Anda di halaman 1dari 3

Roy Sam Retraubun

2018-11-222
ANALISA MODUL II : LOAD FLOW ANALYSIS

Pada pertemuan minggu kedua dari praktikum analisa sistem tenaga listrik, kita
mempelajari mengenai modul 2 yang mempunyai judul Analisis aliran daya atau load flow
analysis. Tujuan dari dilakukan percobaan modul dua ini ada dua yakni mengetahui konsep serta
tujuan dari analisa aliran daya dalam sistem tenaga listrik, serta mampu menganalisa masalah-
masalah aliran daya yang terjadi pada sistem tenaga listrik. Yang dimaksud dengan analisis aliran
daya itu merupakan analisis yang dipakai supaya mengetahui apakah sistem tenaga listrik berada
dalam kondisi baik atau tidak. Tujuan tersendiri dari dilakukannya analisis aliran daya ini ada tiga,
yakni untuk memeriksa serta melihat tegangan serta sudut fasa dari tiap-tiap bus, agar memeriksa
dan melihat kemampuan dari peralatan-peralatan yang ada pada sistem tenaga listrik apakah
mampu mendistribusikan daya sesuai keinginan, serta agar mendapatkan kondisi awal untuk studi
berikutnya baik itu studi hubung singkat, rugi-rugi transmisi, aliran daya harmonisa dan stabilitas.

Analisis aliran daya yang dianalisis disini adalah Daya aktif (P ; satuannya Watt), Daya
reaktif (Q ; satuannya VAR), Daya semu (S ; satuannya VA), Tegangan (V), Arus (I ; satuannya
ampere), Sudut fasa (δ ; satuannya º), Magnitude, dan faktor daya (cos ɵ). Besaran-besaran diatas
ini akan dilihat apakah sesuai dengan standart dari PLN atau tidak. Selain bisa menganalisis aliran
daya, kita juga dapat menganalisis susut daya. Yang dimaksud dengan susut daya ini ialah
kurangnya pasokan daya dari sisi pembangkitan hingga ke sisi beban. Contohnya rating lampu
tertulis 5 watt tapi saat dipasang lampu ini hanya menyerap 4,5 watt. Ini yang dinamakan susut
daya. Susut daya ini disebabkan oleh impedansi yang ada pada komponen-komponen sistem
tenaga listrik seperti generator, transformator, dan saluran tansmisi yang terdapat resistansi.
Impedansi inilah yang nantinya menyerap daya sehingga terjadi losses yang mengakibatkan daya
yang diserap pada sisi beban itu dibawah dari yang seharusnya.

Dampak buruk dari susut daya ini pada sisi beban adalah lampu di rumah bisa saja tiba-
tiba redup. Rumus dari rugi-rugi daya aktif ini adalah Plooses = I2 × R dan untuk rugi-rugi daya
reaktif rumusnya adalah Qlooses = I2 × X. Kalau pada rangkaian modul milik saya, contohnya itu
ada pada lump 1 dimana rating dari lump 1 ini adalah 230 kVA tetapi yang diserap oleh lump 1
ini hanya 223,6 kVA. Hal ini disebabkan oleh susut daya semu. Untuk susut daya aktif contohnya
masih sama pada lumped load 1, dimana kalau dilihat pada nameplate rating tegangannya 195,5
kW tapi yang diserap nyatanya hanya 190,1 kW jadi terjadi selisih sebesar 5,4 kW. Nah 5,4 kW
inilah yang diserap oleh generator, trafo, dan saluran transmisi. Tegangan yang ada pada saluran
transmisi harus dinaikkan guna mengurangi rugi-rugi. Hal ini juga bisa dibuktikan dengan rumus

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
2
dimana rumus rugi-rugi daya adalah Plooses = I × R, untuk rumus daya semu S = V × I atau 𝐼 =
S S
. Maka bisa disubtitusikan menjadi 𝑃𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒𝑠 = (V)2 × 𝑅.
V

Jadi, bisa dilihat dari persamaan disamping bahwa apabila tegangannya dinaikkan, maka
rugi-ruginya akan semakin turun. Kita akan membuktikkan sesuai rumus bahwa jika nilai
resistansi pada SUTR I dinaikkan apakah susut dayanya makin besar atau makin kecil. Caranya
adalah buka menu impedance pada SUTR 1 lalu ubah nilai R yang sebelumnya bernilai 0,064
menjadi 0,1 maka didapatkan nilai daya yang diserap lump 1 ini berkurang menjadi 189,2 kW.
Berarti terbukti bahwa semakin besar resistansi maka akan semakin besar juga susut daya aktif-
nya. Pada sistem tenaga listrik, diwajibkan terdapat satu pembangkit yang bermode swing. Contoh
mode swing dari rangkaian modul ini adalah jaringan transmisi TET. Mode swing ini adalah mode
pembangkit dimana pembangkit atau generator tersebut menyesuaikan dengan keperluan beban
atau bisa dibilang untuk memikul beban puncak. Apabila tidak ada pembangkit mode swing dalam
rangkaian maka rangkaian tersebut akan error atau tidak bisa dirunning.

