Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang
khas, termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air,
dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk melihat dan mengamati
bentuk sel bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit,sehingga untuk diidentifikasi ialah dengan
metode pengecatan atau pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah
diamati. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui
reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Oleh karena itu teknik pewarnaan
sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi.

Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya.
Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme. Zat
warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya
dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan strukur seperti spora,
flagela, dan bahan inklusi yng mengandung zat pati dan granula fosfat.

Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri
itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka
dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah
diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling
utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.

2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan bakteri ?
b. Apa yang dimaksud dengan perwarnaan bakteri ?
c. Apa Apa saja macam macam pewarnaan bakteri ?
d. Bagimana prosedur kerja pewarnaan bakteri

1
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian bakteri
b. Untuk mengetahui pengertian pewarnaan bakteri
c. Untuk mengetahui Macam macam pewarnaan bakteri
d. Untuk mengetahui prosedur kerja pewarnaan bakteri

4. Manfaat
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian bakteri
b. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian pewarnaan bakteri
c. Agar mahasiswa mampu mengetahui macam macam pewarnaan bakteri
d. Agar mahasiswa mampu mengetahui prosedur kerja pewarnaan bakteri

2
BAB III
PEMBAHASAN

1. Definisi Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme yang sangat sederhana yang tidak bernukleus dan
sifatnya berbeda dengan organisme yang mempunyai inti sel. selain itu bakteri merupakan
organisme yang sangat kecil (yang berukuran mikroscopis) akibatnya pada mikroskop tidak
tampak jelas dan sukar untuk melihat morfologinya maka dari itu dilakukan pewarnaan bakteri
yang biasa disebut pengenceran baketri. pada umumnya larutan-larutan zat warna yang
digunakan adalah larutan encer yang lebih dari satu persen.

2. Pewarnaan Bakteri
Pewarnaan bakteri pada umumnya bertujuan untuk mempermudah dalam pengamatan
morfologi bakteri dengan bantuan mikroskop. Bakteri umumnya tidak berwarna dan hampir
tidak terlihat karena kurang kontras dengan air dimana mereka mungkin berada. Pewarnaan
sangat dibutuhkan untuk melihat bakteri dengan sangat jelas baik untuk pengamatan
intraseluler maupun morfologi keseluruhan. Pewarnaan terhadap bakteri secara garis besar,
dibagi menjadi dua, yaitu:

2.1. Pewarnaan Bakteri Hidup


Pewarnaan bakteri hidup dilakukan dengan menggunakan bahan warna yang
tidak toksis tetapi jarang dikerjakan karena bakteri hidup sukar menyerap warna.
Pewarnaan bakteri hidup dilakukan untuk melihat pergerakan bakteri, serta
pemeriksaannya dilakukan dengan menggunakan tetes gantung (hanging drop)

2.2. Pewarnaan Bakteri Mati


Pewarnaan terhadap bakteri yang telah dimatikan disebut fixed state.
Pewarnaan bakteri mati bertujuan untuk melihat struktur luar bahkan struktur dalam
bakteri, memperjelas ukuran bakteri dan melihat reaksi bakteri terhadap pewarna yang
diberikan sehingga dapat diketahui sifat-sifat fisik dan kimia dari bakteri tersebut.

3
3. Macam - Macam Pewarnaan bakteri
3.1. Pewarnaan Diferensial
Pewarnaan Diferensial adalah teknik pewarnaan yang dilakukan untuk
mengetahui perebedaan antara sel-sel dari tiap-tiap mikroba. Pewarnaan diferensial
menggunakan dua pewarna atau lebih. contoh :

3.1.1. Pewarnaan Tahan Asam


Beberapa spesies bakteri pada genus Mycobacterium, Cryptosporidium dan
Nocardia tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederhana. Namun,
mikroorganisme ini dapat diwarnai dengan menggunakan Karbol Fuchsin yang
dipanaskan. Panas membuat pewarna dapat terserap oleh sel bakteri karena panas
dapat menghilangkan lapisan lilin pada dinding sel bakteri. Sekali bakteri tahan
asam menyerap karbol fuchsin, maka akan sangat sulit untuk dilunturkan dengan
asam-alkohol, oleh karena itu merka disebut bakteri tahan asam.

