Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Bakteri bacillus subtillis

Tabel 1. Pewarnaan Gram

No Pengamatan Pewarnaan Gram

1. Nama Bakteri Bacillus Subtillis

2. Bentuk Basil

3. Warna Ungu

Karena bakteri gram positif ialah bakteri yang men


gikat warna utama kristal violet dengan kuat sehing
ga tidak dapat dilunturkan oleh peluntur dan tidak
4. Keterangan diwarnai lagi oleh zat warna lawan (Safranin) pew
arnaan ini dilakukan untuk menentukan jenis pewa
rnaan bakteri gram positif atau pewarnaan bakteri g
ram negatif
Gambar 2. Bakteri Staphylococcus aureus

Tabel 2. Pewarnaan Sederhana

No Pengamatan Pewarnaan Sederhana

1. Nama Bakteri Staphylococcus aureus

2. Bentuk Bulat

3. Warna Ungu

Bakteri yang didapatkan adalah bakteri staphyloco


ccus aureus dengan bentuk bulat (Coccus) lalu war
4. Keterangan
na yang muncul adalah warna ungu, karena reagen
yang digunakan hanya satu yaitu methylene blue

B. Pembahasan

Pengamatan pewarnaan gram yang dilakukan pada bakteri positif. Warna ungu dari bakteri B
acillus subtilis muncul akibat dinding selnya mampu mempertahankan zat warna kristal viole
t, selanjutnya pada pengamatan Escherichia coli terlihat bahwa bakteri tersebut menunjukkan
warna merah yang berarti Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif. Hal tersebut dipe
rkuat dengan menyatakan bahwa bakteri Escherichia coli merupakan bakteri batang gram neg
atif, tidak berspora, dan berbentuk flagel peritrik. Yang menunjukkan warna merah dan berart
i bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif. Pada pengamatan Stophylococcus aureus t
eramati menunjukkan warna ungu yang berarti bakteri tersebut merupakan bakteri gram posit
if. Pengamatan ini sejalan dengan persyaratan SNI yaitu bakteri Stophylococcus aureus meru
pakan bakteri gram positif yang banyak menyerang manusia maupun hewan mamalia lainnya.

Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satu macam zat warna dengan t
ujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi dan susunan s
elnya pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basah pada umumnya antara lain kristal
violet, metylen blue, karbol, fuchsin, dan safranin. Pewarnaan sederhana merupakan teknik p
ewarnaan yang paling banyak digunakan. Sederhana karena hanya menggunakan satu jenis za
t warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pe
warnaan pewarnaan sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka dengan basah). Z
at-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalon. Adanya
pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarnaan basa
h yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karb
ol fuehsin yang mana perwarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan. Ber
bagai macam tipe morfologi bakteri (fokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan
dengan menggunakan pewarnaan sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan
satu macam satu warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan pewarna
an sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warn
a yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromofo
riknya bermuatan positif).

Proses sterilisasi sangat penting dibutuhkan sebelum mulai maupun mengakhiri sebuah pekerj
aan di dalam laboratorium dengan menggunakan teknik aseptik. Alkohol 70% yang disemprot
kan pada tangan, kaca preparat dan meja, bahkan tangan pun sebelumnya harus dicuci dengan
sabun terlebih dahulu. Hal tersebut berfungsi untuk membunuh mikroorganisme yang tak diin
ginkan agar mendapatkan pengukuran yang akurat.

Pada proses pewarnaan sederhana, harus jelas objek yang bersih. Pembersihan ini dilakukan s
upaya gelas objek bebas lemak dan debu. Pembersihan biasanya menggunakan alkohol. Setel
ah dicuci kemudian diberi satu tetes aquades pada permukaan gelas objek. Kultur bakteri mur
ni diambil dan ratakan di atas kaca objek. Pengambilan kultur bakteri tidak diambil terlalu ba
nyak, jika terlalu banyak akan sulit diratakan dan apabila kultur bakteri tidak dapat diratakan
tipis-tipis maka bakteri akan tertimbun hal ini akan mengakibatkan pemeriksaan bentuknya sa
tu persatu menjadi tidak jelas. Apabila sudah kering. Dilakukan fiksasi dengan cara melewatk
an di atasnya lapi. Proses fiksasi dilakukan supaya bakteri benar-benar melekat pada kaca obj
ek sehingga olesan bakteri tidak akan terhapus apabila dilakukan pencucian. Yang perlu diper
hatikan dalam proses fiksasi adalah bidang yang mengandung bakteri dijaga agar tidak terken
a nyala api.

Setelah dilakukan fiksasi kemudian ditetesi dengan larutan gram A (methylene blue) sebanyak
1 - 2 tetes dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian dicuci dengan air mengalir dan dibiarkan
sampai kering dengan cara dianginkan dan menggunakan tisu untuk mengeringkan bagian ba
wah objek gelas. Pencucian dengan air bertujuan untuk mengurangi kelebihan zat warna dari
methylene blue.

Kemudian preparat dikeringkan dengan cara diangin-anginkan lalu dilakukan pengamatan di


bawah mikroskop. Pada koloni bakteri setelah mendapatkan lapang pandang. Kemudian men
ambahkan minyak imersi pada perbesaran 100 kali bertujuan untuk membiaskan cahaya dari
medium udara dan medium kaca dengan pembiasan yang mendekati garis normal agar bakteri
lebih sangat mudah untuk diamati, dan terlihat lebih jelas, pada sputum perbesaran 10 kali dil
akukan untuk menghitung jumlah epitelnya jika kurang dari 25 adalah sputum dan jika lebih
dari 25 adalah saliva.

Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut s
ederhana karena hanya menggunakan satu jenis satu warna untuk mewarnai kebanyakan bakt
eri mudah bereaksi dengan pewarnaan sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suk
a dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat
alkolin. Pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarn
aan basah yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana iyalah methylene blue, kristal vi
olet, dan karbol fuehsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pe
warnaan. Berbagai macam tipe morfologi bakteri (fokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dap
at dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya
digunakan satu macam satu warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna
pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan satu
warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kro
moforiknya bermuatan positif).berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pewarnaan sede
rhana digunakan dua sampel antara lain sputum (dahak), koloni bakteri dan swab. Sampai sep
utung ditemukan bakteri berbentuk bulat (Coccus) dan batang (Basil) sedangkan pada sampel
koloni bakteri (E.Coli) dan sampai luka terdapat bakteri berbentuk batang (basil).

Anda mungkin juga menyukai