down, Busbar yang mana ialah tempat
penyambungan/bertemunya sejumlah komponen sistem tenaga listrik, dan beban yang
Sistem tenaga listrik terbagi menjadi tiga bagian, yakni pembangkitan, transmisi, dan
distribusi. Pembangkit itu adalah daerah yang mengkonversi energi mekanik dari turbin menjadi
energi listrik. Dengan kata lain pembangkit itu menghasilkan energi listrik yang akan disuplai
sampai kepada beban atau konsumen. Pembangkit itu bisa dikelompokkan menjadi dua yakni
pembangkit skala kecil dan pembangkit skala besar. Untuk pembangkit skala kecil itu contohnya
adalah panel surya atau plts. Untuk pembangkit skala besar itu seperti PLTU, PLTG, PLTMG,
PLTA dan sebagainya. Setelah dari pembangkit, ada namanya transmisi. Transmisi itu adalah
menyalurkan daya dari gardu induk satu ke gardu induk lainnya. Pada transmisi ini, tegangan yang
dihasilkan akan dinaikkan misalnya sebesar 500 kV dengan menggunakan trafo step up. Tujuan
dari dinaikkannya tegangan ini adalah guna mengurangi rugi-rugi pada jaringan karena kalau jarak
dari pembangkit hingga ke suatu daerah beban itu sangat jauh maka harus dinaikkan tegangannya
untuk mengurangi rugi-rugi. Tapi kalau misalnya jarak dari pembangkit ke daerah beban tidak
terlalu jauh, maka tidak perlu dinaikkan tegangannya.
Yang selanjutnya, adalah distribusi. Yang dimaksud dengan jaringan distribusi itu adalah
jaringan yang dipergunakan untuk membawa energi listrik dari sistem transmisi hingga sampai ke
beban atau konsumen. Distribusi juga dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni distribusi primer
dan distribusi sekunder. Distribusi primer ini adalah keluaran dari gardu induk yang tidak masuk
ke trafo. Jadi, nilai tegangannya itu 20 kV. Sementara itu, distribusi sekunder ini adalah keluaran
dari gardu induk yang masuk ke trafo. Jadi, tegangan yang tadinya 20 kV diturunkan menjadi 220
v dengan menggunakan trafo step down untuk disuplai ke rumah-rumah pelanggan atau beban.
Dalam praktikum ini, pada PLTU unit 1 dan unit 2 mode operasi yang digunakan adalah PF
Control. Yang dimaksud dengan generator dengan mode PF control ini adalah generator yang
mengatur keluaran faktor dayanya. Sedangkan untuk PLTU unit 3 mode operasi yang digunakan
adalah Mvar Control. Yang dimaksud dengan Mvar control ini adalah mengatur keluaran daya
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
reaktif dari generator. Untuk mode operasi voltage control ini adalah mengatur tegangan keluaran
dari generator. Sedangkan untuk mode operasi swing ini yang bisa diatur adalah nilai tegangan
dan juga sudutnya karena mode swing ini dia menyesuakan tegangan dengan kebutuhan beban.
Untuk konfigurasi spindel, sama seperti loop hanya saja penyulangnya lebih banyak dan
terdapat penyulang langsung (express feeder) yang ditempatkan dalam tanah untuk menghindari
gangguan-gangguan. Kelebihannya adalah apabila salah satu daerah mengalami gangguan akan
langsung di suplai dengan penyulang langsung jadi kualitas tegangannya lebih baik karena
bebannya lebih sedikit. Untuk konfigurasi jaringan tie line, digunakan banyak penyulang untuk
menyuplai satu gardu yang mana tiap penyulangnya tidak terdapat beban. Kelebihannya adalah
kehandalannya tinggi karena satu gardu disuplai oleh banyak penyulang. Kekurangannya adalah
− Yang dimaksud dengan diagram saluran tunggal atau single line diagram itu adalah
sebuah notasi yang sudah disederhanakan untuk sebuah sistem jaringan tenaga listrik
tiga fasa atau kata lainnya diagram satu fasa yang merepresentasikan tiga fasa. Tujuan
digunakannya single line diagram ini adalah untuk mempermudah kita dalam membuat
dan ketika membaca diagram, serta ketika menganalisa rangkaian karena jika kita
menggunakan diagram tiga fasa itu akan lebih rumit.
− Mode PF control ini adalah generator yang mengatur keluaran faktor dayanya. Mode
Mvar control ini adalah mengatur keluaran daya reaktif dari generator. Mode operasi
voltage control ini adalah mengatur tegangan keluaran dari generator. Mode operasi
swing ini yang bisa diatur adalah nilai tegangan dan juga sudutnya karena mode swing
ini dia menyesuakan tegangan dengan kebutuhan beban.
1. Pada rangkaian yang anda buat, konfigurasi apa yang anda pakai ? Dan berikan alasan anda
memakai konfigurasi itu !
Jawab : Konfigurasi yang saya gunakan adalah konfigurasi jaringan spindel. Konfigurasi
jaringan radial itu hanya berupa satu jalur yang terdiri dari banyak cabang ke beban.
Kelebihan dari konfigurasi jaringan radial ini adalah biayanya yang murah sedangkan
kekurangannya adalah jika terjadi gangguan pada suatu titik, maka daerah yang berada
setelah titik gangguan tidak dapat disuplai dan paada ujungnya pasti terjadi drop
tegangan. Alasannya adalah lebih mudah dalam menyusunnya dan karena saya belum
paham cara membuat konfigurasi jaringan lainnya.
2. Pada rangkaian yang anda buat, mode generator apa yang dipakai ? Jelaskan definisi mode
operasi generator swing, Voltage control, Mvar control, dan PF control !
Jawab : Mode generator yang digunakan adalah mode PF control dan Mvar control. Mode
operasi swing ini yang bisa diatur adalah nilai tegangan dan juga sudutnya karena
mode swing ini dia menyesuakan tegangan dengan kebutuhan beban. Mode operasi
voltage control ini adalah mengatur tegangan keluaran dari generator. Mode Mvar
control ini adalah mengatur keluaran daya reaktif dari generator. Mode PF control ini
adalah generator yang mengatur keluaran faktor dayanya.
3. Pada rangkaian yang anda buat, jenis saluran apa saja yang anda pakai ? Dan berikan alasan!
Jawab : Saluran yang dipakai adalah SUTET, SUTT, SKUTM, dan SUTR. Alasan
digunakannya SUTET karena jaraknya jauh yakni 90 km agar tidak terjadi rugi-rugi.
SUTT digunakan karena tegangannya 150 kV. SKUTM digunakan karena faktor
keselamatan pelanggan dari tegangan 20 kV. SUTR digunakan karena sudah masuk
distribusi ke perumahan dengan tegangan sebesar 0,4 kV.
I. TUJUAN
1. Mempelajari konsep dan tujuan analisa aliran daya dalam sistem tenaga listrik.
2. Menganalisa masalah-masalah aliran daya pada sistem tenaga listrik.
1. 1 unit PC
2. Software ETA
Analisis aliran daya merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui kondisi
sistem tenaga listrik, apakah masih dalam keadaaan aman atau tidak, sehingga sangat
dibutuhkan dalam perencanaan sistem untuk masa yang akan datang dan merupakan bahan
evaluasi terhadap sistem yang ada. Hasil perhitungan aliran daya digunakan juga sebagai data
awal untuk analisis gangguan sistem, analisis stabilitas sistem. Studi aliran daya juga
memberikan informasi mengenai beban saluran transmisi di sistem, tegangan di setiap lokasi
evaluasi regulasi kinerja sistem tenaga listrik dan bertujuan untuk menentukan besarnya daya
nyata (real power), daya reaktif (reactive power) di berbagai titik pada sistem daya yang dalam
keadaan berlangsung atau diharapkan untuk operasi normal. Perencanaan, pendesainan dan
pengoperasian sistem tenaga membutuhkan perhitungan-perhitungan tersebut untuk
menganalisis performansi sistem pada kondisi mantap pada berbagai macam kondisi operasi.
Pada praktikum ini, solusi analisis aliran daya diperoleh dengan menggunakan
program komputer khusus untuk keperluan ini (pada praktikum ini digunakan ETAP, untuk
mengerti detail formula perhitungan aliran daya, praktikan disarankan untuk membaca buku
teks mengenai analisis sistem tenaga). Permasalahan mendasar yang dipecahkan dengan studi
aliran daya ini adalah menemukan aliran daya pada setiap saluran dan trasformator di jaringan,
serta besar tegangan dan sudut phasa pada setiap busbar di jaringan, setelah data konsumsi
daya pada titik-titik beban dan produksi daya pada sisi generator diketahui.
Secara umum tujuan analisa aliran daya adalah:
1. Untuk memeriksa tegangan dan sudut fasa masing-masing bus.
2. Untuk memeriksa kemampuan semua peralatan yang ada dalam sistem apakah cukup
besar untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
3. Untuk memperoleh kondisi awal bagi studi-studi selanjutnya, yakni studi hubung singkat,
studi rugi-rugi transmisi, studi analisa aliran daya harmonisa dan studi stabilitas.
Bus slack menyediakan atau menyerap daya aktif dan reaktif ke dan dari saluran
transmisi untuk menyediakan kerugian, karena variabel ini tidak diketahui sampai solusi akhir
ditetapkan. Bus slack adalah satu-satunya bus yang sudut fasa referensi sistemnya ditentukan.
Dari sini, berbagai perbedaan sudut dapat dihitung dalam persamaan aliran daya. Jika bus
slack tidak ditentukan, maka bus generator dengan daya nyata maksimum |P| bertindak
sebagai bus kendur. Skema yang diberikan dapat melibatkan lebih dari satu slack bus.
Untuk melakukan kalkulasi aliran daya, terdapat 3 metode yang biasa digunakan:
1. Sistem Gauss-Seidel– Seidel Method
Sistem Gauss-Seidel adalah salah satu jenis analisis yang paling umum. Keunggulan dari
sistem ini adalah kesederhanaannya dalam pengoperasian, daya komputasi yang
diperlukan terbatas, dan waktu penyelesaian yang lebih sedikit. Namun, tingkat
2. Metode Newton–Raphson
Metode Newton-Raphson adalah metode yang lebih canggih, menggunakan konvergensi
kuadrat, dan dapat digunakan untuk situasi yang lebih kompleks. Metode ini
membutuhkan lebih sedikit iterasi untuk mencapai konvergensi, dan oleh karena itu juga
membutuhkan lebih sedikit waktu komputer. Ini juga lebih akurat karena kurang sensitif
terhadap faktor-faktor rumit seperti pemilihan bus kendur atau transformator regulasi.
Salah satu kelemahannya adalah pemrograman bisa jadi rumit dan membutuhkan memori
komputer yang besar.
Jika :
Untuk I, k = 1, 2, 3, ... , n
G = Konduktansi
B = Suseptansi
Y = Admitansi
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Daya pada bus ke-i adalah [2]:
Untuk I, k = 1, 2, 3, …, n
Besaran per unit (p.u) didefinisikan sebagai perbandingan harga yang sebenarnya dengan
harga dasar ( Base value )
Adanya drop voltage maka akan mempengaruhi besar daya yang diterima dan terjadi rugi-
rugi daya (Plooses) yang dirumuskan dengan
Plooses = I2.R
Dimana :
Plooses = Rugi-rugi daya (W)
I = Arus (A)
R = Hambatan (Ohm)
Qlooses = I2.X
Dimana :
Qlooses = Rugi-rugi daya (W)
I = Arus (A)
X = Reaktansi (Ohm)
2. Klik menu , kemudian klik study case akan tampil seperti dibawah ini: klik alert.
untuk mensetting batas kritis dan marginal system sesuai standard. Pada critical
undervoltage diganti standardnya menjadi 90% dan marginal undervoltage menjadi 95%.
Pada analisis studi aliran daya, nilai yang dibutuhkan adalah nilai Y bus matriks,
pembebanan terjadwal dan pembangkitan terjadwal. Sedangkan nilai yang dicapai adalah nilai
tegangan bus yang belum diketahui dan aliran daya pada tiap saluran. Atau lebih jelasnya, tiap
bus yang ada digambarkan dengan parameter yakni P,Q, Ereal,dan Eimajiner . Dua parameter
tersebut diketahui, sedangkan parameter yang lain harus dicari.
Generator dan beban yang ada sering diasumsikan sebagai sumber dan beban tegangan
3 fase seimbang. Dengan demikian aliran daya sistem 3 fase tersebut dapat dimodelkan
dengan aliran daya sistem 1 fase.
Aplikasi utama studi aliran daya pada perencanaan sistem tenaga listrik multimesin
dalah untuk mengetahui apakah desain yang dilakukan terhadap sistem memungkinkan sistem
untuk berkembang lebih lanjut (dikaitkan dengan tegangan yang ada) atau tidak. Sedangkan
aplikasi pada bagian operasi diperlukan terutama untuk mengatasi masalah optimisasi sistem
dan kestabilan sistem.