Bakteri tahan asam memiliki kadar lemak (asam mycolic) yang tinggi pada
dinding sel mereka. Pada pewarnaan bakteri asam menggunakan metode Ziehl-
Neelsen (juga disebut Hot Stain), bakteri tahan asam akan berwarna merah karena
menyerap pewarna karbol fuchsin yang dipanaskan, karena pada saat pemanasan
dinding sel bakteri yang memiliki banyak lemak membuka sehingga pewarna
dapat terserap. Namun tidak dapat dilunturkan dengan asam alkohol karena pada
saat suhu normal lemak pada dinding sel bakteri kembali menutup, sehingga ketika
diwarnai dengan pewarna tandingan, yaitu Methylene Blue, warnanya tetap merah.

Berbeda dengan bakteri tidak tahan asam, ia akan menyerap pewarna


tandingan yaitu methylene blue sehingga berwarna biru. Pada metode Kinyoun-
Gabbet, tidak perlu dilakukan pemanasan, maka dari itu metode Kinyoun-Gabbet
juga disebut Cold Stain. Metode Kinyoun-Gabbet tidak perlu dilakukan dengan
pemanasan karena pada pewarna Kinyoun terdapat alkali fuchsin dengan
konsentrasi yang tinggi, sehingga walau tanpa pemanasan dapat menghilangkan
lapisan lilin pada dinding sel bakteri tahan asam.

Komposisi Kinyoun antara lain: alkali fuchsin, fenol, alkohol 95%, dan
aquades. Sebagai pewarna tandingan adalah Gabbet, yang memiliki komposisi
4
antara lain : methylene blue, asam sulfat 96%, alkohol murni, dan aquades. Sama
seperti pada metode Ziehl-Neelsen, bakteri tahan asam akan berwarna merah,
sedangkan bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru.

3.1.2. PEWARNAAN BAKTERI TAHAN ASAM (BTA)


Pewarna BTAada 4 macam
1. Pewarna ziehl Neelsen
2. Pewarna kinyoun Gabbett
3. Auranim-Phenol Fluorochrom
Yang termasuk bakteri tahan asam (BTA)
1. Mycobacterium tuberculosis
2. Mycobacterium leprae
3. Saprolphil usus

3.1.2.1 Menurut Ziehl Neelsen


Bakteri genus mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada
dinding selnya mengandung banyak zat lipoid (lemak) sehingga bersifat
permiable dengan pewarnaan biasa. Bakteri tersebut bersifat tahan asam (+)
terhadapa pewarnaan tahan asam. Pewarnaan tahan asam dapat digunakan untuk
membantu menegakkan diagnosa tuberkulosis. Pewarnaan tahan asam
menggunakan larutan ziehl-Neelsen A (cat karbol fuchsin), Ziehl-Neelsen B
(alkohol asam :HCL 3% dalam metanol 95%) dan ziehl neelsen C (cat biru
metilen). Hasil pewarnaan maka bakteri tahan asam akan berwarna merah dan
bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru.

1. Reagensia :
1. Larutan Zat warna karbol fukhsin 0,3%
2. Larutan Hc1 Alkohol 3%
3. Oil imersi
4. Methylen blue 0,0%

5
2. Alat alat :
1. Mikroskop
2. Ose bulat
3. Objek glass
4. Lampu spirtus
5. Hand skun
6. Masker
7. Pingset
8. Paper lens
9. Tissue

3. sampel :
Dahak /Sputum

4. Cara kerja
Cara Membuat Sediaan:
1. Bersihkan objek gelas, beri label
2. Sterilkan ose, dinginkan
3. Ambil 1 ose sputum yang kental (hijau kuning) letakkan diatas objek
gelas,ratakan.
4. Sediaan biarkan kering pada suhu kamar.
5. Setelah kering fiksasi denga melewatkkan diatas nyala api sebanyak 3 x,
sediaan siap untuk diwarnai.

Cara Pewarnaan ZN:


1. Sediaan dituangi Carbol Fuchsin sampai penuh
2. Panaskan selama 3-5 menit, jangan sampai mendidih
3. Biarkan dingin selama 5 menit, cuci dengan air
4. Dekolorisasi dengan alkohol asam 10-30 detik, cuci dengan air
5. Tuangi dengan methylen blue selama 20-30 detik, cuci dengan air

6
Cara pemeriksaan BTA dari sputum dengan oil imersi
1. Teteskan oil imersi pada sediaan sputum lihat pada pembesaran lensa
objektif 100x carilah BTA yang berbentuk batang warna merah.
2. Periksa dengan cara mengeser dan membentuk zig zag dari atas kebawah
kemudian ulangi dengan berlawanan arah.

