Anda di halaman 1dari 15

UJI ORGANOLEPTIK

DI

OLEH :

JEUMPA SYAHRANA SALSABILA

P07131219012

TINGKAT II / SEMESTER III

DOSEN PENGAJAR

Rachmawati,STP,M.Kes

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN ACEH

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, Rabb Penguasa
alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan karunia kepada semua
makhluk-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya,
para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan izin Allah saya telah menyelesaikan tugas makalah Teknologi
Pangan tentang “Uji Organoleptik ”. Penulisan makalah ini dapat terwujud tak lepas dari
bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu
per satu.

Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan
kemampuan maupun pengalaman kami. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi memperbaiki kekurangan ataupun kekeliruan yang ada. Harapan kami
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa lain untuk menambah wawasan
dalam bidang kesehatan.
Penulis mohon ma’af apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Banda Aceh,22 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................2

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
PEMBAHASAN
A. Macam-macam uji pembedaan dan uji penerimaan
1. Pengujian Pembedaan.............................................................................................. 7
2. Pengujian Penerimaan............................................................................................. 10
B. Faktor pemilihan uji organoleptik........................................................................ 12
PENUTUP

Kesimpulan .................................................................................................................... 14

Saran .............................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15


BAB I

PENDAHULUAN

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan.


Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan
alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal
dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra
mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya
rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai
akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah
reaksi psikologis atau reaksi subyektif. Pengukuran terhadap nilai / tingkat kesan, kesadaran
dan sikap disebut pengukuran subyektif atau penilaian subyektif. Disebut penilaian subyektif
karena hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau yang melakukan
pengukuran. Jenis penilaian atau pengukuran yang lain adalah pengukuran atau penilaian suatu
dengan menggunakan alat ukur dan disebut penilaian atau pengukuran instrumental atau
pengukuran obyektif. Pengukuran obyektif hasilnya sangat ditentukan oleh kondisi obyek atau
sesuatu yang diukur.

Demikian pula karena pengukuran atau penilaian dilakukan dengan memberikan


rangsangan atau benda rangsang pada alat atau organ tubuh (indra), maka pengukuran ini
disebut juga pengukuran atau penilaian subyketif atau penilaian organoleptik atau penilaian
indrawi. Yang diukur atau dinilai sebenarnya adalah reaksi psikologis (reaksi mental) berupa
kesadaran seseorang setelah diberi rangsangan, maka disebut juga penilaian sensorik.
Rangsangan yang dapat diindra dapat bersifat mekanis (tekanan, tusukan), bersifat fisis (dingin,
panas, sinar, warna), sifat kimia (bau, aroma, rasa). Pada waktu alat indra menerima
rangsangan, sebelum terjadi kesadaran prosesnya adalah fisiologis, yaitu dimulai di reseptor
dan diteruskan pada susunan syaraf sensori atau syaraf penerimaan.

Mekanisme pengindraan secara singkat adalah :

1. Penerimaan rangsangan (stimulus) oleh sel-sel peka khusus pada indra


2. Terjadi reaksi dalam sel-sel peka membentuk energi kimia Modul Penanganan Mutu Fisis
(Organoleptik)

3. Perubahan energi kimia menjadi energi listrik (impulse) pada sel syaraf

4. Penghantaran energi listrik (impulse) melalui urat syaraf menuju ke syaraf pusat otak atau
sumsum belakang.

5. Terjadi interpretasi psikologis dalam syaraf pusat

6. Hasilnya berupa kesadaran atau kesan psikologis. Bagian organ tubuh yang berperan dalam
pengindraan adalah mata, telinga, indra pencicip, indra pembau dan indra perabaan atau
sentuhan. Kemampuan alat indra memberikan kesan atau tanggapan dapat dianalisis atau
dibedakan berdasarkan jenis kesan, intensitas kesan, luas daerah kesan, lama kesan dan kesan
hedonik. Jenis kesan adalah kesan spesifik yang dikenali misalnya rasa manis, asin.. Intensitas
kesan adalah kondisi yang menggambarkan kuat lemahnya suatu rangsangan, misalnya kesan
mencicip larutan gula 15 % dengan larutan gula 35 % memiliki intensitas kesan yang berbeda.
Luas daerah kesan adalah gambaran dari sebaran atau cakupan alat indra yang menerima
rangsangan.

