Anda di halaman 1dari 3

Pewarna Sudan Dalam Makanan

Pewarna sudan merupakan zat warna azo berwarna merah, termasuk pewarna sintetis dan
bersifat larut dalam minyak. Pewarna sudan biasanya digunakan dalam lilin, obat-obatan, plastik,
minyak, makanan, pakaian, bahan poles, dan analisis histokimia. Agensi internasional untuk
penelitian terhadap kanker telah mengklasifikasikan pewarna ini sebagai karsinogen kelas-3, dan
pewarna ini sudah dilarang penggunaannya di berbagai belahan dunia. Namun masih banyak
negara yang menggunakan pewarna azo seperti pewarna sudan secara illegal.
Pewarna sudan berwarna merah-oranye, sering digunakan dalam pewarnaan makanan
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas makanan dalam rangka promosi penjualan. Produk
makanan pada dasarnya dinilai dari penampilan warna dan tekstur. Pewarna azo tidak hanya
memberikan dampak terhadap kesehatan, tetapi juga berdampak pada lingkungan, limbah dari
pembuatan tekstil dapat mengkontaminasi air laut sehingga mengakibatkan kerusakan pada
kehidupan laut. Napthylamine, salah satu jenis pewarna sudan dapat memperburuk metabolisme
dan menyebabkan risiko potensial terhadap kesehatan.
Berikut batas nilai penggunaan pewarna sudan dalam makanan:
No Faktor Evaluasi (limit value)
1 Sudan 2 0,1 mg/kg
2 Sudan 3 0,1 mg/kg
3 Sudan 4 0,1 mg/kg

Sekitar pertengahan abad 19, semua zat pewarna berasal dari bahan alami termasuk
hewan dan tumbuhan kemudian pada awal abad 20, pewarna alami mulai digantikan dengan
pewarna sintetis dan sekarang banyak pewarna sintetis yang diproduksi secara komersial. Setiap
tahun selalu muncul zat pewarna baru yang digunakan untuk meningkatkan penampilan berbagai
makanan dan alat-alat rumah tangga.
a. Jenis—jenis pewarna sudan
Pewarna sudan terdiri dari Sudan I, Sudan II, Sudan III, Sudan IV, Sudan Black,
Sudan oranye G, Sudan merah G, dan Sudan merah 7B. Pewarna Sudan I dan IV dapat
ditemukan pada saus, kari, bumbu cabai, dan campuran rempah.
b. Masalah pangan
Banyak produk makanan yang dideteksi oleh EU (Europe United) termasuk
sampel cabai terdapat pewarna sintetis didalamnya. selain itu terdapat makanan lain yang
juga mengandung pewarna sintetis seperti chutney, sejumlah relish, dan bumbu—
bumbuan.
Sejak penggunaan pewarna sintetis dapat menimbulkan risiko pada kesehatan
manusia, hal tersebut mulai dilarang penggunaannya dibeberapa negara. Food Standards
Agency (FSA), sebuah badan pelayanan pangan di United Kingdom melarang
penggunaan pewarna Sudan I pada produk daging beku, rempah—rempah dan keripik.
Pewarna sudan sebagian besar tidak terdapat pada makanan segar seperti cabai.
c. Dampak terhadap kesehatan
Tidak hanya pewarna sudan tetapi produk degradasinya juga cukup karsinogenik,
teratogenik, dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Penelitian membuktikan bahwa
paparan dari pewarna sintetis bersama dengan pengawet sodium benzoat dapat
menyebabkan hyperactivity pada anak usia 3 tahun dan 8—9 tahun. Pewarna sudan yang
terdapat pada makanan meninggalkan efek buruk terhadap perhatian, perilaku dan
aktivitas anak-anak. Pewarna sudan menurunkan pembentukan aminanya ketika
dikonsumsi secara oral.
Banyak percobaan terhadap hewan yang telah memperlihatkan dampak mutagenic
dan karsinogenik akibat dari pelepasan amina. Karsinogenik amina ini membuat pewarna
sudan berpotensi berbahaya bagi kesehatan, salah satu potensi tersebut adalah dapat
menyebabkan penyakit kanker.
d. Langkah pencegahan
Terdapat beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah penyalahgunaan pewarna
sudan, diantaranya:
1. Jika produk memiliki kandungan pewarna sudan yang melebihi batas yang diizinkan
maka produk tersebut harus dihancurkan
2. Menghindari penggunaan bahan mentah yang terkontaminasi pewarna sintetis
3. Membangun kerjasama antara perusahaan, pemerintah lokal, dan industri makanan
untuk menghindari makanan yang mengandung pewarna sudan dengan
menarik/menghapus produk dari penjualan
4. Perusahaan harus mampu mengontrol dan mengawasi kadar kandungan pewarna
sudan didalam bahan mentah yang digunakan
5. Produsen yang menggunakan pewarna sudan pada rempah-rempah harus memilki
sertifikat resmi dalam menjalankan kegiatannya
6. Membuat sistem yang dapat mengawasi dan memeriksa kandungan pasokan produk
yang digunakan oleh produsen
7. Penegakan hukum dalam rangka meminimalkan penggunaan pewarna karsinogenik
pada makanan
Kesimpulan
Pewarna sintetis diketahui sangat stabil dengan oksigen, cahaya, dan PH; jarang
dikontaminasi oleh mikroba; memiliki biaya produksi yang murah; dan memberikan tampilan
warna yang bagus. Meskipun memiliki karakteristik yang baik, pewarna ini seharusnya tidak
digunakan karena sifat karsinogenik dan teratogeniknya. Pewarna alami dapat digunakan sebagai
alternatif walaupun agak mahal dan tidak stabil, pewarna ini dapat dikembangkan lebih jauh dan
dapat dimanfaatkan untuk mencegah potensi bahaya kesehatan.
Penggunaan pewarna illegal memberikan dampak yang besar bagi kesehatan masyarakat.
Ole karena itu, metode yang akurat, sensitif, dan selektif harus diperkenalkan untuk mendeteksi
dan mengukur kandungan pewarna sintetis dalam berbagai makanan. Bahan mentah/bahan baku
dan bahan jadi, harus dilabeli dengan jelas jika didalamnya terkandung pewarna azo. Jumlah
konsumsi terhadap pewarna sintetis memainkan peran besar terhadap risiko penyakit kanker.
Konsumsi yang sedikit tidak memberikan dampak yang besar namun tetap memiliki risiko. Para
ahli berpendapat agar tetap menjaga penggunaan maupun konsumsi pewarna sudan agar tetap
berada pada level aman dan menghindari segala risiko yang berkaitan dengan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai