Anda di halaman 1dari 183

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

Nama : Putra Munawardi

NIM : 2018 – 11 – 109

Kelas :A

Jurusan : S1 Teknik Elektro

Tanggal Praktikum : 1. 17 Maret 2021

2. 24 Maret 2021

3. 31 Maret 2021

4. 07 April 2021

5. 14 April 2021

Tanggal Presentasi : 21 April 2021

Asisten : Kurnia Novanto Patulak

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK


INSTITUT TEKNOLOGI PLN
JAKARTA
2021
Putra Munawardi
2018-11-109
MODUL 1

I. Judul
DIAGRAM SALURAN TUNGGAL (SINGLE LINE DIAGRAM)

II. Tujuan
1. Mempelajari fungsi ETAP dalam sistem tenaga listrik.
2. Dapat memahami cara pengoperasian program software ETAP.
3. Dapat menggambar diagram saluran tunggal sistem tenaga listrik dan setting beberapa
komponennya pada software ETAP.

III. Alat dan Perlengkapan


1. unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
IV. Teori Modul

Setiap komponen Sistem Tenaga Listrik dapat digambarkan dalam worksheet atau ruang
kerja program dengan lambang-lambang tertentu. Spesifikasi masing-masing komponen dapat
disesuaikan keadaan sebenarnya atau kondisi nyata di lapangan. Spesifikasi ini juga dapat dipilih
sesuai data umumnya yang dapat diambil dari library atau data yang ada pada program.
Misalnya, panjang dan ukuran kabel, kapasitas dan rating trafo, kapasitas dan tegangan beban
dan lain-lain. Simbol elemen listrik yang digunakan dalam analisa dengan menggunakanETAP
pun berbeda.

Beberapa elemen yang digunakan dalam suatu diagram saluran tunggal adalah :

1. Power Grid merupakan sumber tegangan yang ideal, artinya sumber tegangan yang
mampu mensuplai daya dengan tegangan tetap sekalipun daya yang diserap cukup besar.
Power Grid dapat berupa sebuah generator yang besar, atau sebuah Gardu Induk yang
merupakanbagian dari sebuah sistem tenaga listrik interkoneksi yang cukup besar.

2. Transformator atau trafo adalah sebuah alat untuk menaikkan atau menurunkan tegangan
sistem. Spesifikasi yang pokok pada sebuah trafo adalah:
a. Kapasitas trafo yaitu daya maksimum yang dapat bekerja pada kapasitas trafo terus-
menerus tanpa mengakibatkan kerusakan.
b. Tegangan primer dan sekunder trafo.
c. Impedansi trafo yang merupakan gabungan antara resistansi kawat dan reaktansi
kumparan trafo.
d. Tap trafo yang dapat digunakan untuk mengubah perbandingan antara kumparan
primer dengan kumparan sekunder dari perbandingan semula.

3. Busbar atau sering disingkat bus, yaitu tempat penyambungan beberapa komponen sistem
tenaga listrik (saluran transmisi, jaringan distribusi, Power Grid, beban atau generator).
Level tegangan bus disesuaikan dengan level tegangan yang dihubungkan dengan bus
tersebut.

4. Beban yaitu peralatan listrik yang memanfaatkan atau menyerap daya dari jaringan. Salah
satu jenis beban sistem tenaga listrik adalah Static load, merupakan beban yang tidak
banyak mengandung motor listrik, sehingga tidak banyak mempengaruhi tegangan sistem
ketika start. Spesifikasi yang pokok pada sebuah beban statis adalah kapasitas daya dan
faktordaya atau cos Ɵ.

Selain komponen AC yang telah dijelaskan diatas, ETAP juga memiliki berbagai komponen DC
diantaranya : Inverter, DC cable, DC static load, Battery, Variable frequency drive,
Uninterruptible power supply, DC single throw switch, DC circuit breaker, dll. Yang tentunya
memiliki fungsi nya masing-masing dan dapat digunakan sesuai kebutuhan dari one line
diagram.
V. Langkah Percobaan

Setting ETAP
Standard : IEC

Frequency : 50 Hz

Unit System : Metric

Pemodelan Sistem Tenaga pada ETAP

1. Dengan mengacu pada sistem tenaga listrik yang tergambar pada gambar s/d gambar,
gambarkan model one-line-diagram yang lengkap dari sistem tenaga listrik tersebut pada
software analysis sistem tenaga ETAP
2. Dengan menggunakan data yang ada pada tabel s/d tabel , lengkapi data base dari
peralatan pada sistem tenaga listrik di atas!
3. Analisa data yang dapat langsung digunakan, dan data yang perlu dikonversi lebih lanjut!
Amati asumsi-asumsi yang diperlukan dalam pengisian data.
4. Pada menu bar project, klik information dan standard, lalu isi data seperti di bawah ini:
Susun rangkaian seperti gambar di bawah ini :
Isi rating berdasarkan data yang telah ditentukan asisten :

A. Generator
B. Power Grid

C. PV Array
PVA1; PVA2; PVA3; PVA4; PVA5

Manufacturer : Q CELLS

Model : QQ..BBAASSEE 215-230

Series Panel : 30

Parallel Panel : 10

Irradiance : 706 W/m2

D. Inverter

kW : 70

V : 919,5

PF : 100%

E. Transformator
F. Static Load

G. Lumped Load
H. Motor

I. Transmission Line
Line1: 150 km
Line2: 80 km
Line3: 90 km
Line4 : 90 km
Line5 : 10 km
Conductor Lib : Metric; 50 Hz; AAAC; Pirelli; KRYPTON 158 mm2
Impedance (User-Defined), Line1; Line2; Line3; Line4; Line5
J. Cable

I. DC Charger J. Battery
kVA: 100 MFR : JC DYNASTY
Mode : TXL2
Plates : 27

kV : 0.4 Capacity 1465

Eff :100 #Of Cell : 120

kW :100 Rated Voc : 249.6

K. DC Lumped Load L. DC Motor


• dcLump1 - dcMtr1
kW : 30 kW : 20
V : 250 V : 250

• dcLump2 - dcMtr2
kW : 30 kW : 20
V : 250 V : 250
VI. Gambar Rangkaian
VII. Teori Tambahan

Dalam menganalisa sistem tenaga listrik, suatu diagram saluran tunggal atau single line
diagram merupakan notasi yang disederhanakan untuk sebuah sistem tenaga listrik tiga fasa.
Sebagai ganti dari representasi saluran tiga fasa yang terpisah, digunakanlah sebuah konduktor.
Hal ini memudahkan dalam pembacaan diagram maupun dalam analisa rangkaian. Elemen
elektrik seperti misalnya pemutus rangkaian, transformator, kapasitor, busbar maupun konduktor
lain dapat ditunjukkan dengan menggunakan simbol yang telah distandardisasi untuk diagram
saluran tunggal. Elemen pada diagram tidak mewakili ukuran fisik atau lokasi dari peralatan
listrik, tetapi merupakan konvensi umum untuk mengatur diagram dengan urutan kiri-ke-kanan
yang sama, atas- ke-bawah.

ETAP memiliki 2 macam standar yang digunakan untuk melakukan analisa kelistrikan,
ANSI dan IEC. Pada dasarnya perbedaan yang terjadi di antara kedua standar tersebut adalah
frekuensi yang digunakan, yang berakibat pada perbedaan spesifikasi peralatan yang sesuai
dengan frekuensi tersebut. Simbol elemen listrik yang digunakan dalam analisa dengan
menggunakan ETAP pun berbeda.

Untuk membuat one line diagram, langkah pertama adalah membuat file baru seperti yang
telah dijelaskan pada bagian Pengenalan Etap. Setelah file baru dibuat, langkah selanjutnya
adalah mengubah standar, seperti terlihat pada gambar dibawah.

Rubah standar sesuai dengan kebutuhan, pada simulasi yang akan dilakukan ini, standar yang
akan saya pilih adalah ANSI. dengan pengaturan yang lain mengikuti pengaturan awal.
Langkah selanjutnya menyusun komponen dengan benar agar didapatkan hasil simulasi seperti
yang diharapkan. Pada penjelasan ini, komponen yang digunakan diambil dari AC Element.

1. Menambahkan Power Grid


Tambahkan Power Grid sebagai pembangkit daya dan sumber tegangan AC untuk seluruh beban.
Tambahkan dengan klik satu kali pada simbol Power Grid dan klik pada halaman untuk
menempatkannya. Dalam kondisi nyata, Power Grid mewakili Generator Pembangkit Listrik dari
PLN.

Setelah Power Grid ditambahkan, selanjutnya adalah mengatur informasi dan rating pada Power
Grid. Lakukan dengan klik dua kali pada ikon power grid yang telah ditambahkan. Pengaturan
yang perlu dibuat akan terlihat seperti pada gambar dibawah.
2. Menambahkan HVCB 1
HVCB atau High Voltage Circuit Breaker digunakan sebagai pengaman dan pemutus jaringan
transmisi pada tegangan tinggi. Untuk menambahkan HVCB dilakukan dengan mengklik ikon
seperti pada gambar dibawah, kemudian klik halaman projek di bawah Power Grid.

Setelah HVCB ditambahkan, selanjutnya adalah menyambungkannya dengan Power Grid.


Lakukan dengan mengklik ujung paling bawah Power Grid kemudian di klik ujung paling atas
dari HVCB. Kemudian atur informasi dan rating pada HVCB. Lakukan dengan klik dua kali
pada ikon HVCB yang telah ditambahkan. Pengaturan yang perlu dibuat akan terlihat seperti
pada gambar dibawah.

3. Menambahkan Bus Bar 1


Bus Bar dugunakan sebagai titik percabangan dan sambungan pada jaringan transmisi dan
distribusi. Pasang Busbar pada halaman project dan sambungkan dengan komponen diatasnya
seperti pada gambar dibawah.

Busbar tidak memerlukan adanya pengaturan pada informasi dan rating, sebaiknya dibiarkan apa
adanya agar nilai yang dimilikinya mengikuti dengan nilai yang diberikan di bagian atasnya.
4. Menambahkan 2-Winding Transformer
2-Winding Transformer merupakan trafo pengubah tegangan yang memiliki dua jenis lilitan,
yaitu primer dan sekunder. Letakkan trafo dan sambungkan dengan komponen sebelumnya
seperti pada gambar dibawah.

Kemudian atur informasi dan rating pada nameplate T1. Lakukan dengan klik dua kali pada ikon
T1 yang telah ditambahkan. Pengaturan yang perlu dibuat akan terlihat seperti pada gambar
dibawah.

5. Menambahkan HVCB 2
HVCB atau High Voltage Circuit Breaker digunakan sebagai pengaman dan pemutus jaringan
transmisi pada tegangan tinggi. Sambungkan HVCB dengan
komponen Transformator T1 seperti pada gambar dibawah.
Atur informasi dan rating pada HVCB. Lakukan dengan klik dua kali pada ikon HVCB yang
telah ditambahkan seperti terlihat pada gambar sebelumnya. Library HVCB yang dipakai adalah
Westinghouse 75-DH-250 dengan continuous ampere 1200.

6. Menambahkan Bus Bar 2


Tempatkan Bus dari AC element lalu hubungkan dengan CB2. Lakukan seperti yang telah
dijelaskan seperti langkah sebelumnya.
Sekali lagi jangan lakukan pengaturan nominal pada bus bar, hal ini bisa mempengaruhi jika
sumber diatasnya berubah maka nilai di bawah busbar tidak berubah.

7. Menambahkan HVCB 3
Tempatkan HVCB dari AC element, lalu hubungkan dengan Bus2 seperti yang dijelaskan pada
gambar dibawah. Library HVCB yang dipakai adalah Westinghouse 75-DH-250 dengan
continuous ampere 1200. Lakukan penggantian rating dan library seperti yang telah dijelaskan
pada langkah sebelumnya.

8. Menambahkan Cable
Kabel disini mewakili dari kondisi kabel sebenarnya pada jaringan transmisi. Kabel akan diatur
panjangnya, bahan jenis, dan library lainnya. Sambungkan kabel dengan CB3 seperti gambar
dibawah. Lakukan juga penggantian library seperti gambar dibawah.
9. Menambahkan Single Throw Switch
Single Throw Switch digunakan untuk pemutus manual jaringan transmisi dan distribusi. SW1
disambungkan dengan Cable1.
Untuk pengaturan rating dan library, lakukan seperti gambar dibawah ini.

10. Menambahkan Bus Bar 3 dan HVCB 4


Tambahkan busbar 3 dan HVCB 4 dibawah komponen SW1 dan sambungkan juga dengan SW1
seperti gambar dibawah ini. Atur rating dan library pada HVCB seperti yang telah dijelaskan di
atas. Library HVCB yang dipakai adalah Westinghouse 75-DH-250 dengan continuous ampere
1200.
11. Menambahkan Mesin Induktor 1
Mesin induktor digunakan sebagai beban yang akan mengkonsumsi daya yang dihasilkan oleh
bagian Power Grid. Mesin induktor memiliki hambatan resistif dan induktif, sehingga dapat
menyebabkan perubahan faktor daya dan drop tegangan. Sambungkan mesin induktor seperti
pada gambar dibawah.

Lakukan penggantian rating, library, dan nameplate mesin induktor dengan data yang telah
disediakan seperti pada gambar dibawah.

12. Menambahkan Single Throw Switch


Tambahkan SW2 pada busbar 3 sehingga SW terangkai paralel terhadap Mesin Induksi.
Lakukan pengaturan rating dan library seperti yang telah dijelaskan pada SW1 sebelumnya.
13. Menambahkan HVCB 5
Tambahkan HVCB 5 dibawah komponen SW2 dan sambungkan juga dengan SW2 seperti
gambar dibawah ini. Atur rating dan library pada HVCB seperti yang telah dijelaskan di atas.
Library HVCB yang dipakai adalah Westinghouse 75-DH-250 dengan continuous ampere 1200.

14. Menambahkan 2-Winding Transformer


Tambahkan T2 pada jaringan simulasi kemudian atur rating dan library seperti yang terlihat pada
gambar dibawah.
15. Menambahkan LVCB 6
HVCB atau High Voltage Circuit Breaker digunakan sebagai pengaman dan pemutus jaringan
transmisi pada tegangan tinggi. Untuk menambahkan HVCB dilakukan dengan mengklik ikon
seperti pada gambar dibawah,
Isikan rating dan library untuk LVCB seperti gambar dibawah ini. Library yang dipakai adalah

ABB DSM, 0.48 kV, continuous ampere 150.

16. Menambahkan Bus Bar 5


Tambahkan lagi Busbar 5 setelah LVCB 6 seperti yang terlihat pada gambar dibawah.

17. Menambahkan LVCB 7


Pada percabangan busbar 5 tambahkan LVCB 7 seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
Library HVCB yang dipakai adalah ABB DSM, 0.48 kV, continuous ampere 150.
18. Menambahkan Mesin Induktor 2
Tambahkan mesin induktor Mtr2 pada sambungan setelah LVCB7. Kemudian tentukan nilai
rating dan nameplate mesin induktor seperti yang terlihat pada gambar dibawah. Pilih tipikal
nameplate NEC.
19. Menambahkan LVCB 8
Tambahkan kembali LVCB 8 pada percabangan busbar 5 seperti gambar dibawah. LVCB 8 akan
terangkai paralel dengan LVCB 7. Atur library LVCB 8 dimana Library HVCB yang dipakai
adalah ABB DSM, 0.48 kV, continuous ampere 150.

20. Menambahkan Load 1


Static Load digunakan sebagai beban statis yang dianggap mewakili beban secara umum tanpa
harus memperhatikan jenis seperti apa beban tersebut. Beban dapat diatur nilai impedansinya dan
berapa besar kebutuhan daya melalui pengaturan rating. Sambung Load1 seperti yang terlihat
pada gambar dibawah ini.

