Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA PANGAN

PENENTUAN KADAR FOSFOR MENGGUNAKAN METODE


KOLORIMETRI MOLIBDAT VANADATE

Disusun oleh :

Adinda Intan Hardiningsih

P07131219026

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA


JURUSAN GIZI
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Penentuan Kadar Fosfor menggunakan Metode Kolorimetri
Moblidat Vanadate ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kimia Pangan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang mineral dalam hal ini yaitu fosfor bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan bagi para pembaca dan


bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bekasi, 17 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................1
B. Tujuan Penulisan................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................2


A. Kolorimetri...........................................................................2

BAB III PEMBAHASAN......................................................................6


A. Reaksi.................................................................................6
B. Prosedur Preparasi Larutan...............................................6
C. Prosedur Preparasi Sampel...............................................7
D. Prosedur Pembuatan Kurva Standart................................8
E. Prosedur Penentuan Kadar Fosfor dalam Sampel............9

BAB IV PENUTUP............................................................................10
A. Kesimpulan.......................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam tubuh
setelah kalsium, yaitu 1% dari berat badan. Kurang lebih 85% fosfor di
dalam tubuh terdapat sebagai garam kalsium fosfat di dalam tulang
dan gigi yang tidak dapat larut. Fosfor di dalam tulang berada dalam
perbandingan 1:2 dengan kalsium. Fosfor selebihnya terdapat di
dalam semua sel tubuh, separuhnya di dalam otot dan di dalam cairan
ekstraselular. Sebagai fosfolipid, fosfor merupakan komponen
struktural dinding sel. Sebagai fosfat organik, fosfor memegang
peranan penting dalam reaksi yang berkaitan dengan penyimpanan
atau pelepasan energi dalam bentuk Adenin Trifosfat Pada umumnya
bahan makanan yang mengandung banyak kalsium merupakan juga
sumber fosfor, seperti susu, keju, daging, ikan, telur, serelia. Akan
tetapi fosfor dalam serelia pada umumnya terdapat dalam bentuk
asam fosfat yang dapat mengikat kalsium hingga terbentuk komponen
yang tidak dapat dicerna dan diserap (Katarin Sitompul, 2009; 4 )

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada praktikum
penentuan kadar fosfor dengan metode kolorimetri molibdat
vanadate
2. Untuk mengetahui prosedur persiapan larutan
3. Untuk mengetahui prosedur persiapan sampel
4. Untuk mengetahui kurva standart
5. Untuk mengetahui prosedur dalam melakukan praktikum
penentuan kadar kalsium dalam sampel

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kolorimetri

Kolorimetri adalah suatu teknik pengukuran cahaya yang


diabsorbsi oleh zat berwarna baik warna yang terbentuk dari asalnya
maupun akibat reaksi dengan zat lain (Khopkar, 1990). Menurut
definisi yang diperluas, sebagai kolorimetri juga tercakup pengubahan
senyawa tidak berwarna menjadi zat yang berwarna dan penentuan
fotometrinya dilakukan dalam daerah sinar tampak (400 – 800 nm)
(Roth dan Baschke, 1994).

Senyawa yang semula tidak berwarna harus diubah terlebih


dahulu menjadi senyawa berwarna karena senyawa yang dianalisis
tidak menyerap pada daerah tampak. Cara yang digunakan adalah
dengan mengubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan
pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi
beberapa persyaratan yaitu :

- Reaksinya selektif dan sensitif


- Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusible
- Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama.

Keselektifan dapat dinaikkan dengan mengatur pH, pemakaian


masking agent, atau penggunaan teknik ekstraksi (Rohman, 2007).

Metode kolorimetri melibatkan perbandingan intensitas warna


secara visual artinya warna dari larutan senyawa yang tidak diketahui
atau senyawa yang diteliti dibandingkan dengan warna dari satu
standar ataupun beberapa seri standar. Perbandingan ini dibuat
dengan mencapai kesesuaian antara warna senyawa yang diteliti
dengan standar yang biasanya dibuat dalam tabung Nessler (Butz dan
Nobel, 1961).

