STOIKIOMETRI
Kompetensi mahasiswa:
1. Mahasiswa mampu memahami konsep mol
2. Mahasiswa mampu memahami hitungan kimia
3. Mahasiswa mampu memahami hukum-hukum kimia
Tolok ukur:
1. Mahasiswa mampu mengubah satuan materi
2. Mahasiswa mampu menyelesaikan perhitungan kimia
3. Mahasiswa mampu menjelaskan hukum-hukum kimia
Cabang ilmu kimia yang membahas hubungan berat antara unsur-unsur dan
senyawa dalam reaksi kimia disebut stoikiometri. Karena larutan air begitu lazim
digunakan dalam bidang analisis kuantitatif, disini akan ditinjau ulang metode-
metode yang digunkan untuk menyatakan banyaknya zat terlarut dalam larutan
dan perhitungan stoikiometri yang melibatkan larutan.
Mol definisikan sebagai banyaknya zat yang mengandung partikel dalam 12 gram
12
nuklida karbon-12 isotop C . Satuan nyata itu dapat berupa atom, molekul, ion,
6
9
avogadro, maka 1 mol zat apa saja mengandung 6,023 x 1023 partikel elementer.
Jika partikel itu molekul, berat dalam gram dari satu mol zat disebut berat gram-
molekul (biasanya disingkat berat molekul). Jadi berat gram-molekul H2 adalah
2,016 gr dan mengandung 6,023 x 1023 molekul H2. jika partikel elementernya
atom, berat dalam gram dari 1 mol zat itu disebut berat gram-atom (biasanya
disingkat berat atom). Berat gram-atom tembaga adalah 63,54 gram dan
mengandung 6,023 x 1023 atom Cu.
Berat ekivalen suatu zat disebut suatu ekuivalen, tepat sama seperti berat molekul
disebut mol. Berat ekuivalen dan berat molekul dihubungkan dengan persamaan:
BM
grek
n
dengan n adalah jumlah mol ion hydrogen, elektron atau kation univalen yang
diberikan atau diikat oleh zat yang bereaksi itu.
10
Perlu diperhatikan bahwa banyak senyawa yang mengalami lebih dari satu reaksi
tunggal dan karenanya dapat mempunyai lebih dari satu berat ekuivalen. Misalnya
ion permanganate dapat mengalami reaksi berikut:
Berat ekuivalen garam permanganat, seperti KMnO4, adalah berat molekul dibagi
1, 3, 4 atau 5, bergantung pada reaksi tersebut diatas terjadi.
Penyelesaian.
Dengan menggunakan mol:
Mula-mula dapat dicata bahawa diperlukan 2 mol NaOH untuk tiap mol
H3PO4. Karena itu untuk menyamakan mol (menyusun suatu
persamaan), akan ditulis:
2 x mol H3PO4 = mol NaOH
60,0 g
Mol NaOH = 1,50
40,0 g / mol
Mol H3PO4 = 0,750
11
Ekuivalen H3PO4 = ekuivalen NaOH
Ekuivalen NaOH = 60,0 gr/40,0 gr/eg = 1,50
Tampak bahwa banyaknya ekuivalen H3PO4 yuang diperlukan adalah
dua kali banyaknya mol, tetapi berat satu mol dua kali berat satu
ekuivalen. Karena itu:
Gram H3PO4 = 0,750 mol mol x 98,0 g/mol = 73,5
Atau
Gram H3PO4 = 1,50 ek x 98,0/2 g/ek = 73,5
Contoh II.2 Hitunglah berat ekuivalen SO3 yang digunakan sebagai asam dalam
larutan air.
Penyelesaian.
SO3 adalah anhidrida asam sulfat, H2SO4. Apabila asam ini dititrasi
dengan suatu basa kuat, asam ini akan memberikan dua proton:
SO3 + H2O → H2SO4 → 2H+ + SO42-
Karena itu 1 mol SO3 berkewajiban memberikan 2 mol H+ dan
BM 80,06
BE =
2 2
BE = 40,03 g/ek
Berat ekuivalen H2SO4juga setengah berat molekul, 98,07/2 = 49,04
g/ek
Contoh II.3 Hitunglah berat ekuivalen Na2C2O4, zat pereduksi dan K2Cr2O7, zat
pengoksidasi dalam reaksi berikut:
3C2O42- + Cr2O72- + 14H+ → 2Cr3+ + 6CO2 + 7H2O
Penyelesaian:
Banyaknya electron yang diperoleh atau diberikan dapat ditetapkan dari
perubahan bilangan oksidasi atau reaksi-paruh. Reaksi paruhnya adalah:
C2O42- → 2CO2 + 2e
Cr2O72- + 14H+ + 6e → 2Cr3+ + 7H2O
12
Ion oksalat memberikan dua electron dan ion kromat memperoleh enam
electron. Jadi berat ekuivalennya adalah
BM 134,0
Na2C2O4: 67,00 g / ek
2 2
BM 294,2
K2Cr2O7: 49,03g / ek
6 6
Contoh II.4 Hitunglah berat ekuivalen AgNO3 dan BaCl2 dalam reaksi
2Ag+ + BaCl2 → 2AgCl(s) + Ba2+
Penyelesaian.