Admitansi bus
Dalam bentuk polar
Daya kompleks
Apabila indeks urutan menggunakan i dan indeks jenis bus G untuk pembangkit dan L untuk
beban, maka:
Arus bus:
Elemen-elemen dari matriks I bus adalah arus yang mengalir pada simpul jaringan
dimana unit sumber adalah tegangan antara simpul dengan referensi. Dari persamaan ( ) dan
( ) untuk sistem n bus, diperoleh:
Sehingga :
Dalam tulisan ini akan ditinjau metode Newton Raphson yang merupakan salah satu
metoda yang digunakan dalam memecahkan persamaan non linear simultan. Ide dasar dari
metoda ini adalah penggunaan deret Taylor untuk reformulasi suatu fungsi non linear dengan
dua variabel.
SUMBER :
https://www.scribd.com/doc/116535656/Studi-Aliran-Daya
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
VII.DATA PENGAMATAN
Tabel 2.1 Analisa Aliran Daya pada Bus dengan Metode Newton Rhapson
Adaptive Newton Raphson
No. Bus Precision = 0,0001
kV Angle (°) Mag (%)
1 GI KIT IA 13,8 0,3 100,255
2 GITET 500 0 100
3 GI I 150 -1,4 98,418
4 GI III 150 -1,5 98,275
5 BUS BEBAN IX 0,4 -5,5 86,479
Jumlah Iterasi =3
Losses = 0,079 MW , -0,614 Mvar
Tabel 2.2
Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (10,8 A)2. 0,089 Ω . 10 km
Qlosses = 311,428 var = 0,3114 kvar
• SUTR V
Diket : I = 578,2 A X = 0,071 Ω
R = 0,064 Ω l = 0,25 km
Ditanya : Plosses & Qlosses
Dijawab : Plosses = 3. I2. R . l
Plosses = 3. (578,2 A)2. 0,064 Ω . 0,25 km
Plosses = 16047,131 = 16,047 kW
Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (578,2 A)2. 0,071 Ω. 0,25 km
Qlosses = 17802,286 var = 17,802 kvar
Ditanya : Vd
Dijawab : Vd = √3 . I . (R cos ɵ + X sin ɵ) . l
• SUTR V
Diket :I = 578,2 A l = 0,25 km
R = 0,064 Ω X = 0,071 Ω
𝑄 13,4 𝑘𝑣𝑎𝑟
Cos ɵ = 0,9994 Sin ɵ = 𝑆 = = 0,033
402 𝑘𝑣𝑎
Ditanya : Vd
Dijawab : Vd = √3 . I . (R cos ɵ + X sin ɵ) . l
Vd = √3 . 578,2 . ((0,064 . 0,9994) + (0,071 . 0,033)) . 10
Vd = 664,021 KVVD
Pada pertemuan minggu kedua dari praktikum analisa sistem tenaga listrik, kita
mempelajari mengenai modul 2 yang mempunyai judul Analisis aliran daya atau load flow
analysis. Tujuan dari dilakukan percobaan modul dua ini ada dua yakni mengetahui konsep serta
tujuan dari analisa aliran daya dalam sistem tenaga listrik, serta mampu menganalisa masalah-
masalah aliran daya yang terjadi pada sistem tenaga listrik. Yang dimaksud dengan analisis aliran
daya itu merupakan analisis yang dipakai supaya mengetahui apakah sistem tenaga listrik berada
dalam kondisi baik atau tidak. Tujuan tersendiri dari dilakukannya analisis aliran daya ini ada tiga,
yakni untuk memeriksa serta melihat tegangan serta sudut fasa dari tiap-tiap bus, agar memeriksa
dan melihat kemampuan dari peralatan-peralatan yang ada pada sistem tenaga listrik apakah
mampu mendistribusikan daya sesuai keinginan, serta agar mendapatkan kondisi awal untuk studi
berikutnya baik itu studi hubung singkat, rugi-rugi transmisi, aliran daya harmonisa dan stabilitas.
Analisis aliran daya yang dianalisis disini adalah Daya aktif (P ; satuannya Watt), Daya
reaktif (Q ; satuannya VAR), Daya semu (S ; satuannya VA), Tegangan (V), Arus (I ; satuannya
ampere), Sudut fasa (δ ; satuannya º), Magnitude, dan faktor daya (cos ɵ). Besaran-besaran diatas
ini akan dilihat apakah sesuai dengan standart dari PLN atau tidak. Selain bisa menganalisis aliran
daya, kita juga dapat menganalisis susut daya. Yang dimaksud dengan susut daya ini ialah
kurangnya pasokan daya dari sisi pembangkitan hingga ke sisi beban. Contohnya rating lampu
tertulis 5 watt tapi saat dipasang lampu ini hanya menyerap 4,5 watt. Ini yang dinamakan susut
daya. Susut daya ini disebabkan oleh impedansi yang ada pada komponen-komponen sistem
tenaga listrik seperti generator, transformator, dan saluran tansmisi yang terdapat resistansi.
Impedansi inilah yang nantinya menyerap daya sehingga terjadi losses yang mengakibatkan daya
yang diserap pada sisi beban itu dibawah dari yang seharusnya.
Dampak buruk dari susut daya ini pada sisi beban adalah lampu di rumah bisa saja tiba-
tiba redup. Rumus dari rugi-rugi daya aktif ini adalah Plooses = I2 × R dan untuk rugi-rugi daya
reaktif rumusnya adalah Qlooses = I2 × X. Kalau pada rangkaian modul milik saya, contohnya itu
ada pada lump 1 dimana rating dari lump 1 ini adalah 230 kVA tetapi yang diserap oleh lump 1
ini hanya 223,6 kVA. Hal ini disebabkan oleh susut daya semu. Untuk susut daya aktif contohnya
masih sama pada lumped load 1, dimana kalau dilihat pada nameplate rating tegangannya 195,5
kW tapi yang diserap nyatanya hanya 190,1 kW jadi terjadi selisih sebesar 5,4 kW. Nah 5,4 kW
inilah yang diserap oleh generator, trafo, dan saluran transmisi. Tegangan yang ada pada saluran
transmisi harus dinaikkan guna mengurangi rugi-rugi. Hal ini juga bisa dibuktikan dengan rumus
Jadi, bisa dilihat dari persamaan disamping bahwa apabila tegangannya dinaikkan, maka
rugi-ruginya akan semakin turun. Kita akan membuktikkan sesuai rumus bahwa jika nilai
resistansi pada SUTR I dinaikkan apakah susut dayanya makin besar atau makin kecil. Caranya
adalah buka menu impedance pada SUTR 1 lalu ubah nilai R yang sebelumnya bernilai 0,064
menjadi 0,1 maka didapatkan nilai daya yang diserap lump 1 ini berkurang menjadi 189,2 kW.
Berarti terbukti bahwa semakin besar resistansi maka akan semakin besar juga susut daya aktif-
nya. Pada sistem tenaga listrik, diwajibkan terdapat satu pembangkit yang bermode swing. Contoh
mode swing dari rangkaian modul ini adalah jaringan transmisi TET. Mode swing ini adalah mode
pembangkit dimana pembangkit atau generator tersebut menyesuaikan dengan keperluan beban
atau bisa dibilang untuk memikul beban puncak. Apabila tidak ada pembangkit mode swing dalam
rangkaian maka rangkaian tersebut akan error atau tidak bisa dirunning.
Ramp rate itu merupakan berapa daya yang disuplai per menit. Pembangkit yang ramp
ratenya rendah (1 mw/menit) itu seperti PLTU dan PLTP. Sedangkan untuk pembangkit yang ramp
rate-nya tinggi (10 mw/menit) contohnya adalah PLTA dan PLTG. PLTA memiliki respon
menanggapi frekuensinya cepat berbeda dengan PLTU yang lambat. Untuk notasi positif (+)
berarti saluran tersebut menyerap daya dan apabila notasi negatif (-) maka alih-alih saluran
tersebut menyerap malah menyuplai ke sistem. Pada saluran sutet 1, kita memasukkan nilai Y yang
mana nilai y ini merupakan admitansi. Admitansi ini yag membuat saluran transmisi menyuplai
1 1 1 1
daya reaktif. Hal ini bisa dibuktikan dengan rumus dimana γ = 𝑍 = 𝑅+𝑗(𝑋𝑙−𝑋𝑐) = 𝑗𝑋𝑐 = 1 bisa
𝑗
2𝜋𝑓𝑐
disederhanakan lagi menjadi γ = 2πfc. Jadi apabila admitansinya semakin besar, maka kapasitansi
pada transmisi juga semakin besar atau bisa dikatakan berbanding lurus keduannya. Ada sejumlah
gejala yang sering terjadi pada saluran transmisi, yakni skin effect, corona effect, dan capacitance
effect.
Yang dimaksud dengan skin effect atau efek kulit ini adalah fenomena dimana
kecenderungan elektron yang ada pada saluran untuk mengalir pada ujung-ujung saluran. Yang
dimaksud dengan corona effect adalah munculnya suara desis yang diikuti dengan percikan
elektronnya. Yang dimaksud dengan capacitance effect ini adalah pada saluran transmisi dianggap
adaa kapasitor maka ada beban kapasitif sehingga menyuplai daya reaktif. Atau bisa dibilang yang
dianggap kapasitor ini adalah penghantar/kabel yang sebagai plat kapasitor sisi bertegangan dan
Sedangkan pada sisi beban, justru berbanding terbalik dengan sisibeban. Dimana apabila
tanda panah kebawah dengan notasi plus (+) artinya beban tersebut menyerap dan apabila tanda
panah kebawah dengan notasi min (-) maka artinya beban tersebut menyuplai. Pada modul 2 ini
kita belum melakukan pemasangan capasitor. Itu nanti dipasang pada sub modul 2. Mmetode yang
digunakan untuk menganalisis aliran daya pada modul 2 ini adalah newton raphson method dimana
etode ini memakai konvergensi kuadrat sehingga bisa digunakan buat situasi yang lebih kompleks.
Kelebihannya metode ini adalah memerlukan lebih sedikit iterasi supaya bisa mencapai
konvergensi sehingga membutuhkan waktu yang cepat. Kelemahannya itu pemrogrammannya
rumit seta diperlukan memori yang cukup besar. Dari data pengamatan, apabila angle nya berniai
sama dengan 0 maka artinya nilai tegangan nominal sama dengan nilai tegangan eksisting.
Contohnya GI KIT IA dan GITET.
Apabila anglenya bernilai negatif, maka artinya tegangan eksisting kurang dari nilai
tegangan nominalnya sehingga terjadi jatuh tegangan. Contohnya ada pada GI I, GI III, dan Bus
beban IX. Apabila anglenya bernilai positif, maka artinya nilai tegangan eksisting lebih besar dari
nilai tegangan nominalnya sehingga terjadi overvoltage. Untuk magnitude kurang lebih sama
seperti angle yakni perbandingan antara tegangan eksisting dengan tegangan nominal hanya saja
dalam bentuk presentase atau persen. Apabila magnitudenya bernilai lebih dari 100%, maka
artinya nilai tegangan eksisting lebih besar dari nilai tegangan nominalnya sehingga terjadi
overvoltage. Contohnya pada GI KIT IA. Apabila magnitudenya bernilai sama dengan 100%,
maka artinya nilai tegangan eksisting sama dengan nilai tegangan nominalnya sehingga normal.
Contohnya pada GITET. Apabila magnitudenya bernilai kurang dari 100%, maka artinya nilai
tegangan eksisting kurang dari nilai tegangan nominalnya sehingga terjadi undervoltage.
Contohnya pada GI I, GI III, dan Bus beban IX. Untuk lossesya, daya aktif itu 0,079 yang berarti
menyerap dan untuk daya reaktif bernilai -0,603 MVar yang berarti menyuplai daya reaktif.
− Yang dimaksud dengan susut daya ini ialah kurangnya pasokan daya dari sisi
pembangkitan hingga ke sisi beban. Contohnya rating lampu tertulis 5 watt tapi saat
dipasang lampu ini hanya menyerap 4,5 watt. Ini yang dinamakan susut daya. Susut daya
ini disebabkan oleh impedansi yang ada pada komponen-komponen sistem tenaga listrik
seperti generator, transformator, dan saluran tansmisi yang terdapat resistansi. Impedansi
inilah yang nantinya menyerap daya sehingga terjadi losses yang mengakibatkan daya yang
diserap pada sisi beban itu dibawah dari yang seharusnya. Dampak buruk dari susut daya
ini pada sisi beban adalah lampu di rumah bisa saja tiba-tiba redup.
− Admitansi ini yag membuat saluran transmisi menyuplai daya reaktif. Hal ini bisa
1 1 1 1
dibuktikan dengan rumus dimana γ = 𝑍 = 𝑅+𝑗(𝑋𝑙−𝑋𝑐) = 𝑗𝑋𝑐 = 1 bisa disederhanakan
𝑗
2𝜋𝑓𝑐
lagi menjadi γ = 2πfc. Jadi apabila admitansinya semakin besar, maka kapasitansi pada
transmisi juga semakin besar atau bisa dikatakan berbanding lurus keduannya.
− Apabila anglenya bernilai negatif, maka artinya tegangan eksisting kurang dari nilai
tegangan nominalnya sehingga terjadi jatuh tegangan. Contohnya ada pada GI I, GI III, dan
Bus beban IX. Apabila anglenya bernilai positif, maka artinya nilai tegangan eksisting lebih
besar dari nilai tegangan nominalnya sehingga terjadi overvoltage. Untuk magnitude
kurang lebih sama seperti angle yakni perbandingan antara tegangan eksisting dengan
tegangan nominal hanya saja dalam bentuk presentase atau persen.