Negatif: apabila tidak ditemukan BTA.


Positif: apabila terdapat 1 9 BTA / 100 lapang pandang.
Positif 1: apabila terdapat 10 90 BTA / 100 lapang pandang.
Positif 2: apabila terdapat 1 9 BTA / 1 lapang pandang.
Positif 3: apabila terdapat > 10 BTA / 1 lapang pandang.

7
5. Kesimpulan
Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan
kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok
bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat
warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan alkohol asam.
Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak
tahan asam karena larutan pemucat akan melakukan fuksin karbol dengan
cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah penambahan cat warna
kedua bakteri tidak tahan asam berwarna biru

3.1.3. Menurut Kinyoun Gabbet


Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak
yang sukar ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan kadar cat yang tinggi
maka lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu
pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali. Pada
pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada
bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue.
Cara Kerja :
Dibuat sediaan kuman dan difiksasi.
Diwarnai dengan Kinyoun selama 3 menit
Sediaan dicuci dengan air.
Diwarnai dengan Gabbet selama 1 menit.
Dicuci dan dikeringkan
Diperiksa di bawah mikroskop.
Sediaan yang telah diperiksa kemudian direndam dengan xylol selama
15-30 menit, lalu disimpan dalam kotak sediaan.

Interpretasi hasil : BTA : warna merah dan Non BTA : warna biru

8
3.2. Pewarnaan Khusus
Pewarnaan struktural ditujukan untuk melihat bagian tertentu bakteri. Yang
termasuk dalam pewarnaan struktural ialah :

3.2.1. Pewarnaan Spora


Ada dua genus bakteri yang dapat membentuk endospora, yaitu genus
Bacillus dan genus Clostridium. Strukturspora yang terbentuk di dalam tubuh
vegetatif bakteri disebut sebagai endospora (endo=dalam, spora=spora) yaitu
spora yang terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa
endospora merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan dinding yang
mengalami penebalan serta memiliki beberapa lapisan tambahan. Dengan
adanya kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri tersebut dapat bertahan
pada kondisi yang ekstrim.

Menurut Pelczar (1986) bakteri yang dapat membentuk endospore ini


dapat hidup dan mengalami tahapan-tahapan pertumbuhan sampai beberapa
generasi, dan spora terbentuk melalui sintesis protoplasma baru di dalam
sitoplasma sel vegetatifnya.

Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora bakteri


diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora.
Contoh dari pewarnaan yang dimaksudkan tersebut adalah dengan penggunaan
larutan Hijau Malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel vegetatif
juga diwarnai dengan larutan Safranin 0,5% sehingga sel vegetatif ini berwarna
merah, sedangkan spora berwarna hijau.

Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi
spora di dalam tubuh sel vegetatif juga dapat diidentifikasi. Namun ada juga zat
warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya
melibatkan proses pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan zat
warna tersebut sehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke
dalam dinding pelindung spora bakteri.

9
Beberapa zat warna yang telah disebutkan di atas, dapat mewarnai
spora bakteri, tidak lepas dari sifat kimiawi dinding spora itu sendiri. Semua
spora bakteri mengandung asam dupikolinat, yang mana subtansi ini tidak dapat
ditemui pada sel vegetatif bakteri, atau dapat dikatakan, senyawa ini khas
dimiliki oleh spora. Dalam proses pewarnaan, sifat senyawa inilah (asam
dupikolinat) yang kemudian dimanfaatkan untuk diwarnai menggunakan
pewarna tertentu, dalam hal ini larutan hijau malakit. Sedangkan menurut
Pelczar (1986), selain subtansi di atas, dalam spora bakteri juga terdapat
kompleks Ca2+ dan asam dipikolinan peptidoglikan.

Terdapat beberapa metode pewarnaan spora bakteri, diantaranya yaitu


metode Schaeffer-Fulton dan metode Dorner. Pada metode Schaeffer-fulton,
pewarna yang digunakan adalah hijau malaksit dan safranin, sedangkan pada
metode Dorner, pewarna yang digunakan adalah carbol fuchsin yang dipanaskan
dan negrosin.