Single Line Diagram sederhana yang kita buat telah selesai. Pada hasil akhir terlihat bahwa
jaringan transmisi dan distribusi memiliki satu buah sumber pembangkit dan memiliki tiga buah
beban.
https://www.alifpustaka.com/merancang-single-line-diagram-dengan-etap/
VIII. Data Pengamatan
-
IX. Pengolahan Data
-
X. Analisa

Pada Modul 1 praktikum Analisa Sistem Tenaga Listrik yang berjudul SLD (Single Line
Diagram). Tujuan dari percobaan pada praktikum ini adalah untuk mempelajari fungsi ETAP
dalam system tenaga listrik dan dapat memahami cara pengoperasian program pada software
ETAP serta dapat menggambarkan diagram saluran tunggal system tenaga listrik dan setting
beberapa komponennya pada software ETAP. SLD (Single Line Diagram) adalah Diagram
Saluran Tunggal untuk mempresentasikan jaringan 3 fasa yang gunanya untuk mempermudah
dalam menganalisa.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat merancang Single Line Diagram adalah yang
pertama itu Single Line Diagram (SLD) yang benar, kemudian yang kedua itu Konfigurasi
Jaringan, dan Komponen AC & DC. Single Line Diagram (SLD) yang benar itu terdapat
konfigurasi dari 3 jenis pada system tenaga listrik yaitu Pembangkit, Transmisi, dan Distribusi.
Kemudian ada syarat kebenaran suatu diagram yaitu Logis dan sesuai kebutuhan. Maksudnya
adalah suatu single line diagram tersebut pada penggunaannya nanti dilapangan itu harus sesuai
dan masuk akal sama daya yang disuply oleh PLN dengan daya kebutuhan dari distribusi.
Kemudian mengikuti standard, standard ini sebagai acuan Negara. Standardnya itu ada banyak,
tetapi yang digunakan pada praktikum ini itu ada 2 yaitu ada ANSI dan IEC yang mana ANSI itu
adalah 60 Hz dan IEC itu adalah 50 Hz. Standard Drop Voltage dan susut daya sama-sama rugi-
rugi, namun bedanya ialah pada drop voltage itu adalah selisih antara tegangan kirim dengan
tegangan terima yang mana dipengaruhi karena adanya resistansi pada penghantar dan besar arus
pada setiap fasanya, jadi drop voltage ini dia dipengaruhi oleh nilai reaktansi di transmisi line
atau kabel. Susut daya adalah adanya berkurangnya daya listrik pada proses system tenaga listrik
dari pembangkit hingga ke beban yang disebabkan adanya tahanan jenis pengahantar yang
dipengaruhi oleh arus dan tegangan. Pada saat merangkai suatu single line diagram itu nanti ada
saluran-saluran seperti kabel dan transmisi line. Transmisi line biasanya digunakan dengan jarak
yang jauh dan tidak memiliki isolasi sedangkan kalo cabel itu untuk digunakan didaerah distibusi
atau dekat dengan perumahan dan juga sudah terpasang isolasi. Kemudian yang terakhir pada
syarat kebenaran suatu diagram itu adalah Efektif dalam memilih komponen, jadi pada saat
merangkai itu harus memilih komponen yang jelas contohnya pada distribusi ada 3 beban, ada
Lump load, Static load, dan motor. Jadi, penggunaannya itu harus jelas pada saat mengisi
pengisian data dari komponennya itu. Jenis- jenis SLD ada 3 yaitu : SLD Interkoneksi
Pembangkit, SLD Distribusi, dan SLD Penyulang.

Konfigurasi Jaringan terbagi menjadi 4, yaitu : Konfigurasi Radial (Sistem distribusi


yang paling sederhana dan ekonomis.), konfigurasi Loop, Konfigurasi Spindel (suatu pola
kombinasi
jaringan dari pola Radial dan Ring), dan Konfigurasi Tie Line (Pelanggan penting yang tidak
boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lain-lain)). Konfigurasi jaringan distribusi
dikatakan radial dan sederhana kerena bentuknya yang ditarik secara radial dari sumber dengan
ujung yang bercabang sebagai titik beban yang disalurkan. Jenis konfigurasi ini cocok untuk
daerah dengan kerapatan konsumen yang relatif kecil. Kelebihan dari konfigurasi jaringan
distribusi radial adalah jaringannya yang sederhana dan biaya investasi murah. Sedangkan untuk
kekurangan jaringan distribusi radial adalah kontinuitas penyaluran listrik kurang terjamin sebab
tidak adanya backup daya, selain itu kualitas daya yang disalurkan kurang baik akibat rugi
tegangan dan daya yang relatif besar. Konfigurasi jaringan distribusi ini dikatakan loop karena
arah penyaluran energi listriknya yang berbentuk seperti lingkaran atau dengan kata lain
konfigurasi dengan sumber dua arah kemudian menuju ke satu titik beban. Konfigurasi jaringan
ini cocok untuk daerah yang padat dan memerlukan keandalan yang tinggi.Kelebihan dari
konfigurasi jaringan distribusi loop adalah menjamin kontinyuitas penyaluran energi listrik sebab
ketika salah satu aliran mengalami gangguan maka aliran lain bisa membackup, selain itu juga
drop tegangan dan daya relatif kecil sehingga menjamin kualitas daya yang baik. Sedangkan
kekurangan dari konfigurasi jaringan distribusi loop adalah biaya investasi yang relatif besar.
Kemudian Konfigurasi jaringan ini merupakan konfigurasi dari Saluran Kabel Tanah Tegangan
Menengah (SKTM). Dalam keadaan normal, konfigurasi jaringan ini bekerja secara radial
namun ketika ada salah satu saluran yang mengalami gangguan maka dibackup oleh saluran
cadangan (Express Feeder). Konfigurasi jaringan spindel cocok untuk pelanggan yang
membutuhkan pasokan energi listrik besar, seperti di perkotaan. Lalu Konfigurasi jaringan Tie
Line atau juga disebut sebagai konfigurasi jaringan grid (jala-jala) lebih rumit dibandingkan
dengan konfigurasi jaringan loop. Konfigurasi ini memliki beberapa backup yang akan menjamin
kontinyuitas penyaluran energi listrik ke pelanggan. Konfigurasi jaringan distribusi Tie Line
cocok untuk tipe pelanggan padat dengan beban tinggi atau untuk pelanggan-pelanggan khusus,
seperti industri. Kelebihan konfigurasi jaringan grid adalah kontinyuitas penyaluran terjamin
dengan drop tegangan dan daya yang lebih kecil. Sedangkan kekuranan dari konfigurasi jaringan
grid adalah biaya investasi yang sangat besar.
Ada macam-macam Kawat Penghantar yaitu ada AAC (All-Aluminium Conductor) yang
merupakan kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari aluminium, Kemudian AAAC (All-
Aluminium Alloy Conductor) yang Merupakan kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari
campuran aluminium, ACSR (Alluminium Conductor Steel Reinforced) merupakan kawat
penghantar aluminium berinti kawat baja, Lalu ACAR (Alluminium Conductor Alloy
Reinforced) merupakan kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran,
Kemudian ada
kawat ACSR (Alluminium Conductor Stell Reinforced) jenis inilah yang saat ini banyak
digunakan di Indonesia, Kemudian yang saat ini dikembangkan ialah T-ACSR (Thermal-
Alluminium Steel Reinforce), yang memiliki kemampuan hantar arus (KHA) Kurang lebih 1,7
kali KHA-ACSR. Ketentuan standard suhu operasi maksimum penghantar yang diijinkan. PLN
menetapkan ketentuan suhu operasi maksimum penghantar SUTT Sebesar 75 Derajat Celsius.
XI. Kesimpulan
 SLD (Single Line Diagram) adalah Diagram Saluran Tunggal untuk
mempresentasikan jaringan 3 fasa yang gunanya untuk mempermudah dalam
menganalisa.
 Jenis- jenis SLD ada 3 yaitu : SLD Interkoneksi Pembangkit, SLD Distribusi, dan
SLD Penyulang.
 Konfigurasi Jaringan terbagi menjadi 4, yaitu : Konfigurasi Radial (Sistem
distribusi yang paling sederhana dan ekonomis.), konfigurasi Loop, Konfigurasi
Spindel (suatu pola kombinasi jaringan dari pola Radial dan Ring), dan Konfigurasi
Tie Line (Pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit,
dan lain- lain)).
XI. REPORT
i•a&

8t!ñJ6tdAI” OF TOTAL fiENEB ¥TIQN , L¥3AIIINfi 8 0€M D

JJ iz im
z.*'›s
XII. Tugas Akhir
1. Pada rangkaian yang Anda buat, konfigurasi rangkaian apa yang Anda pakai? Dan
berikan alasan Anda memakai konfigurasi itu!

2. Pada rangkaian yang Anda buat, mode generator apa yang dipakai? Jelaskan definisi
mode operasi generator swing, voltage control, Mvar control, dan PF control!

3. Pada rangkaian yang Anda buat, jenis saluran apa saja yang Anda pakai? Dan berikan
alasan!

4. Jelaskan perbedaan Power Grid dan Generator !


Power Grid merupakan sumber tegangan yang ideal, artinya sumber tegangan yang
mampu mensuplai daya dengan tegangan tetap sekalipun daya yang diserap cukup
besar.

Generator adalah mesin yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik dari sumber
energi mekanik yang mana prinsip kerjanya menggunakan induksi elektromagnetik.

5. Jelaskan perbedaan Transmission Line dan Cable!


Transmisi line biasanya digunakan dengan jarak yang jauh dan tidak memiliki isolasi
sedangkan kalo cabel itu untuk digunakan didaerah distibusi atau dekat dengan
perumahan dan juga sudah terpasang isolasi.
Putra Munawardi
2018-11-109
MODUL 2

I. Judul
ANALISA ALIRAN DAYA (LOAD FLOW ANALYSIS)

II. Tujuan
1. Mempelajari konsep aliran daya dalam system tenaga listrik.
2. Menganalisa masalah-masalah aliran daya pada system tenaga listrik.

III. Alat dan Perlengkapan


1. unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
IV. Teori Modul

Analisa aliran daya merupakan studi dasar dalam menganalisa suatu sistem Tenaga
Listrik, baik untuk perencanaan maupun operasi. Studi aliran daya menghitung tegangan arus,
daya aktif, daya reaktif dan faktor daya pada suatu sistem tenaga. Perencanaan,
pendesainan dan pengoperasian sistem tenaga membutuhkan perhitungan-perhitungan
tersebut untuk menganalisis performansi sistem pada kondisi mantap pada berbagai macam
kondisi operasi.
Pada praktikum ini, solusi aliran daya diperoleh dengan menggunakan program
komputer khusus untuk keperluan ini (pada praktikum ini digunakan ETAP, untuk mengerti
detail formula perhitungan aliran daya, praktikan disarankan untuk membaca buku teks
mengenai analisis sistem tenaga). Permasalahan mendasar yang dipecahkan dengan studi aliran
daya ini adalah menemukan aliran daya pada setial saluran dan tansformator di jaringan, serta
besar tegangan dan sudut phasa pada setiap busbar di jaringan, setelah data konsumsi daya
pada titik-titik beban dan produksi daya pada sisi generator diketahui.
Secara umum tujuan analisa aliran daya adalah:

1. Untuk memeriksa tegangan dan sudut fasa masing-masing bus.


2. Untuk memeriksa kemampuan semua peralatan yang ada dalam sistem apakah cukup besar
untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
3. Untuk memperoleh kondisi awal bagi studi-studi selanjutnya, yakni studi hubung singkat, studi
rugi-rugi transmisi, studi analisa aliran daya harmonisa dan studi stabilitas.
Ada 3 macam bus dalam hal ini setiap bus mempunyai empat besaran dengan dua
besaraan diantaranya diketahui yakni:

 BUS REFERENSI (slack bus). Bus ini berfungsi untuk mensuplai kekurangan daya aktif
(P) dan daya reaktif (Q) dalam sistem. Parameter atau besaran yang di tentukan adalah
tegangan
(V) dan sudut fasa (δ). Setiap sistem tenaga listrik hanya terdapat 1 bus referensi, yaitu bus
yang didalamnya terdapat pembangkit atau generator yang memiliki kapasitas terbesar di
antara pembangkit yang lain didalam sistem.
 BUS PQ (bus beban). Bus ini adalah bus yang terhubung dengan beban sistem. Parameter
atau besaran yang ditentukan adalah daya aktif (P) dan daya reaktif (Q), maka bus ini di
sebut juga PQ bus.
 BUS PV (bus pembangkit). Bus ini merupakan bus yang tegangannya dapat dikontrol
melalui pengaturan daya reaktif agar tegangannnya tetap. Parameter atau besaran yang
diketahui adalah daya aktif (P) dan tegangan (V). Bus ini dinamakan PV bus.
Pada tiap-tiap bus terdapat 4 besaran, yaitu :

1. Daya real atau daya aktif P


2. Daya reaktif Q
3. Harga skalar tegangan |V|
4. Sudut fasa tegangan q

Untuk melakukan kalkulasi aliran daya, terdapat 3 metode yang biasa digunakan:

1. Accelerated Gauss – Seidel Method


a. Hanya butuh sedikit nilai masukan, tetapi lambat dalam kecepatan perhitungan.

2. Newton Rapson Method


a. Cepat dalam perhitungan tetapi membutuhkan banyak nilai masukan dan parameter.
b. First Order Derivative digunakan untuk mempercepat perhitungan.

Metode Newton-Raphson dikembangkan dari Deret Taylor dengan mengabaikan


derivative pertama fungsi dengan satu variabel dari persamaan Deret Taylor berikut
ini [2].
3. Fast Decoupled Method
a. Dua set persamaan iterasi, antara sudut tegangan, daya reaktif dengan magnitude tegangan.
b. Cepat dalam perhitungan namun kurang presisi.
c. Baik untuk sistem radial dan sistem dengan jalur panjang.

Adanya drop voltage maka akan mempengaruhi besar daya yang diterima dan terjadi rugi-
rugi daya (Plooses) yang dirumuskan dengan

Plosses = I2.R

Dimana :

Plooses : Rugi-rugi daya (W)

I = Arus (A)
R = Hambatan (Ohm)

Qlooses = I2 .X

Dimana :

Qlooses : Rugi-rugi daya (W)

I = Arus (A)

X = Reaktansi (Ohm).
V. Langkah Percobaan
1. Gambarkan model one line diagram lanjutan dari modul 1 pada software analysis system
tenaga ETAP
3. Running Load Flow dan amati warna bus :
 Jika bus berwarna merah artinya level tegangan dalam kondisi kritis.
 Jika bus berwarna pink artinya level tegangan dalam kondisi marginal
 Jika bus berwarna hitam artinya level tegangan sesuai standard
4. Catat datanya pada table data pengamatan.
VI. Gambar Rangkaian

 Sebelum Running Load Flow


 Sesudah Running Load Flow
VII. Teori Tambahan

Analisis aliran daya merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui


kondisi sistem dalam keadaan normal, sehingga sangat dibutuhkan dalam perencanaan
sistem untuk masa yang akan datang dan merupakan bahan evaluasi terhadap sistem
yang ada. (Stevenson,1996; Saadat,1999 dan Cekmas,2004). Analisis ini meliputi
penentuan besarnya nilai tegangan (V), daya aktif (P) dan reaktif (Q) dan sudut fasa (δ)
setiap bus dalam sistem. Selanjutnya menurut Saadat (1999), bus dalam sistem tenaga
listrik dapat dikelompokkan 3 jenis, yaitu :

1. Bus referensi (Swing atau Slack bus)


Bus ini berfungsi untuk mensuplai kekurangan daya aktif (P) dan daya reaktif (Q)
dalam sistem. Parameter atau besaran yang di tentukan adalah tegangan (V) dan sudut
fasa (δ). Setiap sistem tenaga listrik hanya terdapat 1 bus referensi, yaitu bus yang
didalamnya terdapat pembangkit atau generator yang memiliki kapasitas terbesar di
antara pembangkit yang lain didalam sistem.

2. Bus generator (Voltage Control Bus)


Bus ini merupakan bus yang tegangannya dapat dikontrol melalui pengaturan daya
reaktif agar tegangannnya tetap. Parameter atau besaran yang diketahui adalah daya
aktif
(P) dan tegangan (V). Bus ini dinamakan PV bus.

3. Bus Beban (Load bus)


Bus ini adalah bus yang terhubung dengan beban sistem. Parameter atau besaran
yang ditentukan adalah daya aktif (P) dan daya reaktif (Q), maka bus ini di sebut juga
PQ bus.

Sebelum analisis aliran daya dilakukan, komponen sistem yang terdiri dari
pembangkit (generator), transformator, saluran transmisi dan beban harus di
representasikan atau di modelkan melalui diagram satu garis (oneline diagram) dengan
menganggap sistem tiga fasa dalam keadaan seimbang. Diagram ini di maksudkan
untuk memberikan gambaran secara ringkas suatu sistem tenaga listrik secara
keseluruhan, dalam hal ini sistem tenaga listrik di Sumatera Utara. Untuk itu di
butuhkan data-data
yang terkait dengan komponen-komponen tersebut. Menurut Stevenson (1996), data-
data yang dibutuhkan untuk analisis aliran daya adalah sebagai berikut :
a. Data pembangkit (generator), yaitu kapasitas daya aktif (P) dalam satuan Megawatt
(MW) dan reaktif (Q) dalam satuan Megavolt Ampere (MVA) , tegangan terminal
(V) dalam satuan Kilovolt (KV) dan reaktansi sinkron (X) dalam satuan Ohm (Ω).
b. Data Transformator Daya, yaitu kapasitas tiap trafo dalam satuan Megavolt Ampere
(MVA), tegangan (V) dalam satuan Kilovolt (KV) dan reaktansi bocor (X) dalam
satuan Ohm (Ω).
c. Data saluran transmisi, yaitu resistansi (R) dalam ohm (Ω) dan reaktansi (X) dalam
ohm (Ω).
d. Data beban, yaitu daya aktif (P) dalam Megawatt (MW) dan daya reaktif (Q) dalam
satuan Megavolt Ampere (MVA).

Matrik Admitansi dan Impedansi Bus


Untuk menghitung dan menganalisis aliran daya, langkah awal yang dilakukan adalah
membentuk matrik admitansi bus sistem tenaga listrik. Gambar 2.1 berikut ini
merupakan sebuah contoh sistem tenaga listrik sederhana, dimana impedansinya
dinyatakan dalam perunit pada dasar MVA dan resistansi diabaikan untuk
penyederhanaan (Saadat,1999).

Sistem Tenaga Listrik Sederhana Berdasarkan Hukum Arus Kirchoff impedansi-


impedansi pada gambar diatas dapat diubah ke bentuk admitansi-admitansi dengan
menggunakan persamaan, berikut :
Selanjutnya gambar 2.1 tersebut diubah menjadi :

Dari gambar 2.2 dapat diturunkan persamaan antara simpul-simpul akan menghasilkan
persamaan arus :

Persamaan tersebut disusun Kembali dan akan diperoleh :

Dengan :
Sehingga persamaan arus pada simpul menjadi :

Untuk system tenaga listrik dengan jumlah n-bus, persamaan arus simpul dalam
bentuk matrik dapat ditulis :

dengan Ibus adalah vektor arus bus yang diinjeksikan. Arus positif jika menuju bus dan
negatif jika meninggalkan bus. Vbus adalah vektor tegangan bus yang diukur dari
simpul referensi. Ybus adalah matrik admitansi bus. Matrik ini di bentuk dari elemen
diagonal masing-masing simpul dan diagonal antara simpul-simpul. Jika arus bus
diketahui, persamaan (23) dapat diselesaikan untuk tegangan n-bus, yaitu :

Vbus = 𝒀𝑏𝑢𝑠 −1
Ibus.....................................(24)

𝒀𝑏𝑢𝑠 −1
adalah invers matrik admitansi bus atau lebih dikenal sebagai matrik
impedansi bus (Zbus).

http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/mbt/article/download/1510/1251
VIII. Data Pengamatan
Tabel 2.1 Analisa Aliran Daya pada Bus dengan Metode Newton Raphson
Adaptive Newton Raphson
No. Bus Precision = 0.0001
kV Angle (o) Mag (%)
1 1
2 10
3 14

Jumlah Listerasi =
Losses = MW, MVar
Tabel 2.2
Busbar (MW) (MVar) (kA) (kV)
5-6
4-9
25-26

IX. Pengolahan Data


SUB MODUL 2

I. Judul
ANALISA ALIRAN DAYA LANJUT (ADVANCED LOAD FLOW ANALYSIS)

II. Tujuan
1. Menganalisa sistem transmisi dan distribusi yang terjadi jatuh tegangan di bawah standar.
2. Memperbaiki jatuh tegangan dengan pemasangan capacitor tap changer pada transfomator.
3. Menganalisa sistem tenaga listrik yang memiliki faktor daya di bawah standar
4. Memperbaiki faktor daya dengan pemasangan kapasitor.

III. Alat dan Perlengkapan


1. unit PC
2. Software ETAP
IV. Teori Modul
1.1. PEMASANGAN CAPACITOR DAN TAP CHANGER UNTUK PERBAIKAN
TEGANGAN
KAPASITOR BANK
Fungsi dari kapasitor bank yang tersedia dalam bentuk tunggal unit maupun dalam bentuk grup
adalah sebagai pensuply kilovars dengan faktor daya tertinggal kepada suatu system dimana
kapasitor tersebut dihubungkan.
Kapasitor bank yang dipasang pada ujung beban dari sirkuit mensuplai beban dengan faktor
daya tertinggal, mempunyai beberapa efek, yaitu;
a. Mengurangi komponen rangkaian arus yang tertinggal
b. Menaikkan level tegangan pada beban
c. Memperbaiki regulasi tegangan
d. Meningkatkan faktor daya.
Permasalahan yang sering dijumpai dalam system transmisi tenaga listrik maupun system
distribusi ialah terjadinya Jatuh Tegangan sistem yang di bawah standar. Standar
yang digunakan biasanya untuk overvoltage +5% dan untuk undervoltage -10%. Jatuh
terjadi pada saluran yang sangat panjang karena impedansi salurannya akan terus
bertambah besar. Ini berbahaya jika beban yang diampunya adalah beban dinamis seperti
motor yang tegangannya harus stabil dan bagus. Jika beban residensial maka indikasinya
adalah redupnya cahaya lampu. Dalam penyaluran daya listrik diusahakan supaya tidak
terjadi drop dengan cara tapping transformator.
Jatuh tegangan ditimbulkan karena adanya resistansi pada penghantar, Besar arus pada
tiap fasa.
 Jatuh Tegangan dirumuskan dengan :

Dimana :

∆V = Jatuh Tegangan

(Volt). Vs = Tegangan

kirim (Volt). Vr = Tegangan

terima (Volt).
 Persentase (%) Jatuh tegangan

Dimana :

∆V(%) = Jatuh Tegangan dalam % (Volt).

Vs = Tegangan kirim (Volt).

Vr = Tegangan terima (Volt).

Jatuh Tegangan juga dirumuskan dengan :

Vd = I.Z

Vd = I (R cos θ + X

sin θ) Dimana :

Vd = Drop Voltage (V)

I = Arus (A) Z = Impedansi

(Ohm) R = Hambatan (Ohm)

Dengan adanya drop voltage maka akan mempengaruhi besar daya yang diterima dan
terjadi rugi-rugi daya (Plooses) yang dirumuskan dengan

Plooses = I2 .R

Dimana :

Plooses : Rugi-rugi daya (W) R = Hambatan

(Ohm) I = Arus (A)

Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk


mendapatkan tegangan operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari tegangan
jaringan / primer yang berubah-ubah. Untuk memenuhi kualitas tegangan pelayanan sesuai
kebutuhan konsumen (PLN Distribusi), tegangan keluaran (sekunder) transformator harus
dapat dirubah sesuai keinginan. Untuk memenuhi hal tersebut, maka pada salah satu atau
pada kedua sisi belitan transformator dibuat tap (penyadap) untuk merubah perbandingan
transformasi (rasio) trafo. Ada dua cara mengubah Tap Changer yaitu :
1. Mengubah tap dalam keadaan trafo tanpa beban. Tap changer yang hanya bisa beroperasi
untuk memindahkan tap transformator dalam keadaan transformator tidak berbeban,
disebut “Off Load Tap Changer” dan hanya dapat dioperasikan manual.
2. Mengubah tap dalam keadaan trafo berbeban. Tap changer yang dapat beroperasi untuk
memindahkan tap transformator, dalam keadaan transformator berbeban, disebut “On
Load Tap Changer (OLTC)” dan dapat dioperasikan secara manual atau otomatis.
Transformator yang terpasang di gardu induk pada umumnya menggunakan tap changer
yang dapat dioperasikan dalam keadaan trafo berbeban dan dipasang di sisi primer.
Sedangkan transformator penaik tegangan di pembangkit atau pada trafo kapasitas
kecil, umumnya menggunakan tap changer yang dioperasikan hanya pada saat trafo
tenaga tanpa beban.

OLTC terdiri dari:

1. Selector Switch
2. Diverter Switch
3. Transisi Resistor
Untuk mengisolasi dari bodi trafo (tanah) dan meredam panas pada saat proses
perpindahan tap, maka OLTC direndam di dalam minyak isolasi yang biasanya terpisah
dengan minyak isolasi utama trafo (ada beberapa trafo yang compartemennya menjadi
satu dengan main tank).
Karena pada proses perpindahan hubungan tap di dalam minyak terjadi fenomena elektris,
mekanis, kimia dan panas, maka minyak isolasi OLTC kualitasnya akan cepat menurun.
tergantung dari jumlah kerjanya dan adanya kelainan di dalam OLTC.

1.2. PEMASANGAN CAPACITOR UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA


Faktor daya
Faktor daya merupakan perbandingan antara daya aktif (P) dengan magnitude dari daya
semu (|S|). Faktor daya hanya akan ada pada arus bolak-balik (AC). Faktor daya pada arus
bolak-balik (AC) bernilai mulai dari 0 sampai 1. Pada beban resistif faktor daya akan bernilai
1 dan pada beban induktif faktor daya akan bernilai 0. Faktor daya juga dapat didefinisikan
sebagai nilai cosinus dari sudut antara daya aktif (P) dan daya semu (S) pada segitiga daya.
Faktor daya bisa dilambangkan dengan PF (power factor). Untuk persamaan dari faktor daya
adalah sebagai berikut:
Segitiga Daya

Segitiga daya merupakan sebuah segitiga siku-siku yang merepresentasikan tiga


buah daya pada sistem arus bolak-balik (AC) yaitu daya aktif (P), daya reaktif (Q), dan daya
semu (S). Segitiga daya ini digunakan juga untuk mempermudah perhitungan dalam
menentukan besaran- besaran yang berkaitan dengan daya-daya tersebut yang terlihat
seperti Gambar 2c.1 di bawah.

Daya semu (S) merupakan daya yang belum sampai ke beban atau bisa didefinisikan
juga sebagai penjulamlahan vektor antara daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) dengan
persamaan sebagai berikut :

S = V.I (pers. 2.3)

Daya aktif (P) merupakan daya yang diserap oleh beban yang bersifat resistif dengan
persamaan sebagai berikut :
Kapasitor Bank

Kapasitor bank merupakan sekelompok kapasitor dari rating yang sama yang
terhubung secara seri atau paralel satu sama lain untuk menyimpan energi listrik. Energi
dalam bentuk suplai daya reaktif yang dihasilkan kemudian digunakan untuk mengoreksi
faktor daya lagging atau pergeseran fasa dalam sistem bolak-balik (AC). Kapasitor bank
juga dapat digunakan dalam sistem arus searah (DC) untuk meningkatkan kapasitas
arus riak dari sumber atau untuk meningkatkan jumlah keseluruhan energi yang
tersimpan.

Gambar di atas merupakan segitiga daya dari suatu sistem yang mensuplai daya
pada sebuah beban. Terlihat bahwa bebannya adalah beban induktif yang menyerap daya
reaktif karena Q1 mengarah ke atas yang menunjukkan positif. Berdasarkan Gambar
dapat diurakan menjadi kondisi awal (sebelum pemasangan kapasitor) dan kondisi akhir
(setelah pemasangan kapasitor).

Kodisi awal :

Sudut = Ø1 Daya Aktif = P

Daya Semua = S Daya Reaktif =

Q1

Setelah pemasangan kapasitor bank sebesar QC maka didapat :

Kodisi akhir :

Sudut = Ø2 Daya Semu = S2

Daya Aktif = P Daya Reaktif = Q2

Dari Gambar dan kondisi yang diuraikan diatas terlihat bahwa setelah
pemasangan kapasitor bank ada beberapa besaran dari sistem yang berubah nilainya, yaitu
sudut antara daya aktif (P) dan daya semu (S), daya reaktif (Q), dan daya semu (S).
Daya aktif (P) tidak berubah karena kapasitor bank hanya mengkompensasi daya reaktif
(Q) saja. Sudut awal ( 1) yang awalnya besar yang mengakibatkan faktor daya rendah
setelah dipasang kapasitor bank sudut
akhirnya ( 2) menjadi lebih kecil yang mengakibatkan faktor daya meningkat. Seperti itulah
kapasitor bank memperbaiki faktor daya sistem.

Perbaikan PF

Berdasarkan yang terlihat pada Gambar (2d.1) maka Qc merupakan daya reaktif yang
disuplai oleh kapasitor bank untuk memperkecil besar sudut antara daya aktif (P) dan
daya semu (S) sehingga faktor daya menjadi meningkat yang ditunjukkan pada
persamaan di bawah :

fasa maka QC yang dihasilkan dari (pers. 2.12) adalah daya reaktif tiga fasa yang disuplai
oleh kapasitor bank. Untuk mendapatkan kapasitansi dari kapasitor bank dengan persamaan :
V. Langkah Percobaan
1. Lakukan perbaikan tegangan pada BUS yang berwarna merah dengan pemasangan kapasitor
2. Klik optimal capacitor placement

4. Pilih bus yang akan dipasang kapasitor. Klik add>>

5. Pada gambar diatas juga tersedia table data kapasitor yang mencakup level
tegangan maksimum, kapasitas, jumlah kapsitor bank, harga dan biaya
operasi.

6. Klik OK

7. Run optimal capasitor placement secara otomatis etap akan mengkalkulasikan kapasitas
dan banyaknya kapasitor minimal yang dibutuhkan untuk memperbaiki level tegangan
system.

8. Running Load Flow, lalu amati kondisi sebelum dan sesudah penempatan kapasitor
9. Catat datanya pada table pengamatan.
10. Apabila bus masih mengalami drop voltage (bus marginal), lakukan perbaikan tegangan
pada BUS dengan cara mengubah tap changer pada Trafo yang berhubungan dengan
BUS terkait yang terjadi jatuh tegangan dengan indikasi busbar warna pink.
VI. Gambar Rangkaian
1. Sesudah running Optimal Capacitor Placement(menampilkan total banks saran dari
etap, kapasitor1sudah dipasang namun dalam kondisi open)
2. Sesudah running Load Flow (kapasitor1dipasang dalam kondisi close)
3. Sesudah running Load Flow (kapasitor2 dipasang dalam kondisi open, menampilkan
power factor)
4. Sesudah running Load Flow (kapasitor2 dipasang dalam kondisi close, menampilkan
power factor)
VII. Teori Tambahan
VIII. Data Pengamatan
SUB MODUL 2.1 : PEMASANGAN CAPACITOR DAN TAP CHANGER UNTUK
PERBAIKAN TEGANGAN

Tabel 2.3 Pemasangan Kapasitor

Sebelum Penempatan Sesudah Penempatan


Kapasitas Kapasitor
Kapasitor Kapasitor
ID BUS
Tegangan Tegangan
Banks kVar Arus (A) Arus (A)
(V) (V)

Bus 19 3 300 355 448,4 382 461,7

Bus32 1 252,4 5951 124,5 6019 109,8

Tabel 2.4 Pemasangan Tap Changer

Sebelum Tap Sesudah Tap


ID BUS % TAP
Tegangan Arus Tegangan Arus

Bus 14 -2,5 376 295,7 386 296,6

Bus 22 -2,5 376 389,6 387 384,1


SUB MODUL 2.2 : CAPACITOR PLACEMNET UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA

Tabel 2.5 Pemasangan Kapasitor

Sebelum Penempatan Sesudah Penempatan


Kapasitas Kapasitor
ID BUS Kapasitor Kapasitor

Banks kVar Faktor Daya Faktor Daya

Bus19 3 300 125,6 kVar -142,2 kVar

Bus32 1 252,4 849,2 kVar 618,8 kVar

IX. Pengolahan Data


X. Analisa

Pada praktikum Analisa System Tenaga Listrik modul 2 yang berjudul “Analisa Aliran
Daya (Load Flow Analysis)”. Tujuan dari modul 2 yaitu untuk mempelajari konsep aliran daya
dalam system tenaga listrik dan menganalisa masalah-masalah aliran daya pada system tenaga
listrik. Kemudian ada Sub Modul 2 Analisa Aliran Daya Lanjut (Advanced Load Flow Analysis)
yang dimana tujuannya adalah untuk Menganalisa sistem transmisi dan distribusi yang terjadi
jatuh tegangan di bawah standar, Memperbaiki jatuh tegangan dengan pemasangan capacitor tap
changer pada transfomator, Menganalisa sistem tenaga listrik yang memiliki faktor daya di
bawah standar, dan Memperbaiki faktor daya dengan pemasangan kapasitor. Load Flow Analysis
atau Analisa aliran daya ini adalah study yang digunakan untuk menganalisa suatu system tenaga
listrik, baik untuk perencanaan maupun operasi misalnya untuk mengetahui berapa besarnya
pasokan daya yang berasal dari pembangkit, kemudian yang disalurkan ke sisi transmisi,
kemudian yang disalurkan ke sisi distribusi hingga ke beban atau konsumen. Tujuan dari Load
Flow Analysis adalah Untuk memeriksa tegangan dan sudut fasa masing-masing bus, kemudian
Untuk memeriksa kemampuan semua peralatan yang ada dalam sistem apakah cukup besar untuk
menyalurkan daya yang diinginkan dan Untuk memperoleh kondisi awal bagi studi-studi
selanjutnya, yakni studi hubung singkat, studi rugi-rugi transmisi, studi analisa aliran daya
harmonisa dan studi stabilitas.