1. Jelaskan analisis aliran daya pada bus pembangkit pada GI KIT IA hingga GI KIT I, beserta
penjelasan arah panahnya !
Jawab :
Jadi, maksud dari tanda panah bawah pada pembangkit itu adalah kedua pembangkit tersebut
menyuplai daya ke GI KIT IA masing-masing sebesar 400 kW dan dari GI KIT IA
mengirimkan daya sebesar 800 kW lalu masuk ke trafo dimana tegangannya dinaikkan untuk
sistem transmisi guna mengurangi rugi-rugi, maka daya yang diterima oleh GI KIT I menjadi
1797 kW karena sudah dijumlahkan dengan daya dari GI KIT B sebesar 1000 kW. Daya 1797
kW ini yang disuplai ke GITET.
2. Mengapa dalam suatu sistem tenaga listrik harus memiliki pembangkit mode swing ? Jelaskan!
Jawab :
Pada sistem tenaga listrik, diwajibkan terdapat satu pembangkit yang bermode swing. Contoh
mode swing dari rangkaian modul ini adalah jaringan transmisi TET. Mode swing ini adalah
mode pembangkit dimana pembangkit atau generator tersebut menyesuaikan dengan keperluan
beban atau bisa dibilang untuk memikul beban puncak. Apabila tidak ada pembangkit mode
swing dalam rangkaian maka rangkaian tersebut akan error atau tidak bisa dirunning.
Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (10,8 A)2. 0,089 Ω . 10 km
Qlosses = 311,428 var = 0,3114 kvar
• SUTR V
Diket : I = 578,2 A X = 0,071 Ω
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
R = 0,064 Ω l = 0,25 km
Ditanya : Plosses & Qlosses
Dijawab : Plosses = 3. I2. R . l
Plosses = 3. (578,2 A)2. 0,064 Ω . 0,25 km
Plosses = 16047,131 W = 16,047 kW
Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (578,2 A)2. 0,071 Ω. 0,25 km
Qlosses = 17802,286 var = 17,802 kvar
Ditanya : Vd
Dijawab : Vd = √3 . I . (R cos ɵ + X sin ɵ) . l
Vd = √3 . 10,8 . ((0,064 . 0,8498) + (0,089 . 0,976)) . 10
Vd = 26,422 KVVD
• SUTR V
Diket :I = 578,2 A l = 0,25 km
R = 0,064 Ω X = 0,071 Ω
𝑄 13,4 𝑘𝑣𝑎𝑟
Cos ɵ = 0,9994 Sin ɵ = 𝑆 = = 0,033
402 𝑘𝑣𝑎
Ditanya : Vd
Dijawab : Vd = √3 . I . (R cos ɵ + X sin ɵ) . l
Vd = √3 . 578,2 . ((0,064 . 0,9994) + (0,071 . 0,033)) . 10
Vd = 664,021 KVVD
I. TUJUAN
1. Menganalisa sistem transmisi dan distribusi yang terjadi jatuh tegangan di bawah standar.
2. Memperbaiki jatuh tegangan dengan melakukan tap changer pada transfomator.
3. Memperbaiki jatuh tegangan dengan pemasangan kapasitor bank.
4. Menganalisa sistem tenaga listrik yang memiliki faktor daya di bawah standar.
5. Memperbaiki faktor daya dengan pemasangan kapasitor.
1. 1 unit PC
2. Software ETAP
Transformator yang terpasang di gardu induk pada umumnya menggunakan tap changer
yang dapat dioperasikan dalam keadaan trafo berbeban dan dipasang di sisi primer.
Sedangkan transformator penaik tegangan di pembangkit atau pada trafo kapasitas kecil,
umumnya menggunakan tap changer yang dioperasikan hanya pada saat trafo tenaga
tanpa beban. OLTC terdiri dari:
1. Selector Switch
2. Diverter Switch
3. Transisi Resistor
KAPASITOR BANK
Capasitor Bank merupakan peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif yang terdiri
sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara parallel untuk mendapatkan
kapasitas kapasitif tertentu. Besaran parameter yang sering dipakai adalah KVAR
(Kilovolt ampere reaktif). Secara umum fungsi kapasitor pada sistem tenaga adalah :
Permasalahan yang sering dijumpai dalam system transmisi tenaga listrik maupun
system distribusi ialah terjadinya Jatuh Tegangan sistem yang di bawah standar. Standar
yang digunakan biasanya untuk overvoltage +5% dan untuk undervoltage -10%. Jatuh
tegangan terjadi pada saluran yang sangat panjang karena impedansi salurannya akan
terus bertambah besar.
Jatuh tegangan ditimbulkan karena adanya resistansi pada penghantar, Besar arus pada
tiap fasa.
• Jatuh Tegangan dirumuskan dengan :
∆V = Vs - Vr
Dimana :
∆V = Jatuh Tegangan (Volt).
Vs = Tegangan kirim (Volt).
Vr = Tegangan terima (Volt).
Dengan adanya drop voltage maka akan mempengaruhi besar daya yang diterima dan
terjadi rugi-rugi daya (Plooses) yang dirumuskan dengan
Plooses = I2.R
Dimana :
Plooses : Rugi-rugi daya (W)
R = Hambatan (Ohm)
I = Arus (A)
Segitiga Daya
Segitiga daya merupakan sebuah segitiga siku-siku yang merepresentasikan tiga
buah daya pada sistem arus bolak-balik (AC) yaitu daya aktif (P), daya reaktif (Q), dan
daya semu (S). Segitiga daya ini digunakan juga untuk mempermudah perhitungan dalam
menentukan besaran-besaran yang berkaitan dengan daya-daya tersebut yang terlihat
seperti Gambar 2c.1 di bawah.
Daya semu (S) merupakan daya yang belum sampai ke beban atau bisa
didefinisikan juga sebagai penjulamlahan vektor antara daya aktif (P) dan daya reaktif
(Q) dengan persamaan sebagai berikut :
S = V.I ( pers. 2.3 )
Daya aktif (P) merupakan daya yang diserap oleh beban yang bersifat resistif
dengan persamaan sebagai berikut :
P = V.I.cos θ ( pers. 2.4 )
Berdasarkan (pers 2.3) maka didapat :
P = S.cos θ ( pers. 2.5)
Daya reaktif (Q) merupakan daya yang diserap atau disuplai oleh beban yang
bersifat induktif atau kapasitif dengan persamaan sebagai berikut :
Q = V.I.sin θ ( pers. 2.6)
Berdasarkan (pers. 2.3) maka didapat :
Q = S. sin θ ( pers. 2.7 )
Dari (pers. 2.5) dan (pers 2.7) jika dibandingkan maka akan didapat :
Q
tan θ = ( pers. 28 )
𝑃
Gambar di atas merupakan segitiga daya dari suatu sistem yang mensuplai daya
pada sebuah beban. Terlihat bahwa bebannya adalah beban induktif yang menyerap daya
reaktif karena Q1 mengarah ke atas yang menunjukkan positif. Berdasarkan Gambar
dapat diurakan menjadi kondisi awal (sebelum pemasangan kapasitor) dan kondisi akhir
(setelah pemasangan kapasitor).
Kondisi awal :
Sudut = Ø1 Daya Aktif = P
Daya Semua = S Daya Reaktif = Q1
Dari Gambar dan kondisi yang diuraikan diatas terlihat bahwa setelah pemasangan
kapasitor bank ada beberapa besaran dari sistem yang berubah nilainya, yaitu sudut antara
daya aktif (P) dan daya semu (S), daya reaktif (Q), dan daya semu (S). Daya aktif (P)
tidak berubah karena kapasitor bank hanya mengkompensasi daya reaktif (Q) saja. Sudut
awal (1) yang awalnya besar yang mengakibatkan faktor daya rendah setelah dipasang
kapasitor bank sudut akhirnya (2) menjadi lebih kecil yang mengakibatkan faktor daya
meningkat. Seperti itulah kapasitor bank memperbaiki faktor daya sistem.
Perbaikan PF
Berdasarkan yang terlihat pada Gambar (2d.1) maka Qc merupakan daya reaktif yang
disuplai oleh kapasitor bank untuk memperkecil besar sudut antara daya aktif (P) dan
1. Lakukan perbaikan tegangan pada BUS dengan cara mengubah tap changer pada
Trafo yang berhubungan dengan BUS terkait yang terjadi jatuh tegangan dengan
indikasi busbar warna merah.
4. Apabila bus masih mengalami drop voltage (bus marginal), Lakukan perbaikan
tegangan pada BUS yang berwarna pink (marginal) dengan pemasangan kapasitor.
10. Klik OK
11. Run optimal capasitor placement secara otomatis etap akan mengkalkulasikan
kapasitas dan banyaknya kapasitor minimal yang dibutuhkan untuk memperbaiki
level tegangan system.
12. Running Load Flow, lalu amati kondisi sebelum dan sesudah penempatan kapasitor
14. Pasang capasitor seperti dibawah ini untuk memperbaiki faktor daya sistem.
15. Running Load Flow kembali dan catat perubahan factor dayanya.
• Running “ Load Flow “ dengan kondisi Trafo Dist. IV 20/0,4 kV belum diTap Changer
Sesuai dengan standar tengangan yang ditentukan oleh Permen ESDM No. 03 Tahun
2007 dan PLN (SPLN), perancangan jaringan dibuat agar jatuh tegangan di ujung diterima
10%. Tegangan jatuh pada jaringan disebabkan adanya rugi tegangan akibat hambatan listrik
(R) dan reaktansi (X).
Penyebab Drop Tegangan
Penurunan tegangan tersebut tergantung pada dua hal, yaitu :
1. Aliran arus melalui kabel - semakin tinggi arus, semakin besar tegangan drop.
2. Impedansi konduktor - semakin besar impedansi, semakin besar tegangan drop.
Impedansi kabel merupakan fungsi dari ukuran kabel (luas penampang) dan panjang
kabel. Umumnya produsen kabel akan melampirkan data kabel yang diproduksinya seperti
nilai resistansi kabel dan reaktansi kabel dalam satuan Ω / km.
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
Jatuh tegangan phasor Vd pada suatu penghantar yang mempunyai impedansi (Z) dan
membawa arus (I) dapat dijabarkan dengan rumus :
Vd=I.Z (2.1)
Dalam pembahasan ini yang dimaksudkan dengan jatuh tegangan (∆V) adalah selisih
antara tegangan kirim (Vk) dengan tegangan terima (VT), maka jatuh tegangan dapat
didefinisikan adalah :
∆V = ( Vk ) – (VT ) (2.2)
Karena adanya resistansi pada penghantar maka tegangan yang diterima konsumen
(Vr) akan lebih kecil dari tegangan kirim (Vs), sehingga tegangan jatuh (Vdrop) merupakan
selisih antara tegangan pada pangkal pengiriman (sending end) dan tegangan pada ujung
penerimaan (receiving end) tenaga listrik. Tegangan jatuh relatip dinamakan regulasi
tegangan VR (voltage regulation) dan dinyatakan oleh rumus :
(2.3)
Dimana :
Vs = tegangan pada pangkal pengiriman
Vr = tegangan pada ujung penerimaan
Untuk menghitung jatuh tegangan, diperhitungkan reaktansinya, maupun faktor
dayanya yang tidak sama dengan satu, maka berikut ini akan diuraikan cara perhitunganya.
Dalam penyederhanaan perhitungan, diasumsikan beban–bebannya merupakan beban fasa
tiga yang seimbang dan faktor dayanya (Cos φ) antara 0,6 s/d 0,85. tegangan dapat dihitung
berdasarkan rumus pendekatan hubungan sebagai berikut :
(∆V ) = I ( R . cos φ + X . sin φ ) L (2.4)
Dimana :
I = Arus beban ( Ampere )
R = Tahanan rangkaian ( Ohm )
X = Reaktansi rangkaian ( Ohm )
L = Panjang penghantar ( m )
Memperbaiki Nilai Tegangan
Dari penjelasan penyebab drop tegangan ada beberapa metode untuk memperbaiki
tegangan, sebagai berikut :
1. Menekan timbulnya rugi daya dengan mengubah ukuran penghantar ke ukuran yang
lebih besar dan pemilihan konduktor dengan tahanan yang kecil.
SUMBER :
http://eprints.umg.ac.id/5025/6/2021_TA_ELK_180603012_BAB%202.pdf
Pada pertemuan minggu kedua dari praktikum analisa sistem tenaga listrik, kita
mempelajari mengenai sub modul 2 yang mempunyai judul Analisis aliran daya lanjut atau
advanced load flow analysis. Tujuan dari dilakukan percobaan sub modul dua ini ada lima yakni
mampu menganalisis sistem transmisi serta distribusi yang mengalami jatuh tegangan yang di
bawah standar, dapat melakukan tap changer pada trafo guna memperbaiki jatuh tegangan, dapat
memperbaiki jatuh tegangan dengan cara memasangkan kapasitor bank, mampu menganalisis
faktor daya dari sistem tenaga listrik yang di bawah standar, serta dapat memperbaiki faktor daya
dengan memasangkan kapasitor. Yang dimaksud dengan analisis aliran daya itu merupakan
analisis yang dipakai supaya mengetahui apakah sistem tenaga listrik berada dalam kondisi baik
atau tidak.