3.2.2. PEWARNAAN SPORA

Tujuan : Untuk melihat spora pada bakteri

Metode : 1.) Klein

2.)Schaeffer dan Fulton

Dasar Teori :

Spora bakteri (endospora) tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa,


diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan Klein adalah pewarnaan spora
yang paling banyak digunakan.

Endospora sulit diwarnai dengan metode Gram. Untuk pewarnaan


endspores, perlu dilakukan pemanasan supaya cat malachite hijau bisa masuk
ke dalam spora , seperti halnya pada pewarnaan Basil Tahan Asam dimana cat
carbol fuschsin harus dipanaskan untuk bisa menembus lapisan lilin asam
mycolic dari Mycobacterium

10
Alat & Bahan :

1.) Metode Klein

1. suspensi kuman
2. Object Glass
3. Ose
4. Pinset
5. lampu spirtus
6. oil immercy
7. mikroskop

Larutan warna yang diperlukan ialah:

1. Carbolfuchsin Ziehl Neelsen.


2. Methylen biru 1%.
3. Asam sulfat 1%.

CARA KERJA :

1. siapkan object glass yang kering dan bebas lemak


2. teteskan suspensi kuman
3. keringkan dengan lampu spirtus
4. teteskan asam sulafat selama 3 detik.
5. cuci dengan air mengalir
6. teteskan methylen blue selama 3 menit
7. buang sisa methylen blue
8. lalu cuci dengan air mengalir
9. keringkan dengan kertas saring
10. periksa di mikroskop di pembesaran 100 x

11
HASIL PENGAMATAN :

1.) Metode Klein

Vegetatif bewarna biru, spora batang basil, susunan rantai, spora


merah, letak spora central

2.)Metode Schaeffer dan Fulton

Alat Dan Bahan

1. suspensi kuman
2. ose
3. Object glass
4. pinset
5. lampu spirtus
6. oil immercy
7. mikroskop

Larutan-larutan yang diperlukan:

1. Larutan Malachiet hijau 5% dalam aquadest. (sesudah dibuat biarkan


dahulu jam, kemudian disaring, baru dapat dipakai).
2. Larutan Safranin 0,5% dalam aquadest.

12
CARA KERJA :

1. Buat sediaan dari suspensi kuman yang akan diperiksa, keringkan,


kemudian fiksasi di atas api 3x.
2. Tetesi dengan larutan Malachiethijau 5%, uapkan perlahan-lahan,
biarkan menguap 1 menit.
3. Cuci dengan air kran, kemudianbubuhi dengan larutan Safranin
0,5% selama 1 menit.
4. Cuci lagi dengan air, kemudian keringkan dengan kertas saring,
periksa dengan mikroskop.

HASIL PENGAMATAN :

Metode Schaeffer fulton

vegetatif merah, spora batnang basil, susunan rantai, spora hijau, letak
spora central

13
3.2.2. Pewarnaan Kapsul
Beberapa jenis bakteri mengeluarkan bahan-bahan yang amat berlendir dan
lengket pada permukaan selnya, dan melengkungi dinding sel. Bila bahan berlendir
tersebut kompak dan tampak sebagai suatu bentuk yang pasti ( bundar/lonjong) maka
disebut kapsul, tetapi bila bentuknya tidak teratur dan kurang menempel dengan
erat pada sel bakteri disebut selaput lendir.

Kapsul dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tapi dapat berfungsi
sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis (baik dalam tubuh
inang maupun dialam bebas) atau perlindungan terhadap dehidrasi. Kemampuan
menghasilkan kapsul merupakan sifat genetis, tetapi produksinya sangat dipengaruhi
oleh komposisi medium tempat ditumbuhkannya sel-sel yang bersangkutan.
Komposisi medium juga dapat mempengaruhi ukuran kapsul.

Ukuran kapsul berbeda-beda menurut jenis bakterinya dan juga dapat berbeda
diantara jalur-jalur yang berlainan dalam satu spesies. Pada beberapa jenis bakteri
adanya kapsul sebagai petunjuk virulensi. Semua kapsul bakteri tampaknya dapat
larut dalam air. Komposisi kimiawi kapsul ada yang berupa glukosa (misalnya
dektrosa pada leokonostok mesendteroides), polimer gula amino (misalnya asam
hialuronat pada Staphylococcus piogenik), polipeptida (misalnya polimer asam D-
glutamat pada Bacillus antraksis) atau kompleks polisakarida, dan glikoprotein (
misalnya B disentri).