Misalnya kesan yang ditimbulkan dari mencicip dua tetes larutan gula memberikan luas
daerah kesan yang sangat berbeda dengan kesan yang dihasilkan karena berkumur larutan gula
yang sama. Lama kesan atau kesan sesudah “after taste” adalah bagaimana suatu zat rangsang
menimbulkan kesan yang mudah atau tidak mudah hilang setelah mengindraan dilakukan. Rasa
manis memiliki kesan sesudah lebih rendah / lemah dibandingkan dengan rasa pahit.
Rangsangan penyebab timbulnya kesan dapat dikategorikan dalam beberapa tingkatan, yang
disebut ambang rangsangan (threshold). Dikenal beberapa ambang rangsangan, yaitu ambang
mutlak (absolute threshold), ambang pengenalan (Recognition threshold), ambang pembedaan
(difference threshold) dan ambang batas (terminal threshold). Ambang mutlak adalah jumlah
benda rangsang terkecil yang sudah mulai menimbulkan kesan. Ambang pengenalan sudah
mulai dikenali jenis kesannya, ambang pembedaan perbedaan terkecil yang sudah dikenali dan
ambang batas adalah tingkat rangsangan terbesar yang masih dapat dibedakan intensitas.
Kemampuan memberikan kesan dapat dibedakan berdasarkan kemampuan alat indra
memberikan reaksi atas rangsangan yang diterima. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan
mendeteksi ( detection ), mengenali (recognition), membedakan ( discrimination ),
membandingkan ( scalling ) dan kemampuan menyatakan suka atau tidak suka ( hedonik ).
Perbedaan kemampuan tersebut tidak begitu jelas pada panelis. Sangat sulit untuk dinyatakan
bahwa satu kemampuan sensori lebih penting dan lebih sulit untuk dipelajari. Karena untuk
setiap jenis sensori memiliki tingkat kesulitan yang berbeda- beda, dari yang paling mudah
hingga sulit atau dari yang paling sederhana sampai yang komplek (rumit).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Macam Uji Pembeda Dan Uji Penerima

1) Pengujian Pembedaan (Defferent Test)

Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat sensorik
atau organoleptik antara dua sampel. Meskipun dapat saja disajikan sejumlah sampel, tetapi
selalu ada dua sampel yang dipertentangkan.

Uji ini juga dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa macam perlakuan modifikasi
proses atau bahan dalam pengolahan pangan suatu industri, atau untuk mengetahui adanya
perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama. Jadi agar efektif sifat
atau kriteria yang diujikan harus jelas dan dipahami panelis. Keandalan (reliabilitas) dari uji
pembedaan ini tergantung dari pengenalan sifat mutu yang diinginkan, tingkat latihan panelis
dan kepekaan masing-masing panelis. Pengujian pembedaan ini meliputi :

a) Uji pasangan (Paired comparison atau Dual comparation)

Uji pembedaan pasangan yang juga disebut dengan paired comperation, paired test atau
comparation merupakan uji yang sederhana dan berfungsi untuk menilai ada tidaknya
perbedaan antara dua macam produk. Biasanya produk yang diuji adalah jenis produk baru
kemudian dibandingkan dengan produk terdahulu yang sudah diterima oleh masyarakat. Dalam
penggunaannya uji pembedaan pasangan dapat memakai produk baku sebagai acuan atau hanya
membandingkan dua contoh produk yang diuji. Sifat atau kriteria contoh disajikan tersebut
harus jelas dan mudah untuk dipahami oleh panelis.

Cara Penyajian Contoh Contoh disajikan satu per satu atau dua contoh sekaligus.

Penyajian contoh dengan pembanding atau baku harus dilakukan penilaian awal terhadap
pembanding, sehingga penyajian dilakukan satu persatu diawali dengan pembanding. Penyajian
contoh tanpa menggunakan pembanding dapat dilakukan sacara acak. Sebagai contoh dapat
disajikan sirup dari dua macam merek dengan bahan baku yang sama.
Cara Penilaian Panelis diminta untuk mengisi formulir isian tersebut dengan memberikan
angka 1 (satu) apabila terdapat perbedaan dan angka 0 (nol) bila tidak terdapat perbedaan
kriteria penilaian.