Pada generator terdapat Mode Swing, MVAR Control, Voltage Control, PF Control.
Mode Swing adalah mode yang mana digunakan untuk memenuhi kekurangan aliran daya pada
sistem dimana nilai sudut tegangan terminal generator akan dijaga tetap berada pada nilai operasi
tertentu. MVAR Control ialah yang mana generator diatur dengan nilai MW dan MVAR yang
konstan. Voltage Control ialah control tegangan (nilai MW konstan) dengan sebuah AVR
(Automatic voltage regulator) yang mengatur exciter untuk beroperasi pada tegangan konstan.
PF Control ialah mode yang mana menjaga agar keluaran generator memiliki daya listrik MW
dan Power Faktor yang konstan.

Pada setiap bus ada 4 variable operasi yang terkait yaitu daya aktif (P), daya reaktif (Q),
besaran tegangan (V) dan susut fasa tegangan , setiap bus dalam system tenaga listrik di
kelompokkan menjadi 3 tipe bus yaitu Bus Referensi (Slack Bus), Bus PQ (Bus Beban), Bus PV
(Bus Pembangkit). BUS REFERENSI (slack bus). Bus ini berfungsi untuk mensuplai
kekurangan daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) dalam sistem. Parameter atau besaran yang di
tentukan adalah tegangan (V) dan sudut fasa (δ). Setiap sistem tenaga listrik hanya terdapat 1 bus
referensi, yaitu
bus yang didalamnya terdapat pembangkit atau generator yang memiliki kapasitas terbesar di
antara pembangkit yang lain didalam sistem. • BUS PQ (bus beban). Bus ini adalah bus yang
terhubung dengan beban sistem. Parameter atau besaran yang ditentukan adalah daya aktif (P)
dan daya reaktif (Q), maka bus ini di sebut juga PQ bus. • BUS PV (bus pembangkit). Bus ini
merupakan bus yang tegangannya dapat dikontrol melalui pengaturan daya reaktif agar
tegangannnya tetap. Parameter atau besaran yang diketahui adalah daya aktif (P) dan tegangan
(V). Bus ini dinamakan PV bus.

Kemudian ada 3 warna pada busbar yaitu Hitam, Pink, dan Merah. Yang dimana warna
hitam menunjukkan Busbar tersebut pada keadaan normal/standar. Warna pink menandakan
bahwa busbar tersebut dalam keadaan marginal artinya busbar masih berada pada nilai toleransi,
meskipun begitu alangkah lebih baiknya untuk di perbaiki. Kemudian untuk busbar yang
berwarna merah itu menandakan bahwa busbar dalam keadaan kritikal atau berada dibawah atau
diatas nilai toleransi dan untuk busbar yang berwarna merah ini harus diperbaiki. Pada modul ini
juga terdapat susut daya, yang dimana susut daya adalah berkurangnya daya listrik pada proses
system tenaga listrik dari pembangkit hingga ke beban yang disebabkan adanya tahanan jenis
penghantar yang dipengaruhi oleh arus dan tegangan. Kemudian ada yang Namanya jatuh
tegangan, yang dimana jatuh tegangan ini merupakan tegangan yang hilang pada suatu
penghantar atau jatuh tegangan adalah suatu kondisi dimana ada selisih antara tegangan kirim
dengan tegangan terima yang dimana kondisi ini menyebabkan nilai tegangan yang ada pasa
system memiliki nilai dibawah nilai tegangan nominalnya. Penyebab terjadinya jatuh tegangan
yaitu ada luas penampang, besar beban, dan Panjang transmission line/cable. Untuk cara
mengatasi perihal jatuh tegangan yaitu pemilihan konduktor dengan tahanan dalam yang kecil,
kemudian mengganti ukuran kawat dengan penampang yang lebih luas, dan memperbesar
tegangan sumber serta menambah penyulang (feeder).

Kemudian ada yang dinamakan kapasitor bank. Fungsi dari kapasitor bank yang tersedia
dalam bentuk tunggal unit maupun dalam bentuk grup adalah sebagai pensuply kilovars dengan
faktor daya tertinggal kepada suatu system dimana kapasitor tersebut dihubungkan. Kapasitor
bank yang dipasang pada ujung beban dari sirkuit mensuplai beban dengan faktor daya
tertinggal, mempunyai beberapa efek, yaitu Mengurangi komponen rangkaian arus yang
tertinggal, Menaikkan level tegangan pada beban, Memperbaiki regulasi tegangan, dan
Meningkatkan faktor daya. Kemudian ada segitiga daya, segitiga daya merupakan segitiga siku-
siku yang mempermudah perhitungan dalam menentukan besaran-besaran yang berkaitan dengan
daya seperti Daya Aktif (P), Daya Reaktif (Q) dan Daya Semu (S). Daya Aktif (P) merupakan
daya
yang diserap oleh beban yang bersifat resistif. Kemudian Daya Reaktif (Q) merupakan daya
yang diserap atau disupply oleh beban yang bersifat induktif atau kapasitif. Dan Daya semu (S)
merupakan daya yang belum sampai ke beban atau bisa didefinisikan juga sebagai penjulamlahan
vektor antara daya aktif (P) dan daya reaktif (Q).
XI. Kesimpulan

 Load Flow Analysis atau Analisa aliran daya ini adalah study yang digunakan
untuk menganalisa suatu system tenaga listrik, baik untuk perencanaan maupun
operasi misalnya untuk mengetahui berapa besarnya pasokan daya yang berasal
dari pembangkit, kemudian yang disalurkan ke sisi transmisi, kemudian yang
disalurkan ke sisi distribusi hingga ke beban atau konsumen.
 Tujuan dari Load Flow Analysis adalah Untuk memeriksa tegangan dan sudut
fasa masing-masing bus, kemudian Untuk memeriksa kemampuan semua
peralatan yang ada dalam sistem apakah cukup besar untuk menyalurkan daya
yang diinginkan dan Untuk memperoleh kondisi awal bagi studi-studi
selanjutnya, yakni studi hubung singkat, studi rugi-rugi transmisi, studi analisa
aliran daya harmonisa dan studi stabilitas.
 setiap bus ada 4 variable operasi yang terkait yaitu daya aktif (P), daya reaktif
(Q), besaran tegangan (V) dan susut fasa tegangan ,
 setiap bus dalam system tenaga listrik di kelompokkan menjadi 3 tipe bus yaitu
Bus Referensi (Slack Bus), Bus PQ (Bus Beban), Bus PV (Bus Pembangkit).
XI. REPORT
Br in'-h I 'H'* *ummnr' PAmir I
XII. Tugas Akhir
1. Pada rangkaian anda, Tap Changer pada trafo dilakukan disisi mana (high voltage/low voltage)?
Mengapa demikian?
Tap Changer dilakukan pada sisi low Voltage karena terdapat Busbar daerah saluran bawah trafo
yang masih berada dibawah atau masih berapa toleransi yang sudah ditentukan.

2. Mengapa dalam suatu sistem tenaga listrik harus memiliki pembangkit mode swing? Jelaskan!
Karena Mode Swing adalah mode yang mana digunakan untuk memenuhi kekurangan
aliran daya pada sistem dimana nilai sudut tegangan terminal generator akan dijaga
tetap berada pada nilai operasi tertentu.

3. Hitunglah rugi-rugi saluran distribusi di Cable7 dan Cable9!

4. Hitunglah jatuh tegangan saluran distribusi di Cable7 dan Cable9!

5. Hitunglah Qc untuk memperbaiki faktor daya hingga 85%!

6. Setelah pemasangan kapasitor, mengapa faktor daya yang ditampilkan pada software etap
berbeda dengan hasil faktor daya yang kita inginkan ? Jelaskan
Putra Munawardi
2018-11-109
MODUL 3

I. Judul
ANALISIS HUBUNG SINGKAT (SHORT CIRCUIT ANALYSIS)

II. Tujuan
1. Mempelajari karakteristik arus gangguan
2. Mempelajari jenis gangguan pada sistem tenaga
3. Mempelajari simulasi gangguan pada Software ETAP
4. Mempelajari manfaat analisa gangguan

III. Alat dan Perlengkapan


1. unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
IV. Teori Modul

3.1 Pendahuluan

Tenaga Listrik disalurkan ke konsumen melalui Sistem Tenaga Listrik. Sistem


Tenaga Listrik terdiri dari beberapa subsistem, yaitu Pembangkitan, Transmisi, dan
Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan distribusi. Oleh
karena itu, jaringan distribusi merupakan bagian jaringan listrik yang paling dekat dengan
masyarakat.

Jaringan distribusi dikelompokkan menjadi dua, yaitu jaringan distribusi primer


dan jaringan distribusi sekunder. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20
kV, 12 kV, 6 KV. Pada saat ini, tegangan distribusi primer yang cenderung dikembangkan
oleh PLN adalah 20 kV. Tegangan pada jaringan distribusi primer, diturunkan oleh gardu
distribusi menjadi tegangan rendah yang besarnya adalah 380/220 V, dan disalurkan
kembali melalui jaringan tegangan rendah kepada konsumen.

Dalam operasi sistem tenaga listrik sering terjadi gangguan – gangguan yang dapat
mengakibatkan terganggunya penyaluran tenaga listrik ke konsumen. Gangguan adalah
penghalang dari suatu sistem yang sedang beroperasi atau suatu keadaan dari sistem
penyaluran tenaga listrik yang menyimpang dari kondisi normal. Suatu gangguan di dalam
peralatan listrik didefinisikan sebagai terjadinya suatu kerusakan di dalam jaringan listrik
yang menyebabkan aliran arus listrik keluar dari saluran yang seharusnya.

Berdasarkan ANSI/IEEE Std. 100-1992 gangguan didefinisikan sebagai suatu


kondisi fisis yang disebabkan kegagalan suatu perangkat, komponen, atau suatu elemen
untuk bekerja sesuai dengan fungsinya. Gangguan hampir selalu ditimbulkan oleh hubung
singkat antar fase atau hubung singkat fase ke tanah. Suatu gangguan hampir selalu berupa
hubung langsung atau melalui impedansi. Istilah gangguan identik dengan hubung singkat,
sesuai standart ANSI/IEEE Std. 100- 1992.

Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk busur api) pada
impedansi yang relatif rendah terjadi secara kebetulan atau disengaja antara dua titik yang
mempunyai potensial yang berbeda. Istilah gangguan atau gangguan hubung singkat
digunakan untuk menjelaskan suatu hubungan singkat. Untuk mengatasi gangguan
tersebut, perlu dilakukan analisis hubung singkat sehingga sistem Proteksi yang tepat pada
Sistem Tenaga Listrik dapat ditentukan. Analisis hubung singkat adalah analisis yang
mempelajari
kontribusi arus gangguan hubung singkat yang mungkin mengalir pada setiap cabang
didalam sistem (di jaringan distribusi, transmisi, trafo tenaga atau dari pembangkit)
sewaktu gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam sistem tenaga listrik.

Analisis Hubung Singkat memiliki tujuan, yaitu sebagai berikut.

1. Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubung singkat.


2. Untuk menentukan arus gangguan tak simetris bagi gangguan satu dan dua line ke
tanah, gangguan line ke line, dan rangkaian terbuka
3. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi
4. Untuk menentukan kapasitas pemutus dari circuit breaker
5. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar selama
gangguan.
Hubung singkat terjadi akibat dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dari
gangguan adalah rusaknya peralatan listrik. Faktor eksternal adalah antara lain cuaca
buruk, seperti badai, hujan, dingin; bencana, seperti gempa bumi, angin ribut, kecelakaan
kendaraan; runtuhnya pohon; petir; aktivitas konstruksi, ulah manusia, dan lain-lain.
Sebagian besar gangguan terjadi karena cuaca buruk, yaitu hujan atau badai, dan pohon.

Gangguan hubung singkat menyebabkan terjadinya interupsi kontinuitas


pelayanan daya kepada para konsumen apabi1a gangguan itu sampai menyebabkan
terputusnya suatu rangkaian (sircuit) atau menyebabkan keluarnya satu unit pembangkit,
penurunan tegangan yang cukup besar menyebabkan rendahnya kualitas tenaga listrik
dan merintangi kerja normal pada peralatan konsumen, pengurangan stabilitas sistem dan
menyebabkan jatuhnya generator, dan merusak peralatan pada daerah terjadinya
gangguan tersebut.

Gangguan dapat terdiri dari gangguan temporer atau permanent. Kebanyakan


gangguan temporer di amankan dengan circuit breaker (CB) atau pengaman lainnya.
Gangguan permanent adalah gangguan yang menyebabkan kerusakan permanent pada
sistem. Seperti kegagalan isolator, kerusakan penghantar, kerusakan pada peralatan
seperti transformator atau kapasitor. Pada saluran bawah tanah hampir semua gangguan
adalah gangguan permanen. Kebanyakan gangguan peralatan akan menyebabkan hubung
singkat. Gangguan permanen hampir semuanya menyebabkan pemutusan/gangguan pada
konsumen. Untuk melindungi jaringan dari gangguan digunakan fuse, recloser atau CB.

Namun, berdasarkan kesimetrisannya, gangguan terdiri dari gangguan simetris


dan asimetris. Gangguan simetris adalah gangguan yang terjadi pada semua fasanya
sehingga
arus dan tegangan pada masing-masing fasa bernilai sama, yaitu di antaranya Hubung
Singkat 3 fasa dan Hubung singkat 3 fasa ke tanah. Sedangkan gangguan simetris adalah
gangguan yang mengakibatkan arus yang mengalir pada setiap fasa tidak seimbang, yaitu
di antaranya hubung singkat 1 fasa ke tanah, hubung singkat fasa ke fasa, dan hubung
singkat 2 fasa ke tanah. Analisis Hubung Singkat secara umum menggunakan persamaan
hubung singkat sebagai berikut.

3. 2 Analisis Gangguan Hubung Singkat

Analaisis Gangguan Hubung Singkat dilakukan dengan berdasarkan kesimetrisan


gangguan yang terjadi. Analisis gangguan Hubung Singkat dapat dilakukan pada keadaan
simetris. Pada gangguan asimetris perlu dilakukan metode komponen simetris untuk
melakukan analisis hubung singkat

Komponen Simetris

Komponen simetris digunakan untuk menganalisis terutama sistem yang tidak seimbang,
misalnya saat terjadi hubung singkat tiga phasa, dua phasa dan satu phasa ke tanah.
Dimana sebuah sistem tak seimbang diubah menjadi tiga rangkaian persamaan yaitu
rangkaian urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol. Menurut teorema Fortescue, tiga
fasor tak seimbang dari sistem tiga phasa dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang
seimbang. Himpunan seimbang komponen itu adalah (Stevenson, 1982: 260):

1. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu
dengan yang lainnya dalam phasa sebesar 120o , dan mempunyai urutan phasa yang sama
seperti fasor lainnya.

2. Komponen urutan negatif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu
dengan yang lainnya dalam phasa sebesar 120o , dan mempunyai urutan phasa yang
berlawanan dengan fasor aslinya.

3. Komponen urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan dengan
pergeseran phasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain.
Tujuan lain adalah untuk memperlihatkan bahwa setiap phasa dari sistem tiga phasa tak
seimbang dapat di pecah menjadi tiga set komponen.