Pewarnaan kapsul tidak dapat dilakukan sebagaimana melakukan pewarnaan


sederhana, pewarnaan kapsul dilakukan dengan menggabungkan prosedur
dari pewarnaan sederhana dan pewarnaan negatif. Masalahnya adalah ketika kita
memanaskan prepat dengan suhu yang sangat tinggi kapsul akan hancur, sedangakan
apabila kita tidak melakukan pemanasan pada preparat, bakteri akan tidak dapat
menempel dengan erat dan dapat hilang ketika kita mencuci preparat. Pewarnaan
kapsul menggunakan pewarna Kristal Violet dan sebagai pelunturnya adalah
Copper Sulfate.

14
Kristal violet memberikan warna ungu gelap terhadap sel bakteri dan kapsul.
Namun kapsul bersifat nonionic, sehingga pewarna utama tidak dapat meresap
dengan kuat pada kapsul bakteri. Copper sulfate bertindak sebagai peluntur sekaligus
counterstain, sehingga mengubah warna yang sebelumnya ungu gelap menjadi biru
muda atau pink. Maka dari itu pada pewarnaan kapsul, kapsul akan transparan
sedangakan sel bakteri dan latar belakangnya akan berwarna biru muda atau pink.

3.2.2.1 Pewarnaan Kapsul Metode Burry

Tujuan : untuk mengetahui adanya kapsul dalam bakteri

Prinsip : Sel bakteri akan berwarna merah/biru sesuai dengan


warna yang diberikan. Kapsul akan berwarna transparan/
tidak berwarna dengan latar belakang hitam. Jika bakter
berkapsul dicat menggunakan pengecatan metode burry.

Alat dan Bahan :

1. Sampel bakteri
2. Objek glass
3. Ohse bulat
4. Rak pengecatan
5. Tinta cina
6. Cat gram D
7. Spirtus dan pembakar spirtus
8. Mikroskop
9. Minyak imersi

Cara Kerja

A. Pembuatan Preparat

1. Siapkan objek glass bersih, kering, bebas lemak dan sterilkan


diatas nyala api.
2. Tulis kode sampel pada bagian belakang objek glass
3. Teteskan tinta cina di ujung kanan objek glass
4. Sterilkan ohse diatas pembakar spirtus

15
5. Ambil 2-3 ohse sampel bakteri campur dengan tetesan tinta
cina tadi lalu dihomogenkan, aseptis.
6. Tempelkan sisi objek glass yang lain kemudian gesekkan ke
samping kiri
7. kering anginkan, fiksasi 3x diatas pembakar spirtus

B. Pengecatan

1. Genangi preparat dengan gram D selama 3-5 menit


2. Buang sisa cat, cuci dengan air mengalir, kering anginkan
3. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000x dengan
imersi oil

Hasil :

Bentuk : batang

Susunan : tersebar

Warna sel : merah

Cat : burry

Reaksi cat : -

Organelle : kapsul

Warna organelle : transparan

Background : hitam

16
Hasil :

Kesimpulan : Dalam sampel ditemukan bakteri batang dan berkapsul

Pembahasan :

Semua bakteri membentuk kapsula, tetapi hanya ada beberapa spesies


bakteri yang kapsulnya cukup tebal dan mudah diamati dengan mikroskop
setelah diadakan pengecatan.

Kapsul mudah diwarnai dengan kombinasi pengecatan negatif dan


pengecatan sederhana. Misal : pengecatan kapsul menurut Burry Giems.

17
3.2.3. Pewarnaan Granulla
Ada beberapa metode pewarnaan granula, diantaranya adalah Loeffler, Albert
dan Neisser. Dari ketiga metode tersebut, metode yang sering digunakan adalah
metode Neisser, sedangkan metode Albert dan Loeffler kurang popular karena tidak
diajarkan pada praktikum mikrobiologi. Tetapi, pewarnaan metode Albert sering
dibahas pada buku-buku terbitan WHO. Granula metakromatik disebut jga granula
volutin. Granula metakromatik tidak hanya ditemukan pada Corynebacterium
diphteriae tetapi juga di beberapa bakteri selain bakteri tersebut, fungi, algae, dan
protozoa.
Granula metakromatik mengandung polifosfat, asam ribonukleat, dan protein.
Granula metakromatik sangat mungkin mempunyai fungsi sebagai sumber cadangan
energi. Metode Neisser menggunakan pewarna neisser A, neisser B, dan neisser
C. Neisser A mengandung biru metilen, alkohol 96%, asam pekat dan aquades.
Neisser B mengandung kristal violet, alkohol 96%, dan aquades. Sedangkan neisser
C mengandung crysoidine dan aquades. Pada metode neisser, granula bakteri
berwarna biru gelap atau biru hitam (warna dari neisser A ditambah neisser B),
sedangkan sitoplasma bakteri berwarna kuning kecoklatan (warna dari neisser C).