Cara Analisis Pembedaan pasangan menggunakan 2 (dua) contoh produk, sehingga peluang
setiap bentuk dipilih adalah 0,5. kemudian seluruh penilaian panelis tersebut ditabulasikan.
Penilaian lalu dibandingkan dengan tabel jumlah terkecil untuk menyatakan suatu contoh
melalui metode distribusi binomial.

b) Uji segitiga (Triangle test)

Uji pembedaan segitiga atau disebut juga triangle test merupakan uji untuk mendeteksi
perbedaan yang kecil, karenanya uji ini lebih peka dibandingkan dengan Uji Pasangan. Dalam
Uji Segitiga disajikan 3 contoh sekaligus dan tidak dikenal adanya contoh pembanding atau
contoh baku. Penyajian contoh dalam uji segitiga sedapat mungkin harus dibuat seragam agar
tidak terdapat kesalahan atau bias karena pengaruh penyajian contoh.

CaraPenilaian Panelis diminta untuk menilai atau mencari contoh yang berbeda diantara
ketiga contoh tersebut. Panelis harus menunjukkan satu contoh yang berbeda dengan
menuliskan angka 1 dan apabila contoh sama dituliskan angka 0.

Cara Analisis Karena pada Uji Segitiga disajikan 3 contoh, peluang panelis menilai benar
adalah 1/3. Hasil penilaian panelis ditabelkan dan dianalisis dengan distribusi binomial atau
tabel statistik.

c) Uji Duo-Trio

Uji ini dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perbedaan yang kecil antara dua contoh.
Uji ini relatif lebih mudah karena adanya contoh baku dalam pengujian. Biasanya Uji Duo-trio
digunakan untuk melihat perlakuan baru terhadap mutu produk ataupun menilai keseragaman
mutu bahan.

Cara Penilaian Pada Uji Duo-trio panelis diminta untuk mengenali contoh yang berbeda atau
contoh yang sama dengan contoh baku. Panelis harus mengenal contoh baku terlebih dahulu
dan kemudian memilih salah satu dari dua contoh yang lain yang sama dengan contoh baku dan
ditandai dengan angka 0. Peluang untuk memilih benar adalah 0,5.
Cara Analisis Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis dengan distribusi binomial atau
dengan dibandingkan dengan tabel statistik

d) Uji pembanding ganda (Dual Standard)


 Bentuk pengujian menyerupai uji duo-trio
 Digunakan 2 contoh baku sebagai pembanding yaitu A dan B
 Kedua contoh pembanding di suguhkan bersamaan sebelum contoh yang akan diuji
diberikan
 Panelis diwajibkan mengenali sifat sensorik ke dua contoh pembanding.
 Setelah semua penalis betul betul mengetahui bau/aroma tersebut,barulah 2 contoh yang
diujikan disajikan secara acak
 Panelis diminta menyebutkan yang mana dari kedua contoh yang diujikan sama dengan
pembanding A dan yang mana sama dengan pembanding B
e) Uji pembanding jamak (Multiple Standard)
 Digunakan 3 atau lebih contoh pembanding
 Contoh pembanding membentuk kesamaan sifat atau perbedaan kecil
 Contoh pembanding dan contoh yang diuji disuguhkan bersamaan secara acak
 Panelis diminta menunjukkan 1 nomor dari contoh yang disuguhkan untuk menetapkan
yang paling beda
f) Uji Rangsangan Tunggal (Single Stimulus)
 Uji rangsangan tunggal adalah uji pembedaan yang digunakan untuk
 menggolongkan suatu contoh dengan contoh lainnya. Antara contoh yang
 disajikan tidak terdapat perbedaan yang nyata kecuali kriteria yang akan diuji.
 Panelis akan memberi nilai 1 apabila terdapat rangsangan dan nilai 0 bila dirasa
 tidak terdapat rangsangan. Tidak terdapat standart pada pengujian ini.
 Pencicipan setiap larutan dengan berbagai konsentrasi oleh panelis
 dengan menggunakan sendok
 Pemberian nilai 0 apabila sampel tidak memiliki rangsangan, dan
 nilai 1 apabila sampel memiliki rangsangan.
g) Uji Pasangan Jamak (Multiple Pairs)
 Uji ini hampir sama dengan uji rangsangan tunggal,tapi lebih rumit
 Contoh A dan contoh B disajikan secara acak
 Contoh baku/pembanding tidak ada
 Panelis diwajibkan mengenali masing masing kelompok
 Tugas panelis yaitu mengelompokkan masing masing contoh/mensontarsi kedalam
kelompok A