2
Menurut Schirmer (1982), ada dua jenis kolorimetri :

1. Metode kolorimetri langsung


Metode kolorimetri dapat digunakan untuk menentukan besarnya
senyawa yang dapat menyerap cahaya tampak dengan kuat.
Masalah mendasar pada metode ini adalah pemisahan analit dari
senyawa lain yang dapat mengganggu. Proses pemisahan dapat
dilakukan dengan ekstraksi dan teknik kromatografi. Bahan
pengganggu pada metode kolorimetri relatif lebih sedikit daripada
pada metode spektrofotometri UV, karena relatif sedikit substansi
yang memberikan serapan pada panjang gelombang gelombang
visible. Metode ini lebih selektif dibandingkan dengan
spektrofotometri UV (Schirmer, 1982).
2. Metode kolorimetri tidak langsung
Pada metode kolorimetri tidak langsung, senyawa yang akan
ditetapkan jumlahnya tidak dapat menyerap cahaya tampak
secara langsung. Oleh karena itu perlu ditambahkan suatu
kromofor ke dalam sampel yang akan dianalisis. Kromofor dapat
diberikan pada suatu senyawa kimia dengan menggunakan
prosedur yang relatif sederhana. Hal ini menyebabkan metode
kolorimetri dengan spektrofotometri visible semakin luas
penggunaannya untuk analisis obat. Didukung pula oleh
sensitifitas dan presisi yang baik dari spektrofotometer (Schirmer,
1982).

Pemilihan prosedur kolorimetri untuk menentukan substansi


tergantung pada pertimbangan sebagai berikut :

1. Metode kolorimetri akan memberikan hasil yang lebih akurat pada


konsentrasi rendah dan prosedur yang lebih sederhana daripada
titrimetri atau gravimetri.

3
2. Metode kolorimetri sering digunakan pada kondisi dimana dengan
metode titrimetri atau gravimetri memberikan hasil yang tidak
memuaskan.
3. Metode kolorimetri memiliki keuntungan dalam menetapkan suatu
substansi dari beberapa komponen dalam sejumlah sampel yang
sama (Bassett et al., 1994).

Kriteria untuk analisis kolorimetri yang baik adalah :


1. Menghasilkan reaksi warna yang spesifik
Reaksi yang khas untuk suatu senyawa tertentu sangat sedikit
jumlahnya, tetapi kebanyakan reaksi menghasilkan warna untuk
sekelompok kecil zat, artinya reaksi-reaksi warna tersebut selektif.
Dengan memasukkan senyawa pembentuk kompleks, mengubah
keadaan kondisi dan pengendalian pH, dapat mencapai
pendekatan kespesifisikan ini.
2. Adanya proporsi yang sesuai antara warna dan konsentrasi
Untuk kolorimeter visual sangat penting bahwa intensitas warna
harus meningkat secara linier dengan konsentrasi dari substansi
yang ditentukan.
3. Stabilitas warna
Warna yang dihasilkan harus cukup stabil untuk memungkinkan
pembacaan serapan yang tepat dan cermat. Dalam hal ini periode
warna maksimum harus cukup panjang.
4. Reprodusibel
Prosedur kolorimetri harus memberikan hasil yang reprodusibel
dalam kondisi yang spesifik.
5. Kejernihan larutan
Larutan harus bebas dari pengotor atau endapan jika pembanding
yang dipakai berupa standar yang jernih. Kekeruhan akan
menyerap dan menghamburkan cahaya.
6. Kepekaan yang tinggi

4
Hal ini harus diperhatikan terutama jika zat yang diukur
kuantitasnya kecil (Bassett et al., 1994).

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Reaksi
HNO3 + (NH4)2MoO4 . 4H2O + PO43- NH4P(Mo3O10)4
Keberadaan perklorat untuk mengubah semua ion fosfat menjadi
ortofosfat, kemudian sampel diperlakukan dengan pereaksi molibdat-
vanadat sehingga ortofosfat yang ada di dalam sampel akan bereaksi
dengan pereaksi-pereaksi tersebut dan membentuk kompleks asam
vanadimolibdifosfat yang berwarna kuning orange. Intensitas warna
dari senyawa kompleks tersebut dapat diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 400 dan dibandingkan
dengan standar fosfor yang telah diketahui konsentrasinya.

B. Prosedur Preparasi Larutan


1. Pereaksi Vanadat Moblidat
Larutkan 20 g Ammonium molibdat dalam 400ml air suling hangat
(50C), lalu dinginkan

Larutkan vanadate (NH4VO3) dalam 300 ml air suling mendidih,


lalu dinginkan

Perlahan tambahkan 140 ml asam nitrat pekat sambil diaduk

Masukkan larutan molibdat ke dalam larutan vanadate, aduk

Encerkan sampai 1 L dengan air suling

2. Larutan Fosfor Standar


Timbang dengan btepat 4,386 g Kalium dihidrogen fosfat
(KH2PO4) kering

6
Larutkan dalam air suling dan tepatkan sampai 1 L

Pipet 25 ml larutan ke dalam labu takar 250 ml

Tepatkan dengan air suling sampai tanda tera (1 ml = 0,1 mg P)

C. Prosedur Preparasi Sampel


1. Tahapan a (jika tersedia sampel dalam bentuk abu)
Tambahkan 10 ml asam klorida 5N pada sejumlah abu hasil
pengabuan kering, dinginkan