Ramp rate itu merupakan berapa daya yang disuplai per menit. Pembangkit yang ramp
ratenya rendah (1 mw/menit) itu seperti PLTU dan PLTP. Sedangkan untuk pembangkit yang ramp
rate-nya tinggi (10 mw/menit) contohnya adalah PLTA dan PLTG. PLTA memiliki respon
menanggapi frekuensinya cepat berbeda dengan PLTU yang lambat. Untuk notasi positif (+)
berarti saluran tersebut menyerap daya dan apabila notasi negatif (-) maka alih-alih saluran
tersebut menyerap malah menyuplai ke sistem. Pada saluran sutet 1, kita memasukkan nilai Y yang
mana nilai y ini merupakan admitansi. Admitansi ini yag membuat saluran transmisi menyuplai
1 1 1 1
daya reaktif. Hal ini bisa dibuktikan dengan rumus dimana γ = 𝑍 = 𝑅+𝑗(𝑋𝑙−𝑋𝑐) = 𝑗𝑋𝑐 = 1 bisa
𝑗
2𝜋𝑓𝑐

disederhanakan lagi menjadi γ = 2πfc. Jadi apabila admitansinya semakin besar, maka kapasitansi
pada transmisi juga semakin besar atau bisa dikatakan berbanding lurus keduannya. Ada sejumlah
gejala yang sering terjadi pada saluran transmisi, yakni skin effect, corona effect, dan capacitance
effect.

Yang dimaksud dengan skin effect atau efek kulit ini adalah fenomena dimana
kecenderungan elektron yang ada pada saluran untuk mengalir pada ujung-ujung saluran. Yang
dimaksud dengan corona effect adalah munculnya suara desis yang diikuti dengan percikan
elektronnya. Yang dimaksud dengan capacitance effect ini adalah pada saluran transmisi dianggap
adaa kapasitor maka ada beban kapasitif sehingga menyuplai daya reaktif. Atau bisa dibilang yang
dianggap kapasitor ini adalah penghantar/kabel yang sebagai plat kapasitor sisi bertegangan dan

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Roy Sam Retraubun
2018-11-222
tanah yang merupakan sisi tidak bertegangan serta diantaranya terdapat celah yang dianggap
sebagai capacitor bank yang dianggap terhubung secara dan seolah-olah menyuplai daya reaktif
ke beban. Inilah yang disebut capacitance effect. Maksud dari tanda panah bawah dengan notasi
(+) pada pembangkit artinya pembangkit tersebut menyuplai dan jika tanda panah dengan notasi
min (-) berarti menyerap.

Sedangkan pada sisi beban, justru berbanding terbalik dengan sisibeban. Dimana apabila
tanda panah kebawah dengan notasi plus (+) artinya beban tersebut menyerap dan apabila tanda
panah kebawah dengan notasi min (-) maka artinya beban tersebut menyuplai. Pada modul 2 ini
kita belum melakukan pemasangan capasitor. Itu nanti dipasang pada sub modul 2. Mmetode yang
digunakan untuk menganalisis aliran daya pada modul 2 ini adalah newton raphson method dimana
etode ini memakai konvergensi kuadrat sehingga bisa digunakan buat situasi yang lebih kompleks.
Kelebihannya metode ini adalah memerlukan lebih sedikit iterasi supaya bisa mencapai
konvergensi sehingga membutuhkan waktu yang cepat. Kelemahannya itu pemrogrammannya
rumit seta diperlukan memori yang cukup besar. Dari data pengamatan, apabila angle nya berniai
sama dengan 0 maka artinya nilai tegangan nominal sama dengan nilai tegangan eksisting.
Contohnya GI KIT IA dan GITET.

Apabila anglenya bernilai negatif, maka artinya tegangan eksisting kurang dari nilai
tegangan nominalnya sehingga terjadi jatuh tegangan. Contohnya ada pada GI I, GI III, dan Bus
beban IX. Apabila anglenya bernilai positif, maka artinya nilai tegangan eksisting lebih besar dari
nilai tegangan nominalnya sehingga terjadi overvoltage. Untuk magnitude kurang lebih sama
seperti angle yakni perbandingan antara tegangan eksisting dengan tegangan nominal hanya saja
dalam bentuk presentase atau persen. Apabila magnitudenya bernilai lebih dari 100%, maka
artinya nilai tegangan eksisting lebih besar dari nilai tegangan nominalnya sehingga terjadi
overvoltage. Contohnya pada GI KIT IA. Apabila magnitudenya bernilai sama dengan 100%,
maka artinya nilai tegangan eksisting sama dengan nilai tegangan nominalnya sehingga normal.
Contohnya pada GITET. Apabila magnitudenya bernilai kurang dari 100%, maka artinya nilai
tegangan eksisting kurang dari nilai tegangan nominalnya sehingga terjadi undervoltage.
Contohnya pada GI I, GI III, dan Bus beban IX. Untuk lossesya, daya aktif itu 0,079 yang berarti
menyerap dan untuk daya reaktif bernilai -0,603 MVar yang berarti menyuplai daya reaktif.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN

Anda mungkin juga menyukai