Tujuan tersendiri dari dilakukannya analisis aliran daya ini ada tiga, yakni untuk
memeriksa serta melihat tegangan serta sudut fasa dari tiap-tiap bus, agar memeriksa dan melihat
kemampuan dari peralatan-peralatan yang ada pada sistem tenaga listrik apakah mampu
mendistribusikan daya sesuai keinginan, serta agar mendapatkan kondisi awal untuk studi
berikutnya baik itu studi hubung singkat, rugi-rugi transmisi, aliran daya harmonisa dan stabilitas.
Pada analisis aliran lanjut ini, kita akan memperbaiki jatuh tegangan dengan beberapa cara, yakni
dengan melakukan tap changer pada trafo serta pemasangan capacitor bank. Yang dimaksud
dengan tap changer ialah alat yang fungsinya mengubah perbandingan transformasi guna mencari
nilai tegangan sekunder yang diinginkan dari tegangan primer yang berubah-ubah. Cara untuk
merubah tap changer ini secara teori ada dua yakni merubahnya ketika trafo berada dalam kondisi
tanpa beban dan merubah tap ketika trafo berada dalam kondisi berbeban.
Kalau pada etap caranya dengan klik 2 kali pada trafo yang busnya mengalami jatuh
tegangan lalu atur fixed tap primarynya sesuai yang diinginkan pada menu tap. Pengertian dari
jatuh tegangan itu adalah selisih antara tegangan kirim dengan tegangan terima yang disebabkan
oleh resistansi pada penghantar. Contoh jatuh tegangan dari rangkaian modul saya adalah pada bus
beban ix dimana tegangan kirim yang ada pada GD VA adalah sebesar 0,372 kV tapi nilai tegangan
terima pada bus beban ix adalah 0,347 kV. Rumus dari jatuh tegangan untuk saluran tiga fasa
adalah 𝑉𝑑 = √3 × 𝐼 × 𝑍. Kalau dijabarkan menjadi 𝑉𝑑 = √3 × 𝐼 × (𝑅 cos 𝜃 + 𝑋 sin 𝜃) × 𝑙.
Dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai X dan juga arus (I) maka semakin besar juga nilai
voltage drop atau jatuh tegangannya. Bisa juga disimpulkan apabila semakin panjang
penghantarnya atau L, maka nilai jatuh tegangannya juga semakin besar.
tegangan sekundernya naik. Dilakukan tap pada sisi tegangan yang lebih tinggi bukan yang lebih
rendah karena pada sisi primer tegangan yang tinggi maka arusnya kecil sehingga tidak
menimbulkan arcing karena arus yang kecil.
Kalau dilakukan pada sisi sekunder yang tegangannya kecil, maka arusnya besar sehingga
menimbulkan arcing atau busur api. Langkah percobaannya, kita atur overvoltage pada bus voltage
nya yang critical 105% dan marginal 102%. Dan untuk undervoltagenya diatur critical 90% dan
marginal 95%. Alhasil, pada bus beban 9 akan berubah menjadi warna merah atau mengalami
jatuh tegangan. Pada bus 9 ini lah yang nanti akan dipasangkan capacitor bank untuk memperbaiki
jatuh tegangan. Sebelum memasangkan capacitor, lakukan tap changer terlebih dulu pada trafo
dengan klik 2 kali trafonya lalu atur lilitan primernya jadi -5 pada menu tap. Maka dapat dilihat
ketika dilakukan tap changer, jatuh tegangan pada Bus beban IX yang tadinya menyerap 0,347 kV,
naik menjadi 0,368 kV. Maka terbukti tap changer dapat memperbaiki jatuh tegangan. Karena nilai
tegangannya masih kecil maka dilakukan lagi pemasangan kapasitor.
Pasang kapasitor pada bus beban 9 namun saklarnya masih dibuka jadi tidak terhubung
dulu. Lalu untuk mengetahui kapasitas dari capacitor banknya dilakukan dengan cara running
optimal capacitor placement. Sebelum running capacitor placement, masukkan ke cadidates dulu
bus 9 yang terkena jatuh tegangannya pada menu capacitor dari study case lalu running capacitor
placement. Kapasitas dari tiap 1 banks itu adalah 100 kVar. Hasilnya, untuk kapasitas dari
kapasitor bank yang saya dapatkan adalah 100 kvar dengan total banks nya 2 (200 kVar) serta
rated kv nya 0,4. Lalu imputkan rating tersebut pada kapasitor yang sudah dipasang tadi.
Selanjutnya, tutup saklar kapasitor yang tadi terbuka lalu running load flow. Ketika dirunning,
tegangan yang tadinya 0,368 kV naik menjadi 0,386 kV maka terbukti dengan melakukan
penambahan kapasitor dapat memperbaiki jatuh tegangan. Selain untuk memperbaiki jatuh
tegangan, kapasitor bank juga bisa memperbaiki faktor daya yang buruk. Pada rangkaian kapasitor
bank untuk memperbaiki cos phi ini dipasang pada bus beban 8 yang terdapat motor induksi karena
Disini dilakukan perbaikan faktor daya pada sistem bukan pada motor karena faktor daya
dari motor tidak akan berubah makanya hanya dapat perbaikan faktor daya pada sistem. Dari
rangkaian, diketahui cos phi awalnya 74,99% dan cos phi target atau cos phi yang diizinkan PLN
adalah 85%. Rumusnya adalah QC = P(tan ɵ1 - tan ɵ2) disederhanakan jadi P1[tan(arc cos ɵ1) −
tan(arc cos ɵ2)]. P1 dari rangkaian didapatkan 200,9 kW. Maka masukkan 𝑄𝑐 =
200,9 𝑘𝑊 [tan (𝑎𝑟𝑐 cos 0,749) − 𝑡 an(𝑎𝑟𝑐 𝑐𝑜𝑠 0,85) maka hasilnya 52,6 kVar. Lalu masukkan
pada rating kapasitor 52,6 kVar. Bisa dilihat dengan pemasangan kapasitor bank faktor daya yang
tadinya 74,99% naik menjadi 84,4%. Yang ditargetkan 85% tapi yang didapatkan hanya 84,4%
karena menurut saya tegangan yang diberikan agak sedikit kurang jadinya motor menyerap daya
reaktif yang lebih banyak sehingga cos phinya kurang dari target.
− Rumus dari jatuh tegangan untuk saluran tiga fasa adalah 𝑉𝑑 = √3 × 𝐼 × 𝑍. Kalau
dijabarkan menjadi 𝑉𝑑 = √3 × 𝐼 × (𝑅 cos 𝜃 + 𝑋 sin 𝜃) × 𝑙. Dapat disimpulkan bahwa
semakin besar nilai X dan juga arus (I) maka semakin besar juga nilai voltage drop atau
jatuh tegangannya. Bisa juga disimpulkan apabila semakin panjang penghantarnya atau L,
maka nilai jatuh tegangannya juga semakin besar.
− Dapat dilihat ketika dilakukan tap changer, jatuh tegangan pada Bus beban IX yang tadinya
menyerap 0,347 kV, naik menjadi 0,368 kV. Maka terbukti tap changer dapat memperbaiki
jatuh tegangan. Karena nilai tegangannya masih kecil maka dilakukan lagi pemasangan
kapasitor. Ketika dirunning, tegangan yang tadinya 0,368 kV naik menjadi 0,386 kV maka
terbukti dengan melakukan penambahan kapasitor dapat memperbaiki jatuh tegangan.
− Rumusnya adalah QC = P(tan ɵ1 - tan ɵ2) disederhanakan jadi P1[tan(arc cos ɵ1) − tan(arc
cos ɵ2)]. P1 dari rangkaian didapatkan 200,9 kW. Maka masukkan 𝑄𝑐 =
200,9 𝑘𝑊 [tan (𝑎𝑟𝑐 cos 0,749) − 𝑡 an(𝑎𝑟𝑐 𝑐𝑜𝑠 0,85) maka hasilnya 52,6 kVar. Lalu
masukkan pada rating kapasitor 52,6 kVar. Bisa dilihat dengan pemasangan kapasitor bank
faktor daya yang tadinya 74,99% naik menjadi 84,4%. Yang ditargetkan 85% tapi yang
didapatkan hanya 84,4% karena menurut saya tegangan yang diberikan agak sedikit kurang
jadinya motor menyerap daya reaktif yang lebih banyak sehingga cos phinya kurang dari
target.
1. Mengapa saat melakukan tap pada trafo dilakukan pada sisi tegangan yang lebih tinggi ?
Hubungkan dengan fungsi minyak pada transformator!
Jawab :
Dilakukan tap pada sisi tegangan yang lebih tinggi bukan yang lebih rendah karena pada sisi
primer tegangan yang tinggi maka arusnya kecil sehingga tidak menimbulkan arcing karena
arus yang kecil. Kalau dilakukan pada sisi sekunder yang tegangannya kecil, maka arusnya
besar sehingga menimbulkan arcing atau busur api yang bisa menyebabkan minyak trafonya
kotor. Kalau minyak trafonya kotor bisa berakibat pada buruknya isolasi dari trafo.
2. Hitunglah Qc untuk memperbaiki faktor daya beban pada mtr1 hingga 85%!
Jawab :
𝑄𝑐 = 𝑃1[tan(𝑎𝑟𝑐 cos ɵ1) − tan(𝑎𝑟𝑐 cos ɵ2))
𝑄𝑐 = 200,9 𝑘𝑊 [tan(𝑎𝑟𝑐 cos 0,749) − 𝑡 an(𝑎𝑟𝑐 𝑐𝑜𝑠 0,85)]
𝑄𝑐 = 52,6 𝑘𝑉𝑎𝑟
3. Setelah pemasangan kapasitor, mengapa faktor daya yang ditampilkan pada software etap tidak
sesuai dengan faktor daya yang kita inginkan ? Jelaskan!
Jawab :
Bisa dilihat dengan pemasangan kapasitor bank faktor daya yang tadinya 74,99% naik menjadi
84,4%. Yang ditargetkan 85% tapi yang didapatkan hanya 84,4% karena menurut saya tegangan
yang diberikan agak sedikit kurang jadinya motor menyerap daya reaktif yang lebih banyak
sehingga cos phinya kurang dari target.
I. TUJUAN
1. 1 unit PC
2. Software ETAP
1.1 Pendahuluan
Dalam operasi sistem tenaga listrik sering terjadi gangguan – gangguan yang dapat
mengakibatkan terganggunya penyaluran tenaga listrik ke konsumen. Gangguan adalah
penghalang dari suatu sistem yang sedang beroperasi atau suatu keadaan dari sistem
penyaluran tenaga listrik yang menyimpang dari kondisi normal. Suatu gangguan di dalam
peralatan listrik didefinisikan sebagai terjadinya suatu kerusakan di dalam jaringan listrik
yang menyebabkan aliran arus listrik keluar dari saluran yang seharusnya.
Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk busur api) pada
impedansi yang relatif rendah terjadi secara kebetulan atau disengaja antara dua titik yang
mempunyai potensial yang berbeda. Istilah gangguan atau gangguan hubung singkat
digunakan untuk menjelaskan suatu hubungan singkat. Untuk mengatasi gangguan tersebut,
perlu dilakukan analisis hubung singkat sehingga sistem Proteksi yang tepat pada Sistem
Tenaga Listrik dapat ditentukan. Analisis hubung singkat adalah analisis yang mempelajari
kontribusi arus gangguan hubung singkat yang mungkin mengalir pada setiap cabang didalam
sistem (di jaringan distribusi, transmisi, trafo tenaga atau dari pembangkit) sewaktu gangguan
hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam sistem tenaga listrik.
Analisis Hubung Singkat memiliki tujuan, yaitu sebagai berikut.:
1. Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubung singkat.
2. Untuk menentukan arus gangguan tak simetris bagi gangguan satu dan dua line ke
tanah,gangguan line ke line, dan rangkaian terbuka
3. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi
4. Untuk menentukan kapasitas pemutus dari circuit breaker
5. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar selama
gangguan.
𝐸𝑓
𝐼𝑓 =
𝑍𝑓
I. Komponen Simetris
Komponen simetris digunakan untuk menganalisis terutama sistem yang tidak seimbang,
misalnya saat terjadi hubung singkat tiga phasa, dua phasa dan satu phasa ke tanah. Dimana
sebuah sistem tak seimbang diubah menjadi tiga rangkaian persamaan yaitu rangkaian
urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol. Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak
seimbang dari sistem tiga phasa dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang.
Himpunan seimbang komponen itu adalah (Stevenson, 1982: 260):
1. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah
satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar 120º, dan mempunyai urutan phasa
Tujuan lain adalah untuk memperlihatkan bahwa setiap phasa dari sistem tiga phasa tak
seimbang dapat di pecah menjadi tiga set komponen.
Persamaan di atas, terdapat operator a yang merupakan unit vektor yang membentuk sudut
120 derajat berlawanan jarum jam.