h) Uji Tunggal

 uji ini terutama diperuntukkan bagi komoditi atau contoh yang memiliki kesan
kemudian (after taste) yang kuat.
 Dapat untuk manguji ada/tidak adanya suatu sifat sensorik dengan menggunakan uji
pembanding
 Bahan contoh diujikan dalam jumlah banyak dan bersamaan waktunya atau bisa juga
contoh sajikan satu persatu
 Contoh yang satu akan mempengaruhi nilai contoh berikutnya

2) Pengujian Pemilihan/Penerimaan (Preference Test/Acceptance Test)

Uji penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau qualitas suatu bahan
yang menyebabkan orang menyenangi. Pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan pribadi
yaitu kesan yang berhubungan dengan kesukaanatau tanggapan senang atau tidaknya terhadap
sifat sensoris atau qualitas yang dinilai. Uji penerimaan lebih subyektif dari uji pembedaan.

Tujuan uji penerimaan ini untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau sifat sensorik
tertentu dapat diterima oleh masyarakat. Uji ini tidak dapat untuk meramalkan penerimaan
dalam pemasaran. Hasil uji yang menyakinkan tidak menjamin komoditi tersebut dengan
sendirinya mudah dipasarkan
Uji penerimaan ini meliputi :

a) Uji Kesukaan (Uji Hedonik)

Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Disamping panelis mengemukakan tanggapan
senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat –
tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal “ suka “ dapat mempunyai
skala hedonik seperti : amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka. Sebaliknya jika
tanggapan itu “ tidak suka “ dapat mempunyai skala hedonik seperti suka dan agak suka,
terdapat tanggapannya yang disebut sebagai netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak
suka ( neither like nor dislike ). Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut
rentangan skala yang ikehendakinya. Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik
dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan. Dengan data numeric ini dapat dilakukan
analisis secara statistik. Penggunaan skala hedonik pada prakteknya dapat digunakan untuk
mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonic sering digunakan untuk menilai secara
organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji hedonik banyak
digunakan untuk menilai produk akhir.

Cara Penyajian Contoh Contoh uji hedonik disajikan secara acak dan dalam memberikan
penilaian panelis tidak mengulang-ulang penilaian atau membanding-mbandingkan contoh
yang disajikan. Sehingga untuk satu panelis yang tidak terlatih, sebaiknya contoh disajikan satu
per satu hingga panelis tidak akan membanding-bandingkan satu contoh dengan lainnya.

b)Uji mutu hedonik

Berbeda dengan uji kesukaan uji mutu hedonik tidak menyatakan suka atau tidak suka
melainkan menyatakan kesan tentang baik atau buruk. Kesan baik – buruk ini disebut kesan
mutu hedonik. Karena itu beberapa ahli memasukkan uji mutu hedonik kedalam uji hedonik.
Kesan mutu hedonik lebih spesifik dari pada sekedar kesan suka atau tidak suka. Mutu hedonik
dapat bersifat umum, yaitu baik atau buruk dan bersifat spesifik seperti empuk / keras untuk
daging, pulen – keras untuk nasi, renyah, liat untuk mentimun. Rentangan skala hedonik
berkisar dari extrim baik sampai ke extrim jelek.
Skala hedonik pada uji mutu hedonik sesuai dengan tingkat mutu hedonik. Jumlah tingkat
skala juga bervariasi tergantung dari rentangan mutu yang diinginkan dan sensitivitas antar
skala. Skala hedonik untuk uji mutu hedonik dapat berarah satu dan berarah dua. Seperti halnya
pada uji kesukaan pada uji mutu hedonik, data penilaiaan dapat ditransformasi dalam
skalanumerik dan selanjutnya dapat dianalisis statistik untuk interprestasinya Modul
Penanganan Mutu Fisis (Organoleptik) 21 Statistika Pengolahan data pengujian organoleptik
Statistika pengelohan data dan laporan pengujian yang penting antara lain adalah penyusunan
data atau penataan data sampai dengan diperoleh tentang jenis data frekuensi data. Tampilan
data dalam bentuk tabel, grafik atau diagram perlu untuk meningkatkan kualitas informasi.
Selanjutnya adalah tahapan pengolahan data yang meliputi analisis pemusatan dan penyebaran
data.