Komponen simetris berpengaruh terhadap besarnya impedansi saluran. Impedansi saluran


suatu sistem tenaga listrik tergantung dari jenis konduktornya yaitu dari bahan apa
konduktor itu dibuat yang juga tentunya pula dari besar kecilnya penampang konduktor
dan panjang saluran yang digunakan jenis konduktor ini. Komponen Simetris
menyebabkan tegangan jatuh sesuai dengan urutan arusnya dan tidak mempengaruhi
urutan arus lainnya, berarti tiap urutan yang seimbang akan terdiri dari suatu jaringan.
Ketidakseimbangan arus atau tegangan ini akan menimbulkan pula impedansi urutan
positif, urutan negatif, dan urutan nol. Impedansi urutan dapat didefinisikan sebagai suatu
impedansi yang dirasakan arus urutan bila tegangan urutannya dipasang pada peralatan
atau pada sistem tersebut. Seperti juga tegangan dan arus didalam metode komponen
simetris dikenal tiga macam impedansi urutan yaitu sebagai berikut.

1. Impedansi urutan positif (Z1), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila
dialiri oleh arus urutan positif.

2. Impedansi urutan negatif (Z2), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila
dialiri oleh arus urutan negatif.

3. Impedansi urutan nol (Z0), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila dialiri
arus urutan nol.
IA = I1A + I2A + I0.

IB = a2 I1A + a I2A + I0.

IC = a I1A + a2 I2A + I0.

Dari persamaan tersebut, diperoleh persamaan

berikut. I1A = 1/3(IA + aIB + a2 IC)

I2A = 1/3(IA + a2 IB + aIC)

I0 = 1/3(IA + IB + IC)

Persamaan di atas, terdapat operator a yang merupakan unit vektor yang membentuk sudut
120 derajat berlawanan jarum jam.
Pada ganguan hubung singkat tiga fasa, gangguan termasuk gangguam simetris, sehingga
tidak perlu menggunakan komponen simetris. Persamaan hubung singkat diperoleh
sebagai berikut
V. Langkah Percobaan
1. Buat lah project dan folder sesuai dengan nama praktikan masing-masing.
2. Atur standar yang digunakan yaitu IEC

3. Rangkai gambar 1.1 dibawah menggunakan ETAP 16.0. Pada Modul 3, rangkaian modul
melanjutkan dari Modul 2.
8. Lalu setelah itu tulis milai I’’k pada table pengamatan.
VI. Gambar Rangkaian
1. Sesudah running load flow
2. Sesudah running short circuit
VII. Teori Tambahan

Arus hubung singkat adalah arus lebih yang dihasilkan oleh gangguan dengan
mengabaikan impedansi antara titik-titik pada potensial yang berbeda dalam kondisi
layanan normal[3,4] . Hubung singkat dapat terjadi pada suatu sistem tenaga listrik.
Analisis dan Perhitungan arus hubung singkat (short circuit) harus dilakukan untuk
Menentukan besarnya arus hubung singkat yang dapat timbul pada suatu jaringan sehingga
dapat ditentukan rating ketahanan peralatan yang akan dipasang/terpasang pada sistim
tersebut, mengidentifikasi potensi masalah pada suatu sistem sehingga membantu dalam
perencanaan sebuah sistim. Menentukan sistem proteksi untuk pengaturan koordinasi
poroteksi pada sistim tenaga listrik tersebut.

Pada awal perencanaan, perhitungan arus hubung singkat (short circuit calculation)
dilakukan setelah disain awal sebuah sistim tersebut selesai dengan beberapa dokumen
yang telah tersedia, sbb :

 Single Line Diagram (Diagram Satu Garis) dari sistim tersebut


 Peralatan listrik utama yang akan dipasang (Transformator, Generator dll)
 Ukuran penghantar (ukuran kabel)

Setelah seluruh data dan dokumen telah lengkap, perhitungan arus hubung singkat dapat
dilakukan, dengan menggunakan salah satunya dengan metoda impedansi. Pada
perhitungan dengan metode ini, tahapan-tahapan utama untuk melakukan perhitungannya
adalah sbb :

 Membuat model sistem dan mengumpulkan parameter peralatan yang terpasang


 Membuat gambar single line diagram yang memperlihatkan sistem secara keseluruhan
 Tentukan base daya dan base tegangan, biasanya menggunakan nilai tegangan pada
transformator
 Hitung nilai resistansi ( R ) dan reaktansi (X) dari peralatan (kabel, trafo dll)
 Hitung nilai impedansi ( Z) dari masing-masing komponen peralatan.
 Hitung arus hubung singkat (ISc)
Dalam melakukan perhitungan arus hubung singkat persamaan yang dipakai adalah :

𝐼 3𝑝ℎ𝑎𝑠𝑒 = Ephase/ Zekivalen....................................................... ( 1)

Dimana =

I3 phase = Besar arus hubung singkat 3 phase dalam Ampere

E phase = Besar tegangan phase terhadap netral system dalam Volt

Z ekivalen = Impedansi urutan positif dari seluruh rangkaian dalam Ohm

Untuk menghitung impedansi (Z) :

𝑍 = E 2/P.................................................( 2)

Dimana =

Z = Besar impedansi dalam

Ohm E = Tegangan dasar

dalam Volt P = Daya sumber

dalam MVA

Bila dalam rangkaian yang terpasang tersebut merupakan peralatan atau bahan dari fabrikan
misalnya transformator, kabel penghantar untuk incoming dan out going misal kabel NYY,
maka untuk menghitung impedansi digunakan persamaan berikut :

𝑍 = √𝑅2 + 𝑋2 arc tg 𝑋 𝑅............................( 3)

Dimana =

Z = Impedansi dalam

Ohm R = Resistansi

dalam Ohm X =

Reakstansi dalam Ohm

Reakstansi bisa berupa beban induktif atau beban kapasitif, maka beban inductor harus
dijadikan satuan Ohm, begitu juga beban kapasitor. Untuk merubahnya digunakan
persamaan berikut .

XL = 2𝜋. 𝑓. 𝐿.............................................(4)

Xc = 1 / 2𝜋.𝑓.𝐶.............................................(5)
Dimana =

XL= Reakstansi Induktif dalam Ohm

Xc = Reakstansi kapasitif dalam Ohm

Untuk menghitung resistansi dan reakstansi trafo menggunakan persamaan berikut :

𝑅 𝑡𝑟𝑎𝑓𝑜 = Wc x U 2 S 2...........................(6)

Dimana =

U = Tegangan dalam volt

S = Daya transformator dalam

kVA Wc = rugi tembaga dalam

watt

Macam-macam arus hubung singkat yang terjadi antara lain :

 Arus hubung singkat 3 fasa


 Arus hubung singkat antar fasa (fasa –fasa)
 Arus hubung singkat fasa – netral
 Arus hubung singkat fasa-ground

http://jurnal.batan.go.id/index.php/jpn/issue/download/803/59
VIII. Data Pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat
Arus 3 - -G
Lokasi Rating
Sebelum CB
HS kV kA kV kA kV kA
Gangguan

Bus1 15 5,401 15 4,775 15 6,566

Bus9 150 0,417 150 0,366 150 0,46

Bus19 0.4 6,792 0,4 5,735 0,4 0,006

*Masukkan nilai arus I’’k pada report masing-masing

IX. Pengolahan Data


-
X. Analisa

Pada praktikum Analisa System Tenaga Listrik modul III yang berjudul “Analisis
Hubung Singkat (Short Circuit Analysis). Tujuan melakukan percobaan pada modul ini adalah
untuk mempelajari karakteristik arus gangguan, kemudian mempelajari jenis gangguan pada
system tenaga dan mempelajari simulasi gangguan pada Software ETAP serta mempelajari
manfaat Analisa gangguan. Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk
busur api) pada impedansi yang relatif rendah terjadi secara kebetulan atau disengaja antara dua
titik yang mempunyai potensial yang berbeda. Istilah gangguan atau gangguan hubung singkat
digunakan untuk menjelaskan suatu hubungan singkat.

Hubung singkat dapat diatasi dengan melakukan analisis hubung singkat, agar system
proteksi yang tepat pada system tenaga listrik dapat ditentukan. Analisis hubung singkat adalah
analisis yang mempelajari kontribusi arus gangguan hubung singkat yang mungkin mengalir
pada setiap cabang didalam sistem (di jaringan distribusi, transmisi, trafo tenaga atau dari
pembangkit) sewaktu gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam sistem tenaga
listrik. Tujuan dari Analisis Hubung Singkat ini adalah Untuk menentukan arus maksimum dan
minimum hubung singkat, kemudian Untuk menentukan arus gangguan tak simetris bagi
gangguan satu dan dua line ke tanah, gangguan line ke line, dan rangkaian terbuka, kemudian
Penyelidikan operasi rele-rele proteksi serta Untuk menentukan kapasitas pemutus dari circuit
breaker dan Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar selama
gangguan. Ada dua factor penyebab terjadinya hubung singkat yaitu factor Internal dan factor
Eksternal. Pada factor internal itu penyebabnya hanya ada satu yaitu Rusaknya Peralatan.
Sedangkan Faktor eksternal itu ada 4 penyebab, yaitu yang pertama Cuaca buruk (Hujan, Badai,
dll), penyebab yang kedua adalah Bencana (Gempa bumi, Longsor, dll), penyebab yang ketiga
itu ada aktifitas kostruksi (seperti pembangunan, dll), penyebab yang keempat itu karena Ulah
manusia (Human Error) = Kontak langsung dengan konduktor listrik (contohnya saat bermain
layang-layang didaerah/dekat dengan tiang listrik dan bisa terjadi gangguan akibat benang atau
layang-layang mengenai kabel yg dialiri arus listrik).

Ada beberapa sumber arus hubung singkat yaitu Arus yang mengalir selama gangguan
hubung singkat berasal dari mesin-mesin yang berputar karena pada saat gangguan mesin-mesin
yang berputar masih mengalami ggl atau masih menyuplai arus listrik sehingga terjadi arus
hubung singkat. Mesin-mesin yang dimaksud seperti Generator sinkron, Motor sinkron dan
kondensor, mesin induksi, dan gardu induk. Kemudian besar arus hubung singkat dari setiap
mesin berputar
dibatasi oleh impedansi mesin dan impedansi saluran yang menghubungkan mesin dengan
gangguan, kemudian pada kapasitor daya dapat mengeluarkan arus transion yang besar namun
dalam waktu yang singkat. Ada 2 jenis gangguan yaitu gangguan simetris dan gangguan
asimetris. Gangguan simetris adalah gangguan yang terjadi pada semua fasanya sehingga arus
dan tegangan pada masing-masing fasa bernilai sama, yaitu di antaranya Hubung Singkat 3 fasa
dan Hubung singkat 3 fasa ke tanah. Sedangkan gangguan asimetris adalah gangguan yang
mengakibatkan arus yang mengalir pada setiap fasa tidak seimbang, yaitu di antaranya hubung
singkat 1 fasa ke tanah, hubung singkat fasa ke fasa, hubung singkat 2 fasa ke tanah, hubung
singkat terbuka (open circuit phase), dan hubung singkat kumparan (winding faults). Ada 2 jenis
gangguan berdasarkan waktu, yaitu Temporer dan Permanen. Gangguan Temporer adalah
gangguan yang sifatnya sementara. Dapat siamankan dengan menggunakan circuit breaker atau
pemutus arus. Bisa disebabkan oleh ranting pohon yang menyentuh saluran transmisi dll.
Sedangkan gangguan permanen adalah gangguan yang menyebabkan kerusakan permanent pada
system. Seperti kegagalan isolator, kerusakan penghantar, kerusakan pada peralatan seperti
transformator atau kapasitor.

Ada 3 bagian Impedansi urutan yaitu Impedansi urutan positif (Z1), Impedansi Urutan
negative (Z2), dan Impedansi urutan nol (Z0). Mengapa dibagi menjadi 3 bagian, itu agar
mempermudah perhitungan yang akan dilakukan contohnya pada persamaan hubung singkat 3
fase itu hanya menggunakan Impedansi urutan positif (Z 1) saja, kemudian pada persamaan 2 fase
itu menggunakan Impedansi urutan positif (Z1) dan Impedansi urutan Negatif (Z2), Kemudian
pada persamaan hubung singkat 2 fasa ke tanah itu menggunakan ketiga Impedansi urutan yaitu
yaitu Impedansi urutan positif (Z1), Impedansi Urutan negative (Z2), dan Impedansi urutan nol
(Z0), kemudian untuk satu fasa ke tanah itu juga memakai ketiga Impedansi urutan yaitu yaitu
Impedansi urutan positif (Z1), Impedansi Urutan negative (Z2), dan Impedansi urutan nol (Z0).
Alasan mengapa pada Persamaan Hubung singkat 2 fase ke tanah dan satu fase ke tanah itu
menggunakan Impedansi urutan Nol (Z0), karena apabila tidak ke tenah atau berada diatas tanah
itu Z0 akan bernilai tak hingga, maka berapa pun nilai yang dibagi dengan tak hingga hasil
persamaan hubung singkat sama dengan Nol. Itulah mengapa harus dihubungkan ketanah agar Z 0
nya itu memiliki nilai. Impedansi urutan positif (Z1) merupakan impedansi dari sirkuit 3 fasa
yang simetris yang didapat dengan memberikan tegangan positif dan hanya mengalir arus urutan
positif saja. Kemudian Impedansi urutan Negatif (Z2) merupakan impedansi dari sirkuit 3 fasa
yang simetris yang didapat dengan memberikan tegangan negative dan hanya mengalir arus
urutan negative saja. Sedangkan Impedansi urutan nol (Z0) merupakan impedansi dari sirkuit 3
fasa yang simetris yang didapat dengan memberikan tegangan dan hanya mengalir arus urutan
nol saja.
XI. Kesimpulan
 Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk busur api)
pada impedansi yang relatif rendah terjadi secara kebetulan atau disengaja
antara dua titik yang mempunyai potensial yang berbeda.
 Ada 2 jenis gangguan yaitu gangguan simetris dan gangguan asimetris.
Gangguan simetris adalah gangguan yang terjadi pada semua fasanya sehingga
arus dan tegangan pada masing-masing fasa bernilai sama, yaitu di antaranya
Hubung Singkat 3 fasa dan Hubung singkat 3 fasa ke tanah. Sedangkan
gangguan asimetris adalah gangguan yang mengakibatkan arus yang mengalir
pada setiap fasa tidak seimbang, yaitu di antaranya hubung singkat 1 fasa ke
tanah, hubung singkat fasa ke fasa, hubung singkat 2 fasa ke tanah, hubung
singkat terbuka (open circuit phase), dan hubung singkat kumparan (winding
faults).
 Ada 2 jenis gangguan berdasarkan waktu, yaitu Temporer dan Permanen.
Gangguan Temporer adalah gangguan yang sifatnya sementara. Dapat
siamankan dengan menggunakan circuit breaker atau pemutus arus. Bisa
disebabkan oleh ranting pohon yang menyentuh saluran transmisi dll.
Sedangkan gangguan permanen adalah gangguan yang menyebabkan
kerusakan permanent pada system. Seperti kegagalan isolator, kerusakan
penghantar, kerusakan pada peralatan seperti transformator atau kapasitor.
XI. REPORT
XII. Tugas Akhir

1. Apa tujuan kita melakukan pengisian rating cb pada rangkaian? Apa yang akan terjadi jika
rating cb tidak sesuai dengan besarnya arus gangguan yang terjadi?

2. Pada saat terjadi arus hubung singkat, mengapa tidak ada nilai tegangan? Jelaskan dengan
menggunakan rumus!

3. Mengapa pada saat disimulasikan dengan ETAP, beban motor menghasilkan arus kontribusi
hubung singkat pada rangkaian? Jelaskan!

4. Hitunglah arus hubung singkat 3 fasa dan 1 fasa tanah pada Bus9!
Putra Munawardi
2018-11-109
MODUL 4

I. Judul
KOORDINASI PROTEKSI OCR DAN GFR PADA PENYULANG DISTRIBUSI

II. Tujuan
1. Mempelajari koordinasi proteksi pada penyulang distribusi (OCR dan GFR).
2. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi.

III. Alat dan Perlengkapan


1. unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
IV. Teori Modul

Sistem proteksi pada tenaga listrik merupakan suatu elemen yang penting dalam
sistem tenaga listrik. Karena memiliki fungsi sebagai pengaman dalam sistem tenaga
listrik yang terdiri dari pembangkitan, transmisi, dan distribusi daya listrik. Seperti yang
diketahui sering sekali terjadi gangguan pada suatu sistem tenaga listrik misalnya beban
lebih, terjadi arus hubung singkat, atau gangguan dari luar seperti petir.