Satu mol perak nitrat memberikan 1 mol kation univalent, Ag+; 1 mol
BaCl2 bereaksi dengan 2 mol Ag+. Karena itu:
BM 169,9
BE AgNO3 = 169,9 g / ek
1 1
BM 208,2
BE BACl2 = 104,1g / ek
2 2
II. 3 Massa Atom Relatif (Ar) Dan Massa Molekul Relatif (Mr)
Dari percobaan diketahui bahwa perbandingan massa hidrogen dan oksigen dalam
air adalah 1 banding 8. Satu molekul air mengandung dua atom hidrogen dan satu
atom oksigen. Maka:
massa 2 atom H : massa atom O = 2 : 16
massa 1 atom H : massa atom O = 0,5 : 8
massa atom H banding massa atom O = 1 : 16
Jadi, satu atom oksigen 16 kali lebih besar daripada satu atom hidrogen.
Dengan cara yang sama, dapat ditentukan perbandingan massa atom unsur yang
satu dengan massa atom unsur yang lain. Perbandingan tersebut disebut massa
atom relatif, yaitu perbandingan massa suatu atom unsur dengan satu atom
pembanding. Pada awalnya, atom hidrogen dipilih sebagai atom pembanding,
karena atom hidrogen adalah atom yang paling kecil.
13
Seiring dengan ditemukannya spektroskopi massa, atom pembanding ditetapkan
menjadi isotop C-12. Massa atom relatif (Ar) dari masing-masing atom dapat
dilihat pada sistem periodik unsur. Contoh massa atom relatif (Ar) dari beberapa
unsur adalah sebagai berikut:
Tabel II.1 Contoh daftar nama unsur dan harga berat atomnya
Nama Unsur Ar Nama Unsur Ar
C 12 Na 23
H 1 Cl 35,5
O 16 S 32
N 14 Fe 56
Penentuan berat molekul (BM) atau Mr dapat dilakukan melalui penjumlahan Ar.
𝑀𝑟 = 𝐴𝑟
14
Gambar II.1 Konversi mol
Rumus kimia (juga disebut rumus molekul) adalah cara ringkas memberikan informasi
mengenai perbandingan atom-atom yang menyusun suatu senyawa kimia tertentu,
menggunakan sebaris simbol zat kimia, nomor, dan kadang-kadang simbol yang lain juga,
seperti tanda kurung, kurung siku, dan tanda plus (+) dan minus (-). Jenis paling sederhana
dari rumus kimia adalah rumus empiris, yang hanya menggunakan huruf dan angka.
Rumus molekul dan rumus empiris suatu senyawa ada kalanya sama, tetapi kebanyakan
tidak sama. Rumus empiris dihitung dengan cara gram atau persen berat masing-masing
senyawa penyusun dibagi dengan berat atom (Ar) masing-masing; diperoleh perbandingan
mol terkecil dari unsur penyusun senyawa.
Contoh II.1 Suatu senyawa organik dengan BM = 90 tersusun dari 40% karbon, 6,6%
hidrogen dan sisanya oksigen (C=12, H=1, O=16). Tentukan rumus molekul
senyawa tersebut?
15
Penyelesaian.
C = 40%, H = 6,6%, O = 53,4%
Mol C : mol H : mol O = 40/12 : 6,6/1 : 53,4/16
= 3,3 : 6,6 : 3,3 = 1 : 2 : 1
Rumus empirisnya CH2O
(CH2O) n = 90
30 x n = 90
n = 3
Rumus molekulnya adalah C3H6O3
Dalam suatu reaksi kimia biasa dikenal istilah pereaksi pembatas. Pereaksi Pembatas
adalah reaktan yang habis bereaksi dalam reaksi kimia.
Contoh II.2 Sebanyak 80 gram metana CH4 dibakar dengan 160 gram oksigen. Berapa
gram CO2 yang dihasilkan jika terjadi reaksi pembakaran sempurna?
Penyelesaian.
p CH4 (g) + q O2 (g) --> r CO2 (g) + s H2O (g)
Penyetaraan reaksi:
Jumlah atom karbon (C) : p =r (1)
Jumlah atom Hidrogen (H) : 4p = 2s (2)
Jumlah atom Oksigen (O) : 2q = 2r + s (3)
16
(2 𝑥 1+2)
Berdasarkan persamaan (3), nilai 𝑞 = =2
2
Perubahan materi yang kita amati dalam kehidupan sehari-hari umumnya berlangsung
dalam wadah terbuka. Jika hasil reaksi ada yang berupa gas (seperti pada pembakaran
kertas), maka massa zat yang tertinggal menjadi lebih kecil daripada massa semula.