Saring cawan dengan kertas saring No.1

Masukkan filtrate ke dalam labu takar 250 ml

Bilas cawan dengan air suling

Saring sebanyak 2 kali masing-masing dengan 20 ml akuades

Encerkan filtrate sampai tanda tera

2. Tahapan b (apabila tidak tersedia sampel dalam bentuk abu)


Timbang 5 g sampel dalam gelas kimia

Tambahkan 20 ml asam nitrat pekat, didihkan 5 menit

Dinginkan dan tambahkan 5 ml asam sulfat pekat

Panaskan dan tambahkan asam nitrat tetes demi tetes sampai


larutan tidak berwarna

7
Panaskan sampai timbul asap putih, dinginkan

Tambahkan 15 ml air suling, didihkan 10 menit

Dinginkan, pindahkan larutan ke dalam labu ukur 250 ml

Bilas gelas kimia sampai bersih, masukkan bilasan ke dalam labu


ukur

Encerkan larutan dalam labu ukur sampai tanda tera dengan


akuades

D. Prosedur Pembuatan Kurva Standart


Pipet ke dalam satu seri labu takar 100 ml, masing-masing 0 ; 2,5 ; 5 ;
10 ; 20 ; 30 ; 40 ; dan 50 ml standar fosfat

Encerkan masing-masing alikot dengan air suling sehingga volume


menjadi sekitar 50-60 ml

Tambahkan 25 ml pereaksi vanadate-moblidat ke dalam masing-


masing labu takar, tepatkan dengan air suling hingga tanda tera

Diamkan larutan selama 10 menit, ukur serapan masing-masing


larutan dalam kuvet dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 400 nm.

Masing-masing larutan mengandung 0 ; 2,5 ; 5 ; 10 ; 20 ; 30 ; 40 ; dan


50 g P/ml

Buat kurva serapan vs mg P/ml

8
E. Prosedur Penentuan Kadar Fosfor dalam Sampel
Penetapan Sampel

Pipet 10 ml larutan dihasilkan dengan cara a atau b, masukkan ke


dalam labu ukur 100 ml

Tambahkan 40 ml air suling, 25 ml pereaksi vanadate-molibdat

Encerkan sampai tanda tera dengan akuades

Diamkan selama 10 menit, kemudian ukur seapannya pada 400 nm

Catat konsentrasi fosfor dari kurva standar berdasarkan serapan yang


terbaca

Perhitungan
P C x fp x 100
Fosfor (mg )=
100 g B
Keterangan
C = Konsentrasi fosfor dalam sampel (mg P/ml)
B = Berat sampel
Fp = Faktor pengenceran

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Reaksi yang terjadi pada penentuan kadar fosfat menggunakan
metode kolorimetri molibdat vanadate, yaitu :
HNO3 + (NH4)2MoO4 . 4H2O + PO43- NH4P(Mo3O10)4
2. Larutan yang perlu dipersiapkan pada praktikum ini yaitu pereaksi
vanadate moblidat dan larutan fosfor standar
3. Preparasi sampel terdapat 2 cara, cara pertama jika tersedia
sampel dalam bentuk abu, sedangkan cara kedua bila belum
tersedia sampel dalam bentuk abu
4. Kurva perlu dibuat terlebih dahulu sebelum penentuan kadar
fosfat
5. Penentuan kadar fosfor dihitung menggunakan perhitungan
P C x fp x 100
Fosfor (mg )=
100 g B
Keterangan
C = Konsentrasi fosfor dalam sampel (mg P/ml)
B = Berat sampel
Fp = Faktor pengenceran

10
Daftar Pustaka
Bassett, J., Denney, R. C., Jeffrey, G. H., and Mendham, J., 1994,
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, 809-848, Penerbit Buku
kedokteran EGC, Jakarta

Butz, H., and Nobels, H. J., 1961, Instrumental Methods for the
Analysis of Food Additives, 109-123, Interscience Publisher, New
York London
Jamil, M.D., Hidayat, Nur., Setiyobroto, Idi., 2020. Buku Pedoman
Praktikum Kimia Pangan. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Katarin Sitompul, Penetapan Kadar Fosfor Dalam Buah Apel Secara


Spektrofotometri Sinar Tampak, (Sumatera Utara, 2009) h. 4.

Kurniasih, Mardiah., dkk. 2011. SINTESIS DAN KARAKTERISASI


CROSSLINK KITOSAN DENGAN TRIPOLIFOSFAT pH 3, Vol. 6.
22-23

Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Belajar,


Yogyakarta

Roth, H.J., and Blaschke, G., 1994, Pharmaceutical Analysis,


diterjemahkan oleh Sarjoko Kisman dan Slamet Ibrahim, 359-
361, 373, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Schirmer, R.E., 1982, Modern Methods of Pharmaceutical Analysis,


CRC Press, Inc., Bocaraton, Florida, 75-76

11

Anda mungkin juga menyukai