Pada ganguan hubung singkat tiga fasa, gangguan termasuk gangguam simetris,
sehingga tidak perlu menggunakan komponen simetris. Persamaan hubung singkat
diperoleh sebagai berikut
Va = Vf – Ia1Za1 = 0
Ia0 = 0;
Sehingga diperoleh persamaan berikut
1. Buat lah project dan folder sesuai dengan nama praktikan masing-masing.
2. Atur standar yang digunakan yaitu IEC
3. Rangkai gambar 3.1 dibawah menggunakan ETAP 16.0. Pada Modul 3, rangkaian modul
melanjutkan dari Modul 2
• Lump Load
• Cable SKUTM
5. Setelah itu running rangkaian dengan load flow analysis lalu klik
6. Setelah itu jika running load flow berhasil maka lakukan running hubung singkat.
7. Sebelum melakukan running hubung singkat, yaitu run short circuit , klik edit study
case lalu pilih masing-masing bus didaerah pembangkit, transmisi dan distribusi.
Setelah itu klik run 3 phase, LG LL . Beri gangguan sesuai gambar dibawah ini.
8. Setelah itu cetak report dengan cara klik report manager lalu pilih bagian
summary.Ketika sudah ada data tertampil pada pdf anda bisa melihat nilai arus hubung
singkat yaitu I”k pada summary
Komponen-Komponen Simetris
C.L. Fortescue pada tahun 1918 telah membahas cara menangani rangkaian fasa
majemuk poly-phase (berfasa banyak) tak seimbang dalam suatu sidang American Institute of
Electrical Engineers. Setelah sidang tersebut, metode komponen simetris menjadi
diperhitungkan dikala adanya penelitian atau penulisan artikel yang terkait. Dengan metode
komponen simetris ini gangguan tak simetris pada bagian sistem transmisi dapat dianalisa
seperti gangguan hubung singkat (short circuit), impedansi dari satu atau dua saluran ke tanah,
impedansi antar saluran, penghantar yang terbuka.
Teorema yang dikemukakan oleh Fortescue telah membuktikan bahwa suatu sistem
tenaga yang tidak seimbang yang terdiri dari n fasor yang berhubungan (related) dapat
diuraikan menjadi n buah sistem dengan fasor seimbang yang dapat disebut dengan
komponen-komponen simetris (symetrical components) dari fasor aslinya. N buah fasor pada
setiap himpunan komponennya adalah sama panjang, dan sudut diantara fasor yang saling
bersebelahan dalam himpunan itu memiliki besar yang sama. Walaupun metode ini berlaku
untuk setiap sistem fasa majemuk tak seimbang, materi akan dibatasi hanya sampai pada
sistem tiga fasa saja.
Gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga biasanya disebabkan oleh gangguan
asimetris, yang dapat menyebabkan tegangan dan arus menjadi tidak seimbang. C.L.
Fortesque telah membuktikan bahwa sistem tenaga listrik yang tidak seimbang dapat berasal
dari tegangan dan arus yang tidak seimbang antar fasanya, hal ini dapat dipecahkan menjad
tiga komponen simetris dari sistem tiga fasa yang seimbang. Berikut adalah pembagian dari
tiga komponen simetris tersebut:
SUMBER :
https://www.scribd.com/doc/216465252/Makalah-Komponen-Simetris
3×150⁄
√3
1 fasa = (48,332+𝑗353,867)+(54,915+𝑗348,611)+(88,123+𝑗201,502) × 1,1
𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎
− 3 fasa = Ihs = × Cfactor
𝑍1
150⁄
√3
3 fasa = (48,332+𝑗353,867) × 1,1
Pada pertemuan minggu ketiga dari praktikum analisa sistem tenaga listrik ini, kita
mempelajari modul tiga yang mempunyai judul analisa hubung singkat atau short circuit analysis.
Tujuan dari modul tiga yang berjudul analisa hubung singkat ini adalah agar kita mempelajari
karakteristik daripada arus gangguan, agar dapat mempelajari macam-macam gangguan yang
terdapat di sistem tenaga listrik, agar dapat mensimulasikan gangguan dengan menggunakan
software ETAP, serta dapat mengetahui manfaat dari analisa terhadap gangguan. Gangguan itu
merupakan kondisi sebuah sistem tenaga listrik yang tidak sesuai dengan kondisi normalnya. Salah
satu contoh gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Hubung
singkat itu merupakan sebuah hubungan tidak normal yang terjadi secara sengaja antara dua buah
titik yang potensialnya berbeda dengan impedansi yang relatih lebih kecil. Atau secara singkatnya
hubung sigkat ini adalah peristiwa dimana arus tidak mengalir sampai ke beban tetapi sudah
terhubung antar penghantarnya dengan tanah karena beda potensial dari tanah yang tidak
bertegangan itu sangat kecil atau bernilai nol. Hal ini terjadi karena arus itu cenderung mengalir
ke impedansi yang lebih kecil dibanding impedansi yang besar.
Tujuan dari menganalisis hubung singkat adalah sebagai berikut. Yang pertama, dapat
mengetahui arus maksimum dan minimum dari hubung singkat. Arus hubung singkat ini pasti
bernilai sangat besar karena tidak sampai ke beban. Yang kedua, dapat mengetahui arus gangguan
tidak simetris misalnya untuk gangguan line to line, dll. Yang ketiga, untuk menyelidiki operasi
dari rele proteksi dimana ini juga merupakan tujuan dari diketahuinya arus maksimum hubung
singkat agar mengatur rele ocr atau over current relay yang akan digunakan. Yang keempat, agar
bisa mengetahui berapa kapasitas dari pemutus atau circuit breakernya. Yang terakhir, agar
mengetahui penyaluran arus ganggian ini dan level tegangan dari busbar selama terjadinya
gangguan. Penyebab dari gangguan hubung singkat ini ada dua faktor yakni faktor internal serta
faktor eksternal. Penyebab dari dalam (internal) ini contohnya peralatan listrik yang dipakai itu
rusak. Sedangkan penyebab dari luar (eksternal) ini contohnya adalah cuaca ekstrim atau badai
sehingga menyebabkan pohon tumbang yang berakibat salah satu fasanya putus. Akibatnya terjadi
hubung singkat.
Dari segi waktu, gangguan ini dibedakan menjadi dua yakni gangguan permanent dan
gangguan temporer. Yang dimaksud dengan gangguan permanent ini adalah gangguan yang terjadi
dalam kurun waktu yang lama sehingga cara untuk memperbaiki gangguan ini adalah dengan
mengganti alat yang rusak tersebut. Sedangkan untuk gangguan temporer ini adalah gangguan
Komponen simetris dibedakan menjadi tiga, yakni komponen urutan positif, konponen
urutan negatif, dan komponen urutan nol. Komponen urutan positif ini ialah komponen yang
fasornya itu sama besar dan dipisahkan dengan sudut yang sama besar juga yakni 120 derajat pada
setiap fasanya serta arah fasornya sama. Untuk komponen urutan negatif, sama seperti komponen
urutan positif hanya saja yang membedakan itu arah fasornya. Untuk komponen urutan nol, besar
fasornya itu sama dengan pergeseran fasa nol. Pada modul tiga ini, kita akan melihat besarnya arus
hubung singkat dua fasa, tiga fasa, satu fasa ke tanah, dan satu fasa ketanah. Dimana pada modul
tiga ini dilakukan simulasi hubung singkat di tiga lokasi yakni pada pembangkit, transmisi, serta
distribusi. Caranya buka study case lalu tambahkan busbar pembangkit (GI KIT IA), transmisi (GI
II), serta distribusi (Bus beban I). Selanjutnya running short circuit maka akan muncul angka arus
hubung singkatnya. Jika yang kita pilih adalah tipe fault tiga fasa, maka nilai hubung singkatnya
hanya satu karena hubung singkat tiga fasa itu termasuk hubung singkat simetris.
Ketika hubung singkat, arus cenderung mengalir ke busbar yang short circuit karena arus
itu cenderung untuk bergerak dari potensial tinggi ke rendah dimana pada busbar yang terjadi short
circuit ini nilai tegangannya adalah nol maka arus menuju ke busbar tersebut. Pada bus beban I,
bisa dilihat dari gangguan fasa ketanah bahwa hubung singkat terjadi pada fasa R karena nilai arus
hanya terdapat pada fasa R sementara tegangan yang tidak ada hanya di fasa R. Dari report, dapat
dilihat bahwa gangguan asimetris adalah gangguan line to ground, line to line, dan line to line to
grond. Sementara gangguan simetris ada pada gangguan 3 phase. I”k ini adalah nilai hubung
singkat ketika kondisi awal. Ip adalah arus hubung singkat terbesar dalam sistem. Ib adalah arus
yang menjadi acuan pmt untuk memutus. Ik adalah arus pada kondisi steady state. Dari report juga
bisa dilihat bahwa nilai arus paling besar ada di bus beban 1 karena tegangannya 0,4 kv. Sedangkan
nilai arus terkecil ada di GI II karena tegangannya 150 kv. Hal ini bisa dibuktikan dengan rumus
𝑀𝑣𝑎𝑠𝑐
I= dimana semakin besar nilai V maka I nya akan semakin kecil karena berbanding terbalik.
𝑉×√3
Dari data pengamatan, lokasi hubung singkat ada tiga yakni GI KIT IA (pada pembangkit),
GI II (pada transmisi), dan Bus beban I (pada distribusi) didapatkan nilai arus sebelum gangguan
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
masing-masing sebesar 17,6 A; 8,8 A; dan 415 A. Untuk nilai arus gangguan 3 fasa dari masing-
masing busbar diatas adalah 3,029 kA; 0,267 kA; dan 8,082 kA. Untuk nilai arus gangguan fasa
ke fasa dari masing-masing busbar diatas adalah 2,661 kA; 0,232 kA; dan 7kA. Sedangkan untuk
nilai arus gangguan fasa ke tanah untuk masing-masing busbar didapatkan 3,076 kA; 0,309 kA;
dan 0,006 kA. Dalam mengatur rating CB, kita mencari nilai rated kV (didapat dari nilai tegangan
di busbar), Rated ampere (Nilai arus sebelum gangguan × 1,2), Making peak (Nilai Ip terbesar ×
1,2), serta Breaking (nilai Ib terbesar). Tujuan dari diatur nilai rating CB ini adalah agar kita tahu
kapasitas dari PMT yang akan dipasang berapa agar apabila terjadi gangguan hubung singkat maka
PMT tidak akan langsung memutus karena dalam mengatur rating cb ini kita menggunakan nilai
arus hubung singkat yang terbesar. Sehingga ketika terjadi hubung singkat dibawah dari arus
maksimal hubung singkat (rating cb), maka PMT tidak rusak jadi tidak perlu terlalu sering
dilakukan pergantian PMT. PMT akan rusak apabila rating Cb yang dipasang tidak sesuai dengan
besarnya arus gangguan yang terjadi (jika melebihi kapasitas cb).
− Secara singkatnya hubung sigkat ini adalah peristiwa dimana arus tidak mengalir sampai
ke beban tetapi sudah terhubung antar penghantarnya dengan tanah karena beda potensial
dari tanah yang tidak bertegangan itu sangat kecil atau bernilai nol. Hal ini terjadi karena
arus itu cenderung mengalir ke impedansi yang lebih kecil dibanding impedansi yang
besar.
− Dari segi simetrisnya, gangguan dikelompokkan menjadi dua lagi yakni gangguan
simetris dan gangguan asimetris. Yang dimaksud dengan gangguan simetris adalah
gangguan pada semua fasanya atau semua fasanya terjadi hubung singkat sehingga nilai
arus pada ketiga fasanya adalah sama. Yang dimaksud dengan gangguan asimetris adalah
gangguan yang hanya terjadi pada beberapa fasanya saja sehingga nilai arus antar fasaya
itu bisa berbeda-beda.
− Ketika hubung singkat, arus cenderung mengalir ke busbar yang short circuit karena arus
itu cenderung untuk bergerak dari potensial tinggi ke rendah dimana pada busbar yang
terjadi short circuit ini nilai tegangannya adalah nol maka arus menuju ke busbar tersebut.
1. Apa tujuan kita melakukan pengisian rating cb pada rangkaian ? Apa yang akan terjadi jika
rating cb tidak sesuai dengan besarnya arus gangguan yang terjadi ?
Jawab :
Tujuan dari diatur nilai rating CB ini adalah agar kita tahu kapasitas dari PMT yang akan
dipasang berapa agar apabila terjadi gangguan hubung singkat maka PMT tidak akan langsung
memutus karena dalam mengatur rating cb ini kita menggunakan nilai arus hubung singkat
yang terbesar. Sehingga ketika terjadi hubung singkat dibawah dari arus maksimal hubung
singkat (rating cb), maka PMT tidak rusak jadi tidak perlu terlalu sering dilakukan pergantian
PMT. PMT akan rusak apabila rating Cb yang dipasang tidak sesuai dengan besarnya arus
gangguan yang terjadi (jika melebihi kapasitas cb).
2. Pada saat terjadi arus hubung singkat, mengapa tegangannya bernilai nol ? Jelaskan dengan
menggunakan rumus !
Jawab :
Menggunakan rumus hukum ohm yakni V=I × Z jadi walaupun arus yang mengalir pada
sistem besar tapi impedansinya bernilai 0 maka tegangannya juga akan bernilai 0.