Sebaliknya, jika reaksi mengikat sesuatu dari lingkungannya (misalnya oksigen), maka
17
hasil reaksi akan lebih besar daripada massa semula. Misalnya, reaksi perkaratan besi
(besi mengikat oksigen dari udara) sebagai berikut. Besi yang mempunyai massa
tertentu akan bereaksi dengan sejumlah oksigen di udara membentuk senyawa baru besi
oksida
Fe(s) + O2(g) -> Fe2O3(s)
Senyawa yang sama meskipun berasal dari daerah berbeda atau dibuat dengan cara yang
berbeda ternyata mempunyai komposisi yang sama.
Table II.2 Perbandingan massa besi dan belerang pada senyawa FeS
No. Massa Besi (Fe) Massa Belerang (S) Massa FeS yang Perbandingan Massa
yang Direaksikan yang Direaksikan Terbentuk Fe dan S pada FeS
1 0,42 gram 0,24 gram 0,66 gram 7:4
2 0,49 gram 0,28 gram 0,77 gram 7:4
3 0,56 gram 0,32 gram 0,88 gram 7:4
4 0,71 gram 0,40 gram 1,11 gram 7:4
Berdasarkan data tersebut ternyata perbandingan massa besi dan belerang pada senyawa
besi sulfida (FeS) selalu tetap, yaitu 7 : 4.
18
Tabel II.3 Reaksi Antara nitrogen dan Oksigen
Dengan massa oksigen yang sama, ternyata perbandingan massa nitrogen dalam
senyawa nitrogen dioksida dan senyawa nitrogen monoksida merupakan bilangan bulat
dan sederhana. Massa Nitrogen dalam senyawa nitrogen dioksida/Massa Nitrogen
dalam senyawa nitrogen monoksida = 1,75 gram/ 0,87 gram = 2/1. Berdasarkan hasil
percobaannya, Dalton merumuskan hukum kelipatan perbandingan (hukum Dalton)
yang berbunyi:
”Jika dua jenis unsur bergabung membentuk lebih dari satu senyawa, dan jika massa-
massa salah satu unsur dalam senyawa-senyawa tersebut sama, sedangkan massa-massa
unsur lainnya berbeda, maka perbandingan massa unsur lainnya dalam senyawa-
senyawa tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana. ”
Percobaan-percobaan Gay Lussac tersebut dapat kita nyatakan dalam persamaan reaksi
sebagai berikut:
2 H2(g) + O2(g) -> 2 H2O(l)
N2(g) + 3 H2(g) -> 2 NH3(g)
H2(g) + Cl2(g) -> 2 HCl(g)
19
Dari percobaan ini, Gay Lussac merumuskan hukum perbandingan volume (hukum Gay
Lussac):
“Pada suhu dan tekanan yang sama, volume gas gas yang bereaksi dan volume gas-gas
hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat sederhana.“
Hukum perbandingan volume dari Gay Lussac dapat kita nyatakan sebagai berikut.
“Perbandingan volume gas-gas sesuai dengan koefisien masing-masing gas.”
Untuk dua buah gas (misalnya gas A dan gas B) yang tercantum dalam satu persamaan
reaksi, berlaku hubungan:
Volume A / Volume B = koefisien A / koefisien B
Volume A = koefisien A / koefisien B × volume B
E. Hipotesis Avogadro
Mengapa perbandingan volume gas-gas dalam suatu reaksi merupakan bilangan
sederhana? Banyak ahli termasuk Dalton dan Gay Lussac gagal menjelaskan hokum
perbandingan volume yang ditemukan oleh Gay Lussac. Ketidakmampuan Dalton karena
ia menganggap partikel unsur selalu berupa atom tunggal (monoatomik). Pada tahun 1811,
Amedeo Avogadro menjelaskan percobaan Gay Lussac. Menurut Avogadro, partikel
unsure tidak selalu berupa atom tunggal (monoatomik), tetapi berupa 2 atom (diatomik)
atau lebih (poliatomik). Avogadro menyebutkan partikel tersebut sebagai molekul.
2 molekul gas hidrogen + 1 molekul gas oksigen -> 2 molekul uap air
Dari sini Avogadro mengajukan hipotesisnya yang dikenal hipotesis Avogadro yang
berbunyi:
“Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang sama akan
mengandung jumlah molekul yang sama pula.”
Jadi, perbandingan volume gas-gas itu juga merupakan perbandingan jumlah molekul yang
terlibat dalam reaksi. Dengan kata lain perbandingan volume gas-gas yang bereaksi sama
dengan koefisien reaksinya (Martin S. Silberberg, 2000). Marilah kita lihat bagaimana
hipotesis Avogadro dapat menjelaskan hukum perbandingan volume dan sekaligus dapat
menentukan rumus molekul berbagai unsur dan senyawa.
20
II.7 Soal-soal latihan
1. Sepuluh gram pentana C5H12 di reaksikan dengan 100 liter gas oksigen pada
kondisi STP menghasilkan gas karbon dioksidan dan uap air
a C5H12 + b O2 c CO2 + d H2O
2. Dua puluh liter hexana C6H14 di reaksikan dengan gas oksigen pada kondisi STP
menghasilkan gas karbon dioksida dan uap air ( hexane = 0,66 gram/mili Liter)
a C6H14 + b O2 c CO2 + d H2O
21