3.2.3.1. pewarnaan neisser

langkah-langkah pengecetannya:

1. Sebagai bahan cat disediakan tiga macam larutan, yaitu:

A. Neisser A isinya methylen blue


B. Neisser B isinya gentian violet
C. Neisser C isinya chrysoidin (berwarna kuning)

2. Untuk pengecetan pertama digunakan larutan A dan B yang dicampur


sesaat sebelum pengecatan dalam perbandingan dua bagian larutan A
dengan satu bagian larutan B. Lama pengecatan adalah setengah menit

3. Setelah campuran tersebut dibuang preparat dibilas dengan larutan dan


larutan ini didiamkan di atas film preparat selama - 1 menit, kemudian
dikeringkan dengan kertas saring.

18
4. Selain itu, untuk menonjolkan granula metakromatik ini dapat pula
dilakukan pengecetan Albert, yaitu:

5. Preparat dicat dengan larutan cat menurut Albert selama 3-5 menit

6. Setelah dicuci dengan air, preparat disiram dengan larutan iodium


(menurut Gram) dan ditunggu satu menit. kemudian dicuci kembali
dengan air dan dikeringkan dengan kertas saring.

Hasil Pengecetan:
Pada pengecetan Neisser: Granula berwarna biru-hitam, sitoplasma
berwarna kuning (krisoidin) atau tengguli/kecoklat-coklatan (Bismarck
brown)

Semua bakteri Gram negatif tidak tahan asam, sedangkan bakteri Gram
positif ada yang tahan asam dan ada yang tidak tahan asam

Di dalam sitoplasma dapat ditemukan granula metakhromatikyang terdiri


atas volutin,granula glikogen serta granula lemak. Granula metakhromatik
sering ditemukan pada jenis-jenis kuman patogen tertentu dan berbentuk
khas untuk kuman tersebut. Di dalam sitoplasma dapat ditemukan granula
metakhromatik yang tersebut di dalam sediaan mikroskopik..
Pewarnaan Granula dapat dilakukan dengan metode selain Neisser yaitu :
1. Metode Alberts
2. Metode Much Weis (Mycobacterium tuberculose).

ALAT
1. ose
2. object glass
3. lampu spirtus
4. zat warna Albert 1 dan Albert 2
5. mikroskop
6. kertas saring/hisap

19
BAHAN
1. suspensi bakteri
2. oil immercy
3. NEISSER A
4. NEISSER B
5. NEISSER C

CARA KERJA
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Pembuatan sediaan
Bersihkan obyek glass dengan kapas. Bebaskan dari lemak
dengan cara melewatkan di atas lampu spiritus sampai terlihat uap air
menghilang. Tunggu sampai dingin (3 menit). Tetesi sedikit formalin.
Ambil spesimen kapas lidi dari usapan tenggorok, usapkan merata pada
obyek glass yang ada formalin secara melingkar 1-1,5 cm. Tunggu
sampai cukup kering.

3. Fiksasi
Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan di atas lampu
spiritus (jarak api dengan obyek glass 10-15 cm) beberapa kali, sampai
sediaan menjadi kering tetapi tidak sampai terlalu panas agar bentuk
dan susunan bakteri tidak rusak karena panas. Pada tahap ini sediaan
siap dicat.

4. Pengecatan
1. Genangi sediaan dengan campuran cat Neisser A dan Neisser B
(perbandingan 2:1) selama 0,5 menit.
2. Cuci dengan Neisser C dengan posisi preparat miring sampai cat
Neisser A dan B hilang.
3. Genangi dengan cat Neisser C selama 3 menit.
4. Buang larutan cat tanpa dicuci.
5. Keringkan dengan menghisap cat menggunakan kertas saring.
6. Biarkan dalam udara kamar dengan posisi miring sampai kering.