3. Mengapa pada saat disimulasikan dengan ETAP, beban motor menghasilkan arus kontribusi
hubung singkat pada rangkaian ? Jelaskan !
Jawab :
Apabila terjadi hubung singkat, maka motor sudah tidak menerima suplai listrik yang berarti
motor ini padam. Akan tetapi ketika padam, motor tidak langsung berhenti karena mempunyai
momen inersia dimana motor ini cenderung mempertahankan posisi awalnya yang tadinya
berputar tidak langsung diam. Akibatnya, motor ini masih menghasilkan GGL yang
menyebabkan timbulnya tegangan sehingga arus cenderung untuk mengalir ke potensial lebih
kecil yakni ke busbar yang terjadi hubung singkat daripada ke motor.
4. Hitunglah arus hubung singkat 3 fasa dan 1 fasa ketanah pada bus GI II ! (Masukkan di
pengolahan data).
Jawab :
3×𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎
− 1 fasa = 𝑍 × Cfactor
1 + 𝑍2 +𝑍0
3×150⁄
√3
1 fasa = (48,332+𝑗353,867)+(54,915+𝑗348,611)+(88,123+𝑗201,502) × 1,1
𝑉𝑓𝑎𝑠𝑎
− 3 fasa = Ihs = × Cfactor
𝑍1
150⁄
√3
3 fasa = (48,332+𝑗353,867) × 1,1
I. TUJUAN
1. 1 unit PC
2. Software ETAP
Sistem proteksi pada tenaga listrik merupakan suatu elemen yang penting dalam sistem
tenagalistrik. Karena memiliki fungsi sebagai pengaman dalam sistem tenaga listrik yang
terdiri dari pembangkitan, transmisi, dan distribusi daya listrik. Seperti yang diketahui sering
sekali terjadi gangguan pada suatu sistem tenaga listrik misalnya beban lebih, terjadi arus
hubung singkat, ataugangguan dari luar seperti petir.
Fungsi sistem proteksi adalah untuk mengamankan suatu sistem tenaga listrik dengan
cara mengetahui gangguan tersebut dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari
bagian lainyang masih dalam keadaan normal untuk mengamankan sistem keseluruhan dari
kerusakan yanglebih parah atau kerugian yang lebih besar. Sistem proteksi tenaga listrik pada
umumnya terdiri dari beberapa komponen yang di rancang untuk mengidentifikasi kondisi
sistem tenaga listrik dan bekerja berdasarkan informasi yang diperoleh dari sistem tersebut
seperti arus, tegangan atausudut fasa antara keduanya. Fungsi dari sistem proteksi adalah :
1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat adanya
gangguan (kondisi abnormal).
2. Untuk mempercepat mengamankan daerah yang terganggu sehingga efek gangguan
menjadi sekecil mungkin.
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumen.
4. Untuk melindungi manusia (terutama) terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
• Setelan Waktu
b
TD = 𝐼𝑓 𝑎 𝑥 𝑇𝑀𝑆
(𝐼 ) − 1
𝑠𝑒𝑡
𝐼 𝑎
TD ((𝐼 𝑓 ) − 1)
𝑠𝑒𝑡
𝑇𝑀𝑆 =
𝑏
Keterangan :
𝐼𝑛 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 (𝑘𝐴)
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑠𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 (𝑘𝐴)
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑠𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 (𝑘𝐴)
𝑇𝐷 = 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 (𝑠)
𝐼𝑓 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑓𝑎𝑠𝑎 (𝑘𝐴)
𝑇𝑀𝑆 = 𝑆𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑟𝑒lay (s)
1. Buatlah project dan folder sesuai dengan nama praktikan masing-masing. Pada Sub
Modul 3, rangkaian modul melanjutkan dari Modul 3.
2. Buatlah single line diagram seperti gambar dibawah ini! Pada Sub Modul 3, rangkaian
modul melanjutkan dari Modul 3.
4. Setelah berhasil, pilih Star – Protection & Coordination , lalu edit study case
5. Lalu berikan gangguan (fault) pada bus saluran 1%, 25%, 50%, 75%, dan 100%,
Catat nilai arus hubung singkat 3 fasa pada lokasi relay dan isi nilai tersebut pada tabel
3.2.
6. Berdasarkan nilai arus hubung singkat yang telah didapat, carilah TMS dari masing
masing relay (Incoming dan Outgoing) lalu tuliskan pada tabel 3.3 dan 3.4.
7. Isilah data relay berdasarkan hasil yang didapat pada tabel 3.3 dan 3.4.
8. Uji waktu kerja relay dengan cara klik fault insertion , letakkan pada bus saluran
25% lalu perhatikan time viewer . Catat waktu kerja relay yang ditunjukkan oleh
time viewer pada table 3.5. Setelah itu lanjutkan untuk bus saluran 50%, 75%, dan 100%
untuk gangguan 3 fasa
9. Cetak grafik kerja relay dengan cara block kedua relay lalu Create Star View .
Sumber : Wahyu Hidayat Ade, Gusmedi Herri, Hakim Lukmanul, dan Despa Dikpride
Waktu pemutusan gangguan meruapakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
menentukan suatu skema proteksi. Hal ini dikarenakan suatu peralatan roteksi harus
dikoordinasikan waktunya dengan peralatan proteksi yang lain agar hanya peralatan proteksi
yang paling dekat dengan ganggguan saja yang berkerja.
Rating dari trafo arus ditentukan berdasarkan ratio arus primer dengan arus sekunder.
Umumnya ratio trafo arus yang digunakan adalah 600:5, 800:5, 1000:5, 1600:1. Rating arus
5 ampere atau 1 ampere banyak digunakan sebagai standar pada trafo arus. Beberapa rele
proteksi menggunakan arus sekunder CT sebagai input masukan seperti rele jarak, rele arus
lebih, rele differensial dan lain-lain.
Pemutus Tenaga.
Pemutus tenaga (PMT) atau circuit breaker (CB) merupakan peralatan yang dapat
digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan arus listrik sesuai dengan kapasitas
ratingnya. CB mempunyai kemampuan untuk memutuskan arus beban dan arus gangguan
hubung singkat pada tegangan tinggi dalam waktu yang relatif sangat cepat. Energi mekanik
yang diperlukan untuk membuka kontak utama diperoleh dari gaya pegas, tekanan hidrolik,
tekanan peneumatik atau dari beberapa kombinasi diantaranya. Pada saat CB memutuskan
atau menghubungkan arus listrik akan timbul busur api dan untuk memadamkan busur api
tersebut digunakan beberapa bahan pada CB antara lain : minyak, udara, dan gas.
Dimana Iset adalah besarnya arus pick-up dalam Ampere. Pada aplikasinya praktis
dilapangan untuk besarnya nilai pengaturan over current relay adalah sebesar 105% sampai
dengan 130% dari nilai arus beban penuh.
Sedangkan untuk menentukan nilai setting time dial dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
Dimana :
Td = Waktu operasi (detik). t = Time dial.
I = Nilai arus ( Ampere). Iset = Arus pick-up (Ampere).
𝑘 = Koefisien invers 1 (lihat tabel 2.1). α = Koefisien invers 2 (lihat tabel 2.1).
β = Koefisien 3 (lihat tabel 2.1)
SUMBER :
http://eprints.itn.ac.id/4097/1/SKRIPSI.pdf
Lokasi HS (Saluran) 3Ø
kA A
1% 1,1 1100
Outgoing
Inom Rasio CT (Ampere) Time Iset Primer Iset Standard
Pengaman Beban
Delay (s) (Ampere) Sekunder Inverse
(Ampere) Primer Sekunder (Ampere) TMS
OCR 29,5 300 5 0,3 92,925 1,548 0,108
𝐼 𝑠𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
I set Sekunder = 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇
227,325 𝐴
= 1000
5
= 1,136 A
𝐼𝑓 𝑎
𝑇𝐷( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡
TMS = 𝑏
1100 0,02
0,7( ) −1
227,325
= 0,14
= 0,16
𝐼 𝑠𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
I set Sekunder = 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑇
92,925 𝐴
= 300
5
= 1,548 A
𝐼𝑓 𝑎
𝑇𝐷( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡
TMS = 𝑏
1100 0,02
0,7( ) −1
92,925
= 0,14
= 0,108
0,14 0,14
50% 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 = 1055 𝐴 0,02
𝑥 0,16 s = 0,718 𝑠
( ) −1 ( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 227,325 𝐴
0,14 0,14
75% 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 = 1032 𝐴 0,02
𝑥 0,16 s = 0,729 𝑠
( ) −1 ( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 227,325 𝐴
0,14 0,14
100% 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 = 1010 𝐴 0,02
𝑥 0,16 s = 0,739 𝑠
( ) −1 ( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 227,325 𝐴
Relay Outgoing
0,14 0,14
25% 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 = 1078 𝐴 0,02
𝑥 0,108 s = 0,3 𝑠
( ) −1 ( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 92,925 𝐴
0,14 0,14
50% 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 = 1055 𝐴 0,02
𝑥 0,108 s = 0,303 𝑠
( ) −1 ( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 92,925 𝐴
0,14 0,14
75% 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 = 1032 𝐴 0,02
𝑥 0,108 s = 0,306 𝑠
( ) −1 ( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 92,925 𝐴
0,14 0,14
100% 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 0,02
𝑥 𝑇𝑀𝑆 = 1010 𝐴 0,02
𝑥 0,108 s = 0,309 𝑠
( ) −1 ( ) −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 92,925 𝐴
Pada pertemuan minggu ketiga dari praktikum analisa sistem tenaga listrik ini, kita
mempelajari sub modul tiga yang berjudul koordinasi proteksi ocr pada penyulang distribusi.
Tujuan dari modul ini ada dua, yakni agar mrngrtahui koordinasi dari proteksi di penyulang
distribusi (OCR), serta menyelidiki operasi relay-relay proteksi. Sistem proteksi itu adalah elemen
penting dari sistem tenaga listrik karena peran dari sistem proteksi ini adalah sebagai pengaman
dari sistem tenaga listrik. Sistem proteksi ini memiliki sejumlah fungsi pada sistem tenaga listrik.
Yang pertama, agar mengurangi kerusakan pada peralatan listrik yang disebabkan oleh gangguan
atau kondisi tidak normal. Yang kedua, agar semakin cepat mengamankan daerah yang terjadi
gangguan agar efek dari gangguan tersebut jadi sekecil mungkin. Yang ketiga, agar pelayanan
listrik yang diberikan ke pelanggan dalam keandalan yang tinggi, serta agar melindungi manusia
dari bahaya akibat listrik. Ada terdapat beberapa syarat dalam merencanakan sistem proteksi yang
efektif, yakni selektif, sensitif, andal, dan cepat. Yang dimaksud dengan selektif adalah sistem
proteksi harus bisa memisahkan daerah yang terganggu dengan daerah yang tidak terganggu.
Yang dimaksud dengan sensitif adalah sistem proteksi harus mampu peka terhadap
gangguan skecil apapun. Yang dimaksud dengan andal adalah sistem proteksi harus bisa bekerja
ketika diperlukan dan tidak bekerja ketika tidak diperlukan. Yang dimaksud dengan cepat adalah
sistem proteksi harus dapat memutus secepat mungkin apabila terjadi gangguan. Pada sub modul
tiga ini relay yang dipakai pada rangkaian adalah relay arus lebih atau overcurrent relay (ocr).
Overcurrent relay ini adalah peralatan yang mendeteksi terjadinya arus lebih yang diakibatkan oleh
gangguan hubung singkat antar fasa. Karakteristik dari relay ocr ini adalah standar invers, difinite
time, dan instantaneous. Yang dimaksud dengan standar invers relay adalah semakin besar nilai
arus hubung singkat yang terdeteksi oleh relay ocr maka akan semakin cepat waktu kerjanya. Yang
dimaksud dengan difinite time adalah relay ocr bekerja sesuai dengan waktu kerja yang sudah
diatur dan tidak terpengaruh oleh arusnya. Yang dimaksud dengan instantaneous adalah relay ocr
akan memutus apabila terdapat arus gangguan.
Pada rangkaian juga kita menggunakan trafo ct atau current transformer yang fungsinya
adalah ketika arus hubung singkat terdeteksi maka trafo ct ini akan menurunkan arus hubung
singkat tersebut maka arus hubung singkat yang terbaca pada relay itu hanya bernilai 5 ampere.
Pada sub modul tiga ini, untuk tabel yang pertama kita akan melakukan hasil perhitungan arus
hubung singkat pada saluran 1%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Dari percobaan yang dilakukan,
didapatkan nilai arus hubung singkat pada saluran 1% adalah sebesar 1.100 A, pada saluran 25%
Untuk tabel yang kedua kita akan melakukan perhitungan setting relay incoming dengan
menggunakan rumus 𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 = 𝐾 × 𝐼𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 . Nilai K ini adalah 1,05 yang merupakan
faktor pengali dan nilai Inominal trafo yang dipakai adalah nilai FLA pada kumparan sekunder
dari trafo tenaga empat yang bernilai 216,5. Hasil yang didapatkan untuk Iset primernya adalah
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
227,325 A. Selanjutnya mencari nilai Iset sekunder dengan rumus 𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = .
𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
Dimana nilai Iset primer sebesar 227,325 A dan nilai dari ratio trafo ct yang digunakan dapat
dilihat pada trado ct yang terhubung dengan relay incoming dimana disini rasio trafonya adalah
1000 : 5. Hasil yang didapatkan untuk Iset sekunder adalah 1,136 A. Selanjutnya, dilakukan setting
𝑎
𝐼𝑓
𝑇𝑑×(( ) −1)
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
waktu kerja dari relay ocr dengan menggunakan rumus 𝑇𝑀𝑆 = dimana nilai
𝑏
Td atau time delay yang dipakai untuk relay incoming ini adalah 0,7 , nilai if ini adalah nilai arus
hubung singkat terbesar yakni pada saluran 1% sebesar 1.100 A, nilai Iset primer sebesar 227,325
A, nilai a sebesar 0,02 dan nilai b sebesar 0,14.
Hasil yang didapat untuk TMS nya adalah 0,16. Untuk tabel yang ketiga kita melakukan
perhitungan setting relay outgoing. Perhitungannya sama seperti pada relay incoming hanya saja
perbedaannya pada rumus 𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 = 3 × 𝐾 × 𝐼𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 dimana nilai Inominal ini
didapatkan dengan running load flow, dan juga pada time delay dimana td yang digunakan untuk
relay outgoing ini adalah 0,3. Dari perhitungan, didapatkan nilai Iset primer sebesar 92,925 A ,
Iset sekunder sebesar 1,548 A dan nilai TMS-nya adalah 0,108. Setelah itu, masukkan semua nilai
dari Iset primer, Iset sekunder, dan TMS dari masing-masing relay incoming dan outgoing diatas.
Untuk tabel terakhir adalah kita hitung waktu kerja dari relay yang sudah kita atur tadi dimana
𝑏
rumusnya adalah 𝑇𝐷 = 𝐼𝑓 × 𝑇𝑀𝑆. Didapatkan nilai sesuai dengan pada tabel. Dapat
( )𝑎 −1
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
disimpulkan untuk tabel terakhir ini bahwa semakin jauh arus gangguan maka semakin lama waktu
kerja dari relay ocr.
− Sistem koordinasi proteksi antara CT, relay, dan CB adalah ketika terjadi hubung singkat
arus masuk ke ct lalu diturunkan nilai arusnya kemudian masuk ke relay dan di relay ini
akan mendeteksi apakah arus hubung singkat sudah melewati nilai Iset primernya atau
tidak. Jika melewati maka relay akan memerintahkan cb untuk memutus. Jika terjadi
kegagalan koordinasi proteksi maka, relay incoming yang bekerja sebagai backup
protection akan bekerja terlebih dahulu daripada relay outgoing. Jika hal ini terjadi, maka
peralatan-peralatan pada saluran yang terjadi gangguan akan rusak karena relay backup
protection yang bekerja duluan.
2. Apa saja yang dimaksud dengan main protection dan backup protection pada sistem proteksi
?
Jawab :
Yang dimaksud dengan proteksi utama adalah proteksi yang pertama kali bekerja ketika
terjadi hubung singkat dan proteksi backup adalah proteksi cadangan yang akan bekerja
apabila proteksi utama tidak bekerja.
I. TUJUAN
1. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi kehilangan pembangkit.
2. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi hubung singkat pada
saluran transmisi dalam selang waktu tertentu.
3. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi pelepasan beban secara
tiba-tiba.
1. 1 Unit PC
2. Software ETAP
Stabilitas adalah kemampuan sistem yang memiliki dua atau lebih mesin sinkron
untuk berpindah dari suatu kondisi steady-state karena adanya perubahan sistem ke kondisi
steady-state lainnya, maka sistem akan berubah dari kondisi lama ke kondisi baru. Periode
singkat antara dua kondisi itu disebut Kestabilan Peralihan (Transient Stability).
Suatu sistem tenaga listrik yang baik harus memenuhi beberapa syarat, seperti:
Reliability, Quality dan Stability.
1) Reliability adalah : Kemampuan suatu sistem untuk menyalurkan daya atau
energi secara terus menerus.
2) Quality adalah : Kemampuan sistem tenaga listrik untuk menghasilkan besaran-
besaran standart yang ditetapkan untuk tegangan dan frekuensi.
3) Stability adalah : Kemampuan dari sistem untuk kembali bekerja secara normal
setelah mengalami suatu gangguan.
Dalam sistem tenaga listrik yang baik maka ketiga syarat tersebut harus dipenuhi yaitu
sistem harus mampu memberi pasokan listrik secara terus menerus dengan standar
besaran untuk tegangan dan frekuensi sesuai dengan aturan yang berlaku dan harus
segera kembali normal bila sistem terkena gangguan.
1. Kestabilan Peralihan
Kestabilan peralihan (Transient Stability) adalah kemampuan sistem untuk
mencapai titik keseimbangan atau stabilitas setelah adanya perubahan besar pada
sistem yang menyebabkan sistem sempat kehilangan stabilitasnya. Kestabilan
peralihan terjadi ketika teganganotomatis dan pengatur frekuensi belum bekerja.
Pengklasifikasian kestabilan dilakukan secara sistematis dan berdasarkan pada
4. Kestabilan Tegangan
Kestabilan tegangan adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga listrik
untuk mempertahankan kestabilan tegangan pada semua bus dari sistem setelah
mengalami gangguan. Kestabilan tegangan bergantung pada kemampuan sistem
untuk mempertahankan kesetimbangan antara supply daya dari pembangkit dan
jumlah pembebanannya. Gangguan yang biasanya terjadi adalah lepasnya beban
secara tiba-tiba ataupun hilangnya sinkron dari salah satu pembangkit sehingga
tegangan menjadi turun secara drastis. Kestabilan tegangan menyangkut dengan
gangguan besar dan gangguan kecil dalam jangka waktu pendek maupun panjang.
Ketidakstabilan yang mungkin terjadi adalah terjadinya peningkatan atau jatuhnya
nilai tegangan pada beberapa bus pada sistem. Faktor utama yang menjadi
penyebab ketidakstabilan tegangan adalah ketidakmampuan dari sistem untuk
memenuhi kebutuhan daya reaktif beban.
Apabila sistem tenaga listrik dilakukan pembebanan dengan beban penuh secara tiba-
tiba, maka arus yang diperlukan sangat besar akibatnya frekuensi sistem akan turun
dengan cepat. Pada kondisi demikian sistem akan keluar dari keadaan sinkron
walaupun besar beban belum mencapai batas kestabilan mantap yaitu daya
Kestabilan Mantap
Kondisi kestabilan pada suatu sistem tenaga listrik bukan hanya akibat dari
kondisi peralihan seperti proses pemutusan akibat adanya gangguan, tetapi meliputi
aspek ketidakstabilan pada kondisi mantap. Bila terdapat sebuah mesin (generator)
dengan tegangan internal sebesar EG dihubungkan dengan sistem tak hingga (infinite
bus) dengan tegangan Ei melalui saluran transmisi dan rangkaian.
1. Buatlah one line diagram dengan susunan seperti gambar di bawah ini !
PLTA Unit I
PLTG Unit I
PLTA Unit I
PLTG Unit I
PLTU Unit I; PLTU Unit II; PLTU Unit III; PLTA Unit I; PLTG Unit I
3. klik menu, kemudian Edit Study Case maka akan tampil seperti di bawah
ini:
Klik Events, lalu klik Add pada Events dan Actions sesuai kondisi saat Kehilangan
Pembangkit, Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi dan Pelepasan Beban. Isi Total
Simulation Time selama 60 sekon.
Kehilangan Pembangkit
3.1 Lepas PLTU Unit III dengan membuka CB3 (t=1 s) atau isi sesuai gambar di
bawah ini:
3.2 Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akan diamati
di Data Pengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT IA).
3.3 Klik untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif,
Tegangan, Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan
menggunakan Slider, lalu catat pada Data Pengamatan.
4.1 Beri gangguan hubung singkat tiga fasa pada saluran 50% (t=1 s) dan Clear (t=3
s) pada SUTET I atau isi sesuaigambar di bawah ini:
4.2 Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akan diamati di
Data Pengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT IA).
4.3 Klik ikon untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif,
Tegangan, Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan
menggunakan Slider, lalu catat pada Data Pengamatan .
4.4 Klik ikon untuk menampilkan grafik Device ID yang sudah diplot.
Pelepasan Beban
5.1 Lepas beban Lump7, Lump8 dan Load7 dengan membuka CB51 (t= 1s) atau isi
sesuai gambar di bawah ini:
5.2 Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akan diamati di
Data Pengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT IA).
5.3 Klik ikon untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif,
Tegangan, Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan
menggunakan Slider, lalu catat pada Pengamatan..
5.4 Klik ikon untuk menampilkan grafik Device ID yang sudah diplot.
Keadaan operasi yang stabil dari sistem tenaga listrik terdapat keseimbangan antara
daya input mekanis pada prime mover dengan daya output listrik (beban listrik). Dalam
keadaan seperti ini, semua generator berputar pada kecepatan sinkron. Hal ini terjadi bila
setiap kenaikan dan penurunan beban harus diikuti dengan perubahan daya input mekanis
pada prime mover dari generator-generator. Bila daya input mekanis tidak cepat mengikuti
dengan perubahan beban dan rugi-rugi sistem maka kecepatan rotor generator (frekuensi
sistem) dan tegangan akan menyimpang dari keadaan normal terutama jika terjadi gangguan
maka 20 sesaat akan terjadi perbedaan yang besar antara daya input mekanis dan daya
output listrik dari generator.
Secara umum permasalahan stabilitas sistem tenaga listrik terkait dengan kestabilan
sudut rotor (rotor angle stability), kestabilan frekuensi (frequensi stability) dan kestabilan
tegangan (voltage stability) seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.1. Dimana kestabilan
yang membahas masalah frekuensi dengan tegangannya telah dibahas oleh Sanatang dengan
judul tesisnya “Perbaikan stabilitas frekuensi dan tegangan pada beban dinamik sistem
kelistrikan Sulselbar menggunakan metode linier quadratic regulator”.
Kestabilan sudut rotor diklasifikasikan menjadi stabilitas sinyal kecil (small signal
stability) dan stabilitas transien (transient stability).Small signal stability adalah kestabilan
sistem untuk gangguan-gangguan kecil dalam bentuk osilasi elektromekanik yang tak
teredam, sedangkan transient stability dikarenakan kurang sinkronnya torsi dan diawali
dengan gangguan-gangguan besar.
Gangguan tunggal dari saluran ke tanah adalah yang paling sering terjadi, sedangkan
gangguan 3 fasa adalah yang paling jarang. Untuk keandalan yang sempurna, suatu sistem
harus dirancang untuk kestabilan peralihan terhadap gangguan tiga fasa pada lokasi yang
menimbulkan pengaruh terburuk, dan ini sudah merupakan praktek yang dijalankan secara
universal (Stevenson, 1983:437).
Stabilitas transien adalah kemampuan sistem daya untuk kembali dalam kondisi
sinkron setelah terjadi gangguan yang besar (Saadat Hadi, 1999:486). Jadi, studi stabilitas
transien dihubungkan dengan efek disturbansi-disturbansi besar.Selain melihat kondisi
kestabilan sistem, studi kestabilan transien juga bertujuan untuk menentukan berapa besar
waktu pemutusan kritis atau batas maksimum gangguan dihilangkan. Menurut Stevenson
(1984) studi kestabilan transien lebih lanjut dapat dibagi ke kedalam kestabilan ayunan
pertama (first swing) dan ayunan majemuk (multiswing). Kestabilan ayunan pertama
generator dimodelkan sederhana yaitu tanpa memasukkan sistem-sistem pengaturannya. 23
Perioda waktu yang diselidiki adalah detik pertama setelah timbulnya gangguan pada sistem
seperti yang terlihat pada Gambar 2.Jika generator-generator pada sistem tetap berada dalam
keadaan serempak sebelum berakhirnya detik pertama maka sistem dikatakan dalam
keadaan stabil. Namun umumnya lama studi kestabilan digunakan 2 sampai dengan 3 detik
agar bentuk kurva ayunan sudut rotor jelas terlihat (Kundur Praba, 1994 :827). Untuk
kestabilan ayunan majemuk meliputi periode yang lebih lama karena itu, pengaruh dari
sistemsistem pengaturan generator sudah dipertimbangkan, seperti pada gambar 2.
Semua studi-studi kesatabilan dibuat dalam tiga asumsi yang mendasar untuk
memudahkan dalam perhitungan yaitu :
1. Dalam gulungan-gulungan stator dan sistem daya, hanya diperhitungkan arus dan
tegangan. Karena itu arus-arus pergeseran dc (dc offset currents) dan komponen-
komponen harmonisasi semuanya diabaikan.
2. Komponen-komponen simetris digunakan dalam representasi gangguan-gangguan
tidak seimbang. 3. Tegangan yang dibangkitkan dianggap tidak dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan kecepatan mesin.
SUMBER :
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/ZDMyZjljNGJiYWY
3NTI4NmM0Y2Y0NGRjNDhiMjRlYThkZjFmMjU4Yg==.pdf
• Kehilangan Pembangkit
Tabel 4.1. Kondisi PLTU Unit I saat Kehilangan Pembangkit
Sudut
Daya Daya Kec.