Fungsi sistem proteksi adalah untuk mengamankan suatu sistem tenaga listrik
dengan cara mengetahui gangguan tersebut dan memisahkan bagian jaringan yang
terganggu dari bagian lain yang masih dalam keadaan normal untuk mengamankan sistem
keseluruhan dari kerusakan yang lebih parah atau kerugian yang lebih besar. Sistem
proteksi tenaga listrik pada umumnya terdiri dari beberapa komponen yang di rancang
untuk mengidentifikasi kondisi sistem tenaga listrik dan bekerja berdasarkan informasi
yang diperoleh dari sistem tersebut seperti arus, tegangan atau sudut fasa antara keduanya.

Fungsi dari sistem proteksi adalah :

1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat


adanya gangguan (kondisi abnormal).
2. Untuk mempercepat mengamankan daerah yang terganggu sehingga efek gangguan
menjadi sekecil mungkin.
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumen.
4. Untuk melindungi manusia (terutama) terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik
Selain itu, terdapat beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu.

Adapun beberapa syarat perencanaan sistem proteksi yang efektif :

1. Selektif, yaitu mampu memisahkan jaringan yang terganggu saja.


2. Sensitif, yaitu mampu merasakan gangguan sekecil apapun.
3. Andal, yaitu akan bekerja bila diperlukan dan tidak akan bekerja bila tidak diperlukan.
4. Cepat, yaitu mampu bekerja secepatnya sesuai dengan permintaan peralatan yang
dilindunginya.
Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak pelanggan.
Karena fungsinya tersebut, maka keandalan menjadi sangat penting dan untuk itu jaringan
distribusi perlu dilengkapi dengan alat pengaman. Salah satu peralatan utama dalam sistem
proteksi yang digunakan pada saluran distribusi adalah relay arus lebih (Over Current
Relay) dan relay gangguan tanah (Ground Fault Relay)

Maka dari itu perlu adanya suatu koordinasi antara komponen penunjang sistem
proteksi tersebut yang terdiri dari Over Current Relay (OCR), dan Ground Fault Relay
(GFR). Koordinasi ini bertujuan agar, disaat salah satu busbar mengalami gangguan atau
tidak adanya pengaman yang mengamankan busbar tersebut, akan mengakibatkan adanya
ketidakseimbangan yang dirasakan oleh sistem dan dapat mengakibatkan kontinyuitas
aliran daya dapat terganggu. Sistem proteksi yang handal dapat segera mengantisipasi
gangguan sedini mungkin dan meminimalisir efek yang terjadi akibat gangguan.

4.1 Relay Arus Lebih (OCR)


Relay arus lebih atau yang lebih dikenal dengan OCR (Over Current Relay ) merupakan
peralatan yang mensinyalir adanya arus lebih, yang disebabkan oleh adanya gangguan
hubung singkat antar fasa. Relay ini bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang
melebihi nilai arus dan waktu settingnya.
Keterangan :

𝐼𝑛 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 (𝐴)

𝑇𝐷 = 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 (𝑠)

𝐼𝑓 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑓𝑎𝑠𝑎 (𝐴)

𝑇𝑀𝑆 = 𝑆𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦

4.2 Relay Gangguan Tanah (GFR)


Rele hubung tanah yang lebih dikenal dengan GFR (Ground Fault Relay) pada dasarnya
mempunyai prinsip kerja yang sama dengan rele arus lebih (OCR) namun memiliki
perbedaan dalam kegunaannya. Bila rele OCR mendeteksi adanya hubungan singkat antara
fasa, maka GFR mendeteksi adanya hubung singkat ketanah.

Keterangan :

𝐼𝑔𝑓 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ (𝐴)

𝑇𝐷 = 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 (𝑠)

𝐼𝑓 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑓𝑎𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ (𝐴)

𝑇𝑀𝑆 = 𝑆𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑟𝑒𝑙ay


V. Langkah Percobaan
1. Buatlah project dan folder sesuai dengan nama praktikan masing-masing. Pada Modul 4,
rangkaian modul melanjutkan dari Modul 3.
2. Buatlah single line diagram seperti gambar dibawah ini!
c. Transmission Line
Line9
Length : 0,2 km
Conductor Lib : Metric; 50 Hz; AAAC; Pirelli; KRYPTON 158 mm2
Impedance (User-Defined)
Line11
Length : 4,8 km
Conductor Lib : Metric; 50 Hz; AAAC; Pirelli; KRYPTON 158 mm2
Impedance (User-Defined)
Line12; Line14; Line15
Length : 0,2 km
Conductor Lib : Metric; 50 Hz; AAAC; Pirelli; KRYPTON 158 mm2
Impedance (User-Defined)
Line9; Line11; Line12; Line14; Line15
VI. Gambar Rangkaian
 Sesudah running star-protection coordination3 fasaRelai OCR dengan memberi
gangguan di saluran 1%, 50% dan 100%(menampilkan trip circuit breaker di
outgoing dan incoming).
 Sesudah running star-protection coordination 1 fasa tanahRelaiGFRdengan
memberi gangguan di saluran 1%, 50% dan 100%(menampilkan trip circuit
breaker di outgoing dan incoming).
 Menampilkan grafikkurva kerja relai OCR.
VII. Teori Tambahan
OCR DAN GFR

Relay arus lebih atau Over Current Relay (OCR) memproteksi instalasi listrik
terhadap gangguan antar fasa. Sedangkan untuk memproteksi terhadap gangguan fasa
tanah digunakan relay Arus gangguan tanah atau Ground Fault Relay (GFR). Prinsip
kerja GFR sama dengan OCR yang membedakan hanyalah pada fungsi dan elemen
sensor arus. OCR biasanya memiliki 2 atau 3 sensor arus (untuk 2 atau 3 fasa) sedangkan
GFR hanya memiliki 1 sensor arus (satu fasa). Waktu kerja relay OCR maupun GFR
tergantung nilai setting dan karakteristik waktunya.

Relay OCR dan GFR dipasang sebagai alat proteksi motor, trafo, penghantar
transmisi, dan penyulang. Disini penulis menulis tentang OCR dan GFR sebagai proteksi
trafo dan penyulang. Relay harus di setting sedemikian rupa sehingga dapat bekerja
secepat mungkin dan meminimalkan bagian dari system yang harus padam. Hal ini
diterapkan dengan cara mengatur waktu kerja relay agar bekerja lambat ketika terjadi arus
gangguan kecil, dan bekerja semakin cepat apabila arus gangguan semakin besar, hal ini
disebut karakteristik inverse.

A. Setting Over Current Relay (OCR)


1) Arus setting OCR
Setting relay OCR pada sisi primer dan sisi sekunder transformator tenaga
terlebih dahulu harus dihitung arus nominal transformator tenaga. Arus setting
untuk relay OCR baik pada sisi primer maupun sekunder transformator tenaga
adalah:

Keterangan :
I set = Setting Arus
Ip = Arus Nominal Pada Sisi Primer
Ctp = Ratio transformator arus pada sisi primer

2) Setting waktu (TMS) Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat,


selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai waktu (TMS). Rumus untuk
menentukan nilai setelan waktu bermacam-macam sesuai dengan desain pabrik
pembuat relay. Tabel I di bawah menunjukkan rumus setting waktu sesuai dengan
type masing-masing relay.
Untuk menentukan nilai TMS yang akan disetkan pada relay OCR sisi incoming
transformator tenaga yaitu arus hubung singkat 2 fasa di bus 20 kV, sedangkan untuk sisi
150 kV transformator tenaga diambil arus hubung singkat 2 fasa di sisi 150 kV.

B. Setting Ground Fault Relay (GFR)


1) Arus setting GFR
Setting relay GFR pada sisi primer dan sisi sekunder transformator tenaga terlebih
dahulu harus dihitung arus nominal transformator tenaga. Arus setting untuk relay
GFR baik pada sisi primer maupun sisi sekunder transformator tenaga adalah sebagai
berikut [4]:
Iset (prim) = 0,2 x Inominal trafo (2)

Nilai tersebut adalah nilai primer, untuk mendapatkan nilai setting sekunder yang
dapat disetkan pada relay GFR, maka harus dihitung dengan menggunakan rasio trafo
arus (CT) yang terpasang pada sisi primer maupun sisi sekunder transformator
tenaga. Cara yang sama juga digunakan pada setting OCR.

2) Setting Waktu
Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat, selanjutnya digunakan untuk
menentukan nilai setting waktu kerja relay (TMS). Sama halnya dengan OCR, relay
GFR menggunakan rumus penyetingan TMS yang sama dengan relay OCR. Tetapi
waktu kerja relay yang diinginkan berbeda. Relay GFR cenderung lebih sensitive dari
pada relay OCR.
Untuk menentukan nilai TMS yang akan disetkan pada relay GFR sisi incoming 20
kV dan sisi 150 kV transformator tenaga diambil arus hubung singkat 1 fasa ke tanah.

C. Prinsip Dasar Perhitungan Setting Waktu


Untuk mendapatkan pengamanan yang selektif, maka setting waktunya dibuat secara
bertingkat. Untuk rumus yang digunakan menghitung Td (Time Dial) atau TMS
(Time Multiple Setting) adalah [4] :

Umumnya Td minimum diset 0,5 atau 1 untuk relay diseksi hilir dan seksi hulunya Td
diset pada nilai yang dapat memberikan t = 0,3 – 0,5 detik.

Berdasarkan standart IEEE 242, yaitu :

Waktu terbuka CB : 0,04 – 0,1 detik

Overtravel dari relay : 0,1 detik

Faktor keamanan : 0,12 – 0,22 detik

Untuk relay statis dan relay digital berbasis microprosesor overtravel time dari
relay dapat diabaikan. Sehingga total setting kelambatan waktu atau grading time
diperlukan adalah 0,2 – 0,4 detik.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/JTE/article/download/ID23621/20899/
VIII. Data Pengamatan
Tabel 4.1 Arus Hubung Singkat Pada Relay

3 -G
Lokasi HS
kA A kA A

1% 1,741 1741 0,307 307

25% 1,344 1344 0,303 303

50% 1,331 1331 0,303 303

75% 1,318 1318 0,303 303

100% 1,305 1305 0,0302 302

Tabel 4.2 Perhitungan Setting Relay Incoming


Incoming

Inom Rasio CT (Ampere) Time Iset Iset Standard


Pengaman Trafo Delay Primer Sekunder Inverse
(Ampere) (s) (Ampere) (Ampere)
Primer Sekunder TMS

OCR 454,6 2,273 0,149


433 1000 5 0,7
GFR 29 0,145 0,241

Tabel 4.3 Perhitungan Setting Relay Outgoing


Incoming

Inom Rasio CT (Ampere) Time Iset Iset Standard


Pengaman Trafo Delay Primer Sekunder Inverse
(Ampere) (s) (Ampere) (Ampere)
Primer Sekunder TMS

OCR 92,30 1,538 0,135


87,9 300 5 0,3
GFR 29 0,483 0,103
Tabel 4.4 Pemeriksaan Waktu Kerja Relay Standard Inverse

Relay di Incoming Relay di Outgoing


Lokasi HS
3 -G 3 -G

25% 0,87 0,70 0,33 0,30

50% 1,10 0,71 0,36 0,30

75% 1,38 0,71 0,40 0,31

100% 1,79 0,72 0,43 0,31

IX. Pengolahan Data


-
X. Analisa

Pada praktikum Analisa system Tenaga Listrik modul 4 yang berjudul


“Koordinasi Proteksi OCR dan GFR Pada Penyulang Distribusi” yang memiliki tujuan
untuk mempelajari koordinasi proteksi pada penyulang distribusi (OCR dan GFR) dan
Penyelidikan operasi rele-rele proteksi.

Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak


konsumen. Karena fungsinya maka keandalan menjadi sangat penting dan untuk itu
jaringan distribusi perlu diperlengkapi dengan alat pengaman. Salah satu peralatan
utama dalam sistem proteksi yang digunakan pada saluran distribusi adalah relay arus
lebih (Over Current Relay) dan relay gangguan tanah (Ground Fault Relay). Sistem
proteksi pada tenaga listrik merupakan suatu elemen yang penting dalam sistem tenaga
listrik. Karena memiliki fungsi sebagai pengaman dalam sistem tenaga listrik yang
terdiri dari pembangkitan, transmisi, dan distribusi daya listrik. Seperti yang diketahui
sering sekali terjadi gangguan pada suatu sistem tenaga listrik misalnya beban lebih,
terjadi arus hubung singkat, atau gangguan dari luar seperti petir.

Fungsi sistem proteksi adalah untuk mengamankan suatu sistem tenaga listrik
dengan cara mengetahui gangguan tersebut dan memisahkan bagian jaringan yang
terganggu dari bagian lain yang masih dalam keadaan normal untuk mengamankan
sistem keseluruhan dari kerusakan yang lebih parah atau kerugian yang lebih besar.
Fungsi dari sistem proteksi adalah Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi
kerusakan peralatan listrik akibat adanya gangguan (kondisi abnormal), Untuk
mempercepat mengamankan daerah yang terganggu sehingga efek gangguan menjadi
sekecil mungkin., Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang
tinggi kepada konsumen, Untuk melindungi manusia (terutama) terhadap bahaya yang
ditimbulkan oleh listrik Selain itu, terdapat beberapa persyaratan yang sangat perlu
diperhatikan dalam suatu. Adapun beberapa syarat perencanaan sistem proteksi yang
efektif , yaitu Selektif, Sensitif, Andal, Cepat. Selektif, yaitu mampu memisahkan
jaringan yang terganggu saja. Sensitif, yaitu mampu merasakan gangguan sekecil
apapun. Andal, yaitu akan bekerja bila diperlukan dan tidak akan bekerja bila tidak
diperlukan. Cepat, yaitu mampu bekerja secepatnya sesuai dengan permintaan
peralatan yang dilindunginya.
Relay arus lebih atau yang lebih dikenal dengan OCR (Over Current Relay )
merupakan peralatan yang mensinyalir adanya arus lebih, yang disebabkan oleh adanya
gangguan hubung singkat antar fasa. Relay ini bekerja berdasarkan adanya kenaikan
arus yang melebihi nilai arus dan waktu settingnya. Sedangkan Rele hubung tanah
yang lebih dikenal dengan GFR (Ground Fault Relay) pada dasarnya mempunyai
prinsip kerja yang sama dengan rele arus lebih (OCR) namun memiliki perbedaan
dalam kegunaannya. Bila rele OCR mendeteksi adanya hubungan singkat antara fasa,
maka GFR mendeteksi adanya hubung singkat ketanah. Perlu adanya suatu koordinasi
antara komponen penunjang sistem proteksi tersebut yang terdiri dari Over Current
Relay (OCR), dan Ground Fault Relay (GFR). Koordinasi ini bertujuan agar, disaat
salah satu busbar mengalami gangguan atau tidak adanya pengaman yang
mengamankan busbar tersebut, akan mengakibatkan adanya ketidakseimbangan yang
dirasakan oleh sistem dan dapat mengakibatkan kontinyuitas aliran daya dapat
terganggu. Sistem proteksi yang handal dapat segera mengantisipasi gangguan sedini
mungkin dan meminimalisir efek yang terjadi akibat gangguan.
XI. Kesimpulan
 Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak
konsumen. Karena fungsinya maka keandalan menjadi sangat penting dan
untuk itu jaringan distribusi perlu diperlengkapi dengan alat pengaman.
 Sistem proteksi pada tenaga listrik merupakan suatu elemen yang penting
dalam sistem tenaga listrik. Karena memiliki fungsi sebagai pengaman
dalam sistem tenaga listrik yang terdiri dari pembangkitan, transmisi, dan
distribusi daya listrik.
 Relay arus lebih atau yang lebih dikenal dengan OCR (Over Current Relay )
merupakan peralatan yang mensinyalir adanya arus lebih, yang disebabkan
oleh adanya gangguan hubung singkat antar fasa. Relay ini bekerja
berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi nilai arus dan waktu
settingnya.
 Rele hubung tanah yang lebih dikenal dengan GFR (Ground Fault Relay)
pada dasarnya mempunyai prinsip kerja yang sama dengan rele arus lebih
(OCR) namun memiliki perbedaan dalam kegunaannya. Bila rele OCR
mendeteksi adanya hubungan singkat antara fasa, maka GFR mendeteksi
adanya hubung singkat ketanah.
XI. REPORT
SS.0

4SI2

FkRS LsggLg

W I SY 97. 15
XII. Tugas Akhir

1. Bagaimana sistem koordinasi proteksi antara CT, Relay, dan CB ?


Relay memerlukan masukan berupa arus dari saluran yang diproteksi yang diperoleh melalui
trafo arus (CT), kemudian tugas Relay adalah untuk mengetahui (mendeteksi) adanya
gangguan tersebut lalu memrintahkan peralatan pemutus (CB) untuk mengisolasi peralatan
yang mengalami gangguan secara cepat.