20
7. Lakukan pemeriksaan di bawah mikroskop dengan pembesan
100x

HASIL PENGAMATAN

KET:
1.Badan bakteri hijau kebiruan
2. Granula bakteri biru kehitaman

PEMBAHASAN
Bakteri golongan Diphterie, poolkarrelnya ungu kehitaman dengan
badan bakteri berwarna coklat atau kekuningan biasanya ditemukan dengan
berbagai susunan yang menyerupai huruf V, L atau Y
Hasil pengecatan Neisser hanya bersifat diagnosa sementara, untuk
kepastian diagnosa dilakukan kultur dan tes virulensi baik secara invivo
maupun invitro. Kultur Corynebacterium diphteriae. Spesimen ditanam
pada media Loffler Serum, inkubasi 37C selama 24 jam

Koloni pada media Loffler Serum dicat Nesser kemudian ditanam pada
media CTBA inkubasi 37C selama 24 jam. Koloni yang tumbuh dimurnikan
pada Loffler Serum, inkubasi 37C selama 24 jam. Lanjutkan penanaman
Biokimia Reaksi untuk penentuan tipe (Gravis, Intermedius & Mitis).

21
3.2.3.2. Metode Albert
Tujuan
Untuk melihat granula kuman, dengan metode Albert
Dasar Teori
Di antara bakteri bentuk batang Gram positif, ada yang di dalam
selnya ditemukan granula polifosfat yang disebut juga granula
metakromatik atau volutin bodies. granula ini bersifat kromofil dan
metakromatik yang berarti mempunyai aktivitas kuat terhadap zat-zat
warna, dan seringkali tampak lain dari zat warna yang diberikan. Berikut
adalah langkah-langkah pengecetannya:

1. Sebagai bahan cat disediakan tiga macam larutan, yaitu:

1. Neisser A isinya methylen blue


2. Neisser B isinya gentian violet
3. Neisser C isinya chrysoidin (berwarna kuning)

2. Untuk pengecetan pertama digunakan larutan A dan B yang dicampur


sesaat sebelum pengecatan dalam perbandingan dua bagian larutan A
dengan satu bagian larutan B. Lama pengecatan adalah setengah menit

3. Setelah campuran tersebut dibuang preparat dibilas dengan larutan dan


larutan ini didiamkan di atas film preparat selama - 1 menit, kemudian
dikeringkan dengan kertas saring.

Selain itu, untuk menonjolkan granula metakromatik ini dapat pula


dilakukan pengecetan Albert, yaitu:

Preparat dicat dengan larutan cat menurut Albert selama 3-5 menit

Setelah dicuci dengan air, preparat disiram dengan larutan iodium


(menurut Gram) dan ditunggu satu menit. kemudian dicuci kembali dengan
air dan dikeringkan dengan kertas saring.

22
Hasil Pengecetan:

Pada pengecetan Albert: Granula berwarna biru-hitam,


sitoplasma hijau

Di dalam sitoplasma dapat ditemukan granula


metakhromatikyang terdiri atas volutin,granula glikogen serta granula
lemak. Granula metakhromatik sering ditemukan pada jenis-jenis
kuman patogen tertentu dan berbentuk khas untuk kuman tersebut. Di
dalam sitoplasma dapat ditemukan granula metakhromatik yang
tersebut di dalam sediaan mikroskopik.

Misalnya kuman difteri mempunyai granula metakhromatik


karena bila diwarnai dalam sediaan, granula tersebut akan berwarna
lain dari pada zat warna yang digunakan. Misalnya bila diwarnai
sediaan kuman difteri dengan zat warna biru metilen,granula Babes-
Ernst akan berwarna coklat tua. Pada spesies kuman tertentu, granula
metakhromatik terletak pada tempat-tempat khas di dalam sel kuman.

Disamping material nukleus, sitoplasma bakteri mungkin


mengandung inklusi sel-kepingan-kepingan kecil material yang tidak
menjadi bagian utuh struktur sel. Butiran khusus ini yang rupanya
bertindak sebagai sumber fosfat dan energi disebut butiran
metakromat karena akan menyerap warna merah apabila diwarnai
dengan biru metilen. Butiran metakromat disebut juga kolektif
volutin.
Pewarnaan Granula dapat dilakukan dengan metode selain Neisser
yaitu :
1. Metode Alberts
2. Metode Much Weis (Mycobacterium tuberculose).