Waktu Tegangan Frekuensi Daya
NO Aktif Reaktif Rotor
(s) (kV) (Hz) Relatif
(kW) (kVar) (RPM)
(Degree)
1. 1 13,8 50 400 131,4 3000 8,39
2. 1,001 13,76 50 594,4 147,7 2999,9 8,39
3. 5 13,79 49,7 492,9 169,7 2980,3 3,92
4. 10 13,8 49,7 540,8 168,3 2983,2 5,74
5. 20 13,8 49,7 578,2 161,6 2985 7,89
6. 50 13,8 49,8 590,7 161 2985,6 8,57
7. 60 13,8 49,8 590,9 161 2985,6 8,58
Tabel 4.2. Kondisi PLTU Unit I saat Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi
Sudut
Waktu Tegangan Frekuensi Daya Daya Kec.
Daya
No. Aktif Reaktif Rotor
(s) (kV) (Hz) Relatif
(kW) (kVar) (RPM)
(Degree)
1. 1 13,8 50 400 131,4 3000 8,39
2. 1,001 2,2 50 136,1 1679 2999,9 8,39
3. 5 20,53 49,9 2785 1499 3001 31,17
4. 10 13,86 50,1 310 343,2 3003,4 9,46
5. 20 13,8 50 374,2 116,2 3002,2 11,15
6. 50 13,8 50 369,9 117,5 3002,2 10,93
7. 60 13,8 50 369,8 117,5 3002,2 10,93
Sudut
Waktu Tegangan Frekuensi Daya Daya Kec.
Daya
No. Aktif Reaktif Rotor
(s) (kV) (Hz) Relatif
(kW) (kVar) (RPM)
(Degree)
1. 1 13,8 50 400 131,4 3000 8,39
2. 1,001 13,83 50 328,7 112,2 3000 8,39
3. 5 13,8 50,2 352,8 112,5 3009,7 10,6
4. 10 13,8 50,1 334,1 112,5 3007,9 9,65
5. 20 13,8 50,1 318,8 114 3006,6 8,48
6. 50 13,8 50,1 315,6 114,2 3006,3 8,23
7. 60 13,8 50,1 315,6 114,2 3006,3 8,23
Pada pertemuan minggu keempat dari praktikum analisa sistem tenaga listrik ini, kita
mempelajari modul empat yang mempunyai judul Analisa Kestabilan Transient atau Transient
Stability Analysis. Tujuan dari dilakukannya percobaan analisa kestabilan transient ini adalah
agar dapat mengamati lalu menganalisa kestabilan pembangkit ketika terjadi kehilangan
pembangkit, mampu mengamati serta menganalisa kestailan dari pembangkit ketika hubung
singkat terjadi pada saluran transmisi dalam selang waktu tertentu, serta dapat mengamati dan
menganalisa kestabilan dari pembangkit ketika terjadi pelepasan beban secara mendadak. Yang
dimaksud dengan stabilitas atau kestabilan itu adalah kemampuan sebuah sistem yang
didalamnya terdapat dua mesin sinkron atau lebih untuk berubah dari kondisi steady state atau
kondisi normal karena terdapat perubahan sistem ke kondisi yang baru. Syarat untuk sistem
tenaga listrik dikatakan baik adalah reliability, quality, dan stability. Maksud dari reliability itu
ialah kemampuan sistem untuk mensuplai daya terus menerus. Sedangkan maksud dari quality
itu ialah kemampuan suatu sistem tenaga listrik agar menghasilkan besaran-besaran standar.
Sementara itu yang dimaksud dengan stability adalah kemampuan sistem untuk bekerja secara
normal lagi pasca terjadinya gangguan.
Kestabilan dari sistem tenaga listrik ini dikelompokkan menjadi tiga, yakni angle
stability, frequency stability, dan voltage stability. Yang dimaksud denga angel stability atau
kestabilan sudut rotor ini ialah kemampuan dari sejumlah mesin sinkron yang terhubung satu
sama lain dalam sistem tenaga listrik untuk mempertahankan atau tetap berada pada keadaan
sinkron. Kemudian, yang dimaksud dengan frequency stability atau kestabilan frekuensi ini ialah
kemampuan sistem itu sendiri untuk menjaga frekuensinya agar tetap stabil atau kembali kepada
titik keseimbangannya setelah terjadinya gangguan yang berakibat tidak seimbang antara
pembangkitan dengan beban atau Pm = Pe. Sementara itu, voltage stability atau kestabilan
tegangan ini merupakan kemampuan sistem tenaga listrik untuk menjaga tegangan sistemnya
tetap stabil pada setiap bus setelah terdampak gangguan. Pengertian dari kestabilan transient itu
sendiri merupakan kemampuan sistem tenaga listrik untuk kembali ke titik seimbangnya atau
titik stabilnya pasca terjadi perubahan yang cukup besar pada sistem yang berakibat sistem
keluar dari titik keseimbangan atau titik stabilnya. Terdapat sejumlah faktor yang dapat
menyebabkan gangguan kestabilan transient, yakni beban lebih karena kehilangan pembangkit,
gangguan hubung singkat atau short circuit, starting dari motor, serta terlepasnya beban secara
tiba-tiba.
Pada praktikum modul empat ini, power grid cb nya diopen karena seperti yang kita
ketahui power grid ini menggunakan mode swing jadi apabila power grid masih terhubung
dengan sistem maka kita tidak dapat melihat kestabilan transient dari rangkaian karena power
grid akan menutupi kekuarangan daya pada sistem apabila kita melakukan percobaan modul
empat ini. Sebagai gantinya PLTG akan diubah ke mode swing karena PLTG ini termasuk
pembangkit yang ramp rate nya tinggi. Ramp rate itu adalah berapa daya per menit yang disuplai
oleh pembangkit. Pada sistem kendali dari PLTU ini terdapat governor yang mana fungsinya
adalah ketika daya bebannya berkurang atau frekuensinya menurun maka governor ini akan
membuka katub untuk menyuplai bahan bakar kekurangan dari sistem. Pada governor PLTU,
kita menggunakan mode droop. Mode droop ini berkaitan dengan governor karena pada
governor memiliki sinyal untuk mengontrol frekuensi jadi semakin kecil droop maka semakin
peka terhadap penurunan maupun kenaikan dari frekuensinya. Ketika sistem mengalami
penurunan frekuensi maka katub governor akan dibuka untuk menyuplai bahan bakar di PLTU
agar menstabilkan frekuensinya untuk kembali ke 50 Hz.
Pada sistem tenaga listrik, toleransi untuk penurunan frekuensi adalah 2,5. Ini dibuktikan
dengan menggunakan nilai 5% pada droop PLTU lalu dikalikan dengan frekuensi yang
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
digunakan di indonesia yakni 50 hz, maka hasilnya adalah 2,5. Apabila kita masukkan nilai
droopnya 3% lalu dikalikan dengan 50 hz, hasilnya adalah 1,5. Maka ini terbukti bahwa semakin
kecil nilai droop maka semakin bagus. Pada modul empat ini kita akan melakukan tiga
percobaan, yakni kehilangan pembangkit pada PLTU Unit 3, Pelepasan beban pada SKUTM
VII, Hubung singkat transmisi 1 pada SUTET I, Hubung singkat transmisi 2 pada SUTET 1.
Dari percobaan yang dilakukan, pada grafik reactive power dari waktu 0 sampai 1 detik beum
kehilangan pembangkit maka grafiknya masih lurus dan setelah 1 detik akan naik karena
pembangkit menambahkan beban akibat kekurangan mvar lalu mengalami peralihan hingga
menemukan kondisi steady state yang baru. Disini kondisi steady state baru karena gangguannya
termasuk permanent karena pembangkit yang hilang ini termasuk gangguan permanent karena
PLTU unit 3 diputus secara terus menerus.
Untuk grafik MW nya sama seperti tadi dimana mengalami peralihan hingga ke kondisi
seimbang yang baru karena pelepasan pembangkit yang bersifat permanen agar sistem tetap
stabil. Untuk grafik kecepatan atau speed, berbeda seperti yang sebelumnya dimana pada grafik
kecepatan ini dia kembali ke kondisi awalnya karena generator ini harus tetap pada kondisi
𝑃×𝑁
sinkronnya karena ini sesuai dengan rumus F = dimana apabila N atau kecepatan putaran
120
generator turun (˂3000 rpm) maka frekuensi akan berkurang juga. Untuk grafik power angle,
sama seperti kecepatan putaran dimana mengalami peralihan lalu kembali ke kondisi awalnya
karena sudut rotor ini harus dijaga agar tetap di 90º dan juga output dari sudut rotor atau torsi ini
adalah frekuensi maka harus dijaga. Untuk grafik bus frekuensi sempat turun karena ketika
kehilangan pembangkit itu Pm < Pe maka frekuensinya turun lalu kembali ke kondisi steady
state awal. Untuk bus voltage, sempat terjadi sedikit jatuh tegangan lalu kembali ke kondisi
steady statenya setelah ditambahkan eksitasi nya karena output dari eksitasi itu adalah tegangan
jadi untuk menjaga tegangan caranya dengan menambahkan eksitasi.
− Untuk grafik reactive power dari waktu 0 sampai 1 detik beum kehilangan pembangkit
maka grafiknya masih lurus dan setelah 1 detik akan naik karena pembangkit
menambahkan beban akibat kekurangan mvar lalu mengalami peralihan hingga
menemukan kondisi steady state yang baru. Disini kondisi steady state baru karena
pembangkit yang hilang ini termasuk gangguan permanent karena PLTU unit 3 diputus
secara terus menerus.
− Untuk grafik MW nya sama seperti tadi dimana mengalami peralihan hingga ke kondisi
seimbang yang baru karena pelepasan pembangkit yang bersifat permanen agar sistem
tetap stabil.
− Untuk grafik kecepatan atau speed, berbeda seperti yang sebelumnya dimana pada grafik
kecepatan ini dia kembali ke kondisi awalnya karena generator ini harus tetap pada
𝑃×𝑁
kondisi sinkronnya karena ini sesuai dengan rumus F = dimana apabila N atau
120
kecepatan putaran generator turun (˂3000 rpm) maka frekuensi akan berkurang juga.
− Untuk grafik power angle, sama seperti kecepatan putaran dimana mengalami peralihan
lalu kembali ke kondisi awalnya karena sudut rotor ini harus dijaga agar tetap di 90º dan
juga output dari sudut rotor atau torsi ini adalah frekuensi maka harus dijaga.
− Untuk grafik bus frekuensi sempat turun karena ketika kehilangan pembangkit itu Pm <
Pe maka frekuensinya turun lalu kembali ke kondisi steady state awal.
− Untuk bus voltage, sempat terjadi sedikit jatuh tegangan lalu kembali ke kondisi steady
statenya setelah ditambahkan eksitasi nya karena output dari eksitasi itu adalah tegangan
jadi untuk menjaga tegangan caranya dengan menambahkan eksitasi.
2. Apa akibatnya apabila terjadi permasalahan kestabilan transient dalam sistem tenaga
listrik?
Jawab :
Akibatnya adalah frekuensinya tidak stabil karena frekuensi itu harus tetap dijaga di
50 hz serta terjadi juga jatuh tegangan atau tegangannya tidak stabil. Kedua hal ini
bisa mengakibatkan rusaknya peralatan listrik.
3. Apabila terjadi gangguan pada sistem tenaga, terjadi perubahan pada frekuensi.
Jelaskan cara untuk mengatur frekuensi sistem agar dapat kembali ke kondisi operasi
normal!
Jawab :
Ada beberapa cara untuk mengendalikan frekuensi pada sistem tenaga listrik akibat
terjadinya gangguan, yakni dengan cara load shading lalu load sharing. Yang
dimaksud dengan load shading atau pelepasan beban itu adalah metode yang
diterapkan dalam sistem tenaga listrik agar mengurangi beban listrik dalam jangka
waktu yang singkat dengan cara melakukan pemadaman supaya kegagalan yang
terjadi pada sistem tidak meluas. Sementara itu, yang dimaksud dengan load sharing
itu adalah cara kerja dari generator dimana ketika terdapat satu generator yang tidak
terhubung dengan sistem maka generator sisanya atau yang masih terhubung pada
sistem akan bekerja secara paralel untuk mengalirkan daya ke beban dengan
pembagian daya yang merata. Kedua hal ini dilakukan agar frekuensi sistem dapat
kembali beroperasi normal.
4. Saat terjadi kehilangan pembangkit, mengapa frekuensi sistem tidak dapat kembali ke
kondisi semula? Jelaskan!
Jawab :
Karena pembangkit yang hilang ini termasuk dalam gangguan permanent dimana
disini PLTU unit 3 diputus secara terus menerus bukan diputus sementara.
6. Saat terjadi pelepasan beban, mengapa tegangan sistem naik secara tiba – tiba?
Jelaskan!
Jawab :
Karena pelepasan beban secara tiba-tiba ini mengakibatkan sistem yang tadinya
berbeban menjadi tidak berbeban sehingga terjadi over voltage.
7. Saat terjadi kehilangan pembangkit, mengapa tegangan sistem turun secara tiba –
tiba? Jelaskan!
Jawab :
Karena sesuai rumus Vd = I × Z diimana apabila kehilangan pembangkit otomatis I
nya naik sehingga V drop atau jatuh tegangannya juga akan semakin besar.