Pengolahan data suatu pengujian bertujuan untuk mendapatkan nilai: - Nilai rata-rata atau
nilai tengah pengujian - Keragaman dari nilai pengujian - Simpangan baku dari nilai-nilai
pengujian Cara pengolahan data yang sering digunakan adalah dengan menggunakan analisis
keragaman /analisis peragam ( Analisys of varian atau ANOVA). Berikut disajikan sebuah data
hasil pengujian organoleptik yang dihimpun dari hasil pengindraan 15 orang panelis yang
diberi tugas untuk menilai kesuakaannya terhadap sejumlah contoh. Dalam uji ini panelis
diminta untuk menentukan tingkat kesukaannya terhadap rasa manis dari 5 contoh manisan nata
de coco dengan keriteria penilaian kesan sebagai berikut: Nilai 3 jika kurang manis ( kurang
/tidak suka) Nilai 5 jika cukup manis ( agak suka) Nilai 7 jika manis (suka) Nilai 9 jika sangat
manis ( sangat suka)

B. Faktor pemilihan uji organoleptik

1. Tujuan Uji Organoleptik

Tujuan diadakannya uji organoleptik terkait langsung dengan selera. Setiap orang di setiap
daerah memiliki kecenderungan selera tertentu sehingga produk yang akan dipasarkan harus
disesuaikan dengan selera masyarakat setempat. Selain itu disesuaikan pula dengan
target konsumen, apakah anak-anak atau orang dewasa.
Tujuan uji organoleptik adalah untuk:

 pengembangan produk dan perluasan pasar


 pengawasan mutu --> bahan mentah, produk, dan komoditas
 perbaikan produk
 membandingkan produk sendiri dengan produk pesaing
 evaluasi penggunaan bahan, formulasi, dan peralatan baru.

2. Tingkat akurasi
3. Efisiensi metode
4. Biaya
5. Jenis komoditas
6. Sifat sensorik
7. Ketersediaan panelis
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan Uji organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan berdasarkan kesukaan
dan kemauan untuk mempegunakan suatu produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting
dalam penerapan mutu. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kadaluarsa dan kerusakan
dari produk. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan uji organoleptik meliputi panelis, penyajian
sampel, pengalaman makan panelis, dan teknik pengujiannya. Uji yang dilakukan dalam praktikum ini
antara lain uji deskriptif, uji pembeda, dan uji hedonik. Uji ketiga yaitu uji hedonik yaitu mengetahui
tingkat kesukaan panelis. Berdasarkan dengan tingkat kesukaan, kelompok kami menyukai sampel kopi
A, dimana jenis pengujian aroma menunjukkan skala 4 yaitu suka. Lalu jenis pengujian warna
menunjukkan skala 5 yaitu sangat suka. Jenis pengujian rasa menunjukkan skala 5 yaitu sangat suka.
Jenis pengujian tekstur menunjukkan skala 4 yaitu suka. Jenis pengujian bentuk menunjukkan skala 3
yaitu netral. 

Saran

Pada pengujian yang dilakukan harus lebih tertib lagi agar memperlancar panelis dalam melakukan
penilaian. Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang praktikum juga harus diperhatikan. Selain itu
diharapkan praktikan dapat berkonsentrasi dan lebih fokus terhadap jalannya praktikum. Harapannya
bisa mendapatkan hasil penilaian sampel yang sesuai dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.studocu.com/id/document/universitas-padjadjaran/analisis-
sensori/mandatory-assignments/uji-tunggal-dan-uji-pasangan/3758844/view
 https://id.wikipedia.org/wiki/Uji_organoleptik
 https://duniakumu.com/tag/uji-ganda/
 file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/Documents/Uji-Organoleptik-Produk-Pangan.pdf
 https://docplayer.info/73052140-Bab-i-pendahuluan-1-1-latar-belakang-1-2-tujuan.html

Anda mungkin juga menyukai