23
ALAT & BAHAN :

1. ose

2. object glass

3. suspensi kuman

4. lampu spirtus

5. zat warna Albetr 1 dan Albert 2

6. mikroskop

7. kertas saring/hisap

8. oil immercy

CARA KERJA :

1. Siapkan object glass bersih dan bebas lemak

2. Teteskan suspensi kuman pada object glass

3. Keringkan di udara

4. Tuangkan larutan warna albert 1 selama kurang lebih


5 menit

5. Larutan warna albert di buang (jangan dicuci)

6. Tambahkan larutan albert 2 selama 1 menit

7. Kemudian buang sisa zat warna

8. Cuci dibawah air mengalir

9. Keringkan preparat dengan kertas saring/hisap

10. Amati di bawah mikrosokop dengan pembesaran 100


x

24
HASIL PENGAMATAN :

KESIMPULAN :

Bentuk bakteri batang/basil, warna biru hitam/ ungu tua,


susunan seperti lengkungan, huruf "I", , huruf "X", dan huruf "V"

25
BAB III

PENUTUP

1. Kesipulan

Dari makalah diatas kita dapat mengetahui cara cara pewarnaan bakteri,Jenis
bakterinya dari prosedur pewarnaan Bakteri Tahan Asam(BTA),Sora,Kapsul,dan
Granulanya

2. Saran
1. Jika melakukan pewarnaan atau pemeriksaan bakteri APD harus selalu
digunakan
2. Jaga kebersihan dan kerapihan alat dan laboratorium agar tidak tercemar
oleh bakteri lain
3. Sterilkan alat alat yang telah di gunakan

26
DAFTAR PUSTAKA

Darkuni, Noviar. 2001. Mikrobiologi(Bakteriologi, Virologi dan Mikologi). Malang: UM Press.

Dwidjoseputro. 1998. Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Hadioetomo, Ratna S.1990.Mikrobiologi Dasar dalam Praktek Teknik dan prosedur


laboratorium.Jakarta: Gramedia

Hastuti, Sri Utami. 2002. Penuntun Kegiatan Mikrobiologi. Malang:UM Press.

Kusnadi. 2003. Mikrobiologi. Bandung: JICA IMSTEP.

Pelczar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press.

Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: DIRJEN DIKTI Proyek Pengembangan LPTK

http http://mediblock.blogspot.co.id/2012/10/pratktikum-mikrobiologi-1-pewarnaan.

html://analisbantul.blogspot.co.id/2012/09/pewarnaan-bta-bakteri-tahan-asam.html

http://labmikrobiologi.blogspot.co.id/2012/02/pewarnaan-negatif-pewarnaan-burry.html

Waluyo,Lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. UMM. Malang

Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga

Suryawirya. 200 Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: PT. Garaemedia

27
Tryana, S.T.2008 Dasar Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan

Anonyomous: // makalh dan skripsi. Blogspot.com/2010/26 pewarnaan. Html pewarnaan

Anonim, 1989, Bakteriologi Umum , Departemen Kesehatan RI : Jakarta

http://Sharing-analiskesehatan.Blogspot.co.id/2013/06/pemeriksaan-basil-tahan-asam-bta.html

Campbell, Recce, Mitchell, 2003 Biologi, Erlangga, Jakarta

Karuniawati, A., E. Risdiyani, S. Nilawati, Prawoto, Y. Rosana, B. Alisyabana, L. Parwati,


Wia Melia, T. M. Sudiro, 2005, Perbandingan Tan Thiam Hok, Zienhl Neelsen dan
Fluorokrom Sebagai Metode Pewarnaan Basil. Tahan Asam Untuk Pemeriksaan Mikroskopik
Sputum, Makara Kesehatan, Vol. 9, Nol. 1.

Dwidjoseputro, D.2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: PT Penerbit Djambatan.

Jawetz, E., Joseph Melnick&Edward Aldeberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran,


diterjemahkan oleh Edi Nugroho dan R. F Maulany.jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pelczar, M J.dan E.C.S Chan.1986.Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 1Jakarta: UI Press.

Razali, U. 1987. Mikrobiologi Dasar.Jatinagor:FMIPA UNPAD.

Volk, W.A dan Margaret Fwheeler.1988.Mikrobiologi Dasar, diterjemahkan oleh: Markham,


M.sc.Jakarta: Erlangga..

28
Kata Penutup

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangya rujukan dan referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

29

Anda mungkin juga menyukai