2. Apa yang dimaksud dengan main protection dan backup protection pada sistem proteksi?
Main Protection adalah protection yang bekerja dahulu atau pertama. Apabila main protection
tidak mampu bekerja barulah backup protection yang bekerja.
3. Apa yang terjadi jika mengalami kegagalan koordinasi proteksi ?
Yang terjadi adalah gangguan pada suatu sisten tenaga listrik. pada umumnya berupa hubung
singkat (Short Circuit). Hubung singkat menyebabkan arus yang mengalir besarnya berlipat
kali arus normal dan mungkin pula disertai timbulnya busur api listrik (arcing). Keduanya akan
merusak peralatan listrik yang bersangkutan apabila terlambat dihentikan. Arus hubung singkat
yang besar juga membahayakan setiap peralatan yang dilalui

4. Mengapa arus hubung singkat terbesar terjadi di saluran 1% ?


Putra Munawardi
2018-11-109
MODUL 5

I. Judul
ANALISA KESTABILAN PERALIHAN (TRANSIENT STABILITY ANALYSIS)

II. Tujuan
1. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit dan transmisi saat terjadi kehilangan
pembangkit.
2. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit dan transmisi saat terjadi hubung singkat
pada saluran transmisi dalam selang waktu tertentu.
3. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit dan transmisi saat terjadi pelepasan beban
secara tiba-tiba.

III. Alat dan Perlengkapan


1. unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
IV. Teori Modul

Stabilitas adalah kemampuan sistem yang memiliki dua atau lebih mesin sinkron
untuk berpindah dari suatu kondisi steady-state karena adanya perubahan sistem ke kondisi
steady-state lainnya, maka sistem akan berubah dari kondisi lama ke kondisi baru. Periode
singkat antara dua kondisi itu disebut Kestabilan Peralihan (Transient Stability).

Suatu sistem tenaga listrik yang baik harus memenuhi beberapa syarat, seperti:
Reliability, Quality dan Stability.

1) Reliability adalah : Kemampuan suatu sistem untuk menyalurkan daya atau energi
secara terus menerus.
2) Quality adalah : Kemampuan sistem tenaga listrik untuk menghasilkan besaran-
besaran standart yang ditetapkan untuk tegangan dan frekuensi.
3) Stability adalah : Kemampuan dari sistem untuk kembali bekerja secara normal setelah
mengalami suatu gangguan.

Dalam sistem tenaga listrik yang baik maka ketiga syarat tersebut harusdipenuhi
yaitu sistem harus mampu memberi pasokan listrik secara terus menerus dengan standar
besaran untuk tegangan dan frekuensi sesuai dengan aturan yang berlaku dan harus
segera kembali normal bila sistem terkena gangguan.

A. Klasifikasi Kestabilan Sistem Tenaga Listrik


Kestabilan sistem tenaga listrik secara umum dapat dibagi menjadi tiga
macam kategori, yaitu: Angle Stability, Frequency stability dan Voltage stability.
Angle Stability yaitu kemampuan dari mesin-mesin sinkron yang saling
terkoneksi pada suatu sistem tenaga listrik untuk tetap dalam keadaan sinkron.
Frequency stability yaitu kemampuan dari suatu sistem tenaga untuk
mempertahankan kondisi steady state frekuensi akibat gangguan Sedangkan
Voltage Stability: yaitu kestabilan darisistem tenaga listrik untuk dapat
mempertahankan nilai tegangan yang masih dapat diterima saat terjadi
kontingensi atau gangguan.
1. Kestabilan Peralihan
Kestabilan peralihan (Transient Stability) adalah kemampuan sistem untuk
mencapai titik keseimbangan atau stabilitas setelah adanya perubahan besar
pada sistem yangmenyebabkan sistem sempat kehilangan stabilitasnya.
Kestabilan peralihan terjadi ketika teganganotomatis dan pengatur frekuensi
belum bekerja. Pengklasifikasian kestabilan dilakukan secara sistematis dan
berdasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu:
1) Ukuran dari gangguan.
2) Pemodelan yang tepat dan analisis gangguan yang spesifik.
3) Rentang waktu saat gangguan berlangsung.
4) Parameter sistem yang paling berpengaruh.

Transient Stability Assessment atau studi tentang kestabilan transien harus


dilakukan karena suatu sistem dapat dikatakan stabil pada kestabilan steady
state, namun belum tentu stabil pada kestabilan peralihan, sehingga studi ini
perlu dilakukan guna untuk mengetahui apakah sistem dapat bertahan saat
gangguan peralihan terjadi. Gangguan kestabilanperalihan dapat terjadi karena
beberapa faktor, yaitu :

1) Beban lebih akibat lepasnya satu generator dari sistem.


2) Hubungan singkat (short circuit).
3) Starting pada motor.
4) Pelepasan beban yang mendadak.

Persamaan Ayunan (Swing Equation)

Persamaan ayunan adalah persamaan yang mengatur gerakan rotor suatu mesin
serempak didasarkan pada prinsip dalam dinamika yang menyatakan:

”Momen putar percepatan (accellarating torque) adalah hasil kali momen


kelembaban (moment of inertia) rotor dan percepatan sudutnya”

Untuk generator serempak, persamaan ayunan ditulis:

𝑰 𝒅 𝟐𝜽𝒎 / 𝒅𝒕𝟐 = 𝑻𝒎 − 𝑻𝒆 = T

Dengan :

J = Momen inersia dari massa rotor (kg-m2 )

0m = Pergeseran sudut rotor terhadap sumbu yang stasioner (radian- mekanis) t=


Waktu (detik)
Tm = Momen putar mekanis atau poros (penggerak) yang diberikan oleh
penggerak mula dikurangi dengan momen putar perlambatan (retarding) yang
disebabkan oleh rugirugi perputaran (N-m)

Te = Momen putar elektris (N-m)

Jika Tm dan Te dianggap positif untuk generator serempak berarti bahwa Tm


adalah resultan momen putar poros yang mempunyai kecendrungan untuk
mempercepat rotor dalam arah 0m yang positif.

2. Kestabilan Frekuensi
Kestabilan ini berkaitan dengan kemampuan dari sistem untuk
mempertahankan kestabilan frekuensi akibat gangguan pada sistem yang
mengakibatkan ketidakseimbangan antara pembangkitan dan beban. Pada
umumnya masalah kestabilan frekuensi dikaitkan dengan ketidakmampuan dari
respons peralatan, koordinasi yang buruk pada peralatan kontrol dan peralatan
proteksi, atau kurangnya daya cadangan pembangkitan.

Selama terjadinya penyimpangan frekuensi, besarnya tegangan mungkin dapat


berubah dengan signifikan, terutama untuk kondisi islanding yang menggunakan
underfrequency load shedding untuk melepas bebannya. Perubahan nilai tegangan
yang mungkin prosentasenya lebih besar dari perubahan frekuensi dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan antara pembangkitan dan beban. Equilibrium
point (titik keseimbangan) antara suplai daya system dan beban harus
dipertahankan untuk menjaga system dari generator outage.

Klasifikasi kestabilan frekuensi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu jangka


panjang dan jangka pendek. Contoh fenomena jangka pendek untuk kestabilan
frekuensi adalah pada pembentukan undergenerated island dengan pelepasan
beban underfrequency yang tidak mencukupi, sehingga frekuensi menurun secara
tiba- tiba dan menyebabkan sistem mati total dalam durasi beberapa detik.
Sedangkan kestabilan frekuensi jangka panjang biasanya disebabkan oleh kontrol
governor tidak bekerja ketika terdapat gangguan. Rentang waktu fenomena jangka
panjang yaitu puluhan detik hingga beberapa menit.
3. Kestabilan Sudut Rotor
Kestabilan sudut rotor adalah kemampuan dari beberapa mesin sinkron yang
saling terinterkoneksi pada suatu sistem tenaga untuk mempertahankan kondisi
sinkron setelah terjadi gangguan. Kestabilan sudut rotor bergantung pada
kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan antara torsi elektromagnetik
dan mekanik pada mesin-mesin tersebut. Ketidakstabilan mengakibatkan
peningkatan kecepatan sudut yang berubah-ubah pada generator, yang akan
menyebabkan hilangnya sinkronisasi antar generator. Hal ini terjadi karena daya
output generator yang berubah sesuai dengan berubahnya rotor. Kestabilan sudut
rotor pada gangguan besar merupakan kemampuan sistem tenaga listrik untuk
mempertahankan sinkronisasi, salah satu contohnya adalah seperti hubungan
singkat pada saluran transmisi.

4. Kestabilan Tegangan
Kestabilan tegangan adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga listrik untuk
mempertahankan kestabilan tegangan pada semua bus dari sistem setelah
mengalami gangguan. Kestabilan tegangan bergantung pada kemampuan sistem
untuk mempertahankan kesetimbangan antara supply daya dari pembangkit dan
jumlah pembebanannya. Gangguan yang biasanya terjadi adalah lepasnya beban
secara tiba-tiba ataupun hilangnya sinkron dari salah satu pembangkit sehingga
tegangan menjadi turun secara drastis. Kestabilan tegangan menyangkut dengan
gangguan besar dan gangguan kecil dalam jangka waktu pendek maupun panjang.
Ketidakstabilan yang mungkin terjadi adalah terjadinya peningkatan atau jatuhnya
nilai tegangan pada beberapa bus pada sistem. Faktor utama yang menjadi
penyebab ketidakstabilan tegangan adalah ketidakmampuan dari sistem untuk
memenuhi kebutuhan daya reaktif beban.

Penurunan tegangan bus dapat juga dihubungkan dengan ketidakstabilan sudut


rotor. Contohnya, ketika terjadi loss of synchronism di antara dua grup mesin
akan mengakibatkan tegangan yang sangat rendah di tengah saluran sistem.

Kestabilan tegangan dikelompokkan menjadi dua macam, berdasarkan


gangguannya:

1) Kestabilan tegangan akibat gangguan besar.


2) Kestabilan tegangan akibat gangguan kecil.
Penambahan Beban Secara Tiba-Tiba

Penambahan beban pada suatu sistem tenaga listrik dapat mengakibatkan


timbulnya gangguan peralihan jika:

1. Jumlah beban melebihi batas kestabilan keadaan mantap untuk kondisi


tegangan dan reaktansi rangkaian tertentu.
2. Jika beban dinaikkan sampai terjadi osilasi, sehingga menyebabkan sistem
mengalami ayunan yang melebihi titik kritis yang tidak dapat kembali.

Apabila sistem tenaga listrik dilakukan pembebanan dengan beban penuh secara
tiba-tiba, maka arus yang diperlukan sangat besar akibatnya frekuensi sistem akan
turun dengan cepat. Pada kondisi demikian sistem akan keluar dari keadaan
sinkron walaupun besar beban belum mencapai batas kestabilan mantap yaitu
daya maksimumnya, Hal ini dikarenakan daya keluar elektris generator jauh
melampaui daya masukan mekanis generator atau daya yang dihasilkan
penggerak mula, dan kekurangan ini disuplai dengan berkurangnya energi kinetis
generator. Sehingga putaran generator turun atau frekuensi sistem turun, sudut
daya bertambah besar dan melampaui sudut kritisnya, akibatnya generator akan
lepas sinkron atau tidak stabil. Sesaat dilakukannya pembebanan tersebut, rotor
generator akan mengalami ayunan dan getaran yang besar.

Kestabilan Mantap

Kondisi kestabilan pada suatu sistem tenaga listrik bukan hanya akibat
dari kondisi peralihan seperti proses pemutusan akibat adanya gangguan, tetapi
meliputi aspek ketidakstabilan pada kondisi mantap. Bila terdapat sebuah mesin
(generator) dengan tegangan internal sebesar EG dihubungkan dengan sistem tak
hingga (infinite bus) dengan tegangan Ei melalui saluran transmisi dan
rangkaian.

Besaran tersebut merupakan batas kestabilan mantap, sehingga pengiriman daya


yang lebih besar dari Pmax akan menyebabkan mesin tersebut keluar dari sistem.
Berdasar pada model diatas, terdapat 3 karakteristik listrik yang mempengaruhi
kestabilan, yaitu:

1. Tegangan internal generator,


2. Reaktansi antara mesin generator dengan bus tak hingga
3. Tegangan pada bus tak hingga.

Dengan demikian, makin tingginya tegangan internal generator, dan makin


rendahnya reaktansi sistem dan generator, akan mengakibatkan daya yang dapat
ditransfer akan makin tinggi.
V. Langkah Percobaan
1. Buatlah one line diagram dengan susunan seperti gambar di bawah ini !
VI. Gambar Rangkaian
VII. Teori Tambahan

Stabilitas Dalam Sistem Tenaga Listrik

Dalam keadaan operasi yang stabil dari sistem tenaga listrik, terdapat
keseimbangan antara daya input mekanis pada prime mover dengan daya output listrik
(beban listrik) pada sistem tenaga listrik. Dalam keadaan ini semua generator berputar
pada kecepatan sinkron. Hal ini terjadi bila setiap kenaikan dan penurunan beban harus
diikuti dengan perubahan daya input mekanik pada prime mover dari generator
generator tersebut. Bila daya input mekanik tidak cepat mengikuti dengan perubahan
beban dan rugi rugi sistem maka kecepatan rotor generator ( Frekwensi System ) dan
tegangan akan menyimpang dari keadaan normal terutama jika terjadi gangguan , maka
sesaat terjadi perbedaan yang besar antara daya input mekanik dan daya output listrik
dari generator . Kelebihan daya mekanik terhadap daya listrik mengakibatkan
percepatan pada putaran rotor generator atau sebaliknya, bila gangguan tersebut tidak
dihilangkan segera maka percepatan (acceleration ) dan perlambatan ( decceleration )
putaran rotor generator akan mengakibatkan hilangnya sinkronisasi dalam sistem
tenaga listrik. Stabilitas sistem tenaga listrik adalah suatu kemampuan sistem tenaga
listrik atau bagian komponennya untuk mempertahankan sinkronisasi dan
keseimbangan dalam sistem.

Dinamika Rotor Dan Persamaan Ayunan.

Persamaan yang mengatur gerakan rotor suatu mesin serempak didasarkan pada
prinsip dasar dinamika yang menyatakan bahwa momen putar percepatan (accelerating
torque ) adalah hasil kali dari momen momen kelembaman ( momn of inersia ) rotor
dan percepatan sudutnya. Momen putar mekanik dan momen putar elektris dianggap
positif untuk generator serempak. Ini berarti bahwa adalah resultan momen putar poros
yang mempunyai kecenderungan untuk mempercepat rotor dalam arah putaran yang
positif. Untuk generator yang bekerja dalam keadaan tetap dan adalah sama, sedangkan
momen putar sama dengan nol. Penggerak mulanya mungkin berupa turbin air atau
turbin uap dan untuk masing masing turbin sudah ada model dengan bermacam macam
tingkat kesulitan untuk melakukan pengaurh pada putaran rotor generator tersebut.
Kestabilan Transien Sistem Tenaga

Arus yang mengalir pada sebuah generator ac atau motor serempak


bergantung pada besarnya tegangan yang dibangkitkan, pada sudut fasa tegangan
dalam (internal) relatif terhadap sudut fasa tegangan dalam pada semua mesin lain
yang ada pada sistem, dan pada karakteristik jaringan dan beban.

Sudut fasa tegangan-dalam tergantung pada posisi relatif rotor-rotor mesin.


Jika keadaan serempak dari generator-generator pada suatu sistem tidak dipelihara,
sudut fasa dari tegangan-dalamnya akan selalu berubah-ubah satu terhadap yang
lainnya, dan keadaan ini tidak akan memungkinkan pengoprasian yang baik. Sudut
fasa tegangan- dalam pada mesin-mesin serempak dapat tetap konstan hanya jika
kecepatan semua mesin tetap konstan, yaitu sama dengan kecepatan yang sesuai
dengan frekuensi fasor acuan. Jika beban pada salah satu generator atau pada
keseluruhan sistem berubah, arus yang mengalir pada generator atau pada
keseluruhan sistem yang berubah. Jika perubahan arus tidak menyebabkan
perubahan pada besarnya tegangan-dalam mesin, sudut fasa tegangan-dalam harus
berubah. Jadi perubahan sesaat pada kecepatan diperlukan untuk mendapatkan
pengaturan sudut fasa tegangan yang satu terhadap yang lain, karena sudut fasa
ditentukan oleh posisi relatif rotor-rotornya. Jika mesin-mesin sudah
menyesuaikan diri masing-masing pada sudut fasa yang baru, atau jika suatu
gangguan yang mengakibatkan perubahan sesaat pada kecepatan sudah ditiadakan,
mesin-mesin tersebut harus kembali beroperasi pada kecepatan serempak. Jika
salah satu mesin tidak tetap serempak dengan keseluruhan sistem, terjadilah arus
sirkulasi
(circulating current) yang besar. Dalam suatu sistem yang dirancang cukup baik,
beroprasinya relei dan pemutus arus akan melepaskan mesin ini dari keseluruhan
sistem. Masalah kestabilan adalah masalah pemeliharaan keadaan serempak dari
generator- generator dan motor-motor dalam suatu sistem, studi kestabilan
terbagi dalam studi untuk kondisi keadaan-tetap dan kondisi peralihan.

Kestabilan transien adalah kemampuan dari sistem tenaga untuk


mempertahankan sinkronisme ketika terjadi gangguan transien yang besar. Respon
sistem yang dihasilkan menyangkut sudut rotor generator dan dipengaruhi oleh
hubungan sudut daya yang tidak linier. Kestabilan tergantung pada kondisi awal
operasi sistem dan tingkat dari gangguan tersebut. Biasanya sistem tersebut akan
diubah setelah terjadi gangguan kondisi stabil berbeda dari sebelum terjadi
gangguan.

Gangguan secara luas dengan berbagai tingkat kerusakan dan kemungkinan


dapat terjadi pada sistem. Sistem ini dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa
untuk menjadi stabil pada set yang kemungkinan sudah dipilih. Kemungkinan yang
biasanya dipertimbangkan adalah hubung singkat fasa-fasa, fasa-fasa-tanah,
atau tiga fasa. Biasanya terjadi pada sistem transmisi, tetapi dapat juga terjadi
pada bus dan transformator, gangguan biasanya diatasi dengan pemutusan oleh
circuit breaker untuk mengamankan peralatan.

Pada Gambar 2.2 mengilustrasikan kondisi mesin sinkron dalam keadaan


stabil dan tidak stabil, ini memperlihatkan respon dari sudut rotor pada kondisi stabil
dan tidak stabil. Pada kasus pertama sudut rotor meningkat mejadi maksimum,
kemudian menurun dan berosilasi dengan penurunan amplitude hingga mencapai
kondisi yang stabil. Pada kasus ke-2 sudut rotor terus meningkat sampai kehilangan
sinkron. Ketidak stabilan ini merupakan ketidak stabilan ayunan pertama
disebabkan tidak cukupnya torsi sinkronisasi. Pada kasus ke-3 sistem stabil pada
ayunan pertama tapi menjadi tidak stabil akibat dari meningkatnya osilasi pada
kondisi akhir.
Dinamika Rotor dan Persamaan Ayunan

Masalah kestabilan peralihan dapat lebih lanjut dibagi kedalam soal-soal


kestabilan ayunan pertama (first swing) dan ayunan majemuk (multi swing),
kestabilan ayunan-pertama didasarkan pada model generator yang cukup
sederhana tanpa memasukkan sistem pengaturannya, biasanya perioda waktu yang
diselidiki adalah detik pertama setelah timbulnya gangguan pada sistem. Bila mesin
sistem didapatkan tetap dalam kondisi serempak sebelum berakhirnya detik pertama,
kita katakan bahwa sistem itu stabil. Masalah kestabilan ayunan- majemuk mencakup
perioda telaah yang lebih lama dan karenanya harus mempertimbangkan juga
pengaruh sistem pengaturan generator terhadap perilaku (performance) mesin
didalam perioda waktu yang cukup lama.

Persamaan yang mengatur gerakan rotor suatu mesin serempak didasarkan


pada prinsip dasar dalam dinamika yang menyatakan bahwa momen-putar
percepatan (accelerating torque) adalah hasil kali dari momen-kelambanan (moment
of inertia) rotor dan percepatan sudutnya, momen-putar mekanis Tm dan momen
elektris Te dianggap positif untuk generator serempak. Ini berarti bahwa Tm
adalah resultan momen putar poros yang mempunyai kecenderungan untuk
mempercepat rotor dalam arah perputaran θm yang positif.

http://journals.ukitoraja.ac.id/index.php/dynamicsaint/article/download/426/348

http://repository.unib.ac.id/9195/2/I%2CII%2CIII.II-14-puj-FT.pdf
VIII. Data Pengamatan
 Kehilangan Pembangkit

Tabel 5.1 Kondisi Gen1 Saat Kehilangan Pembangkit


Daya Daya Kec.
Waktu Tegangan Frekuensi Sudut Daya
NO Aktif Reaktif Rotor
(s) (kV) (Hz) Relatif (Degree)
(kW) (kVar) (RPM)

Tabel 5.2 Kondisi Line5 Saat Kehilangan Pembangkit


Daya Daya
Waktu Tegangan Frekuensi
NO Aktif Reaktif
(s) (kV) (Hz)
(kW) (kVar)
 Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi
Tabel 5.3 Kondisi Gen1 saat Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi
Daya Daya Kec.
Waktu Tegangan Frekuensi Sudut Daya
NO Aktif Reaktif Rotor
(s) (kV) (Hz) Relatif (Degree)
(kW) (kVar) (RPM)

Tabel 5.4 Kondisi Line1 Saat Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi
Daya Daya
Waktu Tegangan Frekuensi
NO Aktif Reaktif
(s) (kV) (Hz)
(kW) (kVar)

 Pelepasan Beban
Tabel 5.5 Kondisi Gen1 Saat Pelepasan Beban
Daya Daya Kec.
Waktu Tegangan Frekuensi Sudut Daya
NO Aktif Reaktif Rotor
(s) (kV) (Hz) Relatif (Degree)
(kW) (kVar) (RPM)
Tabel 5.6 Kondisi Line1 Saat Pelepasan Beban
Daya Daya
Waktu Tegangan Frekuensi
NO Aktif Reaktif
(s) (kV) (Hz)
(kW) (kVar)

IX. Pengolahan Data


-
X. Analisa

Pada praktikum analisisa sistem tenaga listrik modul 5 yang berjudul analisisa
kestabilan peralihan ( Transient Stability Analysis ) yang memiliki tujuan untuk
menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit dan transmisi saat terjadi kehilangan
pembangkit , kemudian menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit dan transmisi
saat terjadi hubung singkat pada saluran transmisi dalam selang waktu tertentu serta
menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit dan transmisi saat terjadi pelepasan
beban secara tiba-tiba . Stabilitas adalah kemampuan sistem yang memiliki dua atau lebih
mesin sinkron untuk berpindah dari suatu kondisi steady-state karena adanya perubahan
sistem ke kondisi steady-state lainnya, maka sistem akan berubah dari kondisi lama ke
kondisi baru. Periode singkat antara dua kondisi itu disebut Kestabilan Peralihan
(Transient Stability).

Kestabilan transien adalah kemampuan sistem untuk mencapai titik keseimbangan


atau stabilitas setelah adanya perubahan besar pada sistem yang menyebabkan sistem
sempat kehilangan stabilitasnya. Suatu sistem tenaga listrik yang baik harus memenuhi
beberapa syarat, seperti : Reliability, Quality dan Stability. Reliability adalah
Kemampuan suatu sistem untuk menyalurkan daya atau energi secara terus menerus.
Quality adalah Kemampuan sistem tenaga listrik untuk menghasilkan besaran-besaran
standart yang ditetapkan untuk tegangan dan frekuensi. Stability adalah Kemampuan
dari sistem untuk kembali bekerja secara normal setelah mengalami suatu gangguan.

Kestabilan sistem tenaga listrik secara umum dapat dibagi menjadi tiga macam
kategori, yaitu: Angle Stability, Frequency stability dan Voltage stability. Angle Stability
yaitu kemampuan dari mesin-mesin sinkron yang saling terkoneksi pada suatu sistem
tenaga listrik untuk tetap dalam keadaan sinkron. Frequency stability yaitu kemampuan
dari suatu sistem tenaga untuk mempertahankan kondisi steady state frekuensi akibat
gangguan Sedangkan Voltage Stability: yaitu kestabilan darisistem tenaga listrik untuk
dapat mempertahankan nilai tegangan yang masih dapat diterima saat terjadi kontingensi
atau gangguan.Kestabilan peralihan (Transient Stability) adalah kemampuan sistem untuk
mencapai titik keseimbangan atau stabilitas setelah adanya perubahan besar pada sistem
yangmenyebabkan sistem sempat kehilangan stabilitasnya.
Kestabilan peralihan terjadi ketika teganganotomatis dan pengatur frekuensi
belum bekerja. Pengklasifikasian kestabilan dilakukan secara sistematis dan berdasarkan
pada beberapa pertimbangan, yaitu Ukuran dari gangguan. Pemodelan yang tepat dan
analisis gangguan yang spesifik. Rentang waktu saat gangguan berlangsung.Parameter
sistem yang paling berpengaruh.

Transient Stability Assessment atau studi tentang kestabilan transien harus


dilakukan karena suatu sistem dapat dikatakan stabil pada kestabilan steady state, namun
belum tentu stabil pada kestabilan peralihan, sehingga studi ini perlu dilakukan guna
untuk mengetahui apakah sistem dapat bertahan saat gangguan peralihan terjadi.
Gangguan kestabilan peralihan dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu Beban lebih
akibat lepasnya satu generator dari sistem, Lalu Hubungan singkat (short circuit),
Kemudian Starting pada motor, Serta Pelepasan beban yang mendadak.

Analisis kestabilan biasanya digolongkan dalam tiga jenis , tergantung pada sifat
dan besarnya gangguan yaitu yang pertama kestabilan keadaan tetap ( steady state
stability)
, yang kedua ada kestabilan dinamis (dinamic stability) , yang ketiga ada kestabilan
peralihan ( Transient Stability). Kestabilan keadaan tetap ( steady state Stability)
bagaimana suatu sistem itu masih bisa menjaga kestabilannya yang dimana dia masih
disekitaran kondisi steady statenya . Kestabilan dinamis ( dinamic stability) ini
merupakan kestabilan keadaan tetap yang berlangsung lama jadi pembangkit harus
dinamis , jenis tiap waktu suplai harus mengikuti perubahan yang ada . Kestabilan
peralihan ( Transient Stability) adalah kestabilan untuk gangguan yang besar berbeda
dengan kestabilan keadaan tetap dan kestabilan keadaan dinamis karena keduanya itu
masih gangguan yang kecil .

Kemudian Klasifikasi Stabilitas sistem tenaga berdasarkan paper IEEE definition


and classification of power system stability, kestabilan sistem tenaga listrik dibagi
menjadi tiga kategori , yaitu : kestabilan sudut rotor , kestabilan frekuensi , kestabilan
tegangan. Kestabilan sudut rotor adalah kemampuan dari beberapa mesin sinkron yang
saling terinterkoneksi pada suatu sistem tenaga untuk mempertahankan kondisi sinkron
setelah terjadi gangguan. Kestabilan sudut rotor bergantung pada kemampuan untuk
mempertahankan keseimbangan antara torsi elektromagnetik dan mekanik pada mesin-
mesin tersebut. Kestabilan Frekuensi berkaitan dengan kemampuan dari sistem untuk
mempertahankan kestabilan frekuensi akibat gangguan pada sistem yang mengakibatkan
ketidakseimbangan antara pembangkitan dan beban. Pada umumnya masalah kestabilan
frekuensi dikaitkan dengan ketidakmampuan dari respons peralatan, koordinasi yang
buruk
pada peralatan kontrol dan peralatan proteksi, atau kurangnya daya cadangan
pembangkitan.

Klasifikasi kestabilan frekuensi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu jangka


panjang dan jangka pendek. Contoh fenomena jangka pendek untuk kestabilan frekuensi
adalah pada pembentukan undergenerated island dengan pelepasan beban underfrequency
yang tidak mencukupi, sehingga frekuensi menurun secara tiba-tiba dan menyebabkan
sistem mati total dalam durasi beberapa detik. Sedangkan kestabilan frekuensi jangka
panjang biasanya disebabkan oleh kontrol governor tidak bekerja ketika terdapat
gangguan. Rentang waktu fenomena jangka panjang yaitu puluhan detik hingga beberapa
menit. Kestabilan tegangan adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga listrik untuk
mempertahankan kestabilan tegangan pada semua bus dari sistem setelah mengalami
gangguan. Kestabilan tegangan bergantung pada kemampuan sistem untuk
mempertahankan kesetimbangan antara supply daya dari pembangkit dan jumlah
pembebanannya. Faktor utama yang menjadi penyebab ketidakstabilan tegangan adalah
ketidakmampuan dari sistem untuk memenuhi kebutuhan daya reaktif beban. Kestabilan
tegangan dikelompokkan menjadi dua macam, berdasarkan gangguannya yaitu
Kestabilan tegangan akibat gangguan besar dan Kestabilan tegangan akibat gangguan
kecil.

Kondisi kestabilan pada suatu sistem tenaga listrik bukan hanya akibat dari
kondisi peralihan seperti proses pemutusan akibat adanya gangguan, tetapi meliputi aspek
ketidakstabilan pada kondisi mantap. Bila terdapat sebuah mesin (generator) dengan
tegangan internal sebesar EG dihubungkan dengan sistem tak hingga (infinite bus)
dengan tegangan Ei melalui saluran transmisi dan rangkaian. Terdapat 3 karakteristik
listrik yang mempengaruhi kestabilan, yaitu Tegangan internal generator, Reaktansi
antara mesin generator dengan bus tak hingga, Tegangan pada bus tak hingga. Dengan
demikian, makin tingginya tegangan internal generator, dan makin rendahnya reaktansi
sistem dan generator, akan mengakibatkan daya yang dapat ditransfer akan makin tinggi.
XI. Kesimpulan

 Stabilitas adalah kemampuan sistem yang memiliki dua atau lebih mesin
sinkron untuk berpindah dari suatu kondisi steady-state karena adanya
perubahan sistem ke kondisi steady-state lainnya, maka sistem akan berubah
dari kondisi lama ke kondisi baru.
 Kestabilan transien adalah kemampuan sistem untuk mencapai titik
keseimbangan atau stabilitas setelah adanya perubahan besar pada sistem yang
menyebabkan sistem sempat kehilangan stabilitasnya.
 Kestabilan sistem tenaga listrik secara umum dapat dibagi menjadi tiga macam
kategori, yaitu: Angle Stability, Frequency stability dan Voltage stability
 Gangguan kestabilan peralihan dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu
Beban lebih akibat lepasnya satu generator dari sistem, Lalu Hubungan singkat
(short circuit), Kemudian Starting pada motor, Serta Pelepasan beban yang
mendadak.
 Analisis kestabilan biasanya digolongkan dalam tiga jenis , tergantung pada
sifat dan besarnya gangguan yaitu yang pertama kestabilan keadaan tetap
( steady state stability) , yang kedua ada kestabilan dinamis (dinamic stability) ,
yang ketiga ada kestabilan peralihan ( Transient Stability).
 Klasifikasi Stabilitas sistem tenaga berdasarkan paper IEEE definition and
classification of power system stability, kestabilan sistem tenaga listrik dibagi
menjadi tiga kategori , yaitu : kestabilan sudut rotor , kestabilan frekuensi ,
kestabilan tegangan.
XI. REPORT
XII. Tugas Akhir

1. Apa yang menyebabkan terjadinya permasalahan kestabilan transient ?

2. Apa akibatnya apabila terjadi permasalahan kestabilan transient dalam sistem


tenaga listrik ?

3. Apabila terjadi gangguan pada sistem tenaga, terjadi perubahan pada frekuensi.
Jelaskan cara untuk mengatur frekuensi sistem agar dapat kembali ke kondisi operasi
normal !

4. Saat terjadi kehilangan pembangkit, mengapa frekuensi sistem tidak dapat kembali
ke kondisi semula ? Jelaskan !

5. Saat terjadi gangguan hubung singkat, mengapa frekuensi sistem dapat kembali ke
kondisi semula ? Jelaskan !

6. Saat terjadi pelepasan beban, mengapa tegangan sistem naik secara tiba-tiba ? Jelaskan !

7. Saat terjadi kehilangan pembangkit, mengapa tegangan sistem turun secara tiba-tiba ? Jelaskan

Anda mungkin